58
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN METODE DPPH DAN UJI SITOTOKSIK
METODE BSLT PADA EKSTRAK METANOL DAUN BONGKAL
(
Nuaclea subdita
(Korth) Steud)
Nur Ika Asmiyarti1*, Muhamad Agus Wibowo1
Program Studi Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, JI. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak
*email: nurika_asmiyarti@yahoo.com
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang uji aktivitas antioksidan dan uji sitotoksik dari ekstrak daun bongkal (Nauclea Subdita(Korth) Steud). Ekstrak metanol daun bongkal diperoleh dari hasil ekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut metanol. Ekstrak metanol dipekatkan menggunakan rotary evaporator kemudian dilakukan pengujian skrining fitokimia, uji aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH, dan uji sitotoksik menggunakan metode BSLT. Hasil skrining fitokimia menunjukkan ekstrak metanol daun bongkal mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, steroid dan polifenol. Uji aktivitas antioksidan dilakukan pada panjang gelombng 515 nm menghasilkan nilai IC50 sebesar 10 ppm.
Uji aktivitas sitotoksik menghasilkan nilai LC50 sebesar 327 ppm. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa daun bongkal mempunyai aktivitas antioksidan alami. Kata Kunci: bongkal, antioksidan, sitotoksik, srining fitokimia
PENDAHULUAN
Upaya mencari antioksidan alami yang baru dari rempah-rempah, tumbuhan obat, maupun buah-buahan serta sayuran saat ini telah menjadi perhatian para peneliti. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa antioksidan dapat menurunkan resiko penyakit-penyakit degeneratif, menurunkan stress oksidatif, mencegah penuaan dini, serta dapat membantu meningkatkan kualitas hidup manusia (Silalahi, 2010).
Berbagai penyakit degeneratif salah satunya disebabkan oleh akumulasi dari radikal bebas yang berlebihan pada sel tubuh manusia. Radikal bebas ini dapat merusak struktur dan fungsi biomelekul di dalam sel seperti protein, lipida dan asam nukleat yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur dan fungsi yang memberikan efek kersinogenik bahkan mutagenesis terhadap sel normal (Harliansyah, 2001). Secara umum tumbuhan merupakan sumber senyawa antioksidan seperti fenol, flavonoid, curcuminoid dan asam-asam organik yang tersebar pada berbagai bagian tumbuhan seperti akar, batang, kulit, daun, buah, dan biji serta bagian bunga (Lemmens, 2003)
Bongkal (Nauclea subdita) merupakan tanaman tropis famili Rubiceae yang banyak terdapat di dataran rendah sampai hutan
pegunungan, di daerah rawa, di sepanjang daerah aliran air dan sungai, biasanya ditanam untuk menstabilkan lereng dan tepi sungai (Lim
et.al, 2004). Di Kalimantan Barat tumbuhan ini dapat ditemukan salah satunya di daerah Kabupaten Sekadau. Tumbuhan ini tumbuh di hutan, di tanah yang lembab. Berdasarkan pengalaman masyarakat di daerah setempat, daun tanaman yang sudah dikeringkan dapat dikonsumsi sebagai sayur yang berpotensi sebagai penambah produksi air susu Ibu. Menurut Fatin et al, (2012) daun muda tanaman ini bisa dimakan dan dijadikan sebagai sumber obat tradisional, biasanya digunakan untuk mengobati sakit perut, diabetes dan masalah kulit.
Penelitian mengenai kandungan senyawa kimia bongkal asal Kalimantan Barat belum dilakukan, tetapi beberapa penelitian terhadap genus Nauclea diantaranya yaitu Nauclea orientalis (L) L sebagal antimalaria (He et aL, 2005). Penelitian Fatin, et al, (2012) menunjukan bahwa ekstrak metanol kulit batang N. subdita
dapat berfungsi sebagai sumber potensi antioksidan alami. Menurut Amaka (2010), analisis fitokimia ekstrak etanol dan air panas daun N. latifolia menunjukkan adanya alkaloid, saponin, tanin, glikosida dan gula pereduksi sebagai salah satu sumber potensial antibiotik.
