UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP BILANGAN PADA ANAK USIA DINI MELALUI PENGGUNAAN MEDIA BALOK
BLOCKDOSS
(Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Anak Kelompok B Taman Kanak-kanak Harapan Bunda Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Guru Anak Usia Dini
Oleh Putri Novitasari
0801942
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
PUTRI NOVITASARI
UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP BILANGAN PADA ANAK USIA DINI MELALUI PENGGUNAAN MEDIA BALOK
BLOCKDOSS
(Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Anak Kelompok B Taman Kanak-kanak Harapan Bunda Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING
Pembimbing I
Yeni Rachmawati, M.Pd NIP. 19730308 200003 2001
Pembimbing II
Badruzaman, M.Pd NIP. 19740806 200112 1 002
Diketahui oleh
Ketua Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP BILANGAN PADA ANAK USIA DINI MELALUI PENGGUNAAN MEDIA BALOK
BLOCKDOSS
(Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Anak Kelompok B Taman Kanak-kanak Harapan Bunda Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014)
Disetujui dan Disahkan Oleh :
Penguji I
Heni Djohaeni, S.Pd. M.Si NIP. 19700724 199802 2 001
Penguji II
Ali Nugraha, M.Pd NIP. 19680524 199802 1 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia Penguji III
PERNYATAAN
Saya yang menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Bilangan Anak Usia Dini Melalui Penggunaan Balok” ini sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan
plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau
pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai etika keilmuan yang berlaku dalam
masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi
yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran
terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain
terhadap keaslian karya ini.
Bandung, Mei 2014
Yang membuat pernyataan
PUTRI NOVITASARI
UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP BILANGAN PADA ANAK USIA DINI MELALUI PENGGUNAAN MEDIA BALOK
BLOCKDOSS
(Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Anak Kelompok B Taman Kanak-kanak Harapan Bunda Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014)
Oleh Putri Novitasari
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Fakultas Ilmu Pendidikan
© Putri Novitasari 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2014
Hak cipta dilindungi undang-undang.
ABSTRAK
UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP BILANGAN PADA ANAK USIA DINI MELALUI PENGGUNAAN MEDIA BALOK
BLOCKDOSS
(Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Anak Kelompok B Taman Kanak-kanak Harapan Bunda Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014)
Putri Novitasari 0801942
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya proses pembelajaran konsep bilangan yang dilakukan dengan sistem pembelajaran masih berpusat pada guru. Hal ini dibuktikan dengan adanya peran guru yang dalam pembelajaran matematika khusunya pemahaman konsep bilangan masih menggunakan metode hapalan angka, mengerjakan LKS menggunakan majalah hal ini sering dilakukan di TK Harapan Bunda. Pembelajaran seperti ini mengakibatkan anak mudah bosan dan kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengenal konsep bilangan melalui penggunaan media balok Blokdoss. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode peneletian tindakan kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan di TK Harapan Bunda kota Bandung, sebagai subjek penelitian adalah anak kelompok B yang berjumlah 12 orang. Penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus. Penelitian awal dari jumlah 12 orang anak kelas B belum mampu menguasai konsep bilangan secara mandiri dengan katagori belum berkembang (BB) yang sebelumnya 91.6% menurun menjadi 0%. Untuk selanjutnya pada katagori dan pada katagori Berkembang Sesuai Harapan (BSH) menjadi meningkat dari sebelumnya 8.4% menjadi 33.3% anak mampu memperlihatkan kemampuan sesuai indikator dan mulai konsisiten, selebihnya kemampuan anak berada pada katagori Berkembang Sangat Baik (BSB) yaitu anak dapat terus menerus memperlihatkan perilaku yang dinyatakan dalam indikator secara konsisten meningkat sebanyak 66.7%. Hal ini membuktikan media balok dapat meningkatkan pemahaman konsep bilangan anak kelompok B TK Harapan Bunda. Rekomendasi bagi peneliti selanjutnya adalah dapat mengangkat kembali permasalahan yang ada tetapi metode, teknik serta strategi dan media yang lain agar dapat memberikan masukan atau temuan baru khusunya dalam meningkatkan pemahaman konsep bilangan.
Kata kunci : konsep bilangan, balok, PTK
ABSTRACT
EFFORTS TO IMPROVE UNDERSTANDING THE CONCEPT OF NUMBERS CHILDREN THROUGH EARLY BEAM OF USE MEDIA
BLOCKDOSS
(Class Action Against Children Research Group B Preschool Harapan Bunda Bandung)
¹ Putri Novitasari , Yeni Rachmawati ², ³ Badru Zaman
Teacher Education Program Early Childhood Education The Department of Pedagogy
Indonesia University of Education putrisan_12@yahoo.com
This research is motivated by the concept of the learning process performed by the system numbers are still teacher-centered learning. This is evidenced by the teacher's role in learning mathematics especially understanding the concept of numbers still using the method of memorizing numbers, doing worksheets using magazine this is often done in kindergarten Harapan Bunda. This resulted in the child's learning as easily bored and apathetic in the following study. The purpose of this study was to know the concept of numbers through the use of media Blokdoss beam. The method used in this research is a method of a class action peneletian (PTK). The experiment was conducted at Our Lady of Hope Kindergarten Bandung, as the research subjects are children in group B, amounting to 12 people. This research was conducted in three cycles. Initial studies of the number of children 12 class B has not been able to master the concept of number independently with undeveloped category (BB) that previously declined 91.6% to 0%. To further on the category and the category of Developing Appropriate Expectations (BSH) be increased from the previous 8.4% to 33.3% of children were able to demonstrate the ability of appropriate indicators and begin consistent, the rest of the child's ability to be in the category Growing Very Good (BSB) that a child can continuously showbehavior is consistently expressed in the indicator increased by 66.7%. This proves the media beams can improve the understanding of the concept of number of children in group B Harapan Bunda Kindergarten. Recommendations for further research is to reappoint the existing problems but the methods, techniques and strategies and other media in order to provide input or new findings especially in improving the understanding of the concept of numbers.
