PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENTS TEAMS ACHIEVMENT DEVISION (STAD) DENGAN MENGGUNAKAN
LAS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SPLDV KELAS VIII SMP PEMBANGUNAN
GALANG T.A 2012/2013
Oleh : Dwi Febrianti NIM. 408311012
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERA TIF TIPE STUDENTS TEAMS ACHIEVMENT DEVISION (STAD) DENGAN
MENGGUNAKAN LAS UNTUK MENINGKA TKAN HASIL BELAJAR SISW A PADA MA TERI SPLDV KELAS VIII
SMP PEMBANGUNAN GALANG T.A 2012/2013
Dwi Febrianti (NIM. 408311012) ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adaiah untuk rnengetahui upaya yang dilakukan untuk rneningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Swasta Pernbangunan Galang pada rnateri Sis tern Persarnaan Linier Dua V ariabel dengan rnenggunakan Model Pembelajaran kooperatif tipe STAD. Subjek dalarn penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Swasta Pernbangunan Galang yang berjurnlah 30 orang dan objek penelitian ini adalah penggunaan Model Pembelajaran kooperatif tipe ST AD untuk rneningkatkan hasil bela jar siswa pada sistem persarnaan linier dua variabel. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes, observasi, dan wawancara.
Jenispenelitianiniadalahpenelitiantindakankelas (Classroom Action Research). SubjekdaJ arnpenelitianiniadalahsiswakelas VIII SMP Pembangunan yang berjumlah 30 orang, yang terdiridari 10 orang siswalaki-lakidan 20 orang siswaperempuansedangkanobjekdalampenelitianiniadalahpernbelajaranmengguna kan model pembelajarankooperatiftipe ST AD denganrnenggunakan LAS padapokokbahasanSPLDV.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa dari 30 siswa terdapat 27 siswa yang mencapai skor ~ 65% dan 3 orang siswa yang rnencapai skor < 65%. Dan dari hasil tes belajar II diperoleh nilai rata-rata siswa 75,5. Berdasarkan kriteria keefektifan pernbelajaran yang terpenuhi yakni: I) Ketuntasan belajar siswa secara klasikal dan individu rnencapai 90% yang memperoleh nilai ~ 65 dan siswa lainnya atau 10% rnernperoleh nilai < 65, rnaka pernbelajaran ini dikatakan tuntas 2) Tingkat penguasaan siswa dari tes belajar II mencapai kriteria sedang, maka pernbelajaran ini dikatakan . telah tercapai, 3) Ketercapaian TPK keseluruhan mencapai 76,70% maka pernbelajaran dikatakan tercapai, 4) Hasil observasi pernbelajaran berjalan dengan baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernbelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe ST AD
berbantuan LAS efektif digunakan dalarn pernbelajaran SPLDV.
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala rahmat dan karunia-Nya yang senantiasa dianugrahkan kepada penulis
sehingga dapat diselesaikan dengan baik sesuai waktu yang direncanakan.
Skripsi berjudul “Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dengan menggunakan LAS untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
SPLDV kelas VIII SMP Pembangunan Galang”, disusun untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Unimed.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada: Bapak
Prof.Dr. Asmin, M.Pd sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah banyak
memberikan bimbingan dan saran - saran kepada penulis sejak awal penelitian
sampai selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga disampaikan
kepada Bapak Drs. Asrin Lubis, M.Pd, Dr. Edy Syahputra, M.Pd, dan Prof.Dr.
Muchtar,M.Pd yang telah memberikan masukan dan saran dalam penyusunan
skripsi ini. Ucapan terim kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak
Mulyono,M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik, kepada Bapak Prof. Dr.
Ibnu Hajar, M.Si, selaku Rektor UNIMED, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D,
selaku Dekan FMIPA UNIMED, dan Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd, selaku
Ketua Jurusan Matematika FMIPA UNIMED yang telah membantu penulis.
