• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KEMAJUAN INSENTIF RISET

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN KEMAJUAN INSENTIF RISET"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KEMAJUAN

INSENTIF RISET

PENGURANGAN RISIKO BENCANA PADA DAERAH PARIWISATA DI KABUPATEN LOMBOK BARAT, NUSA TENGGARA BARAT

Peneliti Utama : Mone Iye Cornelia M., M.Sc.

Produk Target:

9.03.04 Kajian Strategi Pengembangan Budaya Sadar Lingkungan Bagi

Masyarakat

Jenis Insentif :

PROGRAM RISET TERAPAN

BALAI PENELITIAN GEOMATIKA

BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL Jl. Raya Jakarta Bogor Km 46 Cibinong 16911

(2)

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan yang memiliki garis pantai sepanjang kurang lebih 81,000 km, ditambah lagi dengan keanekaragaman hayati yang terkandung baik didarat maupun di laut, merupakan modal dasar yang tak ternilai bagi bangsa Indonesia. Dengan pantai yang mempunyai keindahan alam tropis ini akan menjadi daya tarik wisata yang luar biasa bagi para wisatawan baik domestik maupun manca negara. Sektor pariwisata menurut John Naisbitt (1994), dalam bukunya Global Paradox, merupakan salah satu industri besar yang akan berkembang pada abad millenium ke 3 ini, setelah telekomunikasi dan transportasi. Sektor pariwisata telah menjadi roda penggerak utama bagi pertumbuhan sosial maupun ekonomi dunia.

Provinsi Nusa Tenggara Barat terkenal dengan daerah tujuan wisata baik wisata alam maupun budaya. Wisata pesisir di Pantai Senggigi telah terkenal hingga ke manca negara dan merupakan salah satu lokasi tujuan wisata di Nusa Tenggara Barat. Pemandangan bawah lautnya sangat indah dan wisatawan bisa melakukan snorkeling di lokasi tersebut. Selain dikenal sebagai daerah tujuan wisata, Provinsi Nusa Tenggara Barat juga dikenal sebagai daerah yang rawan terhadap bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, tanah longsor, banjir dsb. Kejadian bencana dapat menghancurkan properti dan mengambil banyak korban (nyawa) manusia. Sejarah menunjukkan bahwa industri pariwisata juga mengalami dampak yang signifikan akibat kejadian bencana (Sharpley, 2005). Seringkali kejadian bencana mengakibatkan penurunan jumlah wisatawan yang datang ke daerah tersebut akibat ketakutan para wisatawan terhadap suatu bencana. Hal ini tidak mengherankan karena menurut World Tourism Organization (2003), faktor keamanan merupakan faktor utama pertimbangan para wisatawan untuk memilih tempat tujuan wisata. Untuk itu, sebagai wilayah yang secara geografis termasuk rawan bencana, maka diperlukan perencanaan dan pengelolaan wilayah pariwisata yang mempertimbangkan aspek kebencanaan.Hal ini sejalan dengan program MP3EI yang mengamanatkan bahwa provinsi NTB berada dalam koridor yang sama dengan Provinsi Bali dan NTT yang memprioritaskan pembangunan di bidang pariwisata.

Saat ini wacana manajemen risiko bencana untuk sektor pariwisata sudah banyak dikembangkan. Manajemen risiko ini membutuhkan peta tematik kebencanaan sebagai informasi kebencanaan spasial. Peta tematik kebencanaan ini juga merupakan informasi yang sangat dibutuhkan dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pariwisata. Dari peta tematik kebencanaan tersebut nantinya dapat digunakan oleh badan kebencanaan di tingkat lokal maupun nasional serta para pelaku pariwisata di daerah yang bersangkutan untuk menyusun rencana aksi dalam rangka mitigasi bencana.

Tujuan dari penelitian ini yaitu melakukan kajian dan pemetaan kebencanaan untuk mendukung pembuatan rencana aksi bencana di daerah pariwisata. Sedangkan sasarannya adalah untuk memberi masukan kepada pemerintah dan masyarakat yang bergerak di sektor pariwisata dan meningkatkan kapasitas masyarakat dalam rangka pengurangan risiko bencana di lokasi penelitian.

(3)

1.2 Pokok Permasalahan

Pokok permasalahan yang mendasari pelaksanaan penelitian ini adalah:

a. Banyak peta tematik bencana dibuat tapi tidak disosialisasikan kepada masyarakat.

b. MP3EI wilayah Nusa Tenggara Barat yang menjadikan NTB sebagai koridor yang memprioritaskan pembangunan di bidang Pariwisata.

c. Pariwisata di Kabupaten Nusa Tenggara Barat merupakan sumber potensi bagi pemasukan daerah dan merupakan pilar ekonomi utama. Posisi geografis Pulau Lombok yang termasuk dalam zona bencana merupakan bahan pertimbangan dalam pelaksanaan manajemen risiko bencana. Dengan demikian, sebagai penelitian terapan maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana sebaran wilayah risiko bencana di daerah pariwisata dapat dipetakan dengan menggunakan teknologi SIG.

