• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI FINANSIAL USAHA TERNAK KAMBING PERANAKAN ETTAWA PADA KELOMPOK PETERNAK DI KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI FINANSIAL USAHA TERNAK KAMBING PERANAKAN ETTAWA PADA KELOMPOK PETERNAK DI KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI FINANSIAL USAHA TERNAK KAMBING PERANAKAN ETTAWA PADA KELOMPOK PETERNAK

DI KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO (Financial Evaluation on Ettawa Cross Goat Farming of Farmers Group in Kaligesing District Purworejo Regency)

S. E. Nurcahyadi, E. Rianto, dan E. Prasetyo

Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang

ABSTRAK

Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 5 Mei 2001 sampai 21 Juli 2001 di Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo. Penelitian bertujuan untuk melakukan evaluasi usaha ternak kambing Peranakan Ettawa (PE) pada kelompok peternak kambing PE berdasarkan kriteria ‘revenue-cost (R-C) ratio’, rentabilitas, ‘payback period’ (PP) dan ‘return on investment’ (ROI).

Responden yang diambil adalah peternak yang masuk menjadi anggota kelompok usaha ternak kambing di lokasi penelitian. Penentuan jumlah responden dilakukan dengan metode “stratified random sampling”, dengan 3 strata berdasarkan jumlah pemilikan ternak, yaitu 0,390 – 0,990 Satuan Ternak (ST), 0,991 – 1,591 ST dan 1,592 – 2,200 ST untuk Strata I, II dan III. Jumlah responden yang diambil 49 orang tersebut terdiri 23 responden di Desa Pandanrejo dan 26 responden di Desa Tlogoguwo.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata laba petani peternak kambing PE Strata I, II dan III, berturut-turut adalah Rp 2.348.542,-; Rp 2.900.909,- dan Rp 4.768.690,- ‘payback period’ usaha ternak kambing PE pada Strata I, II dan III berturut-turut adalah 3,05 tahun, 3,94 tahun dan Strata III adalah 3,63 tahun. ‘Revenue-cost ratio’ pada Strata I adalah 2,69, Strata II adalah 2,71, dan Strata III 2,89. ‘Return on investment’ pada Strata I adalah 38,82%, Strata II sebesar 29,68% dan Strata III adalah 32,57%. Hasil uji t-student menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata (P>0.05) pada semua kriteria yang diamati.

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa usaha ternak kambing PE di Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo layak untuk diteruskan menjadi usaha dengan skala lebih besar dan maju.

Kata kunci : kambing Peranakan Ettawa, kelompok peternak, laba usaha dan evaluasi usaha

ABSTRACT

The survey was carried out from the 5th of May to the 21st of July, 2001, in Kaligesing District, Purworejo Regency. This survey was aimed to evaluate the feasibility of Ettawa Cross goat farming run by members of a farmer group, based on revenue-cost (R-C) ratio, rentability, payback period (PP) and return on investment (ROI) criteria.

The respondents were chosen by stratified random sampling method, based on the amount of goats possessed, i.e. 0,390 – 0,990 Animal Unit (AU); 0,991 – 1,591 AU and 1,592 – 2,200 AU for Stratum I, II and III, respectively. There were 49 farmers chosen as respondents, consisted of 23 respondents in Pandanrejo Village and 26 respondents in Tlogoguwo Village.

The results showed that the mean profit of the Stratum I, II and III were Rp 2.348.542,15; Rp 2.900.909,45 and Rp 4.768.690,02, respectively. Payback period of the Stratum I, II and III were 3,05 years, 3,94 years and 3,63

(2)

years, respectively. Revenue-cost ratio of the stratum I, II and III were 2,69; 2,71 and 2,89, respectively. Return on investment of stratum I, II and III were 38,82%, 29,68% and 32,57%, respectively. The results of t-student tests showed that there were no significant differences (P>0.05) in all criteria measured.

It was concluded that Ettawa-Cross Goat farming in Kaligesing District, Purworejo Regency, were feasible to be developed.