Berdasarkan tinjauan literatur di atas, belum pernah dilakukan penelitian mengenai potensi
59 toksisitas dari daun bongkal. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan studi mengenai toksisitas ekstrak metanol daun bongkal terhadap larva Artemia Salina L dengan menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT), serta melakukan uji fitokimia dan uji aktivitas antioksidan pada ekstrak metanol daun bongkal dengan metode DPPH.
METODOLOGI PENELITIAN Bahan dan Alat
Bahan Uji
Bahan uji yang digunakan adalah daun bongkal yang berasal dari Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat.
Bahan Kimia
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian adalah akuades, air laut, larva udang, asam klorida 2N dan asam klorida pekat, asam sulfat, besiklorida 1%, logam Mg, kertas saring, metanol, pereaksi Wagner, pereaksi Mayer, pereaksi Lieberman-Buchard
Alat
Alat-alat yang digunakan pada penelitian adalah blender, penangas air, neraca analitik,
rotary evaporator, seperangkat peralatan gelas, dan spektrofotometri UV-VIS Genesys 6 Thermo Spectronic.
PROSEDUR KERJA Ekstraksi
Sebanyak 400 gram sampel kering daun bongkal dihaluskan, dimasukan dalam botol kaca tambahkan dengan 1L metanol. Dimaserasi selama 3x24 jam pada suhu kamar. Selanjutnya dilakukan proses penyaringan. Filtrat hasil penyaringan dipekatkan dengn rotary evavorator,
disimpan untuk perlakuan selanjutnya.
Uji Fitokimia (Harbone, 1987)
Uji Alkaloid
Ekstrak metanol tumbuhan daun bongkal diteteskan pada plat tetes. Digunakan satu lubang pada plat tetas sebagai kontrol dan dua lubang masing-masing diteteskan dengan pereaksi Mayer dan pereaksi Wagner, sehingga ekstrak akan berwarna jingga atau coklat dan terbentuk endapan putih yang menunjukkan hasil uji positif untuk uji alkaloid.
Uji Flavonoid
Ekstrak metanol tumbuhan bongkal diteteskan pada plat tetes. Satu lubang plat tetes digunakan sebagai kontrol dan dua lubang masing-masing diteteskan dengan 0,2 g logam
Mg dan 2 tetes HCI, sehingga terbentuk warna jingga sampai merah, hasil ini menunjukkan uji positif untuk uji flavonoid.
Uji Polifenol
Ekstrak metanol tumbuhan bongkal diteteskan pada plat tetes. Satu lubang pada plat tetes sebagai kontrol dan dua lubang masing-masing diteteskan dengan larutan besiklorida 1%, sehingga terbentuk warna hijau sampai biru kehitaman, hasil ini menunjukkan uji positif untuk uji polifenol.
Uji Triterpenoid dan Steroid
Ekstrak metanol tumbuhan bongkal diteteskan pada plat tetes. Satu bagian pada plat tetes dijadikan kontrol dan satu bagian ditambahkan dengan pereaksi Lieberman-Burchard, sehingga terbentuk warna merah atau violet. Hasil ini menunjukkan uji positif untuk terpenoid, terbentuknya warna hijau atau biru menunjukan hasil uji positif untuk steroid.
Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH (2,2 diphenyl-1-picryil-hydrazyi)
Sebanyak 1 mL larutan sampel pada ekstak metanol kasar daun bongkal dengan variasi konsentrasi 20, 50, 100, 250, 500 ppm dicampurkan dengan 4 mL larutan DPPH, kernudian campuran didiamkan setama 30 menit pada suhu kamar. Absorbansinya diukur pada Amaks 515 nm dengan menggunakan
spektrofotometer UV-Vis. Kekuatan inhibisinya dihitung menggunakan rumus (Khanahmadi et al, 2010):
(
)
Selanjutnya, data yang diperoleh diinterpretasikan ke dalam grafik konsentrasi terhadap kekuatan inhibisi. Persamaan garis yang diperoleh kemudian digunakan untuk mencari nilai IC50.
