• Tidak ada hasil yang ditemukan

TESIS PEMBERIAN MAKANAN PENGGANTI CAIR MENINGKATKAN BERAT BADAN SERTA KADAR HORMON ESTROGEN DAN PROGESTERON PADA ANAK TIKUS ( RATTUS NORVEGICUS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TESIS PEMBERIAN MAKANAN PENGGANTI CAIR MENINGKATKAN BERAT BADAN SERTA KADAR HORMON ESTROGEN DAN PROGESTERON PADA ANAK TIKUS ( RATTUS NORVEGICUS"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

PEMBERIAN MAKANAN PENGGANTI CAIR

MENINGKATKAN BERAT BADAN SERTA KADAR

HORMON ESTROGEN DAN PROGESTERON PADA

ANAK TIKUS (RATTUS NORVEGICUS) JANTAN

GALUR WISTAR

LIZA SUZANNA BONORA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

(2)

TESIS

PEMBERIAN MAKANAN PENGGANTI CAIR

MENINGKATKAN BERAT BADAN SERTA KADAR

HORMON ESTROGEN DAN PROGESTERON PADA

ANAK TIKUS (RATTUS NORVEGICUS) JANTAN

GALUR WISTAR

LIZA SUZANNA BONORA NIM 1390761028

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(3)

PEMBERIAN MAKANAN PENGGANTI CAIR

MENINGKATKAN BERAT BADAN SERTA KADAR

HORMON ESTROGEN DAN PROGESTERON PADA

ANAK TIKUS (RATTUS NORVEGICUS) JANTAN

GALUR WISTAR

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister

Pada Program Magister, Program Studi Ilmu Biomedik Program Pascasarjana Universitas Udayana

LIZA SUZANNA BONORA NIM 1390761028

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(4)

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL Pembimbing I, Prof.Dr.dr.Wimpie I.Pangkahila,Sp.And.FAACS NIP. 194612131971071001 Mengetahui Pembimbing II,

Prof.dr. I Gusti Made Aman, Sp.FK NIP.194606191976021001

Ketua Program Studi Ilmu Biomedik Program Pascasarjana

Universitas Udayana,

DR. dr. Gde Ngurah Indraguna Pinatih, M.Sc, SpGK NIP. 195805211985031002 Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana, Prof.Dr.dr.A.A.Raka Sudewi, Sp.S(K) NIP. 195902151985102001

(5)

Tesis Ini Telah Diuji pada Tanggal 14 Agustus 2015

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor

Universitas Udayana, No : 2341/UN14.4/HK/2015, Tanggal 3 Agustus 2015

Ketua : Prof. Dr.dr. Wimpie I. Pangkahila, Sp.And.,FAACS

Anggota :

1. Prof. dr. I. Gusti Made Aman, Sp.FK. 2. Prof. DR.dr.N. Adiputra, M.OH

3. DR. dr. Gde Ngurah Indraguna Pinatih, M.Sc, SpGK 4. DR. dr. Desak Made Wihandani, M.Kes

(6)

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Nama : dr. Liza Suzanna Bonora

NIM : 1390761028

Program Studi : Magister Ilmu Biomedik (Anti-Aging Medicine)

Judul : Pemberian Makanan Pengganti Cair Meningkatkan Berat

Badan Serta Kadar Hormon Estrogen Dan Progesteron Pada Anak Tikus (rattus norvegicus) Jantan Galur Wistar

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah tesis ini bebas plagiat.

Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI no.17 tahun 2010 dan Peraturan Perundang – undangan yang berlaku.

Denpasar, 14 Agustus 2015 Yang membuat pernyataan,

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama perkenankan penulis memanjatkan puji syukur yang sedalamdalamnya kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

Tulisan ini disusun untuk memenuhi persyaratan tugas akhir studi yang telah dijalankan oleh penulis untuk memperoleh gelar Magister pada program Magister Studi Ilmu Kedokteran Program Studi Ilmu Kedokteran Biomedik, Kekhususan

AntiAging Medicine, Program Pascasarjana Universitas Udayana.

Pada kesempatan ini perkenankan penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. dr. Ketut Suastika,Sp.PD. KEMD dan Prof. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K) sebagai Direktur Program Pascasarjana atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Pascasarjana di Universitas Udayana.

Terima kasih kepada Prof. Dr. dr.Wimpie I. Pangkahila, Sp.And. FAACS., selaku pembimbing utama yang dengan penuh perhatian dan kesabaran memberikan petunjuk, dorongan, pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan tesis ini. Terima kasih sebesar-besarnya juga penulis sampaikan kepada Prof. Dr. I Gusti Made Aman, Sp.FK, selaku pembimbing I yang sudah meluangkan waktu dan dengan sabar serta

(8)

teliti memberikan arahan, masukan, pengetahuan serta bimbingan yang sangat bermanfaat dalam penyusunan tesis ini.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis sampaikan kepada para penguji tesis ini, yaitu Prof. DR.dr.N. Adiputra, M.OH., DR. dr. Gde Ngurah Indraguna Pinatih, M.Sc, SpGK dan DR. dr. Desak Made Wihandani, M.Kes yang telah dengan sabar memberikan masukan, saran, sanggahan, bimbingan dan koreksi sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. I.B. Putra Manuaba, M.Phil dari UPT laboratorium Analitik Universitas Udayana, Bukit Jimbaran., Ferbian Milas Siswanto, SKH serta Prof. DR. drh. Ida Bagus Ardana dari bagian Patologi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana, dan Drs. I Ketut Tunas, M.Si yang telah membantu penyelesaian tesis ini.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh dosen Ilmu Kedokteran Biomedik, Kekhususan Anti-Aging Medicine, Program Pascasarjana Universitas Udayana atas memberikan ilmu pengetahuan selama masa pendidikan yang sangat bermanfaat untuk masa depan penulis, dan kepada seluruh staf biomedik untuk bantuan yang diberikan kepada penulis selama studi, serta kepada semua temanteman selama perkuliahan, terutama dr. Yenny Astoeti Budiprihatini dan dr. Eveline Margo, yang telah membantu dan mendukung penulis sepanjang menempuh pendidikan dan menyelesaikan penulisan tesis.

(9)

Akhirnya penulis juga sampaikan terima kasih kepada pendamping setia Ir. Antonius Bagus Sunartedjo Bajuadji, serta kedua orang tua dan saudara penulis atas doa, pengorbanan dan kesabaran yang luar biasa dalam memberikan dukungan moril sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan tesis ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, untuk itu segenap kritik, saran dan masukan sangat diharapkan. Semoga apa yang tertulis dalam tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Kuasa, senantiasa melimpahkan berkat dan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini.

Denpasar, 14 Agustus 2015

(10)

ABSTRAK

PEMBERIAN MAKANAN PENGGANTI CAIR MENINGKATKAN BERAT BADAN SERTA KADAR HORMON ESTROGEN DAN PROGESTERON PADA ANAK TIKUS (RATTUS NORVEGICUS) JANTAN GALUR WISTAR

Anak berusia 1-5 tahun umumnya memerlukan pemenuhan gizi lengkap guna menunjang aktivitas sehari-hari, seperti bermain, belajar dan pertumbuhan. Pada umumnya, anak-anak dengan usia ini mulai memiliki kecenderungan sulit makan, sehingga kecukupan gizi yang diperlukan tidak terpenuhi. Makanan pengganti cair merupakan salah satu cara pemenuhan gizi pada anak. Pada beberapa anak perempuan yang diberikan makanan pengganti cair diketahui mengalami early menarche, dan pada beberapa anak pria berusia 6 tahun tumbuh bulu pada kaki, disebabkan ketidakseimbangan hormonal. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pemberian makanan pengganti cair dapat meningkatkan berat badan, kadar hormon estrogen serta kadar hormon progesteron pada anak tikus (Rattus norvegicus) jantan galur wistar.

Penelitian ini menggunakan metode post test only control group design. Sampel terdiri dari 30 ekor anak tikus jantan galur wistar usia 21 hari, berat badan 16-20 gr yang dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu Kelompok Kontrol diberi pakan berupa pakan ikan, Kelompok Perlakuan 1 diberi makanan pengganti cair PediaSure® dan Kelompok Perlakuan 2 diberi makanan pengganti cair Nutrisure Gold®. Pakan ikan pada Kelompok Kontrol diberikan secara ad libitum (tanpa takaran), dosis pada masing-masing Kelompok Perlakuan berupa 1 gr bubuk makanan pengganti cair yang dilarutkan dengan 2 ml aquabidest sesuai dengan 10% berat badan tikus, diberikan empat kali sehari per oral selama 21 hari. Berat badan tikus ditimbang setiap 3 hari dan pada hari ke 22 diambil darahnya dari medial canthus sinus orbitalis untuk pemeriksaan kadar hormon estrogen dan progesteron. Analisis data menggunakan uji one way Anova.

Hasil analisis data didapatkan rerata berat badan pada Kelompok Perlakuan lebih tinggi bermakna (p<0,05) dibandingkan dengan Kelompok Kontrol dengan nilai rerata Kelompok Kontrol 76,11±2,32 gr dan rerata Kelompok Perlakuan 1 adalah 78,56±1,74 gr serta rerata Kelompok Perlakuan 2 adalah 78,67±2,00 gr. Tidak terdapat perbedaan rerata berat badan antara nilai rerata Kelompok Perlakuan 1 dan rerata Kelompok Perlakuan 2. Rerata kadar hormon progesteron pada Kelompok Perlakuan lebih tinggi secara bermakna (p<0,05) dibandingkan dengan Kelompok Kontrol dengan nilai rerata Kelompok Kontrol 38,43±1,96 ng/ml dan rerata Kelompok Perlakuan 1 adalah 41,13±0,54 ng/ml serta rerata Kelompok Perlakuan 2 adalah 45,80±2,51 ng/ml. Rerata kadar hormon estrogen pada Kelompok Perlakuan lebih tinggi secara bermakna (p<0,05) dibandingkan dengan Kelompok Kontrol dengan nilai rerata Kelompok Kontrol 0,04±0,008 ng/ml dan rerata Kelompok Perlakuan 1 adalah 0,05±0,006 ng/ml serta rerata Kelompok Perlakuan 2 adalah 0,06±0,011 ng/ml .