Keywords: Ettawa cross goat, farmer group, profit, business feasibility

PENDAHULUAN

Masyarakat pedesaan di Kecamatan Kaligesing pada umumnya mempunyai pekerjaan sebagai petani, dengan luas pemilikan lahan yang relatif sempit (

±

0,5 ha). Lahan tersebut digunakan sebagai tempat tinggal, bercocok tanam dan usaha yang lain. Kecamatan Kaligesing terdapat sedikit sawah karena letaknya di pegunungan, melainkan hanya tegalan sebagai media budidaya tanaman dan rumput untuk makanan ternak.

Salah satu upaya yang dilakukan petani untuk meningkatkan pendapatan sekaligus memanfaatkan waktu kerja yang luang, adalah berusaha di bidang peter nakan. Komoditas utama yan g dipilih masyarakat di Kecamatan Kaligesing adalah ternak kambing Peranakan Ettawa (PE), mengingat ternak ini dalam pemeliharaannya tidak membutuhkan lahan yang luas, tidak membutuihkan modal yang tinggi dan cara beternak yang tidak rumit, sehingga sesuai dengan keterbatasan faktor-faktor produksi yang dimiliki petani.

Bertitik tolak dari manfaat usaha ternak kambing dan biaya-biaya produksi yang diperlukan, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui tingkat pendapatan yang diperoleh peternak melalui kriteria evaluasi usaha, baik secara teknis maupun secara finansial, pada usaha peternakan kambing PE di Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo, khususnya anggota kelompok tani ternak. Penelitian ini juga dimaksudkan pula untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha. Hasil yang diperoleh diharapkan dapat memberi informasi-informasi dan saran-saran pemilihan alternatif dalam pengembangan usaha lebih lan jut di Kecamatan Kaligesin g Kabupaten Purworejo.

MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari 5 Mei sampai 21 Juli 2001. Lokasi penelitian adalah Desa Pandanrejo dan Desa Tlogoguwo, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo, Propinsi Jawa Tengah. Responden yang diambil adalah peternak yang masuk menjadi anggota kelompok usaha ternak kambing program pengembangan usaha yang berada di daerah tersebut. Data yang diambil yaitu data primer dan data sekunder pada usaha ternak kambing PE di Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo. Data primer dibagi menjadi : 1) data untuk analisis teknis suatu usaha, 2) data untuk analisis finansial berdasarkan hasil wawancara yang kemudian dipr oyeksikan un tuk men gh itun g pr oyeksi penerimaan dan pengeluaran usaha. Data sekunder didapat dengan mencatat data yang telah tersedia di instansi-instansi yang terkait dengan penelitian ini. Metode Penelitian dan Pengambilan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan dengan metode survei sesuai dengan rekomendasi Sudjana (1982). Pen en tuan lokasi daer ah dilakukan secar a ‘purpossive sampling’, yaitu dengan mengambil Desa Pandanrejo dan Desa Tlogoguwo Kecamatan Kaligesing, dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut merupakan daerah pengembangan usaha ternak kambing. Penentuan kelompok ternak juga dilakukan secara ‘purpossive’ yaitu, dipilih kelompok yan g mempun yai pr estasi yan g palin g baik berdasarkan catatan yang ada di Dinas Kehewanan dan Kelautan Kabupaten Purworejo. Kelompok Tani Ternak (KTT) yang dipilih adalah KTT Sidomaju II di desa Pandanrejo dan KTT Karyamaju I di desa Tlogoguwo.

(3)

dengan cara ‘stratified random sampling’ di setiap desa yang dilakukan berdasarkan jumlah ternak yang dipelihara sesuai dengan standar yang ditentukan kelompok dan aktif dalam pertemuan rutin setiap bulan. Berdasarkan ketentuan tersebut, jumlah yang diambil sebanyak 49 orang yang terdiri dari 23 responden (67,65 %) dari 34 orang anggota di desa Pandanrejo dan 26 responden (86,67 %) dari 30 anggota di desa Tlogoguwo.

