• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. strategis untuk meningkatkan efektivitas organisasi dan untuk merealisasikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. strategis untuk meningkatkan efektivitas organisasi dan untuk merealisasikan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Supply Chain Management (SCM) merupakan salah satu faktor kunci strategis untuk meningkatkan efektivitas organisasi dan untuk merealisasikan tujuan organisasi yang lebih baik seperti peningkatan daya saing, perbaikan layanan pelanggan dan peningkatan profitabilitas (Gunasekaran et al., 2001).

Tujuan utama dari supply chain management adalah untuk memenuhi permintaan pelanggan/customer yang lebih efisien (Sarode and Sunnapwar, 2010). Perusahaan memperoleh manfaat dari SCM misalnya berupa peningkatan keuntungan dan peningkatan operasi hanya ketika supply chain dipahami dengan jelas dan dikelola dengan baik (Elrod et al., 2013).

Supply chain merupakan aktivitas terintegrasi baik di internal perusahaan maupun antar perusahaan, sehingga permasalahan yang timbul pada satu aktivitas supply chain akan memiliki dampak yang signifikan terhadap profitabilitas, bukan hanya pada satu perusahaan, tetapi berpotensi di banyak perusahaan yang terlibat dalam semua proses supply chain tersebut (Osborn and Nault, 2012).

Pertamina EP sebagai perusahaan yang bergerak di bidang eksplorasi dan produksi minyak dan gas (migas), mengelola supply chain pengadaan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan operasionalnya melalui fungsi Supply Chain Management (SCM). Gambaran alur proses supply chain pada proses pengadaan barang dan jasa di Pertamina EP sebagai berikut:

(2)

2 Gambar 1.1 Alur Supply Chain pada Proses Pengadaan di Pertamina EP

Meskipun gambaran proses supply chain pengadaan barang dan jasa di SCM Pertamina EP terlihat sederhana namun pada pelaksanaannya ternyata cukup komplek karena masing-masing tahapan melibatkan banyak pihak sehingga potensi timbulnya permasalahan semakin besar. Hal ini disebabkan setiap aktivitas tidak dapat berdiri sendiri namun harus saling berkaitan satu sama lain sehingga permasalahan pada satu aktivitas akan mempengaruhi keberhasilan keseluruhan proses supply chain sesuai ukuran kinerja yang ditetapkan.

Salah satu permasalahan yang terjadi pada proses supply chain pengadaan material di Pertamina EP adalah ketepatan waktu pengiriman (on time delivery) khususnya untuk jenis material oil country tubular goods (OCTG). Fenomena yang terjadi adalah pengiriman OCTG oleh supplier ke gudang/yard Pertamina EP sering mengalami keterlambatan. Sesuai data internal sistem MySAP pada

Perencanaan Pengadaan Proses Pengadaan Delivery Goods Receipt Invoice User Supplier Finance SCM SCM

(3)

3 kontrak-kontrak OCTG yang terbit pada tahun 2010-2014, dari 190 order material OCTG yang diterbitkan, 137 order mengalami keterlambatan pengiriman (72.11%) dengan durasi waktu keterlambatan antara 2 – 344 hari. Selain itu hampir 80% supplier mengalami keterlambatan pengiriman meskipun seleksi supplier sudah dilakukan berdasarkan kemampuan administrasi, teknis dan finansial.

Tingginya persentase keterlambatan pengiriman OCTG tersebut berdampak pada gangguan operasional perusahaan antara lain:

1) Keterlambatan operasional pemboran karena material tidak datang sesuai dengan rencana kerja yang ditetapkan.

2) Kenaikan carrying cost

Keterlambatan pengiriman membuat buffer stock menjadi tinggi karena analis cenderung mengantisipasi keterlambatan dengan menambah jumlah stock OCTG pada setiap order. Kenaikan stock tersebut menyebabkan kenaikan carrying cost.

3) Kenaikan biaya pengangkutan antar Asset karena untuk memenuhi kebutuhan material pada Asset yang order-nya terlambat harus didatangkan bantuan material dari Asset lain sehingga menimbulkan biaya pengangkutan yang seharusnya tidak diperlukan.

