• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek Larvisida Ekstrak Etanol Bawang Putih (Allium sativum L.) terhadap culex sp.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efek Larvisida Ekstrak Etanol Bawang Putih (Allium sativum L.) terhadap culex sp."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

v

ABSTRAK

EFEK LARVISIDA EKSTRAK ETANOL BAWANG PUTIH (Allium sativum L.) TERHADAP Culex sp.

Jessica Yosalinata, 2014. Pembimbing : Rita Tjokropranoto, dr. M.Sc.

Culex sp. merupakan salah satu genus nyamuk yang menjadi vektor dari banyak penyakit menular yang tersebar di dunia, contohnya filariasis, Japanese encephalitis, dan West Nile Virus. Penyebaran dapat dicegah dengan pengendalian vektor Culex sp., salah satunya, penggunaan larvisida untuk membunuh larva. Penggunan larvisida kimiawi, Temephos, banyak menimbulkan gangguan pada manusia dan lingkungan. Karena itu, lebih baik menggunakan larvisida alami yang jarang menimbulkan efek.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek larvisida ekstrak etanol bawang putih (EEBP) terhadap larva Culex sp.dan LC50 nya.

Metode penelitian ini bersifat eksperimental sungguhan laboratorik komparatif dengan rancangan acak lengkap, menggunakan 750 ekor larva, dibagi 6 kelompok perlakuan berbeda, yaitu pemberian EEBP 0,4%, 0,6%, 0,8%, 1%; temephos 1% sebagai kontrol positif, dan akuades sebagai kontrol negatif. Data jumlah larva mati dari berbagai perlakuan diukur setelah 24 jam. Analisis data menggunakan ANAVA satu arah dengan nilaiα = 0,05. Bila bermakna dilanjutkan uji Fisher’s LSD p < 0,05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa EEBP dengan konsentrasi 0,4%, 0,6%, 0,8%, dan 1% memiliki efek larvisida nyamuk Culex sp. dengan daya mortalitas berturut-berturut 18,4%, 56%, 65,6%, dan 81,6%, yang masing-masing berbeda sangat signifikan (p<0,05) dengan LC50 sebesar 0,612%.

Simpulannya adalah EEBP memiliki efek larvisida terhadap nyamuk Culex sp. dengan LC50 = 0,612%.

(2)

vi

ABSTRACT

THE LARVICIDAL EFFECT OF ETHANOL EXTRACT OF GARLIC (Allium sativum L.) AGAINST Culex sp.

Jessica Yosalinata, 2014. Tutor : Rita Tjokropranoto, dr. M.Sc.

Culex sp. is a vector to many transmitted disease around the world. For example, filariasis, Japanese Encephalitis, and West Nile Virus. This transmssion can be prevented by controlling the vector, using larvicide to kill the mosquitoes larva. The using of chemical larvicide, Temephos, can be harmful to people around and the environment. That is why we need a natural larvicide to minimalize the harm.

The objective of this research is to gather information about the larvicidal effect of ethanol extract of garlic (EEG) against Culex sp.and to find out its LC50. This research was a comparative true laboratoric experimental with complete randomized design, using 750 larvas which were divided into 6 group of different treatments, which are EEG 0,4%, 0,6%, 0,8%, 1%; temephos 1% as positive control; and distilled water as negative control.

The result exhibited that 0,4%, 0,6%, 0,8%, and 1% concentration of EEG has larvicidal effect aganist Culex sp. which have mortality rate consecutively 18,4%, 56%, 65,6%, and 81,6% each of were highly significant (p<0,05) with the value of LC50 = 0,612%.

The conclusion showed that EEG has larvicidal effect against Culex sp. with its LC50 = 0,612%.

