• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Terhadap Kesehatan Pekerja Bengkel Sepatu di Desa Sukajaya, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Terhadap Kesehatan Pekerja Bengkel Sepatu di Desa Sukajaya, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat 2018"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Latar Belakang. Penggunaan lem dalam produksi sepatu yang mengandung bahan berbahaya (benzena) dapat menimbulkan risiko kesehatan bagi pekerja bengkel sepatu. Sebagai senyawa yang volatil, benzena merupakan agen karsinogenik untuk manusia (Golongan 1). Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi tingkat risiko kesehatan akibat pajanan benzena pekerja bengkel sepatu di Desa Sukajaya yang dilakukan pada bulan April-Mei tahun 2018 dengan data sekunder dan menggunakan metode Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL). Metode. Penelitian ini dilakukan di 10 bengkel dengan 13 titik pengambilan sampel udara dan 80 re-sponden pekerja yang pilih melalui stratified random sampling. Hasil. Hasil penelitian ini menujukkan Rata-rata tingkat risiko non karsinogenik pada pekerja bengkel sepatu dalam penelitian ini adalah 0,35 untuk pajanan real time dan 1,17 untuk pajanan life span. Selanjutnn-ya untuk rata-rata tingkat risiko karsinogenik sebesar 8,2521E-06 untuk ECR minimal dan 2,92476E-05 untuk ECR maksimal. Dengan persentase sebagai berikut, RQ real time >1 (11,3%), RQ life span >1 (36,3%), ECR min > 10-4 (0%) dan ECR max > 10-4 (8,8%). Sim-pulan. Risiko Kesehatan yang ditimbulkan dalam penelitian ini masih rendah dan masih masuk ke dalam kategori aman atau dapat diterima (acceptable).

Kata Kunci: Benzena;Lem;Bengkel Sepatu;Analisis Risiko Kesehatan Artikel dikirim: Agustus, 2018 Artikel diterima: Desember, 2018 Artikel dipublikasi: Juni, 2020

Abstrak

Analisis Risiko Kesehatan Pajanan Benzena Terhadap

Kesehatan Pekerja Bengkel Sepatu di Desa Sukajaya,

Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat 2018

Olivia P ur namasar i1, B udi Harto no1 , * )

1Dep a rte me n K es eh a tan Li n g ku n g an , Fa ku lt as K es eh atan M a s yar a ka t Un i v ers it as In d o n esi a, Dep o k, 1 6 4 2 4 * )Co r re sp o n d in g Au th o r: b u to n iv7 3 @g ma il. co m

Background. Adhesive glue containing hazardous compound (benzene) utilization in shoes production can cause health risk to shoe footware workers. As a volatile compound, benzene is classified as carcinogenic agent to humans (Group 1). The objective of this study was to esti-mate the health risks of benzene exposure among shoe workers in Sukajaya Village conducted in April-May 2018 with secondary data and using the Environmental Health Risk Analysis (EHRA) . Methods. The study was conducted in 10 workshops with 13 air sampling points and 80 respondents selected by stratified random sampling. Results. The results of this study showed that the average non-carcinogenic risk level in shoe workers was 0.35 for real time ex-posure and 1.17 for life span exex-posure. Furthermore, the average carcinogenic risk level is 8.2521E-06 for ECR minimum and 2,92476E-05 for ECR maximum. Percentages of Health Risk Levels are RQ real time> 1 (11.3%), RQ life span> 1 (36.3%), ECR min> 10-4 (0%), and ECR max> 10-4 (8.8%). Conclusions. Health risks exposure in this study results are still in low level and considered as safe or acceptable.