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan pemberian makanan pengganti cair, baik PediaSure® maupun Nutrisure Gold® dapat meningkatkan berat badan, kadar hormon estrogen dan kadar hormon progesteron pada anak tikus jantan (Rattus norvegicus) galur wistar.

(11)

ABSTRACT

ADMINISTRATION OF LIQUID SUBTITUTES MEAL INCREASED BODY WEIGHT, LEVELS OF HORMONES ESTROGEN AND PROGESTERONE IN INFANT MALE WISTAR RATS (RATTUS NORVEGICUS)

Children age between 1-5 years old need complete nutrition to maintain daily activities, such as playing, learning and growing up. Mostly children in this crucial ages has tendencies to become a picky eater or fussy eating, lead lack of nutrition. Liquid substitutes meal mostly used to fulfill the needs of nutrition. Some of young girls who consumed liquid substitutes meal suffered an early menarche, while some of young boys age 6 years old found out to have hairy legs, due to hormonal imbalanced. This research aimed to prove that administration of liquid substitutes meal can increased body weight, hormone levels of estrogen levels and progesterone in infant male wistar rats (Rattus norvegicus).

This research used post test only control group design. Samples were consists of 30 infant male wistar rats aged 21 days old, weight from 16-20 grams, divided into 3 groups, control group which were given standard fish meal, intervention group 1 were given PediaSure® and intervention group 2 were given Nutrisure Gold®. Fish meal on control group were given ad libitum, on each intervention group were given 1 grams powder of liquid substitutes meal in 2 ml aquabidest equal with 10% rats body weight (grams), given four times a day orally for 21 days. Their body weight were measured every 3 days and at the 22nd

day, their blood samples were taken from medial canthus sinus orbitalis to examine the level of estrogen and progesterone hormone. The data was analyzed using one way Anova test.

The result of the analysis showed that weight gain on intervention group was significantly higher (p<0.05) than the control group with mean weight gain of 76.11±2.32 gr in the control group, in the intervention group 1 was 78.56±1.74 gr and 78.67±2.00 gr in the intervention group 2. There was no difference between mean weight gain in intervention group 1 and in intervention group 2. The level of progesterone on intervention group was significantly higher (p<0.05) than the control group with mean progesterone level of 38.43±1.96 ng/ml in the control group, in the intervention group 1 was 41.13±0.54 ng/ml and 45.80±2.51 ng/ml in the intervention group 2. The level of estrogen on intervention group was significantly higher (p<0.05) than the control group with mean estrogen level of 0.04±0.008 ng/ml in the control group, in the intervention group 1 was 0.05±0.006 ng/ml and 0.06±0.011 ng/ml in the intervention group 2.

It was concluded that the administration of liquid substitutes meal, both PediaSure® and Nutrisure Gold®, increased body weight, levels of hormones estrogen and progesterone on infant male wistar rats (Rattus norvegicus).

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PERSYARATAN GELAR ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... iv

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

ABSTRAK ……….. ABSTRACT ……….. ix x DAFTAR ISI ……….. xi

DAFTAR GAMBAR ……….. xiv

DAFTAR TABEL ……….. xv

DAFTAR SINGKATAN ……….. xvi

DAFTAR LAMPIRAN ………. BAB I PENDAHULUAN xviii 1.1 Latar Belakang ……….………. 1 1.2 Rumusan Masalah……….……….… 4 1.3 Tujuan Penelitian ……….………… 5 1.3.1 Tujuan Umum ……….…… 5 1.3.2 Tujuan Khusus ……….… 5 1.4 Manfaat Penelitian ………..……….. 6 1.4.1 Manfaat Ilmiah ………..…………..…...… 6

(13)

1.4.2 Manfaat Klinis ………..…….… BAB II KAJIAN PUSTAKA

6

2.1 Makanan Pengganti Cair PediaSure® ………....…… 7

2.1.1 Kandungan Makanan Pengganti Cair Pediasure® ……. 11

2.2 Makanan Pengganti Cair Nutrisure Gold® ……… 14

2.2.1 Kandungan Makanan Pengganti Cair Nutrisure Gold® 15 2.3. Anti-aging Medicine ……….. 16

2.3.1 Konsep Dasar AAM ………..… 16

2.3.2 Teori Proses Penuaan ……….... 17

2.3.3 Faktor Yang Mempercepat Penuaan ………. 18

2.4 Hormon ……….……….….. 20

2.4.1 Hormon Estrogen ………..………..…….… 20

2.4.2 Hormon Progesteron ………... 24

2.4.3 Hormon Implan Pada Ternak ……….……..….. 25

2.5 Pubertas Precox ………... 28

2.6 Obesitas ……….. 32

(14)

2.7 Hewan Coba ……….… 38

2.7.1 Tikus jantan (Rattus Norvegicus) Galur Wistar …….… 39

2.5.2 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium ……. BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 43 3.1 Kerangka Berpikir ……….…….. 44

3.2 Konsep Penelitian ……… 45

3.3 Hipotesis Penelitian ………..… BAB IV METODE PENELITIAN 46 4.1 Rancangan Penelitian ………..…….... 47

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ……….… 48

4.2.1 Tempat Penelitian ………..……. 48

4.2.2 Waktu Penelitian ……….…...………. 49

4.3 Penentuan Sumber Data ……….……….… 49

4.3.1 Kriteria Sampel Penelitian ………...……… 49

4.3.1.1 Kriteria Inklusi ………..……….. 49

4.3.1.2 Drop Out ………..……….. 49

4.3.2 Besar Sampel ………..………… 50

4.3.3 Tehnik Pengambilan Sampel ………..………… 4.4 Variabel Penelitian 50 4.4.1 Identifikasi Variabel ………..………. 51

4.4.2 Klasifikasi Variabel ……….………… 51

4.4.3 Hubungan Antar Variabel ………..….…… 52

4.4.4 Definisi Operasional Variabel ….……… 52

(15)

4.6 Instrumen Penelitian ……….……… 55

4.7 Prosedur Penelitian ……… 56

4.7.1 Makanan Standar Kelompok Kontrol …………..……… 56

4.7.2 Pembuatan Sediaan Makanan Pengganti Cair PediaSure … 56 4.7.3 Pembuatan Sediaan Makanan Pengganti Cair Nutrisure … 57 4.7.4 Persiapan Hewan Coba ……….. 58

4.7.5 Pemeriksaan Kadar Hormon Estrogen dan Progesteron …. 60 4.7.6 Alur Penelitian ………....… 61

4.7.7 Cara Pengumpulan Data ………..………… 62

4.8 Analisis Data ………..… 62

BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Uji Normalitas Data ……… 64

5.2 Uji Homogenitas Data ……….... 65

5.3 Berat Badan ………. 66

5.4 Progesteron ………. 72

5.5 Estrogen ……….. 74

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 6.1 Pengaruh Pemberian Makanan Pengganti Cair ……… 78

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan ……….. 87

7.2 Saran ……… 88

(16)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 2.1 Makanan Pengganti Cair PediaSure® Tanpa Sure3 System (kaleng 900gr) 13 2.2 Makanan Pengganti Cair PediaSure® Dengan Sure3 System

(kaleng 1,8 Kg) ……….. 13

2.3 Makanan Pengganti Cair PediaSure® (fresh milk) ……….... 14

2.4 Makanan Pengganti Cair Nutrisure Gold® (kemasan 400 gr dan 900 gr) 15 2.5 Struktur Estradiol, Estrone dan Estriol ………..… 23

2.6 Struktur Progesteron ……….………...…… 24

3.1 Bagan Konsep Penelitian ……… ……… 45

4.1 Bagan Rancangan Penelitian ……… 47

4.2 Bagan Hubungan Antar Variabel ……… 52

4.3 Bagan Alur Penelitian ……… 61

5.1 Perbandingan Berat Badan antara Kelompok Kontrol dengan Kelompok Perlakuan ………...……… 67

5.2 Kenaikan Berat Badan Antara Kelompok Kontrol, Kelompok Perlakuan 1 (PediaSure®) dan Kelompok Perlakuan 2 (Nutrisure Gold®) …… 71

5.3 Perbandingan Rerata Progesteron antara Kelompok Kontrol dengan Kelompok Perlakuan ……… 73

5.4 Perbandingan Rerata Estrogen antara Kelompok Kontrol dengan Kelompok Perlakuan ………... 76

(17)

DAFTAR TABEL

Halaman

2.1 Kandungan Makanan Pengganti Cair PediaSure® ……… 96

2.2 Informasi nilai gizi Nutrisure Gold ………..……… 98

2.3 Perkembangan tikus (Rattus Norvegicus) (rata-rata) ……… 40

2.4 Metabolisme Tikus Jantan (Rattus Norvegicus) (rata-rata) …………. 41

2.5 Mineral Dalam Makanan Tikus ………. 42

5.1 Hasil Uji Normalitas Data Berat Badan, Progesterone dan Estrogen …. 5.2 Homogenitas Data Berat Badan, Progesteron dan Estrogen antar

65 Kelompok Perlakuan ………... 5.3 Perbedaan Berat Badan Antar Kelompok Sesudah Diberikan Makanan

65

Pengganti Cair PediaSure® dan Nutrisure Gold® ……… 66

5.4 Analisis Komparasi Berat Badan Sesudah Perlakuan Antar Kelompok … 5.5 Kenaikan Berat Badan antara Kelompok Kontrol, Kelompok Perlakuan I

67 (PediaSure®) dan Kelompok Perlakuan II (Nutrisure Gold®) ………… 5.6 Perbedaan Rerata Progesteron Antar Kelompok Sesudah Diberikan