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN LEMBAR PERSEMBAHAN
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GRAFIK ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN TEORITIS A. Perkembangan Kognitif Anak ... 8
B. Pembelajaran Matematika Anak Usia Dini ... 11
C. Konsep Bilangan di Taman Kanak-kanak ... 14
D. Pembelajaran Konsep Bilangan di TK ... 20
E. Konsep Media Pembelajaran ... 22
F. Media Balok di Taman Kanak-kanak ... 30
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 34
B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 35
C. Prosedur Penelitian ... 37
D. Definisi Operasional………..46
E. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ... 47
F. Teknik Analisis Data ... 53
G. Validitas Data ... 56
BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Data Hasil Penelitian ... 58
B. Hasil Penelitian ... 59
C. Pembahasan ... 121
B. Rekomendasi ... 135
DAFTAR PUSTAKA ... 137
LAMPIRAN ... 140
DAFTAR TABEL TABEL 3.1 Profil Guru TK Harapan Bunda ... 36
3.2 Jumlah dan Sebaran Anak TK harapan Bunda ... 36
3.3 Data Anak Kelompok B2 yang Menjadi Subjek Penelitian ... 37
3.4 Skenario Pelaksanaan Siklus I Tindakan 1 ... 38
3.5 Skenario Pelaksanaan Siklus I Tindakan 2 ... 39
3.6 Skenario Pelaksanaan Siklus II Tindakan 1 ... 40
3.7 Skenario Pelaksanaan Siklus II Tindakan 2 ... 41
3.8 Skenario Pelaksanaan Siklus III Tindakan 1 ... 42
3.9 Skenario Pelaksanaan Siklus III Tindakan 2 ... 43
3.10 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 48
3.11 Pedoman Observasi Penelitian ... 50
3.12 Pedoman Wawancara ... 52
3.13 Distribusi Frekuensi ... 55
4.1 Hasil Observasi Pemahaman Konsep Bilangan (Pra Siklus) ... 60
4.2 Presentase Kategori Pra Siklus ... 61
4.3 Pemahaman Konsep Bilangan Siklus I Tindakan 1 ... 70
4.4 Presentase Kategori Siklus I Tindakan 1 ... 70
4.5 Pemahaman Konsep Bilangan Siklus I Tindakan 2 ... 80
4.6 Presentase Kategori Siklus I Tindakan 2 ... 80
4.7 4.8 4.9 4.10 4.11 4.12 4.13 4.14 4.15 4.16 4.17 Pemahaman Konsep Bilangan Siklus II Tindakan 1 ... 89
Presentase Kategori Siklus II Tindakan 1 ... 89
Pemahaman Konsep Bilangan Siklus II Tindakan 2 ... 99
Presentase Kategori Siklus II Tindakan 2 ... 100
Pemahaman Konsep Bilangan Siklus III Tindakan 1 ... 109
Presentase Kategori Siklus III Tindakan 1 ... 109
Pemahaman Konsep Bilangan Siklus III Tindakan 2 ... 119
Presentase Kategori Siklus III Tindakan 2 ... 119
Pemahaman Konsep Bilangan Siklus I,II,III ... 125
Presentase Kategori Pra Siklus sampai Siklus III ... 130
... 105
DAFTAR DIAGRAM DIAGRAM 3.1 Desain Penelitian Tindakan Kelas (Model Jhon Ellio) ... 46
4.1 Pemahaman Konsep Bilangan Pra siklus ... 61
4.2 Pemahaman Konsep Bilangan Siklus I Tindakan 1 ... 71
4.3 Pemahaman Konsep Bilangan Siklus I Tindakan 2 ... 81
4.4 Pemahaman Konsep Bilangan Siklus II Tindakan 1 ... 90
4.5 Pemahaman Konsep Bilangan Siklus II Tindakan 2 ... 100
4.6 Pemahaman Konsep Bilangan Siklus III Tindakan 1 ... 110
4.7 Pemahaman Konsep Bilangan Siklus III Tindakan 2 ... 120
4.8 Presentase Siklus I,II,III ... 126
4.9 Presentase Pra siklus dan Pasca siklus ... 132
DAFTAR GAMBAR GAMBAR 2.1 Balok Blookdoos ... 32
2.2 Balok Bangunan ... 33
2.3 Balok Cruisenaire ... 33
4.1 Guru memperlihatkan alat peraga yang digunakan ... 68
4.2 Guru memperlihatkan alat peraga yang digunakan ... 68
4.3 Guru sedang membuat menara dari balok ... 69
4.4 Anak-anak sedang membuat menara dari balok ... 69
4.5 Guru sedang bercerita ... 77
4.6 Anak sedang membangun dan menghitung balok ... 79
4.7 4.8 4.9 Anak sedang mengelompokkan balok ... 98
Anak sedang membuat miniature bandara ... 118
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I
Surat Keputusan Pembimbing ... Data Bimbingan Skripsi ... Surat Izin Penelitian ...
LAMPIRAN II
Kisi-kisi dan Instrumen Penelitian ... Lembar Validasi Instrumen ...
LAMPIRAN III
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Anak Usia Dini sudah menjadi komitmen nasional hal ini
dibuktikan pemerintah melalui seperti UU No. 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak dan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab 1, Pasal 1, Butir 14 yang menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak
lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani
agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Taman Kanak-kanak (TK) sebagai lembaga pendidikan anak usia dini
pada jalur formal mengandung makna “tempat yang aman dan nyaman (safe and
comfortable) untuk bermain” sehingga pelaksanaan pendidikan di TK harus
mampu menciptakan lingkungan bermain yang aman dan nyaman sebagai wahana
tumbuh kembang anak. Mendukung pernyataan di atas, Piaget (Solehudin,
2000:50) bahwa:
“Pengalaman belajar anak lebih banyak didapat melalui cara bermain,
melakukan percobaan dengan objek-objek nyata, dan melalui pengalaman
kongkrit daripada dengan cara “diajari” oleh guru”.
Penjelasan Piaget tersebut menunjukkan bahwa pengalaman belajar anak
lebih banyak didapat melalui belajar bermain, melakukan percobaan dengan
objek-objek nyata , dan melalui pengalaman-pengalaman konkrit dari pada diajari
oleh guru. Dengan ini orang tua dan guru dapat mengajarkan berbagai hal kepada
anak asalkan kegiatan ini dapat dikemas menjadi kegiatan yang menyenangkan
dan anak dapat terlibat langsung dalam kegiatan yang dilakukan.
Kegiatan yang dilakukan di Taman Kanak-kanak bertujuan untuk
mengembangkan seluruh aspek perkembangan meliputi perkembangan nilai-nilai
kognitif anak TK meliputi kemampuan diantaranya konsep bilangan, lambang
bilangan dan huruf. Konsep bilangan merupakan awal pengenalan matematika
kepada anak karena menjadi dasar pembelajaran matematika selanjutnya. Oleh
karena itu penting bagi guru untuk mengembangkan potensi matematika anak
sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.
Salah satu pembelajaran matematika yang harus dimiliki anak adalah
mengenal konsep bilangan, karena konsep bilangan merupakan awal pengenalan
matematika kepada anak karena menjadi dasar pembelajaran matematika
selanjutnya. Mengenal konsep bilangan penting untuk dikembangkan karena pada
dasarnya kehidupan anak tidak terlepas dari bilangan. Sebagai contoh, banyak
sekali aktivitas manusia yang memerlukan bilangan seperti membeli sesuatu harus
mengerti bilangan, mengukur berat, tinggi badan lain-lain. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Griffith (1992:26) mengemukakan:
Sebagian besar diantara kita sudah membiasakan mengenaln kepada anak-anak nama untuk bilangan sejak mereka masih bayi. Sambil mengenakan baju kaosnya misalnya kita mungkin sambil berkata tangan satu, tangan dua! Kita juga sering menyanyikan lagu untuk anak-anak yang didalamnya terdapat nama bilangan
Dunia Anak (2010) dalam Anggriati (2012) menyatakan bahwa terdapat
manfaat pembelajaran bilangan bagi anak usia TK adalah (1) Anak menjadi
familiar dengan angka yang akan ditemui disepanjang kehidupannya, karena pada
dasarnya kita tak akan terlepas dari angka. (2) Dengan adanya pembelajaran
bilangan bagi anak usia TK, akan lebih mudah mempelajari pemahaman angka,
baik abstrak maupun kongkrit, (3) Mengenal bilangan dapat menjadi salah satu
cara untuk melatih daya ingat anak.
Tom dan Harriet dalam Erawati (2011:2) menyatakan bahwa perlunya
anak memiliki pengetahuan matematika karena hal itu sangat penting. Di dunia
mendatang, bahkan jauh lebih besar dari saat ini matematika akan terus
dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Matematika terdapat di rumah, sekolah,
pasar, swalayan, kantor dan tempat lainnya, dengan kata lain matematika
3
Kegiatan membilang juga sering dilakukan anak dalam kehidupan
sehari-harinya, misalnya pada waktu si anak diberi kue oleh orangtuanya kemudian anak
itu harus membagi kue dengan adiknya. Kegiatan ini disebut juga dengan kegiatan
membilang karena tanpa sadar mereka belajar konsep matematika sederhana
dalam kehidupan sehari-hari anak.
Bilangan dan operasi bilangan merupakan bagian dari standar
pembelajaran matematika yang ditetapkan oleh NCTM (National Countil Of
Matematics) menjelaskan bahwa pada bilangan dan operasi bilangan anak-anak
dapat memecahkan konsep dasar aritmatika dalam memecahkan masalah.
