• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kontaminasi Mikroorganisme Pada Bedak Padat Yang Sudah Digunakan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kontaminasi Mikroorganisme Pada Bedak Padat Yang Sudah Digunakan."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

iv ABSTRAK

KONTAMINASI MIKROORGANISME PADA BEDAK PADAT YANG SUDAH DIGUNAKAN

Kurnia Baraq, 2010. Pembimbing I: Triswaty Winata, dr., M.Kes. Pembimbing II: Evi Yuniawati, dr., MKM.

Kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu. Bedak padat termasuk dalam kosmetik dekoratif yang ditujukan untuk menutupi kekurangan atau ketidaksempurnaan kulit, sebagai oil-controller, dan untuk melembutkan. Sebagian besar sediaan kosmetik merupakan tempat berkembang biak yang baik bagi bakteri dan jamur, yang mana kosmetik mengandung bahan organik nitrogen serta garam-garam mineral yang merupakan bahan yang diperlukan bagi pertumbuhan mikroorganisme.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pada bedak padat bisa terjadi kontaminasi mikroorganisme berupa bakteri dan jamur.

Metode penelitian ini adalah observasional deskriptif, menggunakan sampel yang diambil dari kelompok mahasiswi 18–22 tahun dengan total 10 produk bedak padat yang sudah digunakan dalam jangka waktu yang bervariasi. Sampel ditanam pada media agar, diinkubasi minimal 24 jam pada suhu 37°C dan diamati apakah terdapat pertumbuhan koloni. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan kuesioner berisi 9 pertanyaan yang diajukan pada 10 pengguna bedak padat tersebut untuk melihat faktor pendukung kontaminasi mikroorganisme. Penelitian dilakukan sejak Desember 2009 sampai Desember 2010.

Hasil penelitian didapatkan 6 sampel menunjukkan pertumbuhan koloni pada media agar, yaitu penggunaan pada 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 1 tahun. 3 sampel diantaranya dilakukan identifikasi lanjutan dan didapatkan 3 genus yaitu Streptococcus sp., Staphylococcus sp., dan Candida sp.

Kesimpulannya adalah pada bedak padat dapat terjadi kontaminasi mikroorganisme berupa bakteri dan jamur, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor dari produk itu sendiri, konsumen dan lingkungan.

(2)

v ABSTRACT

CONTAMINATION OF MICROORGANISMS IN USED COMPACT POWDER

Kurnia Baraq, 2010. 1st Supervisor : Triswaty Winata, dr., M.Kes. 2nd Supervisor : Evi Yuniawati, dr., MKM.

Cosmetics were known since many centuries before. Compact powders were included in the decorative cosmetic that are used to cover the imperfect of the skin, as a oil-controller, and to moisturize the skin. Most of the cosmetic products are good environtments for growing bacteria and fungi, where cosmetics contain organic substances as nitrogen and mineral which are needed for the growth of microorganism.

The purpose of this research has to find out whether compact powders could be contaminated by the microorganisms such as bacteria and fungi.

The methode of this research is descriptive obsservational, where samples of this research were taken from college girl students, aged 18–22 years old, total 10 products of compact powder that were used for varying periods of time. The samples were inoculated in Agar medium, incubated for minimum 24 hours at 37°C, and were observed for any growth of colonies. This research also used questionnaire that were given to those consumers of the 10 products of compact powders above, to analyze the factors supporting the contamination of microorganisms. The research was done for 1 year since December 2009 to December 2010.

The result of this research, 6 samples showed growth of colonies in the medium that were used for 1 month, 3 months, 6 months, and 1 year. Those 3 samples of then were identified and found 3 genera were growth, they were Staphylococcus sp., Streptococcus sp., and Candida sp.

As conclusion, bacteria and fungi were easy to contaminate the compact powder that influenced by many factors from the product itself, consumers and environtments.

