• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN LAS DASAR PADA SISWA KELAS X SMK N 2 DEPOK MENGGUNAKAN MODUL MENGELAS DENGAN SMAW.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN LAS DASAR PADA SISWA KELAS X SMK N 2 DEPOK MENGGUNAKAN MODUL MENGELAS DENGAN SMAW."

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Teknik

Oleh

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Teknik

Oleh

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Teknik

(2)

ii

Kelas X SMK N 2 Depok Menggunakan Modul mengelas dengan SMAW ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diujikan.

Yogyakarta, Juni 2012 Pembimbing

Drs. Riswan Dwi Djatmiko, M. Pd. NIP 19640302 198901 1 001

ii

Kelas X SMK N 2 Depok Menggunakan Modul mengelas dengan SMAW ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diujikan.

Yogyakarta, Juni 2012 Pembimbing

Drs. Riswan Dwi Djatmiko, M. Pd. NIP 19640302 198901 1 001

ii

Kelas X SMK N 2 Depok Menggunakan Modul mengelas dengan SMAW ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diujikan.

Yogyakarta, Juni 2012 Pembimbing

(3)

iii

Kelas X SMK N 2 Depok Menggunakan Modul mengelas dengan SMAW ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 15 Juni 2012 dan dinyatakan lulus.

Kelas X SMK N 2 Depok Menggunakan Modul mengelas dengan SMAW ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 15 Juni 2012 dan dinyatakan lulus.

(4)

iv

sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Yogyakarta, Juni 2012 Penulis

Kuncoro Jati NIM 05503241024

iv

sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Yogyakarta, Juni 2012 Penulis

Kuncoro Jati NIM 05503241024

iv

sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Yogyakarta, Juni 2012 Penulis

(5)

v

Jika kamu tidak bias mengubah takdirmu, berusahalah untuk mengubah sikapmu

Kemenangan yang sebenarnya bukanlah kemenangan itu sendiri.. Kemenangan adalah ketika berani menerima kekalahan dan mampu bangkit dari keterpurukan

v

Jika kamu tidak bias mengubah takdirmu, berusahalah untuk mengubah sikapmu

Kemenangan yang sebenarnya bukanlah kemenangan itu sendiri.. Kemenangan adalah ketika berani menerima kekalahan dan mampu bangkit dari keterpurukan

v

Jika kamu tidak bias mengubah takdirmu, berusahalah untuk mengubah sikapmu

(6)

vi

Kupersembahkan karya sederhana ini kepada: Bundaku tercinta, dan tersayang Afiat Noorsiwi

Ayahanda tersayang Zubari Sutanto

Doa tulus kepada ananda seperti air dan tak pernah berhenti yang terus mengalir, pengorbanan, motivasi, kesabaran, ketabahan dan tetes air matamu yang terlalu mustahil untuk dinilai,

walaupun jauh, engkaulah sebaik baik panutan meski tidak selalu sempurna Adikku Tersayang Jatu Arifa Fahmi dan Jatmi Adnan Alwi

Terima kasih atas Kebersamaan, dukungan, doa, kasih sayang, dan perhatianmu padaku. Maafkan jika kakakmu belum bisa menjadi kakak yang baik, semoga engkau selalu jadi yang

terbaik

My Love Annisa Nurrachmani

Terima kasih atas kasih sayang, perhatian, dan kesabaran yang telah diberikan, serta semangat yang selalu engkau percikan guna menyelesaikan proyek Akhir ini, semoga engkau pilihan yang

terbaik buatku dan masa depanku .

vi

Kupersembahkan karya sederhana ini kepada: Bundaku tercinta, dan tersayang Afiat Noorsiwi

Ayahanda tersayang Zubari Sutanto

Doa tulus kepada ananda seperti air dan tak pernah berhenti yang terus mengalir, pengorbanan, motivasi, kesabaran, ketabahan dan tetes air matamu yang terlalu mustahil untuk dinilai,

walaupun jauh, engkaulah sebaik baik panutan meski tidak selalu sempurna Adikku Tersayang Jatu Arifa Fahmi dan Jatmi Adnan Alwi

Terima kasih atas Kebersamaan, dukungan, doa, kasih sayang, dan perhatianmu padaku. Maafkan jika kakakmu belum bisa menjadi kakak yang baik, semoga engkau selalu jadi yang

terbaik

My Love Annisa Nurrachmani

Terima kasih atas kasih sayang, perhatian, dan kesabaran yang telah diberikan, serta semangat yang selalu engkau percikan guna menyelesaikan proyek Akhir ini, semoga engkau pilihan yang

terbaik buatku dan masa depanku .

vi

Kupersembahkan karya sederhana ini kepada: Bundaku tercinta, dan tersayang Afiat Noorsiwi

Ayahanda tersayang Zubari Sutanto

Doa tulus kepada ananda seperti air dan tak pernah berhenti yang terus mengalir, pengorbanan, motivasi, kesabaran, ketabahan dan tetes air matamu yang terlalu mustahil untuk dinilai,

walaupun jauh, engkaulah sebaik baik panutan meski tidak selalu sempurna Adikku Tersayang Jatu Arifa Fahmi dan Jatmi Adnan Alwi

Terima kasih atas Kebersamaan, dukungan, doa, kasih sayang, dan perhatianmu padaku. Maafkan jika kakakmu belum bisa menjadi kakak yang baik, semoga engkau selalu jadi yang

terbaik

My Love Annisa Nurrachmani

Terima kasih atas kasih sayang, perhatian, dan kesabaran yang telah diberikan, serta semangat yang selalu engkau percikan guna menyelesaikan proyek Akhir ini, semoga engkau pilihan yang

(7)

vii

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul Efektivitas Pembelajaran Las Dasar pada Siswa Kelas X SMK N 2 Depok Menggunakan Modul mengelas dengan SMAW ini dibuat guna memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Teknik Mesin di Universitas Negeri Yogyakarta.

Dalam kesempatan ini penulis bermaksud mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini, pihak-pihak tersebut antara lain sebagai berikut.

1. Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A. selaku Rektor Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dr. Moch Bruri Triyono, selaku Dekan Fakultas Teknik UNY.

3. Dr. Wagiran, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Teknik UNY.

4. Drs. Riswan Dwi Djatmiko, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan banyak waktu untuk memberikan bimbinagn dan masukan kepada penulis.

5. Arif Marwanto, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan dorongan.

(8)

viii 2 Depok Sleman.

9. Seluruh Staf Pengajar dan Karyawan Jurusan Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Teknik UNY.

10. Kedua orang tuaku, adik-adikku dan kekasihku tercinta yang dengan sabar dan kasih sayang memberi semangat.

11. Sahabat-sahabatD Ganderz

12. Teman-teman angkatan 2005 yang telah memberikan bantuan dan dorongan dalam pembuatan skripsi ini.

13. Serta semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu per satu di dalam laporan ini.

Skripsi ini masih banyak kekurangan, sehingga diharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk memyempurnakannya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang membutuhkan informasi yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.

Yogyakarta, Juni 2012

(9)

ix

HALAMAN PENGESAHAN... iii

PERNYATAAN... iv

MOTTO... v

PERSEMBAHAN... vi

KATA PENGANTAR... vii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

ABSTRAK... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

G. Batasan Istilah ... 6

BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Kegiatan Belajar Mengajar... 9

2. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Sistem Pembelajaran ... 11

3. Efektivitas Pembelajaran... 14

4. Media Pembelajaran... 15

5. Modul ... 21

(10)

x BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian... 36

B. Variabel Penelitian ... 38

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

D. Subyek Penelitian... 38

E. Prosedur penelitian 1. Pengukuran Sebelum Eksperimen ... 39

2. Pelaksanaan Eksperimen ... 39

3. Pengukuran Sesudah Eksperimen ... 41

F. Pengumpulan Data 1. Instrumen Pengumpulan Data ... 42

a. Instrumen Penelitian... 42

b. Validitas ... 44

c. Reliabilitas ... 44

2. Teknik Pengumpulan Data ... 46

G. Teknik Analisis Data... 46

H. Kriteria Efektivitas Pembelajaran ... 47

I. Definisi Operasional Variabel... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Prestasi Belajar Sebelum Perlakuan a. Data SkorPretestKelompok Eksperimen ... 49

b. Data SkorPretestKelompok Kontrol ... 51

2. Prestasi Belajar Setelah Perlakuan a. Data SkorPosttestKelompok Eksperimen ... 53

(11)

xi

3. Perbedaan Tingkat Ketercapaian Kriteria Ketuntasan Minimal

antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol... 59

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 65

B. Implikasi... 66

C. Saran... 66

D. Keterbatasan Penelitian ... 67

DAFTAR PUSTAKA... 68

(12)

xii

(13)

xiii Histogram Distribusi Frekuensi Skor Pretest Kelompok Eksperimen...

Histogram Distribusi Frekuensi Skor Pretest Kelompok Kontrol... .. Histogram Distribusi Frekuensi Skor Posttest Kelompok

Eksperimen ...

Histogram Distribusi Frekuensi Skor Posttest Kelompok Kontrol... . Histogram Perbandingan Rerata Pretest Kelompok

Eksperimen dan Kelompok kontrol... ...

(14)

xiv

(15)

xv

KUNCORO JATI NIM 05503241024

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan prestasi belajar siswa kelas X SMK N 2 Depok pada mata pelajaran las dasar setelah menggunakan modul Mengelas dengan SMAW, mengukur efektivitas PBM menggunakan modul Mengelas dengan SMAW dan mendeskripsikan perbedaan efektivitas antara PBM menggunakan modul Mengelas dengan SMAW dan PBM secara konvensional.

Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimenen, dan ini berupaya memberikan perlakuan tertentu terhadap suatu kelompok sehingga dampak atau pengaruhnya dapat diketahui melalui pengukuran. Desain penelitian yang digunakan adalahpretest-posttest nonequivalent control group design. Dalam desain ini subjek ditempatkan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua kelompok diberi pretest untuk mengetahui tingkat kondisi subjek yang berkenaan dengan vaiabel terikat. Hasil tes digunakan untuk melihat perbedaan awal kedua kelompok. Perlakuan diberikan hanya kepada subjek-subjek eksperimen untuk waktu tertentu. Setelah itu memberikan posttest pada kedua kelompok untuk membandingkan hasilnya.

Data hasil posttest kelompok eksperimen yang diajar menggunakan modul Mengelas dengan SMAW menunjukkan rerata nilai posttest kelompok eksperimen adalah 76,02 dengan median 73,33; modus 70 dan simpangan baku 6,29. Prestasi belajar siswa pada kelompok eksperimen meningkat dengan ketercapaian KKM 70 sebesar 100% setelah adanya perlakuan, sedangkan siswa pada kelompok kontrol dengan pembelajaran konvensional sebesar 40,63%. Selisih ketercapaian KKM kelompok eksperimen dan kontrol sebesar 59,37%. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan modul Mengelas dengan SMAW sangat efektif diterapkan pada siswa kelas X SMK N 2 Depok dan pembelajaran las dasar menggunakan modul Mengelas dengan SMAW lebih efektif daripada pembelajaran secara konvensional.

Kata kunci : evektivitas, modul, prestasi

xv

KUNCORO JATI NIM 05503241024

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan prestasi belajar siswa kelas X SMK N 2 Depok pada mata pelajaran las dasar setelah menggunakan modul Mengelas dengan SMAW, mengukur efektivitas PBM menggunakan modul Mengelas dengan SMAW dan mendeskripsikan perbedaan efektivitas antara PBM menggunakan modul Mengelas dengan SMAW dan PBM secara konvensional.

Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimenen, dan ini berupaya memberikan perlakuan tertentu terhadap suatu kelompok sehingga dampak atau pengaruhnya dapat diketahui melalui pengukuran. Desain penelitian yang digunakan adalahpretest-posttest nonequivalent control group design. Dalam desain ini subjek ditempatkan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua kelompok diberi pretest untuk mengetahui tingkat kondisi subjek yang berkenaan dengan vaiabel terikat.Hasil tes digunakan untuk melihat perbedaan awal kedua kelompok. Perlakuan diberikan hanya kepada subjek-subjek eksperimen untuk waktu tertentu. Setelah itu memberikan posttest pada kedua kelompok untuk membandingkan hasilnya.

Data hasil posttest kelompok eksperimen yang diajar menggunakan modul Mengelas dengan SMAW menunjukkan rerata nilai posttest kelompok eksperimen adalah 76,02 dengan median 73,33; modus 70 dan simpangan baku 6,29. Prestasi belajar siswa pada kelompok eksperimen meningkat dengan ketercapaian KKM 70 sebesar 100% setelah adanya perlakuan, sedangkan siswa pada kelompok kontrol dengan pembelajaran konvensional sebesar 40,63%. Selisih ketercapaian KKM kelompok eksperimen dan kontrol sebesar 59,37%. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan modul Mengelas dengan SMAW sangat efektif diterapkan pada siswa kelas X SMK N 2 Depok dan pembelajaran las dasar menggunakan modul Mengelas dengan SMAW lebih efektif daripada pembelajaran secara konvensional.

Kata kunci : evektivitas, modul, prestasi

xv

KUNCORO JATI NIM 05503241024

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan prestasi belajar siswa kelas X SMK N 2 Depok pada mata pelajaran las dasar setelah menggunakan modul Mengelas dengan SMAW, mengukur efektivitas PBM menggunakan modul Mengelas dengan SMAW dan mendeskripsikan perbedaan efektivitas antara PBM menggunakan modul Mengelas dengan SMAW dan PBM secara konvensional.

Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimenen, dan ini berupaya memberikan perlakuan tertentu terhadap suatu kelompok sehingga dampak atau pengaruhnya dapat diketahui melalui pengukuran. Desain penelitian yang digunakan adalahpretest-posttest nonequivalent control group design. Dalam desain ini subjek ditempatkan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua kelompok diberi pretest untuk mengetahui tingkat kondisi subjek yang berkenaan dengan vaiabel terikat.Hasil tes digunakan untuk melihat perbedaan awal kedua kelompok. Perlakuan diberikan hanya kepada subjek-subjek eksperimen untuk waktu tertentu. Setelah itu memberikan posttest pada kedua kelompok untuk membandingkan hasilnya.

Data hasil posttest kelompok eksperimen yang diajar menggunakan modul Mengelas dengan SMAW menunjukkan rerata nilai posttest kelompok eksperimen adalah 76,02 dengan median 73,33; modus 70 dan simpangan baku 6,29. Prestasi belajar siswa pada kelompok eksperimen meningkat dengan ketercapaian KKM 70 sebesar 100% setelah adanya perlakuan, sedangkan siswa pada kelompok kontrol dengan pembelajaran konvensional sebesar 40,63%. Selisih ketercapaian KKM kelompok eksperimen dan kontrol sebesar 59,37%. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan modul Mengelas dengan SMAW sangat efektif diterapkan pada siswa kelas X SMK N 2 Depok dan pembelajaran las dasar menggunakan modul Mengelas dengan SMAW lebih efektif daripada pembelajaran secara konvensional.

(16)

1

!" #$ $ %!#&% !# $ "! ! ! ' !( !$ !(! ) ! #* "+ ," %#) ! " - $ $ " $ & $ .# /$ $ 0 #*" 0*+ 20 1 -! 2003

! ) -' /$ $ 0 #* " ) %2 !# )

! $ ) ! ' #% %$ ) ) # ) % 2

$ " % 3 %$ # -$ ! ) #4 )% !( ! ! !

) % ) * # #% $ $ %($ !# )% $

) % qwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional tersebut, pendidikan perlu dikelola secara profesional.

(17)

kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.

Peningkatan mutu pendidikan terlihat dari peningkatan kualitas komponen-komponen sistem pendidikan, dalam hal ini komponen yang paling berpengaruh terhadap peningkatan mutu pendidikan adalah komponen yang bersifat human resourses dan perhatian yang lebih banyak adalah pada tenaga pendidik/guru. Mutu pendidikan dapat terwujud jika proses pembelajaran diselenggarakan secara efektif, artinya proses belajar mengajar (PBM) dapat berjalan secara lancar, terarah dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. PBM dapat efektif apabila mampu mengembangkan konsep generalisasi serta bahan abstrak menjadi hal yang jelas dan nyata, mampu melayani perkembangan belajar peserta didik yang berbeda-beda dan melibatkan peserta didik secara aktif dalam pengajaran sehingga PBM mampu mencapai tujuan sesuai program yang telah diterapkan.

(18)

Permasalahan-permasalahan tersebut juga muncul pada pembelajaran las dasar. Dari pengamatan PBM, tampak bahwa motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran perlu mendapat perhatian. Hal ini terlihat dari antusiasme, kesadaran dan kemauan untuk bertanya dan mengutarakan ide sebagai upaya memahami materi masih rendah. Perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran masih kurang. Siswa kurang berani bertanya atau mengutarakan idenya walaupun guru mengajukan pertanyaan. Keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas latihan juga kurang. Kemandirian siswa dalam belajar dan respon dalam mengerjakan tugas juga masih perlu ditingkatkan.

(19)

Keefektifan penggunaan modul dalam pembelajaran las dasar perlu diuji coba melalui penelitian tentang efektivitas pembelajaran las dasar menggunakan modul Mengelas dengan SMAW. Faktor inilah yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian tentang Efektivitas Pembelajaran Las Dasar pada Siswa Kelas X SMK N 2 Depok Menggunakan Modul Mengelas dengan SMAW.

567 8 9: ;< =<> ?@<A?@ ?B ?C

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut.

1. Pemahaman siswa pada mata diklat las dasar masih kurang.

2. Perhatian siswa dalam mengikuti proses pembelajaran las dasar masih kurang.

3. Kurangnya keaktifan siswa pada proses pembelajaran las dasar baik dalam hal penerimaan teori maupun praktik.

4. Kurangnya kemandirian siswa dalam mengikuti proses pembelajaran las dasar.

5. Kurangnya media pembelajaran dalam meningkatkan hasil pembelajaran las dasar di SMK N 2 Depok.

6. Hasil belajar yang diperoleh siswa dengan proses pembelajaran saat ini masih rendah.

(20)

DEFG HI JKJLJ MNJL JOJ P

Berdasarkan identifikasi masalah yang cukup bervariasi tersebut, maka masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini dibatasi pada efektivitas pembelajaran las dasar pada siswa kelas X SMK N 2 Depok menggunakan modul Mengelas dengan SMAW. Pembatasan masalah tersebut dipilih terkait dengan adanya masalah, yaitu kondisi siswa yang terlihat pada proses pembelajaran masih menunjukkan kurangnya pemahaman, perhatian, keaktifan dan kemandirian sehingga hasil belajar rendah. Penelitian ini dibatasi pada masalah tersebut karena salah satu media yang dapat digunakan pada pembelajaran las dasar adalah modul Mengelas dengan SMAW yang sudah dikembangkan dan dapat diterapkan pada siswa untuk meningkatkan prestasi belajar. Prestasi belajar yang meningkat menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilakukan efektif.

QER S HS LJ MNJL JOJ P

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana prestasi belajar siswa kelas X SMK N 2 Depok pada mata pelajaran Las Dasar setelah menggunakan modul Mengelas dengan SMAW? 2. Seberapa tinggi efektivitas PBM menggunakan modul Mengelas dengan

SMAW pada Pembelajaran Las Dasar Siswa Kelas X SMK N 2 Depok? 3. Adakah perbedaan efektivitas antara PBM menggunakan modul Mengelas

(21)

TUVW XWYZ[\Z\] ^_^YZ

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan prestasi belajar siswa kelas X SMK N 2 Depok pada mata

pelajaran Las Dasar setelah menggunakan modul Mengelas dengan SMAW. 2. Mengukur efektivitas PBM menggunakan modul Mengelas dengan SMAW

pada Pembelajaran Las Dasar Siswa Kelas X SMK N 2 Depok.