1.3 Metodologi Pelaksanaan a. Lokus Kegiatan

Penelitian ini akan dilakukan di Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Kabupaten Lombok Barat terletak antara 115o 46’- 116o 28’ Bujur Timur dan 8o 12’ – 8o 55’ Lintang Selatan, dengan batas wilayah:

Sebelah Barat : Selat Lombok dan Kota Mataram Sebelah Timur : Kabupaten Lombok Tengah Sebelah utara : Kabupaten Lombok Utara Sebelah Selatan : Samudera Indonesia

Lombok Barat dipilih sebagai lokasi penelitian dikarenakan kondisi wilayahnya yang sesuai untuk pelaksanaan kegiatan penelitian ini. Dari segi pariwisata, Kabupaten Lombok Barat terletak pada Segi Tiga Emas Daerah Tujuan Wisata di Indonesia, yaitu disebelah Barat adalah Pulau Bali, disebelah Utara adalah Tana Toraja dan disebelah Timur adalah Pulau Komodo. Disamping itu Kabupaten Lombok Barat sangat didukung oleh kekayaan alam serta keanekaragaman budaya sebagai aset wisata. Dari segi kebencanaan, Kabupaten Lombok Barat memiliki tingkat kerawanan bencana yang cukup tinggi yaitu menduduki peringkat 17 dalam hal peringkat rawan bencana nasional (BNPB, 2011), sedangkan data-data spasial yang dibutuhkan guna mitigasi bencana masih sangat kurang. Sehingga diharapkan melalui penelitian ini dapat dihasilkan data-data spasial yang dapat digunakan sebagai masukan perencanaan terkait kebencanaan di wilayah tersebut. Lokasi penelitian akan difokuskan di Kabupaten Batulayar dengan pertimbangan sebagian besar wisata yang telah dikembangkan oleh Kabupaten Lombok Barat terletak pada wilayah ini.

(4)

Gambar 1. Peta Lokasi Kegiatan Riset PKPP b. Fokus Kegiatan

Kegiatan ini difokuskan pada kegiatan penyusunan peta risiko bencana sebagai bentuk pelaksanaan mitigasi bencana guna meminimalkan risiko yang mungkin timbul dari bencana alam di daerah Lombok Barat dilihat dari perspektif pariwisata.

c. Bentuk Kegiatan

Bentuk kegiatan yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah berupa diskusi internal di lingkungan RISTEK khususnya koridor ekonomi V (Bali dan Nusa Tenggara) bidang pariwisata, diskusi intern para peneliti di BAKOSURTANAL/BIG melalui monitoring kegiatan, koordinasi dengan pemerintah lokal yang terkait seperti Bappeda Kabupaten Lombok Barat, Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Barat, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lombok Barat, dan BPS Kabupaten Lombok Barat, pelaksanaan survei lapangan untuk pengumpulan data primer sekaligus verifikasi data citra satelit, Focus Group Discussion (FGD) dengan instansi pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan di sektor pariwisata seperti para pengusaha hotel/losmen/penginapan, rumah makan, dll, serta sosialisasi guna mendesiminasikan hasil kegiatan yang telah dicapai.

1.4 Tahapan Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan penelitian ini dibagi atas beberapa tahap, yaitu: 1) Pengumpulan data

(5)

Data yang dikumpulkan berupa data demografi, RTRW, data spasial seperti peta-peta terkait dengan kebencanaan akan dikumpulkan dari berbagai instansi seperti Bakosurtanal, BAPPEDA, BPS atau instansi lainnya.

2) Penyiapan peta risiko bencana

Identifikasi sektor kunci, fasilitas vital dan networks Resort, hotel

Polisi dan kantor pemadam kebakaran RS, klinik

Gedung pemerintah

Sekolah, lapangan atau tempat lain yang dpt dijadikan tempat pengungsian bencana Pembangkit listrik, fasilitas air, dll

3) Focus Group Discussion

Focus Group Discussion yang dilakukan dengan mengundang BPBD, pemerintah desa/kecamatan dan

tokoh masyarakat untuk mensosialisasikan dan mengenalkan peta tematik bencana yang sudah ada untuk kemudian bisa digunakan pada daerah penelitian sebagai pendukung pengembangan pariwisata yang berbasis bencana. Selain itu juga sekaligus dilakukan verifikasi data serta mengumpulkan aspirasi pihak-pihak yang diundang mengenai informasi spasial yang dibutuhkan dan diinginkan oleh para pelaku di sektor pemerintah dan pariwisata dalam rangka penyusunan rencana aksi guna mendukung pengurangan risiko bencana.

4) Analisis Data

Analisis data diarahkan untuk menghasilkan Kajian ilmiah yang memuat rencana aksi pengurangan risiko bencana serta peta tematik kebencanaan untuk daerah pariwisata.

