• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran kantor urusan agama di masa pandemi covid-19 dalam mengatasi nikah siri di desa Golo Sepang kecamatan Boleng kabupaten Manggarai Barat NTT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Peran kantor urusan agama di masa pandemi covid-19 dalam mengatasi nikah siri di desa Golo Sepang kecamatan Boleng kabupaten Manggarai Barat NTT"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN KANTOR URUSAN AGAMA DI MASA PANDEMI COVID-19 DALAM MENGATASI NIKAH SIRI DI DESA GOLO SEPANG KECAMATAN BOLENG KABUPATEN MANGGARAI BARAT NTT

Oleh SANDI SAPUTRA

NIM. 180202063

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM

2021

(2)

ii

PERAN KANTOR URUSAN AGAMA DI MASA PANDEMI COVID-19 DALAM MENGATASI NIKAH SIRI DI DESA GOLO SEPANG KECAMATAN BOLENG KABUPATEN MANGGARAI BARAT NTT

Skripsi

Diajukan kepada Universitas Islama Negeri Mataram untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar

Sarjana Hukum

Oleh SANDI SAPUTRA

NIM. 180202063

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM

2021

(3)

iii

(4)

iv

(5)

vi

(6)

vii MOTTO

ُرُف ۡكَت َلَ َو يِل ْاوُرُك ۡشٱ َو ۡمُك ۡرُكۡذَأ ٓيِنوُرُكۡذٱَف ِنو

١٥٢

Artinya :Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku1.

1 Q.S. Al-Baqarah’ (2) : 152

(7)

viii

PESEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk cinta pertsmsku, Safarudin dan Siti Amina yang telah sedia kala membimbing, mengajarakan serta selalu mengingatkanku akan rasa syukur dalam berjuang tanpa harus ada rasa

keputusasaan. Yang kedua skripsi ini saya persembahkan kepada adik- adikku(Naura Saputri, Khairil Lufky Darmawan, Riandi Hidayat, dan Riki

Rinaldi) yang telah memberiku alasan untuk menuntaskan tuntutan akademis

kepada kakek dan nenekku, , untuk teman-teman kelas HKI B yang selama ini telah berjuang bersama sampai saat menyelesaikan studi di kampus kita

tercinta ini, dan untuk keluarga kedua ku yakni Keluarga Besar HMI Komisariat Syariah UIN Mataram, teman-teman Kelompok KKP DR Desa

Terong Tawah dan yang terakhir skripsi ini aku persembahkan untuk Almamaterku Kampus UIN Mataram.

(8)

ix

KATA PENGANTAR

Allhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang dengan rahmat dan rahimnya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabat beliau, dan semua pengikutnya. Aamiin

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi dan memenuhi sebagai persyaratan untuk meraih gelar Sarjana Hukum jurusan Hukum Keluarga Islam (Ahwal Syakhshiyyah) di Fakultas Syariah UIN Mataram.

Penulis menyadari bahwa proses penyelesaian skripsi ini tidak akan sukses tanpa bantuan dan keterlibatan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis memberikan penghargaan setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih yang telah membantu sebagai berikut.

1. Dr. Khairul Hamim, M.A. Sebagai Pembimbing I dan Darmini, M.H. sebagai Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, motivasi, dan koreksi mendetail, terus-menerus, dan tanpa bosan di tengah kesibukannya dalam susana keakrabatan menjadikan skripsi ini lebih matang dan cepat selesai.

2. Hj. Ani Wafiroh, M.Ag. dan Nunung Susfita, S,HI. M.SI sebagai ketua dan sekretaris jurusan Hukum Keluarga Islam (Ahwal Syakhshiyyah) Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram

3. Dr. Moh. Asyiq Amrulloh, M.Ag. selaku dekan Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram

4. Prof. Dr. H. Masnun, M.Ag. selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram yang telah memberi tempat bagi penulis untuk menuntut ilmu dan

(9)

x

Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala yang berlipat-ganda dari Allah SWT, dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semesta. Aamiin

Mataram, Penulis

Sandi Saputra Nim.180202063

(10)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

NOTA DINAS PEMBIMBING ...iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... v

HALAMAN PENGESAHAN ...vi

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ...ix

DAFTAR ISI ...xi

ABSTRAK ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan dan manfaat penelitian ... 10

D. Ruang lingkup dan setting penelitian ... 11

E. Teaah Pustaka ... 11

F. Kerangka teoritik ... 15

G. Metode penelitian ... 20

H. Sistematika penulisan ... 30

(11)

xii

BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN DATA ... 32

A. Mengenal Desa Golo Sepang ... 32

B. Profil KUA Kec. Boleng Kab. Manggarai Barat ... 35

BAB III PEMBAHASAN... 41

A. Kasus Nikah Sirri di Desa Golo Sepang Kec. Boleng Kab. Manggarai Barat ... 46

B. Solusi Untuk Mengatasi Nikah Sirri di Desa Golo Sepang Kec. Boleng Kab. Manggarai Barat ... 62

BAB IV PENUTUP ... 65

A. Kesimpulan ... 65

B. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68

LAMPIRAN ... 69

(12)

xiii

DAFTAR TABEL 2.1 Pendidikan Masyarakat Desa Golo Sepang 3.1 Pekerjaan Masyarakat Desa Golo Sepang 4.1 Kependudukan Masyarakat Desa Golo Sepang 5.1 Nikah Sirri Sebelum Masa Pandemi Covid-19 6.1 Nikah Sirri Saat Masa Pandemi Covid-19

(13)

xiv

PERAN KANTOR URUSAN AGAMA DI MASA PANDEMI COVID-19 DALAM MENGATASI NIKAH SIRI DI DESA GOLO SEPANG KECAMATAN BOLENG KABUPATEN MANGGARAI BARAT

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Oleh:

SANDI SAPUTRA NIM 180202063

ABSTRAK

Pernikahan merupakan pengalaman hidup yang sangat penting sebagai media penyatuan fisik dan psikis antara dua insan yang berbeda dan penggabungan kedua keluarga besar dalam rangka ibadah melaksanakan perintah Allah SWT.

Kantor Urusan Agama (KUA) merupakan jajaran Kementerian Agama yang berada di wilayah kecamatan.Di antara peran KUA adalah melayani masyarakat yang terkait dengan pelaksanakan pencatatan nikah; mengurus dan membina masjid, zakat, wakaf, baitul mal, ibadah sosial; kependudukan dan pengembangan keluarga sakinah. Jika melihat kenyataan yang ada di masa pandemic, maka sangat sulit untuk memenuhi hak seperti yang dijelaskan diatas, maka dipenelitian ini, peneliti menemukan peran yang berbeda dari peran sebelumnya, seperti memnggandeng kegiatan dengan aturan yang berlku di masa pandemic. Bagi orang Islam perkawinan yang sah adalah perkawinan yang dilaksnakan menurut hukum Islam seperti yang disebutkan dalam Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974.Setelah itu sesuai dengan Sunnah Nabi Muhammad SAW diumumkan melalui walimah supaya diketahui orang banyak.Akan tetapi, dalam kenyataannya masih banyak dijumpainya pernikahan yang dilakukan dengan tidak mengikuti yang telah ditetapkan dalam undang-undang tersebut, seperti pernikahan yang dilakukan di bawah tangan atau yang lebih peneliti kenal dengan sebutan perkawinan siri, nikah siri yang diakibatkan oleh dampak pandemic covid-19.

Rumusan masalah dalam penulisan skripsi ini adalah Mengapa Banyak Terjadi Nikah Siri Di Desa Golo Sepang dan Bagaimana Peran KUA dalam Mengatasi Nikah Siri Di Kecamatan Boleng Kabupaten Manggarai Barat Provinsi Nusa Tenggara Timur?Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Alasan banyaknya kejadian Nikah Siri dan Peran KUA dalam mengatasi nikah siri di Kecamatan Boleng Kabupaten Manggarai Barat Provinsi Nusa Tenggara Timur.Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif.Penelitian ini bersifat deskriptif.Metode penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data yaitu interview dan dokumentasi. Data dalam penelitian ini adalah data berupa hasil interview dengan Kepala KUA Kecamatan Boleng,

Kata Kunci : Peran, Nikah, Sirri, dan Pandemi Covid-19

(14)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau miitsaaqon gholiidhan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.2 Perkawinan juga diartikan sebagai suatu ikatan hukum antara pria dan wanita untuk bersama-sama menjadikan kehidupan rumah tangga secara teratur.

