• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

74

BAB IV

HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian

Di dalam Penelitian ini yang dimaksud dengan media massa adalah KOMPAS TV.1 Kompas TV merupakan salah satu anak perusahaan dari Kompas Gramedia Group yang secara sentral berkedudukan kantor pusat di Jalan Palmerah Selatan Nomer 1 Jakarta Pusat.

Kompas Gramedia merupakan salah satu perusahaan media terbesar di Indonesia. Namun awalnya, Kompas Gramedia lebih mengarah ke print media,seperti koran Kompas, dan majalah-majalah. Pada awalnya, Kompas memiliki tv yang bernama TV7, namun kemudian TV7 dibeli sahamnya oleh Trans Corp, yang berganti nama menjadi Trans 7.

Jacob Utama selaku pemilik Kompas Gramedia ingin mempunyai sebuah stasiun televisi yang bisa mengubah Indonesia menjadi lebih baik. Dengan tekad dan tujuan tersebut, beliau akhirnya mendirikan tv baru, yang contentnya lebih menginspirasi Indonesia serta memiliki nilai-nilai yang baik. Akhirnya muncullah Kompas TV.

Kompas TV dibangun sebagai sebuah tv yang berbeda dengan stasiun tv lainnya. Konten yang ada di dalam Kompas TV tidak murni entertainment atau news saja, namun merupakan penggabungan yang seimbang antara news, features documentary (seperti BBC Knowledge atau Discovery Channel) dan program entertainment.

Sebagai content provider, Kompas TV tayang perdana pada tanggal 9 September 2011 di sepuluh kota di Indonesia: Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang,

1 http://www.kompasgramedia.com/business/multimedia/kompasgramediatv Diunduh pada tanggal 18 Januari 2014. Pukul 19: 02

(2)

75

Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Banjarmasin, dan Makassar. Jumlah kota tersebut bertambah pada kuartal ketiga tahun 2011 dan sepanjang tahun 2012. Pada tanggal 9 September 2011 itu juga, Kompas TV muncul sebagai free to air terrestrial tv, yaitu siaran yang diterima antena-antena biasa yang banyak terdapat di rumah-rumah, namun sistemnya berjaringan. Sistemnya berjaringan karena Kompas Gramedia TV bekerja sama dengan tv-tv lokal di daerah, dan tv-tv-tv-tv lokal tersebut kemudian akan diperbarui pemancarnya. Kemudian station receiver Kompas Gramedia TV adalah stasiun tv-tv lokal tersebut.

Di samping Kompas Gramedia TV, Kompas Gramedia grup memiliki KG Production, dengan Indra Yudhistira sebagai direkturnya saat itu (Kini CEO Kompas TV adalah Bimo Setyawan). KG Production dibagi menjadi tiga, dalam arti harus memproduksi tiga macam tayangan,yaitu :

1. Program-program televisi

Program-program tv adalah program yang nantinya akan ditayangkan di Kompas TV, program ini merupakan program rutin dengan beberapa paket episode untuk setiap programnya.

(3)

76 2. Konser

KG Production dijadwalkan akan membuat konser besar setahun dua kali. Yang telah dibuat pertama kali yaitu Masterpiece of Erwin Gutawa dan kemudian sempat direncanakan, KG Production akan membuat konser yang akan menampilkan Twillite Orchestra, 20 tahun Twillite Orchestra dengan Addie MS. Namun tidak terwujud, karena sejumlah alasan.

3. Film

KG Production sempat memproduksi empat film, yaitu “Negri Lima Menara”, “Garuda di Dadaku” sequel kedua, “Lima Elang”, dan “The Dancer (sang penari)” yang bertajuk “Rongeng Dukuh Paruh”. Dalam perkembangannya divisi ini kemudian dilebur dengan divisi Entertainment pada bulan September 2013.

Visi – misi Kompas TV adalah ingin membuat sebuah televisi yang bisa mencerdaskan bangsa dan menjadi televisi yang bisa sebesar-besarnya memberikan manfaat bagi masyarakat. terus. Program-programnya sendiri banyak yang berjenis

documentary tapi lebih mengangkat tentang kearifan-kearifan lokal.

Kompas TV sendiri mencanangkan untuk tetap memberi perubahan, dari hal program dan kualitasnya. Dari kualitas gambar sendiri, Kompas TV mengklaim bahwa mereka High Definition, menggunakan kamera 5D atau X3. Bila dilihat dari

program hiburan yang ada di Kompas TV juga berebda. Program musik mungkin banyak di tv, namun disini Kompas TV ingin membuat suatu acara musik yang membuat musisinya benar-benar menyanyi, tidak playback seperti yang saat ini banyak dilakukan di banyak stasiun televisi. Salah satu contoh acara music yang sempat ditayangkan di Kompas TV

(4)

77

adalah “Fanatic”. Acara ini menampilkan band-band yang memiliki komitmen dengan visi misi mereka sendiri, dan sudah cukup lama berkecimpung di dunia musik, kurang lebih 10 tahun. Konsep acara ini

adalah musisi itu sendiri yang menuangkan ide mereka sendiri untuk konsep acara yang mereka inginkan, bagaimana konsep dan cara yang mereka inginkan unutk acara mereka sendiri. Disini para musisi akan menyanyikan satu atau dua lagu yang tidak

pernah dibawakan dimana pun.

Walaupun usianya masih terbilang cukup muda, namun Kompas TV telah membawa sejumlah penghargaan. Mulai dari adiwarta award di bidang jurnalistik. CNN Journalis Award, Citra Pariwara, hingga Asian Televisian Award.2

4.1.1. CS : File

CS : File merupakan singkatan dari Crime Story File. CS : File adalah program dokumenter yang murni lahir dan diproduksi oleh Kompas TV. CS : File merupakan program dokumenter yang menampilkan figur terpidana yang memiliki kisah kejahatan yang fenomenal di zaman nya.

Program dokumenter CS : File Kompas TV menngandalkan tayangannya berdsarkan hasil dari riset, footage (footage is the raw, unedited material as it had been

originally filmed by movie camera or recorded by a video camera which usually must be

edited to create a motion picture, video clip, television show or similar.3 Footage merupakan bahan, materi asli yang didokumentasikan dengan menggunakan kamera film

2Lampiran 2

(5)

78

atau kamera video yang kemudian digunakan sebagai materi dalam sebuah gambar bergerak, video klip, acara televisi atau sejenisnya).

CS : File disajikan dengan memadukan visual terbaik dari lokasi kejadian, wawancara narasumber (saksi/pelaku), memaksimalkan footage dan foto hasil riset, kemudian menambahkan narasi untuk menegaskan visual yang diperoleh. CS : File disajikan tanpa host dengan durasi 30 menit.

Keunikan tayangan CS : File adalah mampu mendokumentasikan kisah para pelaku kejahatan yang fenomenal di masanya, memaparkan fakta-fakta yang tidak terungkap seputar pelaku kejahatan yang fenomenal di masanya, dan enunjukkan sisi lain seorang penjahat yang fenomenal di masanya.

Tayangan dokumenter CS: FILE Kompas TV terdiri dari 3 segmen. Umumnya menceritakan beberapa hal berikut :

• Segmen 1 berisi : Kasus kejahatan yang diangkat dalam episode tersebut dan perkembangannya.

• Segmen 2 berisi :Umumnya berisi profil pelaku kejahatan.

• Segmen 3 berisi : Ahli-ahli yang berupaya menggali kasus kejahatan yang tengah dibahas.4

Program dokumenter Kompas TV dikerjakan oleh Divisi Dokumenter. Divisi Dokumenter awalnya bergabung bersama Production. Namun pada tahun 2014, akhirnya melebur dengan Departemen News.

(6)

79

CS : File sendiri sempat dikerjakan oleh beberapa tim yang berbeda. Karena dalam penelitian ini mengkhususkan penelitian pada homosekual, untuk itu peneliti memaparkan penanggung jawab untuk episode Ryan Jombang saja. Berikut nama-nama yang mengerjakan CS : File Episode Ryan Jombang :

1. Pengarah Produksi : Indra Yudhistira 2. Penanggung Jawab Produksi Dokumenter : Apni Jaya Putra 3. Produser Eksekutif : Wahyu Mulyono

4. Produser : Yuni E Sulistyono

5. Penanggung Jawab Penunjang Produksi : M. Taufik Hidayat

6. Kreatif : SM Fathani, Mesti Sinaga

7. Asisten Produksi : Reza Romanenko 8. Penanggung Jawab Kru Produksi : Adi Nugroho

9. Penata Kamera : Rulli Tambayong, Asril

Mauriyanto, Djoko Sarjono

10. Penanggung Jawab Paska Produksi : Ardian Tony Y 11. Penyunting Gambar : Mungki Pamungkas

12. Penata Grafis : Arie Andriyan

13. Narator : Ian Anggoro

14. Penanggung Jawab Artistik : Suhendro Wihtono 15. Penanggung Jawab Teknik : Harya S Pratama

Namun selama pengerjaannya, CS : File mengalami perubahan sejumlah kru dan juga nama posisi. Posisi kreatif berganti nama menjadi penulis naskah. Tahun 2014, CS :

(7)

80

File masih mengerjakan beberapa episode untuk tayangan season 2. Yuni Eko Sulityono yang sebelumnya menjabat sebagai Produser kemudian menjabat Produser Eksekutif. Mesti Sinaga menjabat sebagai Produser. Sementara SM Fathani menjabat sebagai penulis naskah.

Hingga kini, Program CS : File telah mengalami pengulangan penayangan untuk season pertamanya sebanyak satu kali. Selama penyangan episode Ryan Jombanglah yang memiliki tingkat rating dan share yang paling besar dibandingkan dengan sejumlah episode lainnya yang ditayangkan pada season pertama. 5

Selama penyangannya CS : File tidak hanya mendapatkan perhatian dari masyarakat saja. Namun episode Udin Bernas pada tanggal 4 Desember 2012, meraih Piala Adiawarta untuk kategori tayangan Dokumenter program televisi. Sedangkan secara kuantitatif yang biasa dihitung melalui rating dan share, tayangan dokumenter CS : File Kompas TV mendapatkan respon yang cukup baik.