5) Penyusunan peta tematik kebencanaan di daerah pariwisata

Berdasarkan hasil dari FGD kemudian akan disusun peta tematik kebencanaan yang memuat informasi kebencanaan terkait kegiatan pariwisata.

6) Rekomendasi PRB di daerah pariwisata.

Selain peta (data spasial), hasil dari penelitian ini juga berupa beberapa rekomendasi yang dapat digunakan sebagai masukan bagi para pengambil keputusan di tingkat daerah guna menentukan dan memutuskan kebijakan terkait mitigasi bencana di daerah pariwisata.

7) Sosialisasi Hasil

Pertemuan dan sosialisasi hasil riset dilaksanakan dengan bersinergi dengan pemerintah daerah, BPBD, peneliti dan masyarakat.

(6)

BAB II. PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN 2.1 Perkembangan Administrasi Manajerial

a. Perencanaan Anggaran

Perencanaan anggaran tahap I sebesar 30% (Rp 75.000.000) semula direncanakan akan digunakan guna melaksanakan kegiatan seperti pembayaran gaji upah (tim pelaksana kegiatan, honor untuk monitoring dan evaluator serta pembantu lapangan) sebesar 33%, pembelian ATK dan Bahan Komputer (3%), perjalanan dalam negeri dalam rangka pra survey dan survey lapangan (53%) serta untuk sewa mobil, pelaksanaan rapat teknis serta biaya operasional kegiatan (12%).

Komponen perjalanan menjadi komponen utama dalam tahap I dikarenakan komponen ini menunjang pelaksanaan kegiatan tahap awal dalam rangka pengumpulan data serta koordinasi dengan pemerintah daerah. Komponen kedua yang cukup besar dialokasikan anggarannya adalah komponen honor baik yang mencakup honor tim pelaksana (termasuk didalamnya pembantu peneliti), tim monitoring dan evaluasi serta honor pembantu lapangan.

b. Pengelolaan Anggaran

Pengelolaan anggaran dilakukan dibantu oleh pengelola PKPP di Instansi Bakosurtanal dan PPK yang terkait. Para peneliti utama membuat rancangan pencairan anggaran sebesar dana tahap I yaitu sebesar Rp 75.000.000 (30%) untuk kemudian diserahkan pada pengelola keuangan. Setelah dana cair, peneliti utama bertanggung jawab untuk membuat pertanggungjawaban keuangan sesuai dengan dana yang sudah cair tersebut dalam jangka waktu hingga Akhir Juni 2012. Hingga Juli 2012, realisasi anggaran yang digunakan adalah: untuk pembayaran gaji upah (67%), belanja bahan (3%), perjalanan dinas (23%), sewa mobil (4%), transportasi lokal (2%), dan pelaksanaan rapat teknis (2%). Kendala dan hambatan terkait pengelolaan anggaran adalah belum dilaksanakannya pencairan dana termin 2, sehingga pelaksanaan kegiatan masih menggunakan dana talangan untuk menghindari keterlambatan pelaksanaan kegiatan. Pelaksanaan ini termasuk untuk pelaksanaan survey utama serta pelaksanaan FGD serta kebutuhan lainnya. Dana tahap 2 direncanakan untuk mengganti dana yang sudah dikeluarkan selama ini.

2.2 Metode-Proses Pencapaian Target Kinerja a. Kerangka Metode-Proses

Kerangka metode yang digunakan dalam pencapaian target dan informasi rangkaian proses kegiatan untuk memenuhi target dalam kegiatan ini disusun dalam bentuk diagram alir rencana penelitian (Gambar 1), yaitu mencakup:

1. Pelaksanaan Koordinasi dan Persiapan Pelaksanaan Kegiatan 2. Studi pustaka

3. Pelaksanaan pra survei guna pengumpulan data sekunder 4. Pengolahan data awal (penyusunan peta risiko bencana) 5. Pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD)

6. Pengolahan data lanjutan

(7)

Gambar 2. Diagram Alir Rencana Penelitian b. Indikator Keberhasilan

Indikator yang menjadi tolok ukur keberhasilan pencapaian target kegiatan dalam penelitian ini didasari oleh pencapaian tahapan kegiatan sesuai dengan yang telah dijabarkan pada kerangka metode proses (diagram alir rencana penelitian). Dimana, setiap tahapan yang telah dilaksanakan menunjukkan bahwa penelitian berada pada jalur yang seharusnya dan penelitian dapat terus dilanjutkan serta diharapkan dapat menghasilkan hasil yang optimal.

c. Perkembangan Pencapaian Target

Hingga saat ini, kegiatan yang sudah dilakukan mencakup:

1. Koordinasi dengan RISTEK (koridor 5 - pariwisata) melalui email

2. Koordinasi dengan pemerintah daerah melalui telepon terkait kegiatan (pelaksanaan pra survey, pelaksanaan survey dan Focus Group Discussion) dengan Pak Ispan (Humas Pemkab. Lombok Barat), Bpk. Baihaki (Ka. Bappeda Lombok Barat), Bpk. Muridun (Ka. BPBD Kab. Lombok Barat), dan Bpk. Gde Renjane (Ka. Dinas Pariwisata Kab. Lombok Barat).

