• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN SISTEM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DI BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGELOLAAN SISTEM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DI BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT."

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

Alnis Dwipayana, 2013

Pengelolaan Sistem Pendidikan dan Pelatihan Di Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

PENGELOLAAN SISTEM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DI BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

(Studi Deskriptif Terhadap Pengelola Pendidikan dan Pelatihan dan Widyaiswara di

BANDIKLATDA Provinsi Jawa Barat)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Teknologi Pendidikan

Oleh :

ALNIS DWIPAYANA NIM. 0900151

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013

(2)

PENGELOLAAN SISTEM PENDIDIKAN DAN

PELATIHAN DI BADAN PENDIDIKAN DAN

PELATIHAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

(Studi Deskriptif Terhadap Pengelola

Pendidikan dan Pelatihan dan Widyaiswara di

BANDIKLATDA Provinsi Jawa Barat)

Oleh Alnis Dwipayana

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Alnis Dwipayana 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Alnis Dwipayana, 2013

Pengelolaan Sistem Pendidikan dan Pelatihan Di Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat

(4)

ABSTRAK

Alnis Dwipayana (0900151). Pengelolaan Sistem Pendidikan dan Pelatihan Di Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat.

Skripsi Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia, Tahun 2013.

Penelitian ini menjawab permasalahan penelitian yang telah dirumuskan, yaitu “Bagaimana pengelolaan sistem pendidikan dan pelatihan di Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat?”. Penelitian dijabarkan menjadi sub masalah, diantaranya: (1) Bagaimana analisis kebutuhan pelatihan di Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat?; (2) Bagaimana penyusunan desain program pendidikan dan pelatihan di Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat?; (3) Bagaimana penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan di Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat?; (4) Bagaimana evaluasi pendidikan dan pelatihan di Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat?

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Instrumen penelitian yang digunakan berupa angket, wawancara dan studi dokumentasi. Teknik sampling yang digunakan adalah sampling jenuh dengan jumlah sampel sebanyak 50 orang. Teknik analisis data dilakukan dengan perhitungan Weigthed Mean Score (WMS).

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, dapat diambil kesimpulan, bahwa: (1) Analisis kebutuhan pendidikan dan pelatihan dapat dikatakan sangat baik, dilaksanakan secara tepat dan tentu saja jelas tujuan serta prioritas yang hendak dicapai. (2) Penyusunan desain program diklat dapat terlaksana sangat baik, sehingga suatu program diklat dapat optimal dalam mencapai sasaran. (3) Penyelenggaraan diklat berjalan dengan sangat baik, karena pengelola bersama dengan widyaiswara dapat mengatur seluruh pengelolaan pendukung proses diklat mulai dari persiapan sampai pelaporan. (4) Evaluasi diklat terlaksana dengan baik, dilaksanakan menyuluruh dengan memperhatikan komponen-komponen diklat yang saling berinteraksi dan bekerjasama dalam mencapai tujuan diklat yang diharapkan. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan juga bahwa pengelolaan sistem pendidikan dan pelatihan yang dilakukan oleh pengelola pedidikan dan pelatihan dan widyaiswara di badan pendidikan dan pelatihan daerah Provinsi Jawa Barat dapat dikatakan sangat baik. Hal tersebut menujukkan badan pendidikan dan pelatihan daerah Provinsi Jawa Barat yang memiliki fungsi, sebagai penyelenggara pengkajian dan penetapan kebijakan teknis bidang pendidikan dan pelatihan daerah mampu menyesuaikan pemenuhan tuntutan kualifikasi kompetensi aparatur daerah.

(5)

ii

Alnis Dwipayana, 2013

Pengelolaan Sistem Pendidikan dan Pelatihan Di Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Alnis Dwipayana (0900151). The Management of Education and Training System at Education and Training Agency of West Java Province.

Thesis. Department of Curriculum and Technology Education, Faculty of Education, Indonesia University of Education.

This research answers the problems that have been defined, such as "How does the management of education and training systems at the Education and Training Agency of West Java Province?" The Research is elaborated into sub-problems, including: (1) How is the analysis of the education and training needs in Education and Training Agency of West Java Province?; (2) How is the forming of education and training programs design in Education and Training Agency of West Java Province?; (3) How does the enforcement of education and training in Education and Training Agency of West Java Province?; (4) How does the evaluation of the education and training in the Education and Training Agency of West Java Province?

This research uses descriptive correlational method with quantitative approach. The research instruments used are questionnaires, interviews and documentary studies. The sampling technique used is saturation sampling with sample size of 50 respondents. The data analysis technique is done by Weigthed Mean Score (WMS) calculation.

Based on the results of research in the field, it can be concluded, that (1) the analysis of the education and training needs can be said to be very good, properly executed and of course clear goals and priorities to be achieved. (2) the forming of education and training programs design can be done very well, therefore an education and training program can be optimized to achieve the target. (3) the enforcement of education and training goes very well, because the administrators together with the instructors can manage the whole management supporting education and training process from preparation to reporting. (4) the evaluation of the education and training done well, implemented thoroughly by noticing the education and training components that interact with each other and cooperate in achieving expected training objectives. Thus, it can be concluded that the management of the education and training system conducted by the education and training of administrators and instructors in education and training agency of West Java province can be said to be very good. It shows that education and training agency of West Java Province which has a function as an organizer of the assessment and establisment of the region education and training sector technical policy are able to adjust the fulfillment of the demands of local personnel competence and qualifications.

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR BAGAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Hasil Penelitian ... 10

BAB II PENGELOLAAN SISTEM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN A. Manajemen Pelatihan ... 12

B. Pendekatan Sistem Pendidikan dan Pelatihan ... 13

C. Pendidikan dan Pelatihan ... 14

D. Tujuan Pendidikan dan Pelatihan ... 15

E. Prinsip Pendidikan dan Pelatihan ... 17

F. Proses Sistem Pendidikan dan Pelatihan ... 19

1. Analisis Kebutuhan Pelatihan ... 19

2. Desain Program Pendidikan dan Pelatihan ... 26

3. Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan ... 46

4. Evaluasi Pendidikan dan Pelatihan ... 49

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian ... 52

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 52

(7)

Alnis Dwipayana, 2013

Pengelolaan Sistem Pendidikan dan Pelatihan Di Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

2. Sampel Penelitian ... 53

C. Desain Penelitian ... 53

D. Metode Penelitian ... 54

E. Definisi Operasional ... 55

1. Pengelolaan Sistem DIKLAT ... 55

2. BANDIKLATDA Provinsi Jawa Barat ... 55

F. Instrumen Penelitian ... 56

J. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 64

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 67

1. Responden Pengelola ... 67

2. Responden Widyaiswara ... 94

3. Perhitungan Kedua Responden ... 106

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 110

1. Analisis Kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan ... 112

2. Penyususan Desain Program Pendidikan dan Pelatihan ... 114

3. Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan ... 120

4. Evaluasi Pendidikan dan Pelatihan ... 122

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 124

B. Saran ... 126

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Isi Materi Pembelajaran Dalam Ranah

Pengetahuan ... 35

Tabel 2.2 Hubungan Media Dengan Tujuan Pembelajaran ... 43

Tabel 3.1 Subjek Penelitian ... 52

Tabel 3.2 Desain Penelitian ... 54

Tabel 3.3 Rentang Skala Likert ... 57

Tabel 3.4 Nilai rtabel Subjek Penelitian ... 61

Tabel 3.5 Kriteria Hasil Perhitungan... 64

Tabel 4.1 Skor Kecendrungan dan Kedudukan Sub.Variabel X1 Dari Responden Pengelola Melalui Perhitungan Weighted Mean Score (WMS) ... 68

Tabel 4.2 Skor Kecendrungan dan Kedudukan Sub.Variabel X2 Dari Responden Pengelola Melalui Perhitungan Weighted Mean Score (WMS) ... 76

Tabel 4.3 Skor Kecendrungan dan Kedudukan Sub.Variabel X3 Dari Responden Pengelola Melalui Perhitungan Weighted Mean Score (WMS) ... 85