Permasalahan keterlambatan pengiriman OCTG menjadi permasalahan yang penting dan menarik untuk diteliti karena disamping berdampak langsung pada operasional perusahaan, OCTG juga merupakan salah satu material utama yang dibutuhkan untuk pemboran sumur. Disebut material utama karena dalam

(4)

4 struktur biaya material sumur pemboran, OCTG memiliki nilai paling dominan yaitu 41% dari total nilai material dalam satu sumur pemboran. Apabila rata-rata total material dalam satu sumur pemboran dengan kedalaman 1500 meter sebesar US$ 733,823 maka nilai biaya OCTG dalam satu sumur sebesar U$. 300,867. Dengan jumlah pemboran lebih dari 100 sumur setiap tahun (tahun 2013: 173 sumur dan tahun 2014: 114 sumur) maka nilai material OCTG dalam satu tahun pemboran sekitar U$. 34,298,838. Nilai tersebut tentunya cukup besar dan dapat mempengaruhi profit perusahaan apabila pengelolaannya tidak optimal.

Permasalahan keterlambatan pengiriman OCTG oleh supplier tidak bisa lepas dari panjangnya proses supply chain material tersebut, mulai dari penerbitan order (Release Order/RO) ke supplier, pembuatan plain-end di pabrikan yang sebagian besar berada di luar negeri, proses penguliran dan heat treatment yang harus dilakukan oleh perusahaan threading dalam negeri, pengiriman ke gudang Pertamina EP, dan proses penerimaan di gudang Pertamina EP.

Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor penyebab keterlambatan mulai dari proses order sampai dengan delivery (order-to-delivery) material OCTG oleh supplier. Identifikasi dilakukan pada setiap tahapan proses supply chain sehingga dapat menguraikan secara detail penyebab keterlambatan pada setiap tahapan. Faktor-faktor utama penyebab keterlambatan pengiriman diidentifikasi menggunakan metode root cause analysis dengan alat analisis caused effect diagram (CED) dan Failure Modes and Effects Analysis (FMEA), mengacu pada penelitian-penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

(5)

5 Chapman et al. (2011) dan Forslund et al. (2009) pada industri senjata dan industri kendaraan bermotor.

Hasil identifikasi tersebut sangat penting untuk memberikan masukan atas permasalahan yang terjadi di Pertamina EP sehingga pengelolaan supply chain material OCTG menjadi lebih baik dan permasalahan keterlambatan pengiriman OCTG di Pertamina EP yang terus berulang dari tahun ke tahun dapat diminimalisir.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka rumusan permasalahan pada penelitian ini adalah tingginya persentase keterlambatan pengiriman pada proses pengadaan OCTG di Pertamina EP yang mencapai 72.11% dengan durasi waktu keterlambatan antara 2 – 344 hari. Selain itu hampir 80% supplier mengalami keterlambatan pengiriman meskipun seleksi supplier sudah dilakukan berdasarkan kemampuan administrasi, teknis dan finansial. Permasalahan ini terjadi pada semua kontrak call of order pada kurun waktu kontrak tahun 2010-2014.

Mengingat OCTG merupakan material utama dan mempunyai nilai paling dominan pada satu sumur pemboran maka penting untuk dilakukan identifikasi penyebab permasalahan tersebut sehingga dapat menghilangkan atau meminimalisasikan risiko keterlambatan pengiriman pada masa yang akan datang.

(6)

6 1.3. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan argumentasi pada latar belakang dan rumusan masalah tersebut di atas, maka pertanyaan penelitian yang muncul adalah:

1) Faktor-faktor apakah yang menyebabkan tingginya tingkat keterlambatan pengiriman pada proses order-to-delivery material OCTG oleh supplier. 2) Faktor-faktor apakah yang memiliki potensi risiko tertinggi yang dapat

menyebabkan terjadinya keterlambatan pengiriman OCTG dan menjadi prioritas perbaikan.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini antara lain:

1) Mengidentifikasi dan menganalisis faktor penyebab keterlambatan dan potensi risiko yang dapat menyebabkan keterlambatan pada proses order-to-delivery material OCTG menggunakan Caused Effect Diagram (CED) dan Failure Modes and Effects Analysis (FMEA).