Di dalam hukum Islam, suatu perkawinan sudah dianggap sah yaitu apabila perkawinan tersebut telah memenuhi rukun-rukun dan syarat-syarat nikah sebagaimana ditetapkan di dalam syariat Islam.

Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, bahwa perkawinan diisyaratkan supaya manusia mempunyai keturunan dan keluarga yang sah menuju kehidupan bahagia di dunia dan akhirat, di bawah naungan cinta kasih dan ridha Illahi. Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Perkawinan yang menyatakan “Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.3

Terlepas dari apa yang sudah dijelaskan diatas terkait tujuan dari menikah, maka perlu dalam menikah ada sebuah pengakuan untuk

2 Kompilasi Hukum Islam, Pasal 2, Bandung: Fokusmedia, tt., hal. 7

3 Beni Ahmad Saebani, Fiqh Munak ahat 1, Bandung: CV Pustaka Setia, 2009, hal. 15

(15)

melangsungkan kesejahteraan dalam keluarga, diantaranya adanya pernikahan yang sah, yang sudah diakui oleh pihak Kantor UIrusan Agama (KUA), akan tetapi dari tahun 2019, munculnya Pandemi Covid-19 memberi pengaruh terhadap masyarakat yang berdampak terjadinya nikah siri, lebih khusus masyarakat di Desa Golo Sepang dalam melangsungkan pernikahan.

Masyarakat Indonesia mengalami kesulitan di awal tahun 2020 dengan dikejutkannya kejadian yang belum pernah terjadi sebelumnya.Coronavirus merupakan suatu pandemi baru dengan penyebaran antar manusia yang sangat cepat.Penyebaran Coronavirus Disease-19 yang berawal dari China menyebar cepat hampir ke seluruh penjuru dunia dan menyebabkan angka kematian yang tinggi.Derajat penyakit dapat bervariasi dari infeksi saluran napas atas hingga ARDS.4Klasifikasi infeksi Covid-19 di Indonesia saat ini didasarkan pada buku panduan tata laksana pneumonia Covid-19.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI).Coronavirus merupakan wabah yang sangat mematikan.Penyebaran Covid-19 berdampak pada aspek kehidupan sosial khususnya pelaksanaan pernikahan pada masa pandemi Covid-19.

Sebulan setelah World Health Organization (WHO) menyatakan Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) sebagai pandemi, Presiden Joko Widodo menetapkan Covid-19 sebagai bencana nasional melalui keputusan

4 Diah Handayani, dkk, “Penyakit Virus Corona 2019”, Jurnal Respiriologi Indonesia 40, No. 2 (2020), hal. 120. http://www.jurnalrespirologi.ssorg (11 oktober 2021).

(16)

Presiden Nomor 13 Tahun 2020 Tentang Penetapan Bencana Nasional Nonalam Penyebaran Coronavirus Disease 2019 (Covid-19).5

Covid-19 merupakan fenomena wabah yang melanda seluruh dunia hingga membawa dampak yang luas terhadap berbagai segmen kehidupan terutama di bidang social dan ekonomi. Sebagai upaya pencegahan pandemi Covid-19, muncul konsep Social Distance, Work From Home, Dan Lockdown yang dalam penerapan di Indonesia dikenal dengan PSBB (pembatasan sosial berskala besar).

Setelah kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) diberlakukan dan masyarakat berdiam diri dirumah, tentu bagi beberapa orang dan keluarga hal tersebut merupakan kegiatan yang menyenangkan karena rumah merupakan tempat seseorang dapat merasa aman, namun beberapa orang seperti yang ingin melangsungkan pernikahan dengan secara sah yang diakui oleh Kantor Urusan Agama (KUA) juga dibatasi oleh adanya Pandemi Covid-19 dengan adanya kebijakan PSBB, PPKM, dan ditambah lagi aturan yang diberlakukan oleh Kantor Urusan Agama dalam memberikan pelayanan terhadap para calon pengantin.

Pelaksanaan pernikahan di tengah pandemi Covid-19 berlangsung di Bulan April tahun 2020 sampai saat ini, khususnya di Desa Golo Sepang.

Pelaksanaan akad nikah berlangsung di Kantor KUA yang diberi otoritas mengatur dan mengendalikan pelaksanaan akad nikah sesuai dengan

5 Sulis Winurini, Bencana Covid-19: Stressor bagi Pasangann Suami Istri di Indonesia, (Jurnal Masalah Sosial: 2020), hlm. 186

(17)

kebijakan pemerintah di masa darurat pandemi Covid-19, yakni pembatasan sosial, larangan menghadirkan hiburan atau pertunjukan yang menimbulkan perkumpulan massa, larangan bersalaman dan tetap mematuhi protokol kesehatan Covid-19.

Kementerian agama (Kemenag) melalui Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam mengeluarkan kebijakan terbaru terkait pelayanan nikah pada masa pandemi Covid-19 yaitu pelayanan nikah di Kantor Urusan Agama (KUA) dan diikuti sebanyak-banyaknya 10 (sepuluh) orang dengan catatan mematuhi protokol kesehatan Covid-19.6

Keberadaan KUA ini sebagai unit kerja terbawah dalam struktur kelembagaan Kementerian Agama mempunyai tugas dan peran yang penting.

Menurut Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 517 Tahun 2001, KUA mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota di bidang urusan agama Islam dalam wilayah kecamatan. Di antara peran KUA adalah melayani masyarakat yang terkait dengan antara lain:

1. Pelaksanakan Pencatatan Nikah 2. Mengurus Dan Membina Masjid 3. Mengurus Zakat

4. Mengurus Wakaf 5. Mengurus Baitul Mal 6. Pelaksanaan Ibadah Sosial

6 https://setkab.go.id/pelaksanaan-akad-nikah-saat-pandemi-bisa-di-luar-kua-inilah- syaratnya/

(18)

7. Kependudukan

8. Pengembangan Keluarga Sakinah. 7

Salah satu tugas KUA adalah melaksanakan pencatatan nikah, pencatatan nikah merupakan proses yang dilalui apabila ada pasangan yag ingin melaksanakan pernikahan dan ingin pernikahanya diakuioleh negara maka pasangan tersebut harus mengikuti dan melengkapi setiap persyaratan yang di butuhkan untuk proses pencatatan nikah. 8

Sesuai dengan UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan di dalam Pasal 2, disebutkan bahwa “Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku”. Bagi orang-orang Islam, perkawinan dicatat oleh KUA yang terletak di kecamatan pihak yang berkepentingan.Sedangkan untuk orang-orang non-islam pencatatan nikah dilakukan oleh Kantor Catatan Sipil.Pernikahan yang tidak dicatat atau disebut nikah siri tidak memiliki kekuatan hukum walaupun sah di dalam hukum Islam sehingga jika terjadi permasalahan setelah pernikahan, maka perkara tersebut tidak biasa diselesaikan di pengadilan agama.9

Nikah siri adalah bentuk pernikahan yang dilakukan hanya berdasarkan aturan (hukum) agama dan atau adat istiadat, tetapi tidak diumumkan kepada khalayak umum, dan juga tidak dicatatkan secara resmi pada Kantor pegawai

7 Sulaiman, “Problematika Pelayanan Kantor Urusan Agama Anamuban Timur Nusa Tenggara Timur”, Analisa, Vol. XVIII, No. 02, Juli - Desember 2011,

8Sugita Farida, Bunyamin, “Pengembangan Aplikasi Pencatatan Nikah Di Kantor Urusan Agama Kecamatan Cikajang Garut”, Algoritma, Vol. 12 No. 1 2015, hal. 1

9 KHI Pasal 6 ayat (2)

(19)

pencatat nikah, yaitu Kantor Urusan Agama (KUA) bagi yang beragama Islam dan Kantor Catatan Sipil (KCS) bagi yang beragama non Islam.10

Perkawinan siri atau nikah siri artinya adalah nikah rahasia.11Kata “siri”

berasal dari bahasa Arab yang berarti rahasia, sembunyi-sembunyi, diam- diam. Perkawinan nikah siri dapat dibedakan menjadi dua jenis.Pertama, akad nikah yang dilakukan oleh seorang laki-laki dan seorang perempuan tanpa hadirnya orang tua atau wali si perempuan.Kedua, akad nikah yang telah memenuhi syarat dan rukun suatu perkawinan yang legal sesuai dengan ketentuan hukum Islam, tetapi yang tidak dicatatkan sesuai dengan kehendak undang-undang perkawinan Indonesia.