Tabel 4.4 Skor Kecendrungan dan Kedudukan Sub.Variabel X4 Dari Responden Pengelola Melalui Perhitungan Weighted Mean Score (WMS) ... 89

Tabel 4.5 Skor Rata-rata Setiap Su.Variabel Dari Responden Pengelola Melalui Perhitungan Weighted Mean Score (WMS) ... 94

(9)

Alnis Dwipayana, 2013

Pengelolaan Sistem Pendidikan dan Pelatihan Di Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.7 Skor Kecendrungan dan Kedudukan Sub.Variabel X3 Dari Responden Widyaiswara Melalui Perhitungan Weighted

Mean Score (WMS) ... 100 Tabel 4.8 Skor Kecendrungan dan Kedudukan Sub.Variabel X4 Dari

Responden Widyaiswara Melalui Perhitungan Weighted

Mean Score (WMS) ... 103 Tabel 4.9 Skor Rata-rata Setiap Su.Variabel Dari Responden Pengelola

(10)

DAFTAR GAMBAR

(11)

Alnis Dwipayana, 2013

Pengelolaan Sistem Pendidikan dan Pelatihan Di Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Daur Manajemen Pelatihan ... 13

Bagan 2.2 Alur Proses Pelatihan ... 48

Bagan 3.1 Daur Penelitian Populasi ... 53

Bagan 3.2 Prosedur Penelitian ... 66

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di Indonesia dan di Negara-negara berkembang lainnya, pemerintah memiliki peran yang sangat dominan. Peran tersebut mencakup sebagai agen pelayanan, agen perubahan, dan agen pembangunan. Keberhasilan pemerintah menjalankan ketiga peran itu dipengaruhi oleh kualitas aparatur atau sumber daya manusianya.

Sumber daya manusia merupakan hal yang mendasar dalam menentukan suatu kehidupan organisasi. Segala bentuk daya yang dikerahkan oleh seorang manusia mulai dari tenaga, pikiran, bakat, kreatifitas, mampu membuat keberlangsungan organisasi yang dapat bergerak sebagaimana mestinya. Harus disadari bahwa manusia akan memberikan manfaat yang sangat besar apabila

tenaga yang di miliki digunakan secara efektif, tentu saja demikian karena manusia merupakan sumber daya yang memiliki nilai tinggi bagi setiap

organisasi.

Hal tersebut membuat keberadaan sumber daya manusia dalam sebuah organisasi tidak bisa digantikan oleh sumber daya lainnya. Betapapun modern teknologi yang digunakan atau seberapa banyak dana yang disiapkan, namun tanpa dukungan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan profesional, semuanya menjadi tidak bermakna.

Seberapa baik sumber daya manusia dikelola akan menjadi hal yang semakin penting sekali bagi kesuksesan organisasi di masa mendatang. Pengelolaan sumber daya manusia dengan sendirinya akan menjadi unsur yang sangat penting dari tugas manajemen organisasi. Sebaliknya, andai kata sumber daya manusia tidak dikelola dengan baik, maka efektivasnya akan merosot lebih cepat daripada sumber daya lainnya. (http://forumkuliah.wordpress.com, 17 Februari 2013)

(13)

2

Alnis Dwipayana, 2013

Pengelolaan Sistem Pendidikan dan Pelatihan Di Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Namun, dalam kenyataannya peran pemerintahan tersebut belum sepenuhnya optimal. Hal tersebut dapat diindikasikan dari rendahnya kualitas kinerja pegawai negeri sipil yang merupakan sumber daya manusia di instansi pemerintahan. Sebagaimana dikemukakan oleh Kasim (Megalia, 2011;260) bahwa „dalam kenyataannya kompetensi dan produktivitas PNS masih rendah, dan perilaku yang sangat rule driven, paternalistik, dan kurang professional‟. Selain itu juga, Salam (2005 ; 1-2) mengatakan :

Kurang optimalnya birokrasi dalam menjalankan perannya diakibatkan sikap dan perilaku aparatur pemerintah yang cenderung melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN), red tape, serta berbagai bentuk patologi birokrasi lainnya. Meskipun sikap dan perilaku KKN aparatur pemerintah itu bekerja sama dengan pihak lain (masyarakat), namun demikian karena aparatur pemerintah yang seharusnya lebih dapat dikendalikan maka sebenarnya ada sesuatu yang salah (atau kurang efektif) dalam manajemen sumber daya manusia (aparatur) pemerintah terutama dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan (diklat).

Peraturan pemerintah nomor 101 tahun 2000 tentang Diklat Jabatan Pegawai Negri Sipil pun menyatakan bahwa “pelaksanaan diklat aparatur

merupakan bagian integral dari pendayagunaan aparatur negara”. Oleh karena itu, diklat harus menjadi alat yang dapat membantu aparatur pemerintah dalam

melaksanakan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan secara

dayaguna dan hasilguna. Dengan kata lain,diklat yang disebut dalam peraturan itu ialah proses penyelengaraan belajar mengajar dalam rangka meningkatkan

kemampuan pegawai negeri sipil. Dengan sasaran, terwujudnya Pegawai Negeri Sipil yang memiliki kompetensi yang sesuai dengan persyaratan

jabatan masing-masing.

Keluarnya peraturan pemerintah tersebut, menitik beratkan pada diklat yang berbasis kompetensi, hal ini tentu berimplikasi jelas bahwa peserta diklat pada akhir pendidikan dituntut untuk mampu menunjukkan suatu kompetensi yang ia dapatkan selama mengikuti diklat, artinya peserta diklat harus mampu menunjukan kompetensi yang didapat dari hasil diklat tersebut. (Tn, 2011: 3)

(14)

3

pengembangan kualitas pegawai negeri sipil dilingkungan daerah Provinsi Jawa Barat. Menegaskan hal tersebut, Hamalik (2003:111) mengemukakan bahwa:

Balai pendidikan dan pelatihan bertujuan mendidik dan melatih tenaga kerja yang berkualitas mandiri, yang memiliki kualitas professional (pengetahuan dan keterampilan), kemampuan kepribadian (berdedikasi dan loyalitas) yang baik dan tangguh, serta kemampuan kemasyarakatan (berdisiplin dan hubungan social yang baik) sehingga mampu melaksanakan tugasnya sebagai tenaga kerja yang produktif dan berhasil.

Meninjau visi dan misi badan pendidikan dan pelatihan daerah provinsi Jawa Barat yang sudah ditetapkan, menjadikan Badan pendidikan dan pelatihan daerah provinsi Jawa Barat memiliki tugas pokok menyelenggarakan pengkajian dan penetapan kebijakan teknis bidang pendidikan dan pelatihan daerah. Visi dan misi tersebut dijabarkan seperti berikut :

Visi: Unggul dan Profesional di Bidang Pelayanan Pendidikan dan Pelatihan Berbasis Teknologi Informasi Tahun 2013. Misi:

a. Meningkatkan penyelenggaraan manajemen diklat yang professional, b. Meningkatkan kompetensi SDM Badiklatda di bidang manajemen

diklat,

c. Mengembangkan Infrastruktur Diklat Berbasis Teknologi Informasi, d. Mengoptimalkan Jejaring Kerja secara proporsional dengan seluruh

stakeholders. (http://badiklatda.jabarprov.go.id, 20 April 2013)

Dalam pelaksanaannya, diklat pusat ke daerah terdapat beberapa paradoks yang substansial, mulai dari perencanaan maupun pelaksanaan diklat itu sendiri. Alisjahbana (Solihin, 2010;5) menekankan agar :

Diklat-diklat itu perlu dievaluasi terus menerus guna memungkinkan program-program yang selama ini sudah dilakukan direstrukturisasi, sampai ke aspek teknisnya. Seperti kurikulum, tipologi program, tahapannya. Ini penting guna menghindari agar pengembangan SDM di daerah tidak terjebak dalam kebijakan diklat daerah yang mengajar di daerahnya sendiri. Karena hal itu jelas kurang memperkaya wawasan dan kualitas SDM tersebut.