3. Ekspose internal dihadiri reviewer PKPP Bakosurtanal untuk penajaman metodologi.

4. Studi Literatur mengenai Konsep Pengurangan Risiko Bencana, profil Kab. Lombok Barat, konsep wisata dengan mempertimbangkan unsur kebencanaan.

(8)

5. Pra Survei

Pra survei ke Kabupaten Lombok Barat dilaksanakan pada tanggal 22-26 April 2012 untuk mengumpulkan data yang paling baru, seperti:

• Demografi (BPS)

• Peta Rawan Bencana (BPBD Kab. Lombok Barat)

• Histori Bencana + Jumlah korban bencana, dll (BPBD/BNPB) • Data infrastruktur, fasilitas, permukiman

• Obyek Pariwisata (Dinas Pariwisata Kab. Lombok Barat) • Jumlah Turis (Dinas Pariwisata Kab. Lombok Barat)

• Infrastruktur Pariwisata (Dinas Pariwisata Kab. Lombok Barat)

Pra survei ini juga akan digunakan sebagai wadah koordinasi dengan instansi-instansi di daerah guna mempersiapkan Focus Group Discussion (FGD) yang direncanakan akan dilaksanakan pada pertengahan Juni 2012. Hasil yang diharapkan dari pra survei: data-data spasial yang paling update terkait bencana dan pariwisata dan bahan masukan untuk menyusun daftar pertanyaan yang akan dibahas dalam FGD.

6. Pengolahan data awal:

- Pengecekan data spasial yang sudah terkumpul  Penyamaan format dan sistem transformasi/koordinat.

- Menspasial-kan data non-spasial (Data BPS, data kejadian bencana). - Pengolahan citra.

- Penyusunan peta risiko bencana  mempertimbangkan unsur elements at risk seperti permukiman dan infrastruktur pariwisata.

7. Pelaksanaan survei, pada tanggal 2 - 7 Juli 2012

Tujuan Survei: mendapatkan data koordinat obyek pariwisata dan infrastruktur wisata seperti hotel dan kafe di Kecamatan Batulayar.

Lokasi Survei: Kecamatan Batulayar.

8. Pelaksanaan Focus Group Discussion, pada tanggal 5 Juli 2012

- Focus Group Discussion yang dilakukan dengan mengundang BPBD, pemerintah desa/kecamatan dan tokoh masyarakat untuk mensosialisasikan dan mengenalkan peta tematik bencana yang sudah ada untuk kemudian bisa digunakan pada daerah penelitian sebagai pendukung pengembangan pariwisata yang berbasis bencana. Selain itu juga sekaligus dilakukan verifikasi data serta mengumpulkan aspirasi pihak-pihak yang diundang mengenai informasi spasial yang dibutuhkan dan diinginkan oleh para pelaku di sektor pemerintah dan pariwisata dalam rangka penyusunan rencana aksi guna mendukung pengurangan risiko bencana.

- FGD dihadiri oleh: SKPD di Kecamatan Batulayar (Bappeda, Dinas PU, BPBD, KKP), para pengelola hotel dan kafe, Camat dan Kepala Desa, dan Kelompok Nelayan. Dinas Pariwisata tidak dapat hadir dalam forum tersebut karena bertepatan dengan pelaksanaan event: Senggigi Festival.

(9)

9. Analisa / pengolahan data

Data-data hasil survei lapangan yang telah dikumpulkan kemudian diplotkan dalam peta kebencanaan yang sudah dibuat sebelumnya. Peta Risiko Bencana yang terdiri dari 6 jenis bencana, yaitu: 1. Gempa 2. Banjir 3. Rob 4. Erosi 5. Abrasi 6. Tsunami

Selain itu, dari hasil lapangan dibuat peta sebaran obyek wisata serta infrastruktur wisata di Kec. Batulayar. Untuk melengkapi data risiko bencana, estimasi kerugian tiap jenis bencana juga dihitung dengan 2 skenario yaitu pada saat kunjungan wisatawan sedang normal dan pada saat tingkat kunjungan wisatawan tinggi.

10. Persiapan Penyusunan Laporan Akhir 2.3 Sinergi Koordinasi Kelembagaan – Program a. Kerangka Sinergi Koordinasi

Sinergi Koordinasi yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini mencakup koordinasi dengan RISTEK, koordinasi internal di BAKOSURTANAL, koordinasi dengan para peneliti PKPP lainnya terutama di Koridor Ekonomi V bidang Pariwisata, dan koordinasi dengan pemerintah daerah. Dalam penelitian ini, pemerintah daerah yang terkait adalah Bappeda, Dinas Pariwisata, dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lombok Barat.

b. Indikator Keberhasilan Sinergi

Tolok ukur keberhasilan sinergi ini dapat dilihat dalam bentuk pelaksanaan koordinasi baik di tingkat pusat (internal dan eksternal) maupun di tingkat daerah. Bentuk sinergi koordinasi ini dapat berupa komunikasi langsung maupun tidak langsung.

