• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Botani dan Morfologi Kelapa Sawit

Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah ini dikembangkan oleh Carolus Linnaeus. Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut.

Divisi : Embryophyta siphonagama Kelas : Angiospermae

Ordo : Monocotyledonae

Famili : Arecaceae (dahulu disebut palmae) Subfamili : Cocoideae

Genus : Elaeis

Spesies : 1. E. guineneensis Jacq. 2. E. oleifera (H.B.K.) Cortes 3. E. odora. (Iyung pahan, 2008)

2.1.1 Akar (Radix)

Sistem perakaran kelapa sawit merupakan sistem akar serabut, terdiri dari akar primer, sekunder, tersier, dan kuarter. Akar primer umumnya berdiameter 6-10 mm, keluar dari pangkal batang dan menyebar secara horizontal dan menghujam ke dalam tanah dengan sudut yang beragam. Akar primer bercabang membentuk akar sekunder yang diameternya 2-4 mm. Akar sekunder bercabang membentuk akar tersier yang berdiameter 0,7-1,2 mm dan umumnya bercabang lagi membentuk akar kuarter.

Akar kuarter tidak mengandung lignin, panjangnya hanya 1-4 mm dengan diameter 0,1-0,3 mm. biasanya akar kuarter ini diasumsikan sebagai akar absorpsi utama (feeding root), walaupun hanya sedikit bukti-bukti langsung terhadap pernyataan tersebut. Dari akar tersier, juga ada cabang

(2)

akar yang panjang sampai 2 cm dengan diameter 0,2-0,8 mm yang dinamakan akar kuarter. Namun, sebenarnya akar tersebut lebih tepat disebut “cabang akar tersier” karena mengandung lignin serta strukturnya lebih tebal dari akar kuarter.

Sebagian besar perakaran kelapa sawit terutama berada dekat dengan permukaan tanah. Hanya sedikit akar kelapa sawit yang berada pada kedalaman 90 cm, padahal permukaan atas air tanah (water table) cukup dalam. Dengan demikian, sistem perakaran yang “aktif” berada antara kedalaman 5-35 cm. Umumnya, akar tersier berada pada kedalaman 10-30 cm. Secara umum, kebanyakan akar sekunder dapat mencapai kedalaman 1,5 m, yaitu kedalaman maksimal, dimana akar sekunder pernah ditemukan. (Iyung pahan, 2008)

2.1.2 Batang (Caulis)

Tanaman kelapa sawit umumnya memiliki batang yang tidak bercabang. Pada pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling) terjadi pertumbuhan batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia (ruas). Titik tumbuh batang kelapa sawit terletak di pucuk batang, terbenam di dalam tajuk daun, berbentuk seperti kubis, dan enak dimakan.

Dibatangnya terdapat pangkal pelepah-pelepah daun yang melekat kukuh dan sukar terlepas walaupun daun telah kering dan mati. Pada tanaman tua, pangkal-pangkal pelepah yang masih tertinggal di batang akan terkelupas, sehingga batang kelapa sawit tampak berwarna hitam beruas. (Ir. Sunarko, M.Si., 2007)

2.1.3 Daun (Folium)

Daun merupakan pusat produksi energi dan bahan makanan bagi tanaman. Bentuk daun, jumlah daun, dan susunannya sangat berpengaruh pada luas tangkapan sinar matahari untuk diproses menjadi energi. Pada saat kecambah, bakal daun pertama yang muncul adalah plumula, lalu mulai membelah menjadi dua helai daun pada umur satu bulan. Seiring

(3)

bertambahnya daun, anak daun mulai membelah pada umur 3-4 bulan sehingga terbentuk daun sempurna. Daun ini terdiri dari kumpulan anak daun (leaflet) yang memiliki tulang anak daun (midrib) dengan helai anak daun (lamina). Sementara itu, tangkai daun (rachis) yang berfungsi sebagai tempat anak daun melekat akan semakin membesar menjadi pelepah sawit.

Pada bagian pangkal pelepah terdapat duri (spine). Awalnya spine merupakan barisan seludang yang gagal membentuk daun sehingga menyempit dan membentuk duri. Urutan daun terbentuk secara teratur dan dinomori sesuai kondisi daun. Daun nomor satu ditandai dengan membuka dan mengembangnya daun secara sempurna.