3. Mendeskripsikan perbedaan efektivitas antara PBM menggunakan modul Mengelas dengan SMAW dan PBM secara konvensional.

`UaYZbYY_[\Z\] ^_^YZ 1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai pengayaan kajian keilmuan yang memberikan bukti secara ilmiah tentang keefektifan penggunaan modul Mengelas dengan SMAW pada pembelajaran las dasar.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak baik guru, siswa, sekolah dan peneliti dalam pengguaan modul sebagai media pembelajaran.

cUdY_Y eYZf e_ ^]Y g

(22)

penelitian ini adalah pembelajaran las dasar menggunakan modul Mengelas dengan SMAW.

2. Mengelas adalah suatu proses penyambungan dua buah benda atau lebih (ferro dan nonferro) dengan memanaskan bagian-bagian benda yang akan disambung hingga mencair dan berpadu menjadi satu.

3. SMAW (Shielded Metal Arc Welding) merupakan suatu teknik pengelasan dengan menggunakan arus listrik berbentuk busur arus dan elektroda berselaput.

4. Modul adalah bahan belajar terprogram yang disusun sedemikian rupa dan disajikan secara terpadu, sistematis serta terperinci. Modul dalam hal ini adalah modul Mengelas dengan SMAW.

5. Modul Mengelas dengan SMAW merupakan modul pembelajaran yang berisi materi, pedoman guru dalam mengajar, lembar kegiatan siswa, lembar kerja, kunci lembaran kerja, lembar tes, kunci lembaran tes dan lembar evaluasi mengenai Mengelas dengan SMAW.

(23)
(24)

9

Kajian teori ini merupakan penjelasan teori yang relevan dengan fokus penelitian, seperti yang tertera dalam tujuan penelitian di muka. Kajian teoretis yang akan dipaparkan adalah hakikat kegiatan belajar mengajar, faktor yang memengaruhi proses pembelajaran, media pembelajaran, modul pembelajaran, prestasi belajar siswa dan pengaruh modul terhadap prestasi belajar siswa.

i rs tu v wxy uxntzw x { r |} v xv} ~

ktx} ~} €

h t}‚}wƒt€ }‚}w

Kegiatan belajar mengajar merupakan satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah. Kegiatan belajar adalah kegiatan yang primer dalam kegiatan belajar-mengajar tersebut. Sedangkan kegiatan mengajar merupakan kegiatan sekunder yang dimaksudkan untuk dapat terjadinya kegiatan belajar yang optimal (Moedjiono, 1991: 1).

Situasi yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar yang optimal adalah suatu situasi ketika siswa dapat berinteraksi dengan guru dan/atau bahan pembelajaran di tempat tertentu yang telah diatus dalam rangka mencapai tujuan. Selain itu, situasi tersebut dapat lebih mengoptimalkan kegiatan belajar bila menggunakan metode dan/atau media yang tepat. Agar dapat diketahui keefektifan kegiatan belajar-mengajar, maka setiap proses dan hasilnya harus dievaluasi.

(25)

belajar mengajar tersebut adalah siswa, guru, tujuan, isi pelajaran, metode, media dan evaluasi. Komponen-komponen tersebut saling berinteraksi satu dengan yang lain dan bermuara pada tujuan.

Kegiatan mengajar yang merupakan kegiatan sekunder sering disebut sebagai pembelajaran. Pembelajaran dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Bab I Pasal 1) merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Sistem pembelajaran yang merupakan subsistem dari sistem pendidikan memiliki komponen-komponen tertentu yang dapat memengaruhi sistem yang lebih luas, dalam hal ini sosial masyarakat (Depdikbud, 2008: 139-140).

Lebih lanjut dalam Depdikbud (2008: 140) disebutkan bahwa pembelajaran dikatakan sebagai suatu sistem karena pembelajaran adalah kegiatan yang bertujuan, yaitu membelajarkan siswa. Proses pembelajaran merupakan rangkaian kegiatan yang melibatkan berbagai komponen. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk memahami sistem pembelajaran supaya memahami tujuan pembelajaran, proses kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan, pemanfaatan setiap komponen dalam proses kegiatan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai dan bagaimana mengetahui keberhasilan pencapaian tersebut.

(26)

perencanaan yang sistematis dalam proses pembelajarann memiliki beberapa keuntungan, diantaranya: (a) guru akan terhindar dari keberhasilan secara untung-untungan, (b) setiap guru dapat menggambarkan berbagai hambatan yang mungkin akan dihadapi sehingga dapat menentukan strategi yang dapat dilakukan dan (c) guru dapat menentukan berbagai langkah dalam memanfaatkan berbagai sumber dan fasilitas yang ada untuk ketercapaian tujuan.

„… †‡ˆ ‰Š‹-faktor yang Berpengaruh terhadap Sistem Pembelajaran

Dalam Depdikbud (2008: 140-144) disebutkan beberapa faktor yang dapat memengaruhi kegiatan proses sistem pembelajaran. Faktor-faktor tersebut di antaranya sebagai berikut.

a. Faktor Guru

Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Guru yaitu seseorang yang bertindak sebagai pengelola kegitatan pembelajaran. Tanpa guru, strategi sebaik apapun tidak dapat diaplikasikan. Keberhasilan suatu strategi akan bergantung pada kepiawaian guru dalam menggunakan metode, teknik, dan taktik pembelajaran. Peran guru pada pendidikan dasar tidak mungkin digantikan oleh perangkat lain seperti televisi, radio, komputer dan lain sebagainya.

(27)

pembelajaran (manager of learning). Dengan demikian, efektivitas proses pembelajaran terletak di pundak guru. Oleh karenanya, keberhasilan suatu proses pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas atau kemampuan guru. Guru harus dapat memilih strategi dan media pembelajaran yang sesuai bagi siswa.

b. Faktor Siswa

Siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya. Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh aspek kepribadiannya, akan tetapi tempo dan irama perkembangan masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu sama. Proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh perkembangan anak yang tidak sama di samping karakteristik lain yang melekat pada diri anak.

Selain aspek tersebut, ada pula aspek latar belakang siswa yang meliputi jenis kelamin, tempat kelahiran, tempat tinggal, tingkat sosial ekonomi siswa, asal keluarga dan sebagainya. Sikap dan penampilan siswa di dalam kelas juga merupakan aspek lain yang memengaruhi proses pembelajaran.

c. Faktor Sarana dan Prasarana

(28)

sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil dan sebagainya. Kelengkapan sarana prasarana akan membantu guru dalam penyelenggaraan proses pembelajaran.

Kelengkapan sarana prasarana dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa dan guru dalam mengajar. Ketersediaan sarana yang lengkap memungkinkan guru memiliki berbagai pilihan dalam mengajar.

d. Faktor Media

Media merupakan bahan pembelajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada para siswa agar mereka dapat mencapai tujuan. Media adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memeroleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.

e. Faktor Lingkungan

(29)

Faktor yang dibahas dalam penelitian ini adalah faktor media. Media pembelajaran memiliki peran penting dalam kebehasilan proses pembelajaran dan pencapaian tujuan pembelajaran.

3. Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas berasal dari bahasa Inggris effective yang berarti berhasil, tepat atau manjur. Efektivitas menunjukan taraf tercapainya suatu tujuan. Suatu usaha dikatakan efektif jika dengan usaha itu dapat mencapai tujuan. Di dalam kamus bahasa Indonesia, efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efektif, pengaruh atau akibat. Dari uraian di atas dapat dijelaskan kembali bahwa efektivitas merupakan keterkaitan antara tujuan dan hasil yang dinyatakan dan menunjukan derajat kesesuaian antara tujuan yang dinyatakan dengan hasil yang dicapai.

Efektivitas pembelajaran adalah suatu pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan (http://starawaji.wordpress.com/2009/03/01/efektivitas-pembelajaran/).

(30)

Kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus dicapai atau diselesaikan oleh peserta didik untuk mendapatkan ijazah. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, daya serap diartikan sebagai kemampuan seseorang atau sesuatu dalam menyerap. Daya serap yang di maksud di sini adalah kemampuan siswa untuk menyerap atau menguasai materi las dasar. Daya serap siswa pada materi las dasar dibuktikan dengan prestasi belajar siswa pada mata diklat las dasar. Ukuran efektivitas pembelajaran las dasar menggunakan modul Mengelas dengan SMAW adalah ketercapaian kriteria ketuntasan minimal (KKM) 70.

4. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin Medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar (Azhar Arsyad, 2005: 3). Senada dengan hal tersebut, Latuheru (1988:14) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah semua alat (bantu) atau benda yang digunakan dalam kegiatan belajar-mengajar, dengan maksud untuk menyampaikan pesan (informasi) pembelajaran dari sumber (guru maupun sumber lain) kepada penerima (dalam hal ini anak didik ataupun warga belajar).

(31)

Sadiman, dkk (2005:3) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.National Education Association/NEA memberikan definisi media sebagai bentuk-bentuk baik tecetak maupun audio-visual dan peralatanya, dengan demikian media dapat dimanipulasi, dilihat, didengar atau dibaca (Sadiman, dkk., 2005 : 7).

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaruan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar. Menurut Hamalik (1994:6), guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pembelajaran, yang meliputi: 1) media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar-mengajar, 2) fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan, 3) seluk-beluk proses belajar, 4) hubungan antara metode mengajar dengan media pendidikan, 5) nilai atau manfaat pendidikan dalam pengajaran, 6) pemilihan dan penggunaan media pendidikan, 7) berbagai jenis dan alat teknik media pendidikan dan 8) media pendidikan dalam setiap mata pelajaran.