Aritmatika meliputi berhitung, hubungan satu-satu, angka, nilai dan tempat, dan
operasi bilangan (Sriningsih, 2008:63)
Dalam kenyataannya masih banyak terdapat pembelajaran yang tidak
sesuai dengan tugas perkembangan anak atau terkesan “memaksa” anak untuk
cepat bisa seperti anak dipaksa untuk menulis angka sebanyak-banyaknya dalam
buku, implikasinya adalah anak merasa cepat bosan, anakpun tidak paham kaitan
antara angka “1” dengan “satu”
Hal ini serupa dengan yang terjadi di TK Harapan Bunda anak-anak
kelompok B masih belum memahami konsep matematika sederhana yaitu dalam
kegiatan membilang. Hal ini dikarenakan pemahaman konsep matematika yang
disampaikan oleh guru tidak disertai dengan media yang menarik, real dan dekat
dengan anak.
Pembelajaran matematika yang dilakukan oleh guru TK Harapan Bunda
lebih banyak menggunakan metode hapalan angka, dan paper-pencil test, jarang
sekali pembelajaran matematika dilakukan dengan konsep yang berhubungan
langsung dengan kehidupan sehari-hari. Misalnya, dalam kegiatan pembelajaran
membilang anak masih langsung diberi Lembar Kegiatan Siswa (LKS). Suasana
kelaspun menjadi ramai dan anak-anak sibuk dengan kegiatannya sendiri.
Akibatnya kelompok B TK Harapan Bunda masih kesulitan dalam membilang
bilangan sederhana secara urut.
Peneliti mengamati hasil belajar di TK Harapan Bunda dari beberapa anak
belum mampu menyebutkan hasil pengurangan dengan benda dari 1-10 (2) Anak
belum mampu menghubungkan lambang bilangan dari 1-10 dengan benda secara
acak (3) anak belum mampu membuat 2 kumpulan benda yang sama jumlahnya
(4) anak belum mampu membuat 2 kumpulan benda yang tidak sama jumlahnya
(5) anak belum mampu melengkapi lambing bilangan dari 1-10.
Berangkat dari kondisi di atas upaya yang dilakukan untuk meningkatkan
konsep bilangan pada anak Taman Kanak-kanak yaitu dengan menggunakan
kegiatan pembelajaran yang tepat bagi anak sehingga anak lebih mudah
memahami konsep bilangan sederhana. Kegiatan pembelajaran dalam membilang
bilangan di Taman Kanak-Kanak sebaiknya menggunakan benda-benda konkrit
atau nyata.
Guru perlu mengetahui karakteristik anak dan cara belajar masing-masing
anak, sehingga akan mempermudah kegiatan pembelajaran. Melalui benda-benda
konkrit, pembelajaran akan lebih bermakna. Benda-benda konkrit dapat memberi
pengalaman menarik pada anak dan kegiatan tersebut bisa dilakukan anak dalam
kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya, Sudono (2000:44) menjelaskan bahwa „agar tujuan
pembelajaran tercapai dan terciptanya proses belajar mengajar yang tidak
membosankan, guru dapat menggunakan media pembelajaran secara tepat‟.
Penggunaan media pembelajaran sangat penting dalam berlangsungnya
proses belajar mengajar, karena media pembelajaran merupakan alat bantu yang
digunakan dalam proses belajar mengajar, sehingga komunikasi antara guru dan
anak akan berlangsung secara efektif. Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh
Sadiman (2007:16), bahwa secara umum manfaat media untuk pembelajaran yaitu
: (1) pesan/informasi pembelajaran dapat disampaikan lebih jelas, menarik dan
konkrit. (2) mengatasi keterbatan ruang dan waktu dan daya indera. (3)
meningkatkan sikap aktif siswa dalam belajar. (3) menimbulkan kegairahan dan
5
Oleh karena itu, dalam mengenalkan konsep bilangan matematika pada
anak usia dini sebaiknya menggunakan media yang konkrit sehingga anak lebih
mudah untuk memahami dan untuk lebih mengerti.
Terkait dengan pembelajaran anak usia dini, media pembelajaran pada
PAUD dikenal dengan Alat Permainan Edukatif atau sering disingkat APE. Alat
ini dapat diperoleh dengan cara membelinya dari produsen alat-alat permainan
anak atau juga dapat membuatnya sendiri.
Salah satu alat permainan edukatif untuk anak usia dini adalah Balok.
Terdapat beberapa jenis balok seperti dikemukakan Eliyawati (2005:69) bahwa
balok terdiri dari Balok Cruissenaire dan Balok Frobel. Balok Frobel dikenal
dengan balok Blookdoss. Sedangkan Balok Blookdoss dikenal dengan istilah
kotak kubus. Kotak kubus ini pun banyak digunakan sebagai salah satu jenis APE
untuk anak usia dini yang dapat melatih motorik dan daya nalar anak
(kecerdasan kinestik dan logika matematika).
Kegiatan bermain balok untuk anak usia dini mampu menstimulasi
berbagai perkembangan secara menyeluruh diantaranya keterampilan motorik
halus, berkomunikasi, bekerjasama, imajinasi dan kreativitas. Kegiatan bermain
balok juga dapat mengembangkan perolehan kompetensi matematika terutama
pemahaman terhadap hubungan spasial dan berpikir logis.
Dengan bermain balok, anak-anak lebih mudah mengenal konsep
mengenai ; menghitung jumlah, lebih dan kurang (lebih panjang/pendek, dua lebih
banyak dari satu, setengah lebih kecil dari satu), bentuk-bentuk geometri (kubus,
persegi panjang, segitiga, silinder), mengklasifikasikan (saat menyusun ataupun
saat merapikan/menyimpan), memadukan balok-balok dalam ukuran yang
berbeda, dan mengenali pola
Dalam mengenalkan konsep tersebut butuh pendampingan dari orang
dewasa, untuk membantu mengembangkan bahasa dan kemampuan matematika
dengan membicarakan bangunan-bangunan yang dibuat oleh anak-anak. Ketika
anak mencoba membuat sebuah bangunan dari balok, pada saat itulah guru dapat
mengenalkan bilangan pada anak, anak akan menghitung berapa buah balok untuk
Penulis berusaha untuk dapat mengungkap mengenai upaya meningkatkan
pemahaman konsep bilangan anak usia dini menggunakan balok. Oleh karena itu,
judul penelitian ini adalah “Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep
Bilangan Anak Usia Dini Menggunakan Media Balok Blockdoss”.
B. Rumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang yang dikemukakan di atas, dapat dirumuskan
permasalahan penelitian yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimanakah kondisi objektif kemampuan pemahaman konsep bilangan
anak di kelompok B TK Harapan Bunda Bandung?
2. Bagaimanakah implementasi penggunaan media balok untuk
meningkatkan pemahaman konsep bilangan anak di kelompok B TK
Harapan Bunda Bandung?
3. Bagaimanakah peningkatan pemahaman konsep bilangan anak di
kelompok B TK Harapan Bunda setelah menggunakan media balok
blokcdoss?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah bagaimana meningkatkan pemahaman
konsep bilangan anak usia dini menggunakan balok di kelompok B TK
Harapan Bunda Bandung.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui kondisi objektif pembelajaran konsep bilangan
anak di kelompok B TK Harapan Bunda Bandung.
b. Untuk mengetahui langkah-langkah penggunaan media balok
blokdoss dalam meningkatkan pembelajaran konsep bilangan di
7
c. Untuk mengetahui perkembangan pembelajaran konsep bilangan di
kelompok B TK Harapan Bunda setelah menggunakan media balok
blokdoss.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini berguna baik secara teoritis maupun praktis, yaitu :
1. Bagi Guru
Memberikan pengetahuan bagi peningkatan kualitas guru dalam menggunakan balok pada materi konsep bilangan di kelompok B TK
Harapan Bunda.