Pada dasarnya istilah nikah siri tidak dikenal dengan hukum negara.Perkawinan Indonesia hanya mengenal istilah perkawinan yang dicatat dan perkawinan tidak dicatat12.Kebanyakan orang meyakini bahwa nikah siri dianggap sah menurut hukum Islam apabila telah memenuhi rukun dan syarat-syaratnya, sekalipun pernikahan tersebut tidak dicatatkan di Kantor Urusan Agama (KUA), atau perceraian itu dilakukan di luar sidang pengadilan agama yang telah menjadi haknya. Akibat dari pemahaman tersebut timbulah dualisme hukum yang ada di negara Indonesia ini, yaitu disatu sisi perkawinan itu harus dicatatkan di Kantor Urusan Agama (KUA) dan disisi lain perkawian tanpa di catat pun tetap berlaku dan diakui oleh masyarakat. Abdul Gani menjelaskan bahwa perkawinan sirri sebenarnya

10 Happy Susanto, Nikah Siri Apa Untungnya, Jakarta: Visimedia, 2007, h. 22

11 Anshary MK, 2010, Hukum di Indonesia. Masalah-masalah krusial.Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hal. 25.

12 Zainuddin, Afwan Zainuddin, Kepastian Hukum Perkawinan Siri &

Permasalahannya, Yogyakarta: Deepublish, 2017, hal. 48

(20)

tidak sesuai dengan "maqashid syari’ah”, karena ada beberapa tujuan syari'ah yang dihilangkan, diantaranya Perkawinan itu harus diumumkan (diketahui khalayak ramai), adanya perIindungan hak untuk wanita, untuk kemaslahatan manusia, Adanya persyaratan dalam pernikahan poligami harus mendapat izin dari isteri pertama.13

Jika dilihat dari kenyataan yang ada, nikah siri merupakan salah satu model perkawinan yang bermasalah dan cenderung mengutamakan kepentingan-kepentingan subjektif, model perkawinan ini juga menimbulkan sejumlah dampak negatif, seperti tidak jelasnya status perkawinan, status anak, atau adanya kemungkinan pengingkaran perkawinan. Hal ini disebabkan karena tidak adanya surat-surat resmi atau akta perkawinan yang otentik, yang tercatat di Kantor Urusan Agama (KUA) atau kantor Pencatatan Sipil. Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Boleng juga mempunyai peran untuk memberikan penguatan dan pelestarian nilai-nilai agama untuk masyarakat. Sebagaimana yang sudah dijelaskan diatas bahwa peran KUA adalah melayani masyarakat yang terkait dengan pelaksanakan pencatatan nikah; mengurus dan membina masjid, zakat, wakaf, baitul mal, ibadah sosial; kependudukan dan pengembangan keluarga sakinah. Atas dasar inilah perlu kiranya pihak Kantor Urusan Agama (KUA) mengarahkan persoalan nikah siri yang terjadi pada masa Pandemi ini, karena salah satu solusi teratasinya kejadian nikah siri, yaitu dijalakannya peran KUA.

13 Irfan Islami, “Perkawinan Di Bawah Tangan (Nikah Sirri) dan Akibat Hukumnya”.

Adil, Vol. 8 No. 1 2017, hal. 77-78

(21)

Berdasarkan apa yang diamati oleh peneliti, bahwa dari masa pandemi terdapat masing-masing 12 kasus untuk beberapa kampong dalam persoalan pernikahan siri di Kecamatan Boleng, yang sebelumnya adanya pandemi, kejadian nikah siri sangat minim bahkan jarang dilakukan oleh masyarakat setempat.

Praktek nikah siri yang dilakukan masyarakat Kecamatan Boleng sebenarnya bukan atas dasar adanya kemauan dari mereka sendiri untuk melakukan nikah siri, mereka juga paham terkait dampak ketika tidak menikah sah secara kenegaraan, akan tetapi yang menjadi hambatan mengapa maraknya kejadian nikah siri ini diakibatkan banyaknya batasan kegiatan masyarakat sehingga masyarakat cendrung tidak ingin urusan mereka berkepanjangan.

Pada masa pandemi berlangsung, kegiatan pelayanan dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil tidak seperti waktu normal sebelum berkembangnya pandemi Covid-19, biasanya setiap hari normal, kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil tetap dalam pelayanan seperti biasa, akan tetapi semenjak pandemi berkembang, maka setiap kecamatan dan desa sudah disediakan hari khusus untuk mengajukan keperluannya, sementara lokasi antara Desa Golo Sepang dengan Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil berjarak kurang lebih 25 kilo meter, dengan medan jalan yang cukup sulit, ditambah lagi dengan musim hujan yang melanda, maka akan sulit transportasi yang dikendarai sampai ke tujuan dengan sesuai harapan.

(22)

Jika dilihat dari keperluan untuk dicatatnya pernikahan secara sah dibutuhkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang sudah di data dan dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil setempat.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa pernikahan siri di masyarakat Desa Golo Sepang pada masa Pandemi Covid-19 banyak terjadi.

Faktor utama yang melatarbelakangi masyarakat menikah siri di masa pandemi Covid-19 dikarenakan ketidaktahuan tentang cara menyikapi banyaknya aturan yang diberlakukan pada masa pandemi dengan pemberlakukan berbagai macam persyaratan sebelum melangsungkan pernikahan, mulai dari pemenuhan syarat-syarat yang diminta oleh pihak KUA sampai ke jenjang pernikahan dilangsungkan. Oleh sebab itu ketidaktahuan yang dialami oleh masyarakat Kecamatan Boleng tentang cara menyikapi banyaknya aturan yang diberlakukan, maka memerlukan bantuan dari suatu lembaga, seperti Kantor Urusan Agama (KUA) sebagai respresentasi dari pemecahan masalah nikah siri yang banyak terjadi pada masa pandemi.

Melihat fenomena nikah siri di Kecamatan Boleng yang masih kontroversial dan banyak terjadi, maka peneliti tertarik untuk mengkaji permasalahan mengenai “Peran Kantor Urusan Agama (KUA) Di Masa Pandemi Covid-19 Dalam Mengatasi Nikah Siri Di Desa Golo Sepang Kecamatan Boleng Kabupaten Manggarai Barat”

(23)

B. Rumusan Masalah

1. Mengapa Banyak terjadi Nikah Siri pada Masa Pandemi Covid-19 di Desa Golo Sepang Kecamatan Boleng Kabupaten Manggarai Barat?

2. Bagaimana Peran KUA dalam Mengatasi Nikah Siri di Desa Golo Sepang Kecamatan Boleng Kabupaten Manggarai Barat?

C. Tujuan dan Manfaat penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:

a. Untuk Mengetahui Alasan yang diakibatkan banyaknya terjadi Nikah Siri pada Masa Pandemi Covid-19 di Desa Golo Sepang Kecamatan Boleng Kabupaten Manggarai Barat.

b. Untuk Mengetahui Peran KUA dalam Mengatasi Nikah Siri di Desa Golo Sepang Kecamatan Boleng Kabupaten Manggarai Barat.

2. Manfaat Penelitian

Dalam setiap penelitian, selain memiliki tujuan, juga memiliki manfaat baik secara teoritis maupun praktis.

a. Manfaat Teoritis

Hasil peroleh dari penelitian ini diharapkan menambah ilmu pengetahuan dengan memperkaya khazanah kajian keilmuan khususnya bagi mahasiswa Jurusan Hukum Keluarga Islam dalam menyikapi persoalan nikah siri pada masa Pandemi Covid-19 melalui Peran Kantor Urusan Agama.

(24)

b. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis dari penelitian ini, yaitu dapat dijadikan sebagi bahan kajian dalam tahap awal untuk mulai membentuk keluarga yang di akui secara resmi oleh Kantor Urusan Agama (KUA) bagi mahasiswa Jurusan Hukum Keluarga Islam pada Masa Pandemi Coviud-19.

Hasil penelitian ini juga dapat memberikan pemahaman bagaimana pengaruh pandemi Covid-19 dalam berbagai lini kehidupan, dalam hal ini nikah siri dan peran Kantor Urusan Agama (KUA) pada pernikahan siri.

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian

Ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini hanya berkisar pada pelaku yang melakukan nikah siri di masa Pandemi Covid-19 dan pihak yang berjabat di Kantor Urusan Agama. Hal ini dimaksudkan agar pembahasan dalam laporan penelitian ini tidak menyimpang dari apa yang menjadi fokus kajian yang ditetapkan peneliti.

Adapun sasaran atau ranah penelitian ini ditetapkan pada Masyarakat yang melakukan nikah siri dan pihak yang berjabat di Kantor Urusan Agama Kec.

