• Tidak ada hasil yang ditemukan

Masyarakat Alami Depresi Sosial

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Masyarakat Alami Depresi Sosial"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Kekerasan di Ruang Publik

Masyarakat Alami Depresi Sosial

Ilham Khoiri | Robert Adhi Ksp | Senin, 7 Mei 2012 | 05:56 WIB

Ilustrasi kekerasan

JAKARTA, KOMPAS.com - Berbagai kekerasan di ruang publik

belakangan ini menggambarkan, masyarakat Indonesia mengalami depresi sosial atau ketertekanan bersama-sama dan meluas.

<< Masyarakat saat ini merasa tidak nyaman, tertekan, bahkan frustasi atas keadaan yang serba tidak pasti dalam berbagai hal. >> -- Thamrin Amal Tomagola

"Masyarakat saat ini merasa tidak nyaman, tertekan, bahkan frustasi atas keadaan yang serba tidak pasti dalam berbagai hal," kata sosiolog dari Universitas Indonesia (UI) Thamrin Amal Tomagola, di Jakarta, Minggu (6/5/2012).

Komentar itu terkait berbagai kasus kekerasan di ruang publik yang kian marak belakangan ini. Sebut saja, antara lain, munculnya geng motor pita kuning pasca pembunuhan Kelasi Arifin Sirih, bentrok sebagian anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian di Gorontalo, anggota TNI menganiaya pengendara motor di Palmerah, atau pengusaha menodongkan pistol kepada pelayan kafe.

Thamrin Amal Tumagola mengungkapkan, depresi sosial itu dipicu oleh negara yang lemah, demokrasi dibajak elite, hukum tidak adil, dan ekonomi yang dikuasai pemodal. Negara sebagai penyelenggara pemerintahan lemah, dan mengeluarkan kebijakan yang nyata-nyata untuk kesejahteraan rakyat.

Demokrasi dikuasai elite politik untuk kepentingan sendiri. Hukum yang diharapkan memberikan keadilan justru mempertontonkan ketidakadilan. Kekuasaan dan modal dianggap bisa membeli hukum. Ekonomi juga dimonopoli oleh pemilik modal besar.

"Negara gagal memenuhi tanggung jawabnya kepada rakyat, tak mampu memberikan kenyamanan, keadilan, keamanan, dan kesejahteraan. Masyarakat stress dengan keadaan ini sehingga memicu depresi sosial," katanya.

Depresi itu ditunjukkan dengan mudahnya meletup kekerasan di ruang publik. Dipicu oleh hal-hal sepela saja, perilaku sebagian masyarakat menjadi agresif. Karena tak yakin masalah bisa diselesaikan oleh hukum dengan adil, akhirnya banyak orang yang mengambil jalan pintas dan main hakim sendiri.

"Kondisi itu semakin parah ketika muncul arogansi sejumlah anggota TNI atau Polri yang main kekuasaan. Situasi ini harus segera diatasi dengan memperbaiki semua faktor pemicu depresi.

(2)

Jika dibiarkan, ini akan mudah memicu konflik lebih besar," katanya.

Letupan Liar Senjata Ilegal

http://www.gatra.com/nasional-cp/1-nasional/12142-letupan-liar-senjata-ilegal

Monday, 07 May 2012 06:00

Lalu lintas di jalan Kapten Tendean, Kompleks Hergamanah, Bandung, masih agak lengang pada Jumat (4/5/2012) pukul 10 pagi. Sebuah mobil Toyota Toyota Land Cruiser bergerak pelan menyusur jalan.

Tiba-tiba, Land Cruier itu dipepet oleh Toyota Avanza berwarna hitam. Lalu, Dor... Dor... Terdengar dua kali tembakan dekat rumah bernomor 55. Tembakan dari penumpang Avanza ke pengendara Land Cruiser itu ternyata meleset.

Mobil Land Cruiser berplat nomor D 1 EB itu segera melesat, disusul Avanza. Terjadi kejar-kejaran sejenak. Di dekat rumah bernomor 22, dua tembakan terdengar lagi.

Kali ini peluru bersarang di tubuh pengemudi Land Cruiser. Mobil itu pun menabrak pohon pisang yang ada di lahan kosong di samping rumah bernomor 22 itu. Mobil Avanza hitam kemudian melarikan diri secepatnya.

Di dalam mobil Land Cruiser terlihat pria paruh baya bercucuran darah. Pria berperawarakan tinggi dan berkulit putih itu tewas terkena tembakan di leher kanan dan lengan kanan. Peluru menembus dada sebelah kanan dan leher kiri, serta punggung kanan.

Belakangan diketahui, korban penembakan itu bernama Husein Witarja Komara, seorang pengusaha jasa keamanan berusia 40 tahun. Jenazah lalu dibawa ke rumah sakit Hasan Sadikin Bandung untuk diautopsi.