Meningkatkan keterampilan dalam mengelola perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan balok blokdoss pada
materi konsep bilangan di kelompok B TK Harapan Bunda.
2. Bagi Siswa
Meningkatkan pengetahuan dan pengalaman belajar siswa Taman Kanak-Kanak (TK) di kelompok B TK Harapan Bunda agar lebih
bermakna dan termotivasi melalui konflik kognitif,
Mengembangkan kreativitas dan keterampilan berfikir siswa Taman Kanak-Kanak (TK)di kelompok B TK Harapan Bunda dalam
menentukan dan membangun sendiri konsep bilangan.
3. Bagi Sekolah
Meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya pemahaman konsep
bilangan menggunakan balok blokdoss di kelompok B TK Harapan Bunda.
4. Bagi Peneliti selanjutnya
Dapat dijadikan sebagai acuan untuk kajian pendidikan selanjutnya dan
menjadi inspirasi dan motivasi bagi kemampuan pengembangan pendidikan
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Metode penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, yaitu secara umum
penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai penggunaan
media balok dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep bilangan.
Penelitian ini diharapkan menghasilkan suatu pembelajaran bahwa
penggunaan media balok sebagai media pembelajaran dapat bermanfaat guna
memperoleh perubahan, perbaikan dan peningkatan kualitas pemahaman konsep
bilangan di Taman Kanak-Kanak.
Untuk mencapai sasaran tersebut, maka diperlukan suatu metode penelitian
yang menitikberatkan pada upaya yang dihasilkan, yaitu solusi praktik.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, metode penelitian yang dianggap tepat adalah
metode PTK (Action Research Classroom) yang dilakukan dengan guru kelompok
A TK Harapan Bunda.
Arikunto (2006) menyebutkan bahwa PTK yaitu penelitian yang dilakukan
oleh guru di dalam kelas bekerja sama dengan peneliti yang menekan pada
penyempurnaan/ peningkatan proses pembelajaran.
Elliot (Solihah, 2009) menjelaskan bahwa PTK adalah:
“Sebuah bentuk kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk
35
Menurut Muslihuddin (2009) penelitian tindakan kelas merupakan penelitian
yang dilakukan secara sistematik terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh
seseorang untuk memperbaiki kondisi pembelajaran.
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Kondisi Objektif Tempat penelitian
Taman Kanak-kanak Harapan Bunda merupakan salah satu TK di Kota
Bandung yang berlokasi di Jl. Gatot Subroto No. 517 Bandung letaknya di
dalam lokasi PT PINDAD yang merupakan pabrik senjata dan kendaraan
perang milik Negara Indonesia. PT PINDAD memiliki yayasan sosial yaitu
yayasan cakra binangkit yang membawahi taman penitipan anak mutiara
bunda dan sekolah taman kanak-kanak harapan bunda. Yayasan cakra
binangkit diketuai oleh Ny. Dr. Savitri Trihardjono dan kepala sekolah Putri
Novitasari. Tahun berdiri TK adalah sejak tahun 1997.
Luas lahan TK Harapan Bunda + 3500 m2 dengan jumlah kelas 6
ruangan yaitu kelas PG, 2 kelas A dan 3 kelas B. halaman sekolah sangat luas
sehingga anak lebih leluasa untuk bermain.
2. Profil Guru TK Harapan Bunda
Saat ini TK dikelola oleh satu orang Kepala Sekolah, 5 Guru dan 1
Koordinator Administrasi. Namun kepala sekolah di TK harapan Bunda
merangkap tugas menjadi seorang guru juga, berikut profil guru TK Harapan
Bunda :
Tabel 3.1
Profil Guru TK Harapan Bunda
No Nama Pendidikan
terakhir
Jabatan Mengajar di
kelas
1. Putri Novitasari D2 Kepala TK PG
2. Nurhayati S1 Guru Kel, B1
3. Santi Rahmawati S1 Guru Kel. B2
4. Ilmaeti S1 Guru Kel. B3
5. Erwin muslihatun D1 Guru Kel. A1
6. Dede Cicih S D1 Guru Kel. A2
3. Profil Murid Taman Kanak-kanak Harapan Bunda
Jumlah murid TK Harapan Bunda pada tahun ajaran 2013-2014 adalah 72
anak yang tersebar dalam 3 kelompok, adapun rincian jumlah anak pada 3
[image:21.595.136.487.175.346.2]kelompok dipaparkan pada tabel :
Tabel 3.2
Jumlah dan sebaran anak TK harapan Bunda
Nama Kelompok Jumlah anak
Play Group 9
Kelompok A 27
Kelompok B 36
Sedangkan yang menjadi fokus penelitian ini adalah kelompok B tepatnya
kelompok B2 dengan jumlah 12 anak dengan rentang usia 5-6 tahun,
[image:21.595.139.521.487.577.2]37
Tabel 3.3
Data anak kelompok B2 yang menjadi subjek penelitian
No Nama Jenis Kelamin
1. Admiral L
2. Aghni P
3. Haifa P
4. Ikhwan L
5. Inaya Rabani L
6. Kenzo imola L
7. Nanda Saharani P
8. Putri P
9. Radith L
10. Rafif L
11. Rasyid L
12. Zico L
C. Prosedur Penelitian
1. Perencanaan (planning)
Rancangan tindakan pembelajaran bilangan melalui media balok didasarkan
pada masalah penelitian yang meliputi, sebagai berikut.
a. Menentukan kelas atau kelompok yang akan digunakan untuk penelitian.
Adapun kelompok yang digunakan yaitu kelompok B
b. Membuat rencana pembelajaran atau Rencana Kegiatan Harian (RKH),
mulai dari awal kegiatan sampai akhir kegiatan sesuai dengan tema.
d. Membuat pedoman observasi dan pedoman wawancara. Observasi
dilakukan untuk mengamati proses kegiatan pembelajaran siswa, serta
hasil dan tindakan. Sedangkan wawancara bisa dilakukan kepada guru.