(3)

viii DAFTAR ISI

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 2

1.3 Maksud dan Tujuan ... 2

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 3

1.4.1 Manfaat Akademis ... 3

1.4.2 Manfaat Praktis ... 3

1.5 Kerangka Pemikiran ... 3

1.7 Metodologi ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kosmetik ... 5

2.1.1 Facial Powder ... 7

2.1.1.1 Bedak padat ... 8

2.1.2 Jangka Waktu dan Cara Penggunaan Kosmetik ... 9

2.2 Mikroorganisme ... 11

2.2.1 Bakteri ... 11

2.2.1.1 Staphylococcus sp. ... 15

(4)

ix

2.2.2 Jamur ... 19

2.2.2.1 Candida sp. ... 20

2.2.3 Kulit ... 23

2.2.3.1 Histologi Kulit ... 23

2.2.3.2 Fisiologi Kulit ... 26

2.2.4 Flora Normal ... 27

2.2.4.1 Flora Normal Kulit ... 27

2.2.4.2 Flora Normal Konjungtiva ... 28

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Instrumen dan Bahan Penelitian ... 29

3.1.1 Instrumen Penelitian ... 29

3.1.2 Bahan Penelitian ... 29

3.1.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

3.2 Jenis Penelitian ... 30

3.3 Variabel Operasional ... 30

3.3.1 Variabel bebas ... 30

3.3.2 Variabel terkendali ... 30

3.4 Definisi Operasional ... 31

3.4.1 Variabel bebas ... 31

3.4.2 Variabel terkendali ... 31

3.5 Populasi dan Sampel ... 31

3.6 Cara Kerja Penelitian ... 31

3.6.1 Pengambilan Sampel ... 32

3.6.2 Persiapan Sampel ... 32

3.6.3 Evaluasi Mikrobiologi ... 32

3.6.4 Kuesioner ... 33

(5)

x

4.2 Pembahasan Penelitian ... 39

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 42

5.2 Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 43

LAMPIRAN ... 45

(6)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hasil penanaman sampel dari bedak padat pada media LAD

(Lempeng Agar Darah) dan SDA (Saubouraud Dextrose Agar) .. 35 Tabel 4.2 Hasil penelitian dengan kuesioner terhadap 10 pengguna bedak

(7)

xii DAFTAR GAMBAR

(8)

xiii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner ... 45

Lampiran 2.1 Penanaman sampel no 4 pada LAD (Lempeng Agar Darah) ... 46

Lampiran 2.2 Pewarnaan gram sampel no 4 ... 46

Lampiran 2.3 Penanaman sampel no 6 pada NA (Nutrient Agar) ... 47

Lampiran 2.4 Penanaman koloni I sampel no 6 pada LAD (Lempeng Agar Darah) ... 47

Lampiran 2.5 Pewarnaan gram koloni I sampel no 6 ... 48

Lampiran 2.6 Tes Katalase koloni I sampel no 6 ... 48

Lampiran 2.7 Penanaman koloni II sampel no 6 pada LAD (Lempeng Agar Darah) ... 49

Lampiran 2.8 Pewarnaan gram koloni II sampel no 6 ... 49

Lampiran 2.9 Tes Katalase koloni II sampel no 6 ... 50

Lampiran 2.10 Penanaman sampel no 7 pada NA (Nutrient Agar) ... 51

Lampiran 2.11 Penanaman koloni sampel no 7 ... 51

Lampiran 2.12 Pewarnaan gram sampel no. 7 ... 52

Lampiran 2.13 Tes Katalase sampel no. 7 ... 52

Lampiran 2.14 Penanaman sampel no. 8 pada LAD (Lempeng Agar Darah) ... 53

Lampiran 2.15 Pewarnaan gram sampel no 8 ... 53

Lampiran 2.16 Penanaman sampel no 9 pada SDA ... 54

Lampiran 2.17 Pewarnaan gram sampel no 9 ... 54

Lampiran 2.18 Penanaman sampel no 10 pada SDA ... 55

(9)

46

46 LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner

1. Berapa kali Anda menggunakan bedak

dalam sehari?