(3)

ix

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.4.1Manfaat Akademis ... 3

1.4.2Manfaat Praktis ... 3

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian ... 3

1.5.1Kerangka Pemikiran ... 3

1.5.2Hipotesis Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Nyamuk ... 5

2.1.1 Morfologi Nyamuk ... 5

2.1.2 Siklus Hidup Nyamuk ... 6

2.2 Culex sp. ... 7

(4)

x

2.2.2 Siklus Hidup Culex sp. ... 9

2.2.3 Culex sp. Sebagai Vektor ... 11

2.2.3.1West Nile Virus ... 11

2.2.3.2Japanese Encephalitis ... 11

2.2.3.3Saint Louis Encephalitis ... 12

2.2.3.4Filariasis Limfatik ... 12

2.2.4 Pengendalian Vektor ... 13

2.3 Temephos ... 14

2.4 Tinjauan Umum Bawang Putih ... 14

2.4.1Morfologi Bawang Putih ... 15

2.4.2Taksonomi Bawang Putih ... 18

2.4.3Habitat dan Sifat ... 18

2.4.4Kandungan Kimia ... 19

2.4.5Bawang Putih Sebagai Larvisida ... 23

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1Bahan, alat dan Subjek Penelitian ... 25

3.1.1 Bahan Penelitian ... 25

3.1.2 Alat Penelitian ... 25

3.1.3 Subjek Penelitian ... 25

3.2Metode Penelitian ... 26

3.2.1 Desain Penelitian ... 26

3.2.2 Variabel Penelitian ... 26

3.2.2.1Definisi Operasional Variabel ... 26

3.2.3 Besar Sampel Penelitian ... 27

3.3Prosedur Kerja ... 28

3.3.1 Persiapan Hewan Coba ... 28

3.3.2 Persiapan Bahan Uji ... 28

3.3.3 Prosedur Penelitian ... 28

3.4Metode Analisis ... 29

(5)

xi

3.4.2 Kriteria Uji ... 29

3.5Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

3.5.1 Lokasi ... 30

3.5.2 Waktu ... 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Hasil ... 31

4.2Pembahasan ... 34

4.3Pengujian Hipotesis Penelitian ... 35

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1Simpulan ... 36

5.2Saran ... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 37

LAMPIRAN ... 41

(6)

xii

DAFTAR TABEL

(7)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Bagan mekanisme kerja senyawa aktif bawang putih sebagai

larvisida ... 4

Gambar 2.1 Morfologi Nyamuk Umum ... 6

Gambar 2.2 Culex sp. dewasa ... 7

Gambar 2.3 Siklus Hidup Culex sp. ... 9

Gambar 2.4 Bawang Putih ... 15

Gambar 2.5 Tanaman Bawang Putih ... 16

Gambar 2.6 Struktur kimia aliin dan sistein ... 21

Gambar 2.7 Jalur pemecahan γ-glutamil-S-alk(en)il- L-sistein ... 22

Gambar 2.8 Struktur kimia alliin dan alisin ... 23

Gambar 2.9 Struktur Diallildisulfida ... 23

(8)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Prosedur Ekstraksi ... 41

Lampiran 2 Perhitungan dosis ... 42

Lampiran 3 ANAVA ... 44

Lampiran 4 Multiple Comparison ... 45

Lampiran 5 Probit Analysis ... 46

(9)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Filariasis limfatik merupakan penyakit menular yang mengakibatkan gejala kronis dan akut (kaki membesar seperti gajah). Penyakit ini terjadi karena infeksi cacing filaria melalui perantaraan nyamuk, terutama genus Culex sp. Nyamuk yang mengandung larva L3 mencucuk manusia, larva tersebut disimpan dalam kulit

manusia. Larva bermigrasi ke dalam pembuluh limfe dan berkembang menjadi cacing dewasa dalam sistem limfatik manusia (World Health Organization, 2013).