Daun kedua dihitung sesuai susunan spiral atau pola susunan daun (filotaksis). Pola spiral ini dihitung dari titik tumbuh mengikuti sudut divergen yang besarnya 137,5̊ (sudut fibonacci). Pola spiral ini dapat berupa spiral kanan atau spiral kiri, tergantung pada genetik tanaman. Pola ini tidak mengganggu produktivitas atau kecepatan tumbuh kelapa sawit. (Rustam efendi lubis & Agus widanarko. SP, 2011)

2.1.4 Bunga (Flos)

Tanaman kelapa sawit mulai berbunga pada umur 2,5 tahun, tetapi umumnya bunga tersebut gugur pada fase awal pertumbuhan generatifnya. Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman monoecious. Karena itu, bunga jantan dan bunga betina terletak pada satu pohon. Bunga sawit muncul dari ketiak daun yang disebut inflorensen (bunga majemuk). Bakal bunga tersebut dapat berkembang menjadi bunga jantan atau bunga betina tergantung pada kondisi tanaman. Inflorescen awal terbentuk selama 2-3 bulan lalu pertumbuhan salah satu organ reproduktifnya terhenti dan hanya satu jenis bunga yang dihasilkan dalam satu infloresen. Namun, tidak jarang juga organ betina (gynoecium) dapat berkembang bersama sama dengan organ jantan (androecium) dan menghasilkan organ hermaprodit. (Rustam efendi lubis & Agus widanarko. SP, 2011)

(4)

2.1.5 Buah (Fructus)

Buah kelapa sawit digolong sebagai buah drupe. Susunan buah kelapa sawit yaitu pericarp (daging buah) yang terbungkus oleh exocarp (kulit), mesocarp, dan endocarp (cangkang) yang membungkus 1-4 inti atau karnel. Sementara itu, inti memiliki testa (kuli), endosperm, dan sebuah embrio. Buah yang masih muda berwarna hijau pucat, semakin tua warnanya berubah menjadi hijau hitam hingga kuning.

Sementara itu, buah sawit yang masih mentah berwarna hitam. Kriteria kematangan buah dalam panen ditentukan berdasarkan brondolan yang jatuh ke areal piringan. Standar yang umum berlaku di Indonesia yaitu 1-2 brondolan per kilogram buah segar menandakan sudah siap panen. Membrondolnya buah secara normal terjadi pada 150-155 hari setelah anthesis dengan selang waktu tertentu secara individual. (Rustam efendi lubis & Agus widanarko. SP, 2011)

2.1.6 Biji

Biji kelapa sawit memiliki ukuran dan bobot yang berbeda untuk setiap jenisnya. Umumnya, biji kelapa sawit memiliki waktu dorman. Perkecambahan bisa berlangsung dari enam bulan dengan tingkat keberhasilan 50%. Berdasarkan ketebalan cangkang dan daging buah, kelapa sawit dibedakan menjadi beberapa jenis sebagai berikut.

1. Dura (D), memiliki cangkang tebal (3-5 mm), daging buah tipis, dan rendemen minyak 15-17%.

2. Tenera (T), memiliki cangkang agak tipis (2-3 mm), daging buah tebal, dan rendemen minyak 21-23%.

3. Pisifera (P), memiliki cangkang sangat tipis, daging buah tebal, biji kecil, dan rendemen minyak 23-25%. (Rustam efendi lubis & Agus widanarko. SP, 2011)

(5)

2.2. Mikoriza

Untuk mengatasi ketergantungan petani akan pupuk kimia, maka perlu dilakukan terobosan baru yakni dengan menggunakan pupuk hayati yang lebih murah dan tentunya tersedia di alam. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan pemanfaatan mikoriza. Istilah mikoriza digunakan untuk menjelaskan hubungan simbiosis antara akar tanaman dan jamur. Meskipun mikoriza terbentuk di dalam tanah, faktor iklim juga penting karena dapat mempengaruhi karakteristik tanah, mempengaruhi fisiologi tanaman inang dan berakibat mempengaruhi hubungan tanaman dan jamurnya.

Faktor yang mempengaruhi infeksi mikoriza yaitu: a. Cahaya

b. Suhu

c. Kesuburan tanah d. pH tanah

e. Tipe perakaran

Peran utama dari mikoriza adalah serapan unsur hara dan translokasi, khususnya posfat. Tanaman bermikoriza bisa dikatakan mampu bertahan dari kekeringan. Pengaruh lainnya adalah terlindungnya akar dari pathogen tanah, nematode dan konsentrasi logam berat di daerah perakaran. Mikoriza mampu memberikan kontribusi kira-kira 50% kebutuhan fosfat, 40% nitrogen, dan 25% kalium pada Leucaena leucepbala dan mampu meningkatkan dua sampai tiga kali lipat pertumbuhan tanaman dibandingkan dengan perlakuan tanaman yang tidak diaplikasi (kontrol), dan hal ini hampir setara dengan pemberian pupuk Urea 130 kg/ha, TSP 180 kg/ha dan KCL 100 kg/ha. Jamur mikoriza dapat menyerap unsur hara P dari tanah.

