• Tidak ada hasil yang ditemukan

SASARAN STRATEGIS PENGEMBANGAN MODEL KLUSTER INDUSTRI PERIKANAN TANGKAP (Strategic objectives for Cluster Development Model of Capture Fisheries Industry)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SASARAN STRATEGIS PENGEMBANGAN MODEL KLUSTER INDUSTRI PERIKANAN TANGKAP (Strategic objectives for Cluster Development Model of Capture Fisheries Industry)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Hal: 109-118

SASARAN STRATEGIS PENGEMBANGAN MODEL KLUSTER INDUSTRI

PERIKANAN TANGKAP

Strategic objectives for Cluster Development Model of Capture Fisheries Industry

Oleh:

Tri Wiji Nurani

1*

, Ardani

2

, Ernani Lubis

1

1 Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor 2 Prgram Studi Teknologi Perikanan Tangkap, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor

* Korespondensi: triwiji@hotmail.com

Diterima: 30 Desember 2013; Disetujui: 25 April 2014

ABSTRACT

Cluster model in fisheries industry base on leading commodity is a policies initiated by the Ministry of Fisheries and Marine Affairs to promote the accelerated development of marine and fisheries sector. Palabuhanratu is one of the areas designated as fisheries industry cluster development. The successful development of the program needs to be evaluated by measurable indicators. This study aims to formulate strategic goals as a measure of the success of the development model of capture fisheries industrial clusters in Palabuhanratu. SWOT analysis and balanced scorecard are used to formulate a strategy and a benchmark for the success of the program. The study states that the strategic objectives of capture fisheries industry cluster development in Palabuhanratu should be able to synergize the interests of actors and interests among sectors in order to create industries competitiveness and productiveness. Factors of successinclude8 strategic targets with 17 benchmarks are covered in 4 perspectives: customer and stakeholder perspective, financial, internal business and institutional perspective. Strategic objectives include balancing utilization and conservation, continuity of production, quality, customer satisfaction, supply chain integration, partnerships, and commitment among the actors in the development of the program.

Keywords: cluster industry model, Palabuhanratu, capture fisheries, strategic objective, benchmark

ABSTRAK

Model kluster industri perikanan berbasis komoditas unggulan merupakan kebijakan yang digulirkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk mendorong percepatan pembangunan sektor kelautan dan perikanan. Palabuhanratu merupakan salah satu lokasi yang ditetapkan sebagai kawasan pengembangan kluster industri perikanan tangkap. Keberhasilan pengembangan program perlu dievaluasi melalui indikator yang terukur. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan sasaran strategis sebagai tolok ukur keberhasilan pengembangan model kluster industri perikanan tangkap di Palabuhanratu. Analisis SWOT dan balanced scorecard digunakan untuk merumuskan strategi dan tolok ukur keberhasilan program. Hasil penelitian menyatakan bahwa sasaran strategis pengembangan kluster industri perikanan tangkap di Palabuhanratu harus dapat mensinergikan kepentingan para pelaku dan kepentingan antar sektor untuk dapat menciptakan industri yang memiliki daya saing dan produktif. Faktor keberhasilan mencakup 8 sasaran strategis, dengan 17 tolok ukur keberhasilan yang tercakup dalam 4 perspektif yaitu perpektif pelanggan dan stakeholder, keuangan, bisnis internal dan perspektif kelembagaan.

(2)

Sasaran strategis meliputi keseimbangan pemanfaatan dan konservasi, kontinuitas produksi, mutu, kepuasan pelanggan, integrasi rantai pasok, kemitraan, dan komitmen diantara para pelaku dalam pengembangan program.

Kata kunci: model kluster industri, Palabuhanratu, perikanan tangkap, sasaran strategis, tolok

ukur

PENDAHULUAN

Kementerian Kelautan dan Perikanan telah mengeluarkan kebijakan untuk mendo-rong percepatan pembangunan sektor kelautan dan perikanan melalui model kluster industri perikanan berbasis komoditas unggulan. Kebi-jakan ini tertuang dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 12/MEN/2010 ten-tang Minapolitan. Sasaran yang akan dicapai yaitu usaha perikanan yang berdaya saing tinggi, sehingga dapat memberikan dampak yang positif bagi pelaku usaha, masyarakat dan perkembangan ekonomi wilayah.

Palabuhanratu merupakan salah satu lokasi yang ditetapkan sebagai kawasan pe-ngembangan kluster industri perikanan tang-kap, dengan basis utama kegiatan adalah usaha penangkapan ikan. Pengembangan kawasan dilakukan secara terintegrasi oleh pemerintah, swasta dan masyarakat guna men-ciptakan iklim usaha yang lebih baik untuk pertumbuhan ekonomi wilayah, penciptaan lapangan kerja dan pendapatan masyarakat. Pengembangan kluster industri ini didukung oleh keberadaan PPN Palabuhanratu sebagai kawasan inti dan pangkalan pendaratan ikan (PPI) lainnya di kawasan Teluk Palabuhanratu sebagai kawasan pendukung.

