• Tidak ada hasil yang ditemukan

Termodim Steroid

N/A
N/A
rindaaul utamii

Academic year: 2022

Membagikan "Termodim Steroid"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

PERCOBAAN I

PENGUJIAN STEROID, TRITERPEN DAN KARETENOID

A. Tujuan

1. Mengetahui cara mengidentifikasi metabolit sekunder golongan steroid, triterpen dan karetenoid pada sampel daun genjer, cabai rawit, daun jeruk purut, kulit jeruk purut, daun mengkudu dan urang-aring.

2. Membedakan golongan metabolit sekunder steroid, triterpen dan karetenoid.

B. Dasar Teori

1. Uji Kardenolin dan Bufadienol

Uji Kardenolin dan Bufadienol menggunakan 3 metode yaitu metode Killer-Killiani, Metode Liebermann-Burchard dan metode Keddle. Hasil positif pada metode Killer-Killiani menunjukkan adanya deoksi gula untuk glikosida.

Adanya kardenolin dan bufadienol dapat dilakukakn juga uji Liebermann-Burchard yang merupakan uji karakteristik untuk sterol tidak jenuh dan triterpen. Hasil positif pada uji Liebermann-Burchard ditandai dengan terbentuknya cincin hijau yang berasal dari reaksi antara sterol tidak jenuh atau triterpen dengan adanya asam (CH3COOH atau H2SO4).

Uji Keddle dilakukan untuk menunjukkan adanya lakton tidak jenuh.

Hasil positif pada uji Keddle diperkirakan karena terjadinya reaksi antara lakton tidak jenuh pada kardenolin atau bufadienol dengan 3,5- dinitrobenzen (Pereaksi Keddle).

(Marliana, 2005) Kandungan terpenoid atau steroid dalam tumbuhan dapat diuji dengan menggunakan metode Liebermann-Buchard yang nantinya akan memberikan warna jingga atau ungu untuk terpenoid dan warna biru untuk steroid. Uji ini didasarkan pada kemampuan senyawa triterpenoid dan steroid membentuk warna oleh adanya H2SO4 pekat dalam pelarut asetat glasial sehingga membentuk warna jingga (Marlinda, 2012).

(2)

2. Senyawa Steroid

Steroid merupakan messenger kimia atau juga dikenal sebagai hormon. Steroid disintesis didalam kelenjar dan dihantarkan oleh aliran darah ke jantung target untuk merangsang atau menghambat suatu proses.

Steroid bersifat non polar, karakter non polarnya memungkinkannya untuk melewati membran sel dan memasuki sel target (Sarker, 2009).

Steroid adalah gugus senyawa yang mengandung sebuah struktur dengan empat cincin yang dikenal sebagai inti steroid. Kolesterol yang disintesis dalam tubuh hewan dan tidak disintesis dalam tumbuhan adalah senyawa induk yang merupakan asal dari semua steroid lain.

(Marks, 2000) Semua steroid berasal dari jalur biosintesis asetil KoA. Ribuan steroid telah diidentifikasi dari tanaman, hewan, fungi dan kebanyakan dari steroid ini mempunyai aktivitas biologik yang menarik. Semua steroid paling sedikit memiliki gugus metil pada posisi C-10 dan C-13 dimana metil-metil ini disebut sebagai metil angular. Beberapa dari steroid memiliki hidroksil alkoholik yang terikat pada cincin dan dikenal sebagai sterol (Sarker, 2009).

3. Senyawa Triterpenoid

Salah satu senyawa metabolit sekunder yang terkandung di dalam tanaman adalah senyawa triterpenoid. Senyawa tersebut dapat dijumpai pada bagian akar , batang, daun, buah maupun biji tanaman.

Triterpenoid merupakan suatu senyawa yang memiliki kerangka dasar yang terdiri dari enam unit satuan isoprene dan dalam biosintesis diturunkan dari C3O asiklik yaitu skualen. Triterpenoid merupakan golongan terbesar dari terpenoid dan tersebar luas dalam tumbuhan dan hewan. Di alam triterpen terdapat dalam bentuk bebas, bentuk encer atau bentuk glikosidanya.

(Ridnia, 2013) Triterpenoid berstruktur siklik yang rumit, kebanyakan merupakan alkohol, aldehida atau asam karboksilat. Senyawa triterpenoid berbentuk

(3)

kristal, seringkali bertitik leleh tinggi dan aktif optik yang umumnya sukar dicirikan karena tidak ada kereaktifan kimianya. Triterpenoid dapat digolongkan menjadi triterpen sebenarnya, steroid, saponin dan glikosida jantung (Harbone, 2006).