Komunikasi langsung berupa: - Diskusi tatap muka - Ekspose/monitoring Komunikasi tidak langsung berupa:

- Email - Telpon

c. Perkembangan Sinergi Koordinasi

Selama ini telah dilakukan koordinasi dengan Bappeda Kab. Lombok Barat, BPBD Lombok Barat dan Dinas Pariwisata Kab. Lombok Barat guna menginformasikan kegiatan penelitian ini sekaligus mengumpulkan data-data baik spasial maupun non-spasial. Koordinasi dengan pemerintah daerah telah dilaksanakan melalui kegiatan pra survei, survey serta pelaksanaan FGD. Secara umum, semua instansi

(10)

tersebut menyambut baik kegiatan penelitian ini dan menganggap bahwa hasil penelitian ini nantinya akan sangat berguna bagi instansi di daerah. Selain dengan instansi daerah, tim juga sudah berkoordinasi dengan RISTEK melalui email dan milis koridor 5 – pariwisata dan pelaksanaan koordinasi internal di BAKOSURTANAL terkait hal-hal yang perlu dilakukan dalam penelitian ini.

2.4 Pemanfaatan Hasil Litbangyasa a. Kerangka Pemanfaatan Hasil

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berdaya guna dan dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak terutama oleh pemerintah daerah. Untuk itu dibutuhkan kerangka pemanfaatan hasil litbangyasa yang mencakup: konsep pemanfaatan, bentuk pemanfaatan dan tahapan pemanfaatan hasil litbangyasa. Secara umum, pemanfaatan hasil penelitian ini akan lebih dapat berguna apabila nantinya salah satu rekomendasi yang dihasilkan dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam perencanaan mitigasi bencana di daerah pariwisata di Kabupaten Lombok Barat. Bentuk Pemanfaatan Hasil Litbangyasa berupa Peta-peta tematik kebencanaan dapat menjadi bahan pertimbangan pemerintah daerah dalam membuat peraturan-peraturan serta kebijakan-kebijakan terkait kebencanaan.

b. Strategi Pemanfaatan Hasil

Strategi pemanfaatan hasil litbangyasa antara lain dilakukan dengan : Penulisan di jurnal ilmiah, seminar nasional dan publikasi ilmiah untuk didistribusikan ke lembaga-lembaga terkait.

c. Indikator Keberhasilan Pemanfaatan

Tolok ukur keberhasilan pemanfaatan hasil litbangyasa ini adalah apabila hasil penelitian ini dapat didistribusikan dan didiseminasikan kepada semua pihak yang membutuhkan informasi ini sehingga nantinya arah pengambilan kebijakan dapat dilakukan dengan perencanaan yang lebih matang dan lebih berdaya guna.

d. Perkembangan Pemanfaatan Hasil

Hasil kegiatan akan menjadi masukan bagi rencana aksi pengurangan risiko bencana di daerah pariwisata Kab. Lombok Barat, untuk itu harus disosialisasikan kepada semua pihak terkait. Peta tematik kebencanaan masih belum tersosialisasikan kepada masyarakat, perlu pendekatan dan strategi yang lebih mendalam untuk merangkul semua pemangku kepentingan sehingga bencana di daerah pariwisata dapat diminimilisir.

2.5 Potensi Pengembangan Ke Depan a. Kerangka Pengembangan Ke Depan

Hasil litbangyasa yang dicapai dalam penelitian ini hanya akan melihat risiko bencana di daerah pariwisata tanpa melihat unsur local wisdom didalamnya. Local wisdom perlu digali lebih dalam lagi sehingga nantinya didapatkan informasi mengenai cara menangani bencana yang telah dikembangkan oleh masyarakat lokal di Kabupaten Lombok Barat.

(11)

b. Strategi Pengembangan Ke Depan

Strategi pengembangan hasil penelitian ini dengan melihat isu-isu terkini terkait kebencanaan dan pariwisata sehingga kedepannya, hasil penelitian ini tidak hanya merupakan dokumen hasil penelitian tetapi lebih jauh lagi dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai acuan dalam penanganan bencana di daerah.

(12)

BAB III. RENCANA TINDAK LANJUT

3.1 Rencana Tindak Lanjut Pelaksanaan Pencapaian Target Kinerja

Rencana tindak lanjut pelaksanaan pencapaian target kinerja yang akan dilaksanakan adalah melanjutkan pengolahan data serta penyusunan laporan akhir.