(32)

b. Penggunaan Media Pembelajaran

Pemerolehan pengetahuan dan keterampilan, perubahan-perubahan sikap dan perilaku dapat terjadi karena interkasi antara pengalaman baru dengan pengalaman yang pernah dialami sebelumnya. Menurut Azhar Arsyad (2005: 11), salah satu yang banyak dijadikan acuan sebagai landasan teori penggunaan media dalam proses belajar mengajar adalah Dale s Cone of Experience (kerucut Pengalaman Dale). Pengaruh media dalam pembelajaran dapat dilihat dari jenjang pengalaman belajar yang akan diterima oleh peserta didik. Jenjang dalam segitiga dibagi menjadi Sembilan jenjang, setiap jenjang menunjukan penggunaan media dalam pembelajaran.

(33)

Abstrak

Lambang kata

Lambang Visual Gambar hidup Gambar hidup pameran

Televisi Karyawisata

Dramatisasi Benda Tiruan/Pengamatan Kongkret Pengalaman Langsung

Gambar 1: Kerucut Pengalaman Edgar Dale (Arsyad Azhar, 2005: 11)

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan media pembelajaran yang baik adalah penggunaan media yang bisa menggabungkan antara indera pandang, indera dengar dan indera lainnya pada saat pembelajaran, sehingga kemampuan media dan materi yang diberikan untuk bisa terserap oleh siswa didik akan lebih banyak.

c. Fungsi Media Pembelajaran

(34)

menjelaskan bahwa penggunaan media pengajaran pada tahap orientasi pengajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian dan isi pelajaran pada saat itu, maka disamping itu juga membangkitkan motivasi, minat siswa dan juga membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadakan informasi.

d. Pengenalan Beberapa Media Pembelajaran

Menurut Azhar Arsyad (2005 : 29), perkembangan teknologi media pembelajaran dapat dikelompokan ke dalam empat kelompok, yaitu: 1) Media hasil teknologi cetak, 2) Media hasil teknilogi audio visual, 3) Media teknologi yang berdasarkan komputer dan 4) Media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer

(35)

e. Pemilihan Media

Heinich dkk. dalam Azhar Arsyad (2005: 67-69), mengajukan model perencanaan penggunaan media yang efektif yang dikenal dengan istilah ASSURE, yaitu: (analyze learner characteristics) menganalisis karakteristik umum kelompok sasaran, state objective (menyatakan atau merumuskan tujuan pembelajaran), select or modify media (memilih, memodifikasi, atau merancang dan mengembangkan materi dan media yang tepat), utilize (menggunakan materi dan media), require learner response (meminta tanggapan dari siswa) and evaluate (mengevaluasi proses belajar).

Ada beberapa kriteria yang patut diperhatikan dalam memilih media yang dikemukakan oleh Azhar Arsyad (2005 : 75-76), yaitu: 1)sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, 2) tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi, 3)praktis, luwes dan bertahan, 4) guru terampil menggunakanya, 5)pengelompokan sasaran dan 6) mutu teknis

f. Media Pembelajaran Sebagai Alat untuk Meningkatkan

Pembelajaran

(36)

diubah dan dikembangkan dalam dunia pendidikan dan pengajaran. Salah satu faktor yang dimaksud adalah perubahan dan pengembangan serta pemakaian metode media pengajaran dalam mendidik dan mengajar.

Media pembelajaran sebagai alat untuk meningkatkan pengajaran adalah suatu media pengajaran yang segala kegiatannya menuntut keaktifan pelajar lebih banyak (atau seimbang) dari keaktifan guru. Maka dari itu media pembelajaran sangatlah berperan sekali terhadap kegiatan pengajaran dalam dunia pendidikan dikarenakan dengan adanya media pengajaran, pengajaran baik bagi guru pendidik maupun anak didiknya dapat meningkat.

Media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah modul. Modul dapat membantu guru dalam menyampaikan pelajaran, dalam hal ini mata diklat las dasar yang menggunakan modul Mengelas dengan SMAW.

5. Modul

a. Pengertian Modul

(37)

mendefinisikan modul sebagai suatu kesatuan bahan belajar yang disajikan dalam bentuk self- instruction , artinya bahan belajar yang disusun di dalam modul dapat dipelajari siswa secara mandiri dengan bantuan yang terbatas dari guru atau orang lain.

Walaupun ada bermacam-macam batasan modul, namun ada kesamaan pendapat bahwa modul merupakan suatu paket kurikulum yang disediakan untuk belajar sendiri, karena modul adalah suatu unit yang berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas. Dengan demikian, pengajaran modul dapat disesuaikan dengan perbedaan individual siswa, yakni mengenai kegiatan belajar dan bahan pelajaran.

(38)

Hal di atas sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh B. Suryosubroto (1983 :17) via Aina Mulyana (ainamulyana.blogspot.com), bahwa modul adalah sebagai sejenis satuan kegiatan belajar yang terencana, didesain guna membantu siswa menyelesaikan tujuan-tujuan tertentu.

Jadi, dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa modul merupakan bahan belajar terprogram yang disusun sedemikian rupa dan disajikan secara terpadu, sistematis serta terperinci. Dengan mempelajari materi modul, siswa diarahkan pada pencarian suatu tujuan melalui langkah-langkah belajar tertentu, karena modul merupakan paket program untuk keperluan belajar. Satu paket program modul, terdiri atas komponen-komponen yang berisi tujuan belajar, bahan belajar, metode belajar, alat dan sumber belajar serta sistem evaluasi.

b. Komponen-komponen Modul

Berdasarkan batasan modul di atas, dapat diketahui bahwa komponen-komponen atau unsur-unsur yang terdapat modul, adalah sebagai berikut:

1) Pedoman guru

(39)

2) Lembar kegiatan siswa

Lembar kegiatan ini, memuat materi pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa dan pelajaran juga disusun secara teratur langkah demi langkah sehingga dapat diikuti dengan mudah oleh siswa. Dalam lembaran kegiatan, tercantum pula kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan siswa, misalnya mengadakan percobaan, membaca kamus, dan sebagainya.

3) Lembar kerja

Lembar kerja ini menyertai lembar kegiatan siswa, digunakan untuk menjawab atau mengerjakan soal-soal tugas atau masalah yang harus dipecahkan.

4) Kunci lembaran kerja

Maksudnya agar siswa dapat mengevaluasi (mengoreksi) sendiri hasil pekerjaannya, apabila siswa membuat kesalahan dalam pekerjaannya maka ia dapat meninjau kembali pekerjaannya.

5) Lembaran tes

Tiap modul disertai lembaran tes, yakni alat evaluasi yang digunakan sebagai alat pengukur keberhasilan atau tercapai tidaknya tujuan yang telah dirumuskan dalam modul itu. Jadi, lembaran tes berisi soal-soal untuk menilai keberhasilan murid dalam mempelajari bahan yang disajikan dalam modul tersebut.

(40)

Kunci lembaran tes sebagai alat koreksi sendiri terhadap penilaian yang dilaksanakan.

c. Tujuan Modul dalam Kegiatan Belajar

Tujuan digunakannya modul dalam proses belajar mengajar menurut B. Suryosubroto (1983:18) via Aina Mulyana (ainamulyana.blogspot.com) adalah: 1) tujuan pendidikan dapat dicapai secara efisien dan efektif, 2) murid dapat mengikuti program pendidikan sesuai dengan kecepatan dan kemampuannya sendiri, 3) murid dapat sebanyak mungkin menghayati dan melakukan kegiatan belajar sendiri, baik di bawah bimbingan atau tanpa bimbingan guru, 4) murid dapat menilai dan mengetahui hasil belajarnya sendiri secara berkelanjutan, 5) murid benar-benar menjadi titik pusat kegiatan belajar mengajar, 6) kemajuan siswa dapat diikuti dengan frekuensi yang lebih tinggi melalui evaluasi yang dilakukan pada setiap modul berakhir dan 7) modul disusun dengan berdasar kepada konsep Mastery Learning suatu konsep yang menekankan bawa murid harus secara optimal menguasai bahan pelajaran yang disajikan dalam modul itu. Prinsip ini, mengandung konsekuensi bahwa seorang murid tidak diperbolehkan mengikuti program berikutnya sebelum ia menguasai paling sedikit 75% dari bahan tersebut.

(41)

masing-masing individu. Modul yang digunakan dalam penelitian ini adalah modul Mengelas dengan SMAW. Modul Mengelas dengan SMAW adalah modul yang di dalamnya terdapat materi disertai latihan-latihan soal mengenai Mengelas dengan SMAW. SMAW (Shielded Metal Arc Welding)merupakan suatu teknik pengelasan dengan menggunakan arus listrik berbentuk busur arus dan elektroda berselaput.

6. Prestasi Belajar Siswa

a. Batasan Belajar

Sri Rumini, dkk. (2006: 59-60) mengemukakan batasan belajar dari para ahli sebagai berikut. Morgan mengatakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Moh. Surya menyimpulkan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Sementara itu Dimyati Mahmud menyatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku, baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati secara langsung dan terjadi dalam diri seseorang karena pengalaman.

(42)

diamati maupun yang tidak dapat diamati secara langsung, yang terjadi sebagai suatu hasil latihan atau pengalaman dalam interaksinya dengan lingkungan.

Berdasarkan batasan-batasan di atas, dapat diidentifikasi ciri-ciri belajar yaitu: 1) dalam belajar, ada perubahan tingkah laku, baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati secara langsung, 2) dalam belajar, perubahan tingkah laku meliputi tingkah laku kognitif, afektif, psikomotor dan campuran, 3) dalam belajar, perubahan terjadi melalui pengalaman atau latihan, 4) dalam belajar, perubahan tingkah laku menjadi sesuatu yang relatif menetap, 5) belajar merupakan suatu usaha, yang artinya proses belajar berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama dan 6) belajar terjadi karena ada interaksi dengan lingkungan.

b. Pengertian Prestasi Belajar Siswa

Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung.

(43)

Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan. Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:28) dalam http://ridwan202.wordpress.com memberikan pengertian prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport. Selanjutnya Winkel (1996:162) dalam http://ridwan202.wordpress.com mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.