Pada tahun pertama Kompas TV berdiri targer share yang dikejar oleh Kompas Televisi adalah 1. Beberapa episode penayangan CS : File Kompas TV sendiri, sempat hampir menyentuh angka tersebut. Seperti episdode kejahatan binatang yang mencapai share 0,90 dan Dukun A.S yang mencapai 0,82. Sedangkan episode Ryan Jagal Jombang sendiri, berada di posisi tengah, yakni 0,09. (Lampiran 6)

(8)

81 4.2. Hasil Penelitian

Program CS : File Kompas Tv yang berdurasi total 30 menit, dibagi menjadi tiga segmen dengan masing dua kali jeda iklan. Dalam pembahasan tesis ini, peneliti akan menganalisa Program CS : File Kompas TV tiap segmen baik gambar maupun skrip.

Untuk tiap gambar yang peneliti pilih sebagai unit analisa, peneliti akan menggunakan unit analisa dua tahap dari Roland Barthes. Sedangkan untuk tiap kata dan kalimat yang dipilih akan dianalisa dengan menggunakan semiotika sosial dari M.A.K Halliday.

Dalam memaknai teknik pengambilan gambar, teknik editing, maupun pergerakan kamera, peneliti akan menggunakan pemaknaan teknik pengambilan gambar dari Arthur Asa Berger. Cara pengambilan gambar dalam penelitian ini dapat

berfungsi sebagai penanda. Gambar menjadi elemen terpenting untuk membentuk suatu tayangan berdurasi.

Teknik pengambilan suatu gambar akan menentukan kualitas gambar yang dihasilkan apakah memenuhi kriteria menjadi gambar yang layak. Teknik pengambilan suatu gambar memiliki kode-kode yang memiliki makna tersendiri. Kode-kode tersebut menginformasikan hampir seluruh aspek tentang keberadaan kita dan menyediakan konsep yang bermanfaat bagi analisis seni populer dan media. Beberapa elemen gambar dapat ditemui dalam kode, terutama yang berhubungan dengan bahasa gambar yang bisa dilihat sebagai berikut :

(9)

82

Tabel 3. Pemaknaan Teknik Pengambilan (Berger : 33-34)

Penanda (penanda

gambar) Definisi Penanda (makna)

Close up Hanya wajah Keintiman Medium Shot Hampir seluruh

tubuh Hubungan personal Long Shot Setting dan karakter Konteks skope, jarak

public

Full shot Seluruh tubuh Hubungan sosial

Penanda (penanda

kamera) Definisi Penanda (makna)

Pan up Kamarena mengarah ke bawah

Kekuasaan, kewenangan Pan down Kamera mengarah

ke atas Kelemahan, pengecil Dooly in Kamera bergerak ke

depan Observasi, fokus

Penanda (penanda

penyuntingan) Definisi Penanda (makna) Fade in Gambaran kelihatan

pada layar kosong

Permulaan

Fade out Gambar di layar menjadi hilang

(10)

83 Wipe Gambar terhapus

dari layar

“Penentuan” kesimpulan

4.2.1. Segmen 1

(11)
(12)
(13)

86 Secara Visualisasi :

Tabel 4. Pemaknaan Denotatif-Konotatif Teks 1

Denotasi Konotasi

Secara denotatif, ketiga gambar tersebut menunjukkan artikel dari tiga surat kabar. Namun artikel tersebut menampilkan secara detil kata-kata: POTONGAN, 7 BAGIAN, PEMBUNUHAN : WARGA RAGUNAN DIGEGERKAN. Ketiga artikel tersebut diedit dengan nuansa hitam putih.

Sedangkan secara pengambilan gambar, potongan-potongan artikel tersebut juga digambarkan dalam bentuk close up. Bahkan close up yang ditampilkan hingga menunjukkan detil tiap lekuk huruf hingga membentuk kata dan kalimat, dan ditampilkan secara cepat dengan menonjolkan kata-kata: potongan, 7 bagian, dan pembunuhan :

Gambaran potongan koran dengan fokus detil pada bagian-bagian potongan, tujuh bagian, dan pembunuhan yang menggerkan warga ragunan, merupakan upaya secara simbolik yang disusun oleh pewarta CS : File Kompas TV, bahwa kasus Ryan Jombang merupakan kasus pembunuhan yang perlu mendapatkan perhatian khusus, karena kasus tersebut merupakan kasus yang sadis dan membuat masyrakat panik.

Apalagi tiap kata dalam guntingan koran tersebut ditampilkan secara close up. Hal ini menunjukkan penonton diajak untuk tidak hanya fokus terhadap masalah ryan, namun menyelami hingga intim bahwa permaslahan pembunuhan yang dilakukan ryan adalah problem yang

(14)

87

warga ragunan digegerkan. serius untuk diselami, berbeda dengan kasus lain, dan perlu mendapatkan catatan khusus.

Seiring dengan kemunculan gambar-gambar diatas, pewarta CS: File juga membubuhi skrip yang dibaca melalui voice over pria bersuara berat secara monologis. Skrip tersebut berbunyi :

MEDIO JULI 2008 … / WARGA KEBAGUSAN RAYA/ RAGUNAN/ JAKARTA SELATAN/ GEMPAR// PENEMUAN TUJUH POTONGAN TUBUH MANUSIA/ DI DALAM 2 KOPER DAN KANTUNG PLASTIK/ MENJADI PERHATIAN WARGA SEKITAR//

Untuk mengetahui menjawab pertanyaan what is going on (medan wacana), who is taking part (pelibat wacana : bagaimana peran agen – terkait dengan fungsi yang dijalankan individu atau masyarakat-, status – tempat individu dalam masyarakat sehubungan dengan orang-orang lain, sejajar atau tidak), what role assigned to language (sarana wacana), peneliti akan menggunakan buah pikiran dari M.A.K Halliday (Halliday, 1978 : 110), sebagai berikut :

1. Medan Wacana

Dalam teks tersebut Kompas TV ingin menggambarkan bahwa pada pertengahan bulan Juli 2008, penemuan tujuh potongan tubuh manusia di dalam sebuah koper dan juga di dalam sebuah kantung plastik. Melalui penggambaran ini, pewarta CS : File Kompas TV ingin menunjukkan bahwa, pada bulan Juli 2008 Indonesia digemparkan dengan penemuan

(15)

88

potongan-potongan tubuh manusia yang dimasukkan ke dalam dua wadah berbeda, yakni sebuah koper dan juga di dalam sebuah kantung plastik. Penemuan ini mengantarkan pemikiran publik, bahwa kali itu telah terjadi pembunuhan sadis. Untuk menghilangkan jejaknya, sang pembunuh mennggunakan cara dengan memutilasi korbannya. Penggambaran ini, juga menjadi jembatan untuk mengantarkan bahwa pembunuhan tersebut, telah menimbulkan sebuah kepanikan tersendiri bagi Warga Kebagusan Raya Ragunan Jakarta Selatan.

2. Pelibat Wacana

Dalam potongan teks tersebut pewarta CS :File menggambarkan Warga Kebagusan Raya Ragunan Jakarta Selatan, sebagai orang-orang yang terlibat dalam sebuah kepanikan akibat adanya penemuan jasad manusia yang terpotong. Melalui sejumlah kecil masyarakat di bilangan Kebagusan Jakarta Selatan ini, peawrta CS: File ingin menunjukkan peran bahwa masyarakat kala itu, menjadi bagian dalam struktur masyrakat yang tengah kehilangan anggotanya.

Kehilangan tersebut digambarkan dalam kondisi yang dilakukan oleh seorang pembunuh, dengan cara yang sadis. Pembunuh disini digambarkan sebagai pihak yang telah mengambil bagian dari masyrakat tersebut. Peran pembunuh tersebut digambarkan sebagai seseorang yang menghilangkan secara paksa bagian dari anggota masyarakat tersebut, melalui pembunuhan

(16)

89

dan pelenyapan nyawa manusia dengan memutilasi, atau memotong-motong tubuh anggota masyrakat yang telah dibunuh tersebut.

Tidak hanya itu, korban dari pembunuh tersebut juga tidak lagi digambarkan dalam posisinya sebagai seorang manusia. Namun, disejajarkan dengan benda atau bangkai hewan. Hal ini ditunjukkan dengan dimasukkannya potongan-potongan tubuh tersebut ke dalam sebuah koper dan juga kantung plastik. Bahkan koper dan kantung palstik berisi anggota masyrakat yang telah dijagal paksa tersebut, dibuang begitu saja bagian-bagian tubuhnya oleh pembunuh.

3. Sarana Wacana

Penggunaan kata ‘gempar’ seolah menujukkan hal tersebut sebagai sebuah isu besar yang harus menjadi perhatian semua pihak, walaupun yang mengalaminya hanyalah Warga Kebagusan Raya Ragunan Jakarta Selatan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia gempar dijelaskan sebagai geger atau ramai sekali (karena ada kabar buruk, kerusuhan, hal yang ajaib, keributan). Penggunaan kata ‘gempar’ menjadi sebuah penggambaran yang hiperbola terhadap penemuan potongan jasad manusia tersebut.

Dua wadah yang digunakan untuk menampung potongan tubuh manusia, yakni koper dan kantung plastik juga memang sengaja dipilih dan ditonjolkan oleh pewarta CS : File. Koper dan kantung plastik ditonjolkan pewarta CS : File guna mempertontonkan betapa sadis, keji, dan penrendahan terhadap manusia yang seharusnya memiliki derajad yang lebih

(17)

90

tinggi ketimbang dua mahluk Tuhan lainnya ( baca : tumbuhan dan hewan). Namun dimasukkannya potongan-potongan tubuh manusia tersebut ke dalam koper dan plastik, menunjukkan harkat dan martabat korban sebagai manusia telah hilang. Bahkan lebih rendah ketimbang dua mahluk Tuhan lainnya. Dimasukkan potongan tubuh tersebut, menunjukkan bahwa korban sudah direnggut harkat kemanusiaannya dan disamaratakan dengan benda yang mudah begitu saja untuk dibuang.

(18)

91 2. Teks 2

(19)

92

Tabel 5. Pemaknaan Denotatif-Konotatif Teks 2

Denotasi Konotasi

Secara denotatif, gambar pertama menunjukkan gambar seorang pria dengan menggunakan kemeja casual berwarna hitam yang dibuka tiga kancing pertamanya. Dengan potongan rambut pendek, yang tidak diatur rapi. Umumnya pengambilan gambar guna menggambarkan sosok Windoro Adi ditampilkan dengan variasi close up, medium close up dan dolly in.