(15)

4

Alnis Dwipayana, 2013

Pengelolaan Sistem Pendidikan dan Pelatihan Di Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

maupun dari segi pelayanan diklat itu sendiri. Harapan kualitas dari peserta ini, bukanlah merupakan hal yang abstrak, akan tetapi sangat realisitis.

Diperlukan upaya serius untuk meningkatkan efektivitas diklat yang menjadi tumpuan utama dalam meraih tuntutan hasil perubahan pegawai, meskipun diklat merupakan proses pendidikan jangka pendek. Agar dapat menghasilkan kualitas sumber daya manusia aparatur pemerintah yang kreatif, profesional, dan menjunjung tinggi prinsip-prinsip pemerintahan dengan baik maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan sistem pendidikan dan pelatihan.

Pelatihan dipandang sebagai suatu sistem karena merupakan seperangkat komponen atau unsur-unsur yang saling berinteraksi untuk mengubah kompetensi kerja pegawai sehingga dapat berprestasi lebih baik dalam jabatannya melalui proses belajar dalam kegiatan diklat. Pelatihan sebagai suatu sistem tercantum dalam Pedoman Umum Penyelenggaraan Diklat Bagi

Pengelola Diklat yang dikeluarkan oleh Lembaga Administrasi Negara pada tahun 2003, bahwa :

Pendidikan Dan Pelatihan sebagai suatu sistem dimaksudkan untuk meningkatkan kompetensi pengelola diklat dalam hal konsep, ruang lingkup, ciri-ciri, jenis komposisi sistem dan tahapan model pelatihan sebagai proses integral sehingga mampu mengelola diklat sebagai suatu sistem.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 pun ditetapkan dasar pemikiran kebijakan pendidikan dan pelatihan meliputi;

Pendidikan dan pelatihan merupakan bagian integral dari sistem pembinaan pegawai negeri sipil dan sistem pendidikan dan pelatihan mempunyai proses identifikasi kebutuhan, perencanaan, penyelenggaraan dan evaluasi pendidikan dan pelatihan.

Perlunya pengelolaan sistem diklat karena pengelolaan berperan untuk mengkoordinir atau menyelaraskan kekuatan pokok aktivitas yang harus dilaksanakan sehingga tercapai tujuan diklat itu sendiri.

(16)

5

dengan efektif dengan menggunakan berbagai sumber daya yang dimiliki. Selain itu pula, pengelolaan sistem diklat bertujuan untuk mengoptimalkan seluruh komponen diklat, meningkatkan efektifitas dan efisiensi pencapaian tujuan program dan menjadikan diklat yang profesional.

Melalui peningkatan kemampuan atau profesionalisme para aparatur pengelolaan diklat dan terciptanya sistem kerja yang menjamin kebersamaan, disiplin dan keteraturan kerja, diharapkan kualitas penyelenggaraan diklat dapat meningkat. Penyelenggaraan diklat yang berkualitas akan menghasilkan lulusan diklat yang baik sesuai dengan tuntutan pembangunan.

Namun kenyataannya, sesuai dengan beberapa hasil penelitian yang ditemukan, Megalia (2011;261) mengatakan;

Bahwa program-program pendidikan dan pelatihan yang telah diatur melalui Peraturan Pemerintah No.101 Tahun 2000 tentang pendidikan dan pelatihan Jabatan pegawai negeri sipil masih dinilai belum mampu mewujudkan tujuan yang diharapkan, yaitu peningkatan kompetensi SDM aparatur.

Dasar kebijakan diklat yang telah diatur seharusnya dapat dilaksanakan secara sistematis dan terpadu. Thoha (effendi dan Soeharto, 2012 ; 4-5) dalam penelitiannya memaparkan bahwa:

Nampaknya banyak lembaga-lembaga diklat pemerintah yang belum melaksanakan diklat secara sistematis, optimal dan terpadu, hal itu dapat dilihat bahwa masih ada kurikulum yang belum sesuai dengan kebutuhan untuk peningkatan kinerja pegawai di organisasi. Demikian pula dengan materi yang ada kurang berbobot dan tidak berkaitan langsung dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan pegawai...

Dalam hal ini, akar permasalahan yang muncul terdapat pada pengelolaan sistem diklat yang diselenggarakan.

Pertama, analisis terhadap kebutuhan diklat yang belum tepat. Probosemi

(2011;3) mengemukakan :

(17)

6

Alnis Dwipayana, 2013

Pengelolaan Sistem Pendidikan dan Pelatihan Di Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

hanya menghabiskan anggaran yang disediakan, dan program yang dilakukan tidak berdasarkan analisis kebutuhan.

Bahkan sering kali hasil diklat tidak sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Tentu saja tanpa analisis kebutuhan yang jelas, tujuan dan prioritas yang hendak dicapai tidak dapat terpenuhi. „Penelitian menunjukkan bahwa hanya sekitar satu di antara sepuluh perusahaan menggunakan pendekatan sistematis dalam menentukan kebutuhan pelatihan‟ (Moore, (Wulandari, 2005 ; 2-3)). “Masih banyak suatu lembaga memutuskan untuk mengadakan pelatihan tanpa menganalisis dahulu kebutuhan organisasi pekerjaan, dan karyawan” (Wulandari, 2005 ; 2-3). Kondisi di instansi pemerintahan dipertegas oleh Zulpikar (Megalia, 2011;261) „…bahwa pengembangan PNS melalui program ke-Diklat-an tidak dilandaskan pada kebutuhan, baik kebutuhan individual maupun organisasional‟.

Kedua, desain pelatihan yang belum terencana dengan baik. Wenting

(Rohaeni , 2008 ; 42-43) menyatakan bahwa „ketidak optimalan dari program pelatihan dalam mencapai sasaran, salah satunya disebabkan karena apa yang

diberikan dalam program-program tersebut tidak sesuai dengan apa yang diperlukan...‟.

Kurikulum pelatihan seringkali dianggap sebagai suatu aktivitas yang mudah atau remeh. Padahal maksud kurikulum dibuat adalah untuk memahami pilar kompetensi yang hendak dicapai oleh peserta pelatihan. „Kurikulum pelatihan melibatkan kegiatan-kegiatan yang penting dan sifatnya rumit‟ (Wenting (Rohaeni , 2008 ; 42-43)).

Kurikulum pelatihan seharusnya direncanakan dan didesain sedemikian rupa agar memenuhi apa yang dibutuhkan oleh peserta pelatihan. Kebutuhan merupakan gambaran kondisi dari yang sebenarnya dan yang diharapkan. Dari hasil analisis terhadap kebutuhan akan diperoleh informasi yang dapat digunakan untuk menetapkan tujuan dalam mengembangkan sebuah kurikulum.

Ketiga, masih adanya penyelenggara diklat yang belum optimal dalam

(18)

7

bersama dengan widyaiswara merupakan bagian yang paling penting terlibat dalam penyelenggaraan diklat. Penyelenggara diklat sepatutnya melaksanakan serangkaian kegiatan terkait dengan administrasi penyelenggaraan untuk mencapai tujuan penyelenggaraan diklat.

Apabila dipaparkan peran penyelenggara diklat meliputi pengaturan seluruh pengelolaan pendukung proses latihan mulai dari persiapan sampai pelaporan. Penyelenggara diklat mengatur persiapan tempat belajar, penjadwalan, kesiapan pelatih, kesiapan peralatan/perlengkapan diklat, dan naskah materi pembelajaran.

