• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN ANIMASI KOMPUTER TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL HURUF PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN ANIMASI KOMPUTER TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL HURUF PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN ANIMASI

KOMPUTER TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL

HURUF PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

(Studi Eksperimen dengan Single Subject Research pada siswa SDLB di SPLB-C YPLB Cipaganti Bandung)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu

Syarat dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Pendidikan Khusus

OLEH :

Rina Agustiana

0803077

JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN ANIMASI

KOMPUTER TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL

HURUF PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

(Studi Eksperimen dengan Single Subject Research pada siswa SDLB di SPLB-C YPLB Cipaganti Bandung)

Oleh

Rina Agustiana

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Rina Agustiana 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

RINA AGUSTIANA

0803077

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN ANIMASI

KOMPUTER TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL

HURUF PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

(Studi Eksperimen dengan Single Subject Research pada siswa SDLB di SPLB-C YPLB Cipaganti Bandung)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :

Pembimbing I

Dra. Oom Sitti Homdijah, M.Pd NIP. 196101051983032002

Pembimbing II

Dra. Hj. Mimin Tjasmini, M.Pd NIP. 195403101988032001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Khusus

Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

ABSTRAK

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN ANIMASI KOMPUTER TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL HURUF PADA ANAK

TUNAGRAHITA RINGAN

(Rina Agustiana, 0803077, Jurusan PKH FIP UPI)

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penggunaan media pembelajaran animasi komputer terhadap kemampuan mengenal huruf anak. Kemampuan mengenal huruf sangat dipengaruhi oleh kemampuan kognitif yang dimiliki oleh anak. Owen merupakan anak tunagrahita ringan di SPLB-C YPLB Cipaganti Bandung yang jelas-jelas memiliki kemampuan kognitif rendah sehingga mengalami kesulitan dalam mengenal huruf, anak kurang mampu mempersepsi suatu objek, perhatian yang kurang dan motivasi anak untuk belajar sulit dibangun dengan sempurna juga ingatan anak yang lemah ketika menerima informasi dalam belajar serta kesiapan anak dalam mengikuti pembelajaran. Salah satu faktor yang menyebabkan anak enggan untuk belajar yaitu pembelajaran yang diberikan oleh guru kurang menarik, maka dari itu diperlukan media pembelajaran yang lebih menarik perhatian dan lebih melatih daya ingat anak agar kemampuan mengenal huruf anak dapat meningkat. Metode yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen dengan menggunakan pendekatan Single Subject Research dengan menggunakan desain A-B-A. Hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan media pembelajaran animasi komputer dapat memberikan pengaruh terhadap peningkatan kemampuan mengenal huruf pada anak tunagrahita ringan (Owen). Hal ini dibuktikan dengan peningkatan mean level pada target behaviour sebesar 25%. Bertolak dari hasil penelitian diajukan rekomendasi kepada guru dan peneliti selanjutnya, media pembelajaran sebagai alternatif metode belajar di dalam kelas agar hasil belajar anak meningkat.

Kata kunci: Anak Tunagrahita Ringan, media pembelajaran animasi komputer, mengenal

(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR GRAFIK ... ix

DAFTAR TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan dan Kegunaan ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran Animasi Komputer ... 7

1. Konsep Media Pembelajaran ... 7

2. Media Animasi Komputer ... 10

3. Media Pembelajaran Animasi Komputer Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Huruf ... 12

B. Konsep Dasar Membaca Permulaan ... 14

1. Hakikat Membaca ... 14

2. Pengertian Membaca Permulaan ... 16

C. Kemampuan Anak Tunagrahita Ringan dalam Membaca Permulaan ... 17

1. Pengertian Anak Tunagrahita Ringan ... 17

2. Kemampuan Membaca Permulaan Anak Tunagrahita Ringan ... 19

(6)

a. Dampak Ketunagrahitaan Terhadap Perkembangan Akademik ... 21

b. Dampak Ketunagrahitaan Terhadap Pembelajaran Membaca ... 21

D. Kerangka Berfikir ... 22

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 24

B. Variabel Penelitian ... 26

1. Variabel Bebas ... 26

2. Variabel Terikat ... 28

C. Subjek Penelitian ... 29

D. Prosedur Penelitian ... 29

1. Fase Baseline-1 ... 29

2. Fase Intervensi ... 30

3. Fase Baseline-2 ... 32

E. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 32

F. Teknik Pengolahan Data ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 44

1. Hasil Baseline 1 (A-1) ... 44

2. Hasil Intervensi (B) ... 46

3. Hasil Baseline 2 (A-2) ... 47

B. Analisis Data ... 49

1. Analisis dalam kondisi ... 49

2. Analisis antar kondisi ... 56

C. Pembahasan ... 60

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 62

(7)

DAFTAR PUSTAKA ... 64

LAMPIRAN 1. Surat-Surat Penelitian ... 67

2. Hasil Pengujian Persyaratan Instrumen ... 74

3. Dokumentasi Penelitian ... 97

4. RPP ... 101

5. Instrumen Penelitian ... 108

6. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 111

7. Media Animasi Komputer ... 113

8. Hasil Kerja Siswa ... 118

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

(9)

DAFTAR GRAFIK

Grafik

3.1.Desain A-B-A ... 25

4.1. Hasil Baseline 1... 45

4.2. Hasil Intervensi ... 46

4.3. Hasil Baseline 2... 48

4.4. Perkembangan Kemampuan Mengenal Huruf ... 49

4.5. Estimasi Kecenderungan Arah Kemampuan Mengenal Huruf pada Kondisi Baseline-1 (A-1), Intervensi dan Baseline-2 (A-2) ... 50