Boleng, Karena pada dasarnya yang akan memberikan keterangan yang kongkrit yaitu Masyarakat setempat dan pihak yang berjabat di KUA.

E. Telaah Pustaka

Telaah pustaka adalah penelusuran terhadap studi atau karya-karya terdahulu yang terkait, dengan tujuan menghindari duplikasi, plagiasi, serta

(25)

menjamin keabsahan dan keahlian serta keaslian hasil peneliti yang telah dilakukan. Diantara penelitian yang terkait adalah:

1. Penelitian Dade Ahmad Nasrullah “Peranan KUA Dalam Menanggulangi Pernikahan Dini Di Desa Pasarean Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor” mahasiswa Fakultas syari’ah dan hukum program studi Ahwalus Syakhsiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014, fokus penelian dalam skripsi yaitu efektivitas peraan KUA terkait dengan usahanya menanggulangi pernikahan dini di Desa Pasarean kecamatan Pamijahan kabupaten Bogor. Hasilnya KUA kecamatan Pamijahan dalam hal ini penghulu telah mengadakan sosialisasi mengenai pentingnya menikah sesuai umur yang telah ditentukan Undang-Undang saat sebelum akad nikah (khutbah nikah) atau oleh amil Desa melalui pengajian-pengajian dan peringatan hari-hari besar keagamaan (bila diundang) dalam rangka menanggulangi pernikahan dini di Pasarean, meskipun tidak efektif oleh karena hal tersebut dilakukan tidak secara terprogram (secara berkala).

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka penelitian yang akan penulis lakukan, yaitu melakukan penelitian yang belum pernah diteliti sebelumnya oleh para peneliti, karena dalam penelitian di atas, walaupun sama-sama membahas tentang Peran Kantor Urusan Agama dalam mengatasi Nikah Siri, akan tetapi penulis melakukan penelitian yang berbeda dan belum pernah ada yang membahas tentang Peran KUA pada masa Pandemi Covid-19 Dalam Mengatasi terjadinya nikah siri. Sehingga penulis ingin mengatahui bagaimana

(26)

dampak Pandemi Covid-19 dalam mengatasi nikah siri di Kecamatan Boleng.14

2. Muhammad Badrudin, “Perkawinan Di Bawah Tangan Akibat Perilaku Seks Pranikah Menurut Hukum Islam Dan Hukum Positif (Studi Kasus Di Desa Laksana Kecamatan Pakuhaji Kab.Tangerang)” IAIN Sultan Maulana Hasanuddin-Banten, Tahun 2012, Skripsi ini membahas tentang alasan melakukan di bawah tangan akibat perilaku seks pranikah, dan tinjauan hukum Islam dan Positif terhadap perkawinan di bawah tangan akibat perilaku seks pranikah. Sementara penelitian Penulis, membahas tentang Peran KUA pada masa Pandemi Covid-19 Dalam Mengatasi terjadinya nikah siri di Kecamatan Boleng. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka penelitian yang akan penulis lakukan, yaitu melakukan penelitian yang belum pernah diteliti sebelumnya oleh para peneliti, karena dalam penelitian di atas, walaupun sama-sama membahas tentang nikah siri, akan tetapi penulis melakukan penelitian yang berbeda dan belum pernah ada yang membahasnya yaitu Peran KUA pada masa Pandemi Covid-19 Dalam Mengatasi terjadinya nikah siri.

3. Ramadhan Saha, Peran Kantor Urusan Agama Dalam Mencegah Nikah Siri Di Kecamatan Samba Rampas Kabupaten Manggarai Timur (NTT).

Skripsi ini menjelaskan tentang :

14 Dade Ahmad Nasrullah, “Peranan KUA Dalam Menanggulangi Pernikahan Dini Di Desa Pasarean KEC Pamijahan Kabupaten Bogor”, Skripsi, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2014

(27)

a. Bagaimana Pelaksanaaan Nikah Siri Di Kecamatan Sambi Rampas Kabupaten Manggarai Timur.

b. Bagaimana Peran KUA Dalam Mengatasi Nikah Siri Kecamatan Sambi Rampas Kabupaten Manggarai Timur.15

Skripsi di atas menjelaskan tentang bagaimana Peran Kantor Urusan Agama Dalam Mencegah Nikah Siri, serta manfaat dari peran KUAbagi calonpengantin, yakni untuk mencegah timbulnya nikah siri.

Sedangkan penelitian yang peneliti akan telaah dan kaji disini terkait tentang bagaimana Peran KUA di Masa Pandemi Covid-19 dalam mengatasi nikah siri di Kec. Boleng.Namun dalam penelitian ini ada persamaan dari yang diteliti oleh peneliti terdahulu yakni sama-sama ingin menganalisa bagaimana nikah siri.

4. Jamaludi, Peran KUA Dalam Mengatasi Nikah Siri Di Kecamatan Metro Kibang Kabupaten Lampung Timur. Skripsi ini menjelaskan tentang : a. Bagaimana Peran KUA dalam mengatasi nikah siri di Kecamatan

Metro Kibang kabupaten Lampung Timur.

Skripsi di atas menjelaskan tentang bagaimana Peran Kantor Urusan Agama Dalam Mencegah Nikah Siri dan mengetahui penguatan kelembagaan KUA dalam mengatasi pelanggaran dalam perkawinan di KUA Metro Kibang.16

15 Ramadhan Saha, Peran Kantor Urusan Agama Dalam Mencegah Nikah Siri Di Kecamatan Samba Rampas Kabupaten Manggarai Timur (NTT).(Skripsi Hukum Keluarga (Ahwal Syaksiyah) Universitas Muhammadiya Makassar, 2021), hal. 7

16 Jamaludi, Peran KUA Dalam Mengatasi Nikah Siri Di Kecamatan Metro Kibang Kabupaten Lampung Timur.

(28)

Sedangkan penelitian yang peneliti akan telaah dan kaji disini terkait tentang bagaimana peran Kantor Urusan Agama (KUA) pada masa pandemi covid-19 dalam mengatasi nikah siri di Kec.

Boleng.Namun dalam penelitian ini ada persamaan dari yang dikaji oleh peneliti terdahulu yakni sama-sama ingin menganalisa bagaimana Peran Kantor Urusan Agama (KUA) dalam mengatasi nikah siri.

F. Kerangka Teoritik

1. Kantor Urusan Agama (KUA)

Kantor Urusan Agama adalah instansi terkecil Kementrian Agama yang ada di tingkat Kecamatan. KUA bertugas membantu melaksanakan sebagian tugas Kantor Kementrian Agama Kabupaten di bidang urusan agama Islam di wilayah kecamatan.

Kantor Urusan Agama merupakan lembaga pemerintah yang berada di bawah naungan Departemen Agama. Tugas dan wewenang Kantor Urusan Agama adalah melaksanakan tugas kantor Departemen Agama kota dan kabupaten yang di bidang urusan Agama Islam di wilayah Kecamatan. 17

Sedangkan menurut Sulaiman, Kantor Urusan Agama (KUA) merupakan “ujung tombak pelayanan Kementerian Agama yang bersentuhan langsung dengan kehidupan Masyarakat. Dengan keterbatasan

17 Nurfadilah Fajri Hurriyah, “Kualitas Pelayanan Pencatatan Nikah Di Kantor Urusan Agama Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar”, Jurnal Algoritma, Makassar:

UniversitasNegeri Makassar, Vol. 1 No. 1 April 2018, hal. 3

(29)

yang dimiliki, KUA harus melayani berbagai persoalan terkait dengan perkawinan, wakaf, kesejahteraan masjid, kerukunan umat beragama”.18

Kantor Urusan Agama adalah kantor yang melaksanakan sebagian tugas kantor Kementerian Agama Indonesia di kabupaten dan kotamadya di bidang urusan agama Islam dalam wilayah kecamatan.

2. Perkawinan

Perkawinan disebut juga pernikahan, yang berasal dari kata “Nikahu”

yang menurut bahasa artinya mengumpulkan, saling memasukkan dan dipergunakan untuk arti bersetubuh (wathi).19 Perkawinan atau nikah, menurut bahasa nikah berarti penyatuan, atau menggabungkan, atau perjanjian.20

Sayyid Sabik memaknai pernikahan sebagai sebuah cara Allah yang dipilih sebagai yang dpilih sebagai jalan bagi manusia untuk beranak, berkembang biak dan melestarikan kehidupannya setelah masing-masing pasangan siap melakukan peranannya yang positif dalam mewujudkan tujuan pernikahan.21

Menurut Zahry Hamid, yang dinamakan nikah menurut Syara' ialah:

"Akad (ijab qabul) antara wali calon istri dan mempelai laki-laki dengan ucapan-ucapan tertentu dan memenuhi rukun dan syaratnya.22

18 Sulaiman, “Problematika Pelayanankantor Urusan Agama Anamuban Timur Nusa Tenggara Timur”, dalam Jurnal Analisa, Volume XVIII, No. 02, Juli - Desember 2011, hal.