Penyelenggara diklat juga perlu mengatur kesiapan kesekretariatan, akomodasi dan konsumsi peserta diklat, mengatur sarana angkutan untuk keperluan praktek atau kegiatan di luar tempat pelaksanaan diklat. Penyelenggara diklat juga memiliki tugas dan kewajiban untuk melayani, mengamati, dan menilai peserta diklat selama berada di lingkungan tempat

pelaksanaan diklat. Namun dalam pelaksanaannya masih belum maksimal. Satu dari beberapa hasil penelitian yang ditemukan, mengemukakan bahwa :

Pada umumnya yang berkembang saat ini adalah kurangnya care terhadap kualitas pekerjaan. Pekerjaan dilaksanakan secara ”asal saja”, dan cepat puas bila pekerjaan itu selesai dilaksanakan tanpa melihat bagaimana hasilnya. Pekerjaan dilaksanakan secara rutin dengan irama kerja yang tidak meningkat. Tidak ada inovasi atau pembaharuan-pembaharuan dalam metode kerja ke arah yang lebih efisien, baik secara teknis, ekonomis, dan psikologis (Amaliyyah, 2012; 15).

Keempat, evaluasi pelatihan yang belum menyeluruh. Widoyoko (2009;1)

mengatakan bahwa:

Pada umumnya orang beranggapan bahwa evaluasi program pelatihan diadakan pada akhir pelaksanaan pelatihan. anggapan yang demikian adalah kurang tepat, karena evaluasi merupakan salah satu mata rantai dalam sistem pelatihan yang jika dilihat dari waktu pelaksanaannya kegiatan penilaian dapat berada diawal proses perencanaan, ditengah proses pelaksanaan dan pada akhir penyelenggaraan pelatihan dan pasca pelatihan.

(19)

8

Alnis Dwipayana, 2013

Pengelolaan Sistem Pendidikan dan Pelatihan Di Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

mencapai tujuan pelatihan yang diharapkan. Komponen-komponen tersebut dapat berfungsi dengan baik, bila dikembangkan melalui suatu proses pengembangan sistem, dan proses pengembangan tersebut dapat dilakukan melalui penerapan terhadap model-model pengembangan sistem. Soemarman (effendi dan Soeharto, 2012 ; 4-5) mengemukakan :

Evaluasi juga harus mampu memberikan informasi tentang kebutuhan perbaikan desain pelatihan/pembelajaran di bidang curriculum development/content organization, delivery methods, dan class management activities.

Dari kompleksitasnya permasalahan yang ada, masih memerlukan kiat-kiat dalam mendayagunakan sumber daya manusia yang ada, yang terlibat dalam penyelenggaraan manajemen pendidikan dan pelatihan, baik pegawai fungsionalnya maupun pegawai struktural dan staf-stafnya. Sebab, meningkatnya kemampuan setiap aparatur juga menuntut kepedulian untuk mendayagunakan sistem pendidikan dan pelatihan tersebut.

Dengan demikian, tentunya diperlukan diklat yang professional untuk menyesuaikan pemenuhan tuntutan kualifikasi kompetensi aparatur. Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengelolaan sistem diklat di Badan Pendidikan Dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat.

Pengelolaan sistem diklat yang akan diteliti dalam penelitian ini mencakup

fungsi analisis kebutuhan, desain program diklat, penyelenggaraan diklat dan evaluasi diklat. Kedalam analisis kebutuhan mencakup penentuan cara dan

strategi analisis kebutuhan pelatihan. Desain program diklat mencakup penyusunan kriteria keberhasilan pelatihan, penyusunan materi, media, metode-metode pelatihan, alat evaluasi yang sesuai untuk diterapkan dan berbagai hal yang perlu dipersiapkan dalam penyelenggaran diklat.

(20)

9

pelatihan dan memperoleh umpan balik bagi setiap fungsi pengelolaan sistem diklat. (Sudjana, 2007; Kamil, 2007)

B. Rumusan Masalah

Mengingat posisi sumber daya manusia sebagai asset yang paling berharga, maka sudah selayaknya setiap instansi pemerintahan memberikan perhatian penuh pada sumber daya manusia, khususnya dalam upaya pengembangan kapasitas yang dimiliki. Upaya pengembangan kapasitas ini dapat dilakukan melalui berbagai cara.

Salah satu caranya adalah dengan mengikut-sertakan sumber daya manusia ke dalam program diklat yang dirancang dengan tepat. Memandang permasalahan tersebut, maka pengelolaan badan diklat memegang peran penting sesuai dengan tujuan setiap subsistem diklat. Atas dasar tersebut, masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

“Bagaimana pengelolaan sistem pendidikan dan pelatihan di Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat?”

Berdasarkan permasalahan yang ada, penelitian dijabarkan menjadi sub masalah, diantaranya:

1. Bagaimana analisis kebutuhan pelatihan di Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat?

2. Bagaimana penyusunan desain program pendidikan dan pelatihan di Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat?

3. Bagaimana penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan di Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat?

4. Bagaimana evaluasi pendidikan dan pelatihan di Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat?

C. Tujuan Penelitian

(21)

10

Alnis Dwipayana, 2013

Pengelolaan Sistem Pendidikan dan Pelatihan Di Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat. Namun secara khusus penelelitian ini bertujuan sebagai berikut :

1. Mengetahui bagaimanakah analisis kebutuhan pelatihan di Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat.

2. Mengetahui bagaimanakah penyusunan desain program pendidikan dan pelatihan di Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat. 3. Mengetahui bagaimanakah penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan di

Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat.

4. Mengetahui bagaimanakah evaluasi pendidikan dan pelatihan di Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:

1. Bagi Badan Pendidikan dan Pelatihan

Mengetahui sejauh mana pengelolaan sitem pendidikan dan pelatihan

yang mencakup pengoptimalan seluruh komponen pendidikan dan pelatihan, peningkatkan efektifitas dan efisiensi pencapaian tujuan program dalam menjadikan pendidikan dan pelatihan yang professional.

2. Bagi para peneliti

Khususnya bagi mereka yang tertarik dalam masalah pengelolaan sistem pendidikan dan pelatihan, maka hasil penelitian ini dapat digunakan untuk melakukan penelitian sejenis yang lebih lanjut.

3. Bagi Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan

(22)

11

4. Bagi peneliti

Selain akan memperoleh pengalaman berfikir dalam memecahkan persoalan dan perencanaan masalah. Penelitian ini juga untuk mengetahui gambaran mengenai pengelolaan sistem pendidikan dan pelatihan di Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat.

(23)

Alnis Dwipayana, 2013

Pengelolaan Sistem Pendidikan dan Pelatihan Di Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di badan pendidikan dan pelatihan daerah Provinsi Jawa Barat yang beralamat di Jalan Windu No. 26 Kota Bandung.

Peneliti memilih penelitian di badan pendidikan dan pelatihan daerah Provinsi Jawa Barat karena sesuai dengan latar belakang permasalahan yang telah

dipaparkan di BAB I. Dengan demikian, peniliti memfokuskan penelitian di lokasi tersebut.

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian

Populasi merupakan wilayah generalisasi terdiri atas subjek yang memenuhi kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini, anggota populasi berjumlah 50 orang sehingga semua anggota populasi digunakan sebagai subjek penelitian.

Adapun subjek dari penelitian ini adalah pengelola badan pendidikan dan pelatihan daerah Provinsi Jawa Barat, dan instruktur di badan pendidikan dan pelatihan daerah Provinsi Jawa Barat.

Tabel 3. 1 Subjek Penelitian

No. Subjek Bidang Jumlah

01. Pengelola Bidang Pengembangan DIKLAT 6

Bidang Pendidikan dan Pelatihan 13

(24)

53

2. Sampel Penelitian

Melanjutkan dari paparan populasi penelitian di atas, hal tersebut menjadikan teknik pemilihan sampel yang dilakukan adalah sampling jenuh artinya semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Sampling jenuh dilakukan karena subjeknya tidak terlalu banyak, selain itu peneliti ingin melihat semua liku-liku yang ada di dalam populasi dan ingin membuat

generalisasi dengan kesalahan yang kecil.

