• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Explanatory Style Pada Waria di Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Explanatory Style Pada Waria di Bandung."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

i Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Nama peneliti Utari Indra Putri dengan NRP 0430034. Judul penelitian ini adalah Studi Deskriktif mengenai Explanatory Style pada Waria di Bandung.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran explanatory style pada waria di Bandung. Terdapat kenaikan jumlah waria terus meningkat dan mencapai hampir 100% dibandingkan awal tahun 2000. Di Bandung terdata lebih dari 700 waria dengan berbagai macam profesi, seperti pengamen WPS, pekerja salon, atau pembantu rumah tangga. Waria merasa bahwa kondisi fisiknya tidak sesuai dengan kondisi psikologisnya. Oleh karena itu, dalam melanjutkan hidup, waria harus memiliki pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan, sedangkan tidak semua pekerjaan bisa dimasuki waria. Situasi tersebut memberi dampak tersendiri terhadap keyakinan pada diri waria.

Explanatory style adalah kebiasaan individu untuk menerangkan kepada diri sendiri mengapa sesuatu hal terjadi (Seligman,1990). Explanatory Style terdiri dari dimensi permanence, pervasiveness, dan personalization, yang kemudian menentukan apakah waria memiliki explanatory style yang optimistik atau pesimistik.

Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian deskriptif yang mengukur bagaimana explanatory style pada waria di Bandung, Alat ukur yang digunakan berupa kuesioner yang merupakan modifikasi dari Atributional Style Questionaire (ASQ) dari Martin E.P Seligman yang telah diterjemahkan. Kuesioner ini dibuat berdasarkan teori explanatory style dengan validitas yang berkisar antara 0.400-0.708 dan reliabilitasnya sebesar 0.816. Sampel penelitian ini adalah seluruh waria yang berada di kota Bandung.

Berdasarkan pengolahan data secara statistik, didapatkan hasil bahwa sebagian besar waria di Bandung, tergolong sebagai waria yang memiliki Explanatory Style pesimistis (76%). Waria yang memiliki Explanatory Style pesimistis memandang bahwa good situation yang dialaminya bersifat temporary, specific, dan internal. Dalam bad situation, waria memandang bahwa keadaan yang dialaminya bersifat permanent, universal, dan internal.

(2)

ii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

Researcher’s name is Utari Indra Putri with NRP 0430234. Topic of this research is Descriptive study about shemale’s Explanatory Style in Bandung.

This research was conducted to investigate shemale’s explanatory style in

Bandung. There was increasing of shemale population and almost reached 100%

compared with early 2000’s. In Bandung, more than 700 shemale has working

with many profession such as pengamen, capster, and housekeeper. Shemale always felt that her physical condition is inappropriate with her psychological conditions. Therefore, in order to continuing her life, shemale need to find a good occupation to fulfills all their needs and wants, but not all jobs has provide with their criteria. This situation given a unexpected belief for them.

Explanatory style is an individual habit to explain forthemrself why something is happen (Selligman, 1990). Explanatory style consists of permanence, pervasiveness, and personalization dimension which then determine is shemale has optimistic or pessimistic explanatory style.

Research design used in this research is descriptive to assess how shemale’s explanatory style in Bandung. Measurement tools used is modified from Attiributional Style Questionnaire from Martin E.P Seligman that has been translated. This questionnaire has made based on explanatory style theory with validity score amount 0.400-0.708 and reliability score 0.816. The sample used for this research is all of shemale in Bandung.

Based on statistical analysis data, it can be concluded that almost shemale in Bandung classified into pessimistic explanatory style (76%). This result means shemale has looked at theirself that the good situation they feels was temporary, specific, and internal. Otherwise, in bad situation, they felt that their situation was permanent, universal and internal.

(3)

ix Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

ABSTRAK……….….. i

ABSTRACT……….…...…..…… ii

Lembar Pengesahan……….……..….… iii

Kata Pengantar……… vi

Daftar Isi………... ix

Daftar Tabel………. xii

Daftar Skema………...xiii

Daftar Lampiran………...xiv

BAB I PENDAHULUAN………. .. 1

1.1 Latar Belakang Masalah………1

1.2 Identifikasi Masalah………... 7

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian………... 7

1.4 Kegunaan Penelitian………... 7

1.4.1 Kegunaan Ilmiah………... 7

1.4.2 Kegunaan Praktis………...8

1.5 Kerangka Pemikiran………... 8

1.6 Asumsi Penelitian………...…….…... 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………... 16

(4)

x Universitas Kristen Maranatha

2.1.1 Definisi Explanatory Style………... 16

2.1.2 Dimensi Explanatory Style ………... 17

2.1.3 Keuntungan Optimistis …..………... 17

2.1.4 Faktor yang mempengaruhi Explanatory Style………. 20

2.2 Waria 2.2.1 Definisi Waria…………...………... 21

2.2.2 Penyebab Waria ……….………... 22

2.2.3 Sejarah Waria……….. 24

2.3 Masa Dewasa Awal……….... 27

2.3.1 Pengertian Masa Dewasa Awal………... 27

2.3.2 Karakteristik Dewasa Awal…..….…….………... 28

2.4 Masa Dewasa Madya……….. 29

2.4.1 Pengertian Masa Dewasa Madya………... 29

2.4.2 Tahap Perkembangan Masa Dewasa Madya..…..….…... 30

2.4.3 Masa Krisis Dewasa Madya………... 31

2.4.4 Karakteristik Masa Dewasa Madya……… 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN……….38

3.1 Rancangan Penelitian………. 38

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional……… 39

3.2.1 Variabel Penelitian (Definisi Konseptual) ………. 39

3.2.2 Definisi Operasional….……….. 39

(5)