247

19 Abd.Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Prenada Media, 2008), hal. 7

20Ust. Labib Mz & Muflihah, Fiqih Wanita Muslimah, (Surabaya: CV Cahaya Agency, t.t.), hal. 206

21M. Dahlan R., Fikih Munakahat, (Yogyakarta: Deepublish, 2015), hal. 4.

22 Zahry Hamid, Pokok-Pokok Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan di Indonesia, (Yogyakarta: Bina Cipta, 2008), hal. 48

(30)

Dalam pasal 1 Bab I Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 yang disahkan tanggal 2 Januari 1974 dinyatakan; Pernikahan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Para pakar hukum perkawinan Indonesia juga memberikan definisi tentang perkawinan antara lain: Menurut Sajuti Thalib, pernikahan adalah suatu perjanjian suci kuat dan kokoh untuk hidup bersama secara sah antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan membentuk keluarga yang kekal, santun, menyantuni, kasih mengasihi, tenteram, dan bahagia.

Perkawinan itu ialah perjanjian suci membentuk keluarga antara seorang laki- laki dengan seorang perempuan. Unsur perjanjian di sini untuk memperlihatkan segi kesengajaan dari suatu perkawinan serta penampakannya kepada masyarakat ramai23

Di antara pengertian-pengertian di atas tidak terdapat pertentangan satu sama lain, bahkan jiwanya adalah sama dan seirama, karena pada hakikatnya syari'at Islam itu bersumber kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa. Dengan demikian, nikah adalah akad yang menjadikan halalnya hubungan suami isteri, saling tolong menolong di antara keduanya serta menimbulkan hak dan kewajiban antara keduanya.

23 Sajuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia, Cetakan Pertama, (Jakarta:

Universitas Indonesia, 1974), hal. 47

(31)

3. Nikah Siri

Nikah Siri atau sering disebut perkawinan bawah tangan adalah perkawinan dimana pihak suami itu meminta kepada dua orang saksi yang menyaksikan pernikahan, untuk tidak mengumumkannya atau menyembunyikan pernikahan dari orang lain.24

Dalam bahasa Indonesia istilah pernikahan sering disebut juga perkawinan.Perkawinan berasal dari kata kawin yang menurut bahasa artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis; bersuami atau beristeri; melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh.Secara literal Nikah Sirri berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari dua kosa kata yaitu nikah dan sirri.Nikah yang menurut bahasa artinya mengumpulkan, saling memasukkan, dan digunakan untuk arti bersetubuh (wathi).Kata “nikah” sering dipergunakan untuk arti persetubuhan (coitus), juga untuk arti akad nikah.Sedangkan kata Sirri berasal dari bahasa Arab “Sirr” yang berarti rahasia.

Makna nikah (zawaj) bisa diartikan dengan aqdu al-tazwij yang artinya akad nikah. Juga bisa diartikan (wath‟u al-zaujah) bermakna menyetubuhi istri, definisi yang hampir sama dikemukakan oleh Rahmat Hakim bahwa kata nikah berasal dari bahasa Arab “nikahun” yang merupakan masdar atau asal kata dari kata kerja (fi‟il madhi) “nakaha‟, sinonimnya “tazawwaja”

kemudian diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai perkawinan.25 Dengan demikian beranjak dari arti etimologis, nikah sirri dapat diartikan sebagai pernikahan yang rahasia atau dirahasiakan.Dikatakan sebagai

24 Dewi Rieka K., Kenapa Harus Melajang, (Bandung: PT Mizan Bunaya Kreativa, t.t.),

25Tihami, Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta:

Rajawali Pers, 2010), hal.7.

(32)

pernikahan yang dirahasiakan karena prosesi pernikahan semacam ini sengaja disembunyikan dari public dengan berbagai alasan, dan biasanya hanya dihadiri oleh kalangan terbatas keluarga dekat, tidak dimeriahkan dalam bentuk resepsi walimatul ursy secara terbuka untuk umum.

Pernikahan di bawah tangan biasa disebut dengan Nikah Siri (Rahasia) atau nikah urfi berdasarkan adat.26

Nikah Sirri menurut arti katanya, yakni nikah yang dilakukan dengan sembunyi-sembunyi atau rahasia, yaitu pernikahan yang dihadiri oleh saksisaksi akan tetapi saksi-saksi tersebut diminta untuk merahasiakan pernikahan tersebut.27Sedangkan secara istilah nikah sirri adalah pernikahan yang dirahasiakan karena prosesi pernikahan semacam ini sengaja disembunyikan dari publik dengan berbagai alasan, dan biasanya hanya dihadiri oleh kalangan terbatas keluarga dekat.5

Nikah siri atau nikah di bawah tangan pada sebagian masyarakat, terutama sebagian umat Islam Indonesia Nikah siri atau nikah di bawah tangan pada sebagian masyarakat, terutama sebagian umat Islam Indonesia sudah cukup banyak dikenal. Nikah sirri merupakan jenis pernikahan dimana akad atau transaksinya (antara laki-laki dan perempuan) tidak dihadiri oleh para saksi, tidak dipublikasikan (i’lan), tidak tercatat secara resmi, oleh petugas pemerintah, baik oleh Petugas Pencacat Nikah (PPN), atau di Kantor Urusan Agama (KUA).

26 Muhammad Mutawwali Sya’rawi, Fikih Wanita, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006), hal. 54

27Mahmud Yunus, Perkawinan dalam Islam (Jakarta: Hindakarya Agung, 1979), hal. 176

(33)

Masyarakat Indonesia umumnya masih mengikuti adat kebiasaan yang berlaku dahulu, yaitu dengan menganggap bahwa pernikahan itu sudah cukup dilakukan hanya melalui para pemuka agama.Dari sudut pandang fiqih, pernikahan tersebut dipandang sah, tetapi apabila terjadi perselisihan maka tidak dapat diselesaikan melalui Pengadilan Agama.Dengan demikian, madharatnya lebih banyak dari pada manfaatnya.28

Pernikahan yang tidak tercacat, akan menimbulkan dampak bagi istri dan anaknya. Posisi mereka sangat lemah didepan hukum. Bagi istri, tidak dianggap sebagai istri, karena tidak memiliki akta nikah, ia juga tidak berhak atas nafkah dan waris jika terjadi perceraian atau suaminya meninggal.

Tragisnya anak yang dilahirkan juga tidak dianggap sah.

Jadi yang dimaksud dengan perkawinan siri di sini adalah pernikahan yang sah secara agama namun tidak dicatatkan dalam lembaga pencatatan negara.

4. Pandemi Covid-19

Pandemi adalah wabah atau penyakit yang berjangkit secara bersamaan dengan penyebaran secara global di seluruh dunia.29

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pandemi ini tidak ada hubungannya dengan tingkat keparahan penyakit, jumlah korban atau infeksi.

Akan tetapi, pandemi berhubungan dengan penyebaran secara geografis.

Sedangkan Nama coronavirus berasal dari bahasa Latin corona yang berarti mahkota.Nama tersebut menunjukkan bentuk (morfologi) karakteristik

28 Ali Hasan, Pedoman Hidup Berumah Tangga Dalam Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2003), hal. 39

29Jaka Pradipta, Ahmad Muslim Nazaruddin, Op.cit, hlm. 4

(34)

(menciri) virion (coronavirus infektif).Morfologi virion tersebut mempunyai tepi permukaan yang berjonjot-jonjot besar yang memberi kesan seolah-olah sebagai bentuk mahkota. Morfologi coronavirus dibentuk oleh peplomer virus yang berjonjot-jonjot (spike protein atau S) yang merupakan protein pada permukaan coronavirus yang akan menentukan sasaran spesifik jenis hospes (hewan maupun manusia) yang disukai oleh coronavirus (host tropism) sehingga infeksi dapat terjadi.30

G. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Pendekatan Penelitian

Peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, karena pada dasarnya penelitian kualitatif menggunkan paradigma alamiah.Dalam pendekatan ini juga peneliti berusaha menggambarkan fenomena secara holistik tanpa perlakuan manipulatif, keaslian dan kepastian merupakan faktor yang sangat ditekankan dalam penelitian ini.Bogdan dan Taylor dalam Moleong menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.31Di dalam pendekatan penelitian ini, kehadiran peneliti sangat dibutuhkan untuk mendapatkan informasi dari pihak Kantor Urusan Agama setempat, yang

30H.R. Wasito, Hastari Wuryastuti, 2020 “CORONA VIRUS” (Lily Publisher, Yogyakarta), hlm. 11

31 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 4.