Aspek penting dalam pengembangan kluster industri adalah aspek rantai pasok, kelembagaan dan pasar. Pengembangan klus-ter industri perikanan tangkap di Palabuhanratu akan efektif jika dikelola secara terintegrasi antar pelaku dan komponen yang ada. Keter-paduan antara kegiatan usaha penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan, pengolah hingga perusahaan eksportir yang melakukan pemasaran produk. Keterpaduan antar wilayah, antar sektor dan antar komoditas. Riadi (2012) menyatakan bahwa, basis integrasi dalam pengembangan kluster industri dapat dicirikan oleh ko-operasi, kolaborasi, berbagi informasi, kepercayaan, kemitraan, penyebaran teknologi, dan pergeseran dari proses individual ke pro-ses integrasi rantai pasok. Resultan dari inte-grasi semua pelaku rantai pasok di dalam sistem pada akhirnya akan menghasilkan daya saing rantai pasok. Oleh karena itu, model integrasi merupakan salah satu solusi dan memiliki peran yang strategis dalam

pengem-bangan kluster industri perikanan tangkap di Palabuhanratu (Ardani et al. 2012).

Program pengembangan kluster industri perikanan tangkap di Palabuhanratu diharap-kan berhasil dalam implementasinya. Keberha-silan implementasi dari suatu program, perlu direncanakan melalui perumusan strategi yang tepat. Strategi dapat dirumuskan berdasarkan faktor internal berupa kekuatan dan kelemahan, serta faktor eksternal yaitu peluang dan anca-man. Strategi tersebut perlu diterjemahkan ke dalam seperangkat ukuran dan target yang jelas dan menyeluruh yang memberi kerangka kerja bagi pelaksana program maupun stake-holder terkait lainnya, agar visi, tujuan dan strategi dapat tercapai secara optimal. Berda-sarkan permasalahan tersebut, maka kajian untuk merumuskan sasaran strategis pengem-bangan model kluster industri perikanan tangkap ini penting untuk dilakukan.

Penelitian ini bertujuan untuk memformu-lasikan sasaran strategis sebagai tolok ukur keberhasilan pengembangan model kluster industri perikanan tangkap di Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi. Hasil penelitian diharap-kan dapat memberidiharap-kan kontribusi bagi keber-hasilan pembangunan perikanan di Kawasan Palabuhanratu.

METODE

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2012. Pengambilan data lapangan dilakukan di kawasan kluster industri perikanan tangkap Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi.

Pengumpulan data untuk memformulasi-kan sasaran strategis pengembangan kluster industri perikanan tangkap dilakukan melalui survei lapang. Jenis data berupa data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi lapang, kuesioner, dan wawancara semi terstruktur. Penentuan sampel responden dilakukan berdasarkan pendekatan purposive sampling.

Data sekunder meliputi data terkait dengan implementasi program pengembangan kluster industri perikanan tangkap di Palabu-hanratu. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait, seperti dinas perikanan, pelabuhan per-

(3)

ikanan, tempat pelelangan ikan dan sumber informasi lain yang relevan yang dapat digu-nakan untuk mengetahui kondisi saat ini dari implementasi program.

Perumusan strategi dilakukan dengan pendekatan analisis SWOT dan balanced

scorecard. Analisis balanced scorecard

digu-nakan dalam perumusan sasaran strategis, dengan pertimbangan bahwa teknik analisis ini dapat mengukur kinerja perusahaan atau orga-nisasi secara komprehensif, terukur, akurat dan relevan, serta dapat diterapkan pada berbagai bidang (Etim dan Agara 2011; Kumari 2011; Akbarzadeh 2012; Iveta 2012; Abdullah et al. 2013). Kerangka perumusan strategi dapat dilihat pada Gambar 1.

Analisis SWOT digunakan untuk meng-analisis kondisi internal maupun eksternal pro-gram pengembangan kluster industri perikanan tangkap di Palabuhanratu. Analisis internal meliputi penilaian terhadap faktor kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness). Semen-tara itu, analisis eksternal mencakup faktor pe-luang (opportunities) dan tantangan (threaths).

Analisis balanced scorecard digunakan untuk menterjemahkan misi kedalam strategi, tujuan, ukuran serta target yang ingin dicapai. Mengacu Nurani et al. (2011), tahap-tahap yang dilakukan dalam penyusunan balanced

scorecard yaitu sebagai berikut: 1) Perumusan strategi berdasarkan analisis SWOT. Perumus-an strategi dilakukPerumus-an melalui evaluasi terhadap kondisi internal dan eksternal pengembangan kluster industri perikanan tangkap di Palabu-hanratu; 2) Perumusan strategi dalam pers-pektif balanced scorecard. Pada tahap ini, perumusan strategi dari hasil analisis SWOT diplotkan ke dalam 4 perspektif yaitu pelanggan dan stakeholder, finansial, proses bisnis inter-nal, serta kapasitas kelembagaan; 3) Perumus-an sasarPerumus-an strategis. Pada tahapPerumus-an ini akPerumus-an merinci visi pada tiap-tiap perspektif dan merumuskan sasaran strategis sebagai indika-tor ukuran hasil atau indikaindika-tor akibat; 4) Iden-tifikasi faktor-faktor keberhasilan atau tolok ukur. Pada tahap ini akan ditetapkan faktor-faktor yang menjadi tolok ukur atau kunci keberhasilan program; 5) Pengembangan tolok ukur, identifikasi penyebab dan dampak serta membuat keseimbangan.