Berdasarkan data yang diperoleh, dibuat stratifikasi berdasarkan jumlah pemilikan ternak. Pembagian strata dimaksudkan untuk mengetahui perbandingan besarnya modal, biaya produksi, penerimaan dan nilai-nilai dari evaluasi usaha pada masing-masing strata pada jumlah pemilikan yang berbeda, serta untuk mengetahui produktivitas usaha pada jumlah kepemilikan ternak yang berbeda. Disamping itu dimaksudkan untuk memperkecil heterogenitas pada antar peternak. Berdasarkan jumlah pemilikan ternak, responden dibagi menjadi 3 strata, yaitu:

1. Strata I, jumlah pemilikan ternak 0,390 – 0,990 ST

2. Strata II, jumlah pemilikan ternak 0,991 – 1,591 ST

3. Strata III, jumlah pemilikan ternak 1,592 – 2,20 ST

Selanjutnya dari stratifikasi tersebut, maka responden yang berjumlah 49 orang dibagi menurut strata-strata. Strata I sebanyak 22 responden, strata II sebanyak 16 responden dan strata III sebanyak 11 responden. Curahan tenaga kerja dihitung berdasarkan asumsi yang direkomendasikan oleh Hernanto (1989) bahwa seorang tenaga kerja pria akan bekerja selama 300 hari kerja (HK) dalam setahun, tenaga kerja wanita selama 226 HK setahun dan anak-anak 140 HK setahun. Satu tenaga kerja pria yang bekerja 7 jam per hari sama dengan satu hari kerja pria (HKP), satu tenaga kerja wanita sama dengan 0,7 HKP dan satu tenaga kerja anak-anak sama dengan setara 0,5 HKP (Hernanto, 1989).

Analisis Data

Alat-alat analisis yang digunakan adalah: 1)

‘Revenue Cost Ratio’, yaitu per bandin gan penerimaan dan biaya, 2) ‘Payback Period’ (PP), yaitu perh itun gan waktu yan g dibutuh kan untuk mengembalikan investasi yang ditanam, 3) ‘Return on invesment’ (ROI), yaitu perbandingan antara keuntungan netto dengan investasi awal, dan 4) Ren tabilitas Modal Sen dir i (RMS), yaitu perbandingan antara laba bersih (laba setelah dikurangi dengan biaya-biaya untuk pihak lain termasuk pajak dan bunga pinjaman) dibandingkan dengan modal sendiri.

Uji kenormalan data dilakukan sebelum data dianalisis yaitu menggunakan metode Lillifors. Apabila data berdistribusi normal, maka analisis dilakukan dengan menggunakan uji t-student (Sudjana, 1982; Sugiyono, 1999).

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Responden

Keadaan Umum responden meliputi umur, tingkat pendidikan, mata pencaharian, jumlah keluarga dan pengalaman beternak dapat dilihat pada Tabel 1. Data yang tertera pada Tabel 1 menunjukkan sebagian besar responden berumur 32 – 59 tahun yang merupakan umur produktif, yaitu 18 orang (81,81%) pada strata I, 13 orang (81,25%) pada strata II dan 7 orang (63,63%) pada strata III. Peternak yang mempunyai umur produktif akan bekerja dengan selur uh kemampuan fisikn ya seh ingga akan mendukung keberhasilan usaha ternak kambing PE (Hernanto, 1989).

Pada strata I, tingkat pendidikan sebagian besar responden adalah tamat SD, yaitu 10 orang (45,45%). Pada strata II terdapat masing-masing 7 orang (43,75%) berpendikan SD dan SLTP. Pada strata III sebanyak 7 orang (63,63%) berpendidikan SLTA. Tingkat pendidikan berperan dalam mendukung tingkat adopsi zooteknik, sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah menerima dan menyerap inovasi baru dalam beternak, yang pada gilirannya tingkat laba yang diperoleh akan semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Djamali (2000) yang menjelaskan bahwa keterbatasan pendidikan dan pengalaman akan menutup cakrawala

(4)

gagasan yang ada pada memori pikirannya. Lebih lanjut dijelaskan bahwa pemahaman terhadap prinsip teknik dan prinsip ekonomis menjadi syarat bagi keberhasilan seorang pengelola usahatani.

Mata pencaharian sebagian besar responden adalah bertani, pada strata I sebanyak 15 orang (68,18%), strata II sebanyak 9 orang (56,25%) dan strata III sebanyak 4 orang (36,36%). Pada strata III sebagian besar responden (7 orang, 63,63%) adalah bukan petani, yaitu sebagai Pegawai Negeri Sipil dan perangkat desa. Mata pencaharian responden di bidang pertanian sangat mendukung keberhasilan usaha ternak kambing. Perpaduan dari kedua usaha ini dapat memberikan kontribusi pendapatan keluarga secara nyata. Ketersediaan tenaga kerja dan pakan yang berasal dari usahatani tanaman akan mengurangi biaya produksi sehingga dapat meningkatkan pendapatan peternak (Hernanto, 1989).