(35)

juga sebagai penyelenggara tercacatnya perkawinan bagi calon pasangan yang ingin menikah.

2. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti dalam penelitian kualitatif mutlak dibutuhkan.Oleh karena peneliti berperan sebagai instrumen kunci dalam keseluruhan penelitan di lapangan. Kehadiran peneliti bukan ditujukan untuk mempengaruhi subjek penelitian, akan tetapi ditujukan untuk melakukan upaya pencarian dan pengkajian data yang berhubungan dengan peran KUA dalam mengatasi nikah siri pada masa pandemi covid-19 sebagai upaya pencegahan terjadinya nikah siri.

(36)

3. Sumber Data

Menurut Suharsimi, yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah “subjek dari mana data dapat diperoleh”.32Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini data manusia atau yang disebut informan, dokumen resmi baik itu yang internal maupun eksternal.Artinya dalam hal ini peneliti menguraikan siapa-siapa yang menjadi sumber data untuk memperoleh data yang valid, diantaranya informan yang menjadi objek untuk diwawancarai adalah Kepala Kantor Urusan Agama dan pelaku yang sudah melakukan nikah siri.

Adapun jenis data dalam penelitian ini dibagai menjadi dua macam yaitu: data primer dan sekunder.

a. Data primer, merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan seperti hasil wawancara yang biasa dilakukan oleh peneliti.33 Dalam hal ini adalah manusia atau yang disebut informan yang diwawancarai peneliti menggunakan sistem sampling, yaitu menentukan beberapa elemen yang terkait upaya pencapaian data melalui tanya jawab antara pejabat di Kantor Urusan Agama Kec. Boleng dan pelaku yang melakukan nikah siri di masa pandemi Covid-19.

b. Data sekunder, yaitu data tidak langsung yang diperoleh dengan mengutip dari data-data yang lain, seperti sumber dokumenter, artikel

32 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:

Rineka Cipta, 2006), hal. 129.

33Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007) hal. 42.

(37)

dan buku-buku yang dikarang oleh para ahli.34 Terkait dengan masalah yang akan diteliti yakni peran KUA pada masa pandemi.

4. Prosedur Pengumpulan Data a. Observasi

Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan.35Berdasarkan keterlibatan pengamat dalam kegiatan penelitian, observasi dibedakan menjadi dua, yaitu:

1) Obsevasi partisipan, yaitu observasi dimana peneliti ikut terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh subjek yang diteliti atau diamati seolah-olah bagian dari mereka.

2) Observasi nonpartisipan, yaitu observasi dimana pengamat berada di luar subyek yang diteliti dan tidak ikut dalam kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan untuk menggali data.36

Pada penelitian yang akan diteliti, peneliti menggunakan observasi nonpartisipan yang di mana peneliti merupakan bukan bagian dari keadaan alamiah, tempat dilakukannya observasi yakni Kantor Urusan Agama Kec. Boleng37

Alasan peneliti memilih observasi nonpartisipan adalah karena peneliti bukan sebagai salah satu yang melaksanakan nikah siri, maka

34 Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, hal. 9.

35 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana. 2007), hal. 115.

36 Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metodelogi Penelitian, (Jakarta: Galia Indonesia, 2002),hal. 87.

37James A. Black dan Dean J. Champion, Metode dan Masalah Penelitian Sosial, (Bandung: PT Refika Aditama,1999), hal. 289.

(38)

dari itu peneliti akan meneliti sesuai prosedur yang di berlakukan oleh Kantor Urusan Agama Kec. Boleng.

b. Metode Wawancara (interview)

Wawancara (interview) adalah sesuatu bentuk komunikasi verbal, atau percakapan yang bertujuan memperoleh informasi.

Metode wawancara adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan kepada informan.Dalam kegiatan wawancara, peneliti telah dapat menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi lokasi wawancara.38

Ada dua cara membedakan tipe wawancara dalam tataran yang luas: terstruktur dan tidak terstruktur.39Dalam hal ini penulis menggunakan wawancara tidak terstruktur karena wawancara tidak terstruktur bersifat lebih luwes dan terbuka.Wawancara tidak terstruktur dalam pelaksanaannya lebih bebas dibandingkan dengan wawancara terstruktur karena dalam melakukan wawancara dilakukan secara alamiah untuk menggali ide dan gagasan imforman secara terbuka dan tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan data. Penulis hanya membuat garis-garis besar pokok permasalahan sehingga dalam proses wawancara peneliti mengajukan pertanyaan yang bersifat fleksibel atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara bebas, tetapi tidak

38Ibid.,hal. 92.

39 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), hal. 162.

(39)

menyimpang dari tujuan wawancara yang telah ditetapkan. Dengan demikian peneliti lebih leluasa untuk bertanya dan mendalami permasalahan yang peneliti teliti, tidak terkait dengan pertanyaan tertentu.

Dalam penelitian ini informan yang diwawancarai adalah pihak yang menyelenggarakan peran dalam mengatasi nikah siri, maupun yang melakukan nikah siri. Adapun hal yang diwawancarai adalah seputar peran KUA, cara menyikapi nikah siri pada masa pandemi covid-19, serta alasan dilakukannya nikah siri ini.

Adapun pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan ke pihak Kantor Urusan Agama dan pelaku yang melakukan nikah siri, yaitu:

a. Pihak Kantor Urusan Agama

1. Bagaimana peran Kantor Urusan Agama di Masa Pandemi dalam Mengatasi Nikah Siri, apakah ada Peran yang dilakukan?

2. Peran Apa saja yang sudah dilakukan oleh pihak KUA?

3. Mengapa memilih peran tersebut?

4. Apakah sudah direalisasikan oleh masyarakat terkait peran yang sudah dijalankan?

5. Apakah menjamin berkurangnya angka nikah ketika peran tersebut direalisasikan ke masyarakat?

6. Bagaimana pengaruh dari peran yang sudah dijalankan?

(40)

b. Pelaku yang Melakukan Nikah Siri

1. Apa yang anda ketahui terkait nikah siri di Pandemi Covid-19?

2. Apa alasan melakukan nikah siri di masa Pandemi Covid-19, apakah ada pengaruh dari Pandemi Covid-19?

3. Pengaruh apa saja yang diakibatkan oleh Pandemi Covid-19 dalam melangsungkan pernikahan?

4. Adakah upaya untuk melakukan pernikahan sah yang sudah tercatat di kantor urusan agama sebelum melakukan nikah siri?

5. Apakah anda mengetahui peran apa saja yang dilakukan oleh pihak kantor urusan agama dalam mengatasi nikah siri di masa Pandemi Covid-19?

6. Dari mana anda mengetahuinya?

Apakah diketahui dampak dari nikah siri?

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan-catatan peristiwa yang sudah berlalu.Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, peraturan, kebijakan dan lain- lain.Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar, seketsa dan lain-lain.Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.40Dalam

40 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013), hal. 240.

(41)

teknik ini peneliti mengumpulkan dokumen berupa foto, gambar, sketsa, dari redaksi yang di sampaikan oleh narasumber.

d. Analisis Data

Setelah data terkumpul, maka peneliti melakukan analisis dan diinterpretasikan dengan teliti, ulet dan kecakapan sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang objektif dari suatu penelitian. Bila data dan informasi yang diperoleh itu sudah dianalisis dan di interpretasikan, maka akan diketahui pola pandangan yang membuat terjadinya nikah siri ini.

Berhubung penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, maka peneliti menggunakan analisis data filosofis atau logika dengan metode induktif yaitu berangkat dari fakta-fakta khusus, peristiwa- peristiwa yang konkrit dari alasan yang dijalankan peran oleh KUA setempat, kemudian dari fakta-fakta khusus atau peristiwa-peristiwa yang konkrit tersebut ditarik kesimpulan yang bersifat umum.

Pada prinsipnya analisis data kualitatif dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Peneliti ini menggunakan analisis data yang dirumuskan oleh Miles dan Huberman. Analisis data dilakukan mencakup tiga kegiatan yang bersamaan: Reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan (verifikasi).41

Reduksi data diartikan secara sempit sebagai proses pengurangan data, namun dalam arti yang lebih luas adalah proses

41Basrowi & Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 209-210.

