• Tidak ada hasil yang ditemukan

VALIDITAS MODIFIKASI FORMAT PENGKAJIAN KUALITAS TIDUR PITTSBURGH SLEEP QUALITY INDEX THE VALIDITY OF SLEEP ASSESSMENT TOOL OF MODIFICATION PITTSBURG SLEEP QUALITY INDEX

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "VALIDITAS MODIFIKASI FORMAT PENGKAJIAN KUALITAS TIDUR PITTSBURGH SLEEP QUALITY INDEX THE VALIDITY OF SLEEP ASSESSMENT TOOL OF MODIFICATION PITTSBURG SLEEP QUALITY INDEX"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

i

VALIDITAS MODIFIKASI FORMAT PENGKAJIAN KUALITAS TIDUR PITTSBURGH SLEEP QUALITY INDEX

THE VALIDITY OF SLEEP ASSESSMENT TOOL OF MODIFICATION PITTSBURG SLEEP QUALITY INDEX

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister

Disusun dan Dianjukan Oleh

MARYAM JAMALUDDIN P4200215408

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2017

(2)

ii

(3)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : Maryam Jamaluddin

Nim : P4200215408

Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan Fakultas : Kedokteran

Dengan ini menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Validitas Modifkasi Format Pengkajian Kualitas Tidur Pittsburgh Sleep Quality Index”, adalah hasil karya saya sendiri yang belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar pada Program Studi Magister Ilmu Keperawatan maupun program studi lainnya. Karya ini adalah milik saya dan oleh karena itu saya bertanggung jawab penuh atas keaslian tesis ini.

Dalam tesis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama dan dicantumkan dalam daftar rujukan

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

Makassar, Agustus 2017 Yang menyatakan,

Maryam Jamaluddin

(4)

iv PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena atas segala rahmat dan hidayah-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini, dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar magister. Dalam penyelesaian tesis ini, penulis menghadapi berbagai macam tantangan dan masalah baik material dan spritual. Akan tetapi dengan segala doa dan kerja keras, kesabaran, dan keyakinan, hal itu dapat diatasi. Keberhasilan penulis juga tidak terlepas dari bantuan segenap pihak yang telah memberikan bantuan serta semangat kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini. Secara istimewa, penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang tulus ikhlas kepada Ayahanda, Ibunda, serta suami yang memberi semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

Penulis juga sangat merasa sangat bersyukur dan mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Elly L Sjattar, S.Kp., M.Kes, selaku ketua Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar, sekaligus Penguji.

2. Kusrini S.Kadar, S.Kp.,MN.,Ph.D, selaku pembimbing I yang telah memberikan arahan selama penulis menyelesaikan tesis ini hingga dapat terselesaikan.

3. Dr.dr.Burhanuddin Bahar, MS, selaku pembimbing II yang telah memberikan arahan selama penulis menyelesaikan tesis ini hingga dapat terselesaikan.

4. dr.Cahyono Kaelan, Ph.d., Sp.PA(K).,Phd, dan Prof.Dr.dr.A.Wardihan Sinrang,MS.,Sp-And, Selaku penguji yang telah banyak memberikan masukan kepada peneliti sampai penelitian ini selesai.

5. Staff dan Dosen Pengajar PSMIK UH yang telah banyak memberikan ilmu serta bantua dalam proses perkuliahan.

6. Teman teman PSMIK angkatan VI yang telah banyak memberikan motivasi dan masukan selama perkuliahan maupun selama penelitian.

(5)

v

7. Responden yang ada dalam penelitian ini, tampa mereka penelitian ini tidak akan bisa berjalan.

Harapan dan doa penulis semoga Tesis ini dapat memberikan manfaat bagi Dunia pendidikan khususnya keperawatan.