Sedangkan untuk gambar kedua menunjukkan gambar guntingan artikel Surat Kabar Harian yang merupakan karya Windoro Adi dengan fokus tulisan pada kalimat : “Semua luka sayatan terlihat tidak beraturan dan bekas potongan juga acak-acakan. “Korban mutilasi dengan mulut disobek jarang terjadi. Sepertinya pelaku menaruh

Dalam gambar pertama, pewarta CS : File Kompas TV menggunakan sosok wartawan Surat Kabar Harian, dalam hal ini Kompas, yang digambarkan sebagai secara personal menceritakan bagaimana sang wartawan begitu antusias menceritakan kejadian pembunuhan yang sempat diliputnya pada pertengahan bulan Juli tahun 2008.

Pengambilan gambar dengan close up dan medium close up menunjukkan bagaimana sosok wartawan tersebut secara personal menceritakan kejadian pembunuhan yang diliputnya itu. Namun penggambaran dengan dolly in sosok wartawan tersebut, merupakan gambaran bahwa berita tersebut tidak hanya cukup disampaikan secara realitasnya. Namun kejadian tersebut haruslah melalui

(20)

93 dendam beneran. Pelaku cemburu dan merasa sakit hati atau bisa juga korena korban besar mulut, sehingga pelaku merobek mulutnya,” tutur Mun’im.

analisa dan observasi matang yang akhirnya menemukan bahwa korban Hery Santoso merupakan korban dari pembunuhan berantai.

Gambar insert potongan Koran yang merupakan hasil karyanya tersebut juga semakin menunjukkan kedalaman observasi sang wartawan terhadap kasus pembunuhan berantai tersebut. Guntingan koran yang menunjukkan hasil wawancara sang wartawan dengan Ahli Forensik Mun’im Idris, merupakan bentuk pertunjukkan bahwa kasus ini bukanlah kasus biasa. Kondisi korban yang dipotong asal-asal dan merobek mulut ini, menunjukkan kekesalan pelaku terhadap korban. Dari analisa atau observasi sementara sang wartawan yang meminjam penuturan Ahli Forensik, bahwa kejadian tersebut jarang terjadi dan memunculkan spekulasi

(21)

94

motif sakit hati karena cemburu yang dirasakan pelaku terhadap korban.

Guntingan koran yang sengaja ditampilkan dengan close up, juga menunjukkan bahwa pembunuhan ini bukanlah pembunuhan sembarangan. Bahkan guntingan tersebut menjadi informasi yang mendalam mengenai kondisi korban yang mengenaskan, dan penonton sengaja diarahkan untuk membaca dengan jelas tiap kata dan kalimat yang ada dalam guntingan tersebut. Hal ini ditunjukkan dengan dibiarkannya guntingan koran yang berisi sadisnya perilaku pelaku terhadap korban selama hampir 13 detik. Sehingga penonton dapat dengan jelas tidak hanya mendapat gambaran kekejian, namun juga dapat merasakan tindakan sadis dari pelaku yang memotong asal-asalan tubuh korban dan

(22)

95

merobek mulutnya. Tak hanya itu, melalui gambar ini, juga menunjukkan bahwa pelaku kejahatan (baca: manusia homoseksual) dapat melakukan tindakan keji hanya karena cemburu dan sakit hati.

Dalam kemunculan gambar tersebut, pewarta CS: File Kompas TV juga memunculkan skrip yang dibacakan secara monologi oleh seorang pria melalui voice over. Kali ini, skrip tersebut berbunyi :

MEDIA KALA ITU TURUT MENANTI HASIL IDENTIFIKASI KORBAN OLEH POLISI // WINDORO ADI / WARTAWAN HARIAN KOMPAS INI / MASIH MENGINGAT BAGAIMANA PERJALANAN KASUS PENEMUAN MAYAT/ YANG DILIPUTNYA SAAT ITU //

BAGINYA KASUS INI MENJADI MENARIK/ KARENA BERDASARKAN HASIL AUTOPSI/ WAJAH KORBAN YANG SULIT DIKENALI AKIBAT LUKA SAYATAN OLEH PELAKU/ SEHARUSNYA MENJADI HAMBATAN KEPOLISIAN DALAM PROSES IDENTIFIKASI//

Selanjutnya peneliti akan menganalisa bagaimana pewarta CS : File menggambarkan situasi yang terjadi, lakon dan peran, juga penggunaan bahasa dalam skrip saat gambar diatas muncul :

1. Medan Wacana

Apa yang terjadi dalam bagian skrip ini? Pewarta CS: File Kompas TV menarik media massa yang kala itu meliput kejadian ditemukannya potongan-potongan jenazah yang digambarkan dalam kondisi yang

(23)

96

mengerikan. Upaya menarik media massa dalam penceritaan ini adalah bentuk dari euphoria media massa saat itu.

Bahwa kasus penemuan jasad manusia dalam kantong plastic dan koper yang ditemukan dalam keadaan mengerikan tersebut, menjadi sorotan media massa kala itu. Pengungkapan identitas korban oleh kepolisian tersebut menjadi berita utama sejumlah media massa.

Peawarta CS : File Kompas TV, juga sengaja menggunakan media massa yang dikenal masyrakat memiliki kredibilitas tinggi untuk menceritakan kasus tersebut. Hal ini untuk membuktikan bahwa kasus penemuan jasad korban yang mengerikan tersebut, tidak hanya kasus biasa. Namun juga menjadi bahan observasi sekaligus menu utama dari media massa kala itu.

Kasus ini semakin dibesar-besarkan dan menjadi menu utama bagi media massa, apalagi dengan penggambaran bahwa polisi sendiri seharusnya mengalami kesulitan guna mengungkap kasus tersebut. Hal ini diakibatkan karena kesulitan autopsi akibat potongan jasad tersebut ditemukan dalam keadaan yang mengenaskan. Lula sayatan di wajah juga mendukung sulitnya upaya pengenalan jenasah tersbut. Sehingga kasus ini memang layak menjadi agenda bagi media massa kala itu. Dan tentu saja saat media massa memberikan porsinya yang cukup besar terhadap kasus penemuan jenasah ini, masyarakat luas (baca : Indonesia) menjadi harus tahu akan kasus ini.

(24)

97

Dengan demikian kasus ini, tidak sebatas kasus yang menggemparkan bagi warga kebagusan Jakarta Selatan saja, namun juga Indonesia secara global. 2. Pelibat Wacana

Untuk mnggambarkan peliknya kasus ini, pewarta CS : File Kompas TV menggunakan wartawan Surat Kabar Harian Kompas, Windoro Adi. Windoro Adi menjadi sosok yang mewakili jurnalis yang haus akan pengungkapan identitas jasd korban pembunuhan yang disertai mutilasi saat itu.

Melalui Windoro Adi, penonton diajak melihat bahwa jurnalis kala itu juga menjadi sosok yang mendukung upaya tidak hanya pengungkapan kasus penemuan jasad tersebut. Namun disini penonton disuguhkan peran jurnalis yang ikut mengenalkan kasus ini.

Jurnalis juga bahkan seolah menjadi deketektif yang juga berupaya mengungkap identitas jasad korban tersebut. Karena alih-alih menunggu semata upaya polisi mengungkap jasad tersebut, para jurnalis yang diwakili Windoro Adi berupaya mengungkap motif kejahatan terhadap potongan jasad manusia tersebut.

Windoro Adi disini digambarkan sebagai jurnalis yang melakukan observasi dan menganalisa bahwa polisi akan menemui kesulitan. Akibat kondisi potongan jasad manusia tersebut sulit dikenali karena luka sayatan di wajah. Namun sesungguhnya informasi akan kesulitan mengenali identitas korban, tidak hanya digambarkan melalui voice over saja. Karena

(25)

98

sesungguhnya karya Windoro Adi yang melakukan observasi dengan mewawancarai ahli forensik juga ditampilkan untuk mendukung sulitnya melakukan pengungkapan. Karena ahli forensik menyatakan luka di wajah secara gamblang, melalui robekan di mulut korban.

(26)

99 3. Sarana Wacana

Media kala itu turut menantikan hasil identifikasi korban. Kalimat ini seolah ingin menggambarkan secara hiperbolik bahwa kasus ini, adalah satu-satunya kasus yang menjadi sorotan dan menu utama sehingga layak dan harus menjadi fokus perhatian dari media massa. Dan mau tidak mau harus menjadi perhatian public juga kala itu.

Perhatian yang besar akan peristiwa ini, juga ditunjukkan melalui kalimat Windoro Adi, wartawan harian kompas ini, masih mengingat

bagaimana perjalanan kasus penemuan mayat yang diliputnya saat itu dan

baginya kasus ini menjadi menarik. Pemilihan kedua kalimat ini perlu

dicermati secara mendalam.

Sebagai seorang wartawan Windoro Adi telah melalui sejumlah kasus dan fase dalam kehidupan profesi jurnalisnya. Namun kekuatan akan kekejian jasad korban ini ternyata menjadi memori yang menarik dan terus dikenang olehnya.

Pemilihan kedua kalimat ini semakin menunjukkan bahwa kasus penemuan potongan tubuh manusia di daerah kebagusan dalam keadaan mengenaskan ini, bukanlah kasus biasa. Apalagi sejumlah jurnalis dari sejumlah media ternama, yang diwakili oleh Windoro Adi seolah sepakat bahwa kasus ini meang layak menjadi santapan utama publik, sekaligus sepakat bahwa jasad yang ditemukan tersebut adalah pembunuhan disertasi

(27)

100

mutilasi yang tidak biasa diakukan oleh orang sembarang dan bahkan merupakan bagian dari pembunuhan berantai.

(28)

101 Secara Visualisasi :

Tabel 6. Pemaknaan Denotatif-Konotatif Teks 3

Denotasi Konotasi

Secara denotatif, gambar pertama menunjukkan gambar seorang pria yang menggunakan kaos merah dengan jeans dan sepatu kets berjalan keluar dari lift. Gambar pria pun kemudian diberhentikan selama kurang lebih lima detik.

Gambar tersebut diambil dari kamera cctv, dan dipilih oleh pewarta CS : File

Gambar pria dengan kaos merah dengan sepatu kets yang berjalan keluar dari lift tersebut adalah Ryan. Pria tersebutlah yang ditnjuk sebagai peaku pembunuhan, sekaligus mutilasi, dan juga membuang potongan tubuh manusia di dalam kantong plastic dan koper tersebut.

