1 A. Latar Belakang Masalah
Berkembagnya bank-bank syariah dinegara-negara islam berpengaruh
ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank syariah
sebagai pilar ekonomi islam mulai dilakukan. akan tetapi, prakasa lebih
khusus untuk mendirikan bank islam di Indonesia baru dilakukan pada yahun
1990. Perkembangan ekonomi Islam itu sendiri identik dengan
berkembangnya lembaga keuangan syariah. Salah satu filosofi dasar ajaran
Islam dalam kegiatan ekonomi dan bisnis, yaitu larangan untuk berbuat
curang dan dzalim. Semua transaksi yang dilakukan oleh seorang muslim
haruslah berdasarkan prinsip rela sama rela (an taraddin minkum), dan tidak
boleh ada pihak yang mendhalimi atau didhalimi. Prinsip dasar ini
mempunyai implikasi yang sangat luas dalam bidang ekonomi dan bisnis,
termasuk dalam praktek perbankan.
Bank Muamalat Indonesia ini pada awal pendiriannya belum
mendapat perhatian yang optimal dalam tatanan industri perbankan nasional.
Landasan hukum operasi bank yang menggunakan sistem syariah ini hanya
dikategorikan sebagai “ bank dengan sistem bagi hasil “; tidak terdapat
rincian hukum syariah serta jenis-jenis usaha yang diperbolehkan. Hal ini
sangat jelas tercermin dari UU No.7 Tahun 1992, di mana pembahasan
merupakan “sisipan” belaka. Bahwa kebijakan sistem bagi hasil masih
dipengaruhi oleh kebijakan Bank Indonesia (Antonio.2001:25).
Manajemen bank syariah tidak banyak berbeda dengan manajemen
bank pada umumnya (bank konvensional). Namun dengan adanya landasan
syariah serta sesuai dengan peraturan pemerintah yang menyangkut bank
syariah antara lain UU No.10 tahun 1998 sebagai revisi UU No. 7 tahun
1992, tentu saja baik organisasi maupun sistem operasional bank syariah
terdapat perbedaan dengan bank pada umumnya, terutama adanya dewan
pengawas syariah dalam struktur organisasi dan adanya sistem bagi hasil
(Muhammad.2000:1).
Sistem ini berbeda dengan bank konvensional yang pada intinya
meminjam dana dengan membayar bunga pada satu sisi neraca dan
memberikan pinjaman dana dengan menarik bunga pada sisi lainnya.
Kompleksitas perbankan Islam tampak dari keragaman dan penamaan
instrumen-instrumen yang digunakan serta pemahaman atas dalil-dalil hukum
Islamnya
(Gabywijaya.blogspot.com/2010/11/pelaksanaan-sistem-bagi-hasil-pada-bank_13.html).
Keberadaan bank syariah mulai memenuhi kebutuhan masyarakat
dalam melayani jasa-jasa perbankan dengan cara-cara yang islami, dengan
menghindari spekulasi yang sifatnya perjudian, gharar (ketidak jelasan) baik yang dilakukan oleh satu pihak ataupun faktor pasar seperti tingkat suku
bunga fluktuatif tidak menentu. Bank syariah disediakan karena transparansi
dianggap kurang sesuai dengan syariat islam (Gabywijaya.blogspot.com/
2010/11/pelaksanaan-sistem-bagi-hasil-pada-bank_13.html).
Perbankan Syariah memberikan layanan bebas bunga kepada para
nasabahnya, pembayaran dan penarikan bunga dilarang dalam semua bentuk
transaksi. Islam melarang kaum muslimin menarik atau membayar bunga
(riba). Pelarangan inilah yang membedakan sistem Perbankan Islam dengan
sistem Perbankan Konvensional. Dalam tatanan konsep dan semangat,
mereka menerima dengan antusiasme, tetapi pada tataran praktis mereka
bersifat sebaliknya. Memang merasa sangat aneh manakala seseorang yang
selalu berfikir komparatif atas dasar rasional semata, dalam memenuhi ajakan
untuk bertransaksi secara syariah. Oleh karena itu, diperlukan
pendekatan-pendekatan baru dan juga langkah-langkah terobosan untuk mengembangkan
pasar syariah di Indonesia. Persepsi yang selama ini ada di benak masyarakat
pasar non-syariah atau pasar konvensional selalu lebih menguntungkan secara
financial dibandingkan pasar syariah karena sistem bunganya. Pada hal sistem
bagi hasil yang merupakan salah satu elemen penting dari dasar syariah sudah
sejak lama diterapkan di negara-negara Eropa, terutama Inggris.