Makassar, Agustus 2017

Maryam jamaluddin

(6)

vi

ABSTRAK

Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) adalah kuesioner yang menilai kualitas tidur dan gangguan tidur selama selang waktu 1 bulan terakhir yang terdiri dari 24 pertanyaan dan 7 domain, bentuk pengkajian dalam bentuk isian. Sehingga membutuhkan waktu yang lama dalam melakukan pengkajian. selain itu, perhitungan skor untuk menilai gangguan tidur juga membutuhkan perhitungan yang rumit, Sehingga akan menambah beban kerja bagi perawat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui validitas modifikasi format pengkajian PSQI. Penelitian ini menggunakan studi delpi, yang terdiri dari 4 tahap, yaitu tahap penentuan tema, tahap pembentukan format modifikasi, tahap validasi, dan tahap pengujian format di rumah sakit. Responden dalam penelitian ini adalah para ahli alam kualitas tidur yang terdiri dari 10 responden. Studi ini menghasilkan sebuah format pengkajian modifikasi dalam bentuk check list yang terdiri dari 15 pertanyaan dalam 7 domain. uji konsistensi internal Cronbach’s Alpha=0.91, validitas r hitung > r table. Berdasaran uji validitas maka format pengkajian modifkasi PSQI dianggap valid. Validitas format hanya diukur dengan validitas ukur, dan belum menggunakan Gold Standart serta pengguna format. uji validitas format pengkajian modifikasi PSQI dianggap valid, format pengkajian modifikasi PSQI ini belum direkomendasikan untuk digunakan di Rumah Sakit.

Kata Kunci: Modifikasi, PSQI, Validitas.

(7)

vii ABSTRACT

The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) is a questionnaire that assesses sleep quality and sleep disturbances over a period of the past month consisting of 24 questions and 7 domains, a form of assessment in the form of stuffing. So it takes a long time to do the assessment. In addition, the calculation of the score to assess sleep disorders also requires complex calculations, so that will increase the workload for nurses. This study aims to determine the validity of the modification of PSQI assessment format.

This study uses delpi study, which consists of 4 stages, namely the stage of determining the theme, the formation stage modification format, the validation stage, and the stage of testing the format in the hospital.

Respondents in this study are sleep quality experts consisting of 10 respondents. This study produced a modified assessment format in the form of a check list of 15 questions in 7 domains. Internal consistency test Cronbach's Alpha = 0.91, validity r count> r table. Based on the validity test then the PSQI modifkation assessment format is considered valid. Formal validity is only measured by measuring validity, and has not used Gold Standard and user formats. The validity test of PSQI modification review formulation is considered valid, the PSQI modification review format has not been recommended for use in hospitals.

Keywords: Modification, PSQI, Validity

(8)

viii DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ... iii

PRAKATA ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR SKEMA ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Literatur ... 6

1. Tidur ... 6

a. Pengertian ... 6

b. Siklus Tidur ... 7

c. Kebutuhan Tidur ... 11

d. Fungsi Tidur ... 14

e. Faktor yang mempengaruhi tidur ... 18

f. Jenis gangguan tidur ... 19

g. Pengaruh gangguan tidur ... 20

2. Pengkajian Gangguan Tidur ... 22

a. Pengkajian tidur di RS ... 25

(9)

ix

b. Pengkajian PSQI ... 26

B. Kerangka Teori ... 34

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kerangka Konseptual Penelitian ... 35

B. Hipotesis Penelitian ... 35

C. Definisi Operasional ... 35

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 37

B. Tempat dan waktu penelitian ... 38

C. Populasi dan sampel... 39

D. Tehnik sampling ... 39

E. Instrumen dan Prosedur Pengumpulan data ... 40

F. Analisa Data ... 43

G. Etika Penelitian ... 43 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ...

B. Pembahasan ...

C. Keterbatasan Penelitian ...

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ...

B. Saran ...

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(10)

x

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Tabel 1 Gambaran dari Metode yang digunakan untuk Assessment of Sleep