xi Universitas Kristen Maranatha

3.3.1 Data Primer………….….………... 40

3.3.2 Prosedur Pengisian Kuesioner dan Sistem Penelitian….…... 41

3.3.3 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur………….….………… 43

3.4 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel………….….………... 44

3.4.1 Populasi Sasaran………….….………... 44

3.4.2 Karakteristik Populasi………….….………... 44

3.4.3 Ukuran Populasi………...………….….………. 45

3.4.4 Teknik Penarikan Sampel………45

3.5 Teknik Analisis Data………….….………... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.……….…… 46

4.1 Hasil Penelitian………….………. 46

4.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Usia……… 46

4.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan…... 46

4.1.3 Gambaran Responden Berdasarkan Dimensi Permanence.... 47

4.1.4 Gambaran Responden Berdasarkan Dimensi Pervasiveness.. 47

4.1.5 Gambaran Responden Berdasarkan Dimensi Personalization48 4.1.6 Gambaran Explanatory Style………. 48

4.1.7 Gambaran Explanatory Style pada good situation…………. 49

4.1.8 Gambaran Explanatory Style pada bad situation…………... 49

(6)

xii Universitas Kristen Maranatha

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………..………. 55

5.1 Kesimpulan ………... 55

5.2 Saran………...……… 56

5.2.1 Saran Teoritis……….. 56

5.2.2 Saran Praktis………...……… 56

Daftar Pustaka………….……… 57

(7)

xiii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

(8)

xiv Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR SKEMA

Skema 1.1 Skema Kerangka Pemikiran 14

(9)

xv Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Mentah Kuesioner Explanatory Style Lampiran 2 Tabulasi Silang

(10)
(11)
(12)
(13)

Lampiran 2 – Tabulasi Silang

Tabulasi silang antara dimensi dan Explanatory Style

Dimensi Permanence

PmG Good Situation

Total

Exp. Style Permanent Temporary

Pesimistis 32

Exp. Style Permanent Temporary

Pesimistis 70

Exp. Style Universal Spesific

(14)

Dimensi Pervasiveness

PvG Bad Situation

Total

Exp. Style Universal Spesific

Pesimistis 51

Exp. Style Internal Eksternal

Pesimistis 8

Exp. Style Internal Eksternal

Pesimistis 48

Tabulasi silang gambaran responden dan Explanatory Style

(15)

Lampiran 3 – Alat Ukur Explanatory Style

KATA PENGANTAR

Dalam rangka memenuhi syarat kelulusan Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung, salah satu syarat kelulusan yang harus dipenuhi adalah menyusun skripsi. Adapun judul skripsi ini adalah Studi Deskriptif mengenai

Explanatory Style pada waria di Bandung.

Sehubung dengan hal tersebut, maka saudara dimohon kesediaannya untuk meluangkan waktu mengisi kuesioner ini. Data yang diperoleh nantinya akan dipergunakan untuk penelitian ini.

Saudara diharapkan untuk mengisi kuesioner ini dengan sebenar-benarnya dan sejujur-jujurnya. Identitas dan kerahasiaan jawaban saudara akan dijaga.

Atas kesediaan dan bantuannya kami ucapkan terimakasih.

Hormat saya,

(16)

Identitas

Nama (Inisial) :

Usia :

Pendidikan terakhir :

Petunjuk Pengisian Kuesioner Explanatory Style

Berikut ini terdapat persoalan berupa pernyataan yang masing-masing menggambarkan situasi. Tugas saudara adalah membayangkan dengan jelas seandainya situasi-situasi tersebut kepada diri saudara, walaupun mungkin pada beberapa situasi belum pernah saudara alami.

Cara menjawab pertanyaan tersebut adalah saudara diminta untuk memilih salah satu dari dua pernyataan yang dianggap sesuai dengan diri saudara atau yang paling mungkin akan saudara lakukan pada situasi tersebut yang tersedia dengan cara memberikan lingkaran pada huruf (a) atau (b) dari pernyataan tersebut. Walaupun menurut saudara kedua pernyataan tersebut tidak sesuai dengan diri saudara, saudara tetap diminta untuk memilih salah satu yang paling mendekati diri saudara. Dan jangan sampai ada persoalan yang terlewatkan.

(17)

1. Pekerjaan yang saudara lakukan bersama tim sangat berhasil. a. Saya benar-benar memperhatikan pekerjaan setiap orang. b. Setiap orang telah mencurahkan waktu dan tenaganya. 2. Saudara rukun kembali dengan pasangan.

a. Saya telah memaafkannnya. b. Saya selalu memaafkan.