Lahan yang berupa tanah yang cukup luas adalah modal awal peternak dalam merencanakan

pengembangan usahanya. Pemilikan lahan sebagian besar responden seluas 1,01 – 2,00 ha, berupa tanah tegalan karena terletak di daerah perbukitan. Keluasan lahan ini mempengaruhi daya dukung usaha peternakan kambing dalam hal penyediaan pakan hijauan. Djamali (2000) menjelaskan bahwa untuk memaksimalkan hasil dari usaha peternakan diperlukan daya dukung dari usahatani yang lainnya, khususnya dalam penyediaan pakan hijauan.

Potensi tenaga kerja dari dalam keluarga meliputi seluruh tenaga kerja potensial yang tersedia dalam satu keluarga tani. Sebagian besar responden mempunyai jumlah keluarga sebanyak 2-4 orang, dengan perincian sebagai berikut: pada strata I sebanyak 14 orang (63,63%), strata II sebanyak 8 or-ang (50,00%) dan strata III sebanyak 8 oror-ang (61,54%). Potensi tenaga kerja yang dimiliki keluarga merupakan bahan pertimbangan dalam pemilihan usaha ternak dan luasan usahatani ternak kambing yang akan dikelola. Sebagian besar responden hanya memiliki Tabel 1. Keadaan Umum Responden

Strata

I II III

No Identitas

Orang % Orang % Orang %

1. Umur (tahun) 32-59 60-76 18 4 81,81 18,18 13 3 81,25 18,75 7 4 63,63 36,36 2. Tingkat pendidikan - Tamat SD - Tamat SLTP - Tamat SLTA - Tamat Diploma 10 4 6 2 45,45 18,18 27,27 9,09 7 2 7 - 43,75 12,50 43,75 0,00 3 - 7 1 27,27 0,00 63,63 9,09 3. Mata pencaharian - Petani - Non petani 15 7 68,18 31,81 9 7 56,25 43,75 4 7 36,36 63,63 4. Luas lahan 0 – 1,00 ha 1,01 – 2,00 ha > 2,00 ha 5 10 7 22,72 45,45 31,81 5 5 6 31,25 31,25 37,50 2 6 3 18,18 54,54 27,27 5. Jumlah keluarga 2-4 orang 5-8 orang 14 8 63,63 36,36 8 8 50,00 50,00 8 4 61,54 36,36 6. Pengalaman beternak 1-10 tahun 11-20 tahun 21-29 tahun > 30 tahun 3 12 7 - 13,63 54,54 31,81 0,00 - 9 5 2 0,00 56,25 31,25 12,50 - 4 6 1 0,00 36,36 54,54 9,09

(5)

sedikit anggota keluarga yang ikut dalam pengelolaan usah atan i ter n ak kambin g, kar en a adan ya kecenderungan dari anggota keluarga yang masih muda untuk mencari penghasilan di kota.

Data yang diperoleh menunjukan pengalaman beternak responden sebagian besar bekisar selama 11-29 tahun. Lamanya pengalaman beternak sangat membantu petern ak dalam mer en can akan , mengkoordinasikan faktor produksi usaha ternak kambing yang dikuasainya untuk dikelola sebaik-baiknya agar mampu memproduksi hasil usahanya seoptimal mungkin. Pengalaman beternak dapat menin gkatkan ketr ampilan peter n ak dalam mempertahankan dan pengembangan usahanya. Keberh asilan pen gelolaan usahatan i san gat ditentukan oleh penguasaan dan pengenalan secara utuh setiap faktor-faktor produksi yang digunakan (Djamali, 2000).

Jumlah Pemilikan Ternak

Petani peternak di Kecamatan Kaligesing lebih menyukai memelihara kambing betina sebagai induk dengan alasan akan menghasilkan anak yang nantinya dijual. Kambing jantan akan dipelihara sampai kambing tersebut layak untuk dijual, dan bila ada bibit kambing jantan yang baik secara kualitasnya akan terus dipelihara sebagai pejantan.