(6)

Adapun keuntungan penggunaan mikoriza sebagai pupuk hayati dapat dikemukakan sebagai berikut:

a. Dapat menambah daya absorpsi N, P, K, Ca dan berbagai nutrisi mikro.

b. Meningkatkan ketahanan tanaman terhadap kekeringan. c. Mencegah infeksi patogen akar (soil born diseases). d. Membantu memacu peningkatan zat pengatur tumbuh.

e. Membantu aktifitas mikroorganisme yang menguntungkan lainnya misalnya : Rhizobium, Frankia, dan bakteri pencahar fosfat.

f. Memperbaiki struktur dan agregat tanah.

g. Menambah daur mineral.(Ika rochdjatun sastrahidayat, 2011).

3.3. Bokashi

Bokashi adalah jenis pupuk organik merupakan bahan organik yang telah difermentasikan dengan EM4. Bokashi dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Secara biologis dapat mengaktifkan mikroorganisme tanah yang berperan dalam transformasi unsur sehingga dapat meningkatkan ketersediaan hara tanaman. Pupuk Bokashi merupakan salah satu pupuk organik yang banyak memberikan manfaat bagi masyarakat. Dengan penggunaan pupuk bokashi diharapkan dapat membantu menyuburkan tanaman, mengembalikan unsur hara dalam tanah, sehingga kesuburan tanah tetap tejaga dan ramah lingkungan. Pembuatan bokashi sangat perlu untuk diterapkan, karena merupakan teknologi baru yang tepat guna, dengan biaya murah serta mudah dilaksanakan dengan memanfaatkan limbah ternak dan limbah pertanian yang ada. Penambahan pupuk organik ke dalam tanah dengan kompos bokashi akan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan mendorong pembiakan mikroorganisme tanah. Bokashi dihasilkan dari fermentasi bahan organik dengan teknologi EM (Effective Microorganism), yang merupakan kultur campuran berbagai organisme yang bermanfaat sebagai pengurai bahan organik. Penggunaan Effective

(7)

Microorganism dalam pembuatan bokashi selain memperbaiki kualitas tanah juga dapat meningkatkan produksi tanaman (Nasir, 2007).

Manfaat pupuk Bokashi

a. Memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah b. Meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil pertanian

c. Meningkatkan kandungan material organik tanah sehingga mengurangi kepadatan tanah dan dapat mempermudah masuknya air ke dalam tanah.

Bokashi adalah pupuk kompos yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan organik dengan teknologi Effective Microorganism 4 (EM4). Effective Microorganism mengandung Azotobacter sp, Lactobacillus sp, ragi, bakteri fotosintetik dan jamur pengurai selulosa (Teruo, 1999).

2.4. Pembibitan

Pembibitan merupakan langkah awal dari seluruh rangkaian kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit, yang sangat menentukan keberhasilan pertanaman. Melalui tahap pembibitan ini diharapkan akan menghasilkan bibit yang baik dan berkualitas. Bibit kelapa sawit yang baik adalah bibit yang memiliki kekuatan dan penampilan tumbuh yang optimal serta berkemampuan dalam menghadapi kondisi cekaman lingkungan saat pelaksanaan transplanting. Untuk menghasilkan bibit yang baik dan berkualitas diperlukan pengelolaan yang intensif selama tahap pembibitan. Dalam pengelolaan pembibitan diperlukan pedoman kerja yang dapat menjadi acuan sekaligus kontrol selama pelaksanaan di lapangan. (Bambang sulistyo DH, dkk., 2010)

(8)

2.4.1.Pembibitan awal (Pre Nursery)

Lokasi pre nursery harus berdekatan dengan main nursery. Areal dibersihkan dari gulma dan diratakan tanahnya. Persiapan pembibitan awal adalah pembuatan bedengan, parit, naungan dan pagar, persiapan media tanam, pengisian baby bag, seleksi kecambah, tanam dan pemupukan, pemasangan papan label, penyiraman, pengendalian hama dan penyakit, pengendalian gulma, pembukaan naungan, seleksi. (Maruli pardamean, 2017).