(44)

dari evaluasi dapat memperlihatkan tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.

c. Faktor-faktor yang Memengaruhi Prestasi Belajar

Proses belajar dan hasil belajar ditentukan oleh 2 faktor yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar (Sri Rumini, dkk. 2006: 60-63). Faktor dari dalam dibagi menjadi 2 yaitu faktor fisik dan faktor psikis. Faktor psikis antara lain: aspek kognitif, afektif, psikomotor, campuran dan kepribadian. Faktor fisik antara lain: indera, syaraf, anggota badan, kelenjar dan organ-organ tubuh lainnya. Faktor luar misalnya: keadaan soaial ekonomi, guru, lingkungan alam, metode mengajar, kurikulum, program, materi pelajaran, sarana dan prasarana.

d. Stimulus dan Respon dalam Belajar

Thorndike dalam Sri Rumini (2006: 64) menyatakan bahwa belajar dapat terjadi dengan dibentuknya hubungan atau ikatan yang kuat antara stimulus dan respon. Teori belajar ini disebut teori koneksionisme. Lebih lanjut Thorndike mengemukakan tiga hukum dasar dalam belajar meliputi:

1) Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan stimulus respons akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respons, maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara stimulus-respons.

2) Law of Readiness; artinya bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari pendayagunaan satuan pengantar (conduction unit), di mana unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.

(45)

semakin berkurang apabila jarang atau tidak dilatih (Sri Rumini, 2006: 64).

Penerapan teori Thorndike dalam belajar meliputi: 1) cara mengajar yang baik bukanlah mengharapkan murid tahu apa yang diajarkan, tetapi guru tahu apa yang hendak diajarkan. Tujuan pembelajaran harus dirumuskan dengan jelas, 2) tujuan pembelajaran harus masih dalam batas kemampuan belajar peserta didik dan terbagi dalam unit-unit sedemikian rupa sehingga guru dapat menerapkan dalam berbagai situasi, 3) proses belajar harus bertahap dari yang sederhana sampai kompleks, 4) ulangan yang teratur diperlukan untuk mengetahui apakah peserta didik sudah melakukan respon dengan benar atau belum terhadap stimulus yang diberikan oleh guru, 5) situasi belajar harus dibuat menyenangkan, 6) materi pelajaran yang diberikan harus ada manfaatnya untuk kehidupan anak kelak setelah keluar dari sekolah dan 7) dengan diberikannya pelajaran yang sulit dan melebihi kemampuan anak, tidak akan meningkatkan kemampuan penalarannya.

(46)

baik guru maupun siswa. Modul, dalam hal ini adalah modul Mengelas dengan SMAW, dapat digunakan pada pembelajaran las dasar siswa kelas X SMK Negeri 2 Depok.

Las dasar merupakan salah satu mata pelajaran adaptif untuk siswa Sekolah Menengah Kejuruan Prodi Teknik Mesin kelas X. Karena merupakan mata pelajaran adaptif, siswa wajib mencapai nilai 7 pada mata pelajaran ini. Pada mata pelajaran las dasar, siswa diajarkan memahami peralatan las busur, prosedur pengelasan dengan las busur dan menerapkan pengelasan baja lunak dengan las busur pada posisi bawah tangan yang sangat berguna dalam bidang pemesinan.

7. Pengaruh Penggunaan Modul terhadap Prestasi Belajar Siswa

Telah diuraikan di atas bahwa modul merupakan bahan belajar terprogram yang disusun sedemikian rupa dan disajikan secara terpadu, sistematis serta terperinci. Dengan mempelajari materi modul, siswa diarahkan pada pencarian suatu tujuan melalui langkah-langkah belajar tertentu, karena modul merupakan paket program untuk keperluan belajar. Satu paket program modul terdiri atas komponen-komponen yang berisi tujuan belajar, bahan belajar, metode belajar, alat dan sumber belajar serta sistem evaluasi.

(47)

belajar siswa. Media ini dapat digunakan guru sebagai penunjang penyampaian materi pelajaran pada siswa.

Prestasi belajar siswa dapat diukur melalui adanya evaluasi. Komponen modul salah satunya adalah evaluasi. Jadi, modul dapat digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa.

Modul Mengelas dengan SMAW dapat digunakan pada pembelajaran las dasar siswa kelas X SMK N 2 Depok. Modul tersebut berisi materi-materi mengenai las dasar, baik teori maupun praktik, yang dapat membantu siswa memahami segala sesuatu yang berkenaan dengan las dasar. Las dasar sangat berguna bagi siswa SMK apabila nanti telah lulus dari sekolah dan menghadapi dunia kerja. Hal tersebut sesuai dengan teori Thorndike. Siswa disiapkan untuk bekerja, salah satunya dengan menerapkan kemampuan mereka dalam hal pengelasan.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian Agus Somantri (2007) yang berjudul Pengembangan Media Pembelajaran Modul Mata Diklat Perhitungan Elemen Mesin (PEM) pada Siswa Kelas XI Bidang

(48)

keefektifannya, sedangkan kelas kontrol mendapat perlakuan pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru sebagai pembanding kelas eksperimen.

Hasil penelitian tentang Pengembangan Media Pembelajaran Modul Mata Diklat Perhitungan Elemen Mesin (PEM) pada Siswa Kelas XI Bidang

Keahlian Teknik Mesin SMK Negeri 2 Yogyakarta menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar siswa pada mata diklat perhitungan elemen mesin antara siswa yang menggunakan metode ceramah dan menulis di kelas (kelas kontrol) dengan siswa yang menggunakan metode pembelajaran berbantuan media modul (kelas eksperimen). Tingkat prestasi belajar siswa kelas eksperimen lebih baik jika dibandingkan dengan kelas kontrol dengan t

hitungpretestlebih besar dari ttabel(4,451 > 1,960) dan thitungposttestlebih besar dari ttabel(3,049 > 1,960).

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Agus Somantri terletak pada media pembelajaran yang digunakan. Dalam penelitian ini, media pembelajaran yang digunakan adalah modul Mengelas dengan SMAW, sedangkan penelitian Agus Somantri menggunakan modul Elemen Mesin. Analisis data yang digunakan dalam penelitian oleh Agus Somantri menggunakan SPSS, sedangkan pada penelitian ini menggunakan bantuan programmicrosoft office excel.

C. Kerangka Pikir

(49)

menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah disediakan. Pembelajaran cenderung bersifat tradisional, sehingga siswa merasa bosan dan malas. Pembelajaran yang ada saat ini membuat kemampuan siswa tidak berkembang dan tidak menumbuhkan minat dan motivasi siswa untuk mengetahui secara mendalam mengenai materi las dasar. Padahal, materi las dasar akan sangat membantu siswa SMK ketika nantinya telah praktik dan terjun ke dunia kerja.

Untuk mengatasi permasalahan ini, diperlukan media pembelajaran untuk menunjang pembelajaran las dasar. Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata diklat las dasar adalah modul, dalam hal ini modul Mengelas dengan SMAW.

Modul Mengelas dengan SMAW merupakan modul pembelajaran yang berisi materi, pedoman guru dalam mengajar, lembar kegiatan siswa, lembar kerja, kunci lembaran kerja, lembar tes, kunci lembaran tes dan lembar evaluasi. Dengan modul pembelajaran ini, semua siswa dituntut aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Siswa diminta untuk menyimak penjelasan guru dan berpedoman pada modul. Pemahaman siswa akan meningkat dengan adanya modul Mengelas dengan SMAW ini, karena materi yang disampaikan guru dapat secara langsung mereka simak. Setelah menyimak materi, siswa membaca contoh-contoh soal yang ada pada modul dan memahaminya. Masing-masing siswa kemudian mengerjakan soal yang diberikan untuk menguji keberhasilan penelitian.

(50)

las dasar. Tes dilakukan sebanyak dua kali, yaitu tes awal dan tes akhir. Penggunaan modul Mengelas dengan SMAW dikatakan efektif apabila prestasi siswa pada tes akhir kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol.

D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, maka kaitannya dengan penelitian ini dapat dirumuskan pertanyaan penelitian yaitu sebagai berikut.

1. Bagaimana prestasi belajar siswa kelas X SMK N 2 Depok pada mata pelajaran Las Dasar setelah menggunakan modul Mengelas dengan SMAW? 2. Seberapa tinggi efektivitas PBM menggunakan modul Mengelas dengan

SMAW pada Pembelajaran Las Dasar Siswa Kelas X SMK N 2 Depok? 3. Adakah perbedaan efektivitas antara PBM menggunakan modul Mengelas

(51)

˜”™š ›œ•™™ž œŸœ›

  ¡¢¡£¤ ¥¤¦ ¢ ¤¢¤ §¤£¦¨©¨¦ ¢ §¡¢ª¦¢ « ¡¥¬§¡ ¡¨ ­® ¡¯ ¤« ¡¢.   ¡¢¡£¤¥¤ ¦ ¢ ¤ ¢¤ °¡¯©®¦±¦« ¡« ° ¡¯¤¨¦ ¢® ¡¯ £¦¨©¦ ¢¥¡¯¥ ¡¢¥©¥¡¯² ¦§¦®­©¦¥©¨ ¡£ ¬«® ¬¨­¡²¤ ¢ªª¦ §¦«®¦¨ ¦ ¥¦©® ¡¢ª¦¯©² ¢ ±¦ §¦®¦¥§¤¨ ¡¥¦²©¤ «¡£¦ £© ¤® ¡¢ª©¨©¯ ¦ ¢.³©´©¦ ¢§¦ ¯¤ ® ¡¢¡£¤¥¤ ¦ ¢ ¡¨ ­® ¡¯¤ « ¡¢¦ §¦ £¦² © ¢¥©¨« ¡¢¡£¤¥¤ ²© °©¢ª¦¢ ­¡°¦° ¦¨¤°¦ ¥§¡¢ª¦¢ «¡« ¦ ¢¤®© £¦ ­¤ ­¦ ¥© µ¦¯¤ ¦ °¡£ ®¦ §¦ ¨ ¡£¬« ® ¬¨ ¡¨ ­® ¡¯¤ « ¡¢ §¦ ¢ «¡«°¦ ¢§¤ ¢ª¨ ¦ ¢¢ ±¦ §¡ ¢ª¦ ¢ ¨¡£ ¬«® ¬¨ ¨ ¬¢¥¯ ¬ £ ±¦ ¢ª ¥¤ §¦¨ « ¡¢ª¦ £¦« ¤ « ¦¢¤ ®© £¦ ­¤ ¦ ¥¦© ® ¡¯ £¦¨© ¦ ¢¶ ·¦ £¦« ® ¡¢¡£¤ ¥¤¦ ¢ ¤ ¢¤ ® ¡¢¡£¤¥¤ §¦®¦ ¥ « ¡¢ª¬¢¥¯¬£ ­ ¡«©¦µ¦¯¤ ¦ ° ¡££©¦¯±¦ ¢ª« ¡«® ¡¢ª¦¯©²¤´ ¦£¦ ¢¢ ±¦¡¨ ­® ¡¯¤ « ¡¢¶