3. Saudara tersesat saat mencari alamat seorang teman. a. Saya kehilangan arah.

b. Teman saya memberikan petunjuk yang salah. 4. Pasangan saudara memberikan hadiah mengejutkan.

a. Dia memperoleh kenaikan pangkat.

b. Saya telah mengajaknya makan malam istimewa pada malam sebelumnya. 5. Saya lupa tanggal ulang tahun pasangan.

a. Saya memang pelupa masalah ulang tahun. b. Saya disibukkan oleh persoalan lain.

6. Saudara menerima sekuntum bunga dari seseorang yang merahasikan identitas.

a. Saya menarik baginya.

b. Saya adalah seorang yang populer.

7. Saudara terpilih menjadi ketua organisasi sekolah.

a. Saya mencurahkan waktu dan tenaga untuk berkampanye. b. Saya bekerja keras untuk segala sesuatu yang dikerjakan. 8. Saudara telah melupakan janji penting.

a. Terkadang ingatan saya bekerja dengan buruk. b. Terkadang saya lupa mengecek buku agenda.

9. Saudara adalah kandidat (calon) ketua organisasi namun gagal terpilih. a. Saya tidak berkampanye sungguh-sungguh.

b. Ketua yang terpilih memang dikenal banyak orang.

10. Saudara berhasil menjadi tuan rumah pesta ulang tahun yang meriah. a. Saya tampil sangat istimewa malam itu.

b. Saya tuan rumah yang hebat.

11. Saudara berhasil menggagalkan suatu tindak kejahatan, dengan cara menelepon kantor polisi.

(18)

12. Saudara sangat sehat sepanjang tahun ini.

a. Ada beberapa teman yang sakit, sehingga tidak perlu saya tonjolkan. b. Saya makan dan istirahat secara cukup dan teratur.

13. Saudara berhutang Rp 10.000 ke perpustakaan, karena terlambat mengembalikan buku.

a. Bila saya terlalu asyik membaca buku, saya sering lupa batas waktu pengembalian buku.

b. Saya terlalu asyik membuat laporan tugas sehingga lupa mengembalikan buku.

14. Saudara memiliki koleksi barang yang akan menghasilkan banyak uang. a. Saya selalu jeli melihat peluang bisnis.

b. Secara khusus saya ‘tergila-gila’ dengan barang-barang itu sehingga mengoleksinya.

15. Saudara menjuarai lomba karya ilmiah.

a. Saya merasa sebagai orang yang tidak terkalahkan. b. Saya telah berlatih keras.

16. Saudara gagal dalam ulangan umum yang akan menentukan penjurusan. a. Saya tidak sepintar teman-teman yang lain.

b. Saya kurang serius mempersiapkan diri.

17. Saudara telah menyiapkan masakan istimewa bagi keluarga, namun kurang mengundang selera.

a. Saya bukan juru masak yang handal.

b. Saya mempersiapkan masakan itu secara tergesa-gesa.

18. Saudara kalah dalam suatu event olah raga, padahal telah berlatih keras. a. Saya tidak berbakat olah raga.

b. Saya tidak berbakat dalam cabang olah raga tersebut.

19. Kendaraan yang saudara kendarai kehabisan bensin di suatu jalan yang gelap di larut malam.

a. Saya tidak mengecek sisa bensin yang ada.

b. Jarum penunjuk bensin kendaraan dalam keadaan rusak. 20. Saudara kehilangan kesabaran atas perilaku seorang teman.

a. Dia selalu menjengkelkan.

b. Dia sedang memiliki suasana hati buruk.

21. Saudara mendapat peringatan keras, karena melakukan pelanggaran berulang atas disiplin sekolah.

a. Saya selalu melakukan pelanggaran disiplin.

(19)

22. Saudara meminta seseorang untuk meninggalkan tempat duduknya, namun orang itu menolak.

a. Saya sedang uring-uringan di sepanjang hari itu.

b. Saya menggunakan kata-kata kasar saat menyuruhnya pergi.

23. Pembawa acara meminta saudara naik ke panggung, berpartisipasi pada acara yang dipandunya.

a. Saya duduk di bagian yang tepat.

b. Saya tampak antusias terhadap acara yang dipandunya. 24. Saudara sering menerima ajakan berdansa pada suatu pesta.

a. Saudara bersikap ramah pada situasi pesta. b. Saya berdandan sempurna pada pesta itu.

25. Saya memberi hadiah kepada pacar, namun ia tidak menyukainya. a. Saya tidak mengetahui barang-barang yang layak diberikan. b. Dia memiliki selera yang sangat buruk.

26. Saudara berhasil melewati wawancara kerja dengan sangat baik. a. Saya merasa sangat percaya diri saat wawancara itu.

b. Saya sangat baik setiap wawancara.

27. Saya menceritakan suatu cerita lucu, dan semua orang tertawa mendengarnya. a. Cerita itu memang sangat lucu.

b. Saya bercerita disaat yang tepat.

28. Guru memberikan waktu yang singkat untuk menyelesaikan suatu tugas, namun saudara berhasil menyelesaikannya.

a. Saya memang terampil untuk menyelesaikan tugas itu. b. Saya seorang yang efisien.

29. Akhir-akhir ini perasaan saudara terombang-ambing tidak menentu. a. Saya belum pernah memiliki kesempatan untuk bersantai.

b. Saya sangat sibuk dalam satu minggu terakhir.