4.6. Data Overlap A-1 dan B ... 58

4.7. Data Overlap B dan A-2 ... 59

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel

2.1. Klasifikasi Anak Tunagrahita Berdasarkan Tingkat kecerdasannya ... 18

3.1. Daftar Para Ahli untuk Expert-Judgement Instrumen ... 38

3.2. Hasil Validitas Instrumen ... 39

4.1. Data Baseline 1 ... 45

4.2. Data Intervensi ... 46

4.3. Data Baseline 2 ... 47

4.4. Data Panjang Kondisi ... 50

4.5. Data Intervensi Kecenderungan Arah ... 51

4.6. Data Kecenderungan Stabilitas ... 53

4.7. Data Kecenderungan Jejak ... 54

4.8. Data Level Stabilitas dan Rentang ... 54

4.9. Data Level Perubahan ... 55

4.10. Rangkuman Hasil Analisis Perubahan dalam Kondisi Mengenal Huruf pada Subjek ... 55

4.11. Data Jumlah Variabel ... 56

4.12. Data Perubahan Kecenderungan dan Efeknya ... 56

4.13. Data Perubahan Kecenderungan Stabilitas ... 56

4.14. Perubahan kecenderungan dan Efeknya... 57

4.15. Data Persantase Overlap ... 59

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak tunagrahita merupakan anak dengan kebutuhan khusus yang memiliki

intelegensi jelas-jelas berada dibawah rata-rata yang disertai dengan kurangnya dalam prilaku adaptif dan terjadi pada masa perkembangan (0-18 tahun), ini sesuai dengan pendapat Grossman pada AAMD pada tahun 1973 (James, 1981: 35) yang mengungkapkan bahwa “Mental retardation refers to significantly subaverage general intellectual functioning existing concurrently with deficits in

adaptive behaviour, and manifested during the development period”. Menurut skala Weschler (WISC) kelompok ini memiliki IQ 55-69, sedangkan menurut Skala Binet mereka memiliki IQ antara 52-68 dalam skala penilaian WISC (Amin, 1995: 25).

Anak Tunagrahita mengalami keterlambatan dalam perkembangan fungsi kecerdasannya dan gangguan dalam prilaku adaptif, sehingga mereka mengalami berbagai masalah, salah satunya berkaitan dengan belajar. Aktivitas belajar tentunya berkaitan dengan fungsi kognisi karena belajar sangat erat hubungannya dengan berfikir dan mengingat. Anak tunagrahita kerap mempelajari sesuatu hal dengan cara coba-coba (trial and error) berbeda dengan anak yang pada umumnya lebih cepat dan mudah untuk menemukan kaidah dalam belajar.

Sebagaimana yang dikemukakan dalam UUD 1945 pasal 32 ayat 1 bahwa;

“pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi

kecerdasan dan bakat istimewa”.

(12)

2

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Keberhasilan suatu proses pembelajaran erat kaitannya dengan kemampuan kognisi yang dimiliki anak. Slameto

(2003:102) mengemukakan: “Hal-hal yang mempengaruhi kognisi anak

diantaranya adalah persepsi, perhatian, mendengarkan, ingatan dan kesiapan”.

Anak tunagrahita yang menjadi kasus dalam penelitian ini sudah jelas

memiliki hambatan dalam kognisinya. Hal tersebut dapat dipengaruhi beberapa faktor diantaranya anak kurang mampu mempersepsi suatu objek, perhatian yang kurang dan motivasi anak untuk belajar sulit dibangun dengan sempurna juga ingatan anak yang lemah ketika menerima informasi dalam belajar serta kesiapan anak dalam mengikuti pembelajaran.

Kemampuan belajar yang harus dikuasai anak salah satunya adalah kemampuan membaca, dikarenakan kemampuan membaca sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari dan akan sangat diperlukan bagi kemampuan akademik anak di kemudian hari. Kemampuan membaca yang paling mendasar yang harus dikuasai seorang individu adalah kemampuan mengenal huruf. Huruf adalah sistem penulisan yang menuliskan fonem kecuali vokal. Dalam penggunaan bahasa indonesia, istilah huruf dalam bahasa indonesia merujuk kepada huruf alfabet, masing-masing huruf menggambarkan satu bunyi atau lebih, contoh huruf a dapat menggambarkan bunyi a dalam kata babi, dan a dalam kata api atau a dalam kata pipa. Urutan huruf merupakan rangkaian huruf yang terdiri

dari 26 huruf.

Kemampuan membaca anak tidak cukup baik dalam hal ini seperti ketika anak mampu mengucapkan kata ibu akan tetapi anak tidak mengenal setiap huruf atau konsep huruf yang terkandung didalam kata tersebut. Anak sering menyebutkan kata bobo, dan ibu misalnya, akan tetapi anak belum mengenal

(13)

Hasil observasi dilapangan yaitu di SDLB C YPLB Cipaganti Bandung, menerangkan bahwa anak tersebut mengalami kesulitan dalam mengenal huruf. Anak sudah mampu menyebutkan secara berurut huruf alfabet, akan tetapi anak tersebut kurang memahami konsep atas menyebutkan lambang huruf itu sendiri, ketika anak menyebutkan huruf anak belum mengetahui bentuk huruf yang ia sebutkan, ketika anak menyebutkan huruf A misalnya, anak tidak bisa

menunjukan bentuk huruf yang benar dan sesuai dengan fonem A itu sendiri, itulah yang menjadi indikator bahwa anak tidak memahami konsep atas menyebutkan lambang huruf. Hal tersebut diakibatkan oleh persepsi anak terhadap bentuk huruf yang sering keliru, perhatian anak terhadap penyampaian materi yang diberikan kurang dirancang dengan baik, kurangnya memahami simbol atau bentuk huruf yang dilihat dan didengar oleh anak dan kesulitan dalam menambahkan hal-hal yang berkaitan dengan simbol atau bentuk huruf yang sudah didengar dan dilihat kedalam ingatannya.

Untuk membentuk persepsi, perhatian, mendengarkan, ingatan dan kesiapan anak dalam belajar khususnya belajar mengenal huruf banyak berbagai metode dan media belajar yang bisa digunakan, pemilihan media dalam proses pembelajaran sangatlah penting, seorang guru dapat memilih atau menggunakan berbagai alternatif media pembelajaran yang diperkirakan dapat membantu dan disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Beberapa media yang dapat digunakan dalam kegiatan membaca permulaan ini seperti media cetak, papan kata, gambar bergambar, gambar kata atau media elektronik.

