• Tidak ada hasil yang ditemukan

Elemen-Elemen Arsitektural Post Kantoor di Tanah Deli

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Elemen-Elemen Arsitektural Post Kantoor di Tanah Deli"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | A 295

Elemen-Elemen Arsitektural Post Kantoor di Tanah Deli

Lia Veronica Wirjono

w irjono126@y ahoo.com

Mahasisw a Prodi A rsitektur, Sekolah A rsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung.

Abstrak

Saat jaman kolonialisme di Hindia-Belanda, banyak daerah-daerah yang dijajah oleh Belanda untuk diambil keuntungan sumber daya alamnya. Salah satu daerah yang dijajah adalah Tanah Deli atau yang sekarang dikenal dengan nama Medan. Di Tanah Deli ini ditemukan komoditas yang mempunyai kualitas sangat bagus hingga membuat nama Tanah Deli ini terkenal ke Belanda. Tidak lama, Tanah Deli pun mulai berkembang pesat. Untuk memperlancar arus surat menyurat saat penjajahan Belanda, didirikanlah kantor pos. Bangunan kantor pos ini dibangun pada tahun 1911, dimana elemen-elemen arsitektural yang ada masih banyak yang berasal dari Belanda. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk memaparkan elemen-elemen arsitektural yang ada pada kantor pos tersebut.

Kata-kunci: arsitektur kolonial, elemen arsitektural, kantor pos, Medan

Pendahuluan

Arsitektur kolonial merupakan sebutan singkat untuk langgam arsitektur yang berkembang selama masa pendudukan Belanda di Indoensia (Nusantara, 2010). Unsur Eropa yang masuk ke dalam komposisi penduduk menambah keanekaragaman arsitektur yang ada di Indonesia. Seiring berjalannya waktu, saat ini arsitek Indonesia pun masih berkiblat pada arsitektur kolonial tersebut. Arsitektur kolonial sendiri tersebar di berbagai wilayah di Indonesia, salah satunya kota Medan. Pada tahun 1918, Kota Medan resmi menjadi gemeente (Kota Pradja) dibawah kekuasaan Hindia- Belanda. Pada masa awal kota praja ini, Medan masih terdiri dari 4 kampung, yaitu Kampung Kesawan, Kampung Sungai Rengas, Kampung Petisah Huludan Kampung Petisa Hilir. Sejak saat itu Kota Medan berkembang semakin pesat. Berbagai fasilitas dibangun diantaranya adalah kantor Stasiun Percobaan AVROS di Kampung Baru (1919), hubungan Kereta Api Pangkalan Brandan – Besitang (1919), Konsultan Amerika (1919), Perkumpulan renang Medan (1924), Pusat pasar, rumah sakit Elizabeth, Klinik Sakit Mata, Dan Lapangan Olah Raga, Kebun bunga (1929), dan Kantor pos Medan. Kantor Pos Medan adalah kantor pos yang dapat dikategorikan berskala besar. Dibuka pada tahun 1911, bangunan kolonial yang berfungsi sebagai kantor pos ini merupakan salah satu bangunan bersejarah yang hingga kini masih berdiri kokoh di Medan dan mempertahankan fungsinya hingga saat ini. Gaya arsitektur Belanda yang masih kental, mirip dengan gaya arsitektur jembatan Titi Gantung di dekat stasiun, dan memang dipertahankan hingga sekarang. Kantor Pos Medan diarsiteki oleh salah seorang arsitek Belanda, Snuyf, yang juga merancang Kantor Ledeng Palembang. Bangunan ini memiliki luas 1200 meter persegi, dengan tinggi mencapai 20 meter (Backshall, Leffman, Reader, & Stedman, 2003).