69 Makanan Pengganti Cair PediaSure® dan Nutrisure Gold® .………….. 5.7 Analisis Komparasi Rerata Progesteron Sesudah Perlakuan Antar

72

Kelompok ………. 74

5.8 Perbedaan Rerata Estrogen Antar Kelompok Sesudah Diberikan Makanan Pengganti Cair PediaSure® dan Nutrisure Gold® .……… 75 5.9 Analisa Komparasi Rerata Estrogen Sesudah Perlakuan Antar Kelompok 76

(18)

DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH

AA : Asam Amino (amino acid) AAM : Anti-Aging Medicine

ADI : Acceptable Daily Intakes

AHA : Alpha Hydroxy Acid

ASI : Air Susu Ibu

Balita : Bawah lima tahun

BB : Berat Badan

BB/TB : Berat Badan menurut Tinggi Badan

BB/U : Berat Badan menurut Umur

BBI : Berat Badan Ideal

BMI : Body Mass Index

BPOM : Badan Pengawas Obat dan Makanan

DBW : Desirable Body Weight

DES : Diethylstilbestrol

DHA : Docosahexaenoic acid

DNA : Deoxyribonucleic Acid

DRIs : Dietary Reference Intakes

ELISA : Enzyme-linked Immunosorbent Assay

FDA : Food and Drugs Administration

FOS : Fructooligosaccharides

FSH : Follicle Stimulating Hormone

GH : Growth Hormone

GnRH : Gonadotropin-releasing Hormone

Gr : Grams

HDL : High Density Lipid

IGF-I : Insulin-like Growth Factor 1

IU : International Units

Kkal / kcal : Kilogram calorie; kilocalorie

LDL : Low Density Lipid

LH : Luteinizing Hormone

MCT : Maltodextrine

Ng/ml : Nanogram per milliliter

NHANES : National Health and Nutrition Examination

Pg/ml : Picograms per milliliter

RBGH : Recombinant Bovine Growth Hormone

RDA : Recommended Daily Allowance

TB/U : Tinggi Badan menurut Umur

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Ethical Clearance ……….. 94

Lampiran 2 Hasil Analisis Sampel Susu PediaSure® dan Nutrisure Gold ….. 95

Lampiran 3 Tabel Kandungan Makanan Pengganti Cair PediaSure® ………. 96

Lampiran 4 Tabel Kandungan Makanan Pengganti Cair Nutrisure Gold® ….. 98 Lampiran 5 Foto Penelitian ……….. Lampiran 6 Uji Normalitas Data Berat Badan, Progesteron, dan Estrogen pada

100

Masing-masing Kelompok Perlakuan ……….. Lampiran 7 Uji One Way Anova Data Berat Badan, Kadar Progesteron, dan

102

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak yang sehat, lincah dan memiliki berat badan di atas rata-rata anak seusianya, selain merupakan impian setiap orang tua, juga menandakan kemampuan tingkat sosial ekonomi orang tua, sehingga memiliki anak yang gemuk merupakan suatu kebanggaan. Anak berusia 1-5 tahun umumnya memerlukan pemenuhan gizi lengkap guna menunjang aktivitas sehari-hari, seperti bermain, belajar dan pertumbuhan. Pada umumnya, anak-anak dengan usia ini mulai memiliki kecenderungan sulit makan, sehingga kecukupan gizi yang diperlukan tidak terpenuhi. Guna memenuhi kecukupan gizi, orang tua berinisiatif menambah pemasukan gizi dengan pemberian susu formula, dan atau makanan pengganti cair.

Susu formula yang diproses dari susu sapi, merupakan salah satu komponen nutrisi dasar pada anak, terutama pada anak dengan usia 1-5 tahun. Susu formula saat ini umumnya memiliki komposisi mikro-nutrien (vitamin dan mineral), makronutrien (protein, lemak, karbohidrat) untuk membantu pertumbuhan, prebiotik serta probiotik untuk mempertahankan fungsi saluran cerna, asam linolenat dan asam linoleat

(21)

sebagai asam lemak essential, phosphatidilkolin yang berperan sebagai bahan penting dalam membran sel (Judarwanto, 2011).

Hampir semua peternakan yang mensuplai kebutuhan produksi susu dan daging di Amerika Serikat, menggunakan hormone implant untuk mendapatkan hasil produksi susu dan daging yang lebih banyak. Hormone implant yang pertama kali digunakan adalah DES (diethylstilbestrol) yang penggunaannya pada sapi ternak disetujui oleh FDA pada tahun 1954. Menurut perkiraan pada tahun 1956, sekitar duapertiga dari sapi ternak di seluruh negara bagian Amerika menggunakan hormon

diesthystilbestrol (Swan et al., 2007).

Sesuai dengan survey yang diadakan oleh National Health and Nutrition Examination (NHANES) tahun 1999-2004, usia rata-rata seorang anak wanita menstruasi adalah 12,4-13,3 tahun. Early menarche adalah istilah pada anak wanita yang telah mendapatkan menstruasi sebelum usia 8 tahun dan pubertas dini (precocious puberty) pada anak wanita berusia lebih muda dari 7 tahun, yang telah memiliki tanda-tanda pubertas berupa pertumbuhan rambut ketiak dan rambut pubis, berkembangnya payudara, tumbuh jerawat, mudah tersinggung, bau badan dan pertumbuhan badan yang sangat cepat (Marcovecchio dan Chiarelli, 2013; Staff of Mayo Clinic, 2014).

Dalam 20 tahun terakhir, terdapat kecenderungan peningkatan insidens obesitas pada anak-anak, dimana kondisi ini dihubungkan dengan hiperinsulinemia,

(22)

gangguan toleransi glukosa, hipertensi, obesitas, penyakit jantung dan penyakit kronik lainnya pada masa dewasa (Sukmaniah, 2014). Sejak tahun 1970 hingga saat ini, kejadian obesitas pada anak meningkat hingga dua kali lipat pada anak usia 2-5 tahun dan usia 12-19 tahun, bahkan meningkat hingga 3 kali lipat pada anak usia 6-11 tahun. Di Indonesia, prevalensi obesitas pada anak usia 6-15 tahun meningkat dari 5% pada tahun 1990 menjadi 16% pada tahun 2001 (Sartika, 2011).

Obesitas pada anak merupakan masalah yang sangat kompleks, berkaitan dengan jumlah masa lemak sejak masa gestasi dan bulan pertama kehidupan, dibiasakannya konsumsi susu formula sejak dini, kualitas makanan yang dikonsumsi, perubahan pola makan menjadi makanan cepat saji, kurangnya aktivitas fisik, faktor genetik, hormonal dan lingkungan (Yussac et al., 2007; Sartika, 2011).

Selain susu formula, salah satu pelengkap nutrisi tambahan yang merupakan varian dari susu formula adalah makanan pengganti cair. Penelitian ini menggunakan makanan pengganti cair PediaSure® dan Nutrisure Gold®, yang berbahan dasar susu sapi. PediaSure dipilih karena merupakan makanan pengganti cair yang paling mudah dan paling banyak ditemukan di pusat-pusat perbelanjaan, baik di kota besar maupun di kota-kota kecil, diproduksi dan disalurkan oleh Abbott Manufacturing Singapore Private Limited, di bawah pengawasan Abbott Laboratories North Chicago, US.

Makanan pengganti cair lainnya yang juga digunakan dalam penelitian ini adalah Nutrisure Gold®, diproduksi oleh Wyeth Nutritionals (Singapore) Pte., Ltd.

(23)

Nutrisure Gold merupakan makanan pengganti cair selain PediaSure®, yang mudah didapatkan di pusat-pusat perbelanjaan.

Berdasarkan pengamatan peneliti, hampir semua anak berusia 1-10 tahun, pernah diberikan makanan pengganti cair, baik secara teratur maupun tidak. Hampir semua anak yang mengkonsumsi makanan pengganti cair secara teratur, terlihat memiliki berat badan berlebih, pada beberapa anak perempuan yang diberikan makanan pengganti cair diketahui mengalami early menarche, dan pada beberapa anak pria berusia 6 tahun tumbuh bulu pada kaki.

Dari analisa pada makanan pengganti cair PediaSure® dan Nutrisure Gold® yang dilakukan di Laboratorium Analitik Universitas Udayana, ditemukan hormon estrogen sebesar 4,87 pg/g pada PediaSure® dan 4,98 pg/g pada Nutrisure Gold®. Selain estrogen, ditemukan hormon progesteron sebesar 5,11 pg/g pada Pediasure® dan 5,84 pg/g pada Nutrisure Gold® (lampiran 2, hal 95).

Penelitian ini dilakukan pada anak tikus (rattus norvegicus) jantan usia 21 hari, yang sudah memasuki masa sapih (Armitage, 2004), sehingga dianggap setara dengan anak usia 1-3 tahun. Penelitian dilakukan selama 21 hari, sebelum anak tikus masuk usia pubertas 45 hari (Budhy, 2010).

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan yang akan dicari jawabannya melalui penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

(24)

1. Apakah pemberian makanan pengganti cair PediaSure® meningkatkan berat badan anak tikus (rattus norvegicus) jantan galur wistar?

2. Apakah pemberian makanan pengganti cair PediaSure®

meningkatkan kadar hormon estrogen anak tikus jantan galur wistar?

3. Apakah pemberian makanan pengganti cair PediaSure®

meningkatkan kadar hormon progesteron anak tikus jantan galur wistar?

4. Apakah pemberian makanan pengganti cair Nutrisure Gold® meningkatkan berat badan anak tikus jantan galur wistar?

5. Apakah pemberian makanan pengganti cair Nutrisure Gold®

meningkatkan kadar hormon estrogen anak tikus jantan galur wistar?

6. Apakah pemberian makanan pengganti cair Nutrisure Gold®

meningkatkan kadar hormon progesteron anak tikus jantan galur wistar?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan Umum : mengetahui efek pemberian makanan pengganti cair pada anak tikus (rattus norvegicus) jantan galur wistar.