Salah satu media elektronik yang dapat digunakan dalam kegiatan belajar membaca permulaan ini yaitu perangkat lunak pembelajaran berbasis komputer. Melalui perangkat komputer materi pembelajaran yang akan diberikan dapat disampaikan dalam bentuk yang lebih variatif karena bentuk permainan yang

disertai gambar bergerak, suara dan kombinasi warna akan menarik perhatian anak sehingga anak dapat berkonsentrasi dengan lebih baik, salah satunya dengan menggunakan media pembelajaran animasi komputer.

(14)

4

diasumsikan bahwa media animasi komputer adalah media yang dapat meningkatkan persepsi anak terhadap simbol atau bentuk huruf, meningkatkan perhatian anak dalam mengenal simbol atau bentuk huruf, dan melalui gambar animasi yang dapat bergerak ini akan membuat anak lebih tertarik dengan pembelajaran mengenal simbol atau bentuk huruf. Merangsang kemampuan auditori anak melalui kegiatan mendengarkan animasi suara yang dihasilkan

komputer mengenai fonem huruf, dan meningkatkan aspek visual melalui gambar animasi huruf yang akan menghadirkan dan memberikan dampak ingatan yang lebih kuat pada anak.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti mencoba meneliti keterkaitan antara media pembelajaran animasi komputer dengan kemampuan mengenal huruf vokal a-i-u-e-o dan tambahan huruf yang sering diucapkan anak yaitu p-b-m yang dalam kegiatannya akan menggunakan kata-kata yang sering digunakan oleh anak seperti kata bobo, ibu, pipa dsb. Melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu solusi dalam hal pembelajaran mengenal konsep huruf, serta menjadi suatu inovasi media pembelajaran yang bisa diterapkan kepada anak tunagrahita saat belajar mengenal huruf, sehingga dalam

penelitian ini pemulis mengambil judul “Pengaruh Penggunaan Media

Pembelajaran Animasi Komputer Terhadap Peningkatan Kemampuan Mengenal

Huruf Pada Anak Tunagrahita Ringan”

B. Identifikasi Masalah

Setelah peneliti melakukan observasi dilapangan, peneliti menemukan masalah-masalah dalam penelitian diantaranya:

1. Anak Tunagrahita Ringan ada yang mengalami kesulitan dalam mengenal huruf.

2. Ketidaksiapan kognisi anak seperti, persepsi, perhatian, mendengarkan juga ingatan akan mempersulit anak dalam mengenal huruf.

(15)

4. Dibutuhkan beberapa media yang dapat mempermudah Anak Tunagrahita dalam memahami huruf diantaranya media animasi komputer.

C. Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada media animasi komputer dengan pokok bahasan memahami konsep huruf pada anak tunagrahita ringan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan latar belakang masalah yang telah diuraikan, diantaranya adalah kurangnya media yang dapat meningkatkan kemampuan anak dalam mengajarkan konsep huruf pada anak tunagrahita ringan yang sesuai dengan kondisi anak dimana mengakibatkan anak tersebut kurang mampu mengenal konsep huruf, maka permasalahan yang akan dikaji dalam

penelitian ini adalah “Apakah penggunaan media pembalajaran animasi komputer

dapat memberikan pengaruh terhadap peningkatan kemampuan mengenal huruf

pada anak tunagrahita ringan?”.

E. Tujuan Dan Kegunaan

1. Tujuan Penelitian. a. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penggunaan media pembelajaran animasi komputer terhadap peningkatan kemampuan mengenal konsep huruf pada anak tunagrahita ringan.

b. Tujuan Khusus

1) Mengetahui kemampuan mengenal konsep huruf pada anak tunagrahita ringan sebelum menggunakan media pembelajaran animasi komputer.

2) Mengetahui kemampuan konsep huruf pada anak tunagrahita ringan saat menggunakan media pembelajaran animasi komputer.

(16)

6

2. Kegunaan Penelitian

a. Dalam tataran teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan hal baru berupa inovasi media pembelajaran terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, terutama yang berhubungan dengan pendidikan bagi anak tunagrahita ringan.

b. Dalam tataran praktis, hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi:

1) Bagi anak; dapat memberikan bantuan peningkatan kemampuan mengenal konsep huruf yang dapat berguna bagi kehidupan sehari-hari dan perkembangan belajar membacanya.

2) Pendidik; dapat menjadi media pembelajaran alternanif yang bisa digunakan ketika menghadapi anak berkebutuhan khusus, terutama dalam hal untuk meningkatkan kemampuan mengenal konsep huruf yang tentunya akan berlanjut ke kata, kalimat, maupun paragraf.

3) Lembaga atau Sekolah; menjadi suatu media pembelajaran yang bisa diterapkan di lembaga, dalam proses belajar mengajar agar dapat berlangsung dengan baik.

(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Menurut Sugiono (2008:6), “metode penelitian eksperimen merupakan metode

penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh treatment (perlakuan

tertentu)”. Penelitian yang bersifat eksperimen ini memiliki subjek tunggal dengan pendekatan Single Subject Research (SSR), yaitu eksperimen yang dilaksanakan pada satu objek atau lebih dengan tujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari perlakuan yang diberikan secara berulang ulang dalam waktu tertentu.

(18)

25

Grafik 3.1 Grafik Desain A-B-A Dengan :

A-1 = baseline 1, merupakan kondisi awal atau dasar kemampuan mengenal huruf (membaca permulaan) pada anak. Pada baseline 1 subjek penelitian tidak sama sekali diberikan intervensi, fase baseline 1 akan dilakukan sebanyak 4 sesi dan sampai data yang diperoleh stabil.

B = Intervensi, adalah kondisi kemampuan anak dalam mengenal huruf (membaca permulaan) selama memperoleh perlakuan. Fase intervensi ini akan dilakukan sebanyak delapan sesi sampai data yang diperoleh stabil dengan menggunakan media pembelajaran animasi komputer mengenal huruf.