Tolok ukur sebagaimana telah dirumus-kan pada tahap sebelumnya kemudian diterje-mahkan ke dalam target-target yang dapat dijangkau pada periode waktu tertentu. Target-target tersebut dapat dicapai melalui langkah-langkah tindakan atau inisiasiatau juga disebut sebagai indikator sebab. Indikator sebab meru-pakan langkah-langkah untuk pencapaian indi-kator akibat.

Sumber: Yuwono et al. (2007) diolah kembali

Gambar 1 Kerangka perumusan strategi dengan pendekatan SWOT dan balanced scorecard

Visi/misi & Tujuan

Analisis Internal Analisis SWOT Analisis Eksternal Tema-Tema Strategis: ……….. ……….. ……….. Persepsi Keuangan: ……… ……… ……… Persepsi Pelanggan dan Stakeholder : ……… ……… Persepsi Bisnis Internal: ……… ……… ……… Persepsi Kapasitas SDM: ……… ……… ………

(4)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ardani (2012) telah menghasilkan model pengembangan kluster industri perikanan tang-kap di Palabuhanratu, atau lebih dikenal dengan program minapolitan (Gambar 2). Mo-del memperlihatkan bahwa output dari program akan tercapai melalui sinergi atau memadukan dua subsistem yaitu industrialisasi perikanan di kawasan zona inti serta kebijakan dan kinerja kelembagaan. Pembangunan model menggu-nakan pendekatan kluster industri (Ellison et al. 2010) dan integrasi rantai pasok (Marimin dan Maghfiroh 2011). Keterpaduan dalam model akan dapat mewujudkan peningkatan

keung-gulan daya saing yang disebut Porter’s Diamond Theory (Daryanto 2004; Davis dan Ellis 2000; Tarigan 2008).

Model akan diimplementasikan pada sis-tem yang nyata. Keberhasilan dari implemen-tasi model ke dalam sistem, memerlukan rumu-san sasaran-sasaran strategis, agar model da-pat berjalan efektif. Sasaran strategis perlu diterjemahkan ke dalam tolok ukur dan langkah tindakan yang lebih bersifat operasional. Sa-saran strategis dirumuskan berdasarkan tahap-tahap analisis balanced scorecard yang dida-hului analisis SWOT (strengths weakness opportunities and threaths).

Gambar 2 Model pengembangan kluster industri perikanan tangkap di Palabuhanratu

Kebijakan dan Kinerja Kelembagaan Minapolitan Sistem Minapolitan Perikanan

Tangkap

Manajemen Manajemen

Manajemen

Integrasi pasar ikan antara zona inti dan zona penunjang

Keterkaitan antar wilayah dan antar

komoditas

Integrasi kelembagaan

kemitraan

Daya saing industri terkait dalam kondisi optimal Ke b u tu h a n M e n d u k u n g Ke b u tu h a n M e n d u k u n g

- Peningkatan produksi, produktivitas dan kualitas produk perikanan

- Peningkatan pendapatan nelayan

- Integrasi pasar, rantai pasok dan kelembagaan minapolitan

- Pengembangan kawasan minapolitan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi daerah

Hasil yang diharapkan Integrasi rantai

pasok komoditas tuna dan layur

pemanfaatan sumberdaya ikan

Ketersediaan Komoditas

Unggulan Kemitraan bisnis

minapolitan yang optimal Industrialisasi Perikanan di

kawasan zona inti

Mendukung Kebutuhan

(5)

Perumusan Strategi Berdasarkan Analisis SWOT

Berdasarkan analisis SWOT telah dihasilkan 8 strategi untuk pengembangan klus-ter industri perikanan tangkap di Palabuhan-ratu, yaitu 1) optimalisasi pemanfaatan komo-ditas unggulan yaitu ikan tuna dan layur, 2) peningkatan sarana, prasarana dan infrastruk-tur transportasi serta pelabuhan perikanan, 3) membangun kemitraan diantara para pelaku usaha di dalam kluster, 4) pening-katan kinerja pengelola pelabuhan perikanan, 5) ngan industrialisasi perikanan, 6) pengemba-ngan perikanan tangkap berkelanutan, 7)

pengembangan pola kemitraan antara para pelaku (win-win partnerships); serta 8) memba-ngun kesadaran kolektif untuk tetap komitmen dan konsisten dalam mengem-bangkan kluster industri.

Perumusan strategi dalam perspektif

balan-cedscorecard

Strategi hasil analisis SWOT selanjutnya ditransformasikan ke dalam 4 perspektif

balan-ced scorecard, yaitu 1) pelanggan dan

stake-holder, 2) keuangan atau finansial, 3) bisnis internal, dan 4) kapasitas kelembagaan (Tabel 1).