Menurut Sumalyo dalam bukunya berjudul Arsitektur Kolonial Belanda di Indonesia (1993), Dalam perkembangan arsitektur dari segi masa, perubahan bentuk dapat dibedakan dalam dua hal, yang pertama perubahan secara perlahan atau disebut evolusioner dan yang kedua secara cepat, yang digolongkan ke dalam kategori pertama adalah arsitektur klasik bahkan beratus-ratus tahun. Arsitektur modern berkembang dan berubah dengan cepat, sejalan dengan cepatnya perkembangan teknologi dan penduduk. Arsitektur kolonial termasuk dalam kategori kedua yaitu arsitektur modern. Arsitektur kolonial di Indonesia adalah fenomena budaya yang unik, tidak terdapat di la in tempat, juga pada negara-negara bekas koloni. Dikatakan demikian karena terjadi percampuran budaya antara penjajah dengan budaya Indonesia yang beraneka ragam (Sumalyo, 1993).

(2)

Elemen-Elemen Arsitektural Post Kantoor di Tanah Deli

A 296 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017

Sejarah Perkembangan Bangunan Kantor Pos di Hindia-Belanda

Dengan tujuan memperlancar arus surat menyurat, Gubernur Jendral G.W. Baron mendirikan kantor pos pertama di Batavia pada tanggal 26 Agustus 1746. Peranan kantor pos semakin penting dan berkembang setelah penemuan teknologi telegram dan telepon sehingga dibentuk Jawatan Post Telegram (Jawatan PTT) berdasarkan statlad nomor 395 tahun 1906 (Sandyn, 2009).

Klasifikasi perkembangan pos di nusantara dipaparkan sebagai berikut (Suhanda, 2013). 1. Masa VOC (1700- 1808)

Kedatangan Bangsa-Bangsa Eropa pada akhir abad 15 Masehi, Menandai babak baru sejarah pos di Hindia-Belanda. Awalnya adalah kedatangan kapal-kapal laut Belanda di bawah pimpinan Cornelius de Houtman pada tahun 1596.

2. Masa Pemerintahan Daendels (1808-1811)

Pada masa ini, Daendels mengeluarkan peraturan-peraturan tentang pos dan membagi pulau Jawa dalam beberapa distrik yaitu Banten, Batavia, Semarang, Surabaya.

3. Masa Pemerintahan Raffles (1811-1816)

Pada masa ini Raffles mengeluarkan peraturan mengenai peraturan biaya porto untuk Surat kabar dan barang cetakan.

4. Masa Pemerintahan Belanda dan Masa Pendudukan Jepang (1816-1942)

Pada masa pemerintahan Belanda, Pengangkutan pos dimulai dengan mempergunakan kereta api Ekspress malam Batavia-Surabaya (1939). Peristiwa penting yang terjadi itu adalah perubahan bentuk usaha Dinas Pos menjadi Jawatan (1864). Pada tahun 1875, Dinas Pos digabungkan dengan dengan Dinas Telegraf dengan nama Post en Telegaaf Dienst yang berada dibawah Departement der Burgerh'jkke Openbae Werkn (Departemen Pekerjaan Umum). 5. Masa Kemerdekaan Hingga Saat Ini

Pada kurun waktu 1945-1950 situasi politik di Hindia-Belanda penuh dengan pergolakan dalam rangka merebut kedaulatan dari pendudukan Jepang dan Agresi Militer Belanda. Situasi ini tentu saja sangat berpengaruh terhadap Dinas Pos yang ditandai dengan pemindahan perangkat komunikasi, pembumi hangusan sarana-sarana fisik pos dan terganggunya sarana perhubungan pos dan telegraf.