24

Tabel 2 Skoring Untuk PSQI 30

Tabel 3 Definisi Operasional 42

Tabel 4 Distribusi responden ahli berdasarkan data demografi

49

Tabel 5 Distribusi responden pasien berdasarkan data demografi

50

Tabel 6 Distribusi kualitas tidur pasien 51

Tabel 7 Waktu penggunaan format 52

Tabel 8 Tahap delpi 52

Tabel 9 Validitas dan reliabilitas modifikasi PSQI berdasarkan penyakit

55

Tabel 10 Validitas dan reliabilitas modifikasi PSQI berdasarkan Jenis kelamin

56

Tabel 11 Format pengkajian kualitas tidur modifikasi PSQI 59

(11)

xi

DAFTAR SKEMA

Nomor Halaman

Skema 1 Siklus Tidur 28

Skema 2 Kerangka Teori 35

Skema 3 Kerangka Pikir 36

Skema 4 Drop Out Responden Ahli 41

Skema 5 Alur Penelitian 44

(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Penjelasan Responden Lampiran 2. Lembar Persetujuan Responden Lampiran 3. Kuesioner Penelitian

Lampiran 4. Master tabel penelitian Lampiran 5. Tahapan Penelitian delpi Lampiran 6. Foto kegiatan penelitian

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

Dalam BAB ini akan dibahas mengenai latar belakang pemilihan topik penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup penelitian.

A. Latar Belakang

Tidur dapat mempengaruhi berbagai masalah kesehatan, begitupun sebaliknya masalah kesehatan dapat mempengaruhi tidur (Dillon, 2008). Tidur merupakan cara alami tubuh untuk mengembalikan energi yang terbuang pada saat terjaga (Jung et al., 2011). Pasien yang mengalami gangguan tidur dapat mempengaruhi sistem imun sehingga proses penyembuhan dapat terganggu. Selain itu tidur juga mempengaruhi ketahanan pasien dalam menerima terapi kemoterapi (Redline & Berger, 2013). Penegakan diagnosa yang lebih cepat dan tepat dapat membantu perawat untuk menentukan intervensi yang tepat dalam memenuhi kebutuhan tidur pasien sehingga membantu proses penyembuhan pasien lebih cepat dengan demikian biaya Rumah Sakit (RS) dapat berkurang (Hossain

& Shapiro, 2002), dan membantu meningkatkan kualitas hidup pasien (McCall et al., 2010).

Fungsi tidur yang begitu kompleks seharusnya menjadi perhatian bagi petugas. namun, pada kenyataanya pengkajian kualitas tidur masih sangat jarang dilakukan oleh perawat ataupun dokter pada pasien yang baru masuk RS. hal ini ditemukan pada

(14)

2

saat melakukan aplikasi satu maupun dua, di dua RS yaitu RS Pendidikan UNHAS dan RS Wahidin Sudirohusodo. Penerapan Evidence Based Nursing pada kegiatan Aplikasi dua dengan menilai

kualitas tidur pasien Chronic Kidney Disease menggunakan pengkajian Pittsburh Sleep Quality Index (PSQI), menunjukkan rata rata pasien mengalami gangguan tidur dengan skor median 15 dengan nilai minimal 6 dan nilai maksimal 18. Pada pengkajian kualitass tidur yang dilakukan di ruang perawatan onkologi didapatkan mean 14.14 dengan standar deviasi 2.48 yang berarti kualitas tidur pasien mengalami gangguan (Sandi et al., 2017).

Sebuah studi oleh (McGonigal, 1986 dalam Richardson, Crow, Coghill, & Turnock, 2007) menemukan bahwa staf RS tidak memikirkan pentingnya tidur ketika merencanakan perawatan pasien, meskipun penilaian tidur yang efektif oleh perawat dapat membantu untuk mengukur perbaikan dalam pola tidur pasien. hal ini bisa disebabkan karena perawat tidak memiliki akses ke alat yang handal dan valid untuk membantu mereka menilai keefektifan dari tidur pasien (Snyder, Halpern dan Verran, 1987 dalam Richardson et al., 2007).

Studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 03 Maret 2017 dengan melakukan wawancara kepada beberapa petugas kesehatan degan menanyakan “Apa dasar penggunaan sebuah format pengkajian khususnya pengkajian kualitas tidur di RS?”

mereka menyatakan bahwa format pengkajian yang digunakan

(15)

3

adalah ketentuan yang ada di RS dan biasanya diambil dari contoh dari RS lain. Dasar dari pengambilan keputusan mengenai kualitas tidur pasien juga tidak jelas, namun berdasarkan persepsi subjektif dari perawat yang mengkaji pada saat itu.