Uji Aktivitas Sitotoksik dengan Metode BSLT (Brine Shrimp Lethality Test)
Uji aktivitas sitotoksik dilakukan dengan metode BSLT menggunakan larva udang
Artemia salina (Mc Laughlin and Roger, 1998). Pertama, ditetaskan telur udang Artemia salina
ke dalam air laut sebanyak 1L dan diberi penerangan serta diaerasi selama 24 jam. Setelah telur menetas disiapkan larutan uji dan ekstrak metanol kasar dengan konsentrasi 1000, 100, 10 ppm ke dalam air. Uji pada
masing-60 masing konsentrasi selama 1x24 jam dan dilakukan secara triplo. Larutan kontrol dibuat tanpa penambahan sampel. Persen larva udang yang mati dihitung menurut persamaan:
(
)
Harga LC50 ditentukan dengan kurva persen larva yang mati terhadap konsentrasi ekstrak. Harga LC50 didefinisikan sebagai konsentrasi ekstrak yang dapat mengakibatkan 50% larva udang mati (Mc Laughlin and Roger, 1998).
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengambilan sampel
Sampel diperoleh dari Kabupaten Sekadau Kalimantan barat, sampel dikering-anginkan, dihaluskan kemudian dimaserasi dan dipekatkan dengan rotary evaporator. Berat awal sampel sebanyak 400 gr, berat ekstrak kental metanol 0,666 gr sehingga diperoleh rendemen sebesar 0,17%.
Uji fitokimia
Uji fitokimia dilakukan sebagai uji pendahuluan secara kualitatif untuk mengetahui golongan senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam tumbuhan atau bagian tumbuhan. Hasil uji fitokimia pada ekstrak metanol daun bongkal menunjukkan sampel ini positif mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, polifenol dan steroid. Penelitian Fatin et.aI (2012) menunjukkan kayu batang tumbuhan bongkal mengandung senyawa metabolit sekunder yaitu fenolik, flavonoid, fitosterol, terpenoid, alkaloid dan saponin. Berikut ini merupakan hasil uji fitokimia pada ekstrak metanol daun bongkal.
Tabel 1. Uji Fitokimia Ekstrak Metanol Daun Bongkal (Nuaclea subdita (Korth) Steud).
Gol. senyawa pereaksi Ekstrak metanol Keterangan alkaloid Meyer + (+) terbentuk endapan warna putih wragner + (+) terbentuk endapan warna coklat flavonoid Mg-HCl + (+) berubah warna menjadi merah jingga polifenol FeCl3 + (+) menghasilkan warna biru hitam/hijau coklat steroid Lieberman-buchner + (+) berubah warna menjadi jingga-ungu
Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH (2,2 diphenyl-1-picryl-hydrazyi)
Pengujian aktivitas antioksidan senyawa-senyawa bahan alam atau sintetis (analisis kuantitatif) dapat dilakukan secara kimia dengan menggunakan DPPH yaitu dengan melihat proses peredaman pada panjang gelombang maksimum menggunakan spekrofotometer UV-VIS. Larutan DPPH yang awalnya berwarna ungu setelah bereaksi dengan antioksidan alami akan membentuk warna kuning. Semakin tinggi kandungan antioksidan maka warna ungu pada larutan DPPH akan semakin berkurang dan membentuk warna kuning. Pemudaran warna akan mengakibatkan penurunan nilai absorbansi sinar tampak dari spektofotometer (Krismawati, 2007; Molyneux, 2004). N N NO2 NO2 O2N
+
A H N NH NO2 NO2 O2N+
A DPPH DPPH-HGambar 1. Reaksi DPPH dan Antioksidan (Molyneux, 2004).