Sejarah Post Kantoor di Tanah Deli (Medan)

Kantor Pos Besar Medan merupakan salah satu bangunan bersejarah yang hingga kini masih berdiri kokoh di Kota Medan. letaknya berada di persimpangan Jalan Balai Kota tepatnya menghadap ke lapangan merdeka Medan yang dulunya disebut esplanade, Merupakan bangunan sejarah peninggalan zaman kolonial Belanda, Bangunan ini dibangun pada tahun 1909-1911 oleh seorang arsitek bernama Ir. Simon Snuyf yang dulu merupakan Direktur Jawatan Pekerjaan Umum Belanda untuk Hindia-Belanda pada masa pemerintahan Belanda. Bangunan megah yang berdiri disudut lapangan merdeka ini memiliki luas bangunan 1200 M² dengan tinggi 20 meter, Panjang 60 meter dan Lebar 20 meter (Backshall, Leffman, Reader, & Stedman, 2003).

Gambar 1. Kantor Pos Medan tahun 2003

(3)

Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | A 297 Bangunan ini dibangun sebagai fungsi kantor pos dari aw al berdirinya hingga saat ini, kondisi bangunan ini masih terawat dengan baik. Diatas bangunan tersebut bertuliskan ANNO 1911 yang menjadi salah satu bukti tahun dibangunnya kantor pos besar Medan. Bangunan ini merupakan proyek besar pertama dilakukan oleh Ir. Simon Snuyf, seorang arsitek yang telah menjadi kepala Sipil Pekerjaan Umum untuk Hindia-Belanda saat itu (Suhanda, 2013).

Bangunan bersejarah ini memiliki atap langit -langit yang tinggi dan struktur bangunan yang kokoh serta ruangan yang cukup luas. Selain itu, bangunan bersejarah ini memiliki aspek historis yang kental terutama dari segi bentuk arsitektur bangunannya yang sangat terlihat bahwa bangunan ini sudah sangat lama dan berbeda sekali dengan bangunan-bangunan modern yang ada terdapat disekelilingnya. Ketika dilihat dari dalam ruangan maupun di luar ruangan, bangunan kantor pos ini terlihat sangat menarik untuk dilihat karena bentuknya yang unik (Suhanda, 2013).

Elemen-Elemen Arsitektural Kantor Pos Besar Medan

Elemen-elemen arsitektural yang digunakan pada kantor pos besar Medan adalah sebagai berikut (Suhanda, 2013).

1. Tower

Penggunaan tower di atas bangunan banyak dilakukan arsitek Belanda di Hindia-Belanda mulai tahun 1900-an sampai tahun 1940-an (Hadinoto 1996). Tower yang dipakai di Kantor Pos Besar Medan ini berbentuk segi delapan dengan tower-nya sendiri diberi buka-bukaan kecil sebagai ornamen dan juga penyesuaian terhadap iklim lokal di Hindia-Belanda khususnya di Kota Medan yang mempunyai iklim tropis.

2. Atap Dormer dan Gevel

Atap pada bangunan Kantor Pos Besar Medan ada dua jenis yaitu atap lokal dengan bentuk segi enam yang dipadu dengan tower dan dilengkapi dengan dormer pada atap tower dan atap dengan jenis gevel pada atap yang menghadap ke sisi lain.

Gambar 2 Tower Kantor Pos Medan dengan Sisi Segi Delapan

Sumber: sketsa pribadi, 2017

Gambar 3 Atap Dormer

(4)

Elemen-Elemen Arsitektural Post Kantoor di Tanah Deli

A 298 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 3. Bukaan pada Kantor Pos

Bukaan di Kantor Pos juga ada dua jenis, pertama yang bentuk persegi panjang dengan memanjang ke atas ini dimaksudkan agar udara dan sinar yang masuk ke dalam bangunan tidak terlalu besar. Sementara bentuk kedua dengan bukaan yang diberi bentukan lengkungan di bagian atas. Di tiap-tiap bukaan selalu dilengkapi dengan kisi-kisi agar tidak terlalu banyak cahaya yang masuk ke dalam bangunan.

4. Hiasan Puncak Atap

Hiasan puncak atap pada bangunan kantor pos besar Medan ini terdapat pada ujung atap pada bagian menara segi enam bangunan tesebut, Hiasan tersebut berbentuk tiang yang memanjang ke atas dan disertai bentuk persegi diujung tiang tersebut. Hiasan puncak atap ini merupakan salah satu elemen-elemen arsitektural kolonial Belanda di Hindia-Belanda.