· ¡­¦¤¢ ® ¡¢¡£¤ ¥¤¦ ¢ ±¦ ¢ª §¤ ª© ¢¦¨¦ ¢ ¦ §¦ £¦² ¸¹º»º¼ » ½¸¾¼ »» º¼» ¿¾¿º ÀÁÂÃÄź ¿» ƾ¿»¹¾Å ǹ¾Á¸ Ⱥ¼  ǿ. ·¦ £¦« § ¡­¦ ¤ ¢ ¤ ¢¤ ­© °´ ¡¨ §¤¥¡« ®¦ ¥¨¦¢ ®¦ §¦ ¨ ¡£ ¬«® ¬¨ ¡¨ ­® ¡¯¤ «¡¢ §¦ ¢ ¨ ¡£ ¬«® ¬¨ ¨ ¬¢¥¯¬£. É ¡§©¦ ¨ ¡£¬« ® ¬¨ §¤ °¡¯¤ ¸¹º»º¼ » © ¢¥©¨ « ¡¢ª¡¥¦² ©¤ ¥¤¢ª¨¦¥ ¨ ¬¢§¤­¤ ­© °´ ¡¨ ±¦¢ª °¡¯¨¡¢¦¦ ¢ §¡¢ª¦ ¢ µ¦¤¦ °¡£ ¥¡¯¤ ¨ ¦ ¥Ê ˦ ­¤£ ¥ ¡­ §¤ª© ¢¦¨ ¦ ¢ © ¢¥©¨ « ¡£¤²¦ ¥ ® ¡¯°¡§¦¦ ¢ ¦Ì¦ £ ¨¡§©¦ ¨ ¡£¬« ® ¬¨¶   ¡¯ £¦¨©¦ ¢ §¤°¡¯¤¨¦ ¢ ²¦ ¢ ±¦ ¨ ¡® ¦ §¦ ­© °´ ¡¨-­© °´ ¡¨ ¡¨ ­® ¡¯¤ « ¡ ¢ © ¢¥©¨Ì¦¨ ¥©¥¡¯¥ ¡¢¥©¶Í¡¥¡£¦²¤¥©« ¡«°¡¯¤¨¦ ¢¸¾¼ »» º¼»®¦ §¦¨ ¡§© ¦¨ ¡£¬« ® ¬¨ © ¢¥©¨« ¡« °¦ ¢§¤¢ª¨¦¢² ¦ ­¤ £ ¢±¦.

(52)

ÑÒÓÔÕÔ Ö × ÔØÙ ÚÓ Ú (ÛÜÝÜÞ ÝÝÛ), ßÒà áÙ Ó â ÒÓ ÒãÙ ÖÙáÓ ÙÓÙ ßÙ Øáäå áÕæáÓ àÒå áØáÙå ÒÕÙæÔ Ö.

çè éêèëìíîïð èñòóïò ï ô ñõñ èò öÒÖ ÒÕáÓ Ø áÓ Þ

÷ ø

Þ

ùú ûü ûý ü

æÒãÚäâ ÚæÒæàâ ÒÕÙ ä ÒÓ ÷

þ

Þùÿýü üûý üæÒãÚäâ ÚæÒæà â ÒÕÙäÒÓ ÷ Þùú ûü ûý üæÒãÚäâ ÚææÚÓ ÖÕ Úã ÷

Þùÿýü üûý üæÒãÚäâ ÚææÚÓ ÖÕ Úã

Þâ ÒÕ ãáæÔ áÓ(âÒÓ ØØÔÓ ááÓä ÚßÔ ãÑÒÓØÒã áàßÒÓ ØáÓ× Ñ)

ÒàáÙÓâ ÒÓÒãÙÖÙáÓáÓ ØßÙÖÒÕ áâ æáÓâ áß áâ ÒÓÒãÙÖÙáÓÙÓÙáß áã áàÒâ ÒÕÖÙ áÓ Ø ßÙ æ ÒäÔ æáæ áÓ× ÔØÙÚÓ Ú (ÛÜÝÜÞ ÝÝÛ). ÒäÙ ãÙáÓ æÒã áàßÙ áÕÙ áÓ Ø Õ ÒÕá Ö á æÒäáäâÔ áÓ à ÙàáÓá áäâÙÕ àáäá. â áåÙ ã á æÒ äáäâÔ áÓ àÙ àá à áäá áÖáÔ áäâÙ Õà áä á, ßÙáÕ áâ æáÓáàÙãâ ÒÓ ÒãÙÖÙáÓáãÙß

áÕÙ ß ÒàáÙ Ó âÒÓ ÒãÙ ÖÙ áÓ ß Ù áÖ áà æÒã Úäâ Úæ Òæàâ ÒÕ Ù ä ÒÓ ß áÓ æÒã Úäâ Úæ æÚÓ ÖÕÚã ßÙæÒÓ áÙ â ÒÓØÔæÔÕ áÓ ß ÒÓ ØáÓ ùúûüûüý. ÑáÓÙ âÔ ãáà Ù Òæà â ÒÕÙäÒÓ ä ÒÓØØÔÓáæáÓäÚßÔ ãÑ ÒÓØÒã áàß ÒÓ Ø áÓ×ÑÔÓ ÖÔ ææÒãÚäâ ÚæÒæàâ ÒÕÙ äÒÓ ß áÓ ÖáÓâ á ä ÒÓØØÔÓ áæáÓ ä ÚßÔ ã ÑÒÓØÒãáà ß ÒÓ ØáÓ ×Ñ ÔÓÖÔ æ æÒã ÚäâÚæ æÚÓ ÖÕÚã. ×ÒÖÒã á Ù ÖÔ æÒßÔ á æÒã Úäâ Úæ ßÙæÒÓ áÙ â ÒÓ ØÔ æÔÕ áÓ ß ÒÓ Ø áÓ ä ÒÓØØÔÓáæáÓùÿý üü ûýü.

O X O

(53)

!" !# $%&%"'('!& '&', ( % )* !$!( * +! ,%&' - . !)' !/ % ". 0 %* +! ,%&' - . !)'!/%" ( %)- %/+(!* !"!1-%/!2 !'/%)' 3+(.

45 6 !)' !/%"7%/

!-89* +" 8%&2%" !- * % &2! & :8; < - %/!2!' . !)'! /%" /%/!- (=), >!'(+ . !)' !/%" >! &2 *' # !&'$+" !-', *'+3+), *'$' "'1 ? *'/+!( /%)+/ !1 !( ! + *'3%&* !"' 3!&9" %1$%& %"' ('.

@5 6 !)' !/%"A%)'3!(

B )%-( !-' -'-C ! $!* !# !(! *'3"!( "!- * !- !) -%/!2!' . !)'!/%" (%)'3!( (D), >!'tu 1 !s'">!&2 t%"!1*' E!$!'9"%1* !>!3%r,! s'sw!.

FG HIJ WKL

B %&%"'t'!& '&' *'"!3+3!& *' :80 M %2 %r' 2 D%$93 : "%#!& >!&2 /%r!"!# !t3 !&8)'E !&:"%# !&. < !3(u $%&%"'t' !&*'" !3- !&!3!&$!*!/+"!&8!r%t 2012 s!# $!'* %&2!&8%' 2012

NOL P K

(54)

STUVWXYZ [VUY\Y] ^_^`\

a bcd efgb heiejk lk m i nmi o fk jmp gpmi fm jm q heiejklk m i kik m fm jmr d esm omk s ebkp gl.

t T UY\u[ v [V`\w Yx Y] [ ySv XzYV ^yY\

{ es ej gq epdhebkqei| fk jmp gpm i }~€ € s ebghm led heiogmd mm i qml ebk jmd fmdm b smkp hm fm p ejcqhcp epd hebk q ei qmghgi hm fmp ejc qhcp pc ilbc j. ‚gƒ gm ifkm fmpm ii nm}~€ €nmklggil gpqeioelmrgkheiogmd mm im „ mjqm le bk jmd fmdm b nmi o fkqkjk pk c jer p ejc qhcp epd hebk q ei fm i p ejc qhcp pc il bcj. …~ €€ fkjmp gpm i gil gp qeinmq mpm i pc ifk dk m ilm bm pejc qhcp epd he bk q e i fm i p ejc qhcp pc ilbc j. {pc b }~ € € p ejc q hcp pc ilbc j fm i d pc b }~€ € p ejc q hcp epd hebk q ei p eq gfkm i fkm im jkd kd qei oogimpmi }~†‡ ~ ˆ‰ ‰ Š ‹~†† Œ € ‹Ž 

 im jk dk d fmlm }~  €€ p ejc qhcp pc ilbc j fm i pej c qhcp epd hebk q ei fkjmp gpm i gil gp qeioe lmr gk m fm lkfmp i nm hebs efmm i hei ogmdm m i m „m j qml ebk jmd fmd mb m ilmbm p ejc q hcp epd he bk q ei fm i p ejc qhcp pc ilbcj. ‘ ei om i feqk pkm i| m ilm bm p ejc q hcp epd hebk q ei fmi p ejc qhcp pc il bc j s ebmi opm lfmbklk lkplc jmpnmi od m qm.