(42)

penyempurnaan data, baik pengurangan terhadap data yang kurang perlu atau tidak relevan, maupun penambahan terhadap data yang dirasa masih kurang.

Penyajian data merupakan proses pengumpulan informasi yang disusun berdasarkan kategori atau pengelompokan-pengelompokan yang diperlukan. Interpretasi data merupakan proses pemahaman makna dari serangkaian data yang telah tersaji dalam wujud yang tidak sekedar melihat apa yang tersurat, namun lebih pada memahami mengenai apa yang tersirat di dalam data yang telah tersaji.

Penarikan kesimpulan/verifikasi merupakan proses perumusan makna dari hasil penelitian yang diungkapkan dengan kalimat yang singkat padat dan mudah dipahami, serta dilakukan dengan cara berulangkali melakukan peninjauan mengenai kebenaran dari penyimpulan, khususnya berkaitan dengan relevansi dan konsistensinya terhadap judul, rumusan masalah dan tujuan.

Dari penjelasan di atas, dalam menganalisis data yang telah dikumpulkan, peneliti melengkapi dan mengklasifikasikan data-data diperoleh serta menyederhanakan data-data yang diperoleh dilapangan, baik data yang diperoleh melalui observasi, wawancara, maupun, melalui dokumentasi.Kemudian peneliti memberikan kesimpulan sesuai dengan data yang telah dianalisis.

(43)

e. Validitas Data

Teknik validitas data yang digunakan peneliti adalah triangulasi, dan pemerikasaan teman sejawat. Untuk lebih jelasnya dibawah ini diuraikan secara rinci sebagai berikut:

1. Triangulasi

Triangulasi dalam penelitian ini adalah untuk mengecek data tertentu dengan membandingkan data yang diperoleh dengan sumber lain.

Triangualasi yang dipergunakan adalah triangulasi sumber dan triangulasi metode. Triangulasi sumber dilakukan untuk mendapatkan informasi dari informan atau sumber lain yang berbeda. Hal tersebut dilakukan dengan cara:42

a) Membandingkan data hasil wawancara yang satu dengan hasil wawancara yang lain, membandingkan hasil observasi yang satu dengan observasi yang lain, dan membandingkan hasil dokumentasi yang satu dengan dokumentasi yang lain.

b) Membandingkan hasil wawancara dengan hasil dokumentasi, membandingkan data hasil wawancara dengan data observasi, dan membandingkan data hasil dokumentasi dengan observasi.

2. Membicarakan dengan teman sejawat bertujuan untuk memperoleh kritik-kritik, pertanyaan-pertanyaan yang menentang kepercayaan atau kebenaran penelitan. Dengan cara ini peneliti dapat mencari kelemahan

42Ibid. hal.179.

(44)

penafsiran yang kurang jelas serta mendiskusikan data yang telah terkumpul. Dengan demikian, maka data yang ditampilkan dalam laporan penelitan benar-benar valid, karena sudah didiskusikan secara saksama dengan orang-orang yang sudah dan sedang melakukan penelitian yang secara rasional paham dalam masalah penelitian.

H. Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan langkah-langkah dalam menulis skripsi peneliti menggunakan sistematika penulisan antara lain:

BAB I : Berupa pendahuluan yang berisi konteks penelitian, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, telaah pustaka, metode penelitian dan sistematika penelitian.

BAB II : Bagian ini akan menjelaskan tentang paparan data dan temuan tentang peran KUA pada masa pandemi covid-19 dalam mengatasi nikah siri.

BAB III : Pada bab ini peneliti mencoba menganalisa peran KUA pada masa pandemi dalam mengatasi nikah siri yang terjadi di masyarakat Terang, Desa Golo Sepang, Kec. Boleng.

BAB IV : Untuk bab ini merupakan akhir dari penulisan yang berisikan kesimpulan, saran, daftar pustaka, dan lampiran yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan peneliti tentang Peran KUA Pada Masa Pandemi Covid-19 Dalam Mengatasi Nikah Siri.

(45)
(46)

BAB II

DESA GOLO SEPANG DAN KUA

A. Mengenal Desa Golo Sepang 1. Sejarah Desa43

Desa Golo Sepang brdiri pada Tahun 1970, selama tahun itu telah terjadi 6 kali pergantian Kepala Desa. Adapun Nama dan Jabatan Kepala Desa Golo Sepang sebagai berikut:

a. Kepala Desa yang pertama bernama Zakaria menjabat selama 1 periode yaitu dari tahun 1970 sampai dengan tahun 1975

b. Kepala Desa kedua yaitu Theodorus Temang menjabat selama 2 periode dari tahun 1975 sampai dengan 1986

c. Kepala Desa ketiga yaitu Petrus Hami menjabat selama 1 periode dari tahun 1987 sampai dengan 1998

d. Kepala Desa keempat yaitu Nurdin Latif menjabat selama 1 periode dari tahun 1999 sampai dengan 2007

e. Kepala Desa kelima yaitu Darius Daud, BA menjabat dari tahun 2008 sampai dengan 2013

f. Kepala Desa keenam yaitu Jumarudin, S.Pdi yang menjabat dari tahun 2014 sampai dengan sekarang.

2. Letak Geografis Desa Golo Sepang44

43 Arsip Profil Desa Golo Sepang, Dikutip 8 November 2021

44Arsip Profil Desa Golo Sepang, Dikutip 8 November 2021

(47)

Desa Golo Sepang merupakan salah satu dari 20 desa yang terdapat di Kecamatan Boleng Kabupaten Manggarai Barat dengan luas wilayah 1.950/KM. Desa Golo Sepang terdiri dari 4 dusun 8 Rt yaitu:

1. Dusun Terang 1 2. Dusun Terang 2 3. Dusun Nggolo 4. Dusun Hento 3. Lokasi Desa45

Desa Golo Sepang merupakan desa yang terletak di Kecamatan Kecamatan Boleng dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

c. Utara : Laut berbatasan dengan desa batu tiga d. Timur : Desa Nanga Kantor

e. Selatan : Desa Sepang

f. Barat : Desa Tanjung Boleng 4. Agama dan Kepercayaan46

Berdasarkan data yang diperoleh, mayoritas masyarakat Desa Golo Sepang beragama islam dengan jumlah 1.202 orang dan beberapa masyarakat lainnya beragama kristen.

5. Pendidikan47

Adapun tingkat pendidikan masyarakat Desa Golo Sepang berdasarkan data yang diperoleh sebagai berikut:

Tabel 1.1. Pendidikan Masyarakat Desa Golo Sepang

45Ibid

46Ibid

47Ibid

(48)

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1 Tidak/Belum Sekolah 420

2 Belum Tamat SD 325

3 Tamat SD/Sederajat 420

4 Tamat SMP/Sederajat 443

5 Tam at SMA/Sederajat 409

6 Tamat D-2/Sederajat 0

7 Tamat D-3/Sederajat 48

8 Tamat S-1/Sederajat 70

9 Tamat S-2/Sederajat 2

10 Tamat S-3/Sederajat 0

Jumlah Total 2.135

6. Pekerjaan48

Pekerjaan masyarakat Desa Golo Sepang berdasarkan data yang diperoleh sebagai berikut:

Tabel 1.2.Pekerjaan Masyarakat Desa Golo Sepang

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1 Guru 83

2 Pengrajin Industri Rumah Tangga

3

3 Peternak 302

48Ibid

(49)

4 PNS 45

5 TNI/POLRI 3

6 Pedagang 307

7 Petani/Pekebun 351

8 Buruh Tani 375

9 Karyawan Swasta 120

10 Buruh HarianLepas 329

Jumlah Total 2.135

7. Kependudukan49

Berdasarkan data yang peneliti peroleh, total penduduk Desa Golo Sepang yaitu sebanyak 3.202 dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 1.3. Kependudukan Masyarakat Desa Golo Sepang

No Jenis Kelamin Jumlah

1 Laki-Laki 998

2 Perempuan 1.003

3 Jumlah KK 1.201

Total Penduduk 3202

8. Struktur Organisasi Desa Golo Sepang50

49Ibid

50Ibid

(50)

Berdasarkan data yang diperoleh, struktur desa Bagik Polak yaitu dengan rincian sebagai berikut:

a. Kepala Desa : Jumarudin, S.Pd

b. Sekretaris Desa : Abdul Hamid

c. Kepala Urusan Tata Usaha dan Umum

: Ryan Emas Syuhada

d. Ketua Badan Penyelenggara Desa : Yusuf Ali

B. Profil KUA Kecamatan Boleng51

1. Sejarah KUA Kecamatan Boleng

Kantor Urusan Agama Kecamatan Boleng yang dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2015 tanggal 22 Januari 2015 yang kantor aslinya sekarang beralamat di Jalan Sultan Hasanuddin No. 22 Terang Desa Golo Sepang Kecamatan Boleng Kabupaten Manggarai Barat Provinsi Nusa Tenggara Timur yang merupakan salah satu dari 06 (Enam) Kantor Urusan Agama Kecamatan di lingkungan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Manggarai Barat.