Filariasis merupakan penyakit endemik di 73 negara dan lebih dari 1,4 miliar orang di seluruh dunia beresiko terkena penyakit ini. Diperkirakan hampir 65% orang yang terinfeksi tinggal di Asia Tenggara dan 30% di Afrika (WHO, 2013). Hampir seluruh wilayah Indonesia adalah daerah endemis filariasis, terutama wilayah Indonesia Timur yang memiliki prevalensi tinggi. Sejak tahun 2000 hingga 2009 di laporkan kasus kronis filariasis sebanyak 11.914 kasus yang tersebar di 401 Kabupaten/kota (Departemen Kesehatan RI, 2010).

Hasil laporan kasus klinis kronis filariasis dari kabupaten/kota yang ditindaklanjuti dengan survey endemisitas filariasis, sampai dengan tahun 2009 terdapat 337 kabupaten/kota endemis dan 135 kabupaten/kota non endemis (Departemen Kesehatan RI, 2010).

(10)

2

Pengendalian populasi nyamuk adalah cara yang dapat dilakukan untuk menekan penyebaran penyakit yang dibawa nyamuk. Beberapa caranya, yaitu: menggunakan kelambu dan penggunaan insektisida dan larvisida. Pengendalian vektor Culex sp dapat dilakukan dengan empat cara yaitu pengendalian lingkungan, pengendalian secara biologis, pengendalian secara kimia (alami atau buatan), dan pengendalian terpadu (Sundari & Handayani, 2008).

Penggunaan larvisida kimiawi, Temephos, merupakan contoh pengendalian yang sering digunakan. Temephos yang digunakan dalam waktu lama dapat menyebabkan resistensi. Selain itu, juga berbahaya bagi manusia karena menimbulkan gangguan pernafasan dan pencernaan. Paparan Temephos dapat menimbulkan gejala akut, seperti, sakit kepala, mual, dan kehilangan kekuatan otot (Cornell University, 1993). Keadaan ini dapat dihindari dengan mencari larvisida alternatif. Penelitian larvisida nabati sudah banyak dilakukan. Bawang putih merupakan salah satu yang memiliki manfaat larvisida. Penelitian-penelitian terdahulu menunjukkan bahwa ekstrak bawang putih yang diencerkan dengan larutan stok yang terdiri dari 5 ml aseton ditambah 95 ml akuades memiliki efek larvisida terhadap Culex sp. dengan konsentrasi LC50 = 165.70 ±1.2 ppm (Kalu, Ofoegbu, Eroegbusi, Nwachukwu, &

Ibeh, 2010).

1.2Identifikasi Masalah

 Apakah ekstrak etanol bawang putih berefek larvisida terhadap larva Culex sp.

 Berapa nilai LC50 ekstrak etanol bawang putih sebagai larvisida terhadap

(11)

3

1.3Tujuan Penelitian

 Ingin mengetahui efek ekstrak etanol bawang putih sebagai larvisida terhadap larva Culex sp.

 Ingin mengetahui nilai LC50 ekstrak etanol bawang putih sebagai larvisida

terhadap Culex sp.

1.4Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat akademis

Menambah wawasan mengenai tumbuhan alami yang mempunyai efek larvisida.

1.4.2 Manfaat praktis

Bawang putih dapat digunakan sebagai larvisida alternatif untuk menurunkan populasi nyamuk Culex sp. dan menurunkan angka kejadian filariasis, Japanese Encephalitis dan infeksi West Nile Virus.

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

1.5.1 Kerangka Pemikiran

(12)

4

Selain itu, bawang putih juga mengandung saponin yang bekerja dengan merusak membran kutikula pada larva, sementara flavonoid bekerja dengan menggangu metabolisme energi di dalam mitokondria nyamuk (Agnetha, 2005).

Gambar 1.1 Bagan mekanisme kerja senyawa aktif bawang putih sebagai larvisida

1.5.2 Hipotesis Penelitian

(13)

36 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

1. Ekstrak etanol bawang putih memiliki efek sebagai larvisida nyamuk Culex sp. 2. LC50 dari ekstrak etanol bawang putih sebagai larvisida nyamuk Culex sp

adalah 0,612%

5.2. Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efek bawang putih, yaitu

dengan:

1. Penelitian menggunakan spesies nyamuk yang lain.

2. Penelitian menggunakan stadium perkembangan nyamuk lainnya. 3. Penelitian dengan menggunakan pelarut ekstrak yang berbeda.