Tabel 3.4
Skenario Pelaksanaan Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep
Bilangan Melalui Media Balok
Siklus Indikator Perencanaan
Siklus I
Tindakan
1
Anak dapat menyebutkan lambang bilangan dari 1 – 10 Anak dapat menyebutkan
urutan bilangan 1 -10
Anak dapat membilang balok yang diambil
anak dapat membuat urutan bilangan 1 -10 dengan balok-balok
anak dapat menyebutkan bilangan secara acak Anak dapat membuat dan
membedakan 2-3 kumpulan benda yang sama jumlahnya, lebih banyak dan lebih sedikit. Anak dapat membuat 2
kumpulan balok yang sama jumlahnya
Anak dapat membuat 2 kumpulan balok yang tidak sama jumlahnya
Anak dapat membedakan 2 kumpulan balok yang lebih banyak
Anak dapat membedakan 2 kumpulan balok yang lebih sedikit
Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan dengan menggunakan balok-balok Guru menjelaskan
bagaimana permainan yang akan dilaksanakan dengan balok-balok dan kegiatan yang akan dilaksanakan Guru membagi anak
menjadi 3 kelompok kecil
Guru menyiapkan balok-balok yang akan digunakan untuk permaianan Anak-anak bermain
menyusun balok bernomer bentuk menara
39
bermain dengan balok-balok Anak-anak secara
bergiliran bermain dengan media balok-balok
Tabel 3.5
Skenario Pelaksanaan Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep
Bilangan Melalui Media Balok
Siklus Indikator Perencanaan
Siklus I
Tindakan
2
Anak dapat menyebutkan hasil penambahan dengan balok dari 1-10
Anak dapat menyebutkan hasil pengurangan dengan balok 1-10
Anak dapat menyebutkan hasil pembagian dua balok
Membuat dan membedakan 2-3 kumpulan benda yang sama jumlahnya lebih banyak dan lebih sedikit
Anak dapat membuat 2 kumpulan balok yang sama jumlahnya
Anak dapat membuat 2 kumpulan balok yang tidak sama jumlahnya
Anak dapat membedakan 2 kumpulan balok yang lebih banyak
Anak dapat membedakan 2 kumpulan balok yang lebih sedikit
Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan dengan menggunakan balok-balok Guru menjelaskan
bagaimana permainan yang akan dilaksanakan dengan balok-balok dan kegiatan yang akan dilaksanakan Guru membagi anak
menjadi 5 kelompok kecil
Guru menyiapkan balok-balok yang akan digunakan untuk permaianan Anak-anak bermain
menyusun balok bentuk stasiun TV Anak menyusun
angka
Guru mengamati dan mengobservasi anak
Anak-anak secara bergiliran bermain dengan media balok-balok
Tabel 3.6
Skenario Pelaksanaan Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep
Bilangan Melalui Media Balok
Siklus Indikator Perencanaan
Siklus II
Tindakan
1
Anak dapat menyebutkan lambang bilangan dari 1 – 10 Anak dapat menyebutkan
urutan bilangan 1 -10
Anak dapat membilang balok yang diambil
anak dapat membuat urutan bilangan 1 -10 dengan balok-balok
anak dapat menyebutkan bilangan secara acak Anak dapat membuat dan
membedakan 2-3 kumpulan benda yang sama jumlahnya, lebih banyak dan lebih sedikit. Anak dapat membuat 2
kumpulan balok yang sama jumlahnya
Anak dapat membuat 2 kumpulan balok yang tidak sama jumlahnya
Anak dapat membedakan 2 kumpulan balok yang lebih banyak
Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan dengan menggunakan balok-balok Guru menjelaskan
bagaimana permainan yang akan dilaksanakan dengan balok-balok dan kegiatan yang akan dilaksanakan Guru membagi anak
menjadi 5 kelompok kecil
Guru menyiapkan balok-balok yang akan digunakan untuk permaianan Anak-anak bermain
41
kumpulan balok yang lebih sedikit
kota Bandung Anak menghitung
balok yang disusun Guru mengamati
dan mengobservasi anak pada saat bermain dengan balok-balok
Tabel 3.7
Skenario Pelaksanaan Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep
Bilangan Melalui Media Balok
Siklus Indikator Perencanaan
Siklus II
Tindakan
2
Anak dapat menyebutkan hasil penambahan dengan balok dari 1-10
Anak dapat menyebutkan hasil pengurangan dengan balok 1-10
Anak dapat menyebutkan hasil pembagian dua balok
Membuat dan membedakan 2-3 kumpulan benda yang sama jumlahnya lebih banyak dan lebih sedikit
Anak dapat membuat 2 kumpulan balok yang sama jumlahnya
Anak dapat membuat 2 kumpulan balok yang tidak sama jumlahnya
Anak dapat membedakan 2 kumpulan balok yang lebih banyak
Anak dapat membedakan 2 kumpulan balok yang lebih sedikit
Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan dengan menggunakan balok-balok Guru menjelaskan
bagaimana permainan yang akan dilaksanakan dengan balok-balok dan kegiatan yang akan dilaksanakan Guru membagi anak
menjadi 5 kelompok kecil
Anak-anak bermain menyusun balok bernomer bentuk miniature hotel Anak
balok sesuai angka Guru mengamati
dan mengobservasi anak pada saat bermain dengan balok-balok Anak-anak secara
bergiliran bermain dengan media balok-balok
Tabel 3.8
Skenario Pelaksanaan Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep
Bilangan Melalui Media Balok
Siklus Indikator Perencanaan
Siklus III
Tindakan
1
Anak dapat menyebutkan lambang bilangan dari 1 – 10 Anak dapat menyebutkan
urutan bilangan 1 -10
Anak dapat membilang balok yang diambil
anak dapat membuat urutan bilangan 1 -10 dengan balok-balok
anak dapat menyebutkan bilangan secara acak Anak dapat membuat dan
membedakan 2-3 kumpulan benda yang sama jumlahnya, lebih banyak dan lebih sedikit. Anak dapat membuat 2
kumpulan balok yang sama jumlahnya
Anak dapat membuat 2 kumpulan balok yang tidak sama jumlahnya
Anak dapat membedakan 2
Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan dengan menggunakan balok-balok Guru menjelaskan
bagaimana permainan yang akan dilaksanakan dengan balok-balok dan kegiatan yang akan dilaksanakan Guru membagi anak
menjadi 5 kelompok kecil
43
banyak
Anak dapat membedakan 2 kumpulan balok yang lebih sedikit
dan banyak Guru mengamati
dan mengobservasi anak pada saat bermain dengan balok-balok Anak-anak secara
bergiliran bermain dengan media balok-balok
Tabel 3.9
Skenario Pelaksanaan Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep
Bilangan Melalui Media Balok
Siklus Indikator Perencanaan
Siklus III
Tindakan
2
Anak dapat menyebutkan hasil penambahan dengan balok dari 1-10
Anak dapat menyebutkan hasil pengurangan dengan balok 1-10
Anak dapat menyebutkan hasil pembagian dua balok
Membuat dan membedakan 2-3 kumpulan benda yang sama jumlahnya lebih banyak dan lebih sedikit
Anak dapat membuat 2 kumpulan balok yang sama jumlahnya
Anak dapat membuat 2 kumpulan balok yang tidak sama jumlahnya
Anak dapat membedakan 2 kumpulan balok yang lebih banyak
Anak dapat membedakan 2 kumpulan balok yang lebih
Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan dengan menggunakan balok-balok Guru menjelaskan
bagaimana permainan yang akan dilaksanakan dengan balok-balok dan kegiatan yang akan dilaksanakan Guru membagi anak
menjadi 3 kelompok kecil
sedikit menyusun balok bernomer bentuk bandara
Anak menuliskan angka pada balok yang mereka susun Guru mengamati
dan mengobservasi anak pada saat bermain dengan balok-balok
2. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
Pada tahapan ini, skenario tindakan yang telah dirumuskan sebelumnya
kemudian dipraktekan sebagai bentuk kegiatan pelaksanaan dalam situasi
yang aktual. Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran konsep bilangan
melalui penggunaan media balok. Peneliti mengamati secara seksama seluruh
rangkaian kegiatan guru dan anak, serta mencatat dan mendokumentasikan
semua hal yang ditemukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
3. Tahap Pengamatan (Observing)
Pada tahapan ini, peneliti melakukan pengamatan skenario tindakan
diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Tujuan dilakukannya pengamatan
ini adalah untuk mengumpulkan bukti dan hasil tindakan dapat dievaluasi
sekaligus dijadikan dasar dalam melakukan refleksi.
4. Tahap Refleksi (Reflecting)
Pada tahapan ini yaitu dilakukannya analisis dan pengkajian secara
45
kemudian dievaluasi untuk dijadikan dasar dalam siklus berikutnya.
Suharsimi Arikunto (2006: 80) mengatakan bahwa kegiatan refleksi ini
mencakup analisis, sintesis dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas
tindakan yang dilakukan. Apabila terdapat masalah pada tahap refleksi maka
akan dilakukan poengkajian ulang melalui siklus berikutnya, meliputi
perencanaan ulang, tindakan ulang, dan pengamatan ulang sehingga
permasalahan dapat teratasi.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.