Arikunto (2006:134) pun mengemukan bahwa “untuk sekedar ancer-ancer

maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi”. Arikunto (1998:116) menjelaskan “objek pada pupolasi diteliti, hasilnya dianalisis, disimpulkan,

dan kesimpulan itu berlaku untuk seluruh populasi” apabila digambarkan

sebagai berikut:

Bagan 3. 1

Daur Penelitian Populasi

(Arikunto, 1998:116)

C. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan gambaran umum penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti. Dalam penelitian ini, desain penelitian yang disusun bertujuan untuk memberikan gambaran secara sistematis tentang informasi ilmiah yang berasal dari subjek atau objek penelitian.

Populasi

data

dianalisis disimpulkan berlaku untuk

(25)

54

Alnis Dwipayana, 2013

Pengelolaan Sistem Pendidikan dan Pelatihan Di Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu4 Tabel 3. 2

Desain Penelitian Variabel

X

Analisis kebutuhan pelatihan di Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat.

X1

Penyusunan desain program pendidikan dan pelatihan di Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat.

X2

Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan di Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat.

X3

Evaluasi pendidikan dan pelatihan di Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat.

X4

D. Metode Penelitian

Menurut Sugiyono (2011:3), “metode penelitian diartikan sebagai cara

ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Metode

yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, yakni mendeskripsikan pengelolaan sistem

pendidikan dan pelatihan di badan pendidikan dan pelatihan daerah Provinsi Jawa Barat.

Pendekatan kuantitatif digunakan karena pendekatan ini cocok digunakan untuk pembuktian atau konfirmasi, karena penelitian kuantitatif berlandaskan pada filsafat positivistik yang memandang realitas atau gejala atau fenomena itu dapat diklasifikasikan, relatif tetap, konkrit, teramati dan terukur. Dalam penelitian ini, analisis data menggunakan statistik karena data yang diperoleh berupa angka-angka. (Sugiyono, 2012: 11)

(26)

55

Dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif yang sering disebut non-eksperimen, karena pada penelitian ini peneliti tidak melakukan kontrol dan memanipulasi variabel penelitian. Metode dekriptif pun digunakan karena metode deskriptif berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai gejala atau fenomena.

Penelitian deskriptif juga merupakan penelitian, dimana pengumpulan data

untuk menguji pertanyaan penelitian atau hipotesis yang berkaitan dengan keadaan dan kejadian sekarang, peneliti juga menyajikan keadaan objek atau

subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya.

E. Definisi Operasional

1. Pengelolaan Sistem Pendidikan dan Pelatihan

Pengelolaan sistem diklat merupakan pengoptimalan seluruh komponen diklat agar diklat dapat berjalan dengan baik dan berhasil secara efektif dan efisien yang dilakukan oleh dua orang atau lebih secara formal. Pengelolaan sistem diklat yang akan diteliti dalam penelitian ini mencakup fungsi analisis kebutuhan, desain program diklat, penyelenggaraan diklat dan evaluasi diklat.

2. Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat

Balai pendidikan dan pelatihan yang berfungsi menyelenggarakan pengkajian dan penetapan kebijakan teknis bidang pendidikan dan pelatihan daerah dan bertanggungjawab atas kemajuan dan pengembangan kualitas pegawai negeri sipil dilingkungan daerah provinsi jawa barat. Serta mendidik dan melatih tenaga kerja yang berkualitas mandiri, yang memiliki kualitas professional (pengetahuan

(27)

56

Alnis Dwipayana, 2013

Pengelolaan Sistem Pendidikan dan Pelatihan Di Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu4 F. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan alat ukur dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini, instrumen penelitian yang digunakan yaitu beberapa jenis instrument penelitian dari non test, yang meliputi pedoman angket atau kuesioner, pedoman wawancara dan pedoman studi dokementasi.

Pedoman angket atau kuesioner sebagai instrumen penelitian utama yang

dilakukan dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden. Sedangkan pedoman wawancara digunakan untuk

memperjelas data yang dikumpulkan dengan cara melakukan wawancara dengan kepala bidang dan koordinator widyaiswara. Dan pedoman studi dokumentasi digunakan untuk melihat sejauhmana proses yang berjalan telah terdokumentasikan dengan baik.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan prosedur yang sistematis untuk memperoleh data yang diperlukan dalam sebuah penelitian. “Data yang dikumpulkan dalam penelitian digunakan untuk menguji hipotesis atau

menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan” (Riduwan, 2003:52).

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Angket atau Kuesioner

“Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawabnya” (Sugiyono, 2012:192).

Pengumpulan data melalui angket ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai analisis kebutuhan pelatihan, desain program pendidikan

(28)

57

terstruktur. Angket tertutup atau angket terstruktur m e r u p a k a n k u e s i o n e r y a n g s u d a h d i s e d i a k a n j a w a b a n y a s e h i n g g a r e s p o n d e n d i m i n t a u n t u k m e m i l i h s a l a h s a t u j a w a b a n y a n g s e s u a i . P e n g g u n a a n k u e s i o n e r d i h a r a p k a n a k a n m e m u d a h k a n r e s p o n d e n d a l a m m e m b e r i k a n j a w a b a n , k a r e n a a l t e r n a t i f j a w a b a n y a n g s u d a h d i s e d i a k a n d a n h a n y a m e m b u t u h k a n w a k t u y a n g s i n g k a t d a l a m m e n j a w a b n y a .

A d a p u n b e n t u k a n g k e t a t a u k u e s i o n e r y a n g d i g u n a k a n a d a l a h

s k a l a l i k e r t . “ S k a l a l i k e r t b e r i s i

p e r n y a t a a n y a n g s i s t e m a t i s u n t u k m e n u n j u k a n s i k a p s e s e o r a n g

r e s p o n d e n t e r h a d a p p e r n y a t a a n i t u ”

( P r a s e t y o d a n J a n n a h , 2 0 1 2 : 1 1 0 ) .

“ J a w a b a n s e t i a p i t e m i n s t r u m e n t y a n g m e n g g u n a k a n s k a l a L i k e r t m e m p u n y a i g r a d a s i d a r i s a n g a t p o s i t i f s a m p a i s a n g a t n e g a t i f , y a n g d a p a t b e r u p a k a t a - k a t a ” Sugiyono (2012:136). D a l a m p e n e l i t i a n i n i , r e n t a n g s k a l a y a n g d i g u n a k a n a d a l a h s e b a g a i b e r i k u t :

Tabel 3. 3

Rentang Skala Likert

(29)

58

Alnis Dwipayana, 2013

Pengelolaan Sistem Pendidikan dan Pelatihan Di Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu4

Positif 4 3 2 1

Negatif 1 2 3 4

2. Wawancara

Wawancara adalah kuesioner lisan yang merupakan sebuah dialog yang dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh informasi terhadap responden. “Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam…” (Sugiyono, 2010:194).

Dalam menggunakan metode wawancara, Hadi (Sugiyono, 2012:188) mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti adalah sebagai berikut:

a. Bahwa subjek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri.

b. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya.

c. Bahwa interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti.

Adapun dalam pelaksanaan wawancara, peneliti menggunakan

pedoman wawancara bentuk “semi structured” yang mula-mula peneliti menanyakan serentetan pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu per satu diperdalam dalam menggali keterangan lebih lanjut. Dengan demikian jawaban yang diperoleh bisa meliputi semua variabel, dengan keterangan yang lengkap dan mendalam. (Arikunto, 1998:291)

Wawancara digunakan untuk melengkapi data atau informasi yang belum terungkap dan perlu penjelasan lebih lanjut. Dengan kata lain,

wawancara digunakan untuk memperjelas data yang dikumpulkan.

(30)

59

Studi dokumentasi atau biasa disebut kajian dokumen merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian dalam rangka memperoleh informasi terkait objek penelitian.

“Metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen

rapat, legger, agenda, dan sebagainya” (Arikunto, 1998:236).

Dalam studi dokumentasi, peneliti melakukan penelusuran data historis objek penelitian serta melihat sejauhmana proses yang berjalan telah

terdokumentasikan dengan baik. Metode dokumentasi dilaksanakan dengan check-list yaitu daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya. Peneliti memberikan tanda atau tally setiap pemunculan gejala yang dimaksud.