Jumlah pemilikan ternak kambing tersebut dihitung selama 1 tahun dengan memperhatikan jumlah awal ternak, kelahiran, kematian dan penjualan ternak yang dihitung setiap bulan. Rata-rata pemilikan ternak kambing yang dipelihara selama satu tahun pada strata I adalah 0,69 ST (4 ekor kambing dewasa, 1 ekor kambing muda dan 1 ekor kambing anak), pada strata II adalah 1,27 ST (9 ekor kambing dewasa, 1

ekor kambing muda dan 1 ekor kambing anak), dan pada strata III adalah 1,80 ST (12 ekor kambing dewasa, 1 ekor kambing muda, dan 1 ekor kambing anak). Rata-rata jumlah pemilikan ternak adalah 1,13 ST.

Jumlah pemilikan ternak yang dipelihara peternak di Kecamatan Kaligesing sudah cukup besar, dilihat dari keadaan peternak yang mengusahakan ber dasar kan kon disi secar a umum (tin gkat pendidikan, luas lahan dan jumlah keluarga). Ternak yang dipelihara juga dapat memberikan tambahan pendapatan bagi peternak kambing.

Curahan Tenaga Kerja

Tenaga kerja usaha ternak kambing PE yang terlibat dalam usaha ternak kambing PE di Kecamatan Kaligesing adalah tenaga kerja keluarga yang terdiri dari bapak, ibu dan anak. Pemeliharaan ternak di daerah pedesaan biasanya dikerjakan sendiri oleh petern ak dan keluargan ya, yan g mer upakan sumbangan tenaga yang tidak pernah dinilai dengan uang (Hernanto, 1989).

Rata-rata pencurahan tenaga kerja pada strata I sebesar 56,40 HKP/th, strata II sebesar 55,17 HKP/ th dan strata III sebesar 62,48 HKP/th serta rata-rata strata gabungan sebesar 57,36 HKP/th. Curahan tenaga kerja yang terlibat dalam usaha ternak kambing PE sudah cukup efisien karena usaha ternak kambing PE merupakan usaha sambilan di samping usaha utama sebagai petani. Berdasarkan hasil penelitian terdapat dua tipe tenaga kerja yang melaksanakan usaha ternak kambing PE, yaitu tenaga kerja pemimpin produksi (dalam hal ini biasanya kepala keluarga) yang menggabungkan faktor produksi alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan untuk menghasilkan

Tabel 2. Rata-rata Modal, Biaya, Penerimaan dan Laba Usaha Ternak Kambing PE pada setiap Strata di Kecamatan Kaligesing No Uraian Strata I II III --- Rp/th --- 1. Modal 6.208.641,- 9.942.844,- 14.659.697,- 2. Biaya 1.377.435,- 1.749.372,- 2.534.037,- 3. Penerimaan 3.725.977,- 4.650.281,- 7.302.727,- 4. Laba 2.348.542,- 2.900.909,- 4.768.690,-

(6)

produk, dan tenaga kerja pelaksana yaitu tenaga kerja yang melaksanakan tugas-tugas pemeliharaan secara fisik.

Tenaga kerja di Kecamatan Kaligesing rata-rata adalah tenaga kerja terlatih tetapi tidak terdidik. Mereka mempunyai pengalaman dalam beternak, tetapi tidak pernah mengenyam pendidikan dalam hal memimpin usaha, ahli teknik dan ahli dalam mengatur usaha. Petani peternak yang ada hanya mengandalkan pengalaman dan usaha yang turun temurun. Laba Usahatani Ternak Kambing

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap usahatani ternak kambing PE meliputi modal, biaya, penerimaan dan laba. Besarnya modal, biaya, penerimaan dan laba usaha ternak kambing PE selengkapnya tersaji pada Tabel 2.

Modal Usahatani Ternak Kambing

Modal yang dikeluarkan untuk usahatani ternak kambing PE di Kecamatan Kaligesing terdiri atas modal tetap dan modal tidak tetap. Modal tetap meliputi tanah dan bangunan kandang, sedangkan modal tidak tetap meliputi pakan ternak dan nilai awal ternak kambing (Mubyarto, 1978).