Diagram 3.1 PTK Desain Elliot ( Muslihuddin, 2009)
Pelaksanaan
Perencanaan Siklus 1 Pengamatan
Perencanaan
Refleksi
Pelaksanaan
Siklus 2
Refleksi
D. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan suatu definisi dari variable penelitian yang
dapat dioperasionalkan atau dapat menjadi arahan untuk pelaksanaan di dalam
penelitian. Adapun definisi operasional variable dalam penelitian ini adalah :
1. Pembelajaran Konsep Bilangan
Menurut Pakasi (1970:23) bilangan merupakan suatu konsep tentang
bilangan yang terdapat unsur-unsur penting seperti, nama, urutan, lambang,
dan jumlah. Menurut Permendiknas No. 58 Tahun 2009, kemampuan
mengenal bilangan untuk anak usia dini 4 sampai 5 tahun (kelompok B), yaitu
mengetahui konsep banyak dan sedikit, membilang banyak benda satu sampai
sepuluh, mengenal konsep bilangan, mengenal lambang bilangan,dan
mengenal lambang huruf.
Sejalan dengan pendapat di atas Coopley (2000) mengemukakan
kemampuan yang diajarkan dalam bilangan dan operasi bilangan, yaitu: (a)
Counting, (b) one-to-one correspondence (c) quantity, (d) Recognizing and
writing. Adapun kemampuan-kemampuan yang akan dibahas dalam
pembelajaran kompetensi bilangan anak adalah (a) berhitung, (b) hubungan
satu-satu, (c) kuantitas dan (d) mengenal angka dan huruf.
Pembelajaran konsep bilangan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah:
berhitung merupakan (a) kemampuan anak untuk menyebutkan urutan
bilangan sampai anak mengingatnya atau kemampuan memperagakan sebuah
pemahaman mengenai angka dan jumlah. Misalnya berhitung 1-10 dengan
menggunakan batu kerikil, (b) hubungan satu-satu merupakan kemampuan
untuk menanamkan konsep pada anak bahwa satu benda dapat dihubungkan
dengan benda lain. Misalnya anak dapat mencari pasangan gambar yang tepat
seperti gambar ikan dengan gambar kucing, gambar sikat gigi dengan pasta
gigi dan lain sebagainya. (c) kemampuan untuk menyatakan banyaknya benda
47
kemampuan anak dalam memahami 10 simbol dasar (1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,
10) dan mengingat bentuk dari masing-masing symbol tersebut. Selanjutnya
mengenal huruf yang dilakukan anak setelah memahami simbol mereka dapat
menuliskan huruf sesuai simbolnya. Hal ini merupakan aspek-aspek
kemampuan anak dalam pembelajaran konsep bilangan yang dinilai dalam
penelitian yang dimaksud.
2. Media Balok Blokcdoss
Balok adalah potongan-potongan kayu yang polos (tanpa dicat), sama
tebalnya dan dengan panjang dua kali atau empat kali sama besarnya dengan
satu unit balok. Sedikit berbentuk kurva, silinder dan setengah dari
potongan-potongan balok juga disediakan, tetapi semua dengan panjang yang sama yang
sesuai dengan ukuran balok-balok dasar. (Sumber : Alat Permainan Edukatif
untuk Kelompok Bermain, Diknas, 2003)
Media balok yang digunakan dalam penelitian ini adalah media balok
Blokdoss yaitu berupa balok bangunan yaitu kotak besar ukuran 20 x 20
cm yang terdiri dari balok-balok kecil berbagai ukuran. Balok Blokdoss
juga dikenal dengan kotak kubus. untuk anak usia dini balok ini dapat
melatih motorik dan daya nalar anak (kecerdasan kinestik dan logika
matematika). balok yang digunakan dalam penelitian ini dapat digunakan
untuk beberapa area main balok.
E. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
Instrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah pengamatan
(observasi), wawancara, catatan lapangan, dan studi dokumentasi. Adapaun
Tabel 3.10
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Peningkatan Pembelajaran Konsep Bilangan Melalui Media Balok Blokdoss
Variabel Dimensi Indikator Pernyataan
Pemahaman konsep bilangan
Berhitung 1. Anak dapat
menyebutkan lambang bilangan dari 1-10
1) Anak dapat
menyebutkan urutan
bilangan dari 1-10
2) Anak dapat membilang
balok yang diambil
3) Anak dapat membuat
urutan bilangan 1-10 dengan balok-balok
4) Anak dapat
menyebutkan bilangan
secara acak misalnya setelah 2,4,5
2. Anak dapat menghitung
matematika sederhana (menjumlahkan,
mengurangi, dan
membagi)
1) Anak dapat menyebutkan
hasil penambahan
dengan balok dari 1-10
2) Anak dapat menyebutkan
hasil pengurangan
dengan balok dari 1-10
3) Anak dapat menyebutkan
hasil pembagian dua
balok Hubungan
satu-satu
Anak dapat
menghubungkan simbol
bilangan dengan jumlah balok
1) Anak dapat
menghubungkan jumlah
balok dengan simbol
bilangannya
2) Anak dapat
menghubungkan
lambang bilangan 1-10
dengan balok secara
berurutan
3) Anak dapat
menghubungkan
lambang bilangan dari 1-10 dengan balok secara acak
Kuantitas 1. Anak dapat menyatakan
banyaknya jumlah
dalam 1 kumpulan
balok
1) Anak dapat menghitung
jumlah balok pada satu himpunan
2) Anak dapat menyebutkan
bilangan pada hitungan terakhir
3) Anak dapat menyatakan
jumlah balok pada
49
2. Anak dapat membuat
dan membedakan 2-3 kumpulan benda yang sama jumlahnya, lebih banyak dan lebih sedikit
1) Anak dapat membuat 2
kumpulan balok yang sama jumlahnya
2) Anak dapat membuat 2
kumpulan balok yang tidak sama jumlahnya
3) Anak dapat membedakan
2 kumpulan balok yang lebih banyak
4) Anak dapat membedakan
2 kumpulan balok yang lebih sedikit
Mengenal
angka dan
huruf
Anak dapat menuliskan
simbol bilangan 1-10
1) Anak dapat
menunjukkan lambang
bilangan 1 sampai 10
2) Anak dapat meniru
contoh tulisan lambang bilangan
3) Anak dapat menulis
lambang bilangan secara berurutan dari 1-10
4) Anak dapat melengkapi
lambang bilangan
1. Observasi
Observasi (Muslihuddin, 2009) merupakan kegiatan pengamatan atau
pengambilan data untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai
sasaran. Data-data yang diperoleh dalam observasi ini dicatat dalam suatu
catatan observasi. Secara umum observasi sebagai salah satu upaya
menelusuri segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan
perbaikan berlangsung dengan alat ataupun tanpa alat bantu. Hal yang akan
dilakukan dalam observasi diantaranya melihat, mendengarkan, dan mencatat
Tabel 3.11
Pedoman Observasi Penelitian Tindakan Kelas (Upaya Meningkatkan Pembelajaran Konsep Bilangan Anak Melalui Media Balok)
No Pernyataan BB BSH BSB Keterangan
1. Anak dapat menyebutkan urutan bilangan
dari 1-10
2. Anak dapat membilang balok yang diambil
3. Anak dapat membuat urutan bilangan 1-10
dengan balok-balok
4. Anak dapat menyebutkan bilangan secara acak
misalnya setelah 2,4,5
5. Anak dapat menyebutkan hasil penambahan
dengan balok dari 1-10
6. Anak dapat menyebutkan hasil pengurangan
dengan balok dari 1-10
7. Anak dapat menyebutkan hasil pembagian dua
balok
8. Anak dapat menghubungkan jumlah balok
dengan simbol bilangannya
9. Anak dapat menghubungkan lambang bilangan
1-10 dengan balok secara berurutan
10. Anak dapat menghubungkan lambang bilangan
dari 1-10 dengan balok secara acak
11. Anak dapat menghitung jumlah balok pada satu
himpunan
12. Anak dapat menyebutkan bilangan pada
hitungan terakhir
13. Anak dapat menyatakan jumlah balok pada
beberapa himpunan balok
14. Anak dapat membuat 2 kumpulan balok yang
sama jumlahnya
15. Anak dapat membuat 2 kumpulan balok yang
tidak sama jumlahnya
16. Anak dapat membedakan 2 kumpulan balok
yang lebih banyak
17. Anak dapat membedakan 2 kumpulan balok
yang lebih sedikit
18. Anak dapat menunjukkan lambang bilangan 1
sampai 10
19. Anak dapat meniru contoh tulisan lambang bilangan
20. Anak dapat menulis lambang bilangan secara berurutan dari 1-10
51
1 = BB : Belum Berkembang (apab)ila anak didik belum memperlihatkan
tanda-tanda awal disiplin yang dinyatakan dalam indicator)
2 = BSH : Berkembang Sesuai Harapan (apabila peserta didik sudah
memperlihatkan berbagai tanda perilaku yang dinyatakan dalam
indikator dan mulai konsisten)
3= BSB : Berkembang Sangat Baik ( apabila peserta didik terus menerus
memperlihatkan perilaku yang dinyatakan dalam indicator
secara konsisten)
1. Wawancara
Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data yang dapat dilakukan
guru untuk mendapatkan informasi tentang perkembangan dan permasalahan
anak dengan cara melakukan percakapan langsung, baik dengan anak/ guru
(Syaodih, 2005).