Tujuan khusus :

1. Membuktikan pemberian makanan pengganti cair PediaSure®

(25)

2. Membuktikan pemberian makanan pengganti cair PediaSure® meningkatkan kadar hormon estrogen anak tikus jantan galur wistar.

3. Membuktikan pemberian makanan pengganti cair PediaSure®

meningkatkan meningkatkan kadar hormon progesteron anak tikus jantan galur wistar.

4. Membuktikan pemberian makanan pengganti cair Nutrisure Gold® meningkatkan berat badan anak tikus jantan galur wistar.

5. Membuktikan pemberian makanan pengganti cair Nutrisure Gold® meningkatkan kadar hormon estrogen anak tikus jantan galur wistar. 6. Membuktikan pemberian makanan pengganti cair Nutrisure Gold®

meningkatkan kadar hormon progesteron anak tikus jantan galur wistar. 1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat ilmiah:

Dapat memperoleh informasi ilmiah bahwa pemberian makanan pengganti cair dapat meningkatkan berat badan, kadar hormon estrogen serta kadar hormon progesteron pada anak tikus jantan (rattus norvegicus) galur wistar.

2. Manfaat klinis:

Dapat menjadi dasar penelitian lebih lanjut mengenai pemberian makanan pengganti cair, setelah diketahui pemberian

(26)

makanan pengganti cair dapat meningkatkan berat badan, kadar hormon estrogen serta kadar hormon progesteron pada tikus (rattus norvegicus) jantan galur wistar.

(27)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 MAKANAN PENGGANTI CAIR PEDIASURE®

Susu formula adalah sumber protein hewani berbentuk cair, dari susu sapi yang diproses, yang diharapkan dapat dengan mudah dicerna oleh usus. Pada kondisi tertentu, susu formula diperlukan untuk mengganti peran ASI pada bayi. Susu formula diberikan bila ibu sakit dan tidak dapat menyusui bayinya, atau bila ASI yang diproduksi sangat sedikit hingga tidak mencukupi kebutuhan bayi (Kurniasih et al., 2010; Judarwanto, 2011).

Sebagian besar susu yang dihasilkan dari peternakan sapi di Amerika dan Kanada, berasal dari sapi yang diberikan Growth Hormone (GH) berupa recombinant bovine growth hormone (RBGH). RBGH diberikan pada sapi ternak dengan tujuan meningkatkan produksi susu, guna memenuhi permintaan konsumen dan meningkatkan kesejahteraan peternak sapi perah. Penggunaan Growth Hormone juga meningkatkan kemungkinan sapi perah terkena infeksi. Sebagaimana yang tercatat pada American Cancer Society, banyak sapi perah mengalami mastitis, infeksi pada kelenjar susu. Untuk mengatasi mastitis, peternak memberikan sejumlah antibiotik pada sapi perah peliharaannya. Akibatnya peminum susu akan mengkonsumsi antibiotik sehingga tubuh secara natural akan membentuk resistensi terhadap antibiotik (Ipatenco, 2014; Barnard, 2014)

(28)

Susu yang didapat dari sapi perah yang diberi RBGH, memiliki kadar insulin like growth factor-1 (IGF-1) yang tinggi, yang dapat membantu pertumbuhan sel, tetapi juga menyebabkan meningkatnya pembentukan sel kanker, terutama beberapa tipe kanker tertentu seperti kanker payudara, kanker prostat dan kanker usus besar. Hal ini disebabkan karena kadar IGF-1 yang tinggi, menghambat kemampuan tubuh manusia untuk menghancurkan kanker yang masih dalam tahap mikroskopik, sebelum sel kanker tersebut menyebar (Ipatenco, 2014; Barnard, 2014).

Salah satu varian dari susu formula, yang juga diproses dari susu sapi, adalah makanan pengganti cair. Makanan pengganti cair merupakan nutrisi pengganti menu makanan lengkap dalam bentuk cair. Nutrisi dalam satu gelas makanan pengganti cair setara kalorinya dengan sepiring nasi lengkap beserta lauknya (Judarwanto, 2011). Pada makanan pengganti cair, 45 gr bubuk susu mengandung 240 kalori, 9 gr lemak dari susu sapi (14% lebih tinggi dari RDA lemak untuk anak), 7 gr protein (14% lebih tinggi dari kebutuhan anak sehari-hari), calcium 25% dari RDA, zat besi 20% dan 40% vitamin C, selain mengandung vitamin B dan mineral lainnya berupa copper dan selenium (PediaSure® team, 2014; Beaudette, 2014). Dengan diperkaya AHA/DHA serta kombinasi zat gizi yang tepat, untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral serta kebutuhan cairan tubuh anak, diperlukan asupan susu atau makanan pengganti cair sebanyak 1-1,5 liter/hari (Judarwanto, 2011).

PediaSure® adalah makanan pengganti cair yang paling mudah dan paling banyak ditemukan di pusat-pusat perbelanjaan, baik di kota besar maupun di kotakota

(29)

kecil. PediaSure® merupakan nutrisi tambahan yang memberikan nutrisi seimbang dan lengkap untuk anak-anak usia dari 1 tahun hingga 10 tahun. Usia ini merupakan usia spesifik terjadinya tumbuh kembang yang cepat dan pembentukan otak. Bila dikonsumsi dalam jumlah yang mencukupi, PediaSure® memenuhi 100% kebutuhan asupan protein, vitamin dan mineral untuk tumbuh kembang, sesuai dengan Dietary Reference Intakes (DRIs) yang dikeluarkan oleh Amerika Serikat. PediaSure® juga

mengandung FOS (fructooligosaccharides), probiotik and minyak MCT

(maltodextrine). Diformulasi dengan lebih dari 25 nutrisi esensial, PediaSure® secara khusus diformulasikan untuk membantu meningkatkan berat dan tinggi badan, mengurangi kemungkinan menderita sakit, mengurangi terjadinya infeksi, serta bebas laktosa. PediaSure® juga mengandung nutrisi seperti Taurine, Choline, Omega 3 and Omega 6 untuk membantu pembentukan otak (PediaSure® team, 2014; Beaudette, 2014).

PediaSure® melakukan penelitian pada tahun 2002 dan 2003 terhadap anak yang memiliki resiko kurang gizi akibat sulit makan, dengan memberikan konseling nutrisi bersama-sama dengan pemberian PediaSure®. Pada penelitian ini, anak usia 1-6 tahun diberikan PediaSure® dengan prebiotik dan probiotik. Hasil positif terlihat pada anak usia 3-5 tahun, dimana anak yang sulit makan meningkat berat badannya dalam 60 hari dan status gizi meningkat dalam 90 hari. Angka kesakitan menurun sebanyak 30% (PediaSure® team, 2014).

(30)

Diformulasikan dengan Sure3 System, PediaSure® Complete Formula

memberikan nutrisi lengkap untuk anak usia 1-10 tahun, untuk membantu proses pertumbuhan, terutama untuk anak yang sulit makan dengan ciri khas makan sangat sedikit, memilih-milih makanan (hanya makan makanan tertentu), hanya makan sedikit sayur dan buah, tidak mau mencoba makanan baru, atau makan sangat lama (PediaSure® team, 2014; Beaudette, 2014). Sure3 System merupakan formulasi yang terdiri dari 3 (tiga) kompleks protein (konsentrat protein susu, konsentrat whey protein dan konsentrat protein kedelai), berbagai jenis karbohidrat untuk meningkatkan daya cerna dan daya serap, serta lemak profil dan MCT disertai AA dan DHA untuk membantu penyerapan nutrien dan perkembangan otak (PediaSure® team, 2014).

PediaSure® memiliki berbagai varian rasa vanilla, chocolate, strawberry, pisang dan berry, tetapi di Indonesia hanya ditemukan varian rasa vanila dan coklat. Penambah rasa dari PediaSure® bebas dari gluten, aman diberikan pada anak dengan intoleransi glukosa dan tidak mengandung kacang-kacangan, yang merupakan salah satu sumber alergi. Setiap botol berisi 8 oz (237ml) PediaSure®. Untuk anak dengan usia 1-8 tahun, 4 botol atau 1 liter PediaSure® memberikan 100% kebutuhan RDA dari protein dan 23 vitamin esensial serta mineral. Untuk anak dengan usia 9-13 tahun, diperlukan 1,5 liter PediaSure® untuk memenuhi kebutuhan RDA protein, vitamin dan mineral. Formula PediaSure® juga mengandung prebiotik dan

(31)

Kandungan gula yang cukuptinggi di dalam PediaSure®, menjadikan PediaSure®sebagai minuman yang mensuplai energi bagi anak-anak. Gula

PediaSure® berupa maltodextrine yang merupakan hasil pengolahan jagung, mudah dicerna sebagai sumber energi. Maltodextrine mengandung fructooligosaccharides,

merupakan pemanis buatan yang dapat meningkatkan penyerapan mineral essensial pada anak-anak. Pada pria dewasa, fructooligosaccharides membantu peningkatan penyerapan kalsium (PediaSure® team, 2014; Williams, 2014).

PediaSure® merupakan campuran elektrolit yang didapat dari protein, diperlukan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan sel. Sumber protein dalam PediaSure® didapat dari konsentrat protein dalam susu, konsentrat whey protein dan protein kedelai. Dewasa dan anak-anak membutuhkan asam lemak essensial (didapat dari minyak kedelai dan minyak tinggi oleat safflower), asam lemak monounsaturasi membentuk antioksidan. Di dalam PediaSure® juga terdapat beberapa vitamin isolasi seperti thiamine dan vitamin D-3, serta mineral seperti magnesium, potassium, garam, kalsium, and sodium (Williams, 2014).

Dari analisa pada makanan pengganti cair yang dilakukan di Laboratorium Analitik Universitas Udayana, ditemukan hormon estrogen sebesar 4,87 pg/g dan hormon progesteron sebesar 5,11 pg/g pada makanan pengganti cair PediaSure® (lampiran 2, hal 95).