Pengkajian yang ideal adalah pengkajian yang memberikan hasil positif pada subjek yang sakit, serta memberikan hasil yang negative terhadap subjek yang tidak sakit, Oleh karena itu pengujian pada setiap format pengkajian ataupun alat diagnostik harus terus dilakukan. Selain itu, Pemilihan teknik pengkajian ataupun alat pengkajian tentu akan mempengaruhi hasil dari pengkajian itu sendiri (Sastroasmoro & Ismail, 2016).

Pengkajian gangguan tidur yang telah teruji validitasnya adalah Pittsburg Sleep Quality Index (PSQI) dan paling banyak digunakan untuk penilaian kualitas tidur, yang telah dikutip lebih dari 5000 kali dalam literature (Babson & Feldner, 2015). Pengkajian PSQI juga telah diterjemahkan kedalam beberapa bahasa di dunia diantaranya adalah bahasa Taiwan, Brazil, Korea dan Italia.

Terjemahan PSQI tersebut telah dilakukan uji validitas dan dinyatakan valid dengan gold standar menggunakan polysomnographic dan dapat digunakan untuk mengukur gangguan

tidur pada pasien dewasa secara umum (Curcio et al., 2013., Farrahi Moghaddam, Nakhaee, Sheibani, Garrusi, & Amirkafi, 2012., Sohn, Kim, Lee, & Cho, 2012., Tzeng, Fu, & Lin, 2012).

(16)

4

Pitssburgh Sleep Quality Index (PSQI) terdiri dari 19 item

pertanyaan, dengan 7 domain penilaian, sehingga membutuhkan waktu yang lama dalam melakukan pengkajian. selain itu, perhitungan skor untuk menilai gangguan tidur juga membutuhkan perhitungan yang rumit, Sehingga akan menambah beban kerja bagi perawat. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan modifikasi terhadap format pengkajian PSQI agar lebih dapat diaplikasikan di lingkup RS, tanpa membebani perawat.

B. Rumusan Masalah

Pentingnya kualitas tidur yang baik untuk proses penyembuhan penyakit pasien, oleh karean itu maka dibutuhkan format pengkajian yang valid, mudah digunakan oleh perawat dan tidak membebani pekerjaan perawat. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan modifikasi terhadap format pengkajian PSQI, kemudian muncullah rumusan masalah bahwa “Bagaimanakah validitas dan reliabilitas format pengkajian Modifikasi PSQI untuk diterapkan di RS?”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan Umum penelitian ini adalah Terbentuknya sebuah format pengkajian kualitas tidur modifikasi PSQI yang dapat di terapkan di RS.

2. Tujuan Khusus

Tujuan Khusus penelitian ini adalah untuk:

(17)

5

a. Terbentuknya sebuah modifikasi format pengkajian kualitas tidur PSQI.

b. Diketahuinya validitas modifikasi format pengkajian kualitas

tidur PSQI D. Manfaat penelitian

1. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk penerapan format pengkajian yang teruji validitasnya dan tidak membebani pekerjaan perawat. Sehingga membantu pasien mendapatkan terapi awal yang tepat untuk gangguan tidur.

2. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk pengembangan penelitian selanjutnya dalam lingkup kesehatan yang lebih luas untuk penilaian kualitas tidur pasien.

3. Manfaat Instiusi

Penelitian ini diharapkan menjadi sebah contoh kepada perawat di RSP UNHAS bagaimana cara mengembangan lebih lanjut mengenai format pengkajian yang digunakan dirumah sakit, sehingga memiliki dasar penentuan dalam memntukan sebuah format pengkajian.

E. Ruang Lingkup/Batasan Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah para ahli yang dianggap mampu menilai kualitas tidur pasien dan juga pengguna format pengkajian termasuk didalamnya adalah perawat yang sudah

(18)

6

memiliki pengalaman dalam melakukan pengkajian tidur pada pasien.

(19)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

BAB II ini merupakan tinjauan pustaka yang membahas mengenai teori mengenai tidur dan pengkajian yang biasa digunakan untuk mengetahui berbagai gangguan tidur yang dialami oleh pasien.