4. Senyawa Karotenoid

Karotenoid adalah kelompok besar dari hidrokarbon (karoten) dan xantrofie (karoten yang mudah teroksidasi menjadi karoten kembali). Zat inilah yang memberi warna merah, orange ataupun kuning dari berbagai buah dan sayuran (Topan, 2005).

Terpenoid terbagi atas dua kelas utama yaitu karoten atau karotenoid dan non-karotenoid. Karotenoid sangat penting bagi kesehatan terutama untuk kesehatan mata. Karotenoid pada umumnya terdapat pada buah yang berwarna merah hingga kuning. Pigmen pemberi warna merah hingga kuning tersebut adalah :

a. Likopen merupakan pigmen pemberi warna merah b. Alfa-karoten, beta-karoten, pemberi warna kuning c. Lutein dan zeaxanthin, pigmen pemberi warna kuning

(Astawan, 2008) Karotenoid dapat diklasifikasikan ke dalam gua kelompok yaitu karoten dan xantofil. Karoten merupakan karotenoid hidrokarbon contohnya beta-karoten dan likopen. Sedangkan xantofil merupakan turunan peroksidasinya (Panjaitan, 2008).

5. Uraian Sampel a. Daun Genjer

Klasifikasi dari daun genjer, di antaranya kingdom adalah plantae, divisi adalah spermatophyta, kelas adalah monocotyledoneae, ordo adalah alismatales, famili adalah butomaceae, genus adalah limnocharis, spesies adalah Limnocharis flava Buch. Daun tanaman ini tunggal, bertangkai persegi, lunak, panjang 15-25 cm, helai daun lonjong, ujung daun meruncing, pangkal tumpul, tepi rata, panjang 5- 50 cm, lebar 4-25 cm, pertulangan sejajar, hijau. Daun dan bunga

(4)

Limnocharis flava mengandung kardenoli, disamping itu daunnya juga mengandung flavonoid dan polifenol (Djumidi, 1997).

Daun genjer berkhasiat sebagai penambah nafsu makan. Untuk menambah nafsu makan dapat digunakan kuranglebih 15 gram daun genjer sega, dicuci dan dikukus sampai setengah matang lalu dimakan sebagai lalapan (Widyaningrum, 2011).

b. Cabai Rawit

Klasifikasi dari cabai rawit, diantaranya kingdom adalah plantae, divisi adalah spermatophyta, kelas adalah dicotyledoneae, ordo adalah corolliforea, famili adalah solanaceae, genus adalah capsicum, spesies adalah Capsicum frutecens L.

Daun cabai rawit berbentuk bulat telur dengan ujung runcing dan tepi daun rata. Bunga tanaman cabai rawit merupakan bunga tunggal yang berbentuk bintang, tumbuh menunduk pada ketiak daun dengan mahkota bunga bewarna putih. Buah cabai rawit akan terbentuk setelah proses penyerbukan. Buah dapat berbentuk bulat pendek dengan ujung runcing atau berbentuk kerucut. Warna buah cabai rawit bervariasi, buah muda bewarna hijau atau putih sedangkan buah yang telah masak bewarna merah menyala atau merah jingga.

(Cahyono, 2003) Produk metabolit sekunder yang terdapat pada buah cabai salah satunya adalah capsaicin. Capsaicin merupakan kelompok senyawa yang bertanggung jawab terhadap rasa pedas dari cabai. Capsaicin merupakan senyawa nonpolar yang memiliki beberapa gugus polar terhadap hidrogen yang berikatan dengan air. Hal ini menyebabkan capsaicin tidak larut dalam air (Sukrasno, 1997).

c. Daun dan Kulit Jeruk Purut

Klasifikasi dari jerut purut, diantaranya kingdom adalah plantae, divisi adalah magnoliophyta, kelas adalah magnoliopsida, ordo adalah sapindales, famili adalah rutaceae, genus adalah citrus, spesies adalah Citrus hystrix D.C.

(5)

Daun majemuk berbentuk bulat telur sampai lonjonh, menyirip, berdaun anak satu, tangkai sebagian melebar menyerupai anak daun, pangkal membundar atau tumpul, ujung tumpul sampai meruncing dan tepi beringgit. Bunga berbentuk bintang, berwarna putih kemerahan atau putih kekuningan. Buah sebesar buah golf, kulitnya berwarna hijau, berkerut dan berbenjol-benjol.

Daun mengandung tanin1,8%, steroid triterpenoid dan minyak atsiri 1-1,5%. Kulit buah mengandung saponin, tanin 1%, steroid triterpenoid dan minyak atsiri yang mengandung sitrat 2-2,5%.