30. Saudara mengajak seseorang untuk menonton, namun ia menolaknya. a. Saya bukan seorang yang menarik.

b. Dia tidak suka menonton.

(20)

32. Pasangan meminta untuk tidak bertemu selama beberapa waktu agar bisa berpikir jernih.

a. Saya terlalu kekanak-kanakan.

b. Saya tidak memiliki banyak waktu yang bisa dihabiskan bersama-sama dengannya.

33. Seorang teman mengatakan sesuatu yang menyinggung perasaan saudara. a. Dia selalu berterus-terang tanpa memikirkan perasaan orang lain.

b. Teman saya sedang ‘bete’ dan sayalah yang menjadi sasaran

ke’bete’annya itu.

34. Seorang teman mendatangi saudara untuk curhat tentang masalah keluarga. a. Saya adalah orang yang ahli dalam menangani masalah keluarga. b. Saya selalu dapat memberkan saran-saran terbaik.

35. Seorang teman beterima kasih atas bantuan yang telah saudara berikan saat ia bermasalah.

a. Saya senang bisa membantunya mengatasi masalah. b. Saya sangat peduli terhadap orang lain.

36. Saya sangat terkesan pada suatu pesta.

a. Setiap orang yang hadir sangat bersahabat. b. Saya adalah orang yang ramah.

37. Dokter keluarga memuji kesehatan saudara. a. Saya berolahraga secara teratur.

b. Saya sangat menjaga kesehatan.

38. Pasangan saudara tampak menjauh dalam beberapa waktu terakhir ini. a. Ia perlu menjauh selama beberapa hari ini.

b. Ia bermaksud menekuni hobbynya yang baru.

39. Dokter mengatakan bahwa saudara terlalu banyak mengonsumsi gula. a. Saya tidak terlalu memperhatikan program diet.

b. Saudara tidak bisa menghindari gula, karena ada di setiap makanan yang dikonsumsi.

40. Saudara diminta ‘menggarap’ proyek penting di organisasi sekolah. a. Saya pernah berhasil menggarap proyek serupa.

b. Saya adalah seorang supervisor yang handal. 41. Saudara bertengkar hebat dengan pasangan.

a. Saya merasa tertekan sesudahnya.

(21)

42. Saudara terjatuh di arena ice skating. a. Meluncur di arena es memang sulit.

b. Sepatu yang saya kenakan dalam keadaan tidak sempurna. 43. Saudara memenangkan penghargaan bergengsi.

a. Saya berhasil menyelesaikan masalah penting. b. Saya adalah pelajar yang berpretasi.

44. Motivasi belajar saudara menurun drastis.

a. Saya kurang memahami bagaimana memompa motivasi belajar. b. Saya memilih bidang studi yang tidak tepat.

45. Saudara memenangkan undian berhadiah. a. Saya berhasil memanfaatkan peluang. b. Saya mengambil nomor yang tepat.

46. Saudara mengalami kenaikan berat badan saat menjalani liburan, dan sulit diturunkan.

a. Diet tidak dapat menyelesaikan masalah ini.

b. Diet yang telah saya lakukan tidak membuahkan hasil.

47. Saudara dirawat karena sakit, dan hanya sedikit teman yang datang menjenguk.

a. Saya sangat rewel saat terbaring sakit.

b. Teman-teman sangat lalai menjenguk orang sakit.

48. Petugas kasir menolak kartu kredit saudara saat akan bertransaksi. a. Terkadang saya merasa masih memiliki banyak uang.

(22)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia tumbuh dan berkembang menurut tahap-tahap perkembangannya. Dalam tahap perkembangan tersebut, manusia mengalami perubahan fisik dan psikologisnya. Salah satu aspek dalam diri manusia yang sangat penting adalah peran jenis kelamin. Setiap individu diharapkan dapat memahami peran sesuai dengan jenis kelaminnya. Keberhasilan individu dalam pembentukan identitas jenis kelamin ditentukan oleh berhasil atau tidaknya individu tersebut dalam menerima dan memahami perilaku sesuai dengan peran jenis kelaminnya. Jika individu gagal dalam menerima dan memahami peran jenis kelaminnya maka individu tersebut akan mengalami konflik atau Gender Identity Disorder (gangguan identitas diri).

Waria adalah individu yang memiliki jenis kelamin pria tetapi berperilaku dan berpakaian seperti layaknya seorang wanita. Waria adalah seseorang yang memiliki ketidaksesuaian antara fisik dengan identitas gendernya. Mereka merasa bahwa jauh dalam dirinya, biasanya sejak masa kanak-kanak, mereka adalah orang yang berjenis kelamin berbeda dengan dirinya saat ini (Perroto & Culkin, 1993).

(23)

2

Universitas Kristen Maranatha

dilabelkan saat lahir. Banyak waria mengatakan bahwa tubuh mereka selalu terasa

„salah‟, dan merasa tidak nyaman dengan kondisi fisik tersebut.