Dari hasil olah TKP, polisi menemukan sebuah selongsong peluru jenis FN kaliber 9 mm, serta beberapa identitas korban dan barang-barang milik korban.

"Tidak ada tanda-tanda perampokan, karena tidak ada barang yang diambil," kata Kepala Kepolisian Resor Kota Bandung, Komisaris Besar Abdul Rahman Baso. Menurutnya, aksi pembunuhan di jalan itu diduga berlatar belakang dendam dan terlihat direncanakan.

Aksi 'koboi jalanan' Bandung itu menjadi bagian dari serentetan aksi pamer senjata di depan umum, yang sebelumnya terjadi di Jakarta, Medan dan Manado.

(3)

seorang pengemudi mobil dinas Angkatan Darat. Oknum yang kemudian diketahui berpangkat Kapten TNI Angkatan Darat berinisial A itu sempat mengumbar dua kali tembakan ke udara karena ribut dengan seorang pengendara roda dua.

Belum reda kontroversi 'Koboi Palmerah', di Manado, Sulawesi Utara, muncul kasus arogansi aparat bersenjata. Beberapa oknum anggota Kepolisian Daerah Sulawesi Utara mengamuk di Bar Delux, Manado. Mereka mengobrak-abrik fasilitas di dalam bar dan menodongkan pistol ke sejumlah karyawan bar.

Dalam video itu terlihat karyawan Bar Delux berlarian ketakutan dan masuk ke salah satu kamar karaoke. Para oknum itu marah karena diingatkan pihak bar untuk parkir pada tempatnya. Tak suka atas protes itu, oknum polisi yang berjumlah 9 orang itu kemudian mengamuk.

Belum tuntas Kasus di Manado, di Medan muncul pula berita penembakan seorang pria di siang bolong di sebuah gang di Jalan Letda Sujono. Irwansyah Putra (38 tahun), tewas meregang nyawa setelah timah panas bersarang di tubuhnya pada Kamis (3/5/2012) pukul 14.00. Pinggang kirinya berlubang, hingga mengenai salah satu ginjal.

Hanya berselang beberapa jam, pelaku penembakan berhasil dibekuk polisi. Tersangka diketahui bernama Dedy (38 tahun), yang tubuhnya dipenuhi tato. Residivis kasus narkoba dan pencurian kendaraan bermotor ini ditangkap di rumah salah satu keluarganya di kawasan Jalan Klambir Lima, Medang Sunggal, pada pukul 21.30 WIB, Kamis lalu.

Lembaga monitor hak asasi manusia, Imparsial, menilai aksi penembakan dengan senjata api ini sudah meresahkan. Sebab, pelakunya bukan saja aparat, tapi juga warga sipil yang memanfaatkan senjatA api untuk berbuat kriminal.

"Imparsial memandang merebaknya kasus-kasus penyalahgunaan senjata api baik oleh aparat keamanan ataupun warga sipil pada dasarnya bukan hal baru dan sudah mencapai taraf yang sangat mengkhawatirkan," kata Poengky Indarti, Direktur Eksekutif Imparsial.

Menurut Poengky, aaat ini peredaran dan penyalahgunaan senjata api semakin meningkatkan rasa tidak aman bagi masyarakat. Hingga pertengahan tahun 2010 sebanyak 17.983 pucuk senjata api berizin untuk bela diri, 11.869 pucuk digunakan oleh polisi khusus, 6.551 pucuk diperuntukan olahraga dan 699 pucuk untuk instansi keamanan.

Imparsial mencatat kurang lebih terdapat 46 kasus penyalahgunaan senjata api baik yang dilakukan oleh aparat keamanan maupun masyarakat dari 2005 hingga 2012. Sedangkan data Polri menyebutkan, sepanjang 2009 hingga 2011, pihak kepolisian telah menangani 453 kasus penggunaan senjata api ilegal.

(4)

mengatur tentang kontrol senjata api dan bahan peledak yang lebih lengkap dan memadai. Selain itu, perlu pembatasan penggunaan senjata api oleh warga sipil.

"Kepemilikan senjata api mestinya hanya dibolehkan untuk kepentingan olahraga, dan itu pun tidak boleh dibawa pulang," ungkap Poengky.

Penggunaan senjata api oleh aparat keamanan, kata Poengky, mestinya hanya diijinkan ketika menjalankan tugas. Selain memperkuat pengawasan, pengendalian perizinan senjata api dilakukan melalui satu pintu, yakni hanya lewat kepolisian.