(29)

102 Kompas TV, dengan teknik pengambilan gambar full shoot yang menunjukkan seluruh tubuh dari pria tersebut.

Sedangkan gambar kedua menunjukkan gambar guntingan surat kabar yang berjudul, “Heri Dimutilasi karena Lecehkan Ryan”

Gambar ini diambil dengan teknik pengambilan gambar close up. Sehingga seluruh lekuk tulisan dalam guntingan gambar tersebut jelas terlihat. Tulisan dalam guntingan koran tersebut berbunyi : “Pelaku mutilasi, Fery Ryansyah alias Ryan (30) mengaku menghabisi dan memotong-motong tubuh Heri Santoso (40) karena tersinggung dengan ucapan Heri yang naksir pacarnya Noval.” Sedangkan gambar ketiga merupakan potongan guntingan koran yang menunjukkan dua anak judul berbunyi :

menunjukkan seluruh tubuh ini, pewarta CS: File berupaya menggambarkan sosok Ryan dengan hubungan sosialnya. Langkahnya yang percaya diri dan santai, menunjukkan Ryan adalah orang yang memiliki hubungan sosial baik dengan masyrakat. Walaupun dirinya adalah seorang pelaku pembunuhan (baca : orang yang menghilangkan nyawa manusia atau anggota masyrakat), Ryan tetap merupakan bagian dari masyrakat pada umumnya.

Sedangkan gambar guntingan koran berikutnya, menunjukkan mengapa Ryan melakukan tindakan tersebut. Dalam gambar tersebut digambarkan guntingan koran bertuliskan, “Heri Dimutilasi karena Lecehkan Ryan”.

Melalui guntingan koran ini, pewarta CS : File mulai menggambarkan Ryan sebagai seorang Homoseksual.

(30)

103 1. 5 Korban, 1 Dimutilasi

2. Di Jakarta dan Jombang

Dalam guntingan koran ini, yang juga menjadi pusat perhatian adalah kalimat, “Heboh Pembunuhan Berantai”. Tulisan tersebut ditampilkan dengan tiga warna berbeda. Heboh berwarna hitam, Pembunuhan berwarna merah, Berantai berwarna kuning.

Guntingan koran ini, juga ditampilkan secara close up, sehingga tiap lekuk tulisan juga terlihat.

Guntingan koran yang ditampilkan secara close up tersebut, meminta perhatian penonton untuk mencermati isi guntingan koran tersebut. Tulisan itu secara gamblang melukiskan Heri (baca : laki-laki) Dimutilasi karena lecehkan Ryan (baca : laki-laki). Melalui teks ini, pewarta CS : File terlihat jelas menunjukkan kegiatan eksploitasi seksual yang dilakukan sesame laki-laki. Namun tak sampai disitu, tindakan eksplitasi seksual yang dilakukan sesama lelaki tersebut, jika tak disukai akan dengan mudahnya menyebabkan tindakan pemubuhan yang disertai mutilasi.

Tak sampai disitu saja, guntingan koran terseubut juga sengaja ditampilkan secara close up setiap bagiannya, sehingga tulisan yang berbunyi, “Pelaku mutilasi, Fery Ryansyah alias Ryan (30)

(31)

104

mengaku menghabisi dan memotong-motong tubuh Heri Santoso (40) karena tersinggung dengan ucapan Heri yang naksir pacarnya Noval”, jelas terbaca pemirsa.

Hal ini, dipilih, disusun dan digunakan oleh pewarta CS : File untuk menguatkan tindakan sadistis yang dilakukan oleh homoseksual, hanya karena tersinggung hatinya. Dengan gamblang pewarta CS : File ingin ‘melukiskan’ bahwa jika kaum homoseksual tersinggung, akan sangat mudah melakukan tindakan yang berbau sadistis. Tidak hanya dibunuh, namun juga dipotong-potong.

Teks tersebut sekaligus menggambarkan, rasa cinta mendalam

antara pelaku pembunuhan (baca : Ryan) dengan Noval kekasihnya, yang ternyata disukai oleh korban (baca : Hery).

(32)

105

Melalui teks ini, pewarta CS: File ingin menggambarkan bagaimana posesifnya hubungan percintaan sejenis, yang dapat berujung pada kematian atau pembunuhan jika ada yang disakiti.

Sementara itu gambar berikutnya, ingin menonjolkan bagaimana hebohnya pembunuhan yang dilakukan Ryan. Teks ini, sengaja ingin menggambarkan bahwa pembunuhan yang dilakukan oleh Ryan, bukanlah pembunuhan yang biasa. Bahwa pembunuhan ini, merupakan pembunhan berantai, yang melibatnkan banyak korban jiwa dengan tindakan yang sadis. Sehingga hal tersebut membuat kasus Ryan adalah kasus yang wajar untuk diangkat sebagai sajian utama media massa.

Tak hanya itu. Pada gambar ini, pemirsa juga diajak untuk melihat tindakan sadis Ryan melalui teks:

(33)

106

1. 5 Korban, 1 Dimutilasi 2. Di Jakarta dan Jombang

Gambar guntingan ini, ingin menunjukkan bahwa tindakan Ryan tidak dapat dipandan sebelah mata. Tindakan ini bukan hanya meresahkan warga Jakarta saja. Enam korban yang salah satunya dimutilasi, bahkan juga menjadi kepanikan bagi masyarakat Jombang, Jawa Timur. Hal ini menujukkan bahwa pewarta CS : File dengan sengaja ingin menggambarkan bahwa kasus pembunhan yang dilakukan oleh Ryan dilakukan secara sadis, dan bukanlah persoalan secara local saja. Namun hal ini perlu menjadi perhatian publik dari seluruh negeri. Sehingga masyarakat sebagai penonton perlu waspada dan siaga terhadap Ryan (baca : homoseksual) dan juga orang-orang seperti Ryan (baca: Homoseksual).

(34)

107

Karena Ryan (baca : Homoseksual) adalah orang yang mudah melakukan pembunuhan secara berantai.

Dalam kemunculan gambar tersebut, pewarta CS: File Kompas TV juga memunculkan skrip yang dibacakan secara monologi oleh seorang pria melalui voice over. Kali ini, skrip tersebut berbunyi :

PENYIDIKAN SELANJUTNYA MENGARAHKAN POLISI PADA ORANG-ORANG TERDEKAT KORBAN/ DAN PENCARIAN PUN SAMPAI PADA APARTEMEN MARGONDA RESIDENCE/ DEPOK/ JAWA BARAT// POLISI MENEMUKAN MOBIL KORBAN TERPARKIR DI GEDUNG TERSEBUT/ DIMANA HERI SANTOSO DIKETAHUI MENGUNJUNGI SALAH SATU PENGHUNI APARTEMEN SEBELUM IA DITEMUKAN TAK BERNYAWA// PENGHUNI APARTEMEN TERSEBUT ADALAH VERY IDHAM HENYANSYAH/ ALIAS RYAN//

PADA 15 JULI 2008/ POLISI MENANGKAP RYAN/ DI RUMAH KOS YANG BARU BEBERAPA HARI DITINGGALINYA/ DI DAERAH DEPOK//

RYAN KEMUDIAN MENJADI TERSANGKA UTAMA KASUS PEMBUNUHAN HERI SANTOSO // HASIL PENYELIDIKAN SELANJUTNYA OLEH KEPOLISIAN MENGUNGKAPKAN / BAHWA RYAN JUGA PERNAH MELAKUKAN PEMBUNUHAN SEBELUMNYA //

Selanjutnya peneliti akan menganalisa bagaimana pewarta CS : File menggambarkan situasi yang terjadi, lakon dan peran, juga penggunaan bahasa dalam skrip saat gambar diatas muncul :

1. Medan Wacana

Apa yang terjadi dalam bagian skrip ini? Pewarta CS: File Kompas TV, melalui teks ini ingin menunjukkan bahwa polisi melakukan pencarian terhadap pembunuh jasad yang kemudian diketahui sebagai Hery Santoso dari teman-teman terdekat. Penggunaan istilah teman-teman terdekat ini,

(35)

108

merupakan upaya polisi untuk mencari pembunuh Hery dari teman-teman Hery yang merupakan homoseksual, karena Hery juga merupakan homoseksual. Hal ini mengarahkan penonton, bahwa kasus pembunuhan terhadap Hery Santoso memang kental diwarnai dengan ‘sandiwara’ percintaan kaum Homoseksual.

Kemudian teks ini berupaya menceritakan, upaya penangkapan Ryan yang dituduh sebagai pelaku pembunuhan terhadap Hery Santoso. Teks ini dengan jelas menggambarkan bahwa Ryan memiliki apartemen, yang merupakan tempat pertemuannya dengan Hery. Namun, teks ini juga menggambarkan bahwa penangkapan terhadap Ryan justru berlangsung tidak di apartemen miliknya, namun di rumah kost baru Ryan.

Melalui teks ini, pewarta CS : File ingin memberikan gambaran penangkapan yang berliku-liku oleh pihak kepolisian terhadap Ryan. Karena Ryan memiliki berbagai tempat tinggal. Baik yang secara permanen ditinggalinya, maupun yang hanya beberapa hari saja ditinggali Ryan.

Melalui teks ini juga, pewarta CS : File dengan sangat gambalang ingin meceritakan bahwa pembunuhan Heri Santoso hanyalah sebagian kecil saja tindakan yang dilakukan oleh Ryan. Kalimat yang digunakakan pewarta CS: File, hasil penyelidikan selanjutnya oleh kepolisian mengungkapkan

bahwa Ryan juga pernah melakukan pembunuhan sebelumnya, juga ingin

menggambarkan bahwa pembunuahanyang dilakukan oleh Ryan bukanlah pembunuhan biasa. Pembunuhan yang dilakukan oleh Ryan terhadap Hery

(36)

109

Santoso, sebenarnya merupakan satu dari sejumlah rangkaian kegiatan pembunuhan yang telah dilakukan Ryan. Rangkaian pembunuhan ini telah terjadi begitu panjang, selama Ryan menjalani kehidupaannya.