A-2 = baseline 2, merupakan pengulangan kondisi awal atau kemampuan dasar subjek peneliti dalam kemampuan mengenal huruf pada tahap

ini pula disebut evaluasi dari intervensi yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana intervensi dapat berpengaruh terhadap kemampuan mengenal huruf anak tunagrahita ringan.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

P e r s e n t a s e

(19)

B. VARIABEL PENELITIAN

Jika kita melihat judul penelitian “Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Animasi Komputer Terhadap Peningkatan Kemampuan Mengenal Huruf Pada Anak Tunagrahita Ringan” maka didalamnya akan terdapat dua variabel yaitu:

1. Variabel Bebas

Variabel bebas (independent variable) disebut juga variabel sebab. Ali (1993:26) menyebutkan bahwa “variabel sebab adalah variabel yang diasumsikan menjadi sebab munculnya variabel lain”. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah media pembelajaran animasi komputer huruf yaitu, media untuk meningkatkan membaca permulaan dengan cara mengenalkan huruf vokal (A, I, U, E, dan O) juga huruf konsonan bilabial (P, B dan M) serta suku kata dan kata sederhana.

Animasi komputer huruf merupakan media berbasis komputer yang didalamnya terdapat perpaduan antara media audio visual berupa teks, gambar, grafis, foto, audio dan gambar animasi kartun yang dibuat dengan menggunakan perangkat lunak (software) macromedia flash pada komputer. Animasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model interaktif seolah-olah terjadi komunikasi dua arah antara anak dengan narator yang akan membawakan materi mengenal huruf vokal A, I, U, E, O dan konsonan bilabial P, B, dan M disertai suku kata dan kata sederhana.

Pada tahap intervensi, sebelum membaca kata anak terlebih dahulu diperkenalkan dengan huruf vokal (A, I, U, E, dan O) dan huruf konsonan bilabial (P, B, dan M) lengkap dengan pelafalan atau fonem dari setiap huruf yang disertai dengan bentuk huruf cetak dan huruf kecil

(20)

27

konsonan-vokal-konsonan-vokal (K-V-K-V). Materi terakhir yang diberikan yaitu membaca kata sederhana.

Untuk lebih jelasnya langkah operasional penggunaan media pembelajaran animasi komputer adalah sebagai berikut:

a. Masuk ke program media pembelajaran animasi komputer lalu tunggu beberapa saat.

b. Tampilan pertama yang terlihat merupakan pilihan materi belajar, yaitu: 1) Mengenal huruf, 2) Membaca Suku Kata, dan 3) Membaca Kata.

c. Click pilihan belajar “mengenal huruf” sebagai awal dari pembelajaran lalu anak diminta untuk memperhatikan setiap slide yang muncul.

d. Anak diminta untuk mengikuti pelafalan huruf yang muncul di layar. Dari setiap huruf yang muncul, akan terdengar bagaimana cara menyebutkannya dan terlihat bentuk huruf cetak dan huruf kecil dari setiap huruf.

e. Selanjutnya, anak diminta untuk meng-click icon rumah agar tampilan kembali ke slide awal yang merupakan pemilihan materi belajar.

f. Click pilihan “Mengenal Suku Kata”

g. Anak diminta untuk memperhatikan materi berupa cara membaca suku kata yang muncul pada layar.

h. Anak dibimbing untuk mengikuti cara pelafalan dari setiap suku kata.

i. Anak diminta untuk kembali meng-click icon rumah agar anak dapat memilih materi terakhir yaitu “Mengenal Kata” . Tampilan yang muncul ketika anak memilih materi mengenal kata sedikit berbeda, karena pada slide ini muncul kata yang disertai dengan gambar.

(21)

2. Variabel Terikat

Variabel terikat (dependent variable) disebut juga dengan variabel akibat. Juang Sunanto, dkk (2006) mengatakan bahwa “variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas, dan variabel terikat dalam penelitian Single Subject Research (SSR) disebut perilaku sasaran atau target behavior” maka variabel terikat dalam penelitian ini adalah

kemampuan membaca permulaan.

Membaca permulaan menurut Purwanto (1977:29) dikutip dalam Henry Guntur (2005:9), adalah suatu proses yang dipergunakan oleh pembaca untuk mengubah rangkaian huruf menjadi rangkaian-rangkaian bunyi yang bermakna dan melancarkan teknik membaca pada anak-anak.

Pada penelitian ini kemampuan membaca permulaan diukur dengan menggunakan persentase yaitu menunjukkan jumlah terjadinya suatu perilaku atau peristiwa dibandingkan dengan keseluruhan kemungkinan terjadinya peristiwa tersebut kemudian dikalikan dengan 100%. Adapun kemampuan membaca permulaan yang diukur adalah sebagai berikut :

1) Membaca lima huruf vokal, yaitu: A, I, U, E, dan O

2) Membaca tiga huruf konsonan bilabial, yaitu: P, B, M

3) Membaca 18 suku kata yang tersusun dari huruf vokal A, I, U, E, O dan huruf konsonan bilabial P, B, M yaitu:

|Pa|, |Pi|, |Ba|, |Bi|, |Bu|, |Be|, |Bo|, |Ma|, |Mi|, |Mo|, |A| |Bu|, |U| |Bi|, |I| |Bu|, |A| |Pi|, |Ba| |Bi|, |Bo| |Bo|, |Bu| |Mi|, dan |Pi| |Pa| 4) Membaca empat kata yang disusun dari huruf vokal A, I, U, E, O

dan huruf konsonan bilabial P, B, M yaitu: Ibu, Api, Babi, dan Pipa

Jika dijumlahkan skor kemampuan anak, maka akan diperoleh skor maksimum adalah 30, maka dihitung dalam persen dengan menggunakan

(22)

29

= f

n x 100% =

30

30 x 100% = 100%

Keterangan : p = presentase

f = jumlah skor yang didapat

n = jumlah skor tertinggi.

C. SUBJEK PENELITIAN

Subjek dalam penelitian ini adalah Owen, peserta didik tunagrahita ringan kelas 2 di SPLB-C YPLB Cipaganti, subjek yang akan diteliti dalam penelitian hanya satu orang dengan kriteria anak belum mengenal perbedaan tiap huruf dengan baik dan belum dapat membaca kata dengan benar.

D. PROSEDUR PENELITIAN

Dalam penelitian ini sudah ditentukan target behaviour yang akan diubah yaitu kemampuan membaca permulaan dalam mengenal huruf vokal A, I, U, E, O dan konsonan bilabial P, B, dan M juga suku kata dan kata sederhana.