Besarnya modal yang dimiliki adalah sebesar Rp 6.208.641,- pada strata I, Rp 9.942.844,- pada strata II, dan Rp 14. 659.697,- pada strata III. Pada kenaikan pemilikan modal terlihat meningkat sejalan dengan jumlah ternak yang dipelihara dari strata I sampai strata III. Modal ini berpengaruh pada proses produksi untuk mendapatkan barang-barang baru yaitu hasil dari usaha ternak kambing (Tabel 2). Biaya Usahatani Ternak Kambing

Biaya usahatani ternak kambing meliputi biaya

tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap terdiri dari iuran kas pada kelompok dan penyusutan (ternak, peralatan dan kandang). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan rata-rata total biaya tetap pada strata I sebesar Rp 262.741,-; strata II sebesar Rp 383.4221,- dan pada strata III sebesar Rp 522.651,-.

Biaya tidak tetap terdiri dari biaya pakan (hijauan, konsentrat dan mineral), obat-obatan, perkawinan, tenaga kerja (biaya tenaga kerja untuk pemeliharaan selain merumput), perbaikan kandang, peralatan dan lain-lain (biaya resiko usaha dan biaya pembelian ternak). Rata-rata total biaya tidak tetap yang dikeluarkan pada strata I sebesar Rp 1.114.634,-; strata II Rp 1.365.950,- dan pada strata III Rp 2.011.386,-.

Biaya total yang merupakan penjumlahan biaya tetap dan biaya tidak tetap, pada strata I sebesar Rp 1.377.435,- strata II sebesar Rp 1.749.372,- dan strata III sebesar Rp 2.534.037,-.

Pengeluaran biaya pada Strata III merupakan yang terbesar, dan biaya pada strata II lebih besar daripada strata I. Hal ini terjadi karena jumlah pemilikan ternak pada strata III adalah yang terbanyak. Disamping itu biaya pakan pada strata III merupakan komponen biaya produksi yang besar, lebih besar dibandingkan strata I dan strata II. Hal ini disebabkan pekerjaan utama peternak pada Strata III telah menyita waktu, sehingga mereka lebih banyak membeli pakan hijauan. Pada strata III pada biaya pakan konsentrat juga lebih besar dari strata I dan strata II, karena peternak pada strata III rata-rata memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi, sehingga mereka memiliki kesadaran dan pengetahuan yang lebih baik dalam manajemen pemberian pakan. Para peternak pada Strata III ini memberikan konsentrat yang lebih banyak dengan pertimbangan Tabel 3. Rata-rata Hasil Analisis Evaluasi Usaha

Strata No Uraian I II III 1. PP (tahun) 3,35 3,94 3,63 2. R-CR 2,69 2,71 2,89 3. ROI (%) 38,82 29,68 32,57 4. RMS (%) 31,09 25,21 27,38

(7)

untuk menambah produktifitas ternaknya. Menurut Soekartawi et al (1984), besar kecilnya biaya yang dikeluarkan dipengaruhi oleh skala usaha yang dijalankan, sehingga semakin besar skala usaha yang dapat dikelola semakin besar biaya yang dikeluarkan. Besarnya total biaya selengkapnya tersaji pada Tabel 2.

Penerimaan Usahatani Ternak Kambing

Penerimaan usahatani ternak kambing PE di Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo diperoleh dari hasil nilai tambah ternak, penjualan pupuk, susu dan penjualan ternak. Banyaknya penjualan ternak dan hasil ikutannya mempengaruhi penerimaan yang diperoleh. Besarnya rata-rata penerimaan adalah Rp 3.725.977,- pada srtata I; Rp 4.650.281,- pada strata II, dan Rp 7.302.727,- pada strata III (Tabel 2). Strata III mempunyai penerimaan yang paling besar, karena pada strata III nilai penjualan ternak dan hasil ikutannya lebih besar. Di samping itu ternak pada strata III mempunyai nilai tambah yang tinggi karena produktifitas ternaknya baik (jumlah ternak afkir, sedikit).