2. Pelibat Wacana

Dalam teks ini, pewarta CS : File menampilkan Ryan sebagai tokoh utama. Pewarta CS : File menggambarkan upaya polisi yang secara aktif melacak jejak Ryan. Seluruh perhatian polisi kala itu, seakan dialihkan guna membongkar kasus pembunuhan yang dilakukan Ryan.

Upaya penelusuran polisi sebagai pihak yang dituduh bertanggung jawab mengungkap tabir pembunuhan tersebut, dengan menelisik orang-orang terdekat korban (baca : teman sepergaulan, baca : homoseksual). Dari penelusuran tersebut polisi menemukan Ryan yang merupakan orang terdekat atau orang yang terkahir ditemui Heri Santoso, karena mobil Hery masih terparkir di apartemen milik Ryan.

Dalam teks ini, pewarta CS : File juga secara jelas menggambarkan Ryan sebagai orang yang tidak kesulitan secara ekonomi dan telah sangat rapih menutupi kejahatan yang dilakukannya. Hal ini ditunjukkan dengan Ryang yang memiliki sebuah apartemen, namun Ryan justru ditangkap di sebuah rumah kost.

Sehingga jelas bahwa Ryan dalam kondisinya saat itu, merupakan orang yang sudah memiliki tingkat ekonomi cukup matang. Walaupun Ryan memiliki apartemen, ternyata Ryan juga dengan sangat mudah mencari

(37)

110

tempat persembunyian lain di sebuah tempat kost. Kalimat pada 15 juli

2008, polisi menangkap Ryan di rumah kos yang baru beberapa hari

ditinggalinya di daerah Depok, seolah menjadi penekanan bahwa rumah kos

tersebut adalah rumah yang baru dicari oleh Ryan, untuk bersembunyi.

Kalimat berikut juga merupakan penggamabran Ryan sebagai seorang pembunuh bukanlah seseorang yang baru membunuh. Kalimat ini dengan jelas menggambarkan Ryan sebagai seorang pembunuh professional yang telah bekerja secara terencana untuk menghabisi nyawa siapun yang

(38)

111 3. Sarana Wacana

Teks diatas menggambarkan dua hal hiperbolik. Pertama digambarkan secara hiperbolik adalah upaya polisi dalam mengungkap pelaku pembunuhan terhadap jasad yang dibuang di sebuah kantong plastik maupun di dalam sebuah koper. Guna menunggkap kasus ini polisi harus melakukan penyidikan, yakni penyelidikan secara seksama dengan terjun langsung dan mewawancarai orang-orang terdekat Heri Santoso, jasad yang ditemukan dalam plastik dan koper tersebut.

Upaya pencarian polisi guna menemukan Ryan digambarkan begitu rumit, karena Ryan sudah tidak lagi mendiami apartemen miliknya. Polisi harus menelusuri jejak Ryan hingga ke sebuah rumah kos di daerah Depok untuk menemukannya. Bahkan pewarta CS : File dengan sengaja membubuhkan kalimat rumah kos di daerah Depok yang baru saja

ditinggalinya. Kalimat ini ingin menunjukkan bahwa polisi harus

mengerahkan seluruh kekuatannya untuk mengungkap keberadaan Ryan. Secara Hiperbolik juga teks ini menggambarkan Ryan sebagai seorang sebagai pembunuh yang sangat professional. Pewarta CS : File sengaja memilih kalimat, hasil penyelidikan selanjutnya oleh kepolisian

mengungkapkan,bahwa Ryan juga pernah melakukan pembunuhan

sebelumnya. Hal ini ingin menggembarkan bahwa Ryan adalah pelaku

pembunuhan yang patut diperhitungkan, bukan pembunuh biasa, pembunuh yang sudah sangat professional melakukan pekerjaannya sekaligus

(39)

112

menutupinya sehingga baru dapat diketahui setelah sekian lama melakukannya.

4. Teks 4

(40)

113

Tabel 7. Pemaknaan Denotatif-Konotatif Teks 4

Denotasi Konotasi

Gambar pertama menunjukkan gambar seorang pria berkumis yang dibubuhi dengan menggunakan jas berwarna hitam. Gambar ini juga dengan jelas dibubuhi penjelasan bahwa orang yang tengah melakukan penuturan tersebut adalah Nyoman Rai, yang merupakan pengacara kasus Ryan.

Saat memberikan pemaparan mengenai kasus Ryan, pewarta CS: File juga menberikan ilustrasi gambar berupa guntingan koran yang berisi, “Ryan telah

membunuh 11 korban dan mengubur

mayatnya di dalam pekarangan rumah.

Polisi menyimpulkan, selain mengalami

orientasi seks yang menyimpang, dia

adalah psikopat dengan motif ekonomi”.

Didalam artikel itu, juga ditampilkan foto secara hitam putih saat seorang pria

Gambar pertama merupakan gambar pengacara ryan yang tengah menuturkan kasusnya. Pengacara ryan digambarkan dengan teknik pengambilan gambar secara medium close up.

Hal ini diakukan oleh pewarta CS : File untuk menunjukkan hubungan personal. Penggambaran ini membuat penonton dapat secara personal mendengarkan wawancara yang dilakukan oleh pewarta CS: File, sehingga terlihat sebagai sebuah penuturan terhadap cerita yang disajikan. Pewarta CS : File jelas ingin meminjam pengacara Ryan bahwa, kasus ini merupakan kasus yang perlu menjadi fokus perhatian dan mendapatkan sorotan dari berbagai kalangan tak hanya masyarakat sekitar, namun juga media massa, maupun

(41)

114 ditangkap polisi.

Gambar artikel ini, ditampilkan secara hitam putih dengan teknik pengambilan gambar menggunakan close up. Sehingga seluruh lekuk-lekuk teks maupun foto yang disajikan terlihat dengan jelas.

kepolisian.

Sedangkan dalam penuturan pengacara tersebut, juga ditampilkan gambar artikel penangkapan Ryan. Artikel ini jelas menunjukkan Ryan sebagai seorang penjahat yang digiring oleh pihak kepolisian.

Namun, artikel tersebut tidak hanya berisi foto penangkapan Ryan saja. Guntingan artikel disamping foto tersebut mencantumkan dengan sangat jelas sehingga terbaca oleh penontonya. Teks media massa tersebut dipilih, disusun dan digunakan oleh pewarta CS : File untuk membentuk pemikiran public bahwa Ryan merupakan pribadi yang mengalami penyimpangan secara seksual. Hal ini karena Ryan menyukai sesama pria.

Tak hanya itu, artikel ini sengaja dipilih untuk menggambarkan bahwa Ryan

(42)

115

adalah seorang homoseksual, yang merupakan penjahat professional, memiliki kecenderungan sakit jiwa dan terobsesi terhadap tingkat ekonomi yang lebih tinggi.

Teks ini seolah semakin mempertegas bahwa Homoseksual (baca : Ryan), adalah manusia yang memiliki perilaku seksual yang menyimpang dan sakit jiwa, memiliki daya sensitifitas tinggi sehingga mudah membunuh, dan memiliki orientasi yang cukup tinggi untuk menguasai tingkat ekonomi yang tinggi dengan cara yang instan dan menghalalkan segala cara.

Sebuah tayangan dokumenter tidak hanya berisi skrip yang dijabarkan dengan menggunakan voice over saja, namun juga didukung dengan hasil penuturan dari sejumlah narasumber. Penuturan kali ini adalah dari Nyoman Rai, pengacara Ryan. Kalimat berikutlah yang muncul untuk melengkapi gambar diatas :

(43)

116

“Bukan hasil kerja keras polisi mengungkapkan 10 korban lain tapi itu hasil kejujuran Ryan yang disampaikan kepada kami tim kuasa hukum.”

“Setiap kali terungkap kasus pembunuhan itu, polisi selalu menanyakan kasus-kasus lain apakah pernah melakukan. Lalu pada waktu itu Ryan menceritakan bahwa, dengan jujur dan terbuka dia menyampaikan dia juga turut melakukan pembunuhan terhadap 10 korban lain di Jombang”

Selanjutnya peneliti akan menganalisa bagaimana pewarta CS : File menggambarkan situasi yang terjadi, lakon dan peran, juga penggunaan bahasa dalam skrip saat gambar diatas muncul :

(44)

117 1. Medan Wacana

Melalui teks CS : File diatas, pewawata CS : File berupaya menyampaikan upaya pengungkapan kasus Ryan. Dalam penuturan ini digambarkan bagaimana Ryan dengan gamblang menjelaskan sejumlah kasus pembunuhan yang telah dilakukan.

Penggambaran ini ingin menunjukkan bagaiamana mengerikannya kasus Ryan, karena tidak hanya memakan 1 korban saja. Penggambaran ini juga sengaja dimumculkan sebagai upaya menimbulkan kepanikan, bahwa masyarakat Indonesia kal itu, tengah dihantui ketakuatan akan upaya pembunuhan berantai.

Upaya pembunuhan berantai tersebut, dilakukan oleh seseorang yang menyukai sesama jenisnya. Pembunuh yang menyukai sesame jenisnya itu, bukanlah pembunuh biasa. Pembunuh tersebut sudah melakukan pembunuhan hingga 11 kali.

Penggamabran ini juga menunjukkan kepanikan media massa yang serta merta menjadikan kasus ini sebagai sortotan yang menarik, karena hampir setiap media massa memberitakan kasus pembunuhan yang dilakukan oleh sesorang yang menyukai sesama jenisnya. Pembunuhan tersebut, juga dilakukan secara rapih dan sulit diungkap. Sehingga memakan hingga 11 korban jiwa.

(45)

118

Dalam teks ini, setiap kata dan kalimat yang terjalin didalamnya berupaya menggambarkan dua orang di dalamnya. Kedua orang tersebut, adalah pihak kepolisian dan pihak lainnya adalah pembunuh bernama Ryan.

Teks ini, menggambarkan polisi sebagai pihak yang gencar menyelsaikan kasus pembunuhan berantai. Secara aktif, polisi digambarkan sebagai pihak yang terus mencari dan menghubung-hubungkan setiap masalah dengan Ryan.

Pihak kedua yang ditampilkan dalam naskah ini, adalah Ryan. Ryan dalam penggambaran teks ini dilukiskan sebagai seorang pembunuh berantai. Seseorang yang telah melakukan pembunuhan secara rapih dan tidak terendus oleh pihak kepolisian, hingga mencapai 11 korban jiwa.