3.2 Rencana Tindak Lanjut Koordinasi Kelembagaan – Program

Rencana tindak lanjut koordiansi kelembagaan – program melanjutkan koordinasi yang telah dilakukan selama ini yaitu melalui koordinasi dengan RISTEK melalui milis dan email, koordinasi dengan tim peneliti PKPP lainnya terkait sharing data dan informasi, koordinasi internal di BAKOSURTANAL berupa ekspose dan monitoring dengan melibatkan para reviewer, serta koordinasi dengan pemerintah daerah guna terus mendesiminasikan hasil kegiatan yang telah dicapai serta rencana pelaksanaan kegiatan selanjutnya.

3.3 Rencana Tindak Lanjut Pemanfaatan Hasil Litbangyasa

Rencana tindak lanjut pemanfaatan hasil litbangyasa yang akan dilakukan adalah menulis paper/tulisan ilmiah untuk kemudian dapat disosialisasikan dalam berbagai forum seminar ilmiah.

3.4 Rencana Tindak Lanjut Pengembangan ke Depan

Rencana tindak lanjut pengembangan ke depan akan dilakukan studi literatur dan penggalian informasi dini mengenai local wisdom sehingga diharapkan dari penelitian ini dapat membahas mengenai hal ini walaupun tidak sampai detil.

(13)

BAB IV. PENUTUP Selama periode 6 bulan pertama, telah dilakukan :

1. Pra Survei Kegiatan Pengurangan Risiko Bencana pada Daerah Pariwisata di Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat dilaksanakan pada tanggal 22 – 26 April 2012. Adapun tujuan dari pelaksanaan pra survei ini adalah untuk koordinasi awal dengan pemerintah daerah, khususnya Bappeda Kabupaten Lombok Barat, Badan Pengurangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lombok Barat, dan Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Barat. Pra survei ini juga akan digunakan sebagai wadah koordinasi dengan instansi-instansi di daerah guna mempersiapkan Focus Group Discussion (FGD) yang direncanakan akan dilaksanakan pada pertengahan Juni 2012.

Kegiatan yang dilakukan selama pra survey dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Kegiatan pra survei di Kabupaten Lombok Barat (22-26 April 2012)

Hari/ Tanggal

Lokasi Jenis Kegiatan Kontak Person Hasil

Minggu/ 22 April 2012

Jakarta- Mataram

Perjalanan dari Jakarta – Mataram

Senin/ 23 April 2012

Bappeda Provinsi NTB

Koordinasi awal dan cari data

Abel Syamsul Hatuina (087882217676)

Informasi umum mengenai kondisi Lombok Barat dan kejadian bencana di NTB.

BPBD Prov.

NTB

Koordinasi awal dan cari data

Ka. BPBD Prov. NTB: Husnuddin (08123764356 / 081803621237)

Sekretaris BPBD: Heru (087865327086)

Informasi umum mengenai kebencanaan di NTB terkait kejadian bencana, mitigasi bencana, dan kontak person di BPBD Kab. Lombok Barat.

Selasa/ 24 April 2012

Kecamatan Batulayar

Koordinasi awal dan cari data

Camat Batulayar, Kades

Meninting, Kades

Batulayar

Informasi kejadian bencana dan pariwisata Rabu/ 25 April 2012 Bappeda Kab. Lombok Barat Koordinasi awal dan cari data

Kabid. Fispra: Arief Nuradhi N.

Data RTRW Kab. Lombok Barat. Dinas Pariwisata Kab. Lombok Barat Koordinasi awal dan cari data

Kabid. Promosi: Sri Kabid. Destinasi Wisata: Patriotika

Profil pariwisata Lombok Barat

BPBD Lombok Barat

Koordinasi awal dan cari data

Sekretaris: Nyoman

Nengah

Kasie. Kesiapsiagaan: Tohri (081907325300)

(14)

Gambar 3. Koordinasi dengan pemerintah Kab. Lombok Barat Data yang terkumpul sampai saat ini yaitu:

Demografi: Lombok Barat dalam angka 2010, Podes 2008 (BPS) -- pdf

Peta Rawan Bencana: tsunami, banjir, longsor, kekeringan (BPBD Kab. Lombok Barat) -- shp Histori Bencana + Jumlah korban bencana, dll (BPBD/BNPB) -- excel

Data infrastruktur, fasilitas, permukiman -- shp

Obyek Pariwisata (Dinas Pariwisata Kab. Lombok Barat) -- laporan Jumlah Turis (Dinas Pariwisata Kab. Lombok Barat) -- laporan

Infrastruktur Pariwisata (Dinas Pariwisata Kab. Lombok Barat) – laporan RTRW Kabupaten Lombok Barat -- shp

Citra satelit Quickbird

2. Survei Kegiatan Pengurangan Risiko Bencana pada Daerah Pariwisata di Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat dilaksanakan pada tanggal 2 – 7 Juli 2012. Kegiatan yang dilakukan adalah berupa

(15)

koordinasi dengan Bappeda Kabupaten Lombok Barat, survei pengumpulan data koordinat hotel, obyek wisata dan infrastruktur penunjang serta FGD.