4. Penelitian dengan melakukan pengamatan jumlah larva yang mati dengan perbedaan waktu.

(14)

48 RIWAYAT HIDUP

Nama : Jessica Yosalinata

NRP : 1110024

Alamat : Jl. Sakura Utama no.17 Terusan Pasirkoja

Email : jessicayosalinata@yahoo.com

Agama : Katolik

Tempat / Tanggal Lahir : Bandung, 13 Juni 1993

Riwayat Pendidikan :

1999, Lulus TK Maria Bintang Laut Bandung 2005, Lulus SD Maria Bintang Laut Bandung 2008, Lulus SMP Waringin Bandung

2011, Lulus SMA Trinitas Bandung

(15)

1

EFEK LARVISIDA EKSTRAK ETANOL BAWANG PUTIH (Allium sativum L.) TERHADAP Culex sp.

THE LARVICIDAL EFFECT OF ETHANOL EXTRACT OF GARLIC (Allium sativum L.) AGAINST Culex sp.

Rita Tjokropranoto, dr. M.Sc 1, Jessica Yosalinata2

1Bagian Parasitologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha,

2Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha

Jalan Prof. Drg. Suria Sumantri MPH No. 65 Bandung 40164 Indonesia

ABSTRAK

Culex sp. merupakan salah satu genus nyamuk yang menjadi vektor dari banyak penyakit menular yang tersebar di dunia, contohnya filariasis, Japanese encephalitis, dan West Nile Virus. Penyebaran dapat dicegah dengan pengendalian vektor Culex sp., salah satunya, penggunaan larvisida untuk membunuh larva. Penggunan larvisida kimiawi, Temephos, banyak menimbulkan gangguan pada manusia dan lingkungan. Karena itu, lebih baik menggunakan larvisida alami yang jarang menimbulkan efek.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek larvisida ekstrak etanol bawang putih (EEBP) terhadap larva Culex sp.dan LC50 nya.

Metode penelitian ini bersifat eksperimental sungguhan laboratorik komparatif dengan rancangan acak lengkap, menggunakan 750 ekor larva, dibagi 6 kelompok perlakuan berbeda, yaitu pemberian EEBP 0,4%, 0,6%, 0,8%, 1%; temephos 1% sebagai kontrol positif, dan akuades sebagai kontrol negatif. Data jumlah larva mati dari berbagai perlakuan diukur setelah 24 jam. Analisis data menggunakan ANAVA satu arah dengan nilai α = 0,05. Bila bermakna

dilanjutkan uji Fisher’s LSD p < 0,05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa EEBP dengan konsentrasi 0,4%, 0,6%, 0,8%, dan 1% memiliki efek larvisida nyamuk Culex sp. dengan daya mortalitas berturut-berturut 18,4%, 56%, 65,6%, dan 81,6%, yang masing-masing berbeda sangat signifikan (p<0,05) dengan LC50

sebesar 0,612%.

Simpulannya adalah EEBP memiliki efek larvisida terhadap nyamuk Culex sp. dengan LC50

sebesar 0,612%.

Kata Kunci : ekstrak etanol bawang putih, larvisida, Culex sp.

ABSTRACT

(16)

2

The objective of this research is to gather information about the larvicidal effect of ethanol extract of garlic (EEG) against Culex sp.and to find out its LC50.

This research was a comparative true laboratoric experimental with complete randomized design, using 750 larvas which were divided into 6 group of different treatments, which are EEG 0,4%, 0,6%, 0,8%, 1%; temephos 1% as positive control; and distilled water as negative control.