’ T UY]` vX`\ ``\S v XzYV ^y Y\

(55)

™ š›šœ ž Ÿš ž›¡¢£¤šŸ¢ ¥¢  ¦ šœ¢£§ ¨¢ › ¦§ œ¢¤ ¦  ©¤ š¤ Ÿšœ¢ª¢   ¨ š› ¥¢ ª¢  . «¢ ›¦§ œ¢¤  ¬¢ › ¥ ¡ ¨¢£ ¤ §¡ ¢¡¢ œ¢­ ¨š¨Ÿš  £¢ › ¦ š œ¢£§¢› ¨š› ¥¥§ ›¢£ ¢› ¨ ©¡§ œ «š›¥šœ¢¤ ¡ š› ¥¢› ® «¯ ° ¡¢œ¢¨ ¦ š¨Ÿšœ¢ ª¢  ¢› œ¢¤ ¡¢¤ ¢  ¦¢ ¡¢ £ šœ©¨ ¦©£ š£¤ ¦ š ¨ š›±®  ¤ ²¢ Ÿš  ž ›¡¢£¤šŸ¢¥¢§›¤ §   ¬¢ › ¥ ¨ š›ª¢¡ ¤ ¢¤ ¢ ¢› ¨ ¢› ¦§ œ¢¤ . ³§  § Ÿš ž›¡¢£ ¤ šŸ¢¥¢ ¦ š› ¥¢¨¢ ž ¬¢ › ¥ ¨š› ¥¢¨¢ ž ¤ š´ ¢ ¢ œ¢›¥¤ § › ¥ ¦  ©¤š¤ ¦ š¨ Ÿš  ¢ › ¨ ¢ ›¦§ œ¢¤. ™ š  œ¢£§¢› ­¢ ›¬¢ ¡Ÿš £¢ › £ š¦ ¢¡ ¢ £ šœ©¨ ¦©£ š£¤ ¦ š ¨š›µ ¤ š¡¢ › ¥£¢ › ¦š¨ Ÿšœ¢ ª¢ › œ¢¤ ¡¢¤¢   ¡ £šœ¢¤ £© ›ž © œ ¡œ¢£¤ ¢›¢£¢ ›ž¢ ›¦¢¨ š› ¥¥§ ›¢£ ¢ ›¨©¡§ œ«š›¥šœ¢ ¤¡ š›¥¢ ›® «¯ °. ¯¡¢¦§ › ž¢­¢¦¦ šœ¢£¤ ¢ ›¢¢ ›¦š›šœž¢ ›¢¡¢ œ¢­¤šŸ ¢ ¥¢Ÿš £ § ž.

¢. ¶šœ©¨¦©£·£¤ ¦ š  ¨ š›

(56)

ÀÁÂÀÃÄÅ ÁÆÀÃÀ Ç ÃÅ ÄÈÄ É ÀÈÁÁÊÈ.Ë)ÌÀÇ À ÄÅ ÄÍ ÅÇÎ ÃÈÁ ÃÅ ÏÅ ÄÉ ÈÂÈÁÉ ÈÐÈ Ï ÎÏÑ È ÊÈ ÁÆ ÃÀÇ ÈÁÆÉÈÒÈ Ä ÄÅ ÁÆÅ Á ÈÎÄ ÈÂÅÇÎ Ó ÈÏÐ ÈÏ ÈÇ ÀÁ ÀÃÍÅÇ ÂÈÁÊÈ ÐÈÁ ÆÀÇÀ Èà ÈÁ ÄÅÁÔ ÈÑ ÈÍ ÐÅÁÆÈÁ ÉÅÁÔÅÓ ÈÏÈÁ ÓÅÍ ÎÒ ÄÅ ÁÐÈÓ ÈÄ ÏÅÇÂ È ÍÅÇÉÅ ÐÕÄ ÈÁ ÉÈÐÈ ÄÕÐÀÓ. Ö) ×ÎÏÑ È ÄÅ ÁÆÅ ÇÔ ÈÃÈÁ Ó ÅÄÍ ÈÇ ÅØ ÈÓ ÀÈÏ Î ÊÈÁ Æ ÈÐÈÉ ÈÐ ÈÄ ÕÐÀÓÐÈÁÄÅ ÄÍ ÈÒÈÏÔ ÈÑÈÍÈÁÏÕÈÓÂÅÇÏ ÅÍ ÀÂÍÅÇ Ï ÈÄ ÈÆÀÇÀÙ Í Ù ÚÅÓÕÄÉ ÕÃÚ ÕÁÂÇ ÕÓ

Û ÈÐÈ ÃÅÓ ÕÄÉ Õà ÎÁÎ, ÉÅÄÍÅÓ ÈÔ ÈÇ ÈÁ ÐÎÓÈÃÀà ÈÁ ÏÅÜÈÇÈ ÃÕÁØ Å ÁÏ ÎÕÁÈÓ ÊÈÁ Æ Í ÎÈÏÈ ÐÎÓÈÃÀÃÈÁ ÆÀÇÀ ÐÎ ×ÝÚ ÞÅÆÅÇ Î ß à ÅÉ ÕÃ. áÅ Ç ÎÃÀÂ Ó ÈÁÆÃÈÒ -Ó ÈÁÆà ÈÒ ÉÅÄÍÅÓ ÈÔÈÇ ÈÁ Ó È Ï ÐÈÏ ÈÇ ÃÅÓÕÄÉ Õà ÃÕÁÂÇÕÓ.¿) ÌÀÇ À ÄÅ ÁÔÅÓÈÏ ÃÈÁ ÄÈÂÅÇÎ ÐÅ ÁÆ ÈÁ ÄÅ ÂÕÐÅ ÜÅÇÈÄ ÈÒÙ ß) Ì ÀÇÀ ÄÅ ÄÍ ÈÆÎ ÃÈÁ ÓÅ ÄÍ ÈÇ ÏÕÈÓ ÃÅÉ ÈÐÈÏ Î ÏÑÈ.â)×ÎÏÑ ÈÄÅ ÁÔÈÑÈÍÉÅ Ç ÂÈÁ ÊÈ ÈÁÊÈÁÆÂÅÓ ÈÒÐÎÏÅ ÐÎ ÈÃÈÁÙ ãä åæçèé ê é ëìçí æî éïìðñê îòæëóôæç

× Å ÂÅÓ ÈÒ ÃÅÓ ÕÄÉ ÕÃ Å ÃÉ ÅÇÎ ÄÅ Á ÄÅ ÁÐÈÉÈÂÃÈÁ ÉÅÇÓÈÃÀÈÁ, Ó ÈÁÆÃ ÈÒ ÏÅÓ ÈÁÔÀÂ ÁÊÈ ÊÈÎÂ ÀÄÅ ÄÍÅÇ Î ÃÈÁõö÷ ø øù÷ø ÊÈ ÁÆÍÅ ÁÂÀ ÃÁÊÈ Ï ÈÄÈÐÅ ÁÆÈÁõú ùøù÷ø ÃÅÉ ÈÐÈ ÃÅ ÐÀÈ ÃÅÓÕÄÉ ÕÃ. Û ÅÄÍÅÇÎ ÈÁ õö÷ ø øù÷ø É ÅÁÆÀÈÏÈÈÁ ÄÈÂÅÇÎ ÓÈÏ ÐÈÏ ÈÇ ÍÅÇ ÂÀÔ ÀÈÁ ÀÁÂÀÃ ÄÅÓ Î ÒÈÂ ÉÅ ÁÜ ÈÉ ÈÎ ÈÁ É Å ÁÎÁÆÃÈÂÈ Á ÉÅ ÁÆÀÈÏÈ ÈÁ Ä ÈÂ ÅÇÎ ÓÈÏ ÐÈÏ ÈÇ ÏÅ ÂÅÓÈÒ ÐÎÍÅÇÎ É ÅÇÓÈÃÀÈÁÙ × ÅÓ ÈÎ Á ÎÂÀû õö÷ ø øù÷ ø ÐÎÆÀÁÈÃÈÁ ÀÁÂ ÀÃ ÄÅÄÍ ÈÁÐÎÁÆÃ ÈÁ ÏÃÕÇ ÊÈ ÁÆ ÐÎÜÈÉÈÎ É ÈÐÈ Ï ÈÈÂ õú ù ø ù÷ø ÐÈÁ õö÷ ø øù÷ øü ýÉ ÈÃÈÒ ÁÈÁÂÎ ÁÊÈ ÃÅ ÄÈÄÉ ÀÈÁ ÉÅ ÁÆÀÈÏÈÈÁ Ä ÈÂÅ Ç Î ÓÈÏ ÐÈÏÈÇ Ï Î ÏÑÈ Ï ÈÄÈ, ÄÅ ÁÎ ÁÆÃ ÈÂ ÈÂÈÀÏÅ ÄÈÃÎ ÁÄÅ ÁÀÇ ÀÁ.

(57)

ÿ × 45 menit,

sedangkan hari dan waktu yang digunakan disesuaikan dengan jadwal

pelajaran las dasar pada masing-masing kelas. Adapun jadwal pelaksanaan

perlakuan disajikan dalam tabel 1.