Aktivitas antioksidan dinyatakan dengan IC50 (Inhibition Concentration). Pengukuran absorbansi dilakukan pada λmaks 515 nm. Berdasarkan hasil penelitian, didapat nilai IC50 pada ekstrak metanol daun bongkal sebesar 10 ppm, sedangkan nilai IC50 pada vitamin C sebesar 3 ppm. Hal ini menunjukkan ekstrak metanol daun bongkal memiliki kekuatan aktivitas antiokidan sebesar sepertiga dari vitamin C, namun kekuatan aktivitas antioksidan yang dimiliki oieh ekstrak daun bongkal tergolong kuat karena memiliki niiai lC50 kurang dan 200 ppm (Silalahi, 2010).
Kemampuan aktivitas antioksidan ekstrak metanol daun bongkal diduga karena senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada ekstrak. Senyawa flavonoid dan polifenol diduga merupakan senyawa yang berperan terhadap aktivitas antioksidan. Aktivitas antioksidan yang terjadi pada senyawa flavonoid dan polifenol dikarenakan senyawa tersebut adalah senyawa fenol, yaitu senyawa dengan gugus -OH yang terikat pada karbon cincin aromatik. Senyawa
61 fenol ini mempunyal kemampuan untuk menyumbangkan atom hidrogen, sehingga radikal DPPH dapat tereduksi menjadi bentuk yang Iebih stabil (Fessenden dan Fessenden, 1994).
Uji Toksisitas menggunakan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)
Pengujian aktivitas sitotoksik dapat dilakukan dengan metode BSLT (Brine Shrimp Lethality Test) menggunakan larva udang Artemia salina. Ekstrak dari sampel akan dilihat toksisitasnya dalam mematikan larva udang yang telah diberi perlakuan dengan konsentrasi 10, 100 dan 1000 ppm. Hasil pengamatan persentase kematian
Artemia salina setelah 24 jam pada ekstrak daun bongkal yang larut dalam air laut terlihat dalam Tabel 2.
Tabel 2. Persentase Kematian Larva Udang
Artemia Salina Terhadap Ekstrak Daun Bongkal. Keterangan Jumlah Hewan Uji Konsentrasi (ppm) (%) kematian Kelompok 1 10 10 10 Kelompok 2 10 100 36,7 Kelompok 3 10 100 100 LC50 10 363 50
Berdasarkan nilai persentase kematian pada Tabel 2 terlihat bahwa semakin besar nilai konsentrasi ekstrak, maka kematian pada larva udang Artemia juga semakin besar. Dengan kata lain, secara bertahap meningkatnya kematian larva udang Artemia disebabkan oleh peningkatan konsentrasi dalam ekstrak (Apu, 2013).
Meyer et.aI (1982) menyatakan bahwa suatu ekstrak menunjukkan toksisitas dalam BSLT jika ekstrak dapat menyebabkan kematian 50% hewan uji pada konsentrasi <1000 ppm. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pengaruh yang dihasilkan ekstrak daun bongkal mampu menyebabkan kematian 50% Artemia salina dengan nilai LC50 sebesar 363 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak metanol daun bongkal memiliki sifat sitotoksik pada konsentrasi 363 ppm.
Kemampuan sitotoksik ekstrak tanaman ini diduga karena pengaruh dari senyawa metabolit sekunder yang terkandung di tanaman tersebut, dimana pada kadar tertentu memiliki potensi toksisitas serta dapat menyebabkan kematian larva Artemia salina dengan menghambat daya makan larva (Widianti, 2012).
SIMPULAN
Daun bongkal memiliki kandungan senyawa metabolit sekunder alkaloid, flavonoid, polifenol dan steroid. Aktivitas antioksidan ekstrak daun bongkal tergolong kuat dengan nilai IC50 sebesar 10 ppm berpotensi sebagai antioksidan alami. Uji sitotoksik menunjukan bahwa ekstrak metanol daun bongkal memiliki nilai LC50 sebesar 363 ppm dan bersifat sitotoksik.