Komunitas waria adalah minoritas dalam masyarakat yang berasal dari kata wanita pria (shemale) karena pria tapi berpakaian seperti wanita, merasa jiwa yang berada dalam tubuhnya adalah wanita, bahkan. Mereka berdandan, berpikir, perasaan, dan perilaku layaknya wanita, kondisi fisik yang membedakan adalah jenis alat kelamin yang dimiliki meskipun berbeda tapi fungsi tetap sama, untuk buang air kecil. Waria memiliki kebutuhan biologis, aktifitas, dan bergaul dengan sesama atau orang bukan dari kelompoknya karena juga bagian masyarakat. Saat ini masyarakat mulai mengakui keberadaan waria walaupun kadang masih dianggap tidak normal dan obyek ejekan lucu untuk ditonton bila berlebihan mengekpos diri atau terkesan aneh.

Kaum waria memiliki wadah perkumpulan seperti di Jakarta FKW (Forum Komunikasi Waria) dan YSS (Yayasan Srikandi Sejati), di Malang IWAMA (Ikatan Waria Kota Malang), di Semarang yayasan TIARA BANGSA, PHBK (Persatuan Hidup Baru Dalam Kasih), PERWARIS (Persatuan Waria Kota Semarang), dan di Bandung Srikandhi Pasundan. Tujuan dari perkumpulan tersebut adalah memberi kekuatan spirit dan emosional, bekal religi yang kuat untuk menerima diri apa adanya, berlapang dada, perlindungan hak asasi dan keadilan, pengakuan, penerimaan masyarakat, memupuk persaudaraan, penyuluhan HIV/AIDS, maupun arisan.

(24)

3

Universitas Kristen Maranatha

sosiokultural (Nevi, Ratus, dan Greene, 1994). Perspektif biologis berkaitan dengan masalah hormonal, behavioristik berkaitan dengan penguatan yang diberikan oleh keluarga atau orang lain ketika anak pria berperilaku dan berpenampilan seperti wanita, sedangkan perspektif sosiokultural berkaitan dengan faktor budaya yang diduga mempengaruhi perubahan perilaku dari pria menjadi waria. Waria merasa bahwa kondisi fisik tidak sesuai dengan kondisi psikologisnya sehingga hal ini menimbulkan konflik psikologis dalam dirinya.

Permasalahan tidak hanya menyangkut masalah moral dan perilaku yang dianggap tidak wajar, namun merupakan dorongan seksual yang sudah menetap dan memerlukan penyaluran (Kartono, 1989: 257). Dorongan seksual tersebut belum dapat diterima oleh masyarakat, karena pada dasarnya hanya ada dua jenis kelamin, yaitu pria dan wanita. Dorongan yang menyimpang dalam relasi sosial waria, sama seperti halnya homo atau lesbian hal ini belum dapat diterima oleh

masyarakat. Padahal sebagai manusia mereka sama dengan manusia „normal‟

lainnya yang pada fase tertentu memerlukan penyaluran. Hal ini juga yang menyebabkan adanya kemungkinan mereka mengalami pelecahan seksual.

(25)

4

Universitas Kristen Maranatha

menyebabkan berbicara tentang dunia waria dekat dengan dunia pelacuran atau dunia malam sehingga menjadi salah satu penyebab waria masih sulit diterima dalam kehidupan bermasyarakat. Saat ini, di sebuah LSM terdata ada sekitar 750 waria di kota Bandung, dan 400 diantaranya adalah WPS.

Kehidupan waria bisa dianggap kehidupan yang cukup unik. Bagi masyarakat umum, waria dianggap sebagai sebuah penyimpangan atau kelainan, karena pada tubuh pria terdapat kepribadian seorang wanita. Bagi keluarga keberadaan mereka dianggap sebagai aib sedangkan bagi masyarakat mereka dianggap menyalahi kodrat. Stigma yang muncul dari masyarakat menimbulkan tekanan bagi waria, baik berupa tekanan sosial, ekonomi maupun psikologis.

Merlyn Sopjan (Ratu Waria 2006), mengatakan bahwa sejak kecil ketika bermain ia lebih senang jika menjadi wanita. Sifat kewanitaannya semakin menonjol seiring dengan pertambahan usianya, itu pula sebabnya mengapa dirinya terkadang dipanggil „banci‟ oleh teman-temannya. Ketika di bangku SMU, Merlyn pernah berpacaran dengan pria dan hal ini diketahui oleh ibunya. Tahun 1995 merupakan tahun terberat untuknya, ketika ia merasa harus memilih tetap menjadi pria atau menjadi wanita. Di saat tersebut ia teringat oleh ibunya yang telah meninggal dunia 3 tahun sebelumnya. “Tuhan telah memberikan saya seorang Ibu yang baik hati, Tuhan juga telah memberikan kekuatan pada saya

sehingga saya masih tegar sampai sekarang.” katanya.

(26)

5

Universitas Kristen Maranatha

produktif untuk para waria. Di IWAMA (Ikatan Waria Malang) Merlyn aktif mengampanyekan mengenai AIDS. Merlyn menjadi sorotan publik ketika berhasil menjadi peserta favorit dan memenangkan Putri Waria 2006. Saat itu Merlyn bekerja sebagai Manajer Konseling HIV AIDS di rumah RS. Syaiful Anwar, Malang, Jawa Timur, melihat sosok Merlyn perlahan mulai membuka pandangan masyarakat terhadap waria.