! "

# $ %!& '' ( ('&) W)"

1. Rabu, 28 Maret 2012 XA *+ ,- ,. -KK 12.45 14.15

2. Kamis, 29 Maret 2012 XB *+ ,- ,. -KE 07.00 08.30

3. Rabu, 11 April 2012 XA Perlakuan I KK 12.45 14.15

4. Kamis, 12 April 2012 XB Perlakuan I KE 07.00 08.30

5. Rabu, 25 April 2012 XA Perlakuan II KK 12.45 14.15

6. Kamis, 26 April 2012 XB Perlakuan II KE 07.00 08.30

7. Rabu, 2 Mei 2012 XA Perlakuan III KK 12.45 14.15

8. Kamis, 3Mei 2012 XB Perlakuan III KE 07.00 08.30

9. Rabu, 9 Mei 2012 XA */.- -,.-KK 12.45 14.15

10. Kamis, 10 Mei 2012 XB */. - -,.-KE 07.00 08.30

01 '"23" 4)

1 5 )!"2 '"23" 4) 1 5 )!"2 &)&

Instrumen penelitian adalah alat yang dipakai untuk

(58)

penelitian ini adalah tes penguasaan materi las dasar. Instrumen dalam

penelitian ini berupa tes objektif dengan empat alternatif jawaban. Siswa

yang menjawab benar mendapat skor 1, sedangkan jika salah diberi skor

0. Kisi-kisi tes disusun berdasarkan materi yang direncanakan pada RPP

(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Berikut disajikan kisi-kisi soal

(59)

S T UVWX YX Z V[

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes

penguasaan materi las dasar, maka validitas yang digunakan dalam

penelitian ini adalah validitas isi (\]^_ `^_ abcd ed _ f) dan validitas butir.

Validitas isi ini digunakan untuk mengetahui seberapa instrumen tersebut

telah mencerminkan isi yang dikehendaki. Isi instrumen berpedoman

pada kurikulum yang digunakan dan disesuaikan dengan bahan

pengajaran serta dikonsultasikan pada ahlinya (` gh `i_jk el `m `^_).n gh `i _

jk el `m `^_dalam penelitian ini adalah Drs. Sumarwanto yang merupakan

guru las dasar di SMK Negeri 2 Depok Sleman dan Drs. Riswan Dwi

Djatmiko, M.Pd. selaku dosen Fakultas Teknik UNY. Instrumen

penelitian disepakati berupa tes berbentuk pilihan ganda berjumlah 30

butir.

oT pqWX VSXWX ZV[

Menurut Nurgiyantoro (2009: 341), i`cdbrd cd_f atau kepercayaan

menunjuk pada pengertian apakah sebuah instrumen dapat mengukur

sesuatu yang diukur secara konsisten dari waktu ke waktu. Untuk

instrumen yang berbentuk tes objektif dengan jawaban benar dan salah

mutlak, yaitu pemberian skor 1 untuk jawaban benar dan 0 untuk

jawaban salah, uji instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus

KR-20 dari Kruder dan Richardson.

Pengujian tingkat kepercayaan tes dengan menggunakan rumus

(60)

(Nurgiyantoro, 2004: 121-122). Jika butir-butir tes itu menunjukkan

tingginya tingkat kesesuaian (stuv t t wx yuvttz t{|), maka tes tersebut

akurat atau mengukur secara konsisten.

Rumus KR-20 adalah sebagai berikut.

=

1(1 )

Keterangan:

r = koefisien reliabilitas tes

n = jumlah butir soal

p = proporsi jawaban betul

q = proporsi jawaban salah (p = 1 q)

2= varians skor tes

Menurut Guildrof yang dikutip oleh Russefendi (1994: 144)

pedoman dalam menentukan reliabilitas adalah sebagai berikut.

0,00 0,20 kecil

0,20 0,40 rendah

0,40 0,70 sedang

0,70 0,90 tinggi

0,90 1,00 sangat tinggi

Perhitungan reliabilitas pada instrumen soal yang dipakai sebagai

berikut.

= (1 5,214

13,57661)

(61)

Dari perhitungan diperoleh r sebesar 0,637207. Dengan

berpedoman pada pendapat di atas, maka dapat diambil kesimpulan

bahwa soal yang dibuat reliabel. Hal ini dikarenakan nilai } = 0,637207

termasuk dalam kategori sedang dan mendekati tinggi. Keseluruhan

perhitungan dapat dilihat pada lampiran I.

~ €‚ ƒ „ ‚…ƒ†‡ ˆ‰‡Š‹ ƒŒ‹ ‹

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa tes

materi las dasar. Tes diberikan kepada siswa untuk mengukur penguasaan

siswa terhadap materi las dasar. Tes dilakukan sebanyak dua kali, yaitu tes

awal dan tes akhir. Pekerjaan siswa dinilai dan diberi skor kemudian

digunakan sebagai bahan analisis.

Ž€‚ ƒ „‚ ƒ‹Š„ „Œ ‹ ‹

Teknik analisis data dalam penelitain ini menggunakan analisis statistik

deskriptif tes. Penggunaan teknik analisis ini dimaksudkan untuk menguji

perbedaan penguasaan materi las dasar antara kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol.

Analisis deskriptif menyajikan hasil tes kemampuan siswa pada materi

las dasar. Data yang didapat pada awalnya berupa data kasar (} ‘’ “” •} –).

Untuk menyederhanakan data tersebut maka data diubah dalam bentuk

distribusi frekuensi. Deskripsi data meliputi rerata hitung (M), simpangan baku

(SD), median (Md) dan modus (Mo). Adapun tujuan dari analisis deskriptif ini

(62)

SMK Negeri 2 Depok menggunakan penilaian acuan patokan dalam

mengukur prestasi belajar siswa. Penilaian acuan patokan adalah suatu

penilaian yang dilakukan dengan cara membandingkan hasil belajar siswa

dengan prestasi yang seharusnya dicapai oleh siswa yang dituntut oleh guru.

Penilaian acuan patokan yang digunakan SMK Negeri 2 Depok berupa

penguasaan kompetensi minimal (—˜™™ š ›œ ™ žŸ  ) atau batas kelulusan adalah

70 % dari total skor yang seharusnya dicapai. Jadi —˜™ ™ š ›œ ™ žŸ   terletak pada

persentil 70. Tuntutan persentil 70 sering disebut persentil minimal, karena

—˜™™ š ›œ ™ žŸ   pada persentil tersebut dianggap batas penguasaan kompetensi

minimal yang paling rendah. Derajat penguasaan kompetensi minimal 70 %

diberi nilai rendah.

¡¢£¤¥ ¦§ ¤¥ ¨©ª§«¦¥ ¬¥ ¦¨­®§ ¯° §± ¨²¨ ¤¨³

Efektivitas pembelajaran las dasar menggunakan modul Mengelas

dengan SMAW ditentukan dengan tingkat ketercapaian kriteria ketuntasan

minimal (KKM) 70 pada mata diklat las dasar. Artinya, siswa dapat lulus pada

mata diklat las dasar apabila dalam tes materi las dasar mendapatkan nilai

minimal 70. Berikut disajikan tabel efektivitas pembelajaran las dasar

(63)

´µ¶ ·¸ ¹º »¼½¾·¼ ½µ ¿À·Á ¾ ½Â½¾µ à ķ Ŷ ·¸µ Ƶ¼µÇ ȵ à ɵ õ¼ Ê·Ç ËËÌÇ µÁ µÇ ÊÍÎ̸ʷÇË·¸ µ ÃηÇ˵ÇÏÊÐW

Persentase Ketercapaian Nilai 70

( dalam %)

Kriteria

81-100 Sangat efektif

61-80 Efektif

41-60 Cukup efektif

21-40 Kurang efektif

0-20 Tidak efektif

ÑÒ É· À ½Ç½ ý OÓ·¼µ à ½ÍÇ µ¸Ôµ¼ ½µ¶ ·¸ µÒ Ôµ¼½µ¶ ·¸¶ ·¶ µ Ã

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah modul Mengelas dengan

SMAWÕmodul Mengelas dengan SMAW adalah modul pembelajaran yang

berisi materi, pedoman guru dalam mengajar, lembar kegiatan siswa, lembar

kerja, kunci lembaran kerja, lembar tes, kunci lembaran tes dan lembar

evaluasi mengenai Mengelas dengan SMAW.

¶Ò Ôµ¼½µ¶ ·¸¾·¼½Á µ¾

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar siswa

pada materi las dasar. Prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan

belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan

belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya, dalam hal ini prestasi pada

Gambar

Gambar 1:
Gambar hidup
Gambar 3: Histogram Distribusi Frekuensi SkorGambar 3: Histogram Distribusi Frekuensi SkorGambar 3: Histogram Distribusi Frekuensi Skor Pretest KelompokEksperimen Pretest KelompokEksperimen Pretest KelompokEksperimen
Tabel 5: Distribusi Frekuensi SkorTabel 5: Distribusi Frekuensi SkorTabel 5: Distribusi Frekuensi Skor Pretest Pretest Pretest Kelompok Kontrol Kelompok Kontrol Kelompok Kontrol
+7

Referensi

Dokumen terkait

kontroversial yang ditambahkan pada sabun antibakteri seperti sabun mandi cair adalah.. triclosan karena selain dapat membentuk dioksin yang dapat memicu

Puji dan Syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, anugrah, dan kasih karunia yang tiada pernah habis sehingga penulis dapat menyelesaikan Penulisan Hukum

Digital Repository Universitas Jember Digital Repository Universitas Jember... Digital Repository Universitas Jember Digital Repository

meminimalkan jumlah anggota kelompok sehingga pembelajaran berlangsung efektif tanpa anggota kelompok pasif atau bermain sendiri selama diskusi kelompok, (5) memberikan

Namun, sampai saat ini di sekolah tersebut dalam pengolahan data akademik masih menggunakan metode atau cara manual, dimana semua data (data siswa, data guru,

Thus, this method was subsequently referred to as Kriging-based FEM (K-FEM) [8]. The K-FEM retains the advantages of mesh-free methods as follows [6]: 1) any requirement for

Pada program beasiswa pemimpin bangsa terdapat peluang dan tantangan bagi Yayasan Hadji Kalla karena dengan banyaknya mitra pada divisi educare sehingga yayasan berpeluang

Pelatihan Peningkatan Kapasitas Kader Perempuan Untuk Berpartisipasi Aktif Dalam Pembangunan Di Desa Sumberjaya Kecamatan Wai Ratai Kabupaten Pesawaran ini memiliki