(32)

2.1.1KANDUNGAN MAKANAN PENGGANTI CAIR PEDIASURE®

PediaSure® mengandung protein, 25 esensial vitamin dan mineral lengkap sesuai dengan US Dietary Reference Intakes (DRIs) dalam 1.000 ml makanan pengganti cair untuk anak usia 1-8 tahun dan 1.500 ml makanan pengganti cair untuk anak usia 9-13 tahun. PediaSure® juga mengandung FOS (fructooligosaccharides), serat yang tidak dapat dicerna serta penambahan bakteri baik seperti Bifidobacterium lactis dan L.acidophilus, untuk memperbaiki fungsi pencernaan. PediaSure® mengandung 50% kalori lebih banyak dari susu formula lainnya untuk menyediakan energi ekstra pada anak-anak yang sedang mengalami masa pertumbuhan (densitas kalori – 1 kcal per 1 ml). Bebas laktosa dan bebas gluten sehingga aman bagi anak-anak dengan gangguan intoleransi laktosa. Tidak direkomendasikan untuk anak-anak dengan gangguan galaktosemia (PediaSure® team, 2014).

Pembuatan sediaan 237 ml PediaSure® : 190 ml air hangat/dingin ditambahkan 5 sendok takar bubuk PediaSure® secara bertahap, diaduk hingga larut. 5 sendok takar bubuk PediaSure® mengandung 45,5 gr bubuk susu dengan energi total 230 kkal. Diberikan 1-4 kali sehari.

PediaSure® yang beredar di Indonesia diproduksi dan disalurkan oleh Abbott Manufacturing Singapore Private Limited, 26 Tuas South Avenue 10 Singapore

637437. Di bawah pengawasan Abbott Laboratories North Chicago 60064 IL US.

Customer care hotline : 08001-222688 (08001-ABBOTT); Customer care e-line : custservice.id@abbott.com

(33)

Gambar 2.1

Makanan Pengganti Cair PediaSure® Tanpa Sure3 System (Kaleng 900 gr) (PediaSure® team, 2014)

Gambar 2.2

Makanan Pengganti Cair PediaSure® dengan Sure3 System (Kaleng 1.8 kg) (PediaSure® team, 2014)

(34)

Powder : 400 gr, 900 gr, 1.8 kg

Flavor : Vanila dan coklat

Gambar 2.3

Makanan Pengganti Cair PediaSure® (fresh milk) (PediaSure® team, 2014)

2.2 MAKANAN PENGGANTI CAIR NUTRISURE GOLD®

Nutrisure Gold® merupakan makanan pengganti cair selain PediaSure®, yang mudah didapatkan di pusat-pusat perbelanjaan, ditujukan untuk anak berusia 1-10 tahun, yang mengalami masalah makan. Anak yang hanya mau mengkonsumsi satu atau dua jenis makanan dan menolak makanan lainnya, anak yang menjadikan makanannya sebagai mainan, atau anak yang menghabiskan porsi makannya dalam waktu yang sangat lama, dimasukkan ke dalam golongan “picky eater” atau “fussy eating”. Nutrisi bagi anak yang bermasalah makan bisa diatasi dengan pemberian makanan yang lebih sering dalam porsi kecil, makanan dihidangkan secara menarik, dan pemberian kudapan sehat diantara waktu makan. Secara psikologis, orang tua

(35)

dapat memberikan dukungan dengan menemani anak pada saat makan (Wyeth team, 2013). Nutrisure Gold® rasa vanila untuk anak usia 1-10 tahun, kemasan ganda 400 gr, mendapatkan nomor registrasi ML 860817006357 dari BPOM herbal pada tanggal 01 Mei 2013 (Wyeth Indonesia, 2013).

Dari analisa pada makanan pengganti cair yang dilakukan di Laboratorium Analitik Universitas Udayana, ditemukan hormon estrogen sebesar 4,98 pg/g dan hormon progesteron sebesar 5,84 pg/g pada makanan pengganti cair Nutrisure Gold® (lampiran 2, hal 95).

Gambar 2.4

Makanan Pengganti Cair Nutrisure Gold® kemasan 400 gr dan 900 gr (Wyeth team, 2013)

(36)

KANDUNGAN MAKANAN PENGGANTI CAIR NUTRISURE GOLD®

Nutrisure Gold® mengandung susu, kedelai, jagung/pati jagung sebagai nutrisi pendukung untuk tumbuh kembang anak usia 1-10 tahun yang memiliki masalah makan. Nutrisure Gold® mengandung makronutrien (protein, lemak dan karbohidrat) selain mengandung 18 mikronutrien lainnya : vitamin A, vitamin D, vitamin E, vitamin C, asam Folat, zat besi, kalsium, seng, iodium, kolin 60 mg/saji, asam linoleat (Omega 6) 1.560 mg/saji, asam linolenat (Omega 3) 173 mg/saji (Wyeth team, 2013).

Pembuatan sediaan 200 ml Nutrisure Gold® :175 ml air hangat atau dingin ditambahkan 5 sendok takar bubuk susu, diaduk sampai larut, diberikan 1-4 kali sehari. 5 sendok takar Nutrisure Gold® mengandung 45 gr bubuk susu dengan energi total 200 kkal. Diberikan 1-4 kali sehari.

Nutrisure Gold® yang beredar di Indonesia, diproduksi dan disalurkan oleh

Wyeth Nutritionals (Singapore) Pte., Ltd. Wyeth care line : 0800-1821-526 (www.wyethindonesia.com)

2.3 ANTI-AGING MEDICINE

Anti-Aging Medicine (AAM) adalah bagian dari ilmu kedokteran yang menggunakan ilmu pengetahuan dan tehnologi kedokteran terkini untuk melakukan deteksi dini, pencegahan, pengobatan dan perbaikan kekeadaan semula berbagai disfungsi, kelainan dan penyakit yang berkaitan dengan penuaan, dengan tujuan untuk memperpanjang hidup dalam keadaan sehat (Pangkahila, 2011).

(37)

2.3.1KONSEP DASAR AAM

Ilmu Kedokteran Anti-Aging Medicine (AAM) membawa konsep baru yang menyebabkan terjadinya perubahan paradigma dalam dunia kedokteran. Pertama, penuaan dianggap sebagai suatu penyakit, sehingga dapat dicegah, diobati, dan bahkan dapat dikembalikan kekeadaan seperti waktu muda. Ke dua, manusia bukanlah orang hukuman yang terperangkap dalam takdir genetiknya. Ke tiga, manusia mengalami keluhan atau mengalami gejala penuaan karena level hormonnya menurun, bukan sebaliknya, level hormon menurun karena manusia menjadi tua. Bila berbagai faktor penyebab dapat dihindari, maka proses penuaan dapat dicegah, diperlambat, bahkan dapat dihambat, sehingga kualitas hidup dapat dipertahankan hingga usia harapan hidup. Dalam upaya memperlambat proses penuaan tersebut, maka sebaiknya dilakukan tindakan pencegahan sedini mungkin, sehingga fungsi berbagai organ tubuh dapat dipertahankan tetap optimal, dengan demikian kualitas hidup seseorang menjadi lebih baik (Pangkahila, 2011)

2.3.2TEORI PROSES PENUAAN

Pada dasarnya, teori proses penuaan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu teori pakai dan rusak (wear and tear theory) dan teori program. Prinsip teori pakai dan rusak menyatakan tubuh menjadi lemah dan kemudian meninggal sebagai akibat dari terlalu sering digunakan dan disalahgunakan. Penyalahgunaan organ tubuh dapat membuat kerusakan organ lebih cepat dari waktu sebenarnya. Teori ini meyakini

(38)

dengan pemberian suplemen dan pengobatan yang tepat dapat membantu mengembalikan proses penuaan dengan cara merangsang kemampuan tubuh untuk memperbaiki dan mempertahankan organ tubuh. Teori pakai dan rusak terdiri dari kerusakan DNA, glikosilasi, dan radikal bebas. Teori program meyakini dalam tubuh manusia terdapat jam biologis, yang dimulai dari proses konsepsi sampai kematian sebagai suatu hal yang sudah terprogram. Program ini dimulai dari sel sampai embrio, janin, masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa dan menjadi tua sampai akhirnya meninggal. Teori ini terdiri dari teori terbatasnya replikasi sel, proses imun dan teori hormon (Pangkahila, 2011)

2.3.3FAKTOR YANG MEMPERCEPAT PENUAAN

Faktor-faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo, 2003) yaitu: 1. Faktor lingkungan

a. Pencemaran lingkungan, misalnya: bahan-bahan polutan dan kimia sebagai hasil pembakaran pabrik, otomotif, dan rumah tangga akan mempercepat penuaan.

b. Pencemaran lingkungan dengan suara bising. Suara bising mampu meningkatkan kadar hormon prolaktin dan mampu menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan tubuh.

(39)

c. Kondisi lingkungan hidup yang tidak higenis serta kurangnya penyediaan air bersih akan meningkatkan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan kekebalan tubuh.

d. Pemakaian obat-obat/jamu yang tidak sesuai dengan dosis dan indikasi yang seharusnya, sehingga menyebabkan turunnya kadar hormon tubuh baik secara langsung maupun tidak langsung melalui mekanisme umpan balik hormonal.

e. Paparan sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit dengan berkurangnya elastisitas kulit dan rusaknya kolagen kulit.

2. Faktor diet/makanan

Jumlah nutrisi yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh, jenis, dan kualitas makanan yang tidak baik serta mengandung pengawet, pewarna, perasa dari bahan kimia terlarang. Zat beracun di dalam makanan tersebut dapat

menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh, antara lain organ hati. 3. Faktor genetik

Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya. Tetapi faktor genetik ternyata dapat berubah karena infeksi virus,

(40)

radiasi, dan zat racun dalam makanan/minuman/kulit yang diserap oleh tubuh.