(Agromedia, 2008) d. Daun Mengkudu

Klasifikasi dari mengkudu, diantaranya kingdom adalah plantae, divisi adalah spermatophyta, kelas adalah dicotyledoneae, ordo adalah rubiales, famili adalah rubiaceae, genus adalah morinda, spesies adalah Morinda citrifolia L.

Tanaman ini memiliki jenis daun penumpu, tipe berhadapan, bula telur, bertepi rata, hijau kekuningan, panjang mencapai 1,5cm. Daun dimanfaatkan sebagai obat cacing, pelembut kulit, peluruh dahak, peluruh haid, pencahar, penghenti perdarahan, penurun panas, radang amandel. Kandungan kimia dari daun mengkudu yaitu alkaloid dengan uji spektroskopi UV menunjukkan adanya ikatan rangkap terkonjugasi tipe etilenik dan tipe benzoik serta kemungkinan memiliki inti indol.

(Sudarsono, 2002) e. Daun Urang-aring

Klasifikasi dari tanaman ini, diantaranya kingdom adalah plantae, divisi adalah spermatophyta, kelas adalah dicotyledoneae, ordo adalah asterales, famili adalah asteraceae, genus adalah edipta, spesies adalah Edipta alba L. Hassk.

Urang-aring merupakan tumbuhan liar yang banyak tumbuh di tempat-tempat terbuka. Tumbuhan ini dapat tumbuh subur baik ditepi pantai ataupun di daerah pegunungan hingga ketinggian 1500 m dpl.

(6)

Terna, bertangkai banyak, tegak kadang bagian pangkalnya berbaring, tinggi bisa mencapai 80 cm. Batang bulat, berwarna hijau kecoklatan, berambut putih yang agak kasar. Daun tunggal, bertangkai pendek.

Helaian daun berbentuk bulat telur memanjang, ujung dan pangkal runcing, tepi bergerigi halus atau hampir rata, pertulangan menyirip.

Kedua permukaan daun berambut, perabaan agak kasar, panjang 2-3,5 cm dan lebar 5-10cm, berwarna hijau. Bunga mejemuk, berbentuk bongkol, berwarna putih keci-kecil. Buah memanjang, keras, pipih dan berambut.

(Dalimartha, 2006) Kandungan kimia daun Ecipta alba ialah mengandung glikosida, saponin, flavonoida dan tannin. Daun mengkudu berkhasiat sebagai penyubur rambut, obat sakit gigi, obat sesak nafas dan obat kurap.

(Hutapea, 2000)

(7)

C. Alat dan Bahan 1. Alat

a. Batang pengaduk b. Cawan porselin

c. Gelas kimia 100 ml, 1000 ml d. Gelas ukur 10 ml

e. Gunting f. Penangas air g. Pipet tetes

h. Pipet volume 1 ml, 10 ml i. Propipet

j. Rak tabung k. Sendok tanduk l. Tabung reaksi m. Timbangan analitik 2. Bahan

a. Asam asetat anhidrat b. Asam asetat glasial c. Asam sulfat pekat d. FeCl3

e. Heksana f. Kloroform g. Metanol

h. Natrium sulfat anhidrat

i. Sampel daun genjer (Limnocharis flava Buch) j. Sampel daun jeruk purut (Citrus hystrix D.C.) k. Sampel cabai rawit (Capsium frutecens L.)

l. Sampel kulit buah jeruk purut (Citrus hystrix D.C.) m. Sampel daun mengkudu (Morinda citrifolia L.) n. Sampel urang-aring (Edipta alba L. Hassk)

(8)

D. Prosedur Kerja

1. Penyarian atau Ekstraksi sampel

a. Dipotong kecil-kecil sampel kulit buah jeruk purut.

b. Direndam dengan metanol dalam gelas kimia.

c. Ditutup dengan aluminium foil dan diamkan selama 15 menit.

2. Pengujian Steroid dan Triterpenoid

a. Dimasukkan 10 ml ekstrak metanol cair kedalam cawan porselin dan diuapkan hingga kering.

b. Ditambahkan 0,5 ml asam asetat anhidrat dan 0,5 ml kloroform.

c. Ditambahkan 1 ml H2SO4 pekat melalui dinding tabung reaksi.

d. Diamati perubahan yang terjadi reaksi positif ditandai dengan adanya cicin merah coklat atau ungu pada batas kedua larutan dan larutan bagian atas menjadi hijau atau ungu.

3. Pengujian Karatenoid

a. Dimasukkan 2 ml ekstrak metanol cair kedalam tabung reaksi.

b. Ditambahkan 3 tetes H2SO4.

c. Diamati perubahan yang terjadi reaksi positif ditandai dengan warna biru kehijauan.