Gambar 4 Atap Gevel

Sumber: sketsa pribadi, 2017

Gambar 6 Bukaan Memanjang

Sumber: sketsa pribadi, 2017

Gambar 6 Bukaan Setengah Lingkaran

Sumber: sketsa pribadi, 2017

Gambar 7 Burung Merpati

(5)

Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | A 299 Burung merpati diatas merupakan ragam hias bangunan dalam pada kantor pos besar Medan. Burung merpati sebagai logo pos pertama dengan desain Belanda kuno yang menghiasi setiap sisi dinding ruang tengah atau disebut vestibule yang merupakan tower dengan sisi segi enam pada bangunan kantor pos besar Medan.

Kaca Patri berukuran besar inilah yang menghiasi ruang tengah yang disebut vestibule. Kaca berukuran besar dengan setengah lingkaran ini merupakan desain Belanda kuno yang sudah ada sejak awal berdirinya bangunan kantor pos besar Medan.

Kubah besar pada kantor pos besar Medan ini berada di ruang tengah (vestibule). Kubah ini berbentuk segi delapan dengan balutan kuningan asli yang menghiasi langit-langit kubah tersebut. Namun, lapisan itu mengelupas akibat tragedi kebakaran yang sempat menghanguskan sebagian kecil bangunan kantor pos pada Juni 2003. Kebakaran yang disebabkan oleh hubungan pendek arus listrik itu merusak lampu hias dan ornamen di langit-langit. Kerusakan yang terjadi tidak signifikan. Pihak kantor pos sendiri telah mengembalikannya ke bentuk dan warna aslinya.

Gambar 8 Kaca Patri

Sumber: (Suhanda, 2013)

Gambar 9 Kubah didominasi Warna Kuning Emas

Sumber: (Suhanda, 2013)

Gambar 10 Lampu Hias Antik

(6)

Elemen-Elemen Arsitektural Post Kantoor di Tanah Deli

A 300 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017

Di ruang tengah, yang disebut vestibule, pada bagian atas tergantung lampu hias antik khas zaman dulu. Lampu setinggi lebih kurang sepuluh meter dan berada pada ketinggian sekitar enam meter dari lantai tersebut masih asli dari zaman Belanda.

Pada sisi kiri-kanan logo Pos Indonesia terukir terompet khas Belanda dahulu kala yang menghiasi tubuh bangunan utama atau sisi segi delapan (tower) kantor pos besar Medan tersebut.

Ukiran tulisan ANNO 1911 di bagian atas samping kiri-kanan pada bangunan kantor pos besar Medan masih terlihat jelas. Tulisan ANNO 1911 ini menjadi salah satu bukti tahun kelahiran bangunan Kantor Pos Besar Medan. ANNO 1911 merupakan bahasa yang umum di pakai di Eropa yang berarti Tahun 1911.

Pembelajaran

Dalam pembahasan studi kasus pada tulisan ini, penulis menggunakan studi literatur dari berbagai sumber dan akan dipaparkan pada paragraf-paragraf selanjutnya.

Arsitektur transisi pada hakekatnya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sejarah perkembangan arsitektur secara keseluruhan. Pada tahun 1920-an muncul suatu gaya arsitektur yang disebut sebagai arsitektur Indo-Eropa (Indo Europeesche Stijl). Bentuk arsitektur ini merupakan perpaduan antara arsitektur modern Eropa dan arsitektur setempat (Sondakh & Kristhian, 2011).