Keywords Benzene; Glue, Footwear Industry; Health Risk Analysis

Abstract

(2)

Kesehatan dan Keselamatan Pekerja merupakan bagian dari hal pekerja menurut UU RI No. 13 Tahun 2003. Hal ini ditambah dengan hasil konvensi ILO tahun 2016, yang mengatakan hak perlindungan ter-sebut juga termasuk ke dalam usaha rumahan atau sektor informal (ILO, 1996). Industri informal sepatu merupakan salah satu indutri yang banyak di Indone-sia dengan konsentrasi sebanyak 49,6% di Jawa barat yang pusat terbesarnya berada di daerah Bo-gor, Bandung, dan Taksimalaya (Kementrian perin-dustrian RI, 2016). Pada tahun 2016 diketahui bah-wa dari 826 usaha rumahan alas kaki atau bengkel sepatu di Kabupaten Bogor, 250 di antaranya berada di kecamatan Tamansari dan 15 usahanya berada di

Desa Sukajaya (Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Kabupaten Bogor, 2016).

Proses produksi di industri sepatu dapat men-imbulkan risiko kesehatan bagi pekerjanya karena

pajanan dari bahan-bahan berbahaya yang

digunakan. Bahan berbahaya itu terdapat di dalam pelarut lem yang digunakan untuk merekatkan bagi-an atas sepatu dengbagi-an bagibagi-an bawah sepatu. Di dalam pelarut lem tersebut terkandung agen risiko,

yaitu Benzena (Markkanen et al., 2009;

Kusno-putranto, 1995).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pekerja bengkel sepatu yang terpajan oleh benzena, sudah masuk ke dalam kategori tidak aman pada risiko

non karsinogenik (Risk Quotient (RQ)>1) dan

karsinogenik (Excess Cancer Risk (ECR)> 10-4).

Kat-egori tidak aman itu terdapat dalam penelitian (Fatonah, 2010), dari keseluruhan pekerja (26 orang). Diketahui juga dari 79 pekerja bengkel

sepa-tu, 52 pekerja terkena efek pajanan realtime dan 37

pekerja terkena efek pajanan lifetime (Susilowati,

2011). Pada penelitian (Azari, 2012), diketahui adanya risiko karsinogenik dan non karsinogenik pada pekerja sepatu. Kemudian diketahui adanya peningkatan risiko penyakit leukemia pada pekerja

pembuat sepatu dalam penelitian (Costantini et al.,

2003). Selain itu, dari penelitian lainnya diketahui lebih banyak pekerja terpajan benzena yang memiliki

sel dengan linked nucleus dan mikronukleus (cells

with micronucleus) (Correa et al., 2009)

Pendahuluan

Penelitian ini berlangsung selama bulan April

sampai dengan Mei tahun 2018 yang melibatkan 80 responden dari 10 bengkel sepatu di Desa Sukajaya.

Penentuan sampel menggunakan stratified random

sampling. Pengumpulan data konsentrasi benzena dilakukan di 13 titik pada 10 bengkel sepatu yang dilakukan oleh Tim HIPERKES DKI Jakarta

menggunakan gas chromatography dan personal

sampler. Kemudian dilakukan wawancara menggunakan kuesioner untuk mengetahui karakter-istik antropometri dan pola aktivtas pekerja meliputi, berat badan, lama bekerja, frekuensi bekerja, dan durasi pajanan.

Penelitian ini sudah melalui prosedur kaji etik dan dinyatakan layak untuk dilaksanakan oleh Komisi Ahli Riset dan Etik Riset Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, yang dinyatakan dalam Surat Keterangan Lolos Kaji Etik dengan no-mor surat:

Untuk dapat mengetahui tingkat risiko kesehatan pekerja bengkel sepatu akibat pajanan benzena dil-akukan analisis univariat dan perhitungan risiko kesehatan dengan menggunakan rumus ARKL.

Metode

Penelitian ini menggunakan desain studi Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) dengan sum-ber data sekunder dari tim peneliti Mahasiswa Pro-gram Master Kesehatan Masyarakat Universitas In-donesia pada bulan April tahun 2018.

Hasil

Sumber utama pajanan benzena di dalam penelitian ini adalah kandungan pelarut organik toksik benzena di dalam lem yang digunakan untuk proses produksi sepatu. Konsentrasi benzena pada zona hirup pekerja yang diambil dalam penelitian ini

berkisar dari 0,0292 mg/m3 atau 0,09145 ppm

sampai 0,01639 mg/m3 atau 0,00513 ppm (Tabel.1).