4. Pengujian Kardenolin dan Bufadienol a. Metode Killer-Kilani

1) Diuapkan 2 ml ekstrak metanol cair hingga kering.

2) Ditambahkan heksana hingga jernih.

3) Diuapkan sebentar dan ditambahkan 3 ml FeCl3 dan 1 ml H2SO4

pekat.

4) Diamati reaksi positif dengan adanya cincin merah bata berubah menjadi biru atau ungu.

b. Metode Liebermen-Burchard

1) Diuapkan 2 ml ekstrak metanol cair sampai kering.

2) Ditambahkan 10 ml heksana, diaduk beberapa menit dan diuapkan.

3) Ditambahkan 0,1 g Na2SO4 anhidrat dan diaduk.

(9)

4) Dibagi menjadi dua bagian, yaitu A sebagai blanko dan B ditambahkan 3 tetes asam asetat glacial dan H2SO4 pekat 3 tetes.

5) Diamati perubahan yang terjadi reaksi positif ditandai dengan warna merah sampai ungu.

(10)

E. Hasil Pengamatan 1. Uji Organoleptis

a. Kulit jeruk purut

Nama Indonesia : Kulit jeruk purut Nama simplisia : Citrus pericaipium Nama latin : Citrus hystrix

Bau : Khas aromatis

Rasa : Pahit getir

Warna : Hijau muda

b. Buah cabai

Nama Indonesia : Cabai rawit Nama simplisia : Capsici Fructus Nama latin : Capsicum frutescens

Bau : Menyengat / khas aromatis

Rasa : Pedas

Warna : Merah

c. Daun genjer

Nama Indonesia : Daun genjer

Nama simplisia : Limnocharis folium Nama latin : Limnocharis flava

Bau : Khas aromatis

Rasa : Pahit

Warna : Hijau

d. Daun jeruk purut

Nama Indonesia : Daun jeruk purut Nama simplisia : Citrus folium Nama latin : Citrus hystrix

Bau : Khas aromatis

Rasa : Pahit

Warna : Hijau

(11)

e. Kulit buah mengkudu

Nama Indonesia : Kulit buah mengkudu Nama simplisia : Morinda folium Nama latin : Morinda citrifolia

Bau : Khas aromatis

Rasa : Pahit

Warna : Hijau

f. Daun urang-aring

Nama Indonesia : Eclipta alba Nama simplisia : Eclipta folium Nama latin : Eclipta alba

Bau : Khas aromatis

Rasa : Manis agak asam

Warna : Hijau

2. Penyarian / ekstraksi sampel

No Sampel Perlakuan Hasil

ekstraksi Gambar

1.

Kulit jeruk purut

Sampel ditambahkan

metanol dan didiamkan

selama 15 menit

Warna hijau muda

2.

Buah cabai rawit

Sampel ditambahkan

metanol dan didiamkan

selama 15 menit

Warna merah

(12)

3. Daun genjer

Sampel ditambahkan

metanol dan didiamkan

selama 15 menit

Warna hijau

4.

Daun jeruk purut

Sampel ditambahkan

metanol dan didiamkan

selama 15 menit

Warna hijau

5. Daun

mengkudu

Sampel ditambahkan

metanol dan didiamkan

selama 15 menit

Warna hijau

6.

Daun urang-

aring

Sampel ditambahkan

metanol dan didiamkan

selama 15 menit

Warna hijau

3. Pengujian sampel karotenoid

(13)

No Sampel Perlakuan Hasil

ekstraksi Gambar

1.

Kulit jeruk purut

2 ml ekstrak cair ditambahkan dengan 3 tetes

H2SO4

( - ) warna hijau

2.

Buah cabai rawit

2 ml ekstrak cair ditambahkan dengan 3 tetes

H2SO4

( - ) warna kuning

3. Daun

genjer

2 ml ekstrak cair ditambahkan dengan 3 tetes

H2SO4

( + ) warna hijau kebiruan

4.

Daun jeruk purut

2 ml ekstrak cair ditambahkan dengan 3 tetes

H2SO4

( - ) warna hijau

5. Daun

mengkudu

2 ml ekstrak cair ditambahkan dengan 3 tetes

H2SO4

( + ) warna hijau kebiruan

6.

Daun urang-

aring

2 ml ekstrak cair ditambahkan dengan 3 tetes

H2SO4

( + ) warna hijau kebiruan

Keterangan : Jika positif akan berwarna biru atau hijau kebiruan

(14)

4. Pengujian Kardenolin dan Bufadienol dengan metode Keller-Killiani

No Sampel Perlakuan Hasil

ekstraksi Gambar

1.