4. Faktor psikis

Faktor stres mampu memacu proses apoptosis di berbagai organ/jaringan tubuh.

5. Faktor organik

Secara umum, faktor organik adalah : rendahnya kebugaran/fitness, pola makan kurang sehat, penurunan Growth Hormone (GH) dan Insulin-like Growth Factor 1 (IGF-I), penurunan testosteron, penurunan melatonin secara konstan setelah usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan circadian clock (ritme harian) selanjutnya kulit dan rambut akan berkurang pigmentasinya dan terjadi pula gangguan tidur, peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi dan stress, perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan

Luteinizing Hormone (LH). 2.4 HORMON

Hormon diproduksi oleh beberapa kelenjar yang terdapat di dalam tubuh, yaitu hipofise anterior, hipofise posterior, tiroid, paratiroid, medulla adrenalis, cortex adrenalis, pankreas, ovarium, testis, pineal body dan thymus.

(41)

Hormon hipofise anterior menghasilkan hormon estrogen dan progesteron, Thyroid Stimulating Hormone, Adrenocorticotropic Hormone, Prolactin, Luteinizing Hormone dan Follicle Stimulating Hormone (Pangkahila, 2011; Sridianti, 2014a; Sridianti, 2014b).

2.4.1 HORMON ESTROGEN

Hormon estrogen memiliki peran yang besar dalam tubuh manusia. Estrogen merupakan hormon steroid yang diproduksi oleh indung telur pada wanita, dan sedikit dihasilkan oleh testis pada pria, selain juga diproduksi oleh sel lemak. Pria umumnya hanya memiliki sedikit estrogen di dalam darah, yang dapat meningkat jumlahnya akibat ketidakseimbangan hormon atau kondisi tertentu seperti kegemukan. Kadar estrogen yang tinggi pada pria dapat mempengaruhi kesehatan reproduksi (Tremblay, 2013). Pada pria, kadar estrogen yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya gynecomastia (pembesaran kelenjar payudara), umumnya terjadi pada pria dengan berat badan berlebih. Meningkatnya kadar estrogen pada pria juga memicu terjadinya kanker prostat, infertilitas dan disfungsi ereksi (Tremblay, 2013; Holland, 2015).

Selain organ seksual dan reproduksi, estrogen juga memiliki peran terhadap otak, hati, kulit, tulang dan pembuluh darah. Tiga jenis estrogen utama dalam tubuh adalah estron, estradiol dan estriol (Pangkahila, 2011; Sridianti, 2014a). Kadar normal estrogen 2-3 hari menjelang siklus menstruasi sekitar 25-75 pg/ml, kadar estrogen yang lebih tinggi pada masa ini, menunjukkan kemungkinan perimenopause.

(42)

Kadar estradiol menurun saat menopause hingga kurang dari 32 pg/ml, terkadang mencapai 10 pg/ml. Selama siklus menstruasi, estradiol meningkat hingga 200-300 pg/ml untuk setiap folikel yang matang (Robin, 2011).

Estrogen berpengaruh pada masa pubertas, memiliki peran penting dalam pembentukan karakteristik seks sekunder seperti payudara, dan pertumbuhan rambut pubis. Estrogen juga meregulasi siklus menstruasi, mengkontrol pembentukan dinding rahim pada awal siklus menstruasi. Bila ovum tidak dibuahi, kadar estrogen akan menurun tajam dan menstruasi dimulai. Bila terjadi pembuahan, estrogen bersama-sama dengan progesteron dan hormon lainnya, menghentikan proses ovulasi selama masa kehamilan. Estrogen mengontrol laktasi dan perubahan lainnya pada payudara, terutama pada masa pubertas dan masa kehamilan (Rettner, 2014). Kadar estrogen yang tinggi, ditemukan pada wanita yang sangat gemuk, memiliki tekanan darah tinggi atau menderita penyakit kencing manis (Ratini, 2014). Kadar estrogen juga meningkat selama kehamilan serta pada penderita tumor indung telur, tumor testis atau tumor kelenjar adrenal (Tremblay, 2013; Ratini, 2014).

Estron merangsang jaringan rahim dan payudara. Sebelum menopause estron diproduksi di ovarium, kelenjar adrenalis, hepar dan sel lemak. Di dalam ovarium, estron dikonversi menjadi estradiol. Setelah menopause, hanya sedikit estron dikonversi menjadi estradiol karena menurunnya fungsi ovarium (Pangkahila, 2011). Estradiol adalah jenis estrogen yang paling kuat, merupakan estrogen utama yang diproduksi di ovarium, sebelum menopause. Kadar estradiol yang tinggi dikaitkan

(43)

dengan risiko terjadinya kanker rahim dan payudara. Estradiol membantu penyerapan kalsium, magnesium dan zinc, meningkatkan kadar kolestrol HDL, menurunkan kolestrol total, menurunkan trigliserida, meningkatkan Growth Hormone, serotonin dan endorphin (Pangkahila, 2011).

Estriol memiliki pengaruh rangsangan yang paling lemah terhadap rahim dan payudara, serta tidak merangsang terjadinya kanker payudara. Estriol berperan mengendalikan gejala menopause, meningkatkan kadar kolestrol HDL dan menurunkan kadar kolestrol LDL, mempertahankan pH vagina guna mencegah infeksi saluran kemih, membantu usus mempertahankan lingkungan bagi berkembangnya laktobasilus dan mengurangi bakteri patogen (Pangkahila, 2011; Sridianti, 2014a).

Gambar 2.5

(44)

Kadar estrogen yang tinggi di dalam darah, menimbulkan gejala : perut kembung, payudara terasa bengkak dan lunak, berkurangnya libido, haid tidak teratur, sakit kepala, emosi labil, berkembangnya jaringan fibrokistik pada payudara, meningkatnya berat badan, tangan dan kaki terasa dingin, mudah lelah, sulit konsentrasi dan imsomnia. Pada pria gejala tingginya hormon estrogen meliputi : rendahnya kadar sperma dalam cairan semen, pembesaran payudara, kesulitan mempertahankan ereksi dan meningkatnya faktor risiko terkena kanker payudara (Holland, 2015).

2.4.2 HORMON PROGESTERON

Hormon progesteron adalah hormon gestasi yang mempersiapkan lapisan endometrium pada rahim bagi ovum yang telah dibuahi dan mempertahankan kehamilan. Progesteron berasal dari corpus luteum yang dibentuk di dalam ovarium dari folikel yang lepas. Progesteron juga diproduksi di dalam placenta dan diproduksi oleh cortex adrenalis. Progesteron merupakan precursor hormone yang dapat dikonversi oleh tubuh menjadi hormon steroid lain. Progesteron berfungsi menormalkan kadar gula darah, mengatur siklus menstruasi, menjaga kehamilan, mengurangi retensi air, meningkatkan fungsi tiroid, antidepresan alami, meningkatkan libido, mengurangi kontraksi rahim serta meningkatkan pematangan sel secara alami (Pangkahila, 2011; Sridianti, 2014b).

(45)

Gambar 2.6 Struktur Progesteron

(Nicoll, 2010)

Kadar progesteron sebelum ovulasi 1,5 ng/ml. Pada masa ovulasi, kadar progesteron meningkat hingga 20 ng/ml dan pada masa kehamilan 300 ng/ml (Lind, 2011; Robin, 2011) . Di luar masa ovulasi, tingginya kadar progesteron dalam darah menyebabkan kerja otak melambat, tubuh menjadi lemah, kista indung telur terbentuk, pelumas vagina berkurang, depresi, dan menurunnya libido. Pada pria, meningkatnya hormon progesteron menyebabkan meningkatnya produksi estrogen, gangguan jantung, depresi, lemah, pembesaran kelenjar prostat, sulit berkemih dan disfungsi ereksi (Lind, 2011; Nall, 2013; Ray, 2013).

2.4.3 HORMON IMPLAN PADA TERNAK

Diethylstilbestrol (DES) merupakan hormon estrogen sintetik generasi pertama. Digunakan secara luas pada tahun 1940 hingga tahun 1971 untuk mencegah keguguran. Penggunaan diethylstilbestrol dikemudian hari ditemukan bahwa

(46)

penggunaan pada 5 bulan pertama kehamilan menyebabkan gangguan sistem reproduksi pada janin. Pada anak perempuan yang ibunya diberikan diethylstilbestrol

selama masa kehamilan, ditemukan meningkatnya risiko kanker terutama adenokarsinoma vagina dan leher rahim. Selain itu ditemukan juga kelainan anatomi pada vagina, leher rahim dan rahim serta meningkatnya risiko kehamilan ektopik, mandul, keguguran dan kelahiran prematur. Pada anak pria yang ibunya diberikan

diethylstilbestrol selama kehamilan, ditemukan abnormalitas testikel (testis kecil, testis gagal turun ke kantung buah zakar), serta meningkatnya resiko kanker testis (Roberts, 2012).

DES (diethylstilbestrol) merupakan hormon implan yang pertama kali digunakan pada sapi ternak pada tahun 1954 atas persetujuan FDA. Hampir semua peternakan yang mensuplai kebutuhan produksi susu dan daging di Amerika Serikat, menggunakan diethylstilbestrol untuk mendapatkan hasil produksi yang lebih banyak (Swan et al., 2007). Saat ini ada 6 jenis anabolik steroid yang diberikan pada sapi ternak yang terdaftar di Amerika dan Kanada :

- 3 natural steroid : estradiol, testosteron dan progesteron

- 3 sintetik hormon : estrogen dalam bentuk zeranol, androgen trenbolone acetate dan progestin melengestrol acetate

Anabolik steroid umumnya digunakan dalam bentuk kombinasi. Kadar hormon estrogen dan progesteron di luar ambang batas umumnya ditemukan pada

(47)

daging, lemak, hati, ginjal dan organ lainnya dari sapi yang sudah dipotong (Swan et al., 2007). Badan Pengawasan Makanan dan Obat Amerika (FDA) telah menetapkan dosis asupan harian yang dapat diterima (ADI/acceptable daily intakes) untuk penggunaan produk ini.