□ 1 kali dlm beberapa hari

□ 1-3 kali/hari □ > 3 kali/hari

2. Mencuci wajah sebelum menggunakan

bedak.

□ Ya, selalu □ Tidak pernah □ sering □ kadang-kadang 3. Apakah spons yang digunakan ditaruh

diluar atau pada tempat yang terpisah

dengan bedak saat penyimpanan?

□ Ya, ada tempat terpisah

□ Tidak, ditaruh bersama dengan bedak

4. Sering mengganti spons dalam

beberapa bulan.

□ Ya □ Tidak 5. Menyimpan bedak ditempat yang

terkena cahaya matahari atau kelembaban

tinggi atau panas (suhu tinggi) atau basah

(cth. Kamar mandi).

□ Ya □ Tidak

6. Untuk bedak yang jarang digunakan:

Tetap memakai bedak yang sama walaupun

sudah tidak digunakan cukup lama.

□ Ya □ Tidak

7. Pernah digunakan bersama dengan

orang lain/bergantian spons.

□ Ya, Pernah □ Tidak pernah

8. Apakah tetap digunakan jika pada

bedak terdapat perubahan warna atau

perubahan bentuk atau konsistensi atau

bau?

□ Ya □ Tidak

9. Apakah Anda mengetahui tentang

kontaminasi mikroorganisme yang bisa

terjadi pada bedak?

(10)

47

47

Lampiran 2. Hasil pengamatan makroskopis dan mikroskopis terhadap koloni yang tumbuh pada pembiakan.

Lampiran 2.1 Sampel no. 4 pada LAD (Lempeng Agar Darah) didapatkan pertumbuhan koloni bulat, berwarna kuning keemasan, menonjol dari permukaan,

tidak ada reaksi hemolisis terhadap agar darah.

Selanjutnya dilakukan pewarnaan Gram:

Lampiran 2.2 Pengamatan mikroskopis dengan pewarnaan Gram dari sampel no. 4 didapatkan bentuk kokus, berwarna ungu, berkelompok, kuman tersangka

(11)

48

48

Lampiran 2.3 Sampel no. 6 pada NA (Nutrient Agar) didapatkan koloni bervariasi.

Selanjutnya, dilakukan penanaman ulang terhadap koloni I dan koloni II pada LAD (Lempeng Agar Darah), dan didapatkan hasil sebagai berikut:

Lampiran 2.4 Penanaman ulang Koloni I pada LAD (Lempeng Agar Darah) sampel no. 6 didapatkan pertumbuhan berwarna putih dengan reaksi hemolisis

(12)

49

49

Dari koloni tersangka, dilakukan pewarnaan Gram dan tes katalase dengan hasil sebagai berikut:

Lampiran 2.5 Pengamatan mikroskopis dengan pewarnaan Gram pada koloni I sampel no. 6 didapatkan kokus Gram positif, berpasangan dan berkelompok seperti gambaran rantai, ukuran 1µm, sehingga kuman tersangka adalah kokus

Gram positif.

Lampiran 2.6 Tes Katalase koloni I sampel no. 6 didapatkan katalase negatif yaitu tidak ada udara yang timbul setelah diteteskan H2O2 pada koloni. Kuman

(13)

50

50

Hasil penanaman ulang koloni II sampel no. 6 pada LAD:

Lampiran 2.7 Koloni II sampel no. 6 pada LAD (Lempeng Agar Darah) didapatkan pertumbuhan berwarna putih kekuningan, tidak ada reaksi

hemolisis terhadap darah.

Selanjutnya dilakukan pewarnaan Gram dan tes katalase, dan didapatkan hasil sebagai berikut:

Lampiran 2.8 Pengamatan mikroskopis dengan pewarnaan Gram dari koloni II sampel no. 6 didapatkan kuman berbentuk kokus, berwarna

(14)

51

51

Lampiran 2.9 Tes Katalase koloni II didapatkan hasil katalase positif yaitu adanya gelembung udara setelah diteteskan H2O2 pada koloni.