The result exhibited that 0,4%, 0,6%, 0,8%, and 1% concentration of EEG has larvicidal effect aganist Culex sp. which have mortality rate consecutively 18,4%, 56%, 65,6%, and 81,6% each of were highly significant (p<0,05) with the value of LC50 = 0,612%.

The conclusion showed that EEG has larvicidal effect against Culex sp. with its LC50 = 0,612%.

Keywords : ethanol extract of garlic, larvicide, Culex sp.

PENDAHULUAN

Filariasis limfatik merupakan penyakit menular yang terjadi karena infeksi cacing filaria melalui perantaraan nyamuk,

terutama genus Culex sp. yang

mengandung larva L3 dan kemudian

mencucuk manusia, larva bermigrasi ke dalam pembuluh limfe dan menjadi cacing dewasa dalam sistem limfatik manusia1.

Filariasis merupakan penyakit endemik di 73 negara dan lebih dari 1,4 miliar orang di seluruh dunia beresiko. Diperkirakan hampir 65% orang yang terinfeksi tinggal di Asia Tenggara dan 30% di Afrika1.

Hampir seluruh wilayah Indonesia adalah daerah endemis filariasis, terutama wilayah Indonesia Timur. Sejak tahun 2000 hingga 2009 di laporkan kasus kronis filariasis sebanyak 11.914 kasus yang tersebar di 401 Kabupaten/kota2.

Selain filariasis, penyakit lain yang dapat disebarkan Culex sp antara lain,

Japanese Encephalitis yang disebabkan

oleh arbovirus. Selain itu, Culex sp. juga dapat menyebarkan West Nile Virus (WNV) yang menyebabkan berbagai gejala neurologis dan kematian3.

Pengendalian populasi nyamuk adalah cara yang dapat dilakukan untuk menekan

penyebaran penyakit yang dibawa

nyamuk. Salah satunya dengan

penggunaan larvisida kimiawi, Temephos. Temephos yang digunakan dalam waktu

lama dapat menyebabkan resistensi dan berbahaya bagi manusia dan lingkungan4.

Keadaan ini dapat dihindari dengan mencari larvisida alternatif. Bawang putih merupakan salah satu yang memiliki manfaat larvisida. Penelitian-penelitian terdahulu menunjukkan bahwa ekstrak bawang putih yang diencerkan dengan larutan stok yang terdiri dari 5 ml aseton ditambah 95 ml akuades memiliki efek larvisida terhadap Culex sp. dengan konsentrasi LC50 = 165.70 ±1.2 ppm5.

BAHAN DAN CARA

Pengujian ini menggunakan wadah gelas yang masing-masing diisi dengan 100 ml ekstrak etanol bawang putih (EEBP) dengan konsentrasi 0,4%; 0,6%; 0,8%; dan 1%, ditambah 25 ekor larva Culex sp.

instar III pada masing-masing gelas. Jumlah larva Culex sp. yang mati kemudian dihitung setelah 24 jam dari waktu pemberian perlakuan.

ANALISIS DATA

Data jumlah larva mati dari berbagai perlakuan diukur setelah pengamatan 24 jam. Analaisis data menggunakan ANAVA

(17)

3 berdasarkan nilai α = 0,05. Bila bermakna dilanjutkan uji Fisher’s LSD p < 0,05. Selanjutnya dicari konsentrasi LC50 dari

konsentrasi EEBP dengan menggunakan

Probit Analysis.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah pemberian perlakuan, yaitu EEBP pada penelitian ini, didapatkan jumlah larva yang mati adalah berbeda-beda untuk tiap kelompok perlakuan. Kontrol positif yang diberikan adalah larutan temephos dan kontrol negatifnya adalah akuades.