Tabel 1 Tujuan strategis pengembangan kluster industri perikanan tangkap di Palabuhanratu berdasarkan perspektif balanced scorecard

Perspektif Tujuan Strategis

Pelanggan dan stakeholder

1) Pengembangan perikanan tangkap terintegrasi

2) Pengembangan fasilitas untuk mendukung berkembangnya kegiatan perikanan Keuangan

(finansial)

1) Keuntungan usaha perikanan komoditas unggulan yaitu ikan tuna dan layur 2) Membangun kemitraan usaha antara para pelaku di dalam kluster

Bisnis internal

1) Integrasi rantai pasok, pengembangan sistem produksi dan peningkatan sarana dan prasarana (5)

2) Membangun kesadaran kolektif untuk tetap komitmen dan konsisten dalam mengembangkan kluster industri

Kapasitas kelembagaan

1) Konsolidasi anggota rantai pasok dan inovasi kelembagaan kemitraan (6)

2) Pendistribusian dan monitoring informasi sumberdaya dan kegiatan kemitraan kluster industri perikanan agar terjadi sinergi kemitraan (8)

Gambar 3 Tujuan dan sasaran strategis pengembangan minapolitan perikanan tangkap di Palabuhanratu

PERSPEKTIF PELANGGAN DAN STAKEHOLDER

Tujuan:

1. Pengembangan perikanan tangkap terintegrasi

2. Pengembangan fasilitas untuk mendukung kegiatan perikanan

Sasaran

1) Keseimbangan antara konservasi dan pemanfaatan sumberdaya perikanan

2) Peningkatan sarana, prasarana dan infrastruktur transportasi serta pelabuhan perikanan

PERSPEKTIF FINANSIAL

Tujuan:

1. Keuntungan usaha perikanan komoditas unggulan yaitu ikan tuna dan layur 2. Membangun kemitraan usaha antara para

pelaku di dalam kluster

Sasaran

1) Kontinuitas produksi ikan tuna dan layur dengan mutu yang baik 2) Terbangunnya pola kemitraan yang

saling menguntungkan

PERSPEKTIF BISNIS INTERNAL

Tujuan:

1. Industrialisasi perikanan komoditas unggulan yaitu ikan tuna dan layur

2. Pengembangan sistem rantai pasok yang efektif

Sasaran

1) Pengembangan teknologi pemanfaatan sumberdaya ikan tuna dan layur 2) Integrasi rantai pasok, pengembangan

sistem produksi, distribusi dan pemasaran

PERSPEKTIF KAPASITAS KELEMBAGAAN

Tujuan:

1. Pengembangan kelembagaan kluster industri perikanan tangkap

2. Peningkatan kapasitas kelembagaan yang mendukung pengembangan industri perikanan

Sasaran

1) Terbentuknya kelembangan perikanan yang efektif di dalam kluster 2) Meningkatnya komitmen dan peran dari kelembagaan perikanan yang ada

VISI DAN STRATEGI

(6)

Perumusan sasaran strategis

Tahap selanjutnya dalam penyusunan balanced scorecard adalah merinci tujuan pada tiap-tiap perspektif dan merumuskan sasaran strategis atau indikator ukuran hasil (indikator akibat). Gambar 3 menunjukkan hubungan sebab akibat sasaran strategis dari keempat persepektif balanced scorecard.

Berdasarkan sasaran strategis yang telah dirumuskan, kemudian akan dijabarkan lebih detail ke dalam faktor-faktor penting keberhasilan atau tolok ukur sasaran strategis (Tabel 2).

Tolok ukur sebagaimana telah dirumus-kan pada Tabel 2 kemudian diterjemahdirumus-kan ke dalam target-target yang dapat dijangkau pada periode waktu tertentu. Umpan balik dapat diperoleh melalui evaluasi terhadap pencapaian target-target dari tolok ukur yang telah ditetap-kan. Target-target tersebut dapat dicapai me-lalui langkah-langkah tindakan atau inisiasi atau disebut juga sebagai indikator sebab. Indikator sebab ini merupakan langkah-langkah tindakan untuk mencapai indikator akibat (Nurani et al. 2011).

Tabel 3 menunjukkan rumusan tujuan, sasaran, tolok ukur dan inisiasi pengembangan model kluster industri perikanan tangkap di Palabuhanratu. Selanjutnya Gambar 4 menun-jukkan keterkaitan keempat perspektif dalam mencapai tujuan program pengembangan. Perspektif kapasitas kelembagaan mendorong tercapainya tujuan dan sasaran strategis dari

perspektif bisnis internal dan perspektif keuang-an. Secara simultan ketiga perspektif tersebut akan mendorong tercapainya tujuan dan sasa-ran strategis dari perspektif pelanggan dan stakeholder.

Keberhasilan pencapaian sasaran-sasa-ran strategis pengembangan model kluster in-dustri perikanan tangkap di Palabuhanratu akan sangat tergantung pada 3 kelembagaan yang menjadi elemen penting program yaitu Penge-lola pelabuhan perikanan nusantara (PPN) Palabuhanratu, dinas kelautan dan perikanan, serta Bappeda. Pengelola PPN Palabuhanratu berperan sebagai penanggung jawab teknis pengembangan kegiatan perikan-an tangkap di zona inti. Dinas Kelautan dan Perikanan ber-peran sebagai penanggung jawab teknis pe-ngembangan kegiatan perikanan tangkap di zona penunjang.

Adapun Bappeda berfungsi sebagai koordinator perencanaan dan penganggaran untuk pengembangan kluster industri. Bappeda juga memiliki power yang kuat pada saat Musrenbang di tingkat kabupaten agar sektor-sektor terkait dapat berkontribusi dalam pe-ngembangan program. Mengacu pada konsep balanced scorecard, kinerja ketiga kelemba-gaan tersebut akan menjadi penggerak utama pencapaian sasaran strategis dari perspektif bisnis internal dan keuangan serta pada akhir-nya bermuara pada kepuasan pelanggan dan stakeholderdari program pengembangan klus-ter industri perikanan tangkap di Palabuhan-ratu.