Penggambaran ini merupakan bentuk penuturan yang dialukan oleh kuasa hukum Ryan, Nyoman Rai. Dalam penuturan ini Nyoman Rai juga digambarkan sebagai orang yang mampu mendekati dan mengenali seorang pembunuh berantai. Sehingga Nyoman Rai mengetahui benar bagaiamana pribadi Ryan sesungguhnya. Melalui teks ini, Nyoman Rai hendak memberikan pembelaan bahwa sebenarnya, bukan hasil kerja keras polisilah yang membuahkan hasil pengungkapan kasus pembunuahan terhadap Ryan.

Nyoman Rai hendak menggambarkan bahwa Ryan adalah orang yang bisa diajak berkomunikasi dan bekerjasama. Bahkan Nyoman Rai menunjukkan bahwa Ryan adalah pribadi yang jujur dalam mengungkapkan apa yang telah dilakukannya. Walaupun sebenarnya Nyoman Rai juga mengakui bahwa Ryan telah berhasil menutupi 10 pembunuhan yang sebelumnya telah dilakukan.

(46)

119 3. Sarana Wacana

Dalam teks ini, sebenarnya ada penekanan kata yang ingin disampaikan. Nyoman Rai menggunakan kata terbuka dan jujur, untuk menggambarkan sikap Ryan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia digambarkan sebagai sikap yang penuh rasa keterusterangan. Sedangkan jujur menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah : lurus hati; tidak berbohong (misalnya dengan berkata apa adanya); tidak curang (misalnya dalam permainan, dengan mengikuti aturan yang berlaku; tulus; ikhlas (www.kbbi.web/ )

Kata ini hingga diulang dua kali dalam penuturan I Nyoman Rai, untuk menggambarkan bahwa Ryan sebenarnya adalah orang yang mudah untuk menceritakan segala pribadinya. Saat kata ini muncul, pewarta CS : File sengaja memunculkan artikel yang berisi kesimpulan polisi bahwa Ryan adalah orang yang mengalami orientasi seksual menyimpang, psikopat (baca : gila), dan memiliki motif ekonomi.

Melalui hal ini pewarta CS : File jelas ingin menunjukkan bahwa Ryan sebagai seorang pembunuh berdarah dingin yang psikopat bagaimanapun juga adalah manusia yang memiliki sifat hati ingin terbuka dan memiliki kejujuran dan ingin menceritakan keluh kesahnya kepada orang lain.

(47)

120 5.Teks 5

(48)
(49)

122 Secara Visualisasi :

Tabel 8. Pemaknaan Denotatif-Konotatif Teks 5

Denotasi Konotasi

Gambar pertama merupakan gambar seorang pria bertubuh tambun yang menggunakan kacamata minus untuk membantu penglihatan. Pria tersebut tengah menunturkan sesuatu.Dalam gambar tersebut pria bertubuh gempal itu, menggunakan kemeja dengan garis-garis merah dan biru. Gambar pria tersebut diambil secara medium close up yang menunjukkan bagian wajah dan muka. Latar belakang pria tersebut, menunjukkan sejumlah buku tebal yang ditumpuk rapih.

Sedangkan tiga gambar berikutnya merupakan gutingan dari artikel beberapa media massa yang menuliskan mengenai pembunuhan yang dilakukan oleh Ryan.

Pria bertubuh tambun dengan kacamata minus tersebut merupakan Profesor Adrianus Meliala. Pakar di bidang kriminologi yang umumnya digunakan keahliannya untuk menyelesaikan kasus-kasus pembunuhan. Salah satunya Ryan. Adrianus Meliala dipilih oleh pewarta CS : File untuk memberikan observasi secara penuh terhadap kasus Ryan. Penuturan Adrianus Meliala menggunakan teknik pengambilan gambar secara medium close up, guna menciptakan nuansa personal dengan pakar kriminologi tersebut dengan pemirsa. Sehingga secara khusus pemirsa akan menyimak penuturan Adrianus

(50)

123 Artikel pertama menunjukkan tulisan secara hitam putih yang berisi, “dari

jombang, antara psikopat atau

normal”. Artikel ini ditampilkan

secara close up yang menjelaskan setiap lekuk teks sehingga jelas terbaca.

Sedangkan artikel kedua berisi hasil transkrip wawancara. Dalam artikel berwarna hitam putih tersebut menuliskan hasil analisa mengenai kasus Ryan. Analisa tersebut menyebutkan bahwa Ryan adalah motif ekonomi, pengaruh masa kecil, gaya hidup, dan kelainan kepribadian. Artikel ini juga disajikan secara hitam putih dan close up kepada bagian analisa kasus Ryan.

Sedangkan artikel ketiga merupakan guntingan dari majalah yang mempertunjukkan judul, “Antara

Meliala.

Sedangkan artikel pertama dipilih oleh pewarta CS : File Kompas TV, untuk menunjukkan euphoria media massa terhadap kasus Ryan yang kala itu terus menerus mengkait-kaitkan perilaku pembunuhan Ryan dengan kondisi kejiwaan Ryan sekaligus dengan orientasi seksual Ryan yang dianggap menyimpang. Melalui pemilihan artikel yang disusun dalam segmen satu ini, pewarta CS : File dengan jelas ingin menggiring pemikiran publik, bahwa Ryan (baca: homoseksual) adalah pribadi yang tidak normal, sakit jiwa, sekaligus adalah pembunuh. Artikel ini dsajikan secara close up sehingga secara intim pembaca mengenali, membaca, mengetahui, sekaligu membuka cakrawala berpikir tehadap

(51)

124 Psikopat dan Gay”. Artikel ini juga disajikan secara hitam putih dengan teknik pengambilan gambar close up yang sengaja memfokuskan kepada penulisan judul “Antara Psikopat dan Gay”.

Ryan (baca: Homoseksual). Bahwa Homoseksual adalah perilaku tidak normal, sakit jiwa, dan merupakan individu yang sadis dan kejam.

Artikel kedua yang dipilih adalah bentuk transkrip wawancara antara seseorang dengan pakar kriminologi. Dalam pembahasan tersebut ditonjolkan bahwa prilaku Ryan merupakan berhubungan erat dengan motif ekonomi, pengaruh masa kecil, gaya hidup, dan kelainan kepribadian. Melalui artikel ini, pewarta CS: File mengkaitkan kembali tindakan Ryan sebagai seorang pembunuh adalah pengaruh masa kecil yang menyebabkan kelainan kepribadian (baca: Homoseksual). Melalui artikel ini juga pewarta CS : File Kompas TV hendak menggiring pemirsanya, bahwa Ryan sebagai seorang

(52)

125

homoseksual adalah pribadi yang mudah membunuh guna memenuhi gaya hidupnya yang tinggi. Sehingga Ryan dapat merampas milik korbannya.

Artikel ketiga sengaja dipilih oleh pewarta CS : File untuk memperkuat pesan. Bahwa Ryan adalah seorang gay atau homoseksual dan Ryan adalah seorang psikopat. Melalui penggambaran artikel ini, pewarta CS : File hendak menggiring penontonnya bahwa homoseksual adalah prilaku seeorang yang menyimpang dan sakit secara kejiwaan. Sehingga seseorang homoseksual perlu diwaspadai tindak tanduknya.

(53)

126

Sebagai sebuah tayangan dokumenter CS : File tidak hanya berisi

voice over saja, namun juga didukung dengan hasil penuturan dari sejumlah

narasumber. Penuturan kali ini adalah dari Prof Adrianus Meliala yang merupakan ahli di bidang kriminologi. Kalimat berikutlah yang muncul untuk melengkapi gambar diatas :

“Agak susah dikatakan mengenai mana yang lebih kuat, tapi kita selama ini sudah sampai pada satu kesimpulan bahwa minimal ada 2 motif yang kuat, pertama motif ekonomi, konteksnya adalah penguasaan harta benda milik orang lain secara tidak syah pada diri Ryan, ini disebabkan juga oleh gaya hidup, oleh prevelensi materi yang tinggi sekali pada diri Ryan, dan yang kedua adalah dalam konteks gangguan jiwa pada yang bersangkutan. Kita menenggarai bahwa yang bersangkutan memiliki kepribadian yang psikopatik, nah untuk itu maka keduanya saling mempengaruhi.”

ALASAN GANGGUAN KEJIWAAN ATAU PSIKOPATIK INI / MENJADI DASAR PEMBELAAN TIM PENGACARA RYAN DALAM PERSIDANGAN // TIM PENGACARA / BERUSAHA MEMBEBASKAN KLIENNYA DARI JERAT HUKUM //

Selanjutnya peneliti akan menganalisa bagaimana pewarta CS : File menggambarkan situasi yang terjadi, lakon dan peran, juga penggunaan bahasa dalam skrip saat gambar diatas muncul :

1. Medan Wacana

Skrp diatas sebenarnya terbagai menjadi dua jenis. Skrip yang pertama merupakan penuturan dari ahli kriminologi Profesor Adrianus Meliala, sedangkan skrip yang kedua sebenarnya merupakan skrip yang dibacakan oleh voice over. Dengan meminjam penuturan dari Profesor Adrianus Meliala sebagai seorang ahli kriminologi, pewarta CS : File

(54)

127

berupaya menggambarkan latar belakang kasus pembunuhan yang dilakukan oleh Ryan.

Dalam penuturannya pewarta CS: File yang menggunakan Adrianus Meliala membagi menjadi dua alasan mengapa Ryan melakukan pembunuhan. Alasan yang pertama merupakan motif ekonomi, konteksnya adalah penguasaan harta benda milik orang lain secara tidak syah pada diri Ryan, ini disebabkan juga oleh gaya hidup, oleh prevelensi materi yang tinggi sekali pada diri Ryan. Sedangkan yang kedua adalah dalam konteks gangguan jiwa pada yang dialami oleh Ryan.

Melalui penuturan ini pewarta CS : File menggiring pemikiran penonton bahwa Ryan (baca : homoseksual) adalah individu yang memiliki gaya hidup yang tinggi dengan didorong oleh kepemilikan materialistic yang tinggi pula. Namun dalam upaya memenuhinya Ryan (baca: Homoseksual), kerap ingin mendapatkannya secara instan. Bahkan dengan tidak segan-segan membunuh orang lain. Namun tidak hanya alasan ekonomi saja, pemirsa televisi juga digiring bahwa prilaku Ryan membunuh adalah karena Ryan memiliki gangguan kejiwaan. Dengan kata lain bahwa pewarta CS : File hendak mengatakan bahwa homoseksual adalah prilaku yang mengalami gangguan kejiwaan. Sehingga harus diwaspadai oleh masyarakat.