Hasil perhitungan memperlihatkan bahwa EEBP 1% memiliki daya mortalitas paling baik dengan persentase mortalitas 81,6%. Sementara, EEBP 0,4% memiliki daya larvisida paling rendah dengan persentase mortalitasnya 18,4%. Analisis

data dengan ANAVA satu arah

menunjukkan hasil yang sangat signifikan (0,000<0,001). Hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 ANAVA EEBP

Berdasarkan perhitungan ANAVA, didapatkan Fhitung > Ftabel (501,281 > 9,47),

maka H0 ditolak, yang berarti ada minimal

sepasang kelompok perlakuan dengan rerata jumlah larva mati yang tidak sama yang signifikan.

Kemudian, Uji Beda Rerata LSD menunjukkan bahwa ekstrak etanol bawang putih dengan konsentrasi bawang putih konsentrasi 0,4%, 0,6%, 0,8%, dan 1% menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan dibandingkan dengan kontrol negatif yang menunjukkan bahwa ekstrak etanol bawang putih memiliki efek larvisida terhadap Culex sp.

Selain itu, ekstrak etanol bawang putih

dengan konsentrasi bawang putih

konsentrasi 0,4%, 0,6%, 0,8%, dan 1% juga menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan dibandingkan dengan kontrol positif, yang berarti bahwa ekstrak etanol bawang putih memiliki efek larvisida lebih rendah daripada Temephos 1%. Hasil analisis LSD dapat dilihat pada Tabel 4.2. Perhitungan dilanjutkan dengan Probit Analysis untuk mengetahui nilai LC50

(18)

4

Tabel 4.2 Hasil Uji Beda Rerata LSD

Perlakuan EEBP 0.4% EEBP efektif telah dibuktikan oleh penelitian lain. Pada suatu penelitian didapatkan nilai LC50 ekstrak etanol bawang putih terhadap

Culex sp. instar III sebesar 165.70 ±1.2 ppm5.

Selain itu, penelitian lainnya lagi mengatakan bahwa ekstrak etanol bawang putih juga memiliki efek larvisida terhadap

Aedes sp. dengan rata-rata larva mati 100%

pada konsentrasi ekstrak etanol bawang putih 3000 ppm6.

Pada penelitian lain, didapatkan juga bahwa ekstrak metanol bawang putih memliki efek larvisida terhadap larva

Anopheles stephensi dengan nilai LC50

yang diperoleh adalah 295,1±73,15 ppm setelah pengamatan selama 24 jam7.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak etanol bawang putih berbanding lurus dengan jumlah larva yang mati. Yaitu, bahwa semakin besar konsentrasi ekstrak etanol bawang putih yang digunakan, maka semakin besar daya mortalitas yang diperoleh terhadap larva

Culex sp.6

SIMPULAN

Ekstrak etanol bawang putih memiliki efek larvisida terhadap Culex sp.

DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. [Online] March 2013. [Cited:

January 6, 2014.]

http://www.who.int/mediacentre/ factsheets/fs102/en/.

2. Departemen Kesehatan RI.

[Online] July 2010. [Cited:

January 6, 2014.]

http://www.depkes.go.id/downloa ds/publikasi/buletin/BULETIN%2 0FILARIASIS.pdf.

3. World Health Organization. [Online] July 2011. [Cited:

January 6, 2014.]

http://www.who.int/mediacentre/ factsheets/fs354/en/.

4. University, Cornell. [Online] September 1993. [Cited: Januari 6, 2014.]

http://pmep.cce.cornell.edu/profil

(19)

5

5. Larvicidal activities of ethanol

extract of Allium sativum (garlic bulb) against the filarial vector, Culex quinquefasciatus. Kalu, I. G. , et al., et al. 2010, Journal of Medicinal Plants Research, Vol. 4, pp. 496-498.

6. Agnetha, A. Y. Efek Ekstrak Bawang Putih Sebagai Larvisida

Nyamuk Aedes sp. Malang :

Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, 2005.