Tabel 2 Faktor-faktor keberhasilan sasaran strategis pengembangan model kluster industri perikanan tangkap di Palabuhanratu

Sasaran strategis Faktor-faktor keberhasilan (tolok ukur)

1) Keseimbangan antara konservasi dan pemanfaatan sumberdaya perikanan

 Status keberlanjutan ekologi, sosial ekonomi, masyarakat dan

kelembagaan 2) Peningkatan sarana, prasarana dan

infrastruktur transportasi serta pelabuhan perikanan

 Jenis, kapasitas dan kualitas fasilitas pelayanan sesuai dengan

kebutuhan pelanggan

 Kenyamanan dan loyalitas pelanggan dalam jangka panjang atas

pelayanan yang diberikan 3) Kontinuitas produksi ikan tuna dan layur

dengan mutu yang baik

 Penerapan manajemen mutu dari mulai input, proses, output dan

layanan purna jual

 Kesadaran mutu dipahami oleh anggota rantai pasok

4) Terbangunnya pola kemitraan usaha yang saling menguntungkan di dalam kluster

 Kinerja industri perikanan meningkat

 Tingkat kepuasan antar anggota kluster

5) Pengembangan teknologi pemanfaatan sumberdaya ikan tuna dan layur 6) Integrasi rantai pasok, pengembangan

sistem produksi, transportasi dan pemasaran

 Peningkatan nilai produksi

 Peningkatan pendapatan nelayan

 Peningkatan tenaga kerja yang terserap

 Kluster industri perikanan yang berdaya saing

 Posisi tawar yang seimbang antara nelayan, pedagang pengumpul

dan perusahaan 7) Terbentuknya kelembagaan perikanan

yang efektif di dalam kluster 

Industri perikanan mendapat fasilitasi yang memadai dan efektif untuk berkembang

8) Meningkatnya komitmen dan peran dari

kelembaga perikanan yang ada 

Efiensi dan efektivitas kinerja dari kelembagaan perikanan yang ada, seperti pelabuhan perikanan dan dinas perikanan

(7)

N ura ni et al. Sa sa ra n St ra teg is P en gemb an ga n Mod el K lust er In dust ri P er ik an an Ta ng ka p 115 T ab el 3 P en ge m ba ng a n t o lok u k ur, i de nt if ik as i pe n y eb ab d an d am pa k s erta m e mb ua t k es ei m ba ng an Tu ju a n be rba s is p e rs pe k ti f Sa s a ran To lo k Uk ur Ta rge t In is ia tif Pe la ng g a n da n s ta k e h ol de rs : 1. Pe n g e m b a n g a n p e ri k a n a n ta n g k a p t e ri n te g ra s i 2. Pe n g e m b a n g a n f a s ili ta s u n tu k m e n d u k u n g k e g ia ta n p e ri k a n a n 1) Ke s e im b a n g a n a n ta ra k o n s e rv a s i d a n p e m a n fa a ta n s u m b e rd a y a i k a n 2) Pe n in g k a ta n s a ra n a , p ra s a ra n a d a n in fra s tru k tu r t ra n s p o rta s i s e rta p e la b u h a n p e ri k a n a n  Sta tu s k e b e rl a n ju ta n e k o lo g i, s o s ia l e k o n o m i, m a s y a ra k a t d a n k e le m b a g a a n  J e n is , k a p a s ita s d a n k u a lit a s fa s ili ta s p e la y a n a n s e s u a i d e n g a n k e b u tu h a n p e la n g g a n  Ke n y a m a n a n d a n l o y a lit a s p e la n g g a n d a la m j a n g k a p a n ja n g a ta s p e la y a n a n y a n g di b e ri k a n  Sta tu s k e b e rl a n ju ta n p e ri k a n a n t a n g k a p d i Pa la b u h a n ra tu b a ik  T in g k a t k e b u tu h a n p e la n g g a n s e s u a i d e n g a n fa s ili ta s p e la y a n a n y a n g d im ili k i p e la b u h a n p e ri k a n a n  Ke m u d a h a n a k s e s ib ili ta s b a g i in d u s tr i p e ri k a n a n  Ke p u a s a n p e la n g g a n te rh a d a p f a s ili ta s y a n g a d a  An a lis is s ta tu s k e b e rl a n ju ta n p e ri k a n a n ta n g k a p d i Pa la b u h a n ra tu  Al te rn a ti f k e b ija k a n p e n g e lo la a n p e ri k a n a n ta n g k a p b e rk e la n ju ta n  An a lis is t in g k a t k e p u a s a n p e la n g g a n d a n s ta k e h o ld e r d i k a w a s a n m in a p o lita n  Pe n in g k a ta n s a ra n a , p ra s a ra n a d a n i n fr a s tru k tu r p e n u n ja n g i n d u s tri a lis a s i p e ri k a n a n y a n g m e m ili k i s ta n d a r i n te rn a s io n a l Keu a ng a n 1. Ke u n tu n g a n u s a h a p e ri k a n a n k o m o d ita s u n g g u la n y a itu i k a n t u n a d a n l a y u r 2. M e m b a n g u n k e m itra a n u s a h a a n ta ra p a ra p e la k u u s a h a d i d a la m k lu s te r 1) Ko n ti n u ita s p ro d u k s i ik a n t u n a d a n l a y u r d e n g a n m u tu y a n g b a ik 2) T e rb a n g u n n y a p o la k e m itra a n u s a h a y a n g s a lin g m e n g u n tu n g k a n d i d a la m k lu s te r in d u s tri p e ri k a n a n  Pe n e ra p a n m a n a je m e n m u tu m u la i d a ri i n p u t, p ro s e s , o u tp u t d a n l a y a n a n p u rn a j u a l  Ke s a d a ra n m u tu d ip a h a m i o le h angg o ta ra n ta i p a s o k  Ki n e rj a i n d u s tri p e ri k a n a n m e n in g k a t  T in g k a t k e p u a s a n d ia n ta ra a n g g o ta k lu s te r  M e m in im u m k a n p ro d u k re je c t a ta u k la im b e rk u ra n g  Pe n in g k a ta n m u tu d a n k u a lita s p ro d u k m in im a l 20%  Be rg e ra k n y a ro d a b is n is p e ri k a n a n t a n g k a p  Ke n a ik a n ti n g k a t k e p u a s a n m itra b is n is  Pe n e ra p a n s is te m m a n a je m e n m u tu p a d a in d u s tri p e ri k a n a n ( s e p e rti S M M I SO 9 0 0 0 d a n HAC CP)  Pe m b e n tu k a n d a n p e n g u a ta n l e m b a g a k e m itra a n m in a p o lita n