Peneliti akan menggunakan dokumentasi ini untuk mempelajari dokumen-dokumen dalam sistem pendidikan dan pelatihan dan dokumen profil badan pendidikan dan pelatihan daerah Provinsi Jawa Barat.

H. Teknik Uji Instrumen

Instrumen merupakan hal yang sangat penting di dalam kegiatan penelitian. Hal ini karena perolehan suatu informasi atau data relevan atau tidaknya, tergantung pada alat ukur tersebut. Oleh karena itu, alat ukur penelitian harus memiliki validitas dan reliabilitas yang memadai.

1. Uji Validitas

Uji validitas berkaitan dengan sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukuran dalam melakukan fungsi ukurnya. Arikunto (1998:160) menjelaskan “validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan

tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen”.

(31)

60

Alnis Dwipayana, 2013

Pengelolaan Sistem Pendidikan dan Pelatihan Di Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu4

rasional, yaitu bila kriteria yang ada dalam instrumen secara rasional (teoritis) telah mencerminkan apa yang diukur dan dikembangkan menurut teori yang relevan. Validitas internal instrumen yang berupa tes harus memenuhi construct validity (validitas konstruksi) dan contens validity (validitas isi). Sedangkan instrumen yang berupa non tes cukup memenuhi

validitas konstruksi. (Raharjo, 2010: 3)

Adapun dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah instrumen non test sehingga pengujian validitas instrument dilakukan

terhadap pengujian validitas konstruksi. Untuk menguji validitas konstruksi ini, peneliti menggunakan pendapat para ahli atau judgement experts. Dalam hal ini, setelah instrument dikonstruksikan tentang

aspek-aspek yang akan diukur dengan berdasarkan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan para ahli. (Sugiyono, 2012: 172)

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas berkaitan dengan sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya. Realibilitas berkaitan dengan keterandalan suatu indikator. Informasi yang ada pada indikator ini tidak berubah-ubah, atau yang disebut dengan konsisten. Artinya, bila suatu pengamatan dilakukan dengan perangkat ukur yang sama lebih dari satu kali, hasil pengamatan itu (seharusnya) sama.

Dalam mencari reliabilitas, rumus yang digunakan dalam penelitian ini adalah Alpha-Cronbach.

(Riduwan, 2012:115)

( ) ( )

Keterangan:

r11 = Reliabilitas instrumen

(32)

61

σb² = Jumlah varians butir

σt² = Varians total

Untuk mencari varians tiap butir digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

σb² = Varians butir

X2 = Jumlah kuadrat jawaban responden pada setiap varians (X)2 = Jumlah kuadrat skor seluruh responden dari setiap item

N = Jumlah responden

Untuk mencari varians total digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

σt² = Varians total

Y2 = Jumlah kuadrat skor total setiap responden

(Y)2 = Jumlah kuadrat seluruh skor total setiap responden

N = Jumlah responden

(33)

62

Alnis Dwipayana, 2013

Pengelolaan Sistem Pendidikan dan Pelatihan Di Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu4

tersebut dapat dikatakan reliable. Dengan nilai rtabel pada α = 0,05 adalah sebagai berikut:

Tabel 3. 4

Nilai rtabel Subjek Penelitian

No. Subjek Jumlah rtabel

01. Pengelola 19 0.482

02. Instuktur 31 0.367

Dari hasil perhitungan uji relibilitas untuk setiap instrument, diperoleh data sebagai berikut:

a. Instrumen pengelola didapat rhitung = 0,942. Jika nilai rhitung dibandingkan dengan nilai rtabel dari n = 19 dan α = 0,05 yaitu 0,482, maka dapat dilihat bahwa rhitung (0,942) > rtabel (0,482).

b. Instrumen instruktur didapat rhitung = 0,896. Jika nilai rhitung dibandingkan dengan nilai rtabel dari n = 31 dan α = 0,05 yaitu 0,367, maka dapat dilihat bahwa rhitung (0,896) > rtabel (0,367).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dinyatakan reliable dan dapat digunakan sebagai alat pengumpul data.

I. Teknik Analisis Data

Data hasil penelitian yang telah dikumpulkan oleh peneliti dengan menggunakan berbagai teknik pengumpulan data, langkah selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti adalah bagaimana menganalisis data yang telah diperoleh. (Prasetyo dan Jannah, 2012, 170)

(34)

63

diolah terlebih dahulu. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah Rata – rata hitung tertimbang (Weighted Mean Score).

Weighted Mean Score digunakan karena peneliti dihadapkan kepada suatu

situasi dimana terdapat sejumlah rata – rata sampel yang berbeda dan memerlukan suatu ukuran rata – rata dari seluruh sampel. (Furqon, 2004:45) Sehingga, WMS dilakukan untuk mendapatkan gambaran kecenderungan dan

kedudukan setiap sub. varibel.

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

(Furqon, 2004:46)

X

gab

= ∑

n

i

X

i

∑ n

i

Keterangan :

X gab = Rata – rata gabungan (tertimbang) yang dicari

ni = Banyaknya subjek dari masing – masing sampel untuk i =1 sampai dengan k,

Xi = Rata – rata setiap sampel untuk i = 1 sampai dengan k, dan k = Banyaknya rata-rata sampel yang akan digabungkan.

Langkah – langkah yang ditempuh peneliti dalam mengolah data dengan Weighted Mean Score adalah sebagai berikut :

1. Menentukkan bobot nilai untuk setiap alternatif jawaban.

2. Menghitung jumlah responden setiap item dan kategori jawaban. k

i =1

k

(35)

64

Alnis Dwipayana, 2013

Pengelolaan Sistem Pendidikan dan Pelatihan Di Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu4

3. Menunjukkan jawaban responden untuk setiap item dan dikalikan dengan bobot alternatif jawaban itu sendiri.

4. Menentukan kriteria pengelompokkan WMS untuk skor rata-rata setiap kemungkinan jawaban.

5. Menghitung nilai rata – rata untuk setiap item pada masing – masing kolom.

6. Mencocokkan hasil perhitungan setiap sub. variabel dengan kriteria masing – masing, untuk menentukan kedudukan setiap sub. variabel.

Dalam menganalisa data tersebut, data yang telah didapatkan kemudian di interpretasikan sesuai dengan kategori interpretasi yang telah ditetapkan. Adapun cara yang digunakan melalui metode penafsiran data dengan mengkategorian analisa data sebagai berikut:

Tabel 3.5

Kriteria Hasil Perhitungan

No. Weight Mean Score Kategori

01. 3,26 – 4,00 Sangat Baik

02. 2,51 – 3,25 Baik

03. 1,76 – 2,5 Cukup Baik

04. 1,00 – 1,75 Kurang Baik

Langkah-langkah teknik analisis data lainnya yang diperoleh dari wawancara dan studi dokumentasi adalah:

1. Mengorganisir informasi atau data yang telah didapat; 2. Membaca dan menganalisis data yang telah terkumpul; 3. Membuat suatu uraian terperinci mengenai data tersebut;

4. Peneliti mencari hubungan antara data yang didapat dengan beberapa kriteri yang telah ditetapkan;

(36)

65

J. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian memberikan arahan penelitian yang sistematis meliputi langkah-langkah dan tahapan yang harus dijalani oleh peneliti.

Langkah – langkah tersebut meliputi mulai dari persiapan penelitian,

perencanaan penelitian, pelaksanaan penelitian, hingga melaporkan hasil penelitian yang dipaparkan sebagai berikut:

1. Persiapan Penelitian

Dalam tahapan ini terdapat dua tahapan yakni memilih masalah penelitian dan melakukan studi pendahuluan dengan membaca hasil penelitian – penelitian sebelumnya yang hampir berkaitan dengan masalah penelitian yang telah dipilih.

2. Perencanaan Penelitian

Dalam tahapan ini terdapat beberapa tahapan yakni mengumpulkan bahan yang relevan, memilih metode dan pendekatan penelitian, menentukan sumber data, menentukan dan menyusun instrumen.