Adapun tujuan dari pelaksanaan survei ini adalah untuk pengumpulan data primer terutama terkait poin-poin lokasi hotel, obyek wisata dan infrastruktur pendukung lainnya. Dalam pelaksanaan survey ini juga dilaksanakan Focus Group Discussion (Diskusi Terarah) yang bertujuan sebagai wadah diskusi sekaligus menggali informasi sebanyak-banyaknya mengenai strategi penanganan bencana di daerah Kecamatan Batulayar.

Kegiatan yang dilakukan selama survei dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 2. Kegiatan survei di Kabupaten Lombok Barat (2 – 7 Juli 012)

Hari/Tanggal Lokasi Jenis Kegiatan

Senin/ 2 Juli 2012

Jakarta- Mataram Perjalanan dari Jakarta – Mataram Survei pengambilan data

Selasa/3 Juli 2012 Kecamatan Batulayar Survei pengambilan data

Rabu/ 4 Juli 2012

Bappeda Kab. Lombok Barat Koordinasi dan persiapan pelaksanaan FGD Pengolahan data hasil survey

Analisis awal

CP: Kabid. Fispra: Arief Nuradhi N. Kamis/5 Juli 2012 Kecamatan Batulayar FGD

Jumat/6 Juli 2012

Bappeda Kab. Lombok Barat Koordinasi dan penyusunan laporan FGD CP: Kabid. Fispra: Arief Nuradhi N.

(16)

Gambar 4. Focus Group Discussion Hasil yang dicapai hingga saat ini adalah:

1. Pengolahan data awal yaitu penyamaan format, cropping data sesuai daerah yang menjadi fokus dalam penelitian ini yaitu Kecamatan Batulayar dan pengolahan data tabular menjadi data spasial (excel to shp).

2. Peta tematik kebencanaan Kecamatan Batulayar. Peta rawan bencana:

a. Banjir rob b. Banjir (sungai) c. Longsor d. Abrasi e. Gempa f. Kekeringan g. Angin ribut h. Tsunami

(17)

Peta Rawan Bencana Tsunami Kec. Batulayar Peta Rawan Bencana Abrasi Kec. Batulayar

(18)

Peta Rawan Bencana Banjir Rob Kec. Batulayar Peta Rawan Bencana Gempa Kec. Batulayar Berdasarkan hasil survei lapangan dan pengolahan data, didapatkan hasil bahwa semua desa di Kecamatan Batulayar merupakan wilayah yang rawan bencana banjir, pasang air laut (rob), gempa, abrasi, erosi, dan tsunami.

Desa Gempa Tsunami Erosi Rob Banjir Abrasi

Senggigi       Batulayar       Meninting    Senteluk    Sandik       Lembah Sari      

Peta kerentanan total: merupakan hasil overlay antara kerentanan dan kapasitas.

Kerentanan disusun menggunakan data Podes. Parameter kerentanan yang digunakan adalah:

Parameter Kerentanan Bobot

Sosial (Kependudukan) 60

% Perempuan Total Penduduk

Jumlah Penyandang Cacat % Kemiskinan

(19)

Infrastruktur (Fisik) 40 Jumlah Sekolah

Jarak ke Ibukota Kecamatan (km)

Waktu tempuh Dengan Kendaraan Tercepat Ke Ibukota Kecamatan (menit)

Jumlah Sarana Kesehatan Petugas Kesehatan

Sedangkan data kapasitas, disusun menggunakan data Podes dengan parameter sebagai berikut:

Parameter Kapasitas Bobot

Histori Bencana 30

Kejadian longsor Kejadian banjir Kejadian rob

Kejadian angin puting beliung

Dukungan bantuan 20 Warga Pemerintah desa Pemerintah kabupaten Pemerintah propinsi Pemerintah pusat Partai politik Lembaga kemasyarakatan Media massa LSM LN Lainnya Mitigasi Bencana 50

Sistem pengamanan dini

Perlengkapan keselamatan

Gotong royong

Penyuluhan keselamatan

Rambu-rambu bencana

Lainnya

Data kerentanan dan kapasitas kemudian diskoring dan dihitung berdasarkan bobotnya. Hasil perhitungan yang didapatkan kemudian dikelaskan menjadi 3 kelas, yaitu kerentanan tinggi, sedang, dan rendah. Peta kerentanan terhadap bencana untuk Kecamatan Batulayar dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.

(20)

Peta Kerentanan Total Kec. Batulayar

Desa yang memiliki kerentanan tinggi terhadap bencana adalah Desa Sandik dan Lembah Sari. kerentanan sedang adalah Desa Meninting, Batulayar, Senggigi, sedangkan desa dengan kerentanan rendah adalah Desa Senteluk.

Peta Risiko Bencana

Peta Risiko Bencana Kecamatan Batulayar disusun berdasarkan peta rawan bencana dan peta kerentanan bencana Kecamatan Batulayar.