Waria sering mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari masyarakat baik berupa cacian, pelecehan dan penolakan-penolakan. Berbagai macam tekanan yang muncul menuntut waria agar bisa terus hidup. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut waria harus memiliki penghasilan, sedangkan tidak semua lapangan pekerjaan bisa dimasuki oleh waria.

(27)

6

Universitas Kristen Maranatha

Situasi-situasi tersebut memberikan dampak tersendiri terhadap keyakinan diri para waria mengenai kelangsungan hidup mereka dalam kesehatan, relasi sosial, maupun aktivitas sehari-hari. Situasi seperti ini menjadi tantangan bagi para waria, dan dalam menghadapi tantangan tersebut para waria harus optimis. Jika mereka optimistis cenderung berusaha melakukan yang terbaik untuk hidupnya, seperti mencari pekerjaan yang layak guna menopang penghidupannya. Waria yang pesimis cenderung apatis menghadapi hidup, mereka tidak berusaha mencari pekerjaan yang layak, dan menjadi WPS dimana mereka menjadi rentan tertular HIV-AIDS.

Dalam kaitannya dengan kesehatan, Seligman dan Buchanan (1990) berpendapat bahwa individu yang memiliki cara pandang optimistis tidak hanya terhindar dari depresi melainkan mereka dapat meningkatkan kesehatan fisik mereka. Keberadaan optimistis dalam diri waria diharapkan dapat membantu para waria bertahan saat menghadapi masa-masa sulit dalam menjalani hidup mereka dengan tetap memiliki keyakinan untuk berhasil.

(28)

7

Universitas Kristen Maranatha

kejadian dalam hidupnya, apakah penyebab kejadian baik atau buruk akan terus berlangsung dalam kehidupannya (permanence), terjadi pada seluruh aspek kehidupannya (pervasiveness), dan seberapa besar seorang menilai dirinya sebagai penyebab dari setiap kejadian yang terjadi (personalization). Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti explanatory style pada waria di Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas, masalah yang ingin diteliti adalah seperti apakah gambaran explanatory style pada waria di Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah ingin mengetahui explanatory style pada waria di Bandung.

Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai explanatory style pada waria di Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Ilmiah

 Sebagai bahan masukan bagi ilmu Psikologi sosial dan Psikologi klinis tentang

explanatory style pada waria.

(29)

8

Universitas Kristen Maranatha

1.4.2 Kegunaan Praktis

Sebagai bahan masukan dan informasi bagi waria mengenai explanatory

style untuk mengembangkan cara pandang yang optimistis dalam menjalani hidup

sebagai waria untuk mencapai penghidupan yang lebih baik.

1.5 Kerangka Pemikiran

Tidak mudah bagi waria untuk melibatkan diri dalam lingkungan masyarakat, waria sering mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari masyarakat baik berupa cacian, pelecehan dan penolakan-penolakan. Berbagai macam tekanan yang muncul menuntut waria agar bisa terus hidup. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut waria harus memiliki penghasilan, sedangkan tidak semua lapangan pekerjaan bisa dimasuki oleh waria. Penting bagi seorang waria memiliki belief yang kuat bahwa meskipun mereka memiliki gangguan pada identitas diri namun mereka masih mampu untuk bertahan hidup dan terus menjalani kehidupannya serta memenuhi kebutuhannya. Selain itu perlu juga adanya harapan ketika mengalami kegagalan atau ketidakberuntungan. Dengan

belief dan adanya harapan seperti ini para waria dapat kembali bangkit dari

penolakan-penolakan yang diterimanya dari masyarakat dan melanjutkan kehidupannya.

(30)

9

Universitas Kristen Maranatha

menghadapi depresi sedangkan orang yang optimistis memiliki kesehatan mental yang lebih baik. Seligman (1990) juga mengungkapkan bahwa yang menentukan derajat optimisme adalah kebiasaan individu dalam menjelaskan situasi yang terjadi pada dirinya (explanatory style).

Explanatory style adalah kebiasaan berpikir mengenai sebab suatu

kejadian dari masa kanak-kanak atau saat baru menginjak masa remaja, dan cenderung akan menetap seumur hidup (Seligman, 1990). Explanatory style diantaranya memunculkan daya tahan ketika menghadapi kejadian buruk, juga dapat membuat seseorang apatis atau membiarkan dirinya menikmati hidup.

Explanatory style seseorang berpengaruh terhadap cara seseorang memahami

dirinya, menempatkan orang lain untuk melawan dirinya atau bekerjasama dengan waria, apakah waria itu merasa bahwa dirinya berharga dan pantas mendapat hal-hal baik, ataukah tidak berharga dan tidak memiliki harapan. Explanatory style lebih dari sekedar kata-kata yang diucapkan seseorang ketika mengalami kegagalan.

Menurut Seligman, terdapat tiga dimensi dalam explanatory style theory yang menentukan apakah seseorang itu optimistis atau pesimistis, yaitu

permanence, pervasiveness, personalization. Ketiga dimensi ini terbagi dalam dua

keadaan, yaitu keadaan baik (good situation) dan keadaan yang buruk (bad

situation).