DAFTAR PUSTAKA
Amaka, A.P., 2010., Antimicrobial and Phytochemichal Screening of Nauclea latifolia, Nnamdi Azikiwe University, Awka, Thesis.
Apu A. S., Bhuyan, S.H., Khatun, F., Liza, M.S., Matin, M., Hossain, F.M., 2013, Assessment of Cytotoxic Activity of Two Medicinal Plants Using Brine Shrimp (Artemia Salina) As an Experimental Tool,
International Journal of Pharmaceutical Sciences and Research, 4(3): 1125-1130.
Fatin, R.J, Wahab, R., Daud, J.M, Sudin, M., Rasat, M.S. and Sulaiman, 0., 2012, Study on Methanolic Extracts of Nauclea subdita
(Korth) Steud. Heartwood Parts for the Total Phenolic Contents and Free Radical Scavenging, Current Research Journal of Biological Sciences, 4(5): 600-607.
Fessenden, R.J., dan Fessenden, J.S., 1994,
Kimia Organik, Jilid I Edisi ketiga, Alih Bahasa: Aloysius Hadyana Pudjaatmaka Hal: 223-239, Erlangga, Jakarta
Harbone, J.B., 1987, Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan, Edisi Kedua, ITB, Alih Bahasa: Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro, Bandung.
Harliansyah, 2001., Mengunyah Halia Menyah Penyakit, Indonesian Student Association in Malaysia, Paksi Jurnal.
He, Zhen-Dan., Cui-Ying, Ma., Hong-Jie Zhanga., Tan, G.T., Tameza, P., Sydarab, K., Bouamanivongb, S., Southavongb, B., Soejartob, D.D., Pezzutoa, J.M. and Fong, H.H.S., 2005, Antimalaria, Constituents from Nauclea orientalis (L.), L., J. Chemistry & Biodiversity: 2(10):1378-86. Khanahmadi, M., Rezzadeh, S.H., Taran, M.,
2010, In Vitro Antimicrobial and Antioxidant Properties of Smyrnium Cordifolium Boiss (Umbelliferae) Extract, Department of Chemistry, Kermanshah Branch of ACECR,
62 Kermanshah, Iran, Asian Journal of Plant Sciences 9 (2): 99-103.
Krismawati, A., (2007), Pengaruh Ekstrak Tanaman Ceremai, Delima Putih, Jati Belanda, Kecombrang, dan Kemuning Secara In Vitro Terhadap Proliferasi Sel Limfosit Manusia, Skripsi.
Lemmens R.H.M.J., dan Bunyapraphatsara N., 2003., Medicinal and Poisonous Plants 3: Prosea Foundation, Bogor-Indonesia, Plant Resources of Southeast Asia, 12 (3): 212-213.
Lim, S.C., K.S. Gan and K.T. Choo, 2004. Identification and Utilization of Lesser-Known Commercial Timbers in Peninsular Malaysia 1: Ara, Bangkal, Bebusok and Bekoi. Publications Branch, FRIM, 29: 139-258.
McLaughlin, J.L., and Rogers, L.L., 1998, The Use Of Biological Assays To Evaluate Botanicals, Drug Information Journal, 32: 513-517.
Meyer B. N., Ferrigni N.R., Putnam J.E., Jacobsen L.B., Nichols D.E and McLaughlin JL., 1982, Brine Shrimp: a convenient general bioassay for active plant constituents. Planta Medica; 45: 31-34.
Molyneux, P., 2004, The Use of Stable Free Radical Diphenyl-picrylhydrazyl (DPPH) for Estimating Antioxidant Activity,
Songklanakarin J. Sci. Technol: 26 No. 2 : 211-219.
Silalahi, R. M., 2010, Karakterisasi Simplisia, Skrining Fitokimia Dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Fraksi Bunga Tumbuhan Brokoli (Brassicaoleracea L. var. botrytis L.), Skripsi.
Widianti, W., 2012. Potensi Antioksidan Dan Sitotoksisitas Ekstrak Buah Ceremai (Phyllantus acidus.L), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor, Bogor, Skripsi.