Kulit jeruk

purut Ekstrak metanol cair,

diuapkan ditambah heksana, diuapkan kemudian ditambahkan

dengan 3 ml FeCl3 dan 1

ml H2SO4

( - ) warna cokelat

bening

2.

Buah cabai rawit

( - ) warna kuning

3. Daun

genjer

( - ) warna cokelat kehitaman

4.

Daun jeruk purut

( - ) warna hijau

5. Daun

mengkudu

Ekstrak metanol cair,

diuapkan ditambah heksana, diuapkan kemudian ditambahkan

dengan 3 ml FeCl3 dan 1

ml H2SO4

( + ) cincin merah bata

6.

Daun urang-

aring

( + ) cincin merah bata

(15)

Keterangan: Hasil positif apabila terbentuk cincin merah bata sampai biru atau ungu

5. Pengujian Kardenolin dan Bufadienol dengan metode Liebermann- Buchard

No Sampel Perlakuan Hasil

ekstraksi Gambar

1.

Kulit jeruk purut

Ekstrak metanol cair

diuapkan, ditambah 10

ml heksana lalu diuapkan, ditambah 0,1 g

Na2SO4

anhidrat.

Filtrat A sebagai blanko, Filtrat

B ditambah 3 tetes asam asetat glasial, ditabah 3 tetes

H2SO4

( - ) warna hijau

2.

Buah cabai rawit

( - ) warna jingga

3. Daun

genjer

( - ) warna cokelat

4.

Daun jperuk

purut

( - ) warna hijau

5. Daun

mengkudu

( - ) warna hijau tua

(16)

6.

Daun urang-

aring

( - ) warna kuning

Keterangan: Hasil positif apabila terbentuk warna merah sampai ungu 6. Pengujian steroid triterpenoid

No Sampel Perlakuan Hasil

ekstraksi Gambar

1.

Kulit jeruk purut

Ekstrak metanol cair

diuapkan, ditambah 0,5 ml CH3COOH

anhidrat, lalu ditambah dengan 0,5 ml

CHCl3 dan 1 ml H2SO4

( + ) terbentuk

cincin ungu, tetapi

bagian atas tidak berwarna

hijau

2.

Buah cabai rawit

( + ) terbentuk

cincin cokelat,

tetapi bagian atas

tidak berwarna

hijau

3. Daun

genjer

( + ) terbentuk

cincin cokelat dan

batas atas berwarna

(17)

hijau

4.

Daun jeruk

purut Ekstrak metanol cair

diuapkan, ditambah 0,5 ml CH3COOH

anhidrat, lalu ditambah dengan 0,5 ml

CHCl3 dan 1 ml H2SO4

( + ) terbentuk

cincin cokelat dan

batas atas berwarna

hijau

5. Daun

mengkudu

( + ) terbentuk

cincin cokelat

6.

Daun urang-

aring

( + ) terbentuk

cincin cokelat dan

batas atas berwarna

hijau

Keterangan: Hasil positif apabila terbentuk cincin merah cokelat atau ungu pada batas kedua larutan dan batas atas berwarna hijau

(18)

F. Pembahasan

Praktikum ini akan membahas mengenai pengujian steroid, triterpen, dan karotenoid yang bertujuan untuk mengetahui cara mengidentifikasi dan membedakan metabolit sekunder golongan steroid, triterpen dan karotenoid pada sampel cabe rawit, daun genjer, kulit jeruk purut, daun jeruk purut, daun mengkudu dan daun urang aring.

Kandungan kimia yang terkandung dalam daun jeruk purut adalah alkaloid, tannin, steroid triterpenoid dan minyak atsiri sedangkan kulit buah jeruk purut mengandung saponin, flavonoid, steroid, triterpenoid dan minyak atsiri. Pada cabe rawit mengandung senyawa steroid, triterpenoid, alkaloid dan flavanoid. Pada daun mengkudu dan daun urang aring terdapat alkaloid, flavanoid, karatenoid dan fenil propanoid. Pada daun genjer mengandung steroid, flavanoid, dan fenil propanoid.