(21)

Peta Risiko Tsunami Kecamatan Batulayar Peta Risiko Abrasi Kecamatan Batulayar

(22)

Peta Risiko Rob Kecamatan Batulayar Peta Risiko Gempa Kecamatan Batulayar 3. Sebaran obyek wisata dan infrastruktur pariwisata

Sebaran obyek wisata dan infrastruktur pariwisata seperti hotel baik hotel berbintang maupun hotel melati serta kafe diplotkan dalam Peta Sebaran Obyek Wisata dan Infrastruktur Wisata Kecamatan batulayar. Data atribut peta tersebut juga memuat informasi mengenai masing-masing obyek wisata serta infrastruktur wisata, seperti nama pemilik hotel, alamat, jumlah kamar, jumlah tempat tidur, dan jumlah tenaga kerja.

Peta sebaran obyek wisata, hotel dan infrastruktur di Kecamatan Batulayar dapat dilihat di bawah ini.

(23)

Peta Sebaran Obyek Wisata Kec. Batulayar Peta Sebaran Hotel Kec. Batulayar

Peta Sebaran Hotel Kec. Batulayar

Dari informasi yang dikumpulkan dari survei lapangan kemudian dibuat estimasi kerugian apabila terjadi bencana alam di Kabupaten Batulayar dengan menggunakan dua skenario, yaitu

(24)

apabila bencana terjadi saat musim kunjungan wisatawan normal dan musim kunjungan tinggi (Lihat Tabel).

4. Kesimpulan sementara:

a. Seluruh wilayah Kecamatan Batulayar merupakan daerah rawan bencana sehingga dibutuhkan manajemen pengurangan risiko yang tepat untuk meminimalisir risiko yang mungkin timbul. Selama ini yang dilakukan pihak pemerintah baik di di BPBD maupun di tingkat pemerintahan desa masih terbatas dalam hal pembangunan infrastruktur guna menangani bencana, terutama banjir. Untuk selanjutnya, pengurangan risiko bencana yang perlu ditingkatkan adalah:

a. Penguatan kapasitas masyarakat terhadap bencana berupa pelatihan serta sosialisasi kebencanaan kepada masyarakat umum. Didalamnya termasuk pula training kepada pengelola atau pekerja di sektor pariwisata.

b. Penambahan rambu-rambu bencana didaerah obyek wisata (terutama daerah sepanjang pantai) dan sarana pariwisata seperti hotel dan restoran/café.

c. Pembuatan leaflet atau buku informasi mengenai kebencanaan di sekitar daerah pariwisata guna meningkatkan pengetahuan orang akan bencana yang ada di daerahnya sekaligus meningkatkan kewaspadaan dalam menghadapi bencana.

b. Berdasarkan data yang ada, bencana yang memiliki risiko paling tinggi terhadap aktifitas pariwisata di Kec. Batulayar adalah Tsunami, sedangkan yang paling rendah adalah abrasi. Hasil ini berbeda dengan yang didapatkan dari FGD, dimana banjir merupakan bencana yang memiliki risiko paling tinggi di Kec. Batulayar. Hal ini dikarenakan banjir merupakan bencana yang kerap melanda daerah ini dan seringkali menimbulkan kerugian.

Gambar

Gambar 1. Peta Lokasi Kegiatan Riset PKPP
Gambar 2. Diagram Alir Rencana Penelitian
Tabel 1. Kegiatan pra survei di Kabupaten Lombok Barat (22-26 April 2012)  Hari/
Gambar 3. Koordinasi dengan pemerintah Kab. Lombok Barat  Data yang terkumpul sampai saat ini yaitu:
+3

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan definisi tersebut, Fireworks lebih diutamakan penggunaannya untuk desainer website dengan latar belakang keahlian desain grafis, yang melibatkan perangkat image

Bentuk kegiatan yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah berupa diskusi internal di lingkungan RISTEK khususnya koridor ekonomi V (Bali dan Nusa Tenggara) bidang

Penelitian ini memiliki tujuan yaitu untuk merancang dan membangun sistem pendukung keputusan cather of the month menggunakan metode SAW (Simple Additive

Secara umum pengertian paving block adalah batu cetak yang berasal dari campuran bahan bangunan berupa pasir dan semen portland dengan perbandingan campuran tertentu yang

Model pembelajaran bahasa asing yang terkesan terlalu mekanistis dengan menempatkan pengajar sebagai orang yang paling tahu (teacher-centered learning) dan menempatkan siswa

Pada kelompok yang menggunakan metode mengajar elementer terhadap hasil belajar teknik dasar tendangan depan pencak silat adalah nilainya lebih besar dari pada

Tujuan penelitian in adalah Mengetahui perbedaan normalitas tekanan darah pada lansia yang melakukan senam dan tidak senam di wilayah kelurahan Tlogomas, Malang..

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa: (1) Sosial ekonomi dan sosial demografi berpengaruh positif dan signifikan terhadap modal sosial di desa persawahan