Gambar 11 Ukiran Terompet Kuno

Sumber: (Suhanda, 2013)

Gambar 13 Ukiran Seni Kolonial Berbentuk Zig Zag

Sumber: (Suhanda, 2013)

Gambar 12 ANNO 1911

(7)

Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | A 301 Arsitektur transisi biasanya berlangsung sangat singkat, sehingga sering terlupakan dalam catatan sejarah (arsitektur). Meskipun demikian bentuk arsitektur transisi yang berlangsung cukup singkat tersebut sangat menarik untuk dipelajari, karena arsitektur transisi pada hakekatnya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sejarah perkembangan arsitektur secara keseluruhan. Bentuk arsitektur transisi yang dibahas kali ini adalah bentuk arsitektur di Hindia-Be landa dari akhir abad 19 sampai awal abad ke 20.

Pada abad ke 18 dan 19, Arsitektur di Hindia-Belanda didominasi oleh gaya yang disebut sebagai “Indische Empire”. Perlu diketahui bahwa perkembangan gaya arsitektur pada akhir abad ke 18 di Jawa sudah menjurus kearah model-model rumah bangsawan Jawa dengan atap joglo yang lebih terbuka dan nyaman untuk hunian di daerah tropis lembab seperti di Jawa. Tapi Daendels datang dengan keangkuhannya, serta memperkenalkan arsitektur gaya “Empire” Perancis dari daratan Eropa. Sebelum munculnya gaya arsitektur yang sering disebut sebagai kolonial modern sesudah tahun 1915, terdapat apa yang disebut sebagai gaya arsitektur transisi (Suhanda, 2013).

Menurut Nix (1949) dalam Hartono dan Handinoto, arsitektur transisi mempunyai ciri-ciri seperti adanya teras depan (voor galerij) dan teras belakang (achter galerij) serta ruang utama (central room), masih mendominasi denah-denah arsitektur peralihan ini. Pada rumah-rumah yang berukuran besar, juga masih terdapat bangunan samping yang sering disebut sebagai paviliun. Semangat perubahan justru terletak pada tampak bangunannya. Pada arsitektur transisi ini sudah tidak tampak kolom-kolom atau pilar dengan gaya Yunani atau Romawi (Hartono & Handinoto, 2007).

Menurut Mangunwijaya (2009), bahwa arsitektur mempunyai guna dan citra. Citra itu disampaikan dalam bahasa pesan dan kesan arsitektur pada lingkungannya. Bangunan kolonial Belanda juga merupakan bangunan yang tercipta dari kebudayaan bangsa Belanda baik secara murni, maupun yang sudah dipadukan dengan budaya tradisional, dan kondisi lingkungan sekitar. Bangunan kolonial memiliki makna dan simbol-simbol yang dapat dilihat dari fungsi, bentuk, maupun gaya arsitekturnya. Handinoto dalam Wiyatiningsih (2000), penyesuaian bentuk bangunan indis terhadap kondisi iklim tropis basah digambarkan dengan ciri-ciri pokok bentuk plafon tinggi, overstek yang cukup lebar, adanya beranda-beranda yang cukup dalam, baik di depan atau di belakang rumah. Plafon yang tinggi akan mempunyai volume ruang yang lebih besar, sehingga kemungkinan terjadi panas dalam ruangan akibat radiasi dapat diperkecil. Overstek yang cukup lebar dapat dipakai untuk menahan tampias air hujan, dan juga untuk pembayangan terhadap tembok yang terkena sinar matahari langsung. Beranda depan dan belakang merupakan adaptasi terhadap arsitektur tradisional Jawa.

Kesimpulan

Kantor pos Medan merupakan bangunan kolonial yang dirancang oleh Ir. Simon Snuyf. Pada perancangannya, bangunan ini juga dibuat dengan tujuan sebagai tempat berkumpul, dapat ditinjau dari interior ruang tengahnya (vestibule). Ruang tengah ini juga berperan penting sebagai bagian fasade utama pada bangunan kantor pos jika ditinjau dari eskteriornya.