Penghargaan juga disampaikan kepada Ibu Honnery wati, S.Pd, selaku
Kepala Sekolah dan Bapak J.Purba, S.Pd selaku guru mata pelajaran di SMP
Pembangunan Galang yang telah membantu selama penelitian. Teristimewa
penulis sampaikan terima kasih kepada Ayahanda Sunarto, Ibunda Mujiwati yang
setiap saat berdoa dan memberikan dukungan material serta spiritual yang tak
ternilai harganya, terima kasih buat kakakku Puspitawati, S.Pdi dan adik-adikku
Riska Ramadhani dan Kismah Nabila. Terima kasih juga buat teman-teman kos
93K terheboh novi, juli, gadis, asri, uci dan cacing yang telah memberi semangat
dan motivasi, terima kasih juga buat sahabat terbaik yang pernah kumiliki aida
saat suka dan duka, Terima kasih buat Diko Felani Lubis beserta keluarga yang
selalu setia menemani dan memberi dukungan.
Terima kasih kepada teman-teman SMA Teladan Medan angkatan
‘05(bayu, aji, rika ,susi, dani sutet, dll) yg tidak dapat saya sebutkan satu persatu,
teman- teman PPLT DIPANEGARA, khususnya buat Hasanah S.Pd dan Aisyah
Cepo tersayang, dan buat kakanda Danu Saptahadi Batubara beserta keluarga.
Tak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada teman-temanku, serta
rekan-rekan seperjuangan di Kelas ekstensi 2008 yang tidak bisa disebutkan satu per
satu, yang telah memberikan dorongan dan motivasi selama kuliah hingga
penyelesaian skripsi ini.
Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian
skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan, baik isi maupun
tata bahasa, karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat dalam
memperkaya khasanah ilmu pendidikan.
Medan, januari 2013
Penulis,
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan i
Abstrak ii
Kata Pengantar iii
Daftar Isi v
Daftar Gambar vii
Daftar Tabel viii
Daftar Lampiran ix
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang Masalah 1
1.2. Identifikasi Masalah 5
1.3. Batasan Masalah 5
1.4. Rumusan Masalah 5
1.5. Tujuan Penelitian 6
1.6. Manfaat Penelitian 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7
2.1. Kerangka Teoritis 8
2.1.1. Pengertian Belajar 8
2.1.2. Belajar Matematika 9
2.1.3. Hasil Belajar 11
2.1.4. Aktivitas Belajar 15
2.1.5. Pendekatan Pembelajaran Student Team Achievement Division
(STAD) 15
2.1.5.1 Pengertian Student Team Achievement Division 15 2.1.5.3 Tahap–Tahap Student Team Achievement Division 17 2.1.5.3 Tujuan Pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) 18 2.1.5.4 Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Student Team
Achievement Division (STAD) 18
2.1.5.5 Pendekatan Student Team Achievement Division (STAD) dalam
Pembelajaran Matematika 19
2.1.5.5. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) 19
2.1. 6Sistem Persamaan Linier Dua Variabel 21
2.2 Kerangka Konseptual 26
2.3 Hipotesis Tindakan 27
BAB III METODE PENELITIAN 28
3.1. Jenis Penelitian 28
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 28
3.2.1 Lokasi Penelitian 28
3.2.2 Waktu Penelitian 28
3.3.1. Subjek Penelitian 28
3.3.2. Objek Penelitian 28
3.4 Prosedur Penelitian 29
3.5. Alat Pengumpulan Data 33
3.6. Analisis Data 35
3.7 Penarikan Kesimpulan 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 42
4.1. Hasil Penelitian 43
4.1.1. Siklus I 44
4.1.1.1 Tahap Permasalahan 44
4.1.1.2 Tahap Perencanaan Tindakan I 44
4.1.1.3 Pelaksanaan Tindakan 44
4.1.1.4 Observasi I 46
4.1.1.5 Analisis Data I 46
4.1.1.6 Refleksi I 54
4.1.2. Siklus II 54
4.1.2.1 Permasalahan II 54
4.1.2.2 Tahap Perencanaan Tindakan II 54
4.1.2.3 Pelaksanaan Tindakan II 54
4.1.2.4 Observasi II 55
4.1.2.5 Analisis Data II 55
4.1.2.6 Refleksi II 70
4.2 Pembahasan dan Hasil Penelitian 71
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 93
5.1. Kesimpulan 93
5.2 Saran 93
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. Kriteria Hasil Observasi Pembelajaran 36
Tabel 3.2. Tingkat Penguasaan Siswa 37
Tabel 4.1. Tingkat Penguasaan Siswa Pada Tes Awal 42
Tabel 4.2. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Tes Awal 43
Tabel 4.3. Nilai Minimum, Maksimum, Rata-Rata Siswa Berdasarkan
Nilai Tes Hasil Belajar I 46
Tabel 4.4. Tingkat Penguasaan Siswa Pada Siklus I 47
Tabel 4.5. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I 47
Tabel 4.6. Ketuntasan TPK (Tujuan Pembelajaran Khusus) Tes Belajar 48
Tabel 4.7.Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I 52
Tabel 4.8.Nilai Maksimum, Minimum, Dan Rata- Rata Siswa
Berdasarkan Nilai Post Test II 56
Tabel 4.9. Tingkat Penguasaan Siswa Pada Siklus II 56
Tabel 4.10 Tingkat Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus II 57
Tabel 4.11 Ketuntasan TPK (Tujuan Pembelajaran Khusus)
Tes Hasil Belajar 58
Tabel 4.12 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II 59
Tabel 4.13 Presentase Peningkatan Aktivitas Siswa 62
Tabel 4.14 Tingkat Ketuntasan Dari Tes Awal sampai Siklus II 63
Tabel 4.15 Tingkat Penguasaan Dari Tes Awal sampai Siklus II 64
Tabel 4.16 Tingkat Penguasaan Dari Tes Awal sampai Siklus II 65
Tabel 4.17 Deskripsi Hasil Observasi Siswa dalam Melaksanakan
Pembelajaran pada Siklus I 68
Tabel 4.18 Deskripsi Ketuntasan TPK Secara Keseluruhan 70
Tabel 4.19 Peningkatan Hasil Tes Siswa dari Tes Awal Sampai
Tes Siklus II 73
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I 78
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II 86
Lampiran 5 Lembar Aktivitas Siswa I Siklus I 94
Lampiran 6 Lembar Aktivitas Siswa II Siklus I 100
Lampiran 7 Lembar Aktivitas Siswa I Siklus II 105
Lampiran 8 Lembar Aktivitas Siswa II Siklus II 108
Lampiran 9 Alternatif Penyelesaian LAS I 113
Lampiran 10 Kisi-Kisi Tes Awal 120
Lampiran 11 Lembar Validitas Tes awal 121
Lampiran 12 Tes Awal 124
Lampiran 13 Alternatif Penyelesaian Tes Awal 125
Lampiran 14 Kisi–Kisi Tes Hasil Belajar I (Siklus I) 127
Lampiran 15 Lembar Validitas Tes I 128
Lampiran 16 Tes Hasil Belajar I(Siklus I) 131
Lampiran 17 Alternatif Penyelesaian Tes Hasil Belajar I (Siklus I) 132
Lampiran 18 Kisi–Kisi Tes Hasil Belajar (Siklus II) 135
Lampiran 19 Lembar Validitas Tes Hasil Belajar (Siklus I) 136
Lampiran 20 Tes Hasil Belajar (Siklus II) 139
Lampiran 21 Alternatif Penyelesaian Tes Hasil Belajar (Siklus II) 140
Lampiran 22 Teknik Pemberian Skor Tes Hasil Belajar 143
Lampiran 23 Lembar Observasi Pembelajaran I 150
Lampiran 24 Lembar Observasi Pembelajaran II 155
Lampiran 25 Lembar Observasi Pembelajaran III 161
ix
Lampiran 27 Lembar Observasi Kegiatan Siswa I 173
Lampiran 28 Lembar Observasi Kegiatan Siswa II 177
Lampiran 29 Lembar Observasi Kegiatan Siswa III 181
Lampiran 30 Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa I,II 185
Lampiran 31 Daftar Nama Siswa 191
Lampiran 32 Deskripsi Tingkat Ketuntasan Dan Tingkat Penguasaan
Tes Awal Siswa 194
Lampiran 33 Ketuntasan Belajar Siswa Pada Tes Hasil Belajar I Siklus I 195 Lampiran 34 Deskripsi Tingkat Panguasaan Belajar Siswa Pada Tes
Belajar Siklus I 196
Lampiran 35 Deskripsi Pencapaian TPK Pada Tes Belajar Siklus I 197 Lampiran 36 Deskripsi Tingkat Ketuntasan Belajar Siswa Pada Tes
Belajar Siklus II 198
Lampiran 37 Deskripsi Tingkat Penguasaan Belajar Siswa Pada
Tes Hasil Belajar Siklus II 199
Lampiran 38 Deskripsi Pencapaian TPK Pada Tes Belajar Siklus II 200 Lampiran 39 Lembar Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I
Pertemuan Ke I 201
Lampiran 40 Lembar Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I
Pertemuan Ke II 205
Lampiran 41 Lembar Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II
Pertemuan Ke II 207
Lampiran 42 Daftar Kegiatan Penelitian 209
Lampiran 43 Tabel kesimpulan 210
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan mata pelajaran yang diajarkan disetiap jenjang
pendidikan, mulai pendidikan dasar hingga pendidikan lanjutan. Hal ini
disebabkan karena matematika sangat penting, baik dalam pendidikan formal
maupun dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan matematika di Indonesia
diupayakan agar sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Akan tetapi
pada saat ini Indonesia masih berada pada problema klasik, dalam hal kualitas
pendidikan. Pada kenyataannya negara Indonesia memiliki kualitas pendidikan
yang masih sangat memprihatinkan, jika dibandingkan dengan negara-negara
lainnya khususnya dalam bidang studi matematika.
Berdasarkan hasil penelitian TIMMS yang dilakukan oleh Frederick K. S.
Leung yang dipublikasikan di Jakarta pada tanggal 21 desember 2006 (dalam
http/www.pikiran-rakyat.com/cetak/2007/012007/18/0701.html) :
“Prestasi Indonesia berada jauh di bawah negara Malaysia dan Singapura.
Prestasi matematika siswa Indonesia hanya menembus skor rata-rata 411.
Sementara itu, Malaysia mencapai 508 dan Singapura 605 (400 = rendah, 475
= menengah, 550 = tinggi, dan 625 = tingkat lanjut).
Studi lainnya dari The Program for International Student Assessment
(PISA) pada 2010 memperlihatkan kondisi serupa:
“ Posisi Indonesia ada di peringkat ketiga dari bawah, lebih baik daripada
Kirgistan dan Panama. Namun, Iwan Pranoto (matematikawan Institut
Teknologi Bandung) memaparkan, yang perlu dikhawatirkan bukanlah posisi
tersebut, melainkan dua fakta penting lainnya. Pertama, persentase siswa
Indonesia yang di bawah level dua sangat besar (76,6 persen), dan persentase
siswa yang di level lima dan enam secara statistika tidak ada”.
(http://alumnisaf.blogspot.com/2007/09/rendah-prestasi-matematika
2
Kenyataan tersebut secara jelas menyatakan bahwa pendidikan matematika
di Indonesia masih mengecewakan. Rendahnya hasil belajar siswa dalam bidang
matematika mencerminkan bahwa siswa memiliki kesulitan dalam belajar
matematika baik dalam pemahaman konsep, penerapan dan penyelesaian suatu
masalah.
Salah satu penyebab rendahnya hasil belajar tersebut adalah sebagian
siswa masih menganggap bahwa matematika itu sulit dan tidak menyenangkan.
Mulyono abdurrahman (2003:252) menjelaskan: “Dari berbagai bidang studi yang
diajarkan disekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling
sulit oleh para siswa, baik yang berkesulitan belajar maupun bagi yang tidak
berkesulitan belajar”. Di samping itu belum digunakannya pembelajaran yang
variatif, interaktif dan menyenangkan akan memicu siswa tidak menyukai
matematika dan menganggap matematika sebagai momok yang menakutkan.
Pembelajaran lebih terpusat pada guru, bukan pada siswa. Guru mendominasi
pembelajaran, sementara siswa hanya menjadi pendengar dan pencatat yang baik.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Turmudi (2008:10) menjelaskan bahwa:
Ilmu pengetahuan (matematika) yang selama ini disampaikan
menggunakan system transmission knowledge (bagaikan menuangkan air
dari poci krdalam gelas), siswa disuruh diam dengan “manis”,
mendengarkan expository(uraian dan penjelasannya)guru, menirukan
ucapan guru, mengintasikan proses menggambarnya guru, mengkopi apa
yang diberikan guru di depan kelas. Dengan kata lain semuanya adalah
aktivitas pasif.
Hal ini berdampak pada sikap siswa yang kurang mandiri, tidak berani
mengungkapkan pendapat sendiri, selalu meminta bimbingan guru dan kurang
gigih mencoba menyelesaikan masalah matematika, sehingga pengetahuan yang
dipahami siswa hanya sebatas yang diberikan guru. Kenyataan pengajaran
matematika seperti ini membuat pengajaran matematika menjadi tidak menarik,
sehingga siswa tidak tertarik untuk belajar matematika yang pada akhirnya
Materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel merupakan materi
matematika di kelas VIII SMP. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah penulis
lakukan pada bulan juni 2012 dengan cara observasi dan wawancara ditemukan
beberapa kesulitan yang dialami siswa kelas VIII SMP Pembangunan Galang
menyelesaikan soal- soal SPLDV. Dari hasil wawancara dengan salah satu guru
matematika bapak J.Purba, S.Pd: “ Hasil belajar siswa kelas VIII masih tergolong
rendah, hal ini tampak dari hasil ulangan siswa, lebih dari 50% siswa kelas VIII di
tahun ajaran 2011/2012 yang belum mencapai nilai ketuntasan belajar yang
ditetapkan yakni 65 dan oleh karena itu dilakukan remedial. Selain itu, siswa juga
kurang mampu dalam memecahkan masalah pada pokok bahasan SPLDV, karena
mereka kurang mampu memahami konsep-konsep SPLDV. Banyak siswa yang
mengalami kesulitan dalam menggunakan konsep dan sering terjadi kekeliruan
yang dilakukan oleh siswa pada saat mengerjakan soal-soal Sistem Persamaan
Linier Dua Variabel. sehingga menyebabkan hasil belajar siswa pada pokok
bahasan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel ini masih rendah. Selain itu bapak
J.Purba juga mengatakan bahwa ia belum pernah menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD disekolah tersebut”.
Dari hasil peneliti berupa pemberian tes awal ke siswa kelas VIII SMP
Pembangunan Galang, tes yang diberikan berupa tes yang berbentuk uraian untuk
melihat kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika, seperti
berikut ini:
1. Penyelesaian dari persamaan 2(3x + 6) = 3(x - 2)
2. Panjang suatu persegi panjang 4cm lebihnya dari lebar. Jika keliling
persegi panjang tersebut 20 cm. Tentukan panjang dan lebarnya.
Dari hasil tes awal tersebut menunjukkan bahwa 2 siswa (6,66%) memiliki
nilai 70, 3 siswa yang memiliki nilai diantara 60 dengan 70 (10%) dan 25 siswa
memiliki nilai lebih kecil 55 (83,33%). Dari hasil pekerjaan siswa diketahui
bahwa siswa tidak memahami masalah yang diberikan sehingga yang terjadi siswa
tidak mengerti menyusun langkah awal penyelesaian seperti mengumpulkan
4
penyelesaian dan selanjutnya salah atau tidak mampu mengerjakannya. Ini dapat
dilihat dari hasil pekerjaan siswa berikut ini:
GAMBAR
Dari keterangan sebelumnya terlihat kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal matematika yang berhubungan dengan materi sistem
persamaan linier dua variabel.
Dalam kegiatan belajar mengajar guru kurang menyajikan pembelajaran
yang variatif, sehingga tidak semua siswa dapat menerima materi pelajaran
dengan baik karena tiap pelajaran memiliki gaya belajar dan kemampuan yang
berbeda-beda. Oleh karena itu dalam membelajarkan matematika yang abstrak
kepada siswa, guru hendaknya mampu memilih model pembelajaran yang lebih
melibatkan siswa aktif dalam belajar dengan berbagai variasi pendekatan, strategi,
dan metode yang sesuai dengan tujuan pemeblajaran yang direnanakan dapat
tercapai.
Dari hasil wawancara peneliti dengan beberapa siswa di kelas VIII SMP
Pembangunan Galang mereka mengatakan bahwa pada saat pembelajaran
matematika guru yang bersangkutan hanya memberikan penjelasan langsung dan
dilanjutkan dengan pemberian tugas ataupun latihan. Para siswa juga tidak
melakukan aktivitas belajar belajar lain selain haya duduk, diam, dan
mendengarkan penjelasan gurunya. Para siswa hanya dijadikan objek
pembelajaran buka subjek dalam pembelajaran.
Maka untuk membuat siswa belajar matematika, diperlukan aktivitas
pembelajaran matematika. Aktivitas yang membangun sendiri pengetahuan
matematika siswa tersebut. Oleh karena itu perlu adanya pembaharuan dalam
pembelajaran matematika dengan memerankan siswa untuk berpartisipasi secara
aktif. Dalam hal ini, sebaiknya guru harus membuat sesuatu trik dimana
matematika itu dapat dikemas menjadi pelajaran yang menarik dan mudah
dimengerti yang dengan sendirinya membangkitkan semangat para siswa untuk
melibatkan keaktifan siswa model pembelajaran kooperatif. Seperti yang
terakhir, kerja kelompok dalam pembelajaran matematika menjadi lebih populer.
Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa memudahkan siswa belajar dan
meningkatkan efektif siswa terhadap matematika”.
Sementara itu dalam suatu proses belajar mengajar media pengajaran
memiliki media yang sangat penting. Media pengajaran adalah alat komunikasi
guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Media pengajaran dapat
memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan
memudahkan proses belajar mengajar.
Lembar aktifitas siswa (LAS) merupakan salah satu perangkat
pembelajaran matematika yang cukup penting dan diharapkan mampu membantu
peserta didik menemukan serta mengembangkan konsep matematika
(http://ahliswiwite.wordpress.com). LAS merupakan salah satu sarana untuk
membantu dan mempermudah dalam kegiatan belajar mengajar sehingga akan
terbentuk interaksi yang efektif antara siswa dengan guru, sehingga dapat
meningkatkan aktivitas siswa dalam peningkatan prestasi belajar. Dalam lembar
aktivitas siswa (LAS) siswa akan mendapatkan uraian materi, tugas dan latihan
yang berkaitan dengan materi yang diberikan. Penggunaan lembar aktivitas siswa
sangat membantu pelaksaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, karena
dengan adanya LAS siswa tidak hanya menerima penjelasan guru melainkan
siswa dapat bekerja sama dan membagi ide dalam mempertimbangkan jawaban
yang benar. Dengan menggunakan LAS guru tidak perlu lagi menuliskan
soal-soal di depan kelas sehingga pelajaran sistem persamaan linier dua variabel
dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD akan lebih efektif.
Untuk itu, guru harus memilih model pembelajaran yang tepat dalam
mengajarkan pokok bahasan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel, yaitu suatu
model pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk lebih mudah memahami
konsep-konsep yang sulit. Dengan STAD siswa akan belajar dan bekerja sama,
saling membantu memahami konsep-konsep yang sulit tersebut didalam
kelompok koperatif.
Berdasarkan uraian di atas, maka model pembelajaran kooperatif tipe STAD
6
Variabel untuk meningkatkan hasil belajar siswa, sehinga penulis tertarik
melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
tipe STAD dengan menggunakan LAS untuk meningkatkan hasil belajar siswa
pada Sistem Persamaan Linier Dua Variabel dikelas VIII Smp Swasta
Pembangunan Galang Tahun Ajaran 2012/2013”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi
masalah-masalah yang berkenaan dengan penelitian ini, antara lain:
1. Hasil belajar matematika siswa pada materi SPLDV rendah.
2. Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah SPLDV masih rendah
3. Peran serta siswa dalam melakukan aktivitas belajar dikelas masih kurang.
4. Matematika masih dianggap sebagai pelajaran yang sulit oleh siswa.
5. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD Pada materi SPLDV belum
diterapkan
1.3 Batasan Masalah
Mengingat keterbatasan peneliti, dan sesuai dengan identifikasi masalah
maka permasalahan dibatasi pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dengan menggunakan LAS ( Lembar Aktifitas Siswa ) untuk meningkatkan hasil
belajar dan dapat mengaktifkan siswa kelas VIII Smp Swasta Pembagunan Galang
pada Sistem Persamaan Linier Dua Variabel.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, yang menjadi rumusan masalah dalam
penilitian adalah :
1. Apakah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dengan menggunakan LAS dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII
2. Bagaimana peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement
Division(STAD) dengan menggunakan LAS pada materi sistem persamaan
linier dua variabel dikelas VIII Smp Pembangunan Galang Tahun Ajaran
2012/2013?
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada pokok bahasan
Sistem Persamaan Linier Dua Variabeldengan menerapkan pembelajaran
tipe kooperatif STAD menggunakan LAS pada Sistem Persamaan Linier
Dua Variabel dikelas VIII Smp Swasta Pembangunan Galang.
2. untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran
sistem persamaan linier dua variabel dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division(STAD)
dikelas VIII Smp Pembangunan Galang Tahun Ajaran 2012/2013.
1.6 Manfaat Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Sebagai masukan bagi guru matematika SMP Pembangunan Galang khususnya
dan guru matematika umumnya dalam memilih metode mengajar yang dapat
mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar dan dapat digunakan sebagai suatu
strategi pembelajaran yang tepat dalam meningkatkan hasil belajar siswa
2. Sebagai bahan masukan yang berguna bagi penulis sebagai calon guru dan
bekal ilmu pengetahuan dalam mengajar matematika pada masa yang akan
datang.
3. Sebagai informasi kepada para siswa untuk mengetahui pentingnya
75
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka diperoleh beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari analisis data diperoleh kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan sistem
persamaan linier dua variabel di kelas VIII SMP Pembangunan Galang
T.A.2012/2013. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes belajar I pada siklus I
dan hasil tes belajar II pada siklus II. Dari tes I yang diberikan diperoleh
rata-rata kelas 66,68% dan ketuntasan klasikal 73,33%, sedangkan Dari
tes belajar II yang diberikan diperoleh ketuntasan belajar klasikal
mencapai 90%, dengan nilai rata-rata siswa 75,5 (kemampuan siswa dalam
materi sistem persamaan linier dua variabel), proses pembelajaran
berdasarkan hasil observasi termasuk kedalam kriteria baik, serta
ketercapaian TPK mencapai 76,70%. Sehingga pembelajaran Sistem
persamaan linier dua variable dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan LAS efektif.
2. Aktivitas siswa mengalami peningkatan selama melakukan pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
menggunakan LAS. Hal ini dapat dilihat dari analisis data. Dari hasil
observasi awal diperoleh presentase aktivitas awal siswa adalah 36,67%.
Setelah pemberian tindakan dengan penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD berbantuan LAS, aktivitas siswa mengalami
peningkatan dengan rata-rata presentase siswa 66,93% hingga 66,95%
pada siklus I, peningkatan aktivitas siswa mencapai 30,26% hingga
30,28%. Kemudian setelah diberikan tindakan II pada siklus II, presentase
presentase aktivitas siswa mengalami peningkatan sebesar 10,43% hingga
12,9% dari siklus I.
3. Berdasarkan hasil penelitian maka model pembelajaran kooperatif tipe STAD efektif digunakan pada pembelajaran SPLDV dan dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti memberikan beberapa saran yaitu:
1. Kepada guru, khususnya guru matematika penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division
(STAD) dapat menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan hasil
belajar matematika siswa, khususnya pada pokok bahasan Sistem
Persamaan Linier Dua Variabel karena model pembelajaran kooperatif tipe
STAD juga dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.
2. Kepada guru matematika disarankan agar membuat Lembar Aktivitas
Siswa (LAS) yang bertujuan untuk melatih dan membantu siswa dalam
menyelesaikan soal–soal matematika.
3. Agar siswa tertarik dan termotivasi dalam belajar, hendaknya guru selalu
melibatkan siswa secara aktif dan membuat suasana yang menyenangkan
dalam proses belajar mengajar sehingga siswa tidak beranggapan bahwa
matematika merupakan pelajaran sulit.
4. Kepada peneliti selanjutnya yang berminat agar dapat meneliti
disekolah-sekolah lain pada materi yang berbeda agar dapat dijadikan sebagai studi
perbandingan guna untuk meninngkatkan kualitas pendidikan khususnya
77
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono, (2003),Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Penerbit
Rineka Cipta, Jakarta.
Arikunto, Suharsini., dkk., (2008), Penelitian Tindakan Kelas, Bumi Aksara, Jakarta.
Cholik, A., (2006), Matematika Untuk SMP Kelas VIII, Erlangga, Jakarta.
Djamarah, (2006), Strategi Belajar Mengajar Edisi Revisi, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Hamalik, Oemar, 2005, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara.
Ishjoni, H., (2009), Pembelajaran Kooperatif, Penerbit Pustaka Pelajar, Jakarta.
Nurkencana, W., (1986), Evaluasi Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya.
Riyanto, Y., (2008), Paradigma Baru Pembelajaran, Penerbit Kencana, Jakarta.
Sanjaya, Wina., (2009), Model-Model Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Penerbit Kencana Predana Media Group, Jakarta.
Sardiman, A.M., (2010), Interaksi dan Motivasi Belajar Belajar Mengajar, Penerbit
Rajawali Pers, Jakarta.
Sihombing, W.L. (2007), Telaah Kurikulum Matematika Sekolah, FMIPA Universitas Negeri
Medan, Medan.
Slameto, (2003), Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta.
Slavin, Robert, E. 2008. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung:
Nusa Media.
Sudjana, N., (1987), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Remaja Rosdakarya,
bandung.
Sukardi, H.M., (2009), Evaluasi Pendidikan, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
Suprijono, (2009), Cooperative Learning, Teori dan Aplikasi PAIKEM, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Susryosubroto, (http://tips-belajar-internet.blogspot.com/2009/08/efektifitas-pembelajaran
Turmudi, (2008), Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika, Penerbit Leuser
Cita Pustaka, Jakarta
Usman, Uzer., (2010), Menjadi Guru Profesional, Penerbit PT Remaja Rosdakarya,