Tidak menutup kemungkinan bahwa akan terjadi perubahan persepsi
dimana sangat diharapkan masyarakat luas sudah mengerti sistem bagi hasil
sebagai prinsip bagi lembaga keuangan Islam dan yang membedakan dengan
lembaga keuangan konvensional. Makin pesatnya pertumbuhan perbankan
syariah di tanah air memasuki babak baru dalam industri perbankan Indonesia
tentang Perbankan Syariah. pada tanggal 17 Juni 2008 oleh DPR
(Gabywijaya.blogspot.com/2010/11/pelaksanaan-sistem-bagi-hasil-pada-bank_13.html).
Seiring dengan meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap
perbankan syariah ini, menuntut pihak bank untuk provesionalitas dalam
pelaksanaanya dan mensosialisasikan produk-produknya. Prinsip bagi hasil
sebagai nafas dan jiwanya perbankan syariah perlu disosialisasikan dalam
implementasi prodak-prodak perbankan syariah. Dalam pelaksanaanya bagi
hasil ini dapat disalurkan dalam beberapa kerangka usaha, salah satunya
adalah pembiayaan dengan prinsip mudharabah. mudharabah adalah akad
kerja sama usaha antara dua pihak,di mana pihak pertama menyediakan
seluruh modal, sedangkan pihak lain menjadi pengelola. Keuntungan usaha
secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam
kontrak, sedangkan apabila rugi, ditanggung oleh pemilik modal selama
kerugian tersebut bukan akibat kelalaian di pengelola. Seandainya kerugian
itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalian si pengelola, maka pengelola
harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Dengan salah satu sistem
bagi hasil penyaluran dana mudharabah.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka penulis membahas tentang
“Penerapan Sistem Mudharabah pada Baitut Tamwil Muhammadiyah (BTM)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat merumuskan
masalah sebagai berikut : “Bagaimana penerapan sistem mudharabah pada
Baitut Tamwil Muhammadiyah (BTM) Kedungwuni Kabupaten Pekalongan”
C. Penegasan istilah
1. Penerapan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu: Proses atau cara
(DepDiknas.2005:1180).
2. Sistem: Menurut kamus ilmiah popular ialah metode; cara yang teratur
(untuk melakukan sesuatu) susnan cara (Hendro.2010:683).
3. Mudharabah: Menurut Antonio syafi’i berasal dari kata dharab, berarti memukul atau berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih
tepatnya adalah proses sesorang memukul kakinya dalam menjalankan
usahanya.
Secara teknis, al-mudharabah adalah akad kerja sama usaha antar dua
pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh
(100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan
usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan
dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal
selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya
kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, si
pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut
4. BTM Kedungwuni adalah: Sebuah lembaga ekonomi yang didirikan oleh
Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kedungwuni guna mempermudah atau
membantu masyarakat untuk menyimpan atau meminjam uang.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Peneltian :
Tujuan penelitian yang ingin dicapai sehubungan dengan adanya
permasalah yang akan dianalisis adalah Untuk mengetahui penerapan
sistem mudarabah yang telah diterapkan oleh BTM Kedungwuni.