7. Relative larvicidal potential of

Pseudocalymma alliaceum and Allium sativum against malaria

vector, Anopheles stephensi

(20)

37

DAFTAR PUSTAKA

Agnetha AY. (2005). Efek Ekstrak Bawang Putih Sebagai Larvisida Nyamuk Aedes sp. Malang: Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.

Agus W. , S. Sayono, & Nurullita, U. (2012). Pengaruh Pencucian Kain Payung yang Dicelup Insektisida Permethrine Terhadap Daya Bunuh Nyamuk Culex sp. Semarang: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhamamadiyah Semarang.

Amagese, H., Petesch, B., Matsura , H., Kasuga , S., & Itakura , Y. (2001). Intake of garlic and bioactive components. Journal of Nutrition.

CDC. (2010). Vectors of Lymphatic Filariasis. Dipetik Oktober 2014, dari Centers

for Disease Control and Pervention:

http://www.cdc.gov/parasites/lymphaticfilariasis/gen_info/vectors.html

CDC. (2013). West Nile Virus Fact Sheet. Dipetik Maret 2014, dari Centers for

Disease Control and Prevention:

http://www.cdc.gov/westnile/resources/pdfs/wnvFactsheet_508.pdf

Departemen Kesehatan RI. (2010, July). Dipetik January 6, 2014, dari http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/buletin/BULETIN%20FILARI ASIS.pdf

ENVIS Centre India. (2001). Morphology. Dipetik Oktober 2014, dari ENVIS Centre

on Bioinformatics-Vector Control:

http://iictenvis.nic.in/Database/Morphology_1194.aspx

Gandahusada S, d. (2006). Parasitologi Kedokteran Cetakan ke-VI. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Hanafiah, K. A. (2005). Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

(21)

38

Hernawan, U. E., & Setyawan, A. D. (2003). Senyawa Organosulfur Bawang Putih (Allium sativum L.) dan Aktivitas Biologinya. Biofarmasi, 65-76.

Hieronymus, B. S. (1989). Bawang Putih. Yogyakarta: Kanisius.

Kalu, I., Ofoegbu, U., Eroegbusi, J., Nwachukwu, C., & Ibeh, B. (2010). Larvicidal activities of ethanol extract of Allium sativum (garlic bulb) against the filarial vector, Culex quinquefasciatus. Journal of Medicinal Plants Research, 4, 496-498.

Komariah, Pratita, S., & Malaka, T. (2010, Maret). Pengendalian Vektor. Jurnal Kesehatan Bina Husada, 6.

Levine, D. N. (1994). Buku Pelajaran Parasitologi Veterniter Cetakan Kedua. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Listyorini, P. I. (2012). Uji Keamanan Kayu Jati (Tectona grandis l.f) Sebagai Bio-Larvasida Aedes Aegypti Terhadap Mencit. Unmes Public Health Journal. Nugrahari, D. I. (2011). Pengaruh Ekstrak Bawang Putih Terhadap Mortalitas Larva

Nyamuk Culex sp. Jakarta: Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.

Nurmaini, M. (2003). Mentifikasi Vektor dan Pengendalian Nyamuk Anopheles Aconitus Secara Sederhana. Sumatera Utara: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Prihandanu, R. (2013). Penetapan Kadar Vitamin C pada Bawang Putih (Allium sativum L) Kating dan Biasa.

Purdue University. (2008). Public Health and Medical Entomology Purdue

University. Dipetik Oktober 2014, dari Mosquitoes:

http://extension.entm.purdue.edu/publichealth/insects/mosquito.html Roser, D. (1997). Bawang Putih Untuk Kesehatan. Jakarta: Bumi Aksara.

Safar, R. (2009). Parasitologi Kedokteran Protozoologi Helmintologi Entomologi. Yrama Widya.

(22)

39

Shokrzadeh , M., & Ebadi , A. (2006). Antibacterial effect of garlic (Allium sativum l) on Staphylococcus aureus. Pakistan J Bio Sci.