Bentuk skrip kedua yang disajikan adalah melalui voice over. Dalam

(55)

128

penekanan bahwa homoseksual sama dengan sakit jiwa. Alasan in pulalah yang digunakan oleh kuasa hukum Ryan untuk membela Ryan di persidangan.

(56)

129 2. Pelibat Wacana

Dalam skrip diatas pihak yang digunakan untuk melakukan transformasi atau tata kelola ulang homoseksual adalah seorang ahli kriminologi. Ahli kriminologi yang digunakan adalah seorang Profesor Adrianus Meliala yang sudah dikenal sebagai seseorang yang memiliki kompetensi atau keahlian di bidang kriminal.

Pewarta CS : File berupaya menggunakan Adrianus Meliala dalam kasus ini, guna menggambarkan alasan pembunuhan yang dilakukan oleh Ryan. Dalam analisanya, Adrianus menuturkan bahwa Ryan yang merupakan homoseksual adalah individu yang memiliki tingkat gaya hidup yang tinggi. Namun dalam perwujudannya tidak ingin mengenal sebuah proses dalam pencapaiannya. Sehingga upaya apapun menjadi hal yang lumrah dilakukan untuk memenuhi gaya hidup tersebut. Tak terkecuali dengan melalukan pembunuhan.

Adrianus Meliala juga menggambarkan Ryan sebagai sosok yang mengalami gangguan kejiwaan. Tidak hanya dari tindakan pemnbunuhan yang dilakukannya saja. Namun Ryan (baca: Homoseksual) merupakan pribadi yang sakit jiwanya karena memiliki orientasi seksual yang berbeda dengan pria pada umumnya. Hal ini tentu saja karena Ryan memiliki kekasih lelaki yakni Noval yang kemudian ditaksir oleh Heri Santoso yang kemudian dibunuhnya.

(57)

130

Dalam kedua jenis skrip ini kata psikopat digunakan oleh Adrianus Meliala untuk menggambarkan sosok Ryan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah psikopat dijelaskan orang yang karena kelainan jiwa menunjukkan perilaku yang menyimpang sehingga mengalami kesulitan dalam pergaulan. (www.kbbi.web/ )

Dari pengertian ini jelas bahwa pewarta CS: File yang meminjam penuturan dari ahli kriminologi Adrianus Meliala, bahwa pewarta CS : File ingin menunjukkan homoseksual merupakan orang yang mengalami kelainan kejiwaan sehingga menunjukkan perilaku yang menyimpang. Perilaku menyimpang disini merupakan perilaku yang mudah membunuh dan sekaligus prilaku yang menyukai sesame jenisnya.

Melalui penggunaan istilah ini juga pewarta CS: File ingin menunjukkan bahwa Ryan sebagai seorang homoseksual adalah pribadi yang mengalami kesulitan pergaulan. Sehingga saat bergaul mengalami sakit hati, akan dengan sangat mudah melakukan tindakan sadis terhadap orang-orang yang menyakiti hatinya.

(58)

131 4.2.2. Segmen 2

(59)

132 Secara Visualisasi :

Tabel 9. Pemaknaan Denotatif-Konotatif Teks 1

Denotasi Konotasi

Gambar pertama merupakan gambar sebuah bilik bambu yang sudah terlihat rusak di beberapa sisinya. Di dalam bilik bambu tersebut, terdapat bambu-bambu yang dibiarkan begitu saja beserta kantung plastik. Gambar ini disajikan pewarta CS : File dengan

Gambar bilik bambu yang disajikan secara long shoot tersebut berupaya membangun setting sebuah tempat. Setting tempat yang dimaksud adalah setting tempat dibesarkannya Ryan. Inilah tempat Ryan menghabiskan masa kecilnya dan menghabiskan

(60)

133 long shoot.

Gambar ini kemudian juga diikuti dengan gambar tanah lapang yang berisi pepohonan dan juga daun-daunan. Gambar ini disajikan juga secara long shoot juga. Namun gambar tersebut diberi efek editing berupa sebuah gambar hitam, yang membuat gambar menjadi gelap. Penyajian kedua gambar diatas juga dilengkapi latar belakang musik bernada pentatonis, dan juga efek suara di beberapa bagiannya.

Gambar ketiga merupakan gambar bingkai foto berwarna keemasan dengan foto seorang pria yang tengah berdiri. Pria di dalam foto tersebut ditampilkan berbadan atletis dan mengenakan baju berwarna cokelat muda dengan variasi motif v memenuhi seluruh bagian kemeja

kesendiriannya bertumbuh. Namun tempat ini juga menjadi tempat dibawanya sejumlah pria yang menjalin hubungan secara serius dengan Ryan, yang kemudian diketahui tidak hanya diinginkan cintanya namun juga dikuasai hartanya. Sehingga Ryan akhirnya membunuhnya secara sadis dan kemudian dimakamkannya di gambar berikutnya, yakni sebuah gambar areal pekarangan. Gambar areal pekarangan tersebut digambarkan secara luas, sehingga tercipta makna dibenak penonton bahwa tempat tersebut menyimpan banyak potongan tubuh manusia korban Ryan.

Melalui kedua gambar tersebut Ryan digambarkan oleh pewarta CS : File sebagai seseorang yang mudah tersakiti hatinya, sehingga mudah

(61)

134 tersebut. Kemeja pria tersebut juga dipadupadankan dengan celana jeans hitam yang membungkus kedua kaki pria tersebut, sehingga terlihat lekuk-lekuk kakinya. Sementara itu raut wajah pria tersebut terlihat bahagia dan penuh percaya diri.

menghabisi nyawa orang yang menyakiti hatinya. Namun gambar ini menggambarkan pula bahwa Ryan sudah menyiapkan tempat untuk meyembunyikan orang-orang yang

dibunuhnya. Sehingga menggambarkan bahwa Ryan adalah

pembunuh kawakan yang telah memikirkan dengan sangat matang tiap aksinya, maupun upaya menyembunyikannya.

Gambar foto pria tersebut merupakan gambaran seorang Ryan. Penggunaan kemeja bermotif V yang digunakan Ryan, yang dipadupadankan celana jenas ketat, seolah sebagai wujud representasi seorang homoseksual yang sudah berani menunjukkan pilihan seksualnya. Sekaligus gambar ini menunjukkan bagaimana seorang Ryan adalah individu yang atletis,

(62)

135

sehingga cukup kuat untuk menghabisi sesama jenis maupun lawan jenisnya. Namun gambar ini juga sekaligus menunjukkan bahwa Ryan adalah sosok pria yang penuh percaya diri dengan sorot wajahnya dan memiliki gaya hidup yang cukup tinggi walaupun adalah seorang yang berasal dari desa kecil di Jombang.

Kalimat berikutlah yang muncul untuk melengkapi gambar diatas : SEJAK KECIL / RYAN SUKA MENYENDIRI DAN MENGHABISKAN BANYAK WAKTU DI KEBUN BELAKANG RUMAHNYA //

DI BELAKANG RUMAHNYA INI PULA/ RYAN MEMBUNUH DAN MENGUBUR SEPULUH KORBANNYA //

KEDUA ORANG TUA RYAN TIDAK PERNAH MENYANGKA /ANAK YANG SELAMA INI MEREKA BANGGAKAN / NEKAD MELAKUKAN PEMBUNUHAN//

Selanjutnya peneliti akan menganalisa bagaimana pewarta CS : File menggambarkan situasi yang terjadi, lakon dan peran, juga penggunaan bahasa dalam skrip saat gambar diatas muncul :

(63)

136 1. Medan Wacana

Skrip di atas merupakan upaya pewarta CS : File menggambarkan tempat dimana Ryan bertumbuh dari kecil. Skrip ini juga ingin menunjukkan bahwa Ryan kerap menyendiri di tempat tersebut.

Namun skrip ini tidak hanya menunjukkan bahwa tempat tersebut merupakan tempat bersembunyi Ryan saat kecil saja. Namun di pekerangan rumah tempatnya menyendiri dan sunyi ini, merupakan tempat Ryan melakukan pembunuhan terhadap sepuluh orang. Bahkan di tempatnya menyendiri dan bersembunyi inilah Ryan akhirnya menyembunyikan sepuluh jasad yang telah dihabisinya.

Dalam skrip ini juga pewarta CS: File ingin menunjukkan hubungan antara Ryan dengan kedua orang tuanya. Bahwa sesungguhnya kedua orang tuanya adalah orang tua yang memperhatikan Ryan dan berupaya memberikan kebutuhan Ryan. Namun ternyata harapan Ryan dari kedua orang tuanya begitu tinggi. Sehingga gaya hidup Ryan tidak dapat terpenuhi. Inilah yang mendorong Ryan melalukan pembunuhan, yakni untuk memenuhi gaya hidupnya yang cukup tinggi yang tidak dapat dipenuhi kedua orang tuanya.

(64)

137 2. Pelibat Wacana

Dalam wacana tersebut pihak yang digambarkan adalah Ryan sebagai sosok utama, dan juga kedua orang tua Ryan. Dalam skrip ini Ryan digambarkan sebagai seseorang yang sejak kecil kerapa menyendiri dibelakang rumahnya.

Melalui teks ini , pewarta CS : File ingin menunjukkan kepada pemirsa televisi bahwa Ryan kerap menyembunyikan apapun yang dilakukannya di belakan rumahnya. Seluruh keinginan masa kecilnya dikuburnya di pekarangan belakang rumahnya.

Namun saat dewasa Ryan digambarkan sebagai orang yang secara aktif membunuh dan akhirnya kembali menyembunyikan jasad korban yang dibunuhnya di belakang rumahnya tersebut. Hal ini menunjukkan Ryan adalah sosok yang memiliki keinginan besar namun begitu banyak halangan ekonomis yang membuatnya tak mampu menyelurkannnya.

Orang tua Ryan sendiri digambarkan sebagai dua orang individu yang kerap membebaskan Ryan dengan aktivitas menyendirinya. Sehingga kedua orang tua Ryan tidak mengetahui siapa Ryan sesungguhnya, sampai akhirnya Ryan tumbuh besar dan menjadi seseorang yang sangat tega merenggut nyawa orang lain.