(8)

116 Ma rine F is he rie s 5 (2 ): 10 9-118 , N ov emb er 2 01 4 L a n ju ta n T a b e l 3 Tu ju a n be rba s is p e rs pe k ti f Sa s a ran To lo k Uk ur Ta rge t In is ia tif Bis ni s I nt e rna l 1. In d u s tri a lis a s i p e ri k a n a n k o m o d it a s u n g g u la n y a itu ik a n t u n a d a n l a y u r 2. Pe n g e m b a n g a n s is te m ra n ta i p a s o k y a n g e fe k ti f 1) Pe n g e m b a n g a n te k n o lo g i p e m a n fa a ta n s u m b e rd a y a i k a n t u n a d a n l a y u r 2) In te g ra s i ra n ta i p a s o k , p e n g e m b a n g a n s is te m p ro d u k s i d a n p e n in g k a ta n s a ra n a d a n p ra s a ra n a  Pe n in g k a ta n n ila i p ro d u k s i  Pe n in g k a ta n p e n d a p a ta n n e la y a n  Pe n in g k a ta n t e n a g a k e rj a y a n g te rs e ra p  Kl u s te r i n d u s tri p e ri k a n a n y a n g b e rd a y a s a in g  Po s is i t a w a r y a n g s e im b a n g a n ta ra n e la y a n , p e d a g a n g p e n g u m p u l d a n p e ru s a h a a n  Efi s ie n s i b ia y a p ro d u k s i  Pe n in g k a ta n i n d u s tri p e n g o la h a n d a n p e m a s a ra n  Pro fi t s h a re y a n g d ite ri m a n e la y a n b u ru h m in im a l 6 0 %  Pe n y e m p u rn a a n p o la k e m itra a n i n ti p la s m a d a n c o n tr a c f a rm in g .  Pe n g e m b a n g a n t e k n o lo g i p e n a n g k a p a n t u n a d a n la y u r  Pe n g e m b a n g a n t e k n o lo g i p a s c a t a n g k a p , d is tri b u s i d a n p e m a s a ra n  Ev a lu a s i v a lu e c h a in k o m o d it a s t u n a d a n l a y u r  In te rv e n s i b u s in e s s in te rm e d ia ry , dan p a ra le l o rg a n iz a ti o n Kap a s ita s k e le m b a ga a n 1. Pe n g e m b a n g a n k e le m b a g a a n k lu s te r in d u s tri p e ri k a n a n t a n g k a p 2. Pe n in g k a ta n k a p a s it a s k e le m b a g a a n y a n g m e n d u k u n g p e n g e m b a n g a n i n d u s tri p e ri k a n a n 1) T e rb e n tu k n y a k e le m b a g a a n p e ri k a n a n y a n g e fe k ti f 2) M e n in g k a tn y a k o m itm e n d a n p e ra n d a ri k e le m b a g a a n y a n g a d a  In d u s tri p e ri k a n a n m e n d a p a t fa s ili ta s i y a n g m e m a d a i d a n e fe k ti f u n tu k b e rk e m b a n g  Efi e n s i d a n e fe k ti v ita s k in e rj a d a ri k e le m b a g a a n p e ri k a n a n y a n g a d a , s e p e rti Pe la b u h a n Pe ri k a n a n d a n D in a s Ke la u ta n d a n Pe ri k a n a n  Pe rb a ik a n k u a lit a s p e la y a n a n s e p e rti , k e te p a ta n w a k tu , k e m u d a h a n , d a n k e n y a m a n a n p e la y a n a n s e rta ta n g g u n g ja w a b , k e s o p a n a n d a n k e ra m a h a n d a la m m e m b e ri k a n p e la y a n a n  T e ru m u s k a n n y a s ta n d a r p e la y a n a n y a n g b a k u  Pe n e ra p a n fo c u s e d q u a lit y d im a n a p e la y a n a n d ib e ri k a n p e n g e lo la p e la b u h a n p e ri k a n a n b e rt u ju a n u n tu k m e m e n u h i k e in g in a n d a ri p e la n g g a n .  Pe la ti h a n c a p a c ity b u ild in g b a g i Pe n g e lo la Pe la b u h a n P e ri k a n a n d a n Din a s K e la u ta n d a n Pe ri k a n a n