Karakteristik individu, antropometri, dan pola ak-tivitas, usia, jenis kelamin, bekerja dengan pajanan benzena, merokok, berdasarkan penelitian, dapat menjadi faktor risiko dari salah satu gejala risiko kesehatan akibat pajanan benzena, yaitu leukemia (National Institute Health, 2013 dalam Ridlani, 2016). Dalam penelitian ini semua responden berjenis

ke-lamin laki-laki. Berdasarkan wawancara yang

dil-akukan diketahui rentang umur pekerja adalah 18 tahun sampai dengan 56 tahun. Umur dapat mempengaruhi tingkat toksisitas benzena terhadap tubuh karena penurunan daya tahan tubuh dan penurunan faal organ tubuh semakin bertambahnya umur (>45 tahun) (Mahawati, 2006; Fatonah, 2010; Susilowati, 2011). Pekerja yang memiliki umur yang lebih tua dapat memiliki risiko keracunan benzena yang lebih besar, yang dapat dilihat dari kadar fenol dalam urinnya (Mahawati, 2006).

Mayoritas responden memiliki tingkat pendidikan yang rendah, (13.75%) tamat SMP, (56.25%) tamat

(3)

111

merujuk kepada peraturan KEPMEN NO.102/MEN/ VI/2004, standar bekerja 8 jam dalam sehari dan 5 hari dalam seminggu. Jam kerja seperti ini dapat me-nyebabkan risiko terpajan benzena lebih besar dari ambang batas pajanan lingkungan kerja dengan rata

-rata kerja 8 jam. Untuk durasi pajanan, terdapat

re-sponden yang bekerja dari 1 sampai dengan 25

ta-hun dengan rata-rata 6,8 tahun. Durasi pajanan

per-lu dianalisa karena masuk ke dalam perhitungan jun-lah asupan pekerja akibat pajanan benzena (Fatonah, 2010).

Berdasarkan perhitungan yang melibatkan 80

responden diketahui 88.8% pekerja tidak berisiko

untuk RQ Real Time dan 63.8% untuk RQ Life Span

(Tabel. 2). Hal ini berati lebih dari setengah

respond-en tidak mrespond-enunjukkan adanya risiko kesehatan non

karsinogenik pada saat ini untuk perhitungan Real

Time dan Life Span. Perhitungan dilanjutkan untuk

melihat pajanan benzena dengan durasi pajanan yang berbeda 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 tahun (Tabel. 3). Dari hasil perhitungan itu didapatkan hasilnya bahwa setengah responden (58,8%, 47 dari 80 re-sponden) masih masuk ke dalam kategori yang

aman atau tidak berisiko (RQ≤1) untuk durasi

pa-janan 5-30 tahun. sebanyak 100% responden untuk

ECR minimal dan 91.1% responden untuk ECR maksimal, masih masuk ke dalam kategori aman

ECR ≤1 x 10-4 (Tabel. 4). Begitupula dari hasil

perhi-tungan pajanan untuk durasi 5-30 tahun (Tabel. 5

dan Tabel 6) didapatkan hasilnya bahwa setengah responden masih masuk ke dalam kategori yang aman atau tidak berisiko, baik untuk ECR minimal maupun ECR maksimal.

Data hasil wawancara kepada pekerja bengkel sepatu mengenai keluhan kesehatan yang banyak dirasakan oleh pekerja bengkel sepatu adalah mu-dah mengantuk (38.75%), sakit kepala (27.5%), letih/ SD, dan (27.5%) tidak sekolah atau tamat SD.