Sampel yang digunakan adalah cabe rawit, daun genjer, kulit jeruk purut, daun jeruk purut, daun mengkudu dan daun urang aring. Sebelum sampel diuji, dilakukan ekstraksi. Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansiyang digunakan tanpa melarutkan material lainnya. Metode ekstraksi yang digunakan pada percobaan ini adalah maserasi. Maserasi adalah suatu proses perendaman sampel menggunakan pelarut organik tertentu pada temperatur ruangan. Prosesnya adalah cairan penyari akan masuk ke dalam sel yang akan melewati dinding sel isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi dimana cairan dengan konsentrasi tinggi akan terdesak keluar yang akan diganti dengan cairan penyari dengan konsentrasi rendah. Peristiwa ini akan berulang hingga hasil terjadi keseimbangan konsentrasi antar larutan diluar sel dan didalam sel. Pelarut yang digunakan pada proses maserasi ini adalah metanol. Metanol adalah salah satu senyawa hidrokarbon dari golongan alkohol dengan gugus alkil hidroksil (-OH). Metanol merupakan bentuk alkohol paling sederhana.

Pelarut metanol ini memiliki kelebihan yaitu pelarut yang selektif, tidak tercampur, absorbsinya baik, kapang dan mikroba sulit tumbuh dalam pelarut

(19)

metanol dan dapat bercampur dengan air pada segala perbandingan sedangkan kekurangan dari pelarut ini adalah harganya relatif mahal. Pelarut metanol bersifat semipolar sehingga zat-zat yang bersifat polar dan non polar dapat larut dalam metanol.

Percobaan pertama adalah pembuatan ekstrak cair dari masing-masing sampel dengan menggunakan metode maserasi. Pembuatan ekstrak adalah pertama-tama dikupas kulit jeruk purut hingga terpisah dari daging buahnya kemudian dipotong kecil-kecil sedangkan untuk sampel cabe rawit, daun genjer, daun jeruk purut, daun binahong dan daun urang aring dicuci terlebih dahulu lalu dipotong kecil-kecil. Kemudian semua sampel dimasukkan ke dalam gelas kimia masing-masing lalu ditambahkan metanol hingga sampel terendam. Didiamkan selama 15 menit lalu setiap 5 menit diaduk dengan menggunakan batang pengaduk. Tujuan dari perendaman sampel dengan metanol agar pelarut metanol dapat menembus ke dinding sel ekstrak sehingga dapat mengeluarkan senyawa-senyawa yang ada dalam sampel sedangkan tujuan pengadukan adalah membantu proses penyarian dengan cara memperbesar kontak antara metabolit sekunder dengan pelarut.

Percobaan kedua adalah pengujian karotenoid. Karotenoid adalah kelompok besar dari hidrokarbon (karoten) dan xantofil (karoten yang teroksigenasi yang dengan mudah berubah menjadi karoten kembali).

Karotenoid merupakan pigmen organik yang terjadi secara alamiah dalam tumbuhan dan organisme berfotosintesis lainnya. Pengujian karotenoid bertujuan untuk mengidentifikasi adanya pigmen yang memberikan warna pada sampel. Pengujian karotenoid dapat dilakukan dengan diambil 2 mL ekstrak cair yang telah dimaserasi selama 15 menit kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi dengan menggunakan pipet lalu ditambahkan dengan asam sulfat pekat kemudian diamati perubahan yang terjadi. Penambahan asam sulfat pekat bertujuan untuk membentuk kompleks dengan gugus isoprena pada karotenoid membentuk larutan berwarna biru atau biru kehijauan yang merupakan reaksi positif adanya karotenoid. Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh pada sampel daun genjer, daun urang aring,

(20)

daun jeruk purut dan daun mengkudu mengandung senyawa karotenoid yang ditandai dengan terbentuknya larutan berwarna biru atau kehijauan pada setiap sampel sedangkan pada kulit jeruk purut dan cabai rawit didapatkan hasil negatif karena tidak terbentuk larutan berwarna biru atau biru kehijauan.

Hasil yang didapatkan telah sesuai dengan teori yang ada dimana sampel kulit jeruk purut dan cabai rawit tidak mengandung senyawa karotenoid serta pada sampel daun genjer, daun jeruk purut, daun urang aring dan mengkudu mengandung senyawa karotenoid.

Pengujian ketiga adalah pengujian kardenolin dan bufadienol dengan menggunakan metode Killer-Kilani. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi adanya deoksi gula untuk glikosida.