Pemberian diethylstilbestrol pada ternak sapi menjadi dasar penelitian konsekuensi konsumsi daging sapi pada wanita hamil. Rata-rata wanita hamil mengkonsumsi 4,3 porsi daging sapi per minggu. Peneliti membagi group menjadi tinggi konsumsi daging sapi (konsumsi lebih dari 7 porsi per minggu) dan rendah konsumsi daging sapi (konsumsi kurang dari 7 porsi per minggu). Peneliti memeriksa kualitas dan kuantitas sperma pada 773 anak pria dari wanita hamil yang diteliti. Konsentrasi (volume) dan kualitas sperma ternyata 24,3% lebih tinggi pada pria yang lahir dari group ibu hamil yang rendah konsumsi daging sapi. Hampir 18% pria yang lahir dari ibu yang tinggi konsumsi daging sapi, memiliki konsentrasi sperma di bawah ambang batas WHO untuk subfertilitas. Hasil penelitian ini diduga terkait dengan anabolik steroid dan xenobiotic pada sapi ternak (Swan et al., 2007).

Kadar hormon yang tinggi dalam tubuh manusia, dapat menimbulkan berbagai penyakit. Belum diketahui apakah hormon yang didapat dari asupan makanan dan minuman yang diproduksi oleh hewan ternak, dapat dicerna oleh tubuh manusia dan meningkatkan kadar hormon dalam tubuh manusia, atau tidak terserap oleh metabolisme tubuh manusia, serta berapa banyak hormon yang mungkin tertinggal di dalam tubuh manusia. Beberapa jenis hormon merupakan jenis hormon

(48)

yang spesifik terdapat pada hewan, dan beberapa jenis hormon lainnya mirip dengan hormon yang terdapat dalam tubuh manusia. Semua produk makanan dan minuman yang dihasilkan dari ternak yang diberikan hormon selama masa pemeliharaan, dinyatakan aman oleh FDA (Swan et al., 2007; Barret, 2014)

Susu yang dihasilkan dari sapi ternak yang diberi hormon RBGH mengandung kadar hormon yang lebih tinggi, dibandingkan dengan susu yang dihasilkan dari sapi ternak yang tidak diberi hormon RBGH. Menurut FDA, RBGH tidak berbahaya bagi manusia, sehingga tidak ditemukan bukti adanya zat aktif biologi yang terserap oleh tubuh manusia. RBGH meningkatkan kadar IGF-1 dalam darah (Barrett, 2014). IGF-1 alami terdapat baik dalam tubuh hewan ternak, maupun pada manusia.

Berperan penting dalam produksi susu, pertumbuhan tulang dan pembelahan sel.Karena IGF-1 juga terdapat pada manusia, diasumsikan tubuh manusia dapat menyerap kelebihan IGF-1 dari susu. Tingginya kadar IGF-1 dalam darah dapat meningkatkan kadar estrogen dan meningkatkan faktor risiko kanker payudara serta kanker indung telur (Barrett, 2014).

Dari analisa pada makanan pengganti cair PediaSure® dan Nutrisure Gold® yang dilakukan di Laboratorium Analitik Universitas Udayana, ditemukan hormon estrogen sebesar 4,87 pg/g pada PediaSure® dan 4,98 pg/g pada Nutrisure Gold®. Selain estrogen, ditemukan hormon progesteron sebesar 5,11 pg/g pada Pediasure® dan 5,84 pg/g pada Nutrisure Gold® (lampiran 2, hal 95).

(49)

2.5 PUBERTAS PRECOX

Pubertas merupakan suatu proses alamiah dimana terjadi perubahan fisik dari tubuh anak-anak menjadi orang dewasa dan memiliki kemampuan bereproduksi. Keadaan ini diinisiasi oleh sistem hormon dari otak yang menuju ke gonad (ovarium dan testis) menghasilkan berbagai hormon yang menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan otak, tulang, otot, kulit serta organ reproduksi, seperti organ genitalia (penis dan vagina). Proses ini juga menandai peningkatan kematangan psikologis secara sosial (Marcovecchio dan Chiarelli, 2013; Staff of Mayo Clinic, 2014).

Pubertas precox adalah suatu keadaan dimana masa pubertas anak terjadi lebih awal pada umumnya, yaitu sebelum usia 8 tahun pada anak wanita dan sebelum usia 9 tahun pada anak pria, ditandai munculnya tanda-tanda kematangan organ reproduksi lebih awal dan berakhirnya masa pertumbuhan. Produksi berlebihan

gonadotropin-releasing hormone (GnRH) menyebabkan kelenjar pituitary

meningkatkan produksi luteinizing hormone (LH) dan follicle stimulating hormone

(FSH). Peningkatan jumlah LH menstimulasi produksi hormon seks steroid oleh sel

Leydig pada testis atau sel granul pada ovarium. Peningkatan kadar androgen atau esterogen menyebabkan fisik berubah dan mengalami perkembangan dini. Peningkatan kadar FSH mengakibatkan pengaktifan kelenjar gonad dan membantu pematangan folikel pada ovarium serta spermatogenesis pada testis (Marcovecchio dan Chiarelli, 2013; Staff of Mayo Clinic, 2014).

Insiden pubertas precox lebih dominan terjadi pada anak-anak perempuan dibandingkan pada anak pria, disebabkan sifat genetik autosomal dominan. Pubertas

(50)

Precox dapat pula diakibatkan paparan hormon estrogen dini pada masa bayi, atau anak yang mengalami obesitas (Marcovecchio dan Chiarelli, 2013; Staff of Mayo Clinic, 2014). Gejala pubertas precox pada anak wanita adalah tumbuhnya buah dada dan menstruasi pertama (menarche). Pada anak pria gejala pubertas precox berupa pembesaran testis dan penis, tumbuhnya rambut pada wajah (rambut wajah yang pertama tumbuh umumnya adalah kumis) dan perubahan suara menjadi lebih dalam. Gejala pubertas precox pada anak pria dan anak wanita, termasuk tumbuhnya rambut pubis dan rambut di bawah lengan, pertumbuhan badan yang sangat cepat, jerawat serta bau badan (Staff of Mayo Clinic, 2014).

Terdapat 2 jenis pubertas precox : pubertas precox sentral dan pubertas precox perifer. Pada pubertas precox sentral, pubertas terjadi terlalu cepat tetapi pola dan proses pubertas normal. Mayoritas anak dengan kondisi ini, tidak ditemukan kelainan medis dan tidak ditemukan penyebab terjadinya pubertas precox sentral. Tumor, cacat lahir (hydrocephalus atau tumor hamartoma), radiasi, trauma pada otak atau susunan syaraf pusat, diduga dapat menyebabkan terjadinya pubertas precox sentral. Penyebab lainnya adalah McCune-Albright syndrome (penyakit genetik yang mempengaruhi tulang dan warna kulit akibat gangguan hormonal), Congenital adrenal hyperplasia

(kelainan genetik yang disebabkan oleh produksi hormon androgen yang tidak normal oleh kelenjar adrenal), hypothyroidism (kelenjar tiroid tidak memproduksi cukup hormon) (Sinha, 2013; Kaplowitz, 2014; Staff of Mayo Clinic, 2014). Pubertas precox perifer tidak dipicu oleh GnRH pada otak, tetapi disebabkan oleh estrogen dan progesteron yang dihasilkan oleh ovarium, testikel, kelenjar adrenal atau kelenjar

(51)

pituitari yang tidak normal. Penyebab pubertas precox perifer diantaranya : tumor kelenjar adrenal atau kelenjar pituitari yang mengeluarkan estrogen atau testosteron,

McCune-Albright syndrome, kista ovarium, tumor ovarium, tumor sel leydig yang menghasilkan testosteron, mutasi gen (gonadotropin-independent familial sexual precocity, cacat pada gen yang menyebabkan produksi dini testosteron pada anak pria berusia 1-4 tahun) atau terpapar estrogen dan testosteron secara eksternal (Sinha, 2013; Kaplowitz, 2014; Staff of Mayo Clinic, 2014).

Faktor resiko terjadinya pubertas precox meliputi : jenis kelamin (anak wanita lebih berisiko menderita pubertas precox), ras (lebih sering ditemukan pada ras African-American), kegemukan, terpapar hormon seks (kontak dengan krim topikal yang mengandung hormon estrogen atau testosteron, atau substansi lain yang

mengandung hormon seperti obat, makanan atau minuman), McCune-Albright

syndrome atau congenital adrenal hyperplasia (produksi abnormal hormon androgen), radiasi pada susunan syaraf pusat (Sinha, 2013; Kaplowitz, 2014). Komplikasi pada penderita pubertas precox berupa :

- Tubuh pendek. Pada awalnya anak-anak dengan pubertas precox

tumbuh sangat cepat, lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak seusianya. Karena pematangan tulang lebih cepat, pertumbuhan juga berhenti lebih cepat dari yang seharusnya, sehingga saat dewasa, tubuh anak-anak dengan pubertas precox lebih pendek (Kaplowitz, 2014; Staff of Mayo Clinic, 2014).

(52)

- Masalah sosial dan gangguan emosi. Anak-anak yang menderita pubertas precox memiliki rasa kesadaran diri yang sangat tinggi terhadap perubahan yang terjadi pada diri mereka. Ini akan berakibat pada rasa percaya diri yang rendah, meningkatkan risiko depresi dan kekerasan seksual (Kaplowitz, 2014; Staff of Mayo Clinic, 2014).

- Risiko kanker payudara meningkat pada anak-anak wanita yang

menderita pubertas precox (Kaplowitz, 2014; Staff of Mayo Clinic, 2014).