Shrankhla, Bhan, S., Mohan , L., Sharma, P., & Srivastava, C. N. (2012). Relative larvicidal potential of Pseudocalymma alliaceum and Allium sativum against malaria vector, Anopheles stephensi (Liston). Journal of the European Mosquito Control Association, 83-90.

Soeyoko, D. (2002). Penyakit kaki gajah, filariasis limfatik, permasalahan dan alternatif penanggulangannya. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.

Somboonwit, C., Donovan, F. M., & Katta, J. T. (2013). St. Louis Encephalitis.

Dipetik Maret 2014, dari Medscape:

http://emedicine.medscape.com/article/233710-overview#showall

Spielman, A., & Antonino, M. (2001). Mosquito: A Natural History of Our Most Persistent and Deadly Foe. New York: Hyperion Press.

Sugito, J., & Murhananto. (1993). Bawang Putih Dataran Rendah. Jakarta: Penebar Swadaya.

Sundari, S., & Handayani, H. A. (2008). Efektivitas Ekstrak Buah Pare Sebagai Larvasida Terhadap Larva Nyamuk Aedes aegypti. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah.

Susanto, I., Ismid , I., Sjarifuddin, & Sungkar, S. (2008). Parasitologi Kedokteran (4 ed.). Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Syamsiah, I., & Tajudin. (2003). Khasiat dan Manfaat Bawang Putih. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Tadashi, W. (1998). Penyembuhan dengan Bawang Putih (Vol. I). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

University, C. (1993, September). Dipetik Januari 6, 2014, dari http://pmep.cce.cornell.edu/profiles/extoxnet/pyrethrins-ziram/temephos-ext.html

(23)

40

Wijayakusuma, H. (2000). Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia Jilid 4. Jakarta: Prestasi Insan Indonesia.

World Health Organization. (2008). WHO Specifications and Evaluations for Public Health Pesticides: Temephos. Dipetik Maret 2014, dari http://www.who.int/whopes/quality/Temephos_eval_only_oct_2008.pdf World Health Organization. (2011, July). Dipetik January 6, 2014, dari

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs354/en/

World Health Organization. (2013, March). Dipetik January 6, 2014, dari http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs102/en/

Yenie, E., Elystia, S., Kalvin, A., & Irfhan, M. (2013). Pembuatan Pestisida Organik Menggunakan Metode Ekstraksi dari Samapah Daun Pepaya dan Umbi Bawang Putih. Jurnal Teknik Lingkungan UNAND, 46-59.

Gambar

Gambar 1.1  Bagan mekanisme kerja senyawa aktif bawang putih sebagai larvisida
Tabel 4.1  ANAVA EEBP
Tabel 4.2  Hasil Uji Beda Rerata LSD

Referensi

Dokumen terkait

Analisis karakteristik fisik dan kimia bahan baku bertujuan untuk mengetahui kandungan spesifik yang terdapat dalam bahan baku kulit udang putih yang akan digunakan,

Pengaruh Pengendalian Internal dan Kompensasi Terhadap Perilaku Etis Karyawan (Studi Kasus pada Karyawan Tata Usaha di Universitas Kristen Maranatha).. Penelitian ini bertujuan

Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perilaku penderita. hipertensi

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh tidak terdapatnya pengaruh yang bermakna p=0,871 dan r=-0,21 antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi pada lansia.Hasil

However some studies have demonstrated that the spectral interferences between heavy metals and some spectrally active soil constituents, such as organic matter,

Ho: Tidak terdapat perbedaan tingkat kualitas proses pembelajaran antara latar belakang pendidikan guru yang berbeda di SMK program studi keahlian teknik

When the patient’s husband explained that he changed the wound dressing every day, the palliative team suggested only doing it once every 2-3 day unless the dressing leaked.

Penelitian ini bertujuan mengetahui konsentrasi optimum senyawa alelopati alang-alang yang diekstrak dengan cendawan pengurai molekul organik ( Trichoderma sp.) yang dapat