(9)

N ura ni et al. Sa sa ra n St ra teg is P en gemb an ga n Mod el K lust er In dust ri P er ik an an Ta ng ka p 117 Tu ju a n s trate gi s Uku ran Stra te gi s Sa s a ran (i nd ik a tor a k iba t) In is ia tif (I nd ik a tor s e ba b) G am ba r 4 K ete rk ai tan tu ju an , s as aran s tr ate g is , d an i nd ik ato r pe nc ap a ia n s as ar an s tr ate gi Ke s e im b a n g a n k o n s e rv a s i d a n p e m a n fa a ta n Ko n ti n u ita s p ro d u k s i i k a n t u n a d a n l a y u r d e n g a n m u tu y a n g b a ik P o la k e m it ra a n u s a h a y a n g s a lin g m e n g u n tu n g k a n In te g ra s i ra n ta i p a s o k , p e n g e m b a n g a n s is te m p ro d u k s i dan p e n ing k a ta n s a ra n a d a n p ra s a ra n a T e rb e n tu k n y a k e le m b a g a a n p e ri k a n a n y a n g e fe k ti f M e n in g k a tn y a k o m itm e n d a n p e ra n d a ri k e le m b a g a a n y a n g a d a An a lis is s ta tu s k e b e rl a n ju ta n p e ri k a n a n ta n g k a p d i Pa la b u h a n ra tu Al te rn a ti f k e b ija k a n p e n g e lo la a n p e ri k a n a n ta n g k a p b e rk e la n ju ta n - - An a lis is t in g k a t k e p u a s a n p e n g g u n a d a n s ta k e h o ld e r p e ri k a n a n d i d a la m k a w a s a n Pe n in g k a ta n s a ra n a , p ra s a ra n a d a n fa s ili ta s b e rs ta n d a r i n te rn a s io n a l Pe n e ra p a n s is te m m a n a je m e n m u tu t e rp a d u Pe m b e n tu k a n d a n p e n g u a ta n l e m b a g a k e m itra a n b is n is m in a p o lita n -P e n g e m b a n g a n t e k n o lo g i p e n a n g k a p a n t u n a d a n la y u r -P e n g e m b a n g a n t e k n o lo g i p a sc a t a n g k a p , tr a n sp o rta si d a n p e m a s a ra n E v a lua s i v a lue c h a in k o mod it a s t u n a d a n lay u r -In te rv e n s i b u s ine s s int e rm e d iar y , d a n p a ra lel o rg a n iz a tion  P e n e ra p a n fo c u s e d q u a lity d im a n a p e la y a n a n d ib e rik a n p e n g e lo la p e la b u h a n p e rik a n a n b e rtu ju a n u n tu k m e m e n u h i k e ing in a n d a ri p e la n g g a n -P e lat ih a n ca p a city b u ild in g b a g i P e n g e lo la P e la b u h a n P e rik a n a n d a n Di n a s K e la u ta n d a n P e ri k anan Pe n g e m b a n g a n p e ri k a n a n t a n g k a p t e ri n te g ra s i Pe n g e m b a n g a n f a s ili ta s u n tu k m e n d u k u n g k e g ia ta n p e ri k a n a n Pe n g e m b a n g a n t e k n o lo g i p e m a n fa a ta n s u m b e rd a y a i k a n t u n a d a n l a y u r Pe n in g k a ta n s a ra n a , p ra s a ra n a d a n in fra s tru k tu r t ra n s p o rta s i s e rt a p e la b u h a n p e ri k a n a n Ke u n tu n g a n u s a h a p e ri k a n a n k o m o d it a s u n g g u la n y a itu i k a n t u n a d a n l a y u r M e m b a n g u n k e m itra a n u s a h a a n ta ra p a ra p e la k u d i d a la m k lu s te r i n d u s tr i p e ri k a n a n In d u s tri a lis a s i p e ri k a n a n k o m o d ita s u n g g u la n y a itu i k a n t u n a d a n l a y u r Pe n g e m b a n g a n s is te m ra n ta i p a s o k y a n g e fe k ti f Pe n g e m b a n g a n k e le m b a g a a n k lu s te r in d u s tri p e ri k a n a n Pe n in g k a ta n k a p a s it a s k e le m b a g a a n y a n g m e n d u k u n g p e n g e m b a n a g a n i n d u s tri p e ri k a n a n

(10)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Sasaran strategis pengembangan kluster industri perikanan tangkap di Palabuhanratu tercakup dalam 4 perspektif yaitu pelanggan dan stakeholder, keuangan, bisnis internal dan kapasitas kelembagaan. Sasaran strategis meliputi keseimbangan pemanfaatan dan kon-servasi, kontinuitas produksi, mutu, kepuasan pelanggan, integrasi rantai pasok, kemitraan, dan komitmen diantara para pelaku dalam pengembangan program.