Ting-kat pendidikan rendah dapat meningTing-katkan risiko kesehatan terhadap pekerja. Hal ini terkait dengan pengetahuan mengenai bahan berbahaya yang ter-kandung di dalam lem yang digunakan. Kurangnya pengetahuan dapat menyebabkan tidak dilakukann-ya tindakan pencegahan dan pengurangan risiko kesehatan (Fatonah, 2010 dan Ridlani, 2016). Hal ini terlihat dari sebesar 91,1% responden memakan ce-milan ketika bekerja. Dari responden yang men-gonsumsi cemilan ketika bekerja, 90,4% responden meletakkan makanan didekatnya dan sebanyak 61,25% responden tidak mencuci tangannya. Ber-dasarkan penelitian sebelumnya, diketahui bahwa

terdapat hubungan yang signifikan antara personal

hygiene dengan kadar fenol urin yang tinggi . Kadar fenol yang tinggi di dalam urin dapat menunjukkan adanya pajanan benzena (Maywati, 2012).

Selain itu, dari 66 perokok aktif, terdapat 56 re-sponden yang merokok saat bekerja dengan lebih dari setengah responden menggunakan rokok filter. Kemudian, berdasarkan observasi, tidak ada re-sponden yang menggunakan alat pelindung diri, baik masker maupun sarung tangan. Tidak menggunakan masker dan sarung tangan dapat memperbesar risi-ko terpajan benzena sehingga sebaiknya pekerja menggunakan sarung tangan dan masker ketika bekerja. Dalam hal ini masker filter yang dapat

digunakan adalah canister respirator yang mampu

melindungi dari pajanan partikel gas toksik (Mahawati, 2006; Susilowati, 2011).

Lama kerja dalam sehari atau lama pajanan re-sponden dalam penelitian ini 6 sampai dengan 16 jam dan bekerja selama 2 hari sampai dengan 6 hari

dalam seminggu. Dengan begitu rata-rata bekerja

responden adalah 5,4 jam dalam sehari dan berkisar 32,4 jam dalam seminggu. Padahal seharusnya, jika

Nama Bengkel Benzene (ppm) Benzene (mg/m3) NAB (ppm) Presentase Ventilasi (%) Jumlah Penggunaan

Lem (Kg/hari) A 0,00495 0,0158 0,5 5,6 150 Aa 0,01293 0,0413 0,5 6,7 B 0,01681 0,054 0,5 15,49 50 C 0,02077 0,066 0,5 4,20 90 D 0,00513 0,01639 0,5 12,12 45 Dd 0,0088 0,028 0,5 20 E 0,06135 0,196 0,5 14,97 45 F 0,04931 0,1575 0,5 15,02 40 G 0,09145 0,292 0,5 16,07 50 Gg 0,00895 0,0286 0,5 16,07 H 0,01331 0,0425 0,5 2 40 I 0,00894 0,0285 0,5 18 50 J 0,00921 0,029 0,5 5 50

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Konsentrasi Benzena pada Bengkel Sepatu di Desa Sukajaya, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat Tahun 2018

(4)

Tabel 2. Analisis Univariat Nilai Risiko Kesehatan Non Karsinogenik Pajanan Benzena pada Responden Pekerja Bengkel Sepatu di Desa Sukajaya, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat Tahun 2018

Variabel RQ Real Time RQ Life Span

RQ>1 9 (11,3%) 29 (36,3%) RQ≤1 71 (88,8%) 51(63,8%) Mean 0,35176219 1,1666024 Median 0,08869025 0,5447573 Max 2,82367867 5,0422833 Min 0,00442703 0,0780726 Standar deviasi 0,53823314 1,2897354

Distribusi Normal Normal

Tabel 3. Analisis Univariat Estimasi Tingkat Risiko Jangka Panjang Non Karsinogenik Responden Pekerja Bengkel Sepatu di Desa Sukaja, Kecama-tan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat Tahun 2018