Selain itu, bab ini juga membahas beberapa penelitian yang terkait dengan uji valididtas dari beberapa format pengkajian yang ada.

A. Tinjauan Literatur 1. Tidur

a. Pengertian

Tidur adalah kondisi normal dari perubahan tingkat kesadaran selama tubuh beristirahat. Tidur ditandai dengan penurunan respons terhadap lingkungan, namun seseorang dapat terbangun dari tidur karena stimulus eksternal, sementara individu yang berada dalam kondisi koma tidak dapat terbangun.

Tidur terdiri dari siklus dan meliputi periode bermimpi dan periode istirahat secara fisik (Black & Hawks, 2014).

Perilaku, tidur didefinisikan sebagai pelepasan persepsi sementara dan tidak adanya respon terhadap lingkungan. Tidur dan bangun adalah perilaku yang berulang ulang selama 24 jam sehari. perilaku tidur memiliki ciri yang khas yaitu mata tertutup, sedikit gerakan, postur telentang, dan respon terhadap rangsangan berkurang. Intensitas dan durasi tidur akan meningkat setelah periode tidur berkurang. Kadang-kadang tidur

(20)

8

digambarkan sebagai keadaan sadar, namun hal ini tidak akurat.

Orang yang koma atau dibawah pengaruh anastesi menyerupai perilaku tidur sedasi dinyatakan sebagai tidur yang tidak lazim.

Istirahat juga merupakan perilaku yang menyerupai tidur, namun seseorang bisa terjaga selama berjam-jam “beristirahat” dengan tenang ditempat tidur dan masih merasa lelah dan memilki kinerja yang buruk dihari berikutnya karena kurang tidur (Redeker &

McEnany, 2011).

Tidur adalah bagian dari penyembuhan dan perbaikan, mencapai kualitas tidur yang baik penting untuk kesehatan sama halnya dengan sembuh dari sebuah penyakit. Pada pasien di RS terkadang membutuhkan lebih banyak istirahat ataupun tidur namun, karena penyakitnya terkadang membuat pasien sulit untuk mendapatka tidur yang berkualitas. Lingkungan RS ataupun fasilitas perawatan yang jangka panjang serta aktivitas pemerian pelayanan kesehatan sering membuat pasien sulit tidur (Potter & Perry, 2010).

Sebuah kesimpulan dapat diambil dari beberapa referensi diatas bahwa tidur adalah sebuah periode hilangnya kesadaran yang ditandai dengan hilangnya respon terhadap lingkungan yang berfungsi dalam proses penyembuhan atau pemeliharaan kesehatan, serta mempengaruhi fisiologi dan psikologi pasien.

(21)

9 b. Siklus Tidur

Siklus bangun-tidur, serta berbagai tahapan tidur yang disebabkan oleh hubungan siklik tiga system saraf yaitu, system kejagaan yang melibatkan Reticular Activating System (RAS) di batang otak, yang diperintahkan oleh kelompok neuron-neuron khusus di hipotalamus; pusat tidur gelombang lambat dihipotalamus yang mengandung sleep-0n neuron yang menginduksi tidur gelombang lambat; pusat tidur paradox di batang otak yang mengandung REM sleep-on-neuron, yang mengubah ke tidur paradoksal. Hubungan pola interaksi dari ketiga region saraf ini yang menghasilkan rangkaian siklik sebagai berikut (Sherwood, 2016):

1) Kelompok neuron di hipotalamus merupakan puncak perintah untuk pengaturan system keadaan terjaga. Neuron ini menyekresi neurotransmitter eksitatorik hipokretin yang juga dikenal sebagai sinyal penguat nafsu makan, sekarang juga diketahui berperang penting dalam keterjagaan. Neuron penyekresi hipokretin ini akan melepaskan muatan secara autonomy, dan terus menerus serta menjaga anda tetap sadar dan waspada dengan merangsang RAS, oleh karena itu neuron-neuron ini harus dihambat untuk membuat kita tertidur, yang dilakukan oleh Inhibitor Postsynaptic Potencial (IPSP).