Menurut Muslihuddin (2009) wawancara dapat dilakukan secara bebas
atau terstruktur. Adapun pedoman wawancara yang dilakukan oleh peneliti
agar memperoleh informasi yang terkait dengan penelitian secara lebih
lengkap dan jelas. Berikut ini pertanyaan-pertanyaan wawancara yang
diajukan peneliti terkait dengan permasalahan penelitian yang dilakukan
Tabel 3.12 Pedoman Wawancara
Sumber Guru Kelas
No Pertanyaan Jawaban
1 Strategi apa yang ibu pergunakan dalam meningkatkan kemampuan konsep bilangan pada anak dalam kegiatan pembelajaran? 2 Apa yang menjadi pertimbangan bagi ibu
untuk memilih strategi pembelajaran tersebut?
3 Apakah melalui strategi yang telah diberikan untuk meningkatkan kemampuan konsep bilangan pada anak sudah tercapai
4 Media apa yang digunakan oleh ibu dalam kegiatan mengenalkan konsep bilangan pada anak usia dini
5 Apakah sebelumnya ibu pernah menggunakan media balok untuk meningkatkan konsep bilangan pada anak usia dini?
6 Bagaimana tanggapan ibu terhadap penggunaan media balok untuk meningkatkan konsep bilangan pada anak usia dini?
7 Bagaimana saran ibu terhadap media balok dalam meningkatkan kemampuan mengenal konsep bilangan pada anak usia dini?
1. Catatan lapangan
Catatan lapangan merupakan kegiatan yang digunakan untuk mencatat
data kualitatif atau untuk mendeskripsikan sesuatu yang dianggap penting
(Asrori, 2007). Catatan lapangan dalam penelitian ini merupakan kegiatan
untuk mencatat kejadian-kejadian penting selama proses pembelajaran
berlangsung. Adapun hal-hal atau kejadian-kejadian yang dicatat dalam
[image:37.595.132.507.174.519.2]53
2. Dokumentasi
Menurut (Puspita, 2009) dokumentasi merupakan;
“Sumber data yang sudah tersedia sehingga dapat dijadikan sebagai bahan penunjang data-data sebelumnya yang sudah terkumpul. Studi dokumentasi merupakan pengkajian terhadap peristiwa, objek, dan tindakan yang direkam dalam format tulisan, visual (foto) atau audio-visual (digital camera)”.
Adapun langkah-langkah yang peneliti lakukan dalam studi dokumentasi
adalah pengambilan gambar pada saat pembelajaran pengenalan konsep
bilangan melalui penggunaan media balok, hal ini dilakukan sebagai bukti
hasil kemampuan anak dalam memahami konsep bilangan selama proses
pembelajaran.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan selama pengumpulan data di lapangan dan setelah data
terkumpul. Data dan informasi yang telah terkumpul selanjutnya dilakukan
pengorganisasian data dan analisis satu persatu sesuai dengan fokus permasalahan
yang dirumuskan dalam penelitian. Data yang diperoleh dari lapangan harus
dituangkan dalam bentuk lisan dan analisis. Sanjaya Wina (2010) mengemukakan
bahwa analisis data bisa dilakukan melalui tiga tahap, yaitu :
1. Reduksi data
Kegiatan menyeleksi data sesuai dengan fokus masalah. Dalam tahap ini
2. Mendeskripsikan data
Untuk mempermudah dalam membaca data yang diperoleh dan melihat
gambaran secara keseluruhan, maka data yang telah direduksi tersbut
kemudian disajikan dalam grafik, matrik, tabel, atu deskripsi menyeluruh
pada setiap aspek penelitian.
3. Kesimpulan
Merupakan suatu kegiatan untuk mengumpulkan informasi yang
diperlukan untuk menjawab rumusan masalah dan pertanyaan penelitian.
Data utama yang dianalisis adalah hasil observasi aktivitas yang
dilaksanakan anak selama kegiatan pembelajaran di kelas. Hasil wawancara
dianalisis secara deskriptif berdasarkan pada informasi yang disampaikan
oleh guru. Data hasil observasi setiap butir aspek yang diamati selama tiga
siklus dihitung dengan menggunakan table distribusi frekuensi, menurut
Supranto (2000: 62) distribusi frekuesnsi adalah pengelompokan data ke
dalam beberapa kelompok (kelas) dan kemudian dihitung banyaknya data
yang masuk ke dalam tiap kelas. Adapun cara perhitungan pembelajaran
konsep bialangan menggunakan table distribusi frekuensi adalah sebagai
55
Table. 3.13
Distribusi Frekuensi
Meningkatkan Pembelajaran Konsep Bilangan melalui Media Balok
No Kategori Interval Tally F %
1 BB 21-34 IIIII IIIII 10 83.3
2 BSH 35-48 II 2 16.7
3 BSB 49-62 - 0 0
Keterangan :
1) Mencari Interval
a) Jumlah indicator/item x nilai tertinggi (keterangan pada pedoman
observasi 21 x 3 =63
b) Hasil perkalian – jumlah indicator/item
63-21 = 42
c) Hasil pengurangan – jumlah kategori (keterangan pada pedoman
observasi) 42 :3 = 14
Sehingga ditemukan jumlah interval adalah 14 yang akan ditetapkan
pada kategori : BB = 21-34
BSH = 35-48
BSB = 49-62
2) Mengisi Tally dan Frekuensi (F)
Mengisi kolom tally dan frekuensi berdasarkan hasil skor pembelajaran
3) Mencari peresentase
Mencari persentase dengan rumus :
G. Validitas Data
Validitas data merupakan kegiatan yang penting dalam penelitian tindakan
kelas. Validitas data merupakan istilah alternatif dengan standar rasional untuk
menilai kredibilitas penelitian kualitatif (Indriyani, 2008).