Sasaran strategis dijabarkan dalam 17 tolok ukur keberhasilan program. Sasaran strategis akan dapat tercapai melalui inisiatif-inisiatif tindakan jangka pendek. Tiga lembaga berperan penting untuk tercapainya sasaran strategis yaitu PPN Palabuhanratu, Dinas Kelautan dan Perikanan serta Bappeda.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah I, Umair T, Rashid Y, Naeem B. 2013. Developments on balanced scorecard:a historical review. World Applied Sciences Journal. 21 (1): 134-141.

Akbarzadeh F. 2012. The Balanced Scorecard (BSC) method: from theory to practice. Arabian Journal of Business and Mana-gement Review. 2(5): 86-96.

Ardani. 2012. Model integrasi dalam pengem-bangan minapolitan perikanan tangkap di Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi Jawa Barat [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana IPB.

Ardani, Nurani TW, Lubis E. 2013. Integrasi pasar komoditas unggulan minapolitan di Palabuhanratu. Jurnal Marine Fisheries. 4(1): 23-33.

Daryanto A. 2004. Keunggulan daya saing dan teknik identifikasi komoditas unggulan dalam mengembangkan potensi ekonomi regional. Agrimedia. 3(2):51-62.

Davies H, Ellis P. 2000. Porter7’s ‘competitive advantage of nations’: time for a final judgment?. Journal Management Study. 37(8): 1189-1213.

Ellison G, Glaeser EL, Kerr W. 2010. What cau-ses industry agglomeration? evidence

from coagglomeration patterns. American Economic Review. 100(3): 1195-1213. Etim RS, Agara IG. 2011. The Balanced

Scorecard: the new performance

management paradigm for Nigerian Firms. Journal of Economic Development Research and Investment. 2(3): 64-73. Iveta G. 2012. Human Resources Key

Performance Indicators. Journal of Com-petitiveness. 4(1): 117-128.

[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2010. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor KEP.32/MEN/2010 tentang Penetapan Kawasan Minapolitan.

Kumari N. 2011. Balanced scorecard for superior organizational performance.

Eu-ropean Journal of Business and

Management. 3(5): 73-86.

Marimin, Maghfiroh N. 2011. Aplikasi Teknis Pengambilan Keputusan dalam Mana-jemen Rantai Pasok. Bogor: IPB Press. Nurani TW, Haluan J, Lubis E, Saad S. 2011.

Perumusan Tolok Ukur Keberhasilan Pengembangan Perikanan Tuna Meng-gunakan Balanced Scorecard. Buku II New Paradigm in Marine Fisheries. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sum-berdaya Perikanan, FPIK-IPB.

Porter ME. 1990. New global strategies for competitive advantage. Plan Rev May/Juni: 4-14.

Porter ME. 1998. Clusters and the new economics of competition. Harward Bussiness Review November-Desember: 77-90.

Riadi F. 2012. Model pengembangan agro-industri karet alam terintegrasi [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Tarigan RE. 2008. Kajian aspek ekonomi pada pengelolan tanah pemakaman umum (TPU) Kristen di Kota Medan [tesis]. Medan: Program Pascasarjana, Univer-sitas Sumatera Utara Medan.

Yuwono S, Sukarno E, Ichsan M. 2007. Petunjuk Praktis Balanced Scorecard Menuju Organisasi yang Berfokus pada Strategi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Gambar

Gambar  1  Kerangka  perumusan  strategi  dengan  pendekatan  SWOT  dan  balanced  scorecard
Gambar 2 Model pengembangan kluster industri perikanan tangkap di Palabuhanratu
Tabel 1 Tujuan  strategis  pengembangan  kluster  industri  perikanan  tangkap  di  Palabuhanratu  berdasarkan perspektif balanced scorecard

Referensi

Dokumen terkait

Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah deskriptif kualitatif, yakni mendeskripsikan secara kualitatif bentuk-bentuk bahasa (jargon) dakwah yang digunakan oleh

Sumber pendanaan yang memiliki present value cash outflow yang lebih kecil, maka alternatif pendanaan itulah yang akan digunakan oleh perusahaan dalam pengadaan

Bimbingan dan konseling merupakan salah satu bentuk hubungan yang bersifat membantu. Makna bantuan disini yaitu sebagai upaya untuk membantu orang lain agar ia mampu tumbuh kearah

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa pada kondisi tersebut terdapat empat titik tetap, dimana titik T 1 brsifat hiperbolik tidak.. stabil dan T 2 bersifat

Mengacu pada hasil analisis di atas yang mana menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh signifikan terhadap niat berperilaku adopsi sharing economy online peer-to-peer lending

Dalam perkembangannya, masyarakat telah menunjukkan kepedulian terhadap masalah pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan anak usia dini untuk usia 0 sampai dengan 6

00200600772 Telah memenuhi persyaratan formalitas Publikasi hasil penemuan Menunggu panggilan uji substantif Menunggu panggilan uji substantif Proses esterifikasi

Stimulasi dengan estrogen menyebabkan timbulnya endometrium. Dengan menurunnya kadar estrogen dibawah tingkat tertentu timbul perdarahan yang kadang-kadang bersifat