(15)

52

52 Hasil pembiakan pada Nutrient agar:

Lampiran 2.10 Sampel no. 7 pada NA (Nutrient Agar) didapatkan koloni berwarna putih.

Dilakukan penanaman kembali pada agar darah, dan didapatkan hasil sebagai berikut:

Lampiran 2.11 Sampel no. 7 pada LAD (Lempeng Agar Darah) didapatkan pertumbuhan berwarna putih, tidak ada reaksi hemolisis

(16)

53

53

Dilanjutkan dengan pewarnaan Gram dan tes katalase, dan didapatkan hasil:

Lampiran 2.12 Pengamatan mikroskopis dengan pewarnaan Gram sampel no. 7, didapatkan kuman berbentuk kokus berwarna ungu,

berkelompok, kuman tersangka adalah kokus Gram positif.

Lampiran 2.13 Tes Katalase sampel no. 7 didapatkan hasil katalase positif yaitu adanya gelembung udara setelah ditetesi dengan H2O2.

(17)

54

54 Pengamatan hasil penanaman sebagai berikut:

Lampiran 2.14 Sampel no. 8 pada LAD (Lempeng Agar Darah) didapatkan pertumbuhan koloni berwarna putih, menonjol dari

permukaan, tidak ada reaksi hemolisis terhadap agar darah.

Dilanjutkan dengan pewarnaan Gram dan didapatkan hasil sebagai berikut:

Lampiran 2.15 Pengamatan mikroskopis dengan pewarnaan Gram terhadap sampel no. 8 didapatkan kuman bentuk kokus, berwarna

(18)

55

55 Hasil pengamatan:

Lampiran 2.16 Sampel no. 9 pada SDA (Saubouraud Dextrose Agar) didapatkan pertumbuhan koloni berwarna putih, menonjol dari

permukaan.

Dilanjutkan dengan pewarnaan Gram, dan didapatkan hasil sebagai berikut:

Lampiran 2.17 Pengamatan mikroskopis dengan pewarnaan Gram terhadap sampel no. 9 didapatkan kuman bentuk batang, berwarna

(19)

56

56 Pengamatan hasil penanaman sebagai berikut:

Lampiran 2.18 Sampel no. 10 didapatkan pertumbuhan koloni berwarna putih pada SDA (Saubouraud Dextrose Agar). .

Dilanjutkan dengan pewarnaan Gram, dan didapatkan hasil sebagai berikut:

Lampiran 2.19 Pengamatan mikroskopis dengan pewarnaan Gram dari sampel no. 10 didapatkan gambaran berbentuk bulat, berkelompok,

(20)

57

57 RIWAYAT HIDUP

Nama : Kurnia Baraq

NRP : 0710081

Agama : Kristen Protestan

Tempat/ tanggal lahir : Kotamobagu, 30 Juni 1990

Alamat : Perumahan Kotamas, Jl. Kotamas asri no. 5. Cimahi

Riwayat pendidikan :

TK Siti Fatimah Kotamobagu (1994-1995)

SD Katolik Santa Melania Kotamobagu (1995-1998)

SD Katolik Santo Paulus Manado (1998-2001)

SMP PAX CHRISTY Manado (2001-2004)

(21)

1

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-19, pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga untuk kesehatan. Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia seperti pada epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar, atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (BPOM, 2003). Sediaan kosmetik yang stabil adalah suatu sediaan yang masih berada dalam batas yang dapat diterima selama periode waktu penyimpanan dan penggunaan, yang sifat dan karakteristiknya sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat. Perubahan yang terjadi pada produk kosmetik dapat berupa perubahan fisika, kimia dan kandungan mikroorganisme. Selain itu, dari penelitian yang pernah dilakukan kontaminasi mikroorganisme dapat lewat udara, tangan yang sudah terkontaminasi, cara penggunaan yang kurang baik dan penggunaan bahan kosmetik yang sudah terkontaminasi dalam jangka waktu yang lama (Djajadisastra, 2004; Nasser, 2008).