Laba Usahatani Ternak Kambing

Laba usahatani didefisinikan sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu baik dijual maupun tidak dijual (Soeharjo dan Patong, 1973). Besarnya laba usaha pada strata I adalah Rp 2.348.542,-; pada strata II adalah Rp 2.900.909,- dan pada strata III adalah Rp 4.768.690,- (Tabel 2). Pada strata III mempunyai tingkat laba yang terbesar dari pada laba strata II dan strata I. Hal ini karena pada strata III mempunyai produktifitas yang lebih baik, sebagai akibat pemeliharaan yang intensif.

Kelayakan Usahatani Ternak Kambing

Berdasarkan hasil penelitian kemudian dilakukan dianalisis kelayakan dengan menggunakan ‘Revenue Cost Ratio’, ‘Payback periode’, ‘Return on Invesment’ (ROI) dan Rentabilitas Modal Sendiri, yang selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.

Hasil perhitungan R-C Ratio lebih besar dari 1, menunjukkan besarnya penerimaan melebihi biaya yang dikeluarkan. Hal ini berarti usaha ternak kambing PE di Kecamatan Kaligesing mampu memberi

keuntungan bagi peternak.

Strata III mempunyai nilai R-C Ratio yang terbesar, artinya usaha ternak kambing PE pada strata III adalah yang paling efisien. Hal ini terjadi karena penjualan ternak dan hasil ikutannya pada strata III lebih besar dibandingkan strata I dan strata II. Jumlah penerimaan usaha ternak kambing PE di Kecamatan Kaligesing ditentukan oleh jumlah ternak yang dijual, penjualan susu dan penjualan pupuk. Rendahnya harga pupuk dan penjualan susu yang hanya dilakukan oleh sebagian kecil peternak menyebabkan besar kecilnya penerimaan ditentukan oleh penjualan ternak.

Berdasarkan perhitungan, diperoleh hasil bahwa PP lebih kecil dari umur investasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa usaha ternak kambing layak untuk dikembangkan karena mempunyai prospek yang menguntungkan (‘profitable’).

‘Return on investment’ (ROI) usaha adalah 38,82 % pada strata I, 29,68 % pada strata II, dan 32,57 % pada strata III (Tabel 3). Jika dibandingkan dengan suku bunga deposito, yaitu sebesar 12,50 % per tahun, maka nilai ROI lebih besar. Hal ini menunjukkan bahwa usaha ternak kambing PE di Kecamatan Kaligesing layak untuk diteruskan dan dikembangkan (Kamal dan Rahardja, 1985).

Rentabilitas Modal Sendiri (RMS) pada strata I sebesar 31,09%, pada strata II sebesar 25,21%, dan pada strata III sebesar 27,38% (Tabel 3). Berdasarkan kriteria yang dipakai jika RMS lebih besar dari suku bunga deposito sebesar 12,50 %/tahun, maka usaha tersebut layak untuk diteruskan.

Bila dilihat Tabel 3, rata-rata nilai ROI dan RMS, ternyata pada strata I adalah yang tertinggi bila dibandingkan pada strata III dan strata II. Hal ini menunjukkan bahwa pada strata I nilai investasi maupun biaya yang dikeluarkan lebih efisien.

Hasil perhitungan uji t strata I dengan strata II, strata I dengan strata III dan strata II dengan strata III pada laba usaha, PP, R-C Ratio, RMS dan ROI menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata (P>0,05). Berdasarkan kondisi di lokasi penelitian hal ini disebabkan produktifitas ternak (kelas ternak kambing PE, pertambahan bobot badan dan jumlah anak yang dilahirkan) yang dipelihara strata I, strata II dan strata III relatif setara yang menyebabkan

(8)

besarnya modal, biaya, penerimaan dan laba yang diper oleh ber ban ding lur us, sehin gga h asil perhitungan uji statistik yang diperoleh menunjukkan hasil tidak ada perbedaan.

Di samping itu hal ini disebabkan penambahan modal investasi dan modal operasi tidak meyebabkan peningkatan laba yang diperoleh. Jumlah pemilikan ternak yang besar, menyebabkan peternak harus menambah biaya produksi terutama biaya pakan yang merupakan biaya produksi terbesar.