Pada tahun 2015 Kantor Urusan Agama Kecamatan Boleng berkontrak di rumah saudara Amir, S. Ag dengan nilai kontrak sebesar Rp. 4.000.000,- (Empat Juta Rupiah) pertahun dan pada tahun 2016 Kantor Urusan Agama Kecamatan Boleng pindah kontrak ke rumah saudara Sutamin yang beralamat di jalan Gang Pua La Ida Terang serta insya Allah pada tahun 2017 pembangunan Kantor Urusan Agama Kecamatan Boleng akan direalisasikan.

51Arsip Profil KUA Kecamatan Boleng, Dikutip 8 November 2021

(51)

Seiring dengan dinamika kebutuhan kantor, kepemimpinan, Pegawaidan Penyuluh Agama Islam Non PNS pada Kantor Urusan Agama Kecamatan Boleng adalah sebagai berikut;

Kepala/Penghulu KUA Kecamatan Boleng;

a. Dul Hamid, S. Ag, NIP. 196612312005011017, TMT; 18 Februari 2015 – 03 November 2016 (Sebagai Penghulu Muda pada KUA Kecamatan Boleng)

b. Hasanudin, S.Ag, NIP. 197207222006041004 TMT; 04 November 2016 - Sekarang (Kepala KUA. Kecamatan Boleng Pertama, hasil Assesmen Kompentensi Jabatan Stuktural Esselon IV di Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi NTT tahun 2015sebagai Penghulu dengan tugas tambahan sebagai Kepala KUA Kecamatan Boleng yang pertama dan dilantik pada tahun 2016.

c. Mohamad Sidin, S. HI, NIP. 198210152009121004, TMT; 01 Maret 2017 sampai 27 September 2018 sebagai Penghulu Pertama Kantor Urusan Agama Kecamatan Boleng, lalu Bapak Mohamad Sidin

Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Boleng dibangun pada tahun 2017 beralamat di Jalan Sultan Hasanudin No. 22 Terang Desa Golo Sepang akan berdiri di atas tanah seluas 450 M2 dengan luas bangunan Insya Allah 12,5 M x 16,5 M. Tanah yang akan di bangun Kantor Urusan Agama Kecamatan Boleng merupakan tanah yang telah dihibahkan oleh Bapak Ibrahim Sanusi, beliau adalah Ketua Yayasan Pendidikan Al-Arsy Terang, dan dalam pernyataan hibahnya beliau tidak mengharapkan imbalan apapun dari pemerintah.

Peletakan batu pertama hari Rabu 22 Juli 2017 Jam/Pukul 10.00 wita yang dihadiri oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Manggarai Barat dan rombongan yaitu: Yohanes Daketi Ase, S. Fil (Kepala Kankemenag Kab. Mabar), Drs. H. Abdul Kader (Kasi Bimas Islam) Amir, S. Ag (Ketua MUI Kec. Boleng), Tajuddin,

(52)

S. Ag (Kepala SMA Muhammadiyah Boleng), Muhammad Husen, S.

Pd.I (Ketua NU Kec. Boleng), Ruslin A. Mana (Imam Masjid Besar Al Munawwarah Terang), Gaspar Kader, SM (PLT. Camat Boleng) dan Hasanudin, S. Ag (Kepala KUA Kec. Boleng yang pertama) serta yang lainnya.

2. Visi dan Misi KUA Kecamatan Boleng

Adapun Visi Kantor Urusan Agama Kecamatan Boleng 5 (lima) tahun ke depan yakni berlaku dari tahun 2021 - 2025:

Visi “Terwujudnya Masyarakat Kecamatan Boleng Yang Taat Beragama, Rukun, Cerdas, Mandiri Dan Sejahtera Lahir Batin”.

Sedangkan Misi Kantor Urusan Agama Kecamatan Boleng dalam merealisasikan visi tesebut di atas adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan Kualitas pelayanan Pada Masyarakat 2. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Nikah Rujuk Berbasis

Teknologi Informasi

3. Meningkatkan kualitas Bimbingan Keluarga Sakinah 4. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Bimbingan

Kemasjidan, Hisab Rukyat dan Pembinaan Syari’ah 5. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Penerangan Agama

Islam, Zakat dan Wakaf

6. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Informasi Bimbingan Haji dan Umrah

7. Meningkatkan Peran Lembaga Keagamaan

8. memaksimalkan kemitraan dan Koordinasi Lintas Sektoral

3. Letak Geografis dan Demografis Kantor Urusan Agama Kecamatan Boleng

a. Letak Geografis

Kecamatan Boleng terletak di Desa Golo Sepang yang merupakan wilayah pesisir dengan ketingian wilayah kurang 100 mdpl luas desa mencapai 57,88 km atau luas 19,005% dari luas kecamatan

(53)

sebagian mata pencarian sebagai nelayan, petani dan peternak.

penduduk Desa Golo sepang berasal dari suku flores/manggarai/bima dan Makassar.

Desa Golo Sepang meliputi 4 dusun antara lain 1). Dusun terang 01

2). Dusun terang 02 3). Dusun nggolo 4). Dusun hento

Sedangkan jumlah dusun / lingkungan sebanyak berjumlah 4 Dusun dan 18 RT

b. Letak Demografis

Secara demografis kecamatan Boleng ini mempunyai situasi kependudukan sebagai berikut: Jumlah Kepala Keluarga untuk Desa Golo sepang 1.201

Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Boleng merupakan Unit Kerja Kementerian Agama yang secara Institusional berada paling depan dan menjadi ujung tombak dalam pelaksanaan tugas- tugas pelayanan kepada masyarakat di Bidang Keagamaan.

Pada masa kolonial, unit kerja dengan tugas dan fungsi yang sejenis dengan KUA Kecamatan, telah diatur dan diurus di bawah Lembaga Kantor Voor Inslanche Zaken (Kantor Urusan Pribumi) yang didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda.

Pendirian Unit Kerja ini tak lain adalah untuk mengkoordinir Tuntutan Pelayanan masalah-masalah keperdataan yang menyangkut Umat Islam yang merupakan Produk Pribumi. Kelembagaan ini kemudian dilanjutkan oleh pemerintah Jepang melalui Lembaga sejenis dengan sebutan Shumbu.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian pada koperasi simpan pinjam di PT XL Axiata maka dihasilkan Sitem INformasi Simpan Pinjam Berbasis Website sehingga dapat menyelesaikan

Data perbandingan pada histogram dan tabel 1 menunjukkan bahwa nilai unjuk kerja yang telah dilaksanakan oleh 23 respponden menunjukkan bahwa perbandingan nilai

Namun, bagi umat Islam, pemahaman umumnya ialah bahawa agama Islam merupakan satu ajaran yang bersistem dan berstruktur dengan membawa misi keamanan dan

menyatakan bersedia mengundurkan diri/digugurkan dan tidak akan menuntut Pemerintah Kabupaten Lombok Barat apabila dalam pemeriksaan berkas administrasi, dinyatakan

4< ◆ ◆ Kagcbkbtj ugtuh Kagcbkbtj ugtuh kagcjlagtjejhbsj lbg kagcjlagtjejhbsj lbg karukushbg kbsbibo karukushbg kbsbibo tagtbgc fdyah 0 ljkagsj tagtbgc fdyah 0 ljkagsj ◆

Pendekatan kuantitatif dimaksudkan untuk menjabarkan perhitungan rata-rata ataupun persentase dari hasil yang diperoleh yang meliputi hasil pengamatan keterlaksanaan

N.G diantaranya adalah memonitor tanda- tanda vital dan status neurologis, memonitor kepatenan penggunaan oksigen, mengatur posisi semi fowler, mengauskultasi suara

Hal ini dapat kita lihat dalam hal penentuan status pengungsi, yang mana jika pihak Indonesia yang mendapati adanya pencari suaka yang masuk ke wilayah Indonesia, maka pihak