Disamping itu, Poengky meminta pemilikan senjata api oleh masyarakat sipil diaudit. Ia juga mengusulkan penghentian sementara perizinan kepemilikan senjata api oleh masyarakat sipil, terkecuali untuk kepentingan olahraga. "Juga ada penguatan kontrol perbatasan dan imigrasi," ujarnya.

Senada dengan Poengky, Wakil Ketua MPR Hajriyanto Tohari menilai, penegakan hukum perlu ditingkatkan dalam menyikapi maraknya kepemilikiam senjata api secara ilegal. "Meskipun pemerintah telah membuat peraturan tentang kepemilikan senjata api, namun kenyataannya tidak jarang masyarakat yang memiliki senjata api tanpa ijin atau ilegal," ujarnya.

Padahal, regulasi kepemilikan senjata sudah ada. Persoalannya, kata Hajriyanto, tidak adanya penegakan hukum. "Peraturan adalah satu hal, dan penegakannya adalah hal yang lain,” ungkapnya.

Menurut Hajriyanto, maraknya tindak kekerasan dan kriminal dengan menggunakan senjata api akhir-akhir ini menunjukkan bahwa saat ini tengah berlangsung kemerosotan keamanan di negeri ini.

“Fenomena kemerosotan keamanan dalam bentuk penggunakan senjata api untuk berbagai aksi kekerasan ini sungguh mencemaskan sekali. Belum lagi meluasnya kepemilikan senjata-senjata oleh orang yang tidak berhak yang cenderung semakin liar,” paparnya.

Politikus Partai Golkar ini menyarankan kepada aparat penegak hukum untuk secara intens melakukan razia terhadap kepemilikan senjata api, dan menindak tegas pihak-pihak yang memiliki senjata api illegal. Aparat keamanan, terutama polisi, harus segera melakukan sweeping senjata api secara besar-besaran.

"Sita senjata-senjata api liar, tangkap pemegang senjata yang tidak sah, benahi secara total perizinan dan pemberian izin kepemilikan senjata, dan stop katebelece pemberian izin,” tegasnya. (HP)

(5)

Monday, 07 May 2012 06:00

Jakarta - Belakangan ini muncul fenomena arogansi aparat penegak hukum dan warga sipil lewat penggunaan senjata api (senpi) secara liar. Menurut Wakil Ketua Komisi Pertahanan Dewan Perwakilan Rakyat, Tubagus Hasanuddin, ada beberapa faktor pemicu fenomena tersebut.

Penyebab utamanya adalah kurangnya pendidikan disiplin dan hukum di lingkungan aparat. Selain itu, lanjut Mayor Jenderal purnawirawan itu, prosedur penggunaan senjata dan aturan di lingkungan masing-masing harus konsisten diterapkan.

"Namun adanya pandangan bahwa sikap arogan aparat penegak hukum adalah karena penerapan peradilan militer, adalah salah," ujar Tubagus. ia berpendapat, peradilan militer justru memiliki sanksi yang lebih berat daripada pengadilan biasa.

“Karena menggunakan pendekatan disiplin dan pendekatan norma hukum, maka sanksinya umumnya lebih berat dari peradilan umum,” ungkap Tubagus.

Meski Polri sudah menggunakan peradilan umum, tapi jumlah pelanggaran yang dilakukan oleh anggotanya tetap saja terjadi. Oleh karena itu, tegas politisi PDIP itu, disiplin di lingkungan aparat harus lebih digenjot. (HP, Ant)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan paparan data tentang problematika implementasi kurikulum 2013 di MTs Kota Prabumulih di atas, berdasarkan analisis peneliti, problematika di

Pengujian 1 yaitu pengujian pengaruh ukuran panjang pesan terhadap proses embedding dan extracting dilakukan dengan menggunakan file gambar yang memiliki dimensi

Numerical forecasting result and error comparison in term of Mean Absolute Percentage Error (MAPE) obtained from all network simulations and the multiple regression model

Hubungan Antara Kadar Debu, Masa Kerja, Penggunaan Masker Dan Merokok Dengan Kejadian Pneumokoniosis Pada Pekerja Pengumpul Semen Di Unit Pengantongan Semen PT.

Hasil ini menunjukkan bahwa lingkungan kerja fisik yang dimiliki oleh setiap pegawai Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Sleman memiliki pengaruh yang searah dan signifikan

Core shear stress yang dimaksud adalah tegangan geser dari core honeycomb kardus BC-flute pada komposit sandwich serat cantula yang didapat dengan persamaan

Penelitian ini bertujuan: (1) Untuk mengetahui Bagaimanakah regulasi tentang Penyidikan dan Penuntutan Tindak Pidana Korupsi; (2) Untuk mengetahui kesinkronan peraturan

Jika dibandingkan dengan keadaan Februari 2016, persentase penduduk yang bekerja mengalami penurunan pada beberapa sektor, diantaranya di Sektor Pertanian