Penambahan biaya produksi ini tidak diikuti dengan peningkatan penerimaan sehingga laba yang diperoleh relatif sebanding. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekartawi et al. (1984) bahwa salah satu ciri utama usaha peternakan rakyat adalah jumlah ternak yang produktif kecil, sehingga produk yang dihasilkan rendah yang berakibat kecilnya laba yang diterima. Peternak kambing PE di Kecamatan Kaligesing masih bersifat tradisional karena tujuan usaha ini adalah sebagai usaha sampingan dan tabungan serta untuk memanfaatkan waktu yang luang. Di samping itu, mata pencaharian peternak yang sebagian besar sebagai petani sehingga tidak mempunyai waktu yang cukup luang untuk lebih sering menjual ternaknya.

Hal ini menunjukkan bahwa usaha ternak kambing PE di Kecamatan Kaligesing belum bisa dikatakan efisien dalam penggunaan modal. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji t antar strata yang pembagiannya berdasarkan jumlah pemilikan ternak secara bertingkat menunjukkan hasil tidak berbeda nyata. Kondisi ini ditunjukkan oleh jumlah pemilikan yang lebih besar mempunyai tingat laba yang sebanding dengan jumlah pemilikan yang lebih kecil.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan secara teknis, usaha ternak kambing PE di Kecamatan Kaligesing masih menggunakan tata laksana pemeliharaan yang tradisional. Secara finansial usaha pengembangan ternak kambing PE di Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo, mampu memberikan tambahan pendapatan keluarga tani ternak. Untuk itu usaha ternak kambing PE di Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo secara

finansial adalah layak untuk diteruskan menjadi usaha yang lebih besar dan maju.

Per lu adanya per baikan manajemen pemeliharaan, agar produktivitas ternak dapat ditingkatkan. Pengembangan usaha ternak kambing PE di Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo, hendaknya mempertimbangkan ketersediaan tenaga kerja keluarga dan prospek pemasaran hasil usaha ternak tersebut, sehingga usaha yang dijalankan dapat berlangsung secara efisien.

DAFTAR PUSTAKA

Djamali, A. 2000. Manajemen Usahatani. Departemen Pendidikan Nasional. Politeknik Pertanian Negeri Jember, Jember.

Hernanto, F. 1989. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya, Jakarta.

Kamal, M. dan Rahardja. 1985. Evaluasi Proyek Keputusan Investasi. Cetakan Pertama. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Mubyarto. 1978. Pengantar Ekonomi Pertanian.

Lembaga Pendidikan dan Ekonomi Sosial, Jakarta.

Soeharjo, A dan D. Patong. 1973. Sendi-Sendi Pokok Ilmu Usaha Tani. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Soekartawi, A. Soeharjo ; J. Dillon, dan J. B. Hardaker. 1984. Ilmu Usaha Tani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Universitas In-donesia, Jakarta.

Sudjana. 1982. Metode Statistika. Penerbit Tarsito, Bandung.

Sugiyono. 1999. Statistika untuk Penelitian. Penerbit CV Alfabeta, Bandung.

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu syarat menggunakan teori dalam riset pendidikan adalah; teori yang digunakan mampu menggambarkan peristiwa nyata (empiris), holistik, dan bukan ide yang

Dalam penelitian ini, kadar glukosa tertinggi dihasilkan oleh penambahan volume enzim alfa-amilase dan gluko-amilase sebanyak 4 ml, sedangkan kadar etanol hasil distilasi

Nilai bantuan yang diserahkan khususnya kepada kelompok nelayan penangkap lobster untuk beralih ke perikanan budidaya di Propinsi NTB pada tahun 2015 ini adalah 80 paket

Jika dimasak dengan susu perahan dan daging anak ayam yang masih kecil, lalu dikonsumsi dengan dicampur madu, sedikit gula dan minyak samin, maka ia akan menjadi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rasio konsentrasi monomer pada kopolimer NIPAM- co -DMAAPS terhadap viskositas kopolimer, sifat ketertarikan air

Menambah titik lain dan dihubungkan juga dengan 2 titik yang berdekatan sampai membentuk graf Piramida Prn 3.1.1 Pewarnaan Titik pada Graf Piramida Dalam pewarnaan titik pada

Belum optimalnya pelaksaan pembelajaran pada siklus I disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut: (1) kurangnya konsentrasi dan keberanian siswa dalam menjawab

Analisis regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda, karena penelitian ini meneliti dua variabel bebas yaitu aliran informasi dan