Variabel 5 tahun 10 tahun 15 tahun 20 tahun 25 tahun 30 tahun

RQ>1 0 (0%) 15 (18,8%) 25 (25%) 26 (32,5%) 29 (36,3%) 33 (41,3%) RQ≤1 80 (100%) 65 (81,3%) 75 (75%) 54 (67,5%) 51 (63,8%) 47 (58,8%) Mean 0,2333205 0,466641 0,6999615 0,9332819 1,1666024 1,3999229 Median 0,1089515 0,2179029 0,3268544 0,4358059 0,5447573 0,6537088 Max 1,0084567 2,0169133 3,02537 4,0338267 5,0422833 6,05074 Min 0,0156145 0,031229 0,0468436 0,0624581 0,0780726 0,0936871 Standar deviasi 0,2579471 0,5158942 0,7738412 1,0317883 1,2897354 1,5476825

Distribusi Normal Normal Normal Normal Normal Normal

Tabel 4. Analisis Univariat Nilai Risiko Kesehatan Karsinogenik Pajanan Benzena pada Responden Pekerja Bengkel Sepatu di Desa Sukajaya, Keca-matan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat Tahun 2018

Variabel ECR Min ECR Max

ECR>10-4 0 (0%) 7 (8,8%)

ECR≤10-4 80 (100%) 73 (91,3%)

Mean 8,2521E-06 2,92476E-05

Median 0,00000208 0,000007375

Max 0,00006624 0,00023478

Min 0,0000001 0,00000037

Standar deviasi 1,2627E-05 4,47513E-05

Distribusi Normal Normal

Tabel 5. Analisis Univariat Estimasi Tingkat Risiko Minimal Jangka Panjang Karsinogenik Responden Pekerja Bengkel Sepatu di Desa Sukaja, Keca-matan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat Tahun 2018

ECR MIN

Variabel 5 tahun 10 tahun 15 tahun Dt20 tahun 25 tahun 30 tahun

ECR>10-4 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 3 (3,8%) 6 (7,5%)

ECR<=10-4 80 (100%) 80 (100%) 80 (100%) 80 (100%) 77 (96,3%) 74 (92,5%)

Mean 8,21E-06 1,37E-05 1,92E-05 2,46E-05 3,01E-05 3,28E-05

Median 3,4965E-06 5,59E-06 8,191E-06 1,092E-05 1,365E-05 1,534E-05

Max 4,7317E-05 7,098E-05 9,463E-05 0,0001183 0,000142 0,000142

Min 3,66E-07 7,33E-07 1,099E-06 1,465E-06 1,832E-06 2,198E-06

Standar deviasi 9,9253E-06 1,562E-05 2,15E-05 2,745E-05 3,343E-05 3,631E-05

Distribusi Normal Normal Normal Normal Normal Normal

Tabel 6. Analisis Univariat Estimasi Tingkat Risiko Minimal Jangka Panjang Karsinogenik Responden Pekerja Bengkel Sepatu di Desa Sukaja, Keca-matan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat Tahun 2018

ECR MAX

Variabel Dt

5 tahun 10 tahun 15 tahun 20 tahun 25 tahun 30 tahun

ECR>10-4 0 (0%) 10 (12,5%) 18 (22,5%) 23 (28,8%) 26 (32,5%) 29 (36,3%)

ECR<=10-4 80 (100%) 70 (87,5%) 62 (77,5%) 57 (71,3%) 53 (66,3%) 51 (63,8%)

Mean 1,94E-05 3,88E-05 5,82E-05 7,76E-05 9,70E-05 1,16E-04

Median 9,0585E-06 1,812E-05 2,718E-05 3,624E-05 4,529E-05 5,435E-05

Max 8,3848E-05 0,0001677 0,0002515 0,0003354 0,0004192 0,0005031

Min 1,298E-06 2,597E-06 3,895E-06 5,193E-06 6,491E-06 7,79E-06

Standar deviasi 2,1447E-05 4,289E-05 6,434E-05 8,579E-05 0,0001072 0,0001287

(5)

113

sponden pekerja dalam penelitian ini rata-rata

beker-ja 11 beker-jam dalam sehari untuk 6 hari dalam sem-inggu. Selain itu, jika dibandingkan dengan

pera-turan yang ditetapkan oleh EPA, yaitu 0,03 mg/m3

(Reference Concentration, RfC) dan ATSDR, yaitu

0,0096 mg/m3 (Minimal Risk Level, MRL), dapat nilai

konsentrasi di bengkel-bengkel sepatu dalam

penelitian ini sudah melebihi nilai ambang batas.