Pengujian ketiga ini dilakukan dengan dimasukkan 2 mL ekstrak sampel diuapkan. Penguapan diatas penangas air bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi ekstrak yang lebih pekat dan untuk menguapkan sisa pelarut metanol . Setelah diuapkan ekstrak cair ditambahkan dengan heksana sampai jernih. Penambahan heksana hingga jernih bertujuan untuk menarik sisa-sisa zat yang non polar sehingga mampu menarik zat yang sejenis dengan pelarutnya kemudian diuapkan kembali untuk dapat memperoleh filtrat dan ditambahkan dengan FeCl3 dan H2SO4. Penambahan FeCl3 adalah untuk dapat menghasilkan warna yang berikatan dengan senyawa fenolik karena ion-ion dari FeCl3 berperan sebagai ligan-ligan yang akan menghasilkan warna merah apabila bereaksi dengan senyawa fenol dan fungsi dari penambahan H2SO4

pada pengujian ini adalah untuk dapat menghidrolisis air sehingga terbentuk cincin hijau yang berasal dari reaksi antara sterol tidak jenuh atau triterpen dengan asam. Dari pengamatan yang telah dilakukan, didapatkan hasil negatif pada sampel kulit jeruk purut, daun genjer, cabai rawit dan kulit buah jeruk purut karena hasil akhir tidak terbentuk cincin merah bata, hijau sampai biru atau ungu sedangkan hasil positif terdapat pada sampel daun mengkudu dan daun urang aring ditandai dengan terbentuknya cincin merah bata. Hal ini tidak sesuai dengan teori untuk sampel daun genjer seharusnya menghasilkan reaksi positif mengandung kardenolin.

(21)

Pengujian keempat adalah pengujian kardenolin dan bufadienol dengan menggunakan metode Lieberman-Burchard untuk menguji karakteristik adanya sterol tidak jenuh. Pengujian ini dilakukan dengan menambahkan ekstrak cair dengan heksana kemudian diuapkan lalu ditambahkan dengan Na2SO4 anhidrat. Setelah itu disaring dan dibagi menjadi dua yaitu filtrat A sebagai blanko dan filtrat B ditambahkan dengan dengan asam asetat glasial lalu ditambahkan dengan asam sulfat pekat. Perlakuan penguapan bertujuan untuk memperoleh filtrat yang lebih pekat dan menguapkan sisa pelarut, sedangkan ditambahkan Na2SO4 anhidrat bertujuan untuk menarik air yang terdapat pada ekstrak karena pada percobaan ini, tidak diperbolehkan adanya kandungan air pada reaksi ini sedangkan asam sulfat pekat berfungsi untuk menghidrolisis air sehingga terbentuk warna merah yang berasal dari reaksi antara sterol tidak jenuh atau triterpen dalam asam dan asam asetat glasial ditambahkan untuk memperjelas warna yang terbentuk. Apabila suatu sampel mengandung kardenolin dan bufadienol akan terbentuk warna merah sampai ungu yang menunjukkan adanya triterpen. Dari hasil pengamatan yang diperoleh pada percobaan ini adalah seluruh sampel yaitu daun genjer, cabe rawit, daun jeruk purut, kulit jeruk purut, daun mengkudu dan daun urang aring menunjukkan hasil negatif karena hasil akhir dari sampel tidak menunjukkan warna merah sampai ungu. Hal ini tidak sesuai dengan teori dimana seharusnya pada sampel daun genjer, daun mengkudu dan daun urang aring mengandung senyawa kardenolin sedangkan pada metode sebelumnya yaitu metode Killer-Killani sampel daun mengkudu dan daun urang aring memberikan hasil yang positif untuk kardenolin.

Percobaan kelima adalah pengujian steroid dan terpenoid. Steroid adalah senyawa organik lemak sterol tidak terhidrolisis yang dapat dihasilkan dari senyawa terpena serta steroid merupakan gugus senyawa yang mengandung sebuah struktur dengan empat cincin yang dikenal sebagai inti steroid.

Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya kandungan steroid atau terpenoid dalam sampel dapat dilakukan dengan cara 10 mL ekstrak cair diuapkan dengan menambahkan asam asetat anhidrat yang bertujuan untuk

(22)

membentuk turunan asetil lalu ditambahkan kloroform yang bertujuan untuk melarutkan steroid karena kloroform dan steroid memiliki kepolaran yang sama sehingga steroid akan larut dalam kloroform lalu dilanjutkan dengan penambahan H2SO4 pekat yang bertujuan untuk menghidrolisis air yang akan bereaksi dengan turunan asetil membentuk cincin merah coklat atau ungu dan larutan atas berwarna hijau yang menunjukkan pada sampel mengandung steroid. Warna hijau tersebut sebanding dengan konsentrasi steroid. Pada percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pada sampel cabe rawit, daun genjer, kulit jeruk purut, daun jeruk purut, daun urang aring dan daun mengkudu menunjukkan hasil positif karena terbentuk cincin warna merah kecoklatan atau ungu dan larutan atas berwarna hijau. Hal ini telah sesuai dengan teori yang ada dimana semua sampel mengandung senyawa steroid dan triterpenoid.