Ruang tengah kantor pos Medan juga memiliki sisi segi delapan yang memanjang ke atas membentuk tower. Tower merupakan salah satu ciri khas dari konsep arsitektur kolonial Belanda, kemudian dilengkapi dengan hiasan puncak atap untuk memperindah bangunan. Sampai saat ini, kantor pos Medan masih menjalankan fungsinya dengan baik.

Ucapan Terima Kasih

Penyampaian ucapan terima kasih ditujukan kepada Bapak Bambang Setia Budi, Asisten Professor ST, MT (ITB), PhD (Toyohashi), sebagai dosen mata kuliah Arsitektur Kolonial dengan kode mata kuliah AR3231 atas bimbingannya dalam pengerjaan jurnal ini.

(8)

Elemen-Elemen Arsitektural Post Kantoor di Tanah Deli

A 302 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017

Daftar Pustaka

Daftar pustaka yang digunakan selama pengerjaan jurnal ini adalah sebagai berikut.

Backshall, S. Leffman, D. Reader, L. & Stedman, H. (2003). The Rough Guide to Indonesia. England: Rough Guides.

Hartono. & Handinoto. (2007). Arsitektur Transisi Di Nusantara Dari Akhir Abad 19 Ke Awal Abad 20. Surabaya: Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Jurusan Arsitektur.

Nusantara, D. (2010, Mei 29). Arsitektur Kolonial. Retrieved from Pelestarian Arsitektur: http://deni-nusantara.blogspot.co.id/2010/05/arsitektur-kolonial.html

Sandyn, A. (2009). Sejarah PT Pos Indonesia Wilayah Bandung. Bandung: Universitas Komputer Indonesia. Sondakh. & Kristhian. (2011). Arsitektur Transisi Abad-19 Sampai Awal Abad Ke 20. Manado: Media Matrasain. Suhanda, R. (2013). PENERAPAN GAYA ARSITEKTUR TRANSISI/KOLONIAL PADA BANGUNAN KANTOR POS

BESAR MEDAN. Arsitektur Kolonial, 4-8.

Gambar

Gambar 1. Kantor Pos Medan tahun 2003 Sumber:  sketsa pribadi, 2017
Gambar 4 Atap Gevel  Sumber:  sketsa pribadi, 2017
Gambar 9 Kubah didominasi  Warna Kuning Emas Sumber:  (Suhanda, 2013)
Gambar 13 Ukiran Seni Kolonial Berbentuk Zig Zag  Sumber:  (Suhanda, 2013)

Referensi

Dokumen terkait

Samsudin (2005:159) menyebutkan kinerja adalah tingkat pelaksanaan tugas yang dapat dicapai seseorang, unit atau divisi dengan menggunakan kemampuan yang ada dan

Faktor utama yang paling berpengaruh adalah faktor masyarakat dan penegak hukum. Pengetahuan masyarakat yang rendah tentang kosmetik akan menimbulkan resiko pada

Peneliti : Selain berdasarkan nilai ulangan harian, apakah ada informasi lain yang digunakan dalam menetapkan peserta didik yang harus mengikuti program remedi?. Guru : Tidak

Tujuan: Pasien tidak menderita nyeri atau menurunkan intensitas atauskala nyeri yang dapat diterima anak. •

Kemudian, pada indikator membuat kesimpulan, rata-rata persentase keberhasilan siswa untuk soal nomor 4 dan 5 adalah 14%. Masih terdapat 25 siswa yang salah dalam memeriksa membuat

11, “Penjabaran Laporan Keuangan Dalam Mata Uang Asing”, untuk tujuan akuntansi investasi anak perusahaan di luar negeri dan penghitungan bagian laba (rugi) anak perusahaan,

Tab mailing merupakan fasilitas yang terdapat pada Microsoft word 2007, yang berfungsi untuk membuat sesuatu dokumen yang akan dicetak dalam jumlah banyak atau

User-defined functions, or UDFs, allow you to register custom functions in Python, Java, and Scala to call within SQL. They are a very popular way to expose advanced functionality