1. Fase baseline (A)

Untuk mengetahui kemampuan awal subjek dalam membaca permulaan (mengenal huruf), pada fase awal ini peneliti memberikan soal bacaan berupa huruf vokal (a, i, u, e dan o) juga huruf bilabial (p, b, dan m) ditambah dengan suku kata berpola kv, kvk, dan kvkv dan pada akhir kegiatan subjek diminta untuk membaca kata sederhana yang harus dibaca oleh subjek dengan menggunakan kartu kata

Soal yang diberikan kepada subjek sebanyak 30 dalam waktu 1 x 30 menit. Jika subjek menjawab dengan benar akan diberi skor 1, jika

(23)

2. Fase Intervensi (B)

Intervensi dilakukan setelah data pada baseline 1 cenderung stabil. Pada fase intervensi, pengukuran dilakukan sampai data menjadi stabil, setiap sesi dilakukan satu hari dengan waktu 60 menit. Tahap intervensi ini dilakukan dengan menggunakan media animasi komputer mengenal huruf. Materi yang diberikan untuk pertama kali yaitu pengenalan

terhadap huruf lalu berlanjut ke materi yang lebih kompleks. Adapun langkah-langkah materi yang akan diberikan pada pengoperasional media adalah sebagai berikut :

a. Mengenal Huruf Vokal (Materi I)

Anak diminta untuk memperhatikan secara seksama huruf yang tersedia di layar, lalu anak dibimbing untuk memperhatikan setiap materi yang dibahas. Materi ini berupa tampilan huruf dalam bentuk huruf cetak dan huruf kecil yang disertai suara narator, misalnya tampilan untuk materi huruf A maka akan muncul tampilan huruf dalam bentuk huruf cetak (A) dan kecil (a) disertai suara narator yang mencontohkan bagaimana bunyi dari huruf a.

b. Mengenal Konsonan Bilabial (Materi II)

Kegiatan yang dilakukan akan sama dengan materi pertama, yang membedakan hanya materi yang disampaikan. Materi kedua mengenalkan huruf konsonan bilabial kepada anak, hal pertama yang dilakukan yaitu anak memperhatikan huruf konsonan bilabial (P, B, dan M) yang ada pada layar lalu anak dibimbing untuk secara fokus memperhatikan materi yang muncul dilayar. Tampilan yang muncul sama seperti materi mengenal konsonan

(24)

31

c. Membaca Kosa Kata (Materi III)

Pada tahap selanjutnya anak diminta untuk membaca suku kata yang disusun dari huruf yang sudah dibahas sebelumnya yakni huruf vokal dan huruf konsonan bilabial. Suku kata yang diberikan dibagi ke 3 tahapan membaca yakni; 10 suku kata berpola konsonan-vokal (kv), 4 suku kata berpola vokal-konsonan-vokal

(vkv) berlanjut ke suku kata berpola konsonan-vokal-konsonan-vokal (kvkv) berjumlah 4. Maka total suku kata yang diberikan berjumlah 18.

d. Pemahaman Huruf

Pada tahap ini kegiatan yang diberikan lebih kompleks karena materi yang diberikan kepada anak adalah membaca kata. Kata yang diberikan kepada anak berjumlah 4 kata, yaitu ibu, api, babi, dan pipa yang juga disertai dengan gambar dari kata sebagai penjelas dan ditambah dengan suara narator yang mencontohkan pelafalan kata. Tahap ini akan menunjukkan seberapa besar anak memahami huruf yang diberikan di awal karena kata yang diberikan disusun dari huruf yang sudah dibahas pada sesi-sesi sebelumnya.

Pada setiap pemberian materi, setiap sesi selalu diakhiri dengan pemberian evaluasi dengan menggunakan tes bacaan berupa huruf dan kata yang harus dibaca oleh anak dengan menggunakan kartu kata. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data mengenai kemampuan anak dalam membaca permulaan yang telah diajarkan melalui media pembelajaran animasi komputer huruf. Jika anak menjawab dengan benar, maka akan diberi skor 1, jika menjawab salah diberi skor 0.

(25)

3. Fase Baseline 2 (A’)

Pada fase baseline 2 ini dilakukan pengukuran kembali seperti pada fase baseline 1 dengan menggunakan format tes dan prosedur pelaksanaan yang sama, hal ini dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana intervensi yang dilakukan berpengaruh terhadap subjek. Sehingga peneliti dapat menjawab apakah berhasil atau tidak nya

animasi komputer huruf dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada subjek penelitian.

E. INSTRUMEN DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA

1. Instrumen

“Instrumen adalah alat bantu yang digunakan dalam pengumpulan data pada suatu penelitian” (Arikunto, 2006: 149). Instrumen atau alat bantu yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes.

Tes digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat pencapaian dan kemampuan atau keterampilan siswa dalam membaca permulaan. Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara memberi tes lisan pada kondisi baseline-1, intervensi, dan baseline-2. Untuk mencapai tujuan penelitian ini, peneliti membuat beberapa langkah ntuk mempermudah peneliti dalam mencapai tujuan, yaitu:

a. Membuat Kisi-Kisi Instrumen

Kisi-kisi soal dalam penelitian ini dibuat berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai peserta didik dan dikembangkan oleh peneliti. Kisi-kisi itu sendiri merupakan indikator yang akan di teskan dan ditetapkan pada butir-butir soal yang disesuaikan dengan variabel penelitian. Adapun yang

(26)

33

Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia yang digunakan adalah :

“3.1. Membaca nyaring suku kata dan kalimat sederhana”. Kompetensi dasar yang di fokuskan adalah yang ke 3.1., yaitu “Membaca nyaring suku kata dan kata sederhana”. Indikator yang digunakan untuk mengukur kemampuan membaca permulaan akan

lebih dikerucutkan pada bagian mengenal huruf, yang setelahnya apabila anak telah mengenal huruf maka kegiatan belajar selanjutnya berlanjut ke sesi membaca suku kata lalu kata sederhana dan pembelajaran yang berlangsung akan seperti:

1. Membaca 5 huruf vokal (a, i, u, e, dan o).

2. Membaca 3 huruf konsonan bilabial (p, b, dan m).

3. Membaca 18 suku kata yang tesusun dari huruf vokal dan konsonan a, i, u, e, o, p, b, dan m yang dibagi ke 3 sesi berdasarkan banyak huruf. Sesi 1 berjumlah 10 soal berupa suku kata konsonan-vokal (KV), berlanjut ke 4 suku kata berpola vokal-konsonan-vokal (VKV), dan sesi terakhir 4 suku kata berpola konsonan-vokal-konsonan-vokal (KVKV). 4. Membaca 4 kata yang tesusun dari huruf huruf vokal a, i, u,

e, o dan huruf konsonan, p, b, dan m. b. Pembuatan Butir Soal

Butir soal dibuat berdasarkan indikator yang dibuat pada kisi-kisi instrumen penelitian. Jumlah soal keseluruhan sebanyak 30 buah, terbagi dalam empat indikator, yaitu; 1). 5 soal untuk mengetahui kemampuan mengenal huruf vokal; 2). 5 soal untuk mengetahui kemampuan mengenal huruf konsonan bilabial; 3). 10

(27)

konsonan-vokal-konsonan-vokal dan 6). 4 Soal untuk melihat pemahaman anak terhadap huruf berupa kata sederhana.

c. Menentukan Kriteria Penilaian Butir Soal

Kriteria penilaian dibuat untuk menetapkan skor atau nilai hasil belajar, sehingga dapat diketahui seberapa besar hasil atau nilai yang dicapai oleh peaserta didik penelitian. Adapun kriteria

penilaiannya adalah sebagai berikut: 1) Kriteria penilaian membaca huruf

Kriteria Penilaian Membaca Huruf Vokal

ASPEK KEMAMPUAN SKOR

a. Mampu membaca 5 huruf vokal 5

b. Mampu membaca 4 huruf dari 5 huruf vokal 4

c. Mampu membaca 3 huruf dari 5 huruf vokal 3

d. Mampu membaca 2 huruf dari 5 huruf vokal 2

e. Mampu membaca 1 huruf dari 5 huruf vokal 1

f. Tidak mampu membaca huruf vokal 0

Kriteria Penilaian Membaca Huruf Konsonan

ASPEK KEMAMPUAN SKOR

a. Mampu membaca 3 huruf konsonan 3

b. Mampu membaca 2 huruf dari 3 huruf konsonan 2

c. Mampu membaca 1 huruf dari 3 huruf konsonan 1

(28)

35

2) Kriteria penilaian membaca suku kata

Kriteria Penilaian Membaca Suku Kata Berpola KV

ASPEK KEMAMPUAN SKOR

a. Mampu membaca 10 suku kata yang berpola KV 10

b. Mampu membaca 9 suku kata dari 10 suku kata

berpola KV 9

c. Mampu membaca 8 suku kata dari 10 suku kata

berpola KV 8

d. Mampu membaca 7 suku kata dari 10 suku kata

berpola KV 7

e. Mampu membaca 6 suku kata dari 10 suku kata

berpola KV 6

f. Mampu membaca 5 suku kata dari 10 suku kata

berpola KV 5

g. Mampu membaca 4 suku kata dari 10 suku kata

berpola KV 4

h. Mampu membaca 3 suku kata dari 10 suku kata

berpola KV 3

i. Mampu membaca 2 suku kata dari 10 suku kata

berpola KV 2

j. Mampu membaca 1 suku kata dari 10 suku kata

berpola KV 1

k. Tidak mampu membaca suku kata 0

Kriteria Penilaian Membaca Suku Kata Berpola VKV

ASPEK KEMAMPUAN SKOR

a. Mampu membaca 4 suku kata yang berpola VKV 4

b. Mampu membaca 3 suku kata dari 4 suku kata

berpola VKV 3

c. Mampu membaca 2 suku kata dari 4 suku kata

(29)

d. Mampu membaca 1 suku kata dari 4 suku kata

berpola VKV 1

e. Tidak Mampu membaca suku kata berpola VKV 0

Kriteria Penilaian Membaca Suku Kata Berpola KVKV

ASPEK KEMAMPUAN SKOR

a. Mampu membaca 4 suku kata yang berpola KVKV 4

b. Mampu membaca 3 suku kata dari 4 suku kata

berpola KVKV 3

c. Mampu membaca 2 suku kata dari 4 suku kata

berpola KVKV 2

d. Mampu membaca 1 suku kata dari 4 suku kata

berpola KVKV 1

e. Tidak Mampu membaca suku kata berpola KVKV 0

3) Kriteria penilaian membaca kata

Kriteria Penilaian Membaca Kata

ASPEK KEMAMPUAN SKOR

a. Mampu membaca 4 kata yang tersusun dari huruf a,

i, u, e, o, p, b, dan m 4

b. Mampu membaca 3 kata dari 4 kata yang tersusun

dari huruf a, i, u, e, o, p, b, dan m 3

c. Mampu membaca 2 kata dari 4 kata yang tersusun

dari huruf a, i, u, e, o, p, b, dan m 2

d. Mampu membaca 1 kata dari 4 kata yang tersusun

dari huruf a, i, u, e, o, p, b, dan m 1

(30)

37

d. Uji Coba Instrumen

Uji coba instrumen dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas instrumen penelitian yang akan digunakan. Sehingga dapat diketahui apakah instrumen tersebut layak digunakan atau tidak sebagai alat pengumpulan data dalam penelitian. Untuk itu, dengan menggunakan instrumen yang valid

dan reliabel dalam pengumpulan data, maka diharapkan akan diperoleh data yang dapat dipercaya kebenerannya.

1. Uji Validitas

Validitas merupakan suatu ketepatan alat ukur yang digunakan untuk memperoleh data seperti menurut Susetyo (2011: 89) validitas diartikan;

“sejauh mana hasil pengukuran dapat diinterpratisikan sebagai cermin sasaran ukur yang berupa kemampuan, karakteristik atau tingkah laku yang diukur melalui alat ukur yang tepat”

Jika instrumen dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid, sehingga instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Maka dari itu validitas instrumen sangat diperlukan dalam suatu penelitian karena validitas juga merupakan ukuran mutu dan kebermaknaan suatu penelitian.