2.4.2 Pembibitan utama (Main Nursery)

Bibit dari pembibitan pre nursery dipindahkan ke kantong plastik yang lebih besar (large bag) pada umur sekitar 3 bulan atau bibit berdaun 3-4 helai. Pemindahan bibit berumur muda dapat meningkatkan resiko kematian/kerusakan bibit. Sementara itu, pemindahan bibit berumur lebih 5 bulan menyebabkan stagnasi dan biasanya bibit telah mengalami etiolasi di pembibitan pre nursery. Tahap ini disebut pembibitan utama. Biasanya sekitar 15% dari bibit tahap ini dibuang karena abnormal atau kurang baik.

Berikut standar bibit yang baik dalam large bag. a. Umur bibit 10-12 bulan

b. Tinggi bibit 100-130 cm c. Jumlah daun 15-18 pelepah d. Diameter batang 6 cm

e. Warna daun dan pelepah hijau tua

f. Bebas dari OPT (Organisme Pengganggu Tanaman)

Perawatan di main nursery kurang lebih sama dengan di pre nursery, yaitu penyiraman, pengendalian hama dan penyakit, pengendalian gulma serta seleksi bibit. Pekerjaan pembibitan utama, antara lain persiapan media tanam, pengisian large bag, pancang large bag, langsir dan susun large

(9)

bag, langsir dan transplanting bibit PN ke MN, pemasangan papan label, konsolidasi bibit, penyiraman, pemupukan, pengendalian hama penyakit, pengendalian gulma, seleksi, putar dan pangkas bibit, serta pengiriman bibit MN ke lapangan. (Maruli pardamean, 2017).

Berikut persiapan penanaman bibit PN ke MN : a. Persiapan media tanam

Tanah yang digunakan untuk media adalah tanah mineral lapisan atas (top soil) dan tidak bercampur dengan batu dan kerikil. Tekstur tanah sebaiknya lempung berliat dan mempunyai drainase yang baik.

b. Pengisian Large Bag

Large bag yang digunakan adalah terbuat dari polyetilene, tahan lapuk, berwarna hitam, dan model duduk. Large bag berukuran panjang 50 cm x lebar 40 cm dan ketebalan 0,15 mm dengan lubang-lubang drainase.

c. Penanaman

Sebelum ditanam siram tanah large bag terlebih dahulu, kemudian buat lubang di tengah large bag dengan menggunakan pipa PVC 4 inci, yang panjang dan diameternya sesuai dengan besarnya baby bag. Lalu lakukan perawatan tanaman (Maruli Pardamean, 2017)

Menurut Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) (2003) di Medan Sumatra Utara, Pupuk majemuk NPKMg 15:15:6:4 sebanyak 5,0 gram/bibit, sedang kan mulai umur 6 bulan Pupuk yang diberikan adalah Pupuk majemuk NPKMg 12:12:17:2 sebanyak 10,0 gram/bibit. Pada pembibittan utama penyiraman bibit disesuaikan dengan curah hujan, suhu dan penguapan. Kebutuhan air bibit kelapa sawit berkisar antara 3-10 liter/minggu/bibit (Fauzi, 2000).

Referensi

Dokumen terkait

Rokan Hulu Jaya telah memenuhi standar sesuai dengan PSAK No.23 yang menyatakan bahwa pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat

adanya Surat Penyataan Pindah Agama dari individu pelaku tindakan konversi (pindah) agama yang disetujui oleh wali (individu yang bertanggung jawab) direkomendasi

5. melaporkan kepada Irwasum Polri atas tindak lanjut penanganan Dumas; c. Dumas yang diterima Divpropam Polri ditindaklanjuti dengan pencatatan, penelaahan, pengkajian dan

Mengingat efek yang ditimbulkan patogen bawaan makanan terhadap kesehatan kelompok tersebut, maka sangat penting kiranya untuk memberi tahu mereka tentang peningkatan risiko yang

Setelah melalui uji biokimia, didapatkan hasil bahwa sampel dengan konsentrasi garam 100 gram, 150 gram, dan 200 gram aman untuk dikonsumsi sebab pada sampel tidak ditemukan

(2) Dalam hal ruang ASI belum memiliki konselor menyusui, pengurus tempat kerja dan penyelenggara tempat sarana umum dapat bekerja sama dengan fasilitas pelayanan

Nyamuk termasuk dalam vektor yang dapat menularkan penyakit infeksi ke manusia. Kemampuan nyamuk untuk menularkan penyakit ke manusia tergantung dari faktor

selaku Dosen Pembimbing yang dengan sabar membantu dan membimbing penulis sampai skripsi ini selesai.. •