3. Pelaksanaan Penelitian

Tahapan ini merupakan pelaksanaan dari persiapan dan perencanaan penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti terjun langsung ke lapangan untuk mengumpulkan data yang diharapkan.

4. Melaporkan Hasil Penelitian

(37)

66

Alnis Dwipayana, 2013

Pengelolaan Sistem Pendidikan dan Pelatihan Di Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu4 Langkah – langkah tersebut digambarkan sebagai berikut:

Memilih Masalah Penelitian

Melakukan Studi Pendahuluan

Merumuskan Masalah Penelitian

Mengumpulkan Bahan Yang Relevan

Memilih Metode dan Pendekatan Penelitian

Menentukan Sumber Data

Menentukan dan Menyusun Instrumen

Mengumpulkan Data

Menarik Kesimpulan Menganalisis Data

Perencanaan Penelitian

Pelaksanaan Penelitian Persiapan Penelitian

(38)

67

(39)

Alnis Dwipayana, 2013

Pengelolaan Sistem Pendidikan dan Pelatihan Di Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan pada

bab sebelumnya mengenai pengelolaan sistem pendidikan dan pelatihan di bandiklatda provjabar, maka terdapat simpulan sebagai berikut :

1. Analisis kebutuhan pendidikan dan pelatihan di bandiklatda provjabar dapat dikatakan sangat baik. Hal ini dikarenakan pengelola di bandiklatda provjabar melakukan analisis kebutuhan diklat dengan menyesuaikan apa yang seharusnya dianalisis, menyesuaikan dengan kebutuhan masyakarat Jawa Barat, dan menyesuaikan dengan visi misi pemerintahan yang masih berada dalam konteks daerah Provinsi Jawa Barat. Selain itu juga, analisis kebutuhan diklat dilaksanakan dengan menggunakan cara dan strategi analisis kebutuhan yang sudah terencana dengan baik. Sehingga program-program pengembangan sumber daya manusia melalui diklat dapat dilaksanakan secara terfokus pada kebutuhan-kebutuhan nyata dilapangan. 2. Penyusunan desain program diklat di bandiklatda provjabar dapat terlaksana sangat baik. Dikarenakan bandiklatda provjabar memegang kebijakan penuh mengenai perencaan diklat, sehingga OPD atau bandiklat setiap kota/kab hanya berwenang sampai pada identifikasi kebutuhan. OPD atau bandiklat setiap kota/kab tidak berwenang untuk membuat kurikulum, serta menyelenggarakan diklat karena tidak memiliki akreditasi

(40)

125

bandiklatda Provinsi Jawa Barat mampu merencanakan penyusunan desain program diklat dengan baik. Sehingga suatu program diklat di bandiklatda Provinsi Jawa Barat dapat optimal dalam mencapai sasaran.

3. Penyelenggaraan diklat di bandiklatda provjabar berjalan dengan sangat baik. Hal ini dikarenakan pengelola bersama dengan widyaiswara di bandiklatda Provinsi Jawa Barat dapat mengatur seluruh pengelolaan pendukung proses diklat mulai dari persiapan sampai pelaporan. Selain itu juga, proses pelaksanaan program pelatihan yang terdiri dari rangkaian kegiatan pelaksanaan program pelatihan sudah tertera dalam pedoman penyelenggaran diklat yang sudah di desain sebelumnya.

4. Evaluasi diklat di bandiklatda provjabar terlaksana dengan baik. Hal ini dikarenakan pengelola bersama dengan widyaiswara di bandiklatda Provinsi Jawa Barat melakukan evaluasi pendidikan dan pelatihan yang menyuluruh dengan memperhatikan komponen-komponen diklat yang

saling berinteraksi dan bekerjasama dalam mencapai tujuan diklat yang diharapkan. Dalam hal instrumen evaluasi yang sudah dibuat dan disusun,

telah melalui uji validitas dan reliabilitas dengan mengirimkan instrumen ke lembaga administrasi Negara untuk uji validitas dan mengirimkan instrumen ke kementrian dalam negeri untuk uji reliabilitas. Pelaksanaan evaluasi diklat di bandiklatda provjabar juga, dilaksanakan untuk menilai peserta terhadap peserta, peserta terhadap widyaiswara, peserta terhadap penyelenggara dan widyaiswara terhadap peserta.

(41)

126

Alnis Dwipayana, 2013

Pengelolaan Sistem Pendidikan dan Pelatihan Di Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

B. Saran

Berdasarkan analisis data lapangan yang telah dirumuskan dalam simpulan di atas, maka penulis mengajukan saran untuk pihak-pihak yang berkepentingan sebagai berikut :

1. Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Jawa Barat

a. Dalam melakukan analisis kebutuhan pendidikan dan pelatihan, dapat melaksanakan ketiga fokus analisis kebutuhan, tidak hanya fokus pada analisis organisasi saja. Sehingga hasil dari analisis kebutuhan diklat tersebut dapat lebih optimal.

b. Alangkah lebih baik penyusunan desain program pendidikan dan pelatihan merujuk pada salah satu model desain program diklat, agar desain program diklat yang akan digunakan lebih detail dan terarah. c. Menyusun kalender kegiatan, sehingga perencanaan pelaksanaan

pendidikan dan pelatihan selama jangka waktu yang diperlukan dapat terencana dan terlaksana dengan baik.

d. Menggunakan sumber bahan ajar yang beragam, tidak hanya pada modul.

e. Merevisi kembali content yang seharusnya ada pada modul, karena pada hakikatnya modul merupakan bahan ajar mandiri dengan adanya kegiatan belajar untuk peserta diklat, bukan hanya berisi tentang garis besar materi yang akan disampaikan saja.

f. Melakukan jaringan kerja sama dengan lembaga atau akademisi yang benar – benar expert dalam bidang pendidikan dan pelatihan terutama dalam bidang yang mengenai dengan kurikulum, sumber bahan ajar, dan lainya.

(42)

127

2. Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan

Sebagai jurusan yang melahirkan tenaga ahli dalam bidang pendidikan yang juga dalam bidang pendidikan dan pelatihan, kiranya perlu diperdalam materi – materi yang berkaitan dengn sistem dalam pendidikan dan pelatihan, khususnya dalam bidang analisis kebutuhan pendidikan dan pelatihan, sehingga mahasiswa yang terjun kelapangan dalam kawasan diklat mampu memahami dan mengaplikasikan seluk beluk keseluruhan mengenai pendidikan dan pelatihan.

3. Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini hanya terbatas mengenai pengelolaan sistem pendidikan dan pelatihan terhadap pengelola diklat dan widyaiswara saja, maka disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk mengkaji lebih mendalam mengenai keterkaitan pengelolaan sistem pendidikan dan pelatihan dengan peserta

pendidikan dan pelatihan itu sendiri. Selain itu juga, dapat mengkaji lebih mendalam mengenai paradoks yang terdapat dalam pengelolaan sistem

(43)

Alnis Dwipayana, 2013

Pengelolaan Sistem Pendidikan dan Pelatihan Di Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Adman. (2006). Analisa Kebutuhan Pelatihan Pegawai Pada Prodi Manajemen

Perkantoran UPI. [Online]. Tersedia :

Admin. (2012). Evaluasi Pelatihan dan Pengembangan. [Online]. Tersedia : http://upkwolowae.blogspot.com/2012/04/evaluasi-program-pelatihan-diklat teknologi pengolahan susu untuk meningkatkan taraf hidup peternak pada balai pelatihan peternakan cikole lembang)”. -. -, (1), 322-332.

Amaliyyah, N. (2012). „‟Tinjauan Penyelenggaraan Diklat Dari Aspek Input- Proses- Output Di Balai Pelatihan Pertanian” Widyaiswara Madya Balai Pelatihan Pertanian, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat.