Adapun hal-hal yang diungkapkan oleh Wiriatmadja (Hartini, 2009) agar data
diperoleh peneliti memiliki dan objektivitas, yaitu:
a. Member-check
Kegiatan memeriksa kembali kebenaran dari informasi atau data hasil
temuan yang diperoleh dari narasumber, yaitu kepala sekolah, guru
ataupun anak seama observasi dan wawancara.
b. Triangulasi
Proses memeriksa kebenaran data yang dianalisis oleh peneliti dengan
mengkonfirmasi kepada guru kelas.
c. Audit Trail
Kegiatan memeriksa kesalahan-kesalahan dalam prosedur yang digunakan
oleh peneliti dalam mengambil kesimpulan. P = F x 100%
n
57
d. Expert Opinion
Data atau informasi yang diperoleh peneliti kemudian diperiksa kembali
oleh ahli atau pakar dalam bidang kreativitas menggammbar untuk
memeriksa semua tahapan-tahapan penelitian dan dapat memberikan
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang “Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan melalui Media Balok” yang dilaksanakan di TK Harapan Bunda Kota Bandung dapat disimpulkan, yaitu :
1. Kondisi objektif proses pembelajaran di TK Harapan Bunda dalam
pengenalan konsep bilangan masih rendah hal ini disebabkan karena
masih menekankan pengajaran yang bersifat konvesional. Hal ini
dibuktikan dengan pembelajaran matematika yang dilakukan oleh guru
TK Harapan Bunda lebih banyak menggunakan metode hapalan angka,
dan paper-pencil test, jarang sekali pembelajaran matematika dilakukan
dengan konsep yang berhubungan langsung dengan kehidupan sehari-hari.
Misalnya, dalam kegiatan pembelajaran membilang anak masih langsung
diberi Lembar Kegiatan Siswa (LKS). Suasana kelaspun menjadi ramai
dan anak-anak sibuk dengan kegiatannya sendiri. Akibatnya kelompok A
TK Harapan Bunda masih kesulitan dalam membilang bilangan
sederhana secara urut.
2. Implementasi penggunaan media balok blockdoss untuk meningkatkan
pemahaman konsep bilangan pada anak di TK Harapan Bunda tahun
pelajaran 2013-2014, peneliti melaksanakan penelitian tindakan kelas
dengan menggunakan media balok selama tiga siklus. Pada setiap siklus
proses pembelajarannya mengikuti prosedur baku yaitu kegiatan awal,
135
ini disebabkan supaya anak tidak merasa bosan dan jenuh dengan kegiatan
tersebut
3. Pembelajaran konsep bilangan menggunakan media balok blokdoss
menunjukan peningkatan yang cukup signifikan, hal ini dapat terlihat dari
jumlah 12 orang anak kelas B belum mampu menguasai konsep bilangan
secara mandiri dengan katagori belum berkembang (BB) yang sebelumnya
91.6% menurun menjadi 0%. Untuk selanjutnya pada katagori dan pada
katagori Berkembang Sesuai Harapan (BSH) menjadi meningkat dari
sebelumnya 8.4% menjadi 33.3% anak mampu memperlihatkan
kemampuan sesuai indikator dan mulai konsisiten, selebihnya
kemampuan anak berada pada katagori Berkembang Sangat Baik (BSB)
yaitu anak dapat terus menerus memperlihatkan perilaku yang dinyatakan
dalam indikator secara konsisten meningkat sebanyak 66.7%.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil dan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, peneliti
mengajukan sejumlah rekomendasi untuk meningkatkan kemampuan mengenal
konsep bilangan pada anak melalui penggunaan media balok. Adapun
rekomendasinya diantaranya:
1. Bagi Kepala Sekolah
a. Kepala sekolah dapat memberikan masukan serta arahan kepada guru
kelas untuk mengajarkan membilang apada anak menggunakan media
balok agar pembelajaran lebih bervariasi dan menarik untuk menstimulus
kemampuan mengenal konsep bilangan pada anak.
b. Menyediakan sarana dan prasarana untuk mendukung pengembangan alat
c. Mendukung upaya guru dalam memanfaatkan media yang tepat untuk
meningkatkan dan menggunakan strategi yang sesuai dengankarakterisitik
perkembangan anak.
2. Bagi guru kelas
a. Guru hendaknya dapat menstimulasi kemampuan kosep bilangan melalui
pembelajaran yang menyenangkan dan memberikan kesempatan bagi anak
untuk bermain langsung salah satunya bermain balok.
b. Guru hendaknya dapat mengoptimalkan media balok dalam meningkatkan
kemampuan mengenal kosep bilangan, misalnya dengan memaksimalkan
media yang digunakan untuk dapat dilakukan dalam setiap tema.
c. Guru hendaknya memberikan kesempatan kepada anak untuk bebas
berekspresi dalam menyusun balok sesuai imajinasinya dan boleh bermain
bertukar ide dengan temannya.
3. Peneliti
Dengan adanya hasil penelitian yang membuktikan peningkatan kemampuan
mengenal konsep bilangan diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat
mengangkat kembali permasalahan yang ada tetapi metoda, teknik strategi
dan media yang lain serta tindakan yang berbeda agar dapat member masukan
atau temuan baru khususnya dalam meningkatkan kemampuan konsep
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik (edisi revisi VI). Jakarta : PT. Rineka Cipta
Anggraeni,R. (2011). Efektivitas Math Manipulative Terhadap Kemampuan Operasional Penjumlahan Bilangan Anak TK. Skripsi pada UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Coopley, Juanita V (2001) The Young Child And Mathemathics. National Association The Educational Of Young Chidren
Departemen Pendidikan Nasional. (2009). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Pemerintah Republik Indonesia No. 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional
Departemen Pendidikan Nasional. (2004). Kurikulum TK & RA. Jakarta: Depdiknas
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (2009). Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas
Eliyawati, Cucu. (2005). Pemilahan dan Pengembangan Sumber Belajar untuk Anak Usia Dini.Jakarta: DIKTI
Fatimah, Fenti (2010). Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak Taman Kanak-kanak Melalui Permainan Tradisional. Skripsi PGPAUD UPI Bandung: Tidak diterbitkan
Griffith, Rose (1992). Bermatematika Sambil Bermain. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Kamus B.Indonesia. (2003). Kamus Besar Indonesia Edisi Ke 3. Jakarta: Balai Pustaka
Masitoh, dkk (2006) Pendekatan Belajar Aktif di TK.Jakarta:Depdiknas Dirjen Perguruan Tinggi
Moomaw,dkk. (1995). More Than Counting. California: Redle Of Press.
Moeslihatoen,R (2004) Metode Pengajaran di TK.Jakarta: Rineka Cipta
Muslihuddin, (2009). Kiat Sukses Melakukan Penelitian Tindakan Kelas.Bandung:Rizgi Press.
Paimin, Joula Ekaningsih. (1998). Agar Anak Pintar Matematika. Jakarta: Puspa Swara
Pakasi (1970) Didaktif Berhitung, Jakarta: Stratara
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (1991). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Purwaningsih. (2004). Alat Permainan Edukatif untuk Anak TK. Jakarta: Depdiknas
Sadiman, Arif. (2003). Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sadiman, Arif. (2003). Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Solehuddin (2000) Konsep dasar Pendidikan Prasekolah.Bandung: Fakultas Ilmu Pendidikan UPI
Sriningsih, Nining (2008) Pembelajaran Matematika Terpadu Untuk AUD.Bandung: Pustaka Sebelas
Sudono, Anggani (1995) Alat Permaianan dan Sumber Belajar TK. Jakarta:Depdikbud
Suharsimi, Arikunto. (2003). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
139
Suriasumantri, Jujun S. (1982). Fisafat Ilmu. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Syaodih,N. (2005). Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Tajudin, T. (2008). Pembelajaran Mengenal Bilangan 1-10 Melalui Investasi Bermain Tata Angka. Skripsi PLB UPI Bandung: Tidak Diterbitkan