(23)

G. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Senyawa steroid dan triterpenoid di identifikasi positif berwarna cincin cokelat atau ungu dengan asam asetat anhidrat, kloroform dan asam sulfat.

Beberapa tumbuhan yang teridentifikasi adalah cabai rawit, daun genjer, kulit buah jeruk purut, daun jeruk purut, daun mengkudu dan daun urang- aring.

2. Senyawa karatenoid di identifikasi positif berwarna hijau kebiruan dengan asam sulfat pekat. Beberapa tumbuhan yang teridentifikasi adalah daun genjer, daun urang-aring dan daun genjer.

3. Senyawa kardenolin dan bufadienol di identifikasi positif berwarna cincin merah bata dengan FeCl3 dan H2SO4. Beberapa tumbuhan yang teridentifikasi adalah daun mengkudu dan daun urang-aring.

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Agromedia, Redaksi. 2008. Buku Pintar Tanaman Obat. Agromedia Pustaka:

Jakarta

Astawan. Made. 2008. Khasiat Warna-Warni Makanan. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta

Cahyono, Bambang.2003. Cabai Rawit. Kansius: Yogyakarta

Dalimartha S. 2006. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Puspa Swara: Jakarta Djumidi. 1997. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (IV). Badan Penelitian dan

Pengembangan Departemen Kesehatan RI: Jakarta Harbone, J.B. 200. Metode Fitokimia. Penerbit ITB: Bandung

Hutapea, J.R, 2000. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I) Jilid 1. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan RI: Jakarta

Marliana, Doerya Dewi. 2005. Skrining Fitiokimia dan Analisis Kromatografi Lapis Tipis Komponen Kimia Buah Labu Siam (Sechium jaca Swartz) dalam Ekstrak Etanol. Jurnal Biologi FMIPA UNS Voume 3 Nomor 1

Marlinda, Mira., dkk. 2012. Analisis Senyawa Metabolit Sekunder dan Uji Toksisitas Etanol Biji Buah Alpukat (Persea americana Mill). Jurnal MIPA UNSRAT Volume 1 Nomor 1

Panjaitan, Togar. 2008. Peranan Karotenoid Alami dalam Menangkal Radikal Bebas di Dalam Tubuh. Jurnal Biologi USU Volume 2 Nomor 1

Ridnia., dkk. 2013. Isolasi dan Karakterisasi Triterpenoid Dari Fraksi n-Heksa pada Kulit Batang Srikaya (Annona squamosa L.). Jurnal Kimia UNAND Volume 2 Nomor 4

Sarker, S. 2009. Kimia Untuk Mahasiswa Farmasi. Pustaka Pelajar: Yogyakarta Sudarsono., dkk. 2002. Tumbuhan Obat II. UGM: Yogyakarta

Sukrasno., dkk. 1997. Kandungan Kapsaisin dan Dihidrokapsaisin Pada Berbagai Buah Capsicum. JMS Vol. 2 NO.1

Topan, Erik. 2005. Seri Kesehatan Keluarga. PT Elex Media Komputindo:

Jakarta

Widyaningrum, Herliana 2011. Kitab Tanaman Obat Nusantara. Medpress:

Yogyakarta

Referensi

Dokumen terkait

Setiap propinsi yang pada saat ini mencapai 33 propinsi memiliki kebudayaan yang berbeda satu sama lainnya baik dari suku, bangsa, bahasa, adat istiadat, kesenian, dan lain

Hendro Gunawan, MA Pembina Utama Muda

Lalu untuk kategori suhu 35°C diketahui memiliki hasil yang sama dengan 20°C, 25°C dan 35°C dalam hal menyisakan protein xylanase tidak terimobilisasi, sehingga didapatkan nilai

Sebagai contoh, pada kasus luka bakar tersiram air panas pada orang dewasa kontak dengan 1 detik dengan air yang panas dari shower dengan suhu 68,9 0 C dapat

Pengumpulan data primer melalui penyebaran kuisioner (angket) dilakukan terhadap 99 responden ( sample ) mewakili populasi dinas pendidikan, kesehatan, pertanian, dan pekerjaan umum,

Hasil penelitian sebelum dilakukan penyuluhan kesehatan reproduksi terhadap pengetahuan tentang seks pranikah yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 2 siswa (9,09%) dan

Mempertegas tujuan Pendidikan Kewarganegaraan tersebut, Cholisin (Samsuri, 2011) berpandangan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pendidikan politik yang yang

Kegiatan pengadaan dan pemasangan fasilitas keselamatan lalu lintas jalan yang di usulkan dalam Dana Alokasi Khusus (DAK) Tahun 2015 akan ditempat pada jalan perkotaan di wilayah