2) Menentukan prioritas perbaikan berdasarkan Risk Priority Number (RPN).

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan pada penelitian ini antara lain:

1) Memberikan masukan untuk perbaikan proses order-to-delivery OCTG di Pertamina EP sehingga dapat meminimalisir keterlambatan pengiriman OCTG permasalahan.

(7)

7 2) Peningkatan kinerja SCM Pertamina EP dan kinerja supplier sehingga

operasional perusahaan dapat berjalan sesuai dengan rencana kerja.

1.6. Batasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif, yang dibatasi oleh ruang lingkup sebagai berikut:

1) Penelitian yang dilakukan terbatas pada permasalahan keterlambatan pengiriman khusus untuk komoditi material OCTG di SCM Pertamina EP. 2) Penelitian menggunakan data kontrak material OCTG yang masih berjalan

pada tahun 2010 – 2014 di wilayah Pertamina EP.

1.7. Sistematika Penulisan

Penulisan tesis ini dikelompokkan pada lima bab, yaitu: Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian, Hasil Penelitian dan Pembahasan, dan Simpulan dan Saran.

Bab I: Pendahuluan

Bab ini berisikan latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, batasan penelitian dan sistematika penelitian. Bab II: Tinjauan Pustaka

Bab ini berisi teori-teori yang relevan dengan Supply Chain Management, Order to Delivery (OTD), Root Cause Analysis, Failure Modes and Effects Analysis (FMEA) dan aturan-aturan yang berlaku di industri hulu migas Indonesia. Literatur diambil dari artikel yang dipublikasikan melalui jurnal,

(8)

buku-8 buku tentang operation management, aturan pengadaan barang dan jasa industri hulu migas dan literatur lainnya yang relevan dengan obyek penelitian.

Bab III: Metode Penelitian

Bab ini berisi penjelasan mengenai langkah-langkah yang dilakukan oleh penulis dalam penelitian antaran lain: desain penelitian, definisi istilah/operasional, populasi dan sampel, instrumen penelitian, metode pengumpulan data dan metode analisis data.

Bab IV: Analisis Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini berisi Analisis datum dan fakta-fakta yang diperoleh dari penelitian dan datum hasil wawancara dengan supplier, dan dibahas berdasarkan teori-teori yang relevan sehingga menghasilkan rekomendasi dan solusi atas permasalahan yang ada.

Bab V: Kesimpulan dan Saran

Bab ini merupakan bagian akhir dari penulisan yang berisi kesimpulan yang diperoleh dari analisis dan pembahasan serta memberikan saran kepada SCM Pertamina EP terkait dengan penyelesaian permasalahan supply chain.

Referensi

Dokumen terkait

Asal-usul penyebaran kapak persegi melalui suatu migrasi bangsa Asia ke Indonesia. Nama kapak persegi diberikan oleh Van Heine Heldern atas dasar penampang lintangnya yang

Periksa seluruh kondisi alat terhadap hal-hal yang tidak benar 2.10.3 Preventive maintenance 1000 hours.. Preventive maintenance 1000 hours adalah service yang dilakukan setiap

Menyikapi hal tersebut dan perkembangan kemajuan TIK pada abad ke-21 yang terus berkembang pesat, maka Balai Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan (BTIKP) pada

Kehilangan panas konveksi dapat terjadi pada bayi baru lahir yang disebabkan oleh jumlah luas permukaan tubuh yang memiliki kontak dengan suhu udara dan secara

Merujuk pada pemaparan di atas, penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengkaji kemampuan anak usia empat tahun lima bulan dalam memahami kosakata dasar; (2)

Analisis stilistika pada ayat tersebut adalah Allah memberikan perintah kepada manusia untuk tetap menjaga dirinya dari orang-orang yang akan mencelakainya dengan jalan

ojek online yang lain pengendaranya berjenis kelamin laki-laki berbeda dengan Ojesy yang Sahabat Pengendaranya berjenis kelamin perempuan, hal inilah yang membuat

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar,