Volume 6, Nomor 3, Mei 2017 - 233
INFRASTRUKTUR PRIORITAS PADA ZONA PARIWISATA
DI KOTA SABANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE
LOCATION QUOTIENT (LQ) DAN ANALYTIC NETWORK
PROCESS (ANP)
Herry Akbar 1, Mochammad Afifuddin 2, Hafnidar A. Rani 3 1) Mahasiswa Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala
Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Darussalam Banda Aceh 23111, 2) Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Darussalam Banda Aceh 23111,
email : [email protected]
3) Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Aceh, email: [email protected]
Abstract: Geographical position which is at the equator, make Indonesia as a tropical country.
Topography of the islands are diverse, consisting of lakes, mountains and one that has the longest coastline. This led Indonesia has a variety of beautiful attractions and the main attraction of tourists. Pulau Weh (or We) is a small volcanic island located in the western island of Sumatra. Infrastructure is a basic instruments to support the tourism aspect, where buildings and service institutions that existence is essential for the proper management in order to meet the needs of the economy and society. By using the method of decision-making that is, Location Quotient (LQ) in order to determine the potential tourist area, and then specify the infrastructure priorities that support the area with Analytic Network Process (ANP). From the results, Teupin Layeu and Gapang and Rubiah Island has the highest priority to the development of infrastructure inn / accommodation. Then followed with parking in Teupin Layeu infrastructure and access road to Km0. The results of this study have been partially recommended and in the realization phase, such as access roads to Km0 park in Km0 and also a parking space in Teupin Layeu
Keywords : Infrastructure, Tourism, Priority, Sabang, Weh, AHP, LQ
Abstrak: Posisi geografisnya yang berada pada garis khatulistiwa, menjadikan Indonesia
sebagai negara tropis. Topografi pulau-pulau yang beragam, terdiri dari danau, pegunungan dan salah satu yang memiliki garis pantai terpanjang. Ini menyebabkan Indonesia memiliki berbagai objek wisata yang indah dan menjadi daya tarik dari wisatawan mancanegara. Pulau Weh (atau We) adalah pulau vulkanik kecil yang terletak di barat Pulau Sumatra. Infrastruktur merupakan suatu perangkat dasar guna mendukung aspek pariwisata tersebut, dimana bangunan dan institusi pelayanan yang keberadaannya sangat penting untuk pengelolaan yang tepat guna memenuhi kebutuhan ekonomi dan masyarakat. Dengan menggunakan metode pengambilan keputusan yaitu, Location Quotient (LQ) guna menentukan daerah wisata yang berpotensi, dan kemudian di tentukan prioritas infrastruktur yang mendukung daerah tersebut dengan metode Analytic Network Process (ANP). Dari hasil penelitian didapatkan Teupin Layeu dan Gapang serta Pulau Rubiah memiliki prioritas tertinggi untuk dikembangkannya infrastruktur penginapan/akomodasi. Kemudian disusul dengan infrastruktur parkir di Teupin Layeu dan akses jalan menuju km 0. Hasil penelitian ini sebagian telah direkomendasikan dan di dalam tahap realisasi, seperti akses jalan ke km 0, tempat parkir di km 0 dan juga tempat parkir di Teupin Layeu.
Kata kunci : Infrastruktur, Pariwisata, Prioritas, Sabang, Weh, ANP, LQ
Pulau Weh (atau We) adalah pulau vulkanik kecil yang terletak di barat Pulau Sumatra. Pulau ini pernah terhubung dengan Pulau
Sumatra, namun kemudian terpisah oleh laut setelah meletusnya gunung berapi terakhir kali pada zaman Pleistosen. Pulau ini terletak di
234 - Volume 6, Nomor 3, Mei 2017 Laut Andaman dengan kota Sabang sebagai ibu kotanya dan merupakan kota yang berada paling barat Indonesia.
Pulau ini terbentang sepanjang 15 kilometer (10 mil) di ujung paling barat dari Pulau Sumatra. Pulau ini hanya pulau kecil dengan luas 156,3 km². Terdapat empat pulau kecil yang berada disekitar Pulau Weh, yaitu, Pulau Klah, Pulau Rubiah, Pulau Seulako, dan Pulau Rondo.
Dalam hal pembangunan infrastruktur masih perlu perhatian khusus, dimana kondisi infrastruktur kota Sabang sangat minim dan terbatas. Seperti akses jalan, misalnya akses jalan menuju Km 0 yang sangat sempit jika dilalui dua kenderaan. Untuk penginapan dan rumah makan, setiap tahunnya pada puncak musim liburan tidak mampu memenuhi permintaan wisatawan yang datang ke Sabang. Begitu juga dengan infrastruktur penting lainnya seperti listrik, sumber air bersih dan infrastruktur kebersihan bahkan tempat parkir yang selalu menjadi isu utama pada tingkat kunjungan pada puncaknya.
Dari hasil Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Sabang tahun 2012-2032, terlihat bahwa pemerintah Kota Sabang berusaha untuk memajukan sektor pariwisata dengan membentuk atau membagi objek wisata ke dalam 4 zona, yaitu Zona Barat, Zona Utara, Zona Timur dan Zona Selatan.
Untuk menentukan kawasan infrastruktur dilakukan menggunakan menggunakan metode Geographic Information System (GIS) dan Location Quotient (LQ) seperti pada penelitian terdahulu. Metode GIS ini dapat digunakan untuk menggambarkan bagaimana
pola ruang wilayah Kota Sabang dalam konteks pembangunan pariwisata sehingga tidak terjadi konflik terhadap penataan ruang khususnya dalam sektor pariwisata. Selanjut-nya metode Location Quotient (LQ) diguna-kan untuk mengusuldiguna-kan infrastruktur tertentu di zona tersebut.
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Location Quotient (LQ)
Salah satu pendekatan yang sering digunakan dalam menganalisa konsentrasi spasial adalah LQ tenaga kerja atau lebih sering disebut sebagai Hoover-Ballasa koefisien. Pendapat ini dilengkapi oleh Lafourcade dan Mion (2003) dalam Hanafi (2011) yang menyatakan bahwa industri akan terkonsentrasi pada suatu lokasi dimana share tenaga kerja untuk industri tersebut lebih besar dari pada share industri secara agregat.
Adapun rumusan LQ adalah sebagai berikut : LQij = !"# $"# = '"# '(# )" )( (1) Dimana : LQ : Location Quotient
Si = Jumlah Pengguna subsektor i pada
wilayah tertentu
Xi = Jumlah Pengguna subsektor i pada
seluruh wilayah
vij = Jumlah Pengguna total kota/kabupaten
vtj = Jumlah Pengguna sektor i kota/kabupaten
Vi = Jumlah Pengguna sektor i daerah
Vt = Jumlah Pengguna total daerah Analytic Network Process (ANP)
Menurut Saaty (1996), ANP merupakan teori pengukuran yang diaplikasikan pada dominasi pengaruh antara beberapa
Volume 6, Nomor 3, Mei 2017 - 235 mempertimbangkan suatu atribut atau kriteria.
ANP juga diaplikasikan untuk evaluasi dominansi kriteria dengan mempertimbangkan kriteria yang lebih tinggi.
Pembobotan dengan ANP membutuhkan model yang merepresentasikan saling keter-kaitan antar kriteria dan sub-kriteria yang dimilikinya. Ada dua kontrol yang perlu diperhatikan dalam memodelkan sistem yang hendak diketahui bobotnya. Kontrol pertama adalah kontrol hirarki yang menunjukkan keterkaitan kriteria dan sub-kriterianya. Kon-trol lainnya adalah konKon-trol keterkaitan yang menunjukkan adanya saling keterkaitan antar kriteria atau cluster (Saaty dan Vargas, 2006).
METODOLOGI PENELITIAN
Tahap Persiapan
Tahap persiapan merupakan tahap awal dalam pelaksanaan penelitian. Pada tahap persiapan terdiri dari tahap identifikasi dan perumusan masalah, tahap penetapan tujuan penelitian, tahap studi pustaka, dan tahap observasi objek penelitian.
Tahap Pengumpulan Data
Pada tahap ini dilakukan proses pengumpulan data. Data yang dikumpulkan meliputi data sekunder dan data primer. Data primer didapatkan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada para ahli dan pihak pengambil keputusan di Dinas Pariwisata dan kebudayaan Kota Sabang dan Badan Perencanan Pembangunan Daerah Kota Sabang serta 1 orang pelaku wisata. Begitu juga dengan data sekunder berupa data-data pendukung alternatif zona pariwisata dan
infrastruktur diperoleh dari Dinas Pariwisata dan kebudayaan Kota Sabang dan Badan Perencanan Pembangunan Daerah Kota Sabang.
Tahap Pengolahan Data
Pada tahap ini akan dilakukan peng-olahan data baik data primer maupun data sekunder dengan menggunakan metode yang telah ditetapkan sebelumnya. Secara lebih detail pengolahan data untuk penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Menggambarkan kondisi spasial dengan GIS
2. Penentuan kawasan potensial dengan menggunakan metode LQ
3. Pembobotan kriteria dan perangkingan alternative dengan metode ANP
Tahap Analisa dan Kesimpulan
Tahap analisa dan kesimpulan meru-pakan tahap akhir dari rangkaian tahap dalam penelitian ini. Dalam tahap ini akan dilakukan analisa terhadap hasil-hasil pengolahan data yang telah dilakukan.
Hasil dan Pembahasan
Pada bagian ini dijelaskan mengenai proses dan hasil dari pengumpulan dan pengolahan data. Data dikumpulkan dari proses wawancara, penyebaran kuisioner, dan studi dokumentasi perusahaan, Dari data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah berdasarkan metodologi penelitian yang sudah ditetapkan sebelumnya.
Profil Kota Sabang
236 - Volume 6, Nomor 3, Mei 2017 ibu kota administratifnya berada di Propinsi Aceh, terletak pada posisi 5º46’28’’ Lintang Utara – 05º54’28’’ Lintang Utara dan 95º13’02’’ Bujur Timur - 95º22’36’’ Bujur Timur dan secara administrasi memiliki luas wilayah 15,300 Ha berdasarkan penetapan Kota Sabang. Dan memiliki beberapa pulau kecil disekitarnya.
Perkembangan pariwisata Sabang juga mengalami peningkatan signifikan pasca tsunami dan tercapainya perjanjian damai Helsinki pada 15 Agustus 2005 antara Pemerintah RI dan GAM. Hal ini ditandai dengan membaiknya kondisi keamanan di Aceh. Kondisi keamanan dan sosial politik yang kian kondusif tersebut ikut mendongkrak angka kunjungan wisatawan domestik dan asing ke Aceh, khususnya Sabang dari tahun ke tahun. Gambar 1. menunjukkan besarnya jumlah kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara selama tujuh tahun terakhir.
Gambar 1. Kunjungan Wisatawan (Nusantara dan Mancanegara) 2008-2014 Sumber : Data olahan Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kota Sabang (2015)
Identifikasi Kriteria
Penelitian ini dilakukan di lingkungan Zona pariwisata Pemerintah Kota Sabang sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Pemerintah Kota Sabang yaitu Iboih dan sekitarnya, Batee Shoek dan sekitarnya,
Krueng Raya dan sekitarnya, Aneuk Laot dan sekitarnya, Kuta Barat dan sekitarnya, Paya dan sekitarnya, Keneukai dan sekitarnya, Jaboi dan sekitarnya, Anoi Itam dan sekitarnya, Ujung Kareung dan sekitarnya, Ie Meulee dan sekitarnya. Ada dua buah kriteria berbeda yang akan digunakan dalam pemilihan alternatif yaitu kriteria untuk prioritas zona pariwisata dan kriteria untuk prioritas infrastruktur yang perlu dikembangkan, kriteria tersebut adalah: budaya, citra, harga, keindahan alam, keamanan, pantai, penduduk sadar wisata, dan relaksasi.
Untuk penentuan infrastruktur digunakan kriteria, yaitu: daya tarik objek, resiko, keamanan, perilaku masyarakat, peraturan dan kebijakan, perekonomian dan pembiayaan. Kondisi Spasial Kota Sabang
Data yang menjadi inputan adalah data yang menunjang dalam pengembangan pariwisata seperti jalan, letak kecamatan, sungai, Zona kawasan ruang, akomodasi penunjang (bandara dan pelabuhan). Skala yang digunakan dalam pembuatan peta adalah 1 : 35.000. Seperti pada Gambar 2.
Gambar 2. Peta Rencana Pola Ruang
115.543 122.567 124.923 102.082 216.787 405.872 516.616 0 100.000 200.000 300.000 400.000 500.000 600.000 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Volume 6, Nomor 3, Mei 2017 - 237
Gambar 3. Legenda Rencana Pola Ruang
Location Quotion (LQ)
Location Quotient (LQ) digunakan dalam
menentukan apakah suatu lokasi tertentu dapat digunakan sebagai sektor basis di zona tersebut. Maksudnya adalah sektor usaha tersebut diindikasikan memiliki kegiatan atau aktifitas yang memiliki potensi sumbangsih terbesar dalam Pendapatan Anggaran Daerah
(PAD) dalam sektor pariwisata. Uji ini dilakukan berdasarkan jumlah pengunjung di setiap lokasi/zona. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Sabang, terdapat 11 yang menjadi alternative infrastruktur yang dapat mendukung 13 lokasi/zona pariwisata yang telah ditetapkan pemerintah.
Namun setelah dilakukan perhitungan perbandingan antara jumlah pengunjung subsektor i pada wilayah tertentu di Kota Sabang terhadap jumlah pengunjung subsektor i pada seluruh wilayah di Kota Sabang didapatkan sebanyak 20 prioritas pem-bangunan infrastruktur pariwisata di Kota Sabang, seperti terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Infrastruktur dan Lokasi/Zona Terpilih
No Nama Lokasi/Zona Infrastruktur
Data (RTRW dan
LQ)
1 Balohan-Kota (Teluk Sabang) Akses Jalan RTRW
2 Sabang-Km 0 Akses Jalan RTRW
3 Sabang (Balohan) Pelabuhan RTRW
4 Sabang Bandara RTRW
5 Teupin Layeu dan Gapang Persampahan RTRW
6 Teupin Layeu dan Gapang Parkir 13,185
7 Km 0 Parkir 12,217
8 Balik Gunung (Gua Sarang, Batu Kapal dan Batu Gendang Parkir 12,217
9 Teupin Layeu dan Gapang Penginapan/Akomodasi 5,001
10 Danau Aneuk Laot Pelayanan Kesehatan 4,323
11 Jaboi Pelayanan Kesehatan 4,216
12 Pante Pasir Putih Parkir 3,930
13 Kota (Teluk Sabang) Parkir 2,315
14 Kota (Teluk Sabang) Pelayanan Kesehatan 2,077
15 Pantai Kasih dan Sabang Fair Parkir 1,857
16 Anoi Itam Parkir 1,621
17 Pulau Rubiah Penginapan/Akomodasi 1,428
18 Jaboi Parkir 1,411
19 Anoi Itam Penginapan/Akomodasi 1,328
20 Pantai Pasir Putih Utilities (Listrik/Air) 1,092
Analytic Network Process (ANP) Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan menggunakan metode Metode
Analytical Network Process (ANP). Metode
Analytical Network Process (ANP) digunakan
untuk mengetahui bobot dari masing-masing alternatif sehingga terpilih sebuah prioritas pembangunan zona pariwisata terbaik dan
238 - Volume 6, Nomor 3, Mei 2017 prioritas Investasi Infrastruktur dalam Zona Pariwisata.
Model ANP dan Hasil Prioritas
Metode ANP dilakukan dengan bantuan
software Super Decision, dimana pada
prosesnya diawali dengan pembuatan model
cluster yang menunjukkan hirarki antara goal,
kriteria, sub-kriteria, dan alternatif. Melalui model ini pula akan terlihat hubungan antar kriteria, antar kriteria, serta antara sub-kriteria dengan alternatif pada Gambar 4. dan Gambar 5.
Hasil Pembobotan Zona/Lokasi Pariwisata Hasil pengolahan data dengan super
decision, diperoleh hasil prioritas utama
pengembangan lokasi/zona pariwisata ada-lah 0,14490. Sedangkan Balohan menjadi prioritas terakhir dengan bobot sebesar 0,03732. Seperti terlihat pada Tabel 2. Hasil Pembobotan Infrastruktur
Hasil pengolahan data dengan software
super decision diperoleh hasil prioritas utama
untuk infrastruktur pendukung pariwisata adalah Hotel/Akomodasi dengan nilai bobot sebesar 0,17870, sedangkan infrastruktur persampahan menjadi prioritas terakhir dengan nilai bobot sebesar 0,06641. Seperti terlihat pada Tabel 3.
Tabel 2. Hasil Pembobotan Alternatif Lokasi/Zona Pariwisata dengan Software Super Decision
Name Normals Priority
Teupin Layeu dan Gapang 0.14490 1
Pulau Rubiah 0.11866 2
KM 0 0.10209 3
Danau Aneuk Laot 0.10172 4
Pantai Pasir Putih 0.09214 5
Jaboi 0.09029 6
Pantai Kasih dan Sabang Fair 0.08704 7
Balik Gunung 0.08588 8
Anoi Itam 0.07576 9
Kota (Teluk Sabang) 0.06420 10
Balohan 0.03732 11
Gambar 4. Bagan Model ANP Zona/Lokasi Pariwisata
Volume 6, Nomor 3, Mei 2017 - 239
Name Normals Priority
Penginapan/Akomodasi 0.17870 1 Akses Jalan 0.15851 2 Utilities 0.14459 3 Pengembangan Pelabuhan 0.12939 4 Parkir 0.12078 5 Pelayanan Kes 0.11004 6 Pengembangan Bandara 0.09159 7 Persampahan 0.06641 8
Gambar 5. Bagan Model ANP Infrastruktur HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisa Spasial Kota Sabang
Dari data yang diperoleh dari RTRW Kota Sabang tahun 2012-2032 didapat peta pola ruang dengan skala 1:35.000. Dapat dilihat dari Gambar 2. terdapat zona yang paling dominan adalah yang berwarna hijau muda yaitu kawasan hutan lindung seluas 3.400 Ha, hutan wisata 1.300 Ha dan hutan cadangan 1.700 Ha. Selanjutnya kedua di dominasi oleh warna hijau tua yang merupakan kawasan suaka laut/taman wisata alam laut seluas 2.600 Ha dan taman wisata alam darat seluas 1.300 Ha dan kawasan wisata lainnya yang tersebar seluas 812, 35 Ha.
Analisa Metode Location Quotient (LQ) Dari hasil perhitungan didapat 20 lokasi/zona dan infrastruktur potensial yang menjadi prioritas, lokasi/zona dan infrastruktur yang menjadi prioritas hasil dari perhitungan dapat dilihat pada Tabel 1.
Proses pemilihan kawasan ini hanya memperhatikan data dari RTRW dan nilai LQ saja. Dalam penentuan alternatif, besar nilai LQ tidak digunakan sebagai pemilihan alternatif karena pemilihan ditentukan berdasarkan penentuan bobot expert judgment pada metode ANP.
Analisa Sensitivitas Bobot
240 - Volume 6, Nomor 3, Mei 2017 sebelumnya menggambarkan suatu keadaan yang ideal. Untuk mengantisipasi perubahan dari perkiraan yang telah dilakukan sebelum-nya maka dilakukan analisa sensitivitas terhadap perkiraan tersebut. Analisa
sensiti-vitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana stabilitas prioritas dari alternatif yang ada. Berikut merupakan hasil analisa sensitivitas dengan pada Tabel 4. dan Tabel 5.
Tabel 4. Sensitivitas Alternatif Lokasi/Zona Pariwisata
No Kriteria Min Bobot Perubahan Bobot Max Bobot Perubahan Prioritas
1 Budaya 0,00% 51.53% 100% Pantai Kasih dan Sabang Fair
2 Citra 0,00% 39.22% 100% Km 0
3 Harga 0,00% Infinity 100% Teupin Layeu dan Gapang
4 Keamanan 0,00% Infinity 100% Teupin Layeu dan Gapang
5 Keindahan Alam 0,00% Infinity 100% Teupin Layeu dan Gapang
6 Pantai 0,00% 64.32% 100% Pantai Pasir Putih
7 Penduduk Sadar Wisata 0,00% 49.67% 100% Jaboi
8 Relaksasi 0,00% 62.16% 100% Balik Gunung
Infinity: Tidak ada perubahan
Tabel 5. Sensitivitas Alternatif Infrastruktur Pendukung Pariwisata
No Kriteria Min Bobot Bobot Perubahan Max Bobot Perubahan Prioritas
1 Daya Tarik Objek Wisata 0,00% Infinity 100% Penginapan/Akomodasi
2 Keamanan 0,00% Infinity 100% Penginapan/Akomodasi
3 Pembiayaan 0,00% 2.42% 100% Akses Jalan
4 Peraturan dan Kebijakan Daerah 0,00% 16.24% 100% Penginapan/Akomodasi
5 Perekonomian 0,00% 19.90% 100% Akses Jalan
6 Perilaku Masyarakat 0,00% Infinity 100% Penginapan/Akomodasi
7 Resiko 0,00% 25.00% 100% Akses Jalan
Infinity: Tidak ada perubahan
Rekomendasi Kawasan Infrastruktur Potensial
Berdasarkan hasil bobot prioritas yang diperoleh dari lokasi/zona pariwisata dan infrastruktur, didapatkan urutan prioritas atau ranking kawasan infrastruktur yang terpilih dari yang terbaik hingga yang terakhir seperti pada Tabel 6.
Urutan prioritas kawasan tersebut diperoleh dari perkalian antara bobot lokasi/zona pariwisata dengan infrastruktur yang yang akan dibangun. Dari hasil prioritas dengan menggunakan ANP didapatkan Penginapan/Akomodasi pada lokasi/zona Teupin Layeu dan Gapang di gampong Iboih
yang menjadi prioritas utama dengan nilai sebesar 0,02589. Hal ini disebabkan oleh permintaan atas penginapan/hotel sangat tinggi di lokasi ini. Dengan potensi Teupin Layeu dan Gapang yang begitu banyak. Dilihat dari segi investasi pemerintah kota Sabang dapat mengembangkan resort milik pemko sabang yang ada di Gapang, ataupun dapat juga menambah Hotel dilokasi Teupin Layeu. Dengan demikian pemko Sabang dapat menambah PAD (Pendapat Asli Daerah) bagi kota Sabang. Bagi investor lokasi/zona ini dapat dijadikan prioritas untuk membangun Hotel/Penginapan ataupun melakukan pengembangan bagi yang sudah memilikinya.
Volume 6, Nomor 3, Mei 2017 - 241
Lokasi/Zona Infrastruktur Bobot Prior
Teupin Layeu dan Gapang Penginapan/Akomodasi 0.0258 1
Pulau Rubiah Penginapan/Akomodasi 0.0212 2
Teupin Layeu dan Gapang Parkir 0.0175 3
Sabang-Km 0 Akses Jalan 0.0161 4
Anoi Itam Penginapan/Akomodasi 0.0135 5
Pante Pasir Putih Utilities (Listrik/Air) 0.0133 6
Km 0 Parkir 0.0123 7
Danau Aneuk Laot Pelayanan Kesehatan 0.0111 8
Pante Pasir Putih Parkir 0.0111 9
Jaboi Parkir 0.0109 10
Pantai Kasih dan Sabang Fair Parkir 0.0105 11
Balik Gunung (Gua Sarang, Batu Kapal dan Batu Gendang) Parkir 0.0103 12
Balohan-Wilayah Kota Sabang Akses Jalan 0.0101 13
Jaboi Pelayanan Kesehatan 0.0099 14
Teupin Layeu dan Gapang Persampahan 0.0096 15
Anoi Itam Parkir 0.0091 16
Wilayah Kota Sabang Parkir 0.0077 17
Wilayah Kota Sabang Pelayanan Kesehatan 0.0070 18
Wilayah Kota Sabang Pengembangan Bandara 0.0058 19
Balohan Pengembangan Pelabuhan 0.0048 20
Untuk prioritas ketiga dengan bobot 0,01750 adalah tempat parkir di Teupin Layeu ataupun Gapang. Dilihat dari permintaan ataupun kebutuhan wisatawan terhadap parkir di lokasi ini sangatlah tinggi. Tempat parkir dilokasi ini sudah tidak dapat menampung lagi kenderaan-kenderaan pada puncak musim liburan, kenderaan yang parkir bisa sampai keluar dari lokasi Teupin Layeu, yaitu sampai keluar jalan utama, kenderaan-kenderaan bisa parkir dipinggir jalan sepanjang menuju lokasi utama di Teupin Layeu sejauh 500-600 meter, sedangkan lebar jalan utama sangatlah sempit, sehingga seringkali titik ini menjadi pusat macet. Pengembangan lahan parkir tidak harus menambah luas lahan parkir, sehingga lokasi menjadi sempit. Untuk menambah kapasitas lahan parkir dapat dilakukan dengan membangun bangunan parkir 2 atau 3 lantai.
Pada prioritas keempat dengan bobot 0,01618 adlah Akses Jalan dari Kota ke Km 0. Ini sangatlah penting dimana akses jalan ini adalah jalan yang sering dilalui kenderaan, sedangkan kapasitas jalan sangatlah tidak
mendukung pada puncak-puncak musim liburan. Salah satu ruas jalan dari teupin layeu ke Km 0 sebenarnya hanya dapat dilalui oleh 1 kenderaan dengan kondisi sekitar jalan di kedua sisinya tebing dan jurang, resiko tinggi bagi kenderaan jika melalui jalan ini yang merupakan jalan satu-satunya menuju lokasi Km 0 yang menjadi ikon Kota Sabang khususnya dan Indonesia umumnya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapatkan, maka dapat ditarik kesimpulan, sebagai berikut:
1. Berdasarkan LQ, dari 90 kawasan untuk infrastruktur pendukung pariwisata diperoleh 20 kawasan yang menjadi alternatif. Alternatif yang memiliki nilai LQ tertinggi adalah parkir pada lokasi/zona Teupin Layeu dan Gapang yakni sebesar 13, 18 pada zona. Sedangkan untuk nilai LQ terkecil sebesar 1,09 adalah Utilities pada lokasi/zona Pantai Pasir Putih.
242 - Volume 6, Nomor 3, Mei 2017 2. Hasil dari perhitungan ANP pada
lokasi/zona pariwisata didapatkan Teupin Layeu dan Gapang memiliki nilai bobot yang paling besar, dengan nilai bobot 0,1449. Sedangkan hasil perhitungan ANP untuk infrastruktur pendukung pariwisata didapatkan Penginapan/Akomodasi memiliki nilai bobot terbesar dengan nilai 0,1787, dimana nilai ini menunjukkan bahwa untuk Infrastruktur Penginapan/Akomodasi merupakan prioritas untuk dikembangkan.
3. Dan hasil perankingan 2 hasil perhitungan ANP lokasi/zona parwisata dan infrastruktur pendukung pariwisata. Didapat Teupin Layeu dan Gapang dan Pulau Rubiah memiliki prioritas tertinggi untuk dikembangkannya infrastruktur penginapan/akomodasi dengan nilai bobot masing-masing 0,02589 dan 0,02120. Selanjutnya disusul dengan infrastruktur parkir di Teupin Layeu dan akses jalan menuju Km 0 yang dapat dijadikan pemerintah Kota Sabang sebagai prioritas utama dengan bobot masing-masing 0,01750 dan 0,01618.
Saran
Adapun saran yang dapat diajukan dari penelitian ini, antara lain:
1. Penyelesaian pemilihan lokasi/zona pariwisata dan infrastruktur pendukung pariwisata ini masih perlu dikembangkan untuk melihat permasalahan secara utuh. 2. Interaksi antara kawasan lokasi/zona
pariwisata seharusnya dapat dibuat
kompleks sehingga fungsi kawasan pariwisata dapat lebih terlihat.
3. Mejadikan bencana sebagai kriteria dalam interaksi dalam penentuan alternative infrastruktur. Dimana dapat dilihat dari jenis bencana, jenis tanah dan lainnya untuk dijadikan sebagai subkriteria
DAFTAR PUSTAKA
Hanafi, F.R. 2011, Penentuan Prioritas Pembangunan Pariwisata Di Pulau Lombok Dengan Menggunakan Metode LQ dan ANP, Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya
Saaty, T. L. 1996, The Analytic Hierarchy
Process: Planning, Priority Setting, Resource Allocation, and (2001). Decision Making with Dependence and Feedback: The Analytic Network Process. Pittsburgh, PA:
RWS Publications.
Saaty T.L. & Vargas L.G. 2006, Descision Making With The Analytic Network
Process, Springer, USA,
<http://www.khuisf.ac.ir/prof/images/U ploaded_files>