Meningkatnya body mass index (BMI) dan berat badan yang berlebihan pada anak usia 5 tahun, diperkirakan dapat mempercepat pubertas. Paparan dari lingkungan seperti asupan estrogen atau androgen, obat krim kulit, obat perawatan rambut dan vitamin, atau kontrasepsi oral yang mengandung senyawa estrogen dapat mempercepat pubertas (Sinha, 2013). Pada anak pria yang dicurigai menderita pubertas precox, diperiksa kadar testosteron pagi hari. Kadar testosteron pagi pada pria diawal masa pubertas, lebih tinggi dari kadar testosteron sore hari, karena kadar

luteinizing hormone (LH) dan testosteron meningkat saat tidur. Tingkat pubertas diindikasikan dengan kadar testosteron sebesar 11-30 ng/dL merupakan pubertas dini, kadar testosterone 30 ng/dL prepubertas, kadar testosterone 30-100 ng/dL pubertas, kadar testosterone 100-300 ng/dL mid pubertas, dan kadar testosteron lebih dari 300 ng/dL terdapat pada pria dewasa. Pada anak wanita, meningkatnya estradiol merupakan indikator dari tingkat pubertas. Kadar estradiol di atas 20 pg/mL

(53)

merupakan indikasi pubertas, walaupun pada beberapa anak wanita yang sudah mengalami pubertas kadar estradiolnya kurang dari 20 pg/mL. Kadar estradiol dapat berfluktuasi dari hari kehari. Anak wanita yang menderita tumor indung telur atau kista sering kali kadar estradiolnya lebih dari 100 pg/mL (Kaplowitz, 2014).

2.6 OBESITAS

Obesitas dan kelebihan berat badan ditetapkan dengan mengasosiasikan berat tertentu dengan efek kesehatan yang dapat merugikan di masa depan. Parameter utama untuk menggolongkan kategori kelebihan berat badan dengan menggunakan indeks massa tubuh / Body Mass Index (BMI), yang didapat dengan mengukur berat dalam kilogram dibagi dengan tinggi badan dalam meter kuadrat. Untuk orang dewasa, BMI <18,5 kg/m² merupakan berat badan kurang, BMI 18,5 - 24,9 kg/m² adalah berat badan normal, BMI 25 - 29,9 kg/m² digolongkan sebagai kelebihan berat badan, dan BMI ≥30 kg/m² terhitung obesitas. Untuk anak-anak dan remaja, BMI antara persentil ke-85 dan ke-95 dianggap berisiko kelebihan berat badan, dan BMI ≥ persentil ke-95 dianggap kegemukan / obesitas (Gardner dan Shoback, 2011).

Ketetapan konvensional untuk dewasa kelebihan berat badan (BMI ≥25 kg/m²) dan obesitas (BMI ≥30 kg/m²) tidak sesuai dengan risiko metabolik yang sama absolut atau relatif dalam semua kelompok etnis. Ukuran dan bentuk tubuh bervariasi antara ras/etnis antara orang dewasa Asia Timur yang memiliki bingkai tubuh lebih kecil dari pada orang dewasa dari ras/etnis kaukasia. Organisasi Kesehatan Dunia

(54)

(World Health Organization/WHO) dan International Obesitas Task Force

menetapkan nilai BMI yang lebih rendah untuk menentukan obesitas pada ras/etnis di Asia Selatan dan Asia Timur yaitu: 23 kg/m² untuk kelebihan berat badan dan 25 kg/m² untuk kegemukan/obesitas (Gardner dan Shoback, 2011).

Penjelasan yang mungkin untuk meningkatnya kasus kelebihan berat badan dan obesitas, dimulai dengan perubahan perilaku gaya hidup, terutama kurangnya aktivitas fisik secara teratur dan meningkatkan asupan kalori yang berakibat pada ketidak-keseimbangan neraca energi. Realitas faktor mempromosikan obesitas epidemi jelas lebih kompleks dan melibatkan beberapa lapisan penentu termasuk norma-norma sosial dan nilai-nilai, pengaruh dari media industri makanan atau hiburan, pengaturan perilaku termasuk pekerjaan/rumah/lingkungan, faktor individu yang mencakup faktor genetik, sosial ekonomi, budaya, dan psikososial (Kurniasih et al., 2010).

Obesitas adalah peningkatan energi yang tersimpan sebagai lemak yang terjadi ketika asupan kalori melebihi pengeluaran kalori. Sistem fisiologis mengendalikan asupan makanan dan pengeluaran energi terdiri dari:

1. sinyal aferen jangka pendek dan jangka panjang yang mendeteksi status energi individual

2. Mengintegrasikan pusat otak, dalam hipotalamus, yang menentukan tingkat respon eferen

(55)

3. sinyal eferen termasuk yang mengatur intensitas rasa lapar, berhubungan dengan meningkatnya pengeluaran energy

Salah satu kesalahpahaman umum adalah bahwa sistim fisiologis ini didedikasikan untuk pencegahan obesitas. Sebaliknya peran penting sistem ini adalah dalam pencegahan kelaparan yaitu, memastikan asupan energi yang cukup untuk mengimbangi kebutuhan energi metabolisme basal, aktivitas fisik, pertumbuhan, dan reproduksi. Akibatnya, sistem fisiologis ini lebih kuat terhadap pencegahan kekurangan energi daripada kelebihan penyimpanan (Gardner dan Shoback, 2011)

2.6.1OBESITAS PADA ANAK

Kecenderungan obesitas paling mencolok terdapat pada anak-anak dan remaja dengan kenaikan dua hingga tiga kali lipat selama tiga dekade terakhir di semua kelompok umur. Sejak tahun 1970 hingga saat ini, kejadian obesitas pada anak meningkat hingga dua kali lipat pada anak usia 2-5 tahun dan usia 12-19 tahun, bahkan meningkat hingga 3 kali lipat pada anak usia 6-11 tahun. Di Indonesia, prevalensi obesitas pada anak usia 6-15 tahun meningkat dari 5% pada tahun 1990 menjadi 16% pada tahun 2001 (Sartika, 2011).

Obesitas pada anak merupakan masalah yang sangat kompleks, berkaitan dengan jumlah masa lemak sejak masa gestasi dan bulan pertama kehidupan, dibiasakannya konsumsi susu formula sejak dini, kualitas makanan yang dikonsumsi,

(56)

perubahan pola makan menjadi makanan cepat saji, kurangnya aktivitas fisik, faktor genetik, hormonal dan lingkungan (Yussac et al., 2007; Sartika, 2011)

Berat badan yang meningkat dengan cepat pada masa awal pertumbuhan, menyebabkan meningkatnya resiko kegemukan pada anak yang minum susu formula. Meningkatnya berat badan disebabkan asupan makronutrien dosis tinggi, dalam jumlah besar dan dengan kadar susu yang kental, dari susu formula yang dikonsumsi (Hester et al., 2012; Sukmaniah, 2014). Di dalam ASI (air susu ibu) rata-rata jumlah lemak yang terdapat dalam kolostrum sekitar 2,5-3,8 gr / 100 ml. Jumlah karbohidrat yang dikandung dalam ASI sekitar 4,1-6,8 gr / 100 ml, sementara konsentrasi ratarata protein dalam ASI semakin berkurang sesuai dengan lamanya masa ibu menyusui, rata-rata jumlah protein dalam ASI sekitar 1,4-6,5 gr / 100 ml (Hester et al., 2012).

Obesitas pada anak dapat meningkatkan resiko terjadinya Diabetes Melitus

tipe 2, kegemukan pada usia dewasa, penyakit tekanan darah tinggi, penyakit gangguan pembuluh darah jantung dan penyakit jantung. Obesitas juga menurunkan tingkat kecerdasan karena aktivitas dan kreativitas anak menurun, anak cenderung malas akibat kelebihan berat badan (Yussac et al., 2007; Sartika, 2011). Seorang anak perempuan yang memiliki body mass index (BMI) bernilai obesitas dan peningkatan kadar hormon estrogen seringkali memicu terjadinya pubertas dini (Sinha, 2013; Staff of Mayo Clinic, 2014).

(57)

Ada beberapa cara untuk melakukan penilaian status gizi pada anak. Salah satunya adalah dengan sistem antropometri. Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi, antropometri disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan variabel lain. Variabel tersebut adalah sebagai berikut :

a. Umur

Umur memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanya kecenderungan untuk memilih angka yang mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan (Kurniasih et al., 2010)

b. Berat Badan

Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (berat badan menurut umur) atau

Gambar

Gambar 2.6  Struktur Progesteron
Gambar 3.1  Bagan Konsep Penelitian
Gambar 4.1 Bagan Rancangan Penelitian
Gambar 4.3  Bagan Alur Penelitian
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Semarang yang tercatat pada tahun 2013 jumlah produsen loenpia yang ada di Kota Semarang berjumlah 8 produsen.

Perbedaan penelitian yang dilakukan dengan peneliti sebelumnya adalah objek penelitian yang berbeda untuk penentuan penempatan tenaga kesehatan Bidan di desa atau puskesmas,

4 Donasi Melakukan donasi 5 Riwayat Donasi Melihat riwayat donasi yang telah dilakukan 6 Konfirmasi Donasi Melakukan konfirmasi bahwa donasinya telah dijemput

Adapun perangkat teori yang relevan untuk dijadikan landasan dalam penelitian ini adalah teori-teori tentang ikhtiar-ikhtiar yang yang dilakukan oleh Perbankan Syariah, yang

Jadi dapat disimpulkan pengertian dari Sistem Informasi Akuntansi adalah sistem informasi yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan informasi akan informasi yang terkait

- Meningkatnya Standar Pelayanan Kesehatan Jumlah sarana yang memiliki standar pelayanan minimal Dinas Kesehatan 25 Terwujudnya sarana dan prasarana perkotaan yang. memadai

Untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan jasa terhadap kepuasan pelanggan pada PDAM Tirta Musi Unit Kalidoni, Palembang”, Memberikan informasi yang berguna sebagai

Untuk mencapai sasaran Terwujudnya Laporan Keuangan yang efektif di Lingkungan Pemerintah Kota Denpasar , Inspektorat Kota Denpasar menargetkan nilai akuntabilitas