Arikunto, S. (1997). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2006). Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Bakharudin. (2012). Pengembangan Bahan Ajar dan Media Pembelajaran. [Online]. Tersedia : http://www.bakharuddin.net/2012/06/pengembangan-bahan-ajar-dan-media.html [13 Maret 2013]

Efendi, M dan Soeharto, K. (2012). ”Evaluasi Sistem Pelatihan Pengamat Peternakan Dan Kesehatan Hewan Di Badan Diklat Provinsi Jawa Timur Dari Perspektif Model IDI”. Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya. paolopepen@yahoo.co.id.

Fauzi, I.K.A. (2011). Mengelola Pelatihan Partisipatif. Bandung : Alfabeta. Forum Kuliah. 2009. Fungsi Pengelolaan & Perencanaan SDM. Tersedia online

dalam: http://forumkuliah.wordpress.com/2009/04/29/fungsi-pengelolaan-perencanaan-sdm/ [17 Februari 2013]

Furqon. (2004). Statistika Terapan Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Hamalik, O. (2003). Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Hapsari, A. M. (2011). Proses Pembelajaran Rintisan Sekolah Bertaraf International di Kota dan Kabupaten Sukabumi. Sarjana pada Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan.

(44)

129

Islalhuben. (2011). Modul 1 Pendahuluan Desain dan Pengembangan Pelatihan. [Online]. Tersedia : http://kk.mercubuana.ac.id/files/61025-1-317790016682.doc [12 Maret 2013]

Indra. (2011). Apa Sebenarnya Kurikulum Arti kurikulum itu?. [Online]. Tersedia: http://qurry-putyaca.blogspot.com/2011_10_01_archive.html [15 Mei 2013]

Kamil, M. (2007). Model Pendidikan dan Pelatihan (Konsep dan Aplikasi). Bandung.

Krisna. (2007). Pendidikan dan Latihan. [Online]. Tersedia : http://sdm-teori.blogspot.com/2007/05/pendidikan-dan-latihan.html [13 Maret 2013] Kepala Lembaga Administrasi Negara. (2003). Keputusan Kepala Lembaga

Administrasi Negara Nomor 6 Tahun 2003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pendidikan Dan Pelatihan (Diklat) Bagi Pengelola

Diklat. [Online]. Tersedia :

http://www.lan.go.id/weblan/doc/kalan_6_2003.pdf [23 April 2013]

Mangkunegara, A. P. (2003). Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: PT Refika Aditama.

Mardianto. (2012). Pengembangan Desain Pelatihan Untuk Organisasi

Kepemudaan. [Online]. Tersedia :

http://makalahmajannaii.blogspot.com/2012/07/pengembangan-desain-pelatihan-untuk.html [15 Mei 2013]

Megalia, R. (2011). “Manajemen Peningkatan Kompetensi Aparatur: Studi tentang Implementasi Kebijakan Reformasi Sumber Daya Manusia pada

Badan Pendidikan dan Pelatihan di Indonesia”. JurnaL

SOSIOHUMANIKA. 4 ,(2) , 259-286.

Muchsin. (2012). Tujuan Pendidikan dan Pelatihan. [Online]. Tersedia : http://muchsinal-mancaki.blogspot.com/2012/02/tujuan-pendidikan-dan-pelatihan.html [03 Juli 2013]

Prasetyo, B dan Jannah, M.J. ( 2012). Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Presiden Republik Indonesia. (2000). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2000 Tentang Pendidikan Dan Pelatihan Jabatan

Pegawai Negeri Sipil. [Online]. Tersedia :

http://www.pu.go.id/satminkal/set_br_kepegawaian/downloads/pengemba ngan/diklat/PP_101_tahun_2000.pdf [23 April 2013]

Probosemi, K. (2011). Analisis Kebutuhan Pelatihan Karyawan Bidang Pelayanan Pada PT TASPEN (Persero) Kantor Cabang Bogor. Skripsi Sarjana pada Fakultas Ekonomi Dan Manajemen Institut Pertanian Bogor: tidak diterbitkan.

Raharjo. (2013). Uji Validitas dan Reliabilitas. [Online] . Tersedia : http://statistikapendidikan.com/wp-content/uploads/2013/04/Slide-6.-Uji-Validitas-dan-Reliabilitas.ppt [13 Juli2013]

Riduwan. (2003). Dasar-Dasar Statistika. Bandung : Alfabeta.

Riduwan. (2012). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

(45)

130

Alnis Dwipayana, 2013

Pengelolaan Sistem Pendidikan dan Pelatihan Di Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah Provinsi Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Rohaeni, N dan Jubaedah, Y. (2008). “Model Desain Kurikulum Pelatihan Profesi Guru Vokasional Berbasis Technological Curriculum”. Jurusan PKK FPTK UPI. -, (-), 41-53.

Safruddin, C. (2011). Desain Kurikulum Pelatihan Berbasis Kompetensi (Pengembangan Diklat Sistemik Model Addie). Disampaikan pada Seminar Penyusunan Draft Desain Kurikulum Diklat Manajemen Perkantoran pada Badan Diklat Propinsi DI Yogyakarta. [Online]. Tersedia:http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/bahan%20seminar%2 0penyusunan%20draf%20kurikulum%20pelatihan.pdf [12 Maret 2013] Salam, S. D. (2005). “Peranan Pendidikan dan Pelatihan Dalam Meningkatkan

Kompetensi dan Kualitas Sumber Daya Manusia Aparatur”. Jurnal

Adminsitrasi Publik. 1, (1), 1-10.

Sanjaya, W. (2009). Perencanaaan dan Desain sistem Pembelajaran. Jakarta : Sarwandi. (2011). “Hasil Analisis Kebutuhan Pelatihan Dinas Perhubungan Pada

Kantor Diklat Transportasi Darat Bekasi”. Jurnal Edisi Khusus. -, (1), 208-214.

Solihin, D. (2010). “Kegagalan Perencanaan Akibat Aparat Pelaksana yang Tidak Kompeten”. Simpul Perencana. 14, (7), 6 - 11.

Sudjana, S. D. (2007). Sistem dan Manajemen Pelatihan Teori dan Aplikasi. Falah Production : Bandung.

Sudjana, N dan Ibrahim. (2007). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

(46)

131

Tn. (2011). Bab 1 Pendahuluan. [Online]. Tersedia : https://www.google.com/repository.upi.edu/s_ktp_0605929_chapter1.pdf [03 Mei 2013]

Waluya, B. (2007). Teknik Pemilihan Media. [Online]. Tersedia: http://file.upi.edu/direktori/fpips/jur._pend._geografi/197210242001121-bagja_waluya/media_pembel.geografi/teknik_pemilihan_media_pembelaj aran.pdf [04 Mei 2013]

Widoyoko, P. E. (2009). “Evaluasi Program Pelatihan”. -, -, (-), 1-17.

Gambar

Tabel 4.7  Skor Kecendrungan dan Kedudukan Sub.Variabel X3 Dari
Gambar 2.1 Kerucut Pengalaman Edgar Dale  ...............................................
Tabel 3. 1
gambaran umum
+5

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian mengenai hubungan pelatihan dan pengembangan karier dengan motivasi kerja karyawan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, maka

KEPALA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT. SELAKU

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan ditemukan beberapa permasalahan yang terdapat pada kurikulum dalam pedoman penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan

Berdasarkan pengamatan penulis, iklim organisasi di kantor Badan Pendidikan dan Pelatihan Provinsi Sumatera Barat belum mencerminkan iklim organisasi yang ideal dan

tujuan penelitian ini untuk menganalisis bagaimana gambaran tingkat pendidikan dan pelatihan (diklat) kearsipan, bagaimana gambaran tingkat kinerja arsiparis serta adakah

Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan informan dapat disimpulkan bahwa Faktor Pendukung Kinerja Organisasi di Badan Pendidikan dan Pelatihan

Ruang Lingkup Pedoman ini memuat ketentuan – ketentuan pokok yang bersifat teknis dan prosedural terkait dengan Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV

mendayagunakan seoptimal mungkin Widyaiswara di lingkungan.. Instansi yang bersangkutan dengan memperhatikan kompetensi Widyaiswara yang bersangkutan. Instansi