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil-hasil

penelitian sebelumnya yang dilakukan di bengkel sepatu (Fatonah, 2010; Susilowati, 2011; Fahrudhi, 2017) yang menunjukkan lebih dari setengah sampel yang diteliti memiliki risiko terhadap pajanan ben-zena. Hal dapat disebabkan oleh jumlah pajanan yang tidak kontinyu (hanya pada waktu pemesan tinggi kemungkinan pajanan besar), adanya ventilasi udara, adanya sekat, pemisahan tempat tinggal

dengan tempat kerja, peranan varibel-variabel yang

tidak diteliti dan konsentrasi pajanan benzena yang masuk ke dalam perhitungan sangat kecil dan jauh dari ambang batas. Dari 10 bengkel dengan

perhi-tungan 13 titik diketahui rata-rata konsentrasi

ben-zena adalah 0,0234 ppm dan 0,077 mg/m3. Oleh

ka-rena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut

dengan biomarker, memperhatikan variabel-variabel

zat toksik benzena lainnya, atau melakukan studi kohort.

lemah (25%), dan mata berkunang-kunang

(21.25%). Responden dengan RQ>1 merasakan gejala penyakit paling banyak, sakit kepala (6.25%)

dan mudah mengantuk (5%). Gejala-gejala tersebut

cukup relevan dengan RQ Real Time yang lebih dari

setengahnya termasuk ke dalam kategori tidak

berisiko atau aman, sehingga gejala-gejala

gangguan kesehatan non karsinogenik belum ter-lihat.

Pembahasan

Kelemahan dari penelitian ini adalah dengan metode ARKL ini tidak dapat menjelaskan tentang hubungan sebab dan akibat di antara variabel yang diteliti, kandungan benzena di dalam lem tidak diteli-ti sehingga diteli-tidak dapat menjelaskan presentase kon-sentrasi benzena di udara yang berasal dari ben-zena terkandung di dalam lem yang digunakan secara pasti dan pengambilan sampel udara tidak dilakukan ketika pekerja sedang memproduksi sepa-tu dalam masa produksi yang paling aktif.

Konsentrasi pada bengkel-bengkel sepatu tidak

melebihi ambang batas yang ditetapkan oleh SNI 19

-0232-2005 dan Permen tenaga Kerja dan

Trans-migrasi Nomor. 13/Men/X/2011. Angka konsentrasi tersebut dibawah ambang batas bisa disebabkan oleh beberapa hal. Pertama pengambilan sampel

tidak dilakukan pada peak season produksi,

kemudi-an rata-rata bengkel memiliki ventilasi yang banyak

dan lebar, memiliki sekat antar ruangan, dan luas ruang kerja yang memadai dengan atap yang cukup

tinggi. Diketahui luas rata-rata bangunan bengkel

adalah 35,81 m2 dan luas ventilasi rata-rata adalah

11,6 m2, yang berati luas ventilasi sudah lebih dari

15%. Hal ini sesuai dengan peraturan Kemenkes no

14065/menkes/SK/XI/2002 tentang persyaratan

kesehatan lingkungan kerja perkantoran dan indus-tri. Jumlah ventilasi, keberadaan sekat, luas ruang kerja, dan tinggi atap yang memadai dapat memban-tu sirkulasi benzena di dalam ruangan dapat mem-bantu untuk menghilangkan gas atau partikel yang menggangu sehingga mengurangi risiko terhirupnya benzena oleh para pekerja (Oktaviani dan Prasasti, 2015; Haen and Oginawati, 2009)