2. Manfaat Penelitian
Pemecahan masalah dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat sebagai berikut:
a. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan sekaligus penerapan teori pada kasus yang
nyata tentang penerapan system mudarabah yang telah diterapkan oleh
BTM Kedungwuni.
b. Bagi BTM
Memberikan informasi bagi pihak pengelola Perbankan
Syariah/Lembaga Keuangan Syariah dalam usahanya meningkatkan
kualitas kinerjanya dalam usaha mensosialisasikan BTM kepada
masyarakat, serta dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam
c. Bagi Pembaca
Menambah wawasan dan pengetahuan dalam dunia bisnis perbankan
dan masyarakat luas juga dapat mengetahui adanya suatu lembaga
keuangan yang bisa melayani masyarakat khususnya para pedagang
kecil dengan sistem syariah Islam serta sebagai acuan untuk keperluan
penelitian yang sejenis.
E. Kajian pustaka
Berdasarkan pengamatan penulis, penelitian tentang Penerapan sistem
mudharabah pada perbankan syariah atau yang pernah melalukan penelitian
serupa adalah:
1. Nadziroh (2004) “ Penerapan Konsep Pembiayaan Mudharabah Sebagai Pola kredit Investasi Dalam Perspektif Islam (Studi Kasus Pada BMT
Mitra Sarana Gadang Kota Malang)” menyimpulkan bahwa: Sistem
pembiayaan di BMT Mitra Sarana Gadang Malang cukup memadai
dengan proses yang benar- benar memperhatikan prinsip kehati-hatian
dengan analisis 5C sebagai dasar dalam melakukan analisa atau survey
kredit. Penerapan konsep pembiayaan mudharabah di BMT Mitra Sarana
Gadang, dapat dikatakan memenuhi ketentuan-ketentuan atau sudah
sesuai dengan konsep pembiayaan mudharabah dalam perspektif Islam.
Hal ini dapat dilihat pada ketetapan-ketetapan, peraturan-peraturan serta
kebijakan-kebijakan dalam operasionalisasi pembiayaan mudharabah
penyaluran dan teknik perhitungan bagi hasil hasil pembiayaan
mudharabah. Metode yang digunakan dalam penelitiannya adalah analisis
ini yaitu suatu metode-metode menganalisis data yang berbentuk usaha
atau penyelesaian laporan.
2. Menurut Nuryanto (2003) “ Sistem Pembiayaan Mudharabah Sebagai Alternatif Kredit Konvensional (Studi Kasus pada BPR Syariah Daya
Arta Mentari Gempol Pasuruan)” menyimpulkan bahwa: Dengan
kalkulasi keuangan pembiayaan mudharabah tidak ada yang dirugikan
antara debitur dan pihak bank, yang mana pihak bank dan debitur sama
sama mendapatkan keuntungan sesuai dengan porsi yang telah disepakati
bersama dalam perjanjian, yakni antara debitur dan bank saling menerima
keuntungan dan jika terjadi kerugian, kerugian tersebut ditanggung
bersama.
Berdasarkan beberapa kajian pustaka diatas, masing-masing belum
ada yang meneliti dari segi Akad dan Penerapan Mudharabah secara syariah
oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti akan mengembangkan lebih
lanjut pelaksanaan Sistem Akad Mudharabah di BTM Kedungwuni Kab.
Pekalongan.
F. Metode Penelitian
Adapun Metodologi Penelitian yang penulis gunakan adalah sebagai
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dipergunakan adalah penelitian lapangan (field research), dimana penulis akan meneliti penerapan sistem syariah dan akad pembiayaan mudharabah yang diterapkan pada BTM Kedungwuni
Kab. Pekalongan.
Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, yakni
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari para tokoh atau perilaku yang
diamati. Sedangakan penelitian yang digunakan deskriptif studi kasus
yakni melakukan penelitian terinci tentang seseorang atau unit selama
kurun waktu tertentu.
2. Sifat Penelitian
Sifat penulis adalah deskriptif analitik, yaitu penulis berusaha menggambarkan fenomena-fenomena yang terjadi pada permasalahan
yang penulis teliti, kemudian setelah disusun dan dijelaskan, kemudian
dakan analisa (Lexy J Moeleong, 1993:3).