(31)

10

Universitas Kristen Maranatha

sementara (temporary). Penjelasan yang bersifat menetap (permanent) terhadap gangguan identitas diri dan penolakan dari masyarakat yang dialami menimbulkan rasa ketidakberdayaan yang berkepanjangan, sedangkan penjelasan yang bersifat sementara (temporary) bahwa penolakan masyarakat terhadap waria itu hanya terjadi pada satu waktu saja akan menciptakan daya tahan terhadap penolakan dan pengasingan. Waria yang optimistis akan berpikir bahwa keadaan buruk (bad

situation) hanyalah bersifat sementara. Dalam keadaan yang baik (good situation)

waria yang optimistis akan menjelaskan bahwa keadaan baik (good situation) yang mereka alami sebagai akibat dari sesuatu yang bersifat menetap (permanent), sehingga dirinya dapat diterima oleh masyarakat dan dapat berbaur dalam lingkungannya. Ketika menghadapi keadaan buruk (bad situation), waria yang pesimistis akan memandang bahwa penyebab keadaan buruk tersebut bersifat menetap.

Dimensi kedua adalah pervasiveness, yang merupakan persepsi individu mengenai ruang lingkup dari masalah yang dihadapi, yaitu universal dan spesifik. Waria yang pesimistis apabila mengalami kegagalan dalam mendapatkan pekerjaan, maka dirinya akan merasa gagal dalam hal lain, dalam melakukan pekerjaan lain, sehingga akan mempengaruhi seluruh aspek kehidupannya, menyebabkan ia tidak diterima oleh keluarga atau lingkungannya.

(32)

11

Universitas Kristen Maranatha

dirinya sendiri (internalisasi) atau mungkin menyalahkan orang lain (eksternalilasi).

Terdapat beberapa faktor yang melatarbelakangi seseorang apakah memiliki explanatory style yang optimistis atau pesimistis. Adapun tiga hal yang mempengaruhi pembentukan explanatory style dalam diri seseorang, yaitu

explanatory style significant person, kritik orang dewasa, dan krisis yang dialami

pada masa kanak-kanak (Seligman, 1990).

Faktor yang pertama dan yang paling utama adalah explanatory style yang dimiliki oleh significant person. Cara pandang significant person tentang kejadian tertentu yang dialaminya dapat mempengaruhi explanatory style seseorang. Anak melihat bagaimana cara significant person memandang suatu situasi lalu anak meniru cara pandang significant person melalui proses modelling (Seligman, 1990). Faktor yang kedua adalah kritik orang dewasa. Kritik yang diberikan orang dewasa akan mempengaruhi diri seseorang. Hal ini bukan hanya pada isi kritik yang disampaikan tapi bagaimana kritik tersebut disampaikan. Individu mempercayai kritik yang diterimanya dan hal ini mempengaruhi bagaimana individu mengembangkan explanatory style mereka (Seligman, 1990). Faktor yang ketiga adalah krisis pada masa kanak-kanak. Hal ini berkaitan dengan segala pengalaman traumatik yang dialami saat kanak-kanak misalnya pernah mendapat perlakuan kasar, pertengkaran, atau perceraian orang tua, dan kehilangan sesuatu yang dianggap berharga.

(33)

12

Universitas Kristen Maranatha

tercermin melalui explanatory style individu ketika menghadapi situasi yang baik (good situation) maupun keadaan buruk (bad situation) apakah individu tersebut memiliki explanatory style yang optimistis atau pesimistis.

Jika waria memiliki significant person yang memandang bahwa penyebab keadaan buruk yang menimpanya adalah sesuatu yang menetap dan menyeluruh di semua bidang kehidupan dan jika pada masa kanak-kanaknya mereka mendengar bahwa significant person mereka berkata bahwa kejadian buruk seperti ini akan selalu mereka alami, menyeluruh di bidang kehidupan mereka, ini disebabkan oleh dirinya sendiri, maka melalui proses mendengar dan meniru wariapun akan memandang bahwa keadaan buruk yang dialami merupakan sesuatu yang menetap dan menyeluruh dalam hidupnya. Ketika waria mengalami kegagalan, lalu ia mendapat kritikan bahwa mereka selalu membuat malu keluarga, semua usaha mereka akan sia-sia, tidak akan ada orang yang mau menerima mereka lagi, maka waria akan beranggapan bahwa mereka seperti kritik yang mereka terima. Anak yang tidak mampu mengatasi krisis yang dialami ketika kanak-kanak, maka akan mengembangkan konsep bahwa keadaan buruk tersebut akan terus terjadi pada diri mereka dan tidak dapat diubah. Waria yang seperti ini adalah waria yang memiliki explanatory style pesimistis.

(34)

13

Universitas Kristen Maranatha

(35)

14

Universitas Kristen Maranatha

Bagan 1.1 – Skema Kerangka Pemikiran

Waria

Dimensi:

Pervasiveness

Permanence

Personal

Optimis

Pesimis

Explanatory style

Faktor yang Mempengaruhi Explanatory Style :  Explanatory Style Significant person

 Kritikan orang dewasa  Krisis masa kanak-kanak

(36)

15

Universitas Kristen Maranatha

1.6 Asumsi Penelitian

 Cara pandang masyarakat yang cenderung menolak keberadaan waria, mengakibatkan waria memiliki posisi terisolasi secara sosial.