Selanjutnya, terdapat hal yang perlu diper-hatikan. Walaupun dari perhitungan dapat dilihat bahwa dari keseluruhan konsentrasi benzena setiap bengkel sepatu berada jauh di bawah ambang batas yang diberlaku di Indonesia. Namun, ketetapan nilai ambang batas benzena dari peraturan permen dan SNI adalah untuk pekerja yang bekerja selama 8 jam untuk 5 hari dalam seminggu, sedangkan

re-Kesimpulan

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, penelitian ini memilik nilai risiko kesehatan non karsinogenik dan karsinogenik jauh dari batas berisiko atau tidak aman dan dapat diterima (acceptable), maka tidak dilakukan perhitungan ma-najemen risiko lebih lanjut.

Akan tetapi, dapat dilakukan tindakan untuk mengurangi risiko pajanan,yaitu dengan ada dil-akukannya penyuluhan mengenai bahaya/risiko kesehatan bekerja di bengkel sepatu dan bagaima-na cara mengurangi dampaknya oleh instasi kesehatan setempat dan setiap pemilik bengkel kepada pekerjanya. Kemudian, Mengaplikasikan peraturan yang berlaku terkait perlindungan peker-ja, pengaturan jam kerja dan hari kerpeker-ja, serta penyimpanan bahan baku lem yang benar.

Daftar Pustaka

ATSDR (2007) TOXICOLOGICAL PROFILE FOR

BENZENE. USA: ATSDR & EPA. Available at: https://www.atsdr.cdc.gov/toxprofiles/tp3.pdf.

(6)

Maywati, S. (2012) ‘Kajian Faktor Individu Terhadap

Kadar Fenol Urin Pekerja Bagian Pengeleman’,

Jurnal Kesehatan Masyarakat, 2(24), pp. 142– 148. Available at: Journal.unnes.ac.id/index.php/ kemas.

Oktaviani, D. A. and Prasasti, C. I. (2015) ‘Kualitas

Fisik dan Kimia Udara, Karakteristik Pekerja, ser-ta Keluhan Pernapasan Pada Pekerja

Perce-takan di Surabaya’, Jurnal Kesehatan

Ling-kungan, 8(2), pp. 195–205.

Ridlani, I. A. (2016) RISIKO KESEHATAN PAJANAN

BENZENA PADA PEKERJA INDUSTRI MEBEL DI KLENDER JAKARTA TIMUR 2015 UNIVER-SITAS INDONESIA. Universitas Indonesia.

Susilowati, B. (2011) Resiko Kesehatan Terhadap

Pajanan Benzene Pada Pekerja Industri Sepatu Kulit di PIK Pulogadung Tahun 2011. Universitas Indonesia.

UU RI No. 13 Tahun 2003 (2003) UU RI No. 13

Ta-hun 2003 tentang ketenagakerjaan. Jakarta.

WHO (2010) EXPOSURE TO BENZENE : A MAJOR

PUBLIC HEALTH CONCERN. Geneva, Switzer-land. Available at: www.who.int/ipcs/features/ benzene.pdf.

Azari, M. R. (2012) ‘Evaluation of Occupational

Ex-posure of Shoe Makers to Benzene and Toluene Compounds in Shoe Manufacturing Workshops

in East Tehran’, 11(4), pp. 43–49.

CDC (2015) CDC - BENZENE- NIOSH-International

Chemical Safety Cards. Available at: https:// www.cdc.gov/niosh/ipcsneng/neng0015.html (Accessed: 12 March 2018).

Correa, N. S. et al. (2009) ‘Monitoring The Genotoxic

Action in Shoe Workers by Micronucleus Test ,

Pelotas , Rio Grande do Sul State’, ciencia &

Saude Coletiva, 14, pp. 2251–2260.

Costantini, S. et al. (2003) ‘Exposure to benzene and

risk of leukemia among shoe factory workers’, 29

(1), pp. 51–59. doi: 10.5271/sjweh.704.

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten

Bogor (2016) Rekapitulasi Hasil Pendataan IKM

Alas Kaki tahun 2016. Bogor.