Melalui teks ini, pewarta CS : File ingin menunjukkan bahwa Ryan (baca: Homoseksual) lahir, hidup dan semakin terpelihara, akibat dukungan dari lingkungan terdekatnya. Ryan (baca: Homoseksual) semakin kuat

(65)

138

menjadi sebuah perilaku yang dikatakan menyimpang, justru terjadi karena pengaruh besar dari lingkungannya.

3. Sarana Wacana

Dalam teks ini ada tiga kata yang digunakan untuk menggambarkan Ryan. Menyendiri, membunuh dan mengubur. Jika merujuk Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata menyendiri berasal dari kata dasar sendiri yang artinya adalah seorang diri, tidak dengan orang lain, tidak dibantu orang lain. Sehingga menyendiri memiliki mengasingkan diri; memencil. (www.kbbi.web/ )

Melalui penggunaan kata menyendiri dalam kalimat sejak kecil, ryan suka menyendiri dan menhabiskan banyak waktu di kebun belakan rumahnya, sebenarnya pewarta CS : File ingin menggambarkan kondisi kejiwaan Ryan. Bahwa Ryan menjadi pribadi yang sadis dan sakit jiwa, sudah sejak dirinya kecil.

Lewat teks ini, pewarta CS : File, menggiring pemikiran penonton bahwa Ryan (baca : homoseksual) adalah kaum yang berbeda dengan masyarakat pada umumnya. Sehingga mereka kerapa memencilkan dirinya sendiri dan mengasingkan dirinya sendiri. Dengan kata lain, homoseksual oleh pewarta CS : File dikonstruk sebagai individu yang berbeda dari masyarakat umumnya, tidak normal, dan harus dikeluarkan (baca: diasingkan) dari komunitas sesama manusia.

(66)

139

Kata yang juga menjadi penekanan dalam teks ini adalah membunuh. Membunuh sendiri berasal dari kata bunuh. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bunuh atau membunuh artinya adalah menghilangkan (menghabisi; mencabut) nyawa; mematikan. (www.kbbi.web/ )

Untuk menggambarkan perilaku Ryan, pewarta CS : File juga menggunakan kata mengubur. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya adalah memakamkan ke dalam kubur, menanamkan mayat, mengebumikan; menyimpan baik-baik supaya tidak diketahui, menyembunyikan. (www.kbbi.web/ )

Kedua kata ini, digunakan dalam kalimat, di belakang rumahnya ini

pula, ryan membunuh dan mengubur sepuluh korbannya. Melalui

penggunaan kata tersebut, pewarta CS : File hendak menunjukkan perilaku Ryan sebagai seseorang yang kerap memaksa, yaitu memaksa untuk menghilangkan nyawa orang lain. Karena kegiatan membunuh sebenarnya merupakan perampasan secara paksa nyawa orang lain. Melalui penggunaan kata mengubur juga, pewarta CS : File menggambarkan Ryan sebagai seseorang yang suka menyembunyikan tak hanya dirinya, namun apapun yang dilakukannya.

Artinya, bahwa penggunaan teks ini adalah sarana untuk melukiskan prilaku seorang Ryan sebagai individu yang pemaksa. Disamping itu juga adalah individu yang kerap mengasingkan, atau menyembunyikan diri dan apapun yang dilakukannya.

(67)

140 2. Teks 2

(68)

141

Tabel 10. Pemaknaan Denotatif-Konotatif Teks 2

Denotasi Konotasi

Gambar pertama merupakan gambar seorang wanita paruh baya berbaju hitam dengan motif kembang-kembang berwarna merah. Wanita tersebut tampil dengan perhiasan anting-anting dan bando. Walau wanita tersebut tidak menggunakan riasan wajah, namun tampak bahwa wanita tersebut merapihkan alis dan menggunakan pemulas bibir berwarna merah lembut. Dan diujung sebelah kanan wanita tersebut dicantumkan biodatanya sebagai kasiatun, ibu korban

Gambar tersebut disajikan dengan teknik pengambilan gambar medium close up dan dipadukan dengan close up.

Sementara itu gambar kedua adalah

Melalui gambar pertama, terlihat pewarta CS : File berupaya menceritakan baik kasus pembunuhan yang dilakukan oleh Ryan maupun sosok Ryan tersendiri.

Tidak hanya kasus yang berupaya digambarkan, namun juga sosok Ryan digambarkan melalui penuturan orang-orang terdekatnya. Salah satunya adalah ibu kandung Ryan. Melalui penggambaran ibu kandung Ryan dalam gambar ini, pewarta CS : File menunjukkan kepada pemirsa sosok ibu kandung Ryan pelaku pembunuhan terhadap 11 orang secara gamblang. Seolah-olah melalui dipilihnya gambar ini, pewarta CS : File ingin menunjukkan sosok yang melahirkan Ryan (baca : pembunuh

(69)

142 gambar seorang pria paruh baya berkumis, dengan corak kulit yang cenderung gelap. Pria tersebut digambarkan dengan menggunakan baju bercorak batik dengan warna dasar hijau muda.

Untuk teknik pengambilan gambar, pewarta CS : File memadukan Full Shoot ata Long Shoot dengan menunjukkan hingga area lutut, pada batas terbesarnya.

Pengambilan gambar tersebut, sehingga dapat memunculkan orang-orang yang berada di sekitar objeknya.

yang merupakan homoseksual) ke bumi.

Sosok tersebut digambarkan sebagai sosok paruh baya, yang walaupun adalah warga sebuah dusun, ternyata juga memiliki gaya hidup yang cukup tinggi. Hal ini terlihat dengan alis wajah sang ibu yang terlihat dibentuk melalui riasan wajah. Tak hanya itu, sang ibu juga menggunakan pemulas bibir, walaupun sangat tipis. Belum lagi baju yang dikenakan, menunjukkan bahwa sebenarnya, walaupun berasal dari daerah namun keluar tersebut memiliki gaya hidup yang cukup tinggi.

Sedangkan penggambaran secara close up dan medium close up, ini memang dipilij pewarta CS : File guna meminta fokus perhatian kepada pemirsa. Karena melalui teknik

(70)

143

pengambilan gambar tersebut, akan tercipta sebuah keintiman.

Sementara itu gambar kedua, adalah sosok kakak Ryan. Melalui gambar ini, pewarta CS : File seolah ingin menceritakan dengan siapa Ryan menjalankan massa kecilnya, sekaligus lingkungan yang membentuknya.

Penggambaran kakak Ryan dengan teknik long shoot menunjukkan jarak sosial kakak Ryan dengan warganya. Sehingga melalui gambar ini, ingin diceritakan bahwa karakter kakak Ryan berbeda dengan Ryan. Karena dengan gambar tersebut ditunjukkan sang kakak memiliki hubungan sosial yang baik, dapat diterima sebagai anggota masyarakat, dan merupakan bagian dari masyarakat. Seolah hal ini semakin menceritakan bahwa sang

(71)

144

kakak diterima, karena dirinya bukanlah seorang homoseksual.

Kalimat berikutlah yang muncul untuk melengkapi gambar diatas : “Ayahnya nangis, semua orang-orang nangis saya kaget, ada apa kok nangis? Udah nih dengar telfonnya. Terus ditelfon dari pak Jarwo, pak Jarwono polisi itu dari polda metro. “Saya polisi bu, Jarwono. AKBP Jarwono” “ada apa pak?” “Ini Ryan ketangkap”

DI TEMPAT LAIN / WASIS KAKAK RYAN / JUGA TERKEJUT MENDENGAR KABAR DARI JAKARTA // RYAN BARU MENGHUBUNGINYA / SETELAH BERITA PEMBUNUHAN INI DITAYANGKAN DI TELEVISI //

Selanjutnya peneliti akan menganalisa bagaimana pewarta CS : File menggambarkan situasi yang terjadi, lakon dan peran, juga penggunaan bahasa dalam skrip saat gambar diatas muncul :

1. Medan Wacana

Dalam teks ini, pewarta CS : File menggambarkan bagaimana keluarga Ryan menerima informasi seputar anggota keluarganya tersebut. Dalam teks ini, pewarta melukiskan bagaimana ayah Ryan, ibu Ryan, dan kakak Ryan saat menerima informasi menganai Ryan.

Teks ini menggambarkan bagaimana ayah dan ibu Ryan yang begitu kaget, menerima kabar mengenai ditangkapnya Ryan karena melakukan aksi pembunuhan. Bahkan tak hanya kedua orang tuanya saja, namuan warga sekitar

Gambar

Tabel 4. Pemaknaan Denotatif-Konotatif Teks 1
Tabel 5. Pemaknaan Denotatif-Konotatif Teks 2
Gambar insert potongan Koran yang  merupakan hasil karyanya tersebut juga  semakin menunjukkan kedalaman  observasi sang wartawan terhadap kasus  pembunuhan berantai tersebut
Tabel 6. Pemaknaan Denotatif-Konotatif Teks 3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dan yang terakhir narasumber ke tujuh Sella Amalia adalah mahasiswa Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah

Berdasarkan perhitungan diketahui nilai r-hitung lebih besar dari r-tabel yakni r-hitung = 0,7436 r-tabel = 0,516, maka dikatakan data yang digunakan merupakan data

peran Humas dilihat dari perencanaan Program, Perencanaan Strategi, Aplikasi Strategi, dan Evaluasi dan kontrol, jika semua itu diprioritaskan untuk

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kompetensi guru, fasilitas belajar dan lingkungan sekolah terhadap minat belajar siswa kelas VIII di MTsN Lubuk

Sebuah distribusi Linux, yang umum disebut dengan "distro", adalah sebuah proyek yang bertujuan untuk mengatur sebuah kumpulan perangkat lunak berbasis Linux dan

Sifat memperlakukan secara eksklusif oleh negara kepada calon peserta dan peserta pengampunan pajak dengan tidak melakukan pemeriksaan serta menangguhkan dugaan tindak

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil pengukuran parameter fisik untuk kesesuaian pariwisata pantai yang terdiri dari kedalaman, kemiringan gisik,

Pasien anak umur kurang dari 14 tahun yang memenuhi kriteria klinis demam dengue (DD), demam berdarah dengue (DBD), dan sindrom syok dengue (SSD) menurut WHO (1997) disertai