3. Sumber Data
Adapun tekhnik pengumpulan data adalah sebagai berikut :
a. Sumber data primer
Adalah sumber data utama yang diperoleh langsung dari subyek
penelitian dengan menggunakan alat pengukur atau pengambil data
langsung pada subyek dengan sumber informasi yang dicari, adapun
wawancara penulis. Dalam hal ini data di ambil dari pengurus BTM
Kedungwuni Kab. Pekalongan.
b. Sumber data sekunder
Adalah data literatur yang memberikan penjelasan yang berkaitan:
seperti buku-buku dan referensi lain sesuai dengan pokok
permasalahan.
4. Teknik Pengumpulan Data
Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dengan cara
mewawancarai, mempelajari dan menganalisis dari data yang dipandang
relevan dengan pembahasan masalah. Kemudian data tersebut
dikumpulkan dengan mengelompok pada bab-bab selanjutnya dengan
sifatnya masing-masing guna mempermudah dalam proses analisis data
primer. Dalam penelitian ini untuk mengumpulkan data penulis
menggunakan metode sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data dimana peneliti atau
kalaboratornya mencatat informasi sebagaimana yang mereka saksikan
selama penelitian. Penyaksian terhadap peristiwa-peristiwa itu bisa
dengan melihat, mendengarkan, merasakan yang kemudian dicatat
seobyektif mungkin (W.Gulo, 2003:116).
Metode ini digunakan untuk mendapatkan gambaran tentang BTM
b. Dokumentasi
Dokumentasi, dari asal katanya dokumen yang artinya barang-barang
tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti
menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah,
dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan
sebagainya (Arikunto, 1997:149). Metode ini digunakan untuk
memperoleh data dari BTM Kedungwuni Kab. Pekalongan.
c. Wawancara
Wawancara dalam suatu penelitian yang bertujuan mengumpulkan
keterangan tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat serta
pendirian-pendirian itu merupakan suatu pembantu utama dari metode
observasi (pengamatan) (Burhan, 2010:100). Wawancara adalah suatu
bentuk komunikasi verbal atau percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan dengan dua pihak yang bertujuan untuk
memperoleh informasi (Nasution:1996:113).
5. Metode Analisis Data
Dalam menganalisis dan meneliti, penulis menggunakan analisis yang
bersifat kualitatif, yaitu dengan cara memilih dan memilah substansi dari
buku yang telah ada dan berkaitan langsung dengan masalah pokok
bahasan, sedangkan data tersebut dengan metode sebagai berikut
a. Deduktif
Adalah suatu metode yang berkaitan dengan pengetahuan yang bersifat
umum dan bertitik tolak pada pengetahuan umum kemudian akan
b. Induktif
Adalah suatu teknik pembahasan yang berkaitan dengan pengetahuan
yang bersifat khusus dan bertitik tolak pada pengetahuan khusus,
kemudian akan digunakan untuk menilai suatu kajadian umum. Dalam
hal ini penulis mengadakan pembahasan secara khusus tentang
penerapan sistem mudharanah pada perbankan syariah di BTM
Kedungwuni Kab. Pekalongan.
Dari pembahasan tersebut akhirnya penulis dapat menemukan gambaran,
yang kemudian penulis memberikan penilaian secara umum terhadap
penerapan sistem mudharabah pada perbankan syariah.
G. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab dan disusun dengan
sistematika sebagai berikut :
Bab Pertama, berisi tentang Pendahuluan yang terdiri dari latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
tinjuan pustaka dan sistematika penulisan.
Bab Kedua, yakni Tinjauan umum terhadap mudharabah menurut
hukum islam, yang berisi pengertian mudharabah dan dasar hukumnya,
syarat-syarat dan rukun mudharabah, dan macam-macam mudharabah.
Bab Ketiga Gambaran umum terhadap BTM Kedungwuni Kabupaten
Pekalongan, diantaranya sekilas tentang BTM Kedungwuni Kabupaten
Pekalongan, visi dan misi BTM Kedungwuni Kabupaten Pekalongan, dan
Penerapan Sistem Syariah dan Akad Pada Pembiayaan Mudharabah Pada
Bab Kempat, Analisa penelitian penerapan sistem mudharabah pada
BTM Kedungwuni Yaitu, Penerapan Akad Mudharabah dan Penerapan
Mudharabah Secara Syariah.