(22)

2

2

Penelitian dengan sampel kosmetik yang telah dibuka dan digunakan dalam jangka waktu yang berbeda-beda di Saudi Arabia didapatkan berbagai macam spesies jamur, salah satunya adalah Aspergillus sp. sebanyak 71,2%. Manifestasi akibat infeksi jamur ini disebut Aspergillosis, dan pernah dilaporkan terjadi pada individu tanpa faktor risiko, pria 40 tahun yang menghirup sejumlah besar spora Aspergillus yang bermanifestasi klinis dalam beberapa hari, lalu meninggal (Nasser, 2008).

Beragam bakteri dapat hidup dalam berbagai kondisi, termasuk dalam kosmetik. Beberapa diantaranya yang tersering adalah Bacillus subtilis, Escherichia coli, Bacillus mycoides, Aerobacter aerogenes, Pseudomonas, Sarcina lutae, Proteus vulgaris, dan Staphylococcus (Retno Tranggono, 2007). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah kontaminasi mikroorganisme, berupa bakteri dan jamur, dapat terjadi pada bedak padat yang sudah digunakan.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, masalah dalam penelitian ini adalah: - Apakah pada bedak padat terdapat kontaminasi bakteri.

- Apakah pada bedak padat terdapat kontaminasi jamur.

1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud penelitian ini adalah untuk memberikan informasi kepada pengguna bedak padat tentang dapat terjadinya kontaminasi bakteri dan jamur pada bedak padat.

(23)

3

3

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah

1.4.1 Manfaat Akademis

Manfaat akademis yaitu untuk menambah pengetahuan tentang kontaminasi mikroorganisme bakteri dan jamur yang dapat terjadi pada produk kosmetik bedak padat.

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis yaitu untuk memberi informasi kepada masyarakat tentang mudahnya kontaminasi yang bisa terjadi pada produk kosmetik bedak padat, sehingga diharapkan masyarakat bisa lebih berhati-hati dalam menggunakannya.

1.5 Kerangka Pemikiran

Sebagian besar sediaan kosmetik merupakan tempat berkembang biak yang baik bagi bakteri dan jamur. Kosmetik biasanya memiliki sifat mendekati netral yang berisi air dan bahan organik, bahkan sering mengandung bahan organik nitrogen serta garam-garam mineral, yang semuanya merupakan bahan-bahan yang diperlukan bagi pertumbuhan mikroorganisme tertentu. Pada penelitian yang dilakukan oleh FDA dengan menggunakan 3027 sampel dari 171 tempat didapatkan jamur 10,4%, dan 3,9% merupakan jamur yang pathogen (Mary, 2007; Retno Tranggono, 2007).

(24)

4

4

mencegah berkembangnya bakteri dan jamur di dalam kosmetik (Retno Tranggono, 2007).

1.6 Metodologi

(25)

43

43 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

- Pada bedak padat dapat ditemukan kontaminasi mikroorganisme seperti bakteri dan jamur.

5.2 Saran

- Perlu penelitian lebih lanjut dalam identifikasi terhadap jenis spesies lainnya yang dapat mengkontaminasi bedak padat.

- Perlu penelitian lebih lanjut dengan menghitung jumlah cfu (colony forming unit) terhadap pertumbuhan koloni pada media agar untuk melihat apakah mikroorganisme tersebut cukup signifikan dalam menyebabkan infeksi atau akibat patologis.

(26)

44

44

DAFTAR PUSTAKA

Ahearn D.G., Schlitzer R.L. 1981. Yeast infection. Diagnostic procedures for bacterial, mycotic and parasitic infections. USA: American public health association, Inc. p. 991

Baron E.J., Finegold S.M. 1990. Laboratory methods in basic mycology. Bailey & Scott’s Diagnostic Microbiology. 8th ed. USA: Mosby. p. 747-748

BPOM. 2003. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.00.05.4.1745 tentang Kosmetik