(22)

10

2) Sleep-on neuron pada pusat pengaturan tidur gelombang lambat tampaknya bertanggung jawab dalam menginduksi tidur, dengan menghambat neuron yang mencetuskan kesadaran dengan melepaskan neurotransmitter inhibitor Gamma Aminoburbirat (GABA). Mekanisme ini dapat

menjelaskan mengapa kita memasuki gelombang tidur lambat terlebih dahulu sebelum tidur. Sleep-on neuron menjadi inaktif ketika seseorang terbangun dan aktif secara maksimal hanya selama fase tidur gelombang lambat.

3) Sleep-on neuron Rapid eye Movement (REM) pada pusat pengaturan tidur paradoksal menjadi sangat aktif selama tidur REM. Tampaknya mereka dapat mematikan sleep-on neuron dan mengubah pola tidur dari tidur gelombang lambat menjadi tidur REM. Mekanisme molecular yang mendasar yang bertanggung jawab bagi hubungan siklik antara kedua jenis tidur ini belum sepenuhnya dimengerti.

Tahapan dalam siklus tidur terdiri dari empat yaitu :

1) Tahap NREM 1, tingkat tidur paling ringan yang berlangsung beberapa menit yang ditandai dengan penurunan aktivitas fisiologis, diawali dengan penurunan secara bertahap tanda tanda vital, dan metabolism. Dalam tahap ini rangsangan suara dapat membangunkan seseorang, dan pada saat terbangun seseorang akan merasa seolah-olah baru saja bermimpi.

(23)

11

2) Tahap NREM 2, merupakan periode tidur nyenyak, semakin rileks, namun mudah tejaga, tahap ini berlangsung 10-20 menit. Yang ditandai dengan fungsi tubuh yang terus melambat.

3) Tahap NREM 3, mengawali tahap tidur nyenyak ditandai dengan seseorang sulit dibangunkan, otot menjadi rileks, tanda-tanda vital mengalami penurunan tetapi tetap teratur.

Tahap ini berlangsung 15-30 menit.

4) Tahap NREM 4, merupakan tahap terdalam dari tidur, pada tahap ini seseorang akan sulit untuk dibangunkan, tanda- tanda vital secara signifikan lebih rendah dari pada jam bangun, pada taha ini berlangsung 15-30 menit.

5) Tahap REM, pada tahap inilah biasanya terjadi mimpi yang berwarna serta nyata muncul, walaupun pada tahap lain muncul mimpi namun pada tahap ini mimpi yang dialmi lebih jelas terlihat. Tahap ini berlangsung sekitar 90 menit setelah tidur dimulai, dan berlangsung sekitar 20 menit. Tahapan ini ditandai dengan gerakan bola mata yang cepat, denyut jantung, tekanan darah yang naik secara fluktuasi, kehilangan ketegangan massa otot, sekresi lambung meningkat, dan sangat sulit untuk dibangunkan (Potter &

Perry, 2010).

Tahapan siklus tidur diatas dapat digambarkan dengan skema sebagai berikut:

(24)

12

Skema 1. Siklus Tidur Kantuk pra tidur

NREM 1 NREM 2 NREM 3 NREM 4

Tidur REM

NREM 2 NREM 3

(Potter & Perry, 2010) c. Kebutuhan Tidur

Durasi tidur dan kualitas antara orang-orang dari semua kelompok umur berbeda. Misalnya, satu orang merasa cukup beristrahat dengan tidur 4 jam, sedangan yang lain memerlukan waktu 10 jam (Potter & Perry, 2010).

Kebutuhan tidur untuk masing masing orang berbeda tergantung dari dari umur (Lavie, Pillar, & Malhotra, 2005), hal ini dapat diuraika sebagai berikut:

1) Neonatus atau bayi baru lahir sampai usia 3 bulan tidur 13-16 jam sehari, yang terdiri dari 10-30 % pada tahap tidur 1 dan 2, 30-40% pada tahap tidur 3 dan 4, dan 40-50% pada tahap tidur REM (Lavie et al., 2005). tidur hampir terus-menerus selama minggu pertama. Sekitar 50% dari tidur ini adalah tidur REM yang merangsang pusat otak yang lebih tinggi. Hal ini penting untuk perkembangan karena neonates tidak terjaga

(25)

13

cukup lama untuk stimulasi eksternal yang signifikan (Potter

& Perry, 2010).