(31)

Proses validasinya dengan membandingkan isi tes dengan tabel spesifikasi yang ada kemudian dilakukan penilaian oleh para ahli. Skor hasil validitas diolah dengan menggunakan rumus:

= n

N x 100%

Keterangan : ∑ n = jumlah cocok ∑ N = jumlah ahli penilai P = presentase

Penilaian dilakukan oleh satu orang dosen jurusan PLB FIP UPI, satu orang wakil kepala sekolah SPLB C YPLB Cipaganti Bandung, dan satu wali kelas di sekolah yang sama. Berikut adalah daftar para ahli yang menilai kelayakan instrumen;

Tabel 3.1

Daftar para ahli untuk Expert-Judgment Instrumen

No Nama Jabatan

1. Drs. H. Maman

Abdurachman, M.Pd

Dosen PLB

2. Heni Ruhaeni, S.Pd Wakasek Cipaganti

3. Titi Herawati, S.Pd Guru kelas subjek Data yang diperoleh melalui expert judgment akan dihitung dengan rumus:

Persentase = �� � ℎ�� � � �

[image:31.595.118.547.109.657.2]
(32)
[image:32.595.121.555.139.758.2]

39

Tabel 3.2

Hasil validitas instrumen:

Butir

Soal

Daftar Penceklis

Jumlah Keterangan

1 2 3

1 C C C 3

3 X 100% = 100%

Valid

2 C C C 3

3 X 100% = 100%

Valid

3 C C C 3

3 X 100% = 100%

Valid

4 C C C 3

3 X 100% = 100%

Valid

5 C C C 3

3 X 100% = 100%

Valid

6 C C C 3

3 X 100% = 100%

Valid

7 C C C 3

3 X 100% = 100%

Valid

8 C C C 3

3 X 100% = 100%

Valid

9 C C C 3

3 X 100% = 100%

Valid

10 C C C 3

3 X 100% = 100%

Valid

11 C C C 3

3 X 100% = 100%

Valid

12 C C C 3

3 X 100% = 100%

Valid

13 C C C 3

3 X 100% = 100%

Valid

14 C C C 3

3 X 100% = 100%

Valid

15 C C C 3

3 X 100% = 100%

Valid

16 C C C 3

3 X 100% = 100%

Valid

17 C C C 3

3 X 100% = 100%

Valid

18 C C C 3

3 X 100% = 100%

Valid

19 C C C 3

3 X 100% = 100%

Valid

20 C C C 3

3 X 100% = 100%

(33)

21 C C C 3

3 X 100% = 100%

Valid

22 C C C 3

3 X 100% = 100%

Valid

23 C C C 3

3 X 100% = 100%

Valid

24 C C C 3

3 X 100% = 100%

Valid

25 C C C 3

3 X 100% = 100%

Valid

26 C C C 3

3 X 100% = 100%

Valid

27 C C C 3

3 X 100% = 100%

Valid

28 C C C 3

3 X 100% = 100%

Valid

29 C C C 3

3 X 100% = 100%

Valid

30 C C C 3

3 X 100% = 100%

Valid

Berdasarkan hasil perhitungan butir soal 1 - 30

menghasilkan persentase 100% hal ini menandakan bahwa

instrumen dinyatakan valid dan dapat digunakan dalam

penelitian.

2. Uji Reliabilitas

(34)

41

sebenarnya, yaitu siswa tunagrahita ringan yang belum mampu membaca.

Instrumen yang digunakan diuji reliabialitasnya dengan mengguankan metode belah dua (spilt half method) ganjil-genap dengan cara menghitung korelasi product moment, yang selanjutnya dilakukan perhitungan dengan teknik

Spearmen Brown. Adapun rumus korelasi product moment

seperti dibawah ini :

rb = n εXY − εX (εY) [nεX2− εX 2[nεY2εY 2]

Keterangan :

rb = Koefisen korelasi

n = Jumlah siswa

X = Jumlah skor butir soal ganjil untuk setiap siswa uji coba

Y = Jumlah skor butir soal genap setiap siswa uji coba ԑXY = Jumlah hasil perkalian XY

untuk menghitung hasil tes secara keseluruhan mengguanakn rumus Spearmen Brown, seperti dibawah ini:

ri = 2rb 1+ rb Keterangan :

ri = reliabilitas internal seluruh instrumen

rb = korelasi product moment antara belahan pertama

dan kedua

(35)

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan anak dalam mengenal huruf, untuk mendapatkan data yang akurat tentang kemampuan anak maka hasil tes diambil baik sebelum mendapatkan intervensi, pada saat intervensi, ataupun setelah intervensi.

Penilaian dilakukan setiap jawaban benar yang diberi nilai 1 dan jawaban salah diberi nilai 0, lalu data dikumpulkan dan dicatat dalam lembar penilaian yang sudah disiapkan lalu setiap komponen dijumlahkan untuk menghitung persentase kemampuan anak dalam mengenal huruf. Melalui desain A-B-A’ peneliti akan mendapatkan data dengan hasil persentase yaitu mencatat jumlah jawaban benar dibandingkan seluruh jumlah soal tes dikali 100%.

F. TEKNIK PENGOLAHAN DATA

Setelah data yang diperoleh dari baseline-1, intervensi, baseline-2 terkumpul, kemudian data diolah dan dianalisis untuk mengetahui seberapa besar pengaruh intervensi terhadap perilaku sasaran yang ingin diubah dengan menggunakan statistik deskriptif dengan tujuan agar memperoleh gambaran data yang lebih jelas tentang hasil intervensi. Statistik deskriptif mempunyai pengertian:

“Statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2009: 207)”.

[image:35.595.113.515.228.637.2]
(36)

43

Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data adalah seperti berikut:

1. Menskor hasil pengukuran Baseline 1 (A-1) pada setiap sesi. 2. Menskor hasil pengukuran Intervensi pada setiap sesi. 3. Menskor hasil pengukuran Baseline 2 (A-2) pada setiap sesi.