Fahrudhi, H. (2017) ‘Risiko Menderita Kanker dan

Non Kanker pada Pekerja Terpapar Benzena di Home Industry Sepatu Kelurahan Tambak Oso

Wilangun Surabaya Tahun 2016’, Jurnal

Kesehatan Masyarakat, (April), pp. 68–77. doi:

10.20473/ijosh.v6i1.2017.68-77.

Fatonah, Y. I. (2010) Analisis Risiko Kesehatan

Pa-janan Benzena Pada Pekerja Sepatu ‘X’ di Kawa-san Perkampuangan Industri Kecil (PIK) Puloga-dung, Jakarta Timur. Universitas Indonesoa.

Haen, M. T. and Oginawati, K. (2009) ‘HUBUNGAN

PAJANAN SENYAWA BENZENA, TOULENA, DAN XYLEN DENGAN SISTEM HEMATOLOGI

PEKERJA DI KAWASAN INDUSTRI SEPATU’,

pp. 1–4. Available at: https://fa.itb.ac.id/wp

-content/uploads/sites/8/2012/07/25310025

-Martha-Tinelli-Haen.pdf.

ILO (1996) Konvensi Kerja Rumahan dan

Rekomen-dasi Kerja Rumahan. Jenewa: ILO.

Kusnoputranto, H. (1995) Pengantar Toksikologi

Lingkungan. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat UI.

Mahawati, E. (2006) ‘Hubungan Antara Kadar Fenol

Dalam Urin Dengan Kadar Hb , Eritrosit , Trom-bosit Dan Leukosit ( Studi Pada Tenaga Kerja Di

Industri Karoseri CV Laksana Semarang )’, 5(1),

pp. 1–6. Available at: https://media.neliti.com/

media/publications/4834-ID-hubungan-antara

-kadar-fenol-dalam-urin-dengan-kadar-hb-eritrosit

-trombosit-dan-l.pdf.

Markkanen, P. et al. (2009) Shoes, Glues and

Homework: Dangerous Work in the Global Foot-wear Industry. Baywood Publishing Company.

Available at: https://remote-lib.ui.ac.id:2155/lib/

indonesiau-ebooks/reader.action?

Gambar

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Konsentrasi Benzena pada Bengkel Sepatu di Desa Sukajaya, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat  Tahun 2018
Tabel 6. Analisis Univariat Estimasi Tingkat Risiko Minimal Jangka Panjang Karsinogenik Responden Pekerja Bengkel Sepatu di Desa Sukaja, Keca- Keca-matan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat Tahun 2018

Referensi

Dokumen terkait

Bahan tanaman yang digunakan adalah Fraksi n-heksana kulit buah jeruk (Citrus reticulata) dengan metode maserasi dengan remaserasi 3x yang didapatkan dari hasil penelitian

Sistem manajemen pengetahuan yang dibangun pada organisasi ini difokuskan untuk menangkap ( knowledge capture ) dan mendistribusikan pengetahuan antar pekerja pengetahuan

Berdasarkan data penelitian yang didapat dari komunitas vegetarian dewasa sebagai subjek penelitian ini, didapatkan data bahwa nilai tekanan darah sistolik sebagian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan 18T:6G memiliki kepadatan yang baik dan memiliki kandungan lemak yang paling tinggi pada fase awal (9,62%) dan akhir stasioner

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, kemampuan TPACK Guru IPA kelas VII SMP Muhammadiyah di Surakarta termasuk dalam kategori cukup baik (CB) dengan persentase sebesar

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, karena dalam penelitian ini menggambarkan obyektif mengenai Kemampuan Pedagogical

Bab ini menekankan pengenalan teknologi WAP yang merangkumi senibina WAP, bahasa pengaturcaraan yang digunakan untuk pelayar dan pelayan, kelebihan dan kekurangan aplikasi

Dari beberapa pendapat diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa kemutakhiran adalah segala informasi yang terbaru yang disesuaikan dengan ilmu pengetahuan yang bertujuan