2) Bayi biasanya mengembangkan pola tidur malam dengan mimpi buruk dari usia 3 bulan. Bayi biasanya melakukan beberapa kali tidur siang, namun tidur rata-rata selama 8-10 jam di malam hari dengan waktu tidur total 15 jam setiap hari.

Sekitar 30% dari waktu tidur adalah dalam siklus REM.

Bangun umumnya terjadi dipagi hari, meskipun tidak biasa bagi bayi terbangun di malam hari (Potter & Perry, 2010).

3) Pada umur 2 tahun anak-anak biasanya tidur sepanjang malam dan tidur siang setiap hari. Total tidur rata-rata 12 jam sehari. Setelah 3 tahun, aak-anak sering tidak tidur siang (Hockenberry dan Wilson, 2006., dalam Potter & Perry, 2010).

Anak prasekolah biasanya mengalami kesulitan untuk rileks atau menenangkan diri setelah melewati hari yang sangat aktif dan memiliki masalah dengan ketakutan tidur, bangun pada malam hari, atau mimpi buruk. Bangun sebentar dan kemudian terlelap lagi adalah hal yang sering (Hockenberry dan Wilson, 2006., dalam Potter & Perry, 2010). Pada saat terbangun, anak akan menangis sebentar, berjalan-jalan, berbicara yang tidak dipahami, tidur sambal berjalan, atau mengompol.

4) Jumlah tidur yang diperlukan bervariasi sepanjang masa sekolah. Anak usia 6 tahun rata-rata tidur 11 sampai 12 jam

(26)

14

semalam, sedangkan anak usia 11 tahun tidur sekitar 9 sampai 10 jam (Hockenberry dan Wilson, 2006., dalam Potter

& Perry, 2010). Anak usia 6 sampai 7 tahun biasanya akan pergi tidur dengan beberapa dorongan atau dengan melakukan kegiatan yang tenang. Anak yang lebih tua sering menolak tidur karena suatu tidak peduli dengan rasa lelahnya atau kebutuhan untuk bebas

5) Rata-Rata remaja mendapatkan sekitar 7 1/2 Jam tidur per malam. Tipikal Remaja yang khas dikarenakan sejumlah perubahan seperti kebutuhan sekolah, kegiatan social setelah sekolah, dan pekerjaan paruh waktu yang mengurangi waktu untuk tidur (National Sleep Foundation, 2006., dalam Potter &

Perry, 2010). Waktu tidur yang sering disingkat menghasilkan Excessive Daytime Sleepiness (EDS). Mengurangi kinerja di

sekolah, kerentanan terhadap kecelakaan, masalah perilaku dan suasana hati, dan meningkatkan penggunaan alkohol adalah hasil dari EDS karena kurangnya tidur.

6) Kebanyakan orang dewasa muda rata-rata 6-8 1/2 Jam Per malam. Sekitar 15-25% dari wkatu tidur adalah tidur REM yang tetap konsisten sepanjang hidup. Dewasa membutuhkan 45-60% pada tahap tidur 1 dan 2, 15-25% pada tahap tidur 3 dan 4 (Lavie et al., 2005). Tekanan dalam pekerjaan, Hubungan keluarga, dan kegiatan social sering mengarah pada insomnia dan penggunaan obat tidur. Kantuk

(27)

15

di siang hari menyebabkan peningkatan jumlah kecelakaan, Penurunan produktivitas, dan masalah interpersonal dalam kelompok usia ini. Kehamilan meningkatkan kebutuhan tidur dan beristirahat. Insomnia, gerakan tungkai yang priodik, sindrom kaki gelisah, dan gangguan pernapasan saat tidur merupakan masalah umum selama trimester ketiga kehamilan (Wolfson dan Lee, 2005 dalam Potter & Perry, 2010).

7) Selama masa dewasa menengah, total waktu tidur di malam hari mulai menurun. Biasanya 5-8 jam perhari, yang terdiri