4. Membuat tabel perhitungan dari setiap skor pada fase Baseline 1 (A-1), fase

Intervensi (B), fase Baseline 2 (A-2) dari setiap sesi.

5. Membandingkan hasil skor pada fase Baseline 1 (A-1), fase Intervensi (B), fase Baseline 2 (A-2) dari setiap sesi.

6. Membuat analisis dalam bentuk grafik sehingga terlihat langsung perubahan yang terjadi pada ketiga fase tersebut.

(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan data-data yang diperoleh dari hasil penelitian terhadap subjek Owen tentang pengaruh penggunaan media pembelajaran animasi

komputer terhadap peningkatan kemampuan mengenal huruf pada anak tunagrahita ringan di SPLB C YPLB Cipaganti Bandung, diketahui bahwa secara keseluruhan penggunaan media pembelajaran animasi komputer yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal huruf, memiliki dampak positif terhadap peningkatan kemampuan target behavior yang diinginkan pada subjek penelitian Owen.

Peningkatan kemampuan mengenal huruf ini ditunjukkan dengan meningkatnya mean level yang diperoleh oleh Owen yang sebelumnya berada pada angka 51,66 lalu setelah menggunakan media pembelajaran animasi komputer ini, kemampuan subjek dalam mengenal huruf mengalami peningkatan yaitu berada pada angka 76,66 dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa penggunaan media pembelajaran animasi komputer ini berpengaruh terhadap kemampuan mengenal huruf subjek yang diteliti Owen, siswa kelas II di SPLB-C YPLB Cipaganti Bandung.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka peneliti memberikan rekomendasi sebagai berikut:

1. Bagi Anak

Peningkatan positif yang terjadi dalam hal kemampuan mengenal huruf

(38)

63

2. Bagi Pendidik.

Media pembelajaran animasi komputer ini dapat dijadikan sebagai media alternatif dalam menyampaikan materi dan memberikan pengalaman belajar yang berbeda sehingga siswa tidak merasa bosan dalam kegiatan belajar. Media ini juga dapat meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal huruf, dengan cara yang baru pendidik dapat lebih mengeksplor

kemampuannya dalam melaksanakan kegiatan belajar menggunakan media. 3. Bagi Lembaga

Lembaga terkait dan pihak sekolah dapat memfasilitasi sarana dan prasaran dengan menyediakan laptop atau PC serta sumber daya guru yang memadai untuk mengoperasikan komputer serta membimbing anak dalam kegiatan belajar.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Alimin, Z (2004). “Hambatan Belajar pada Anak Down’s Syndrome dan Implikasinya

Terhadap Intervensi Pendidikan”. Jurnal Jassi Anaku Jurnal Asesmen dan Intervensi

Anak Berkebutuhan Khusus. 3, (2), 172-181.

Alimin, Z. (2008). Hambatan Belajar dan Hambatan Perkembangan pada Anak Tunagrahita. [Online]. Tersedia http://z-alimin.blogspot.com/2008/04/hambatan-belajar-dan-hambatan.html [5 Mei 2013].

Amin, M. (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

B. Uno. H., dan Lamatenggo N. (2010). Teknologi Informasi dan Informasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Bond, Guy L., (1979). Reading Difficulties: Their Diagnosis and Correction. New Jersey: Prentice Hall.

Broto, A.S., (1975), Membaca, Jakarta: Bina Bahasa, Tahun 2 No. 2.

Bruner, S. (1996), The Culture Of Education. Harvard University Press

Djalle, G. (2007). 3D Animation Movie. Bandung: Informatika.

Efendi, M. (2006). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

(40)

65

Kustandi, C., dan Sutjipto, B. (2011). Media Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia.

Mercer, C.D., (1979), Children and Adolescents with Learning Disabilities. London: Charles E. Merrill

Mulyono, A (1999). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Munadi, Y (2008). Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada Press

Payne, J.S. dan Patton, J.R. (1981). Mental Retardation. Ohio: A Bell and Howell Company

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 1991: Tentang Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Depdikbud

Sadiman, A (2009). Media Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Soedarso, (1983), Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: Gramedia

Soemantri, T.S. (2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama.

Sugiono. (2006). Metode Penelitian Pendidikan dengan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

(41)

Susetyo, B. (2011). Menyusun Tes Hasil Belajar. Bandung: Cakra

Suyono, H. (2011). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Rosda

Tampubolon. (1993). Mengembangkan Minat dan Kebiasaan Pada Anak. Bandung: Angkasa

Tarigan, H G. (2008). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Gambar

Grafik 3.1. Desain A-B-A ..............................................................................................
Tabel 2.1. Klasifikasi Anak Tunagrahita Berdasarkan Tingkat kecerdasannya ...........
Grafik 3.1 Grafik Desain A-B-A
j.gambar.   Anak diminta untuk ikut menyebutkan setiap kata yang muncul di
+4

Referensi

Dokumen terkait

Populasi adalah gabungan dari seluruh elemen yang berbentuk peristiwa, hal atau orang yang memiliki karakteristik yang serupa yang menjadi pusat perhatian seorang peneliti

Menurut literatur, tegangan tiga-fasa yang tak seimbang bisa diuraikan menjadi tiga sistem yang seimbang atau simetris. Gambar b memperlihatkan tiga

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Kuasa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa minat belajar matematika dengan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Buton

Lembar validasi LKS berisi penilaian yang terdiri atas aspek didaktik, isi, bahasa dan tampilan (layout). Instrument praktikalitas digunakan untuk mengumpulkan data

Algoritma greedy yang menurut penulis dapat digunakan adalah algoritma greedy dengan mencari concealment terbesar dan damage terkecil karena menurut penulis senjata yang

Hal ini ditunjukkan dengan tersendatnya air pendingin yang keluar melalui lubang keluaran celah (open loop). Air yang keluar melalui lubang keluaran merupakan campuran antara uap

Seterusnya, 97.10% pelajar berpendapat membaca merupakan aktiviti yang penting dan berfaedah manakala 57.97% pelajar bersetuju bahawa Program Nilam, satu program membaca