 Keterasingan secara sosial ini berdampak pada timbulnya pelbagai jenis kesulitan bagi kaum waria dalam melakukan proses adaptasinya terhadap lingkungan dan kehidupannya secara menyeluruh

Explanatory Style merupakan jawaban bagi seberapa mampu para waria itu

bertahan menjalani tekanan sosial dalam kehidupannya.

Waria yang optimistic explanatory style akan menjawab tekanan sosial yang diterimanya sebagai tantangan, sedangkan waria yang pessimistic explanatory

(37)

55 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui pengolahan data mengenai Explanatory Style pada waria di Bandung, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1) Sebagian besar waria di Bandung, tergolong sebagai waria yang memiliki

Explanatory Style Pesimistis (76% dari 100 responden).

2) Waria yang memiliki Explanatory Style pesimistis memandang bahwa good

situation (keadaan baik) yang dialaminya bersifat temporary, specific, dan

internal. Dalam bad situation (keadaan buruk), waria memandang bahwa

keadaan yang dialaminya bersifat permanent, universal, dan internal.

3) Waria yang memiliki Explanatory Style Optimistis memandang bahwa good

situation (keadaan baik) yang dialaminya bersifat permanent, universal, dan

external. Dalam bad situation (keadaan buruk) sebagian waria memandang

bahwa keadaan yang dialaminya bersifat temporary, specific, dan external, sebagian lagi memandang bahwa keadaan yang dialaminya bersifat

(38)

56

Universitas Kristen Maranatha

5.2 Saran

5.2.1 Saran Teoretis

1) Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka peneliti mengajukan saran untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi Explanatory Style waria di Bandung yang melatarbelakangi munculnya pesimistis.

2) Selain itu disarankan pula untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai penyebab waria yang memiliki Explanatory Style optimistis mempersepsikan situasi baik yang dialaminya diakibatkan oleh faktor di luar dirinya.

5.2.2 Saran Praktis

1) Bagi waria dapat mengetahui bagaimana cara pandang mereka terhadap situasi yang dialami, baik situasi yang mengandung keberhasilan maupun kegagalan sehingga dapat memahami dimensi yang mendasari cara pandang mereka pada sitituasi hidup agar waria menjadi optimistis.

(39)

57 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Atmojo. 1987. Majalah Lama: “Pesantren”. Jakarta: Hermes Media.

Crooks, R & Baur, K. 1983. Our Sexuality. Pasifif Grove: Brooks Cole Publishing Company

Guilford, J. P. (1985). The structure-of-intellect model. In B. B. Wolman (Ed.),

Handbook of intelligence: Theories, measurements, and applications (pp. 225– 266). New York: Wiley.

Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Grasindo.

Kartini, Kartono. 1989. Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual. Bandung: CV Mandar Maju.

Koeswinarno. 2005. Hidup Sebagai Waria. Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara. Nadia, Zunly. (2005). Waria kodrat atau laknat. Yogyakarta: Pustaka Marwa. Nasir, Mohammad. 2003. Metode Penelitian. Cetakan ke-3. Jakarta: Ghalia

Indonesia

Perrotto, Culkin. 1993. Abnormal Psychology. HarperCollins. Canada: Limited. Puspitosari, Hesti & Pujileksono, Sugeng. (2005). Waria dan tekanan sosial.

Malang: UMM Press

Santrock, J. W. 2002. Life-Span Development. Jakarta: Erlangga.

Seligman, Martin E.P. 1990. Learned Optimisme. Pocket Book. New York: Knopf.

Sugiyono. (2004). Memahami penelitian kuantitaif. Bandung: ALFABETA. Supratiknya, A. (1995). Komunikasi antar pribadi : tinjauan psikologis.

Yogyakarta : Kanisius.

Tjahjono, E. 1995. Perilaku-Perilaku Seksual yang Menyimpang. Anima (Indonesia Psychological Journal) Vol XI No. 41.

(40)

58 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

Santy, Christin. Studi deskriptif mengenai derajat optimisme pada orang dengan

hiv/aids (ODHA) berusia 20-39 tahun di yayasan “x” Bandung. Skripsi.

Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mewujudkan ketahanan pangan suatu wilayah diperlukan kebijakan pemerintah yang lebih berpihak kepada petani. Pencapaian tersebut dapat terlaksana bila didukung juga

[r]

Penelitian mengenai pengembangan sistem sebelumnya menggunakan perusahaan sebagai objek penelitian [1][2] karena perusahaan merupakan salah satu entitas yang

Catu daya merupakan piranti elektronika yang dirancang untuk memberikan daya pada piranti elektronika lainnya.Saat merakit sebuah catu daya, diperlukan satu cara

[r]

Gambaran school engagement dari penelitian ini dapat digunakan oleh sekolah dan guru untuk lebih meningkatkan faktor – faktor yang memiliki keterkaitan dengan school

Oleh karena itu pada penelitian kali ini dibuat sebuah aplikasi yang menggunakan tahapan pengembangan sistem metode prototype untuk membantu masyarakat untuk

dengan segala aktifitas yang terdapat pada Bank BNI Bukittinggi dalam. memberikan pelayanan