Brooks G.F., Carroll K.C., Butel J.S., Morse S.A. 2007. Bacteriology. Jawetz, melnick & adelberg’s medical microbiology. 24th ed. USA: The McGraw-Hill Companies, Inc. p. 198, 201, 224-245

Brooks G.F., Carroll K.C., Butel J.S., Morse S.A. 2007. Mycology. Jawetz, melnick & adelberg’s medical microbiology. 24th ed. USA: The McGraw-Hill Companies, Inc. p. 622-625, 642

Brown R.G., Burns T. 2005. Struktur dan fungsi kulit, rambut dan kuku. In M.A Zakaria, A. Safitri: Lecture notes: dermatologi. Edisi 8. Jakarta: Erlangga. p. 1- 9

Djajadisastra, Joshita. 2004. Seminar Setengah Hari HIKI. Cosmetic Stability. Jakarta.

Draelos Z.D. 2009. Emedicine: Cosmetics.

http://emedicine.medscape.com/article/1066966-overview., September 8th, 2010.

Food and Drug Administration. 2001. BAM: Microbiological methods for cosmetics., http://www.fda.gov/Food/ScienceResearch/LaboratoryMethods/ default.htm., December 14th, 2009.

(27)

45

45

Junqueira L.C., Carneiro J., Kelley R.O. 1998. Kulit. In S. Komala, A. Santoso. Histologi Dasar. Jakarta: EGC. p. 358-368

Kingsley V.V. 1982. Survey of microbes. Basic microbiology for the health sciences. Canada: W. B. Saunders Company Canada Limited. p. 14-18

Kingsley V.V. 1982. The classification, isolation, and characterization of bacteria. Basic microbiology for the health sciences. Canada: W. B. Saunders Company Canada Limited. p. 37

Lundov M.D., Moesby L., Zachariae C., Johansen J.D. 2009. Contamination versus preservation of cosmetics: a review on legislation, usage, infections, and contact allergy. Contact Dermatitis, 2009(60): 70–78

Mikat D.M., Mikat K.W. 1981. Alphabetical listing of bacteria. A clinician’s dictionary guide to bacteria and fungi. 4th ed. USA: Eli lilly and company. p. 50-55

Nasser L.A. 2008. Fungal profiles isolated from open and used cosmetic products collected from different localities in saudi arabia. Saudi Journal of Biological Sciences, 15(1): 121-128

Robertson J. 2010. How long does your makeup last. http://www.bellaonline.com/ articles/art42979.asp., September 11th, 2010.

Retno Tranggono, Fatma Latifah. 2007. Aspek mikrobiologis kosmetik. In J. Djajadisastra: Buku pegangan ilmu pengetahuan kosmetik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. p. 141-150

Sillup A. 2010. Minimizing the risk of contamination in cosmetics.

http://beauty.suite101.com/article.cfm/minimizing-the-risk-of-contamination- in-cosmetics., September 7th, 2010.

Sizer F.S., Whitney E.N. 1988. The environment and personal health. Life choices health concepts and strategies. USA: West Publishing Company. p. 545

Referensi

Dokumen terkait

Pembatasan penelitian ini adalah penelitian yang hanya dilakukan pada faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal, penelitian hanya dilakukan terhadap perusahaan

[r]

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah;.. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 11 Tahun 2009

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besar penurunan dan efektifitas penurunan kandungan logam berat Fe dan Cr pada air lindi TPA Tlekung,

Menurut Sanjaya (Syaefudin, 2008), pembelajaran kontekstual adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk

gunung pegat tersebut dilanggar, maka akan mengakibatkan suatu ancama seperti perceraian (pegatan), sakit-sakitan, sulit rizki dan kematian. Penelitian ini, terdapat dua rumusan

User yang memasuki program aplikasi ini akan dapat langsung belajar dan didalam media interaktif global warming ini terdapat enam button yaitu button materi, button permainan,

Pos Pengaduan dan Pelayanan Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup (Pos-P3SLH) Provinsi Kepulauan Riau dibentuk dengan Surat Keputusan Gubernur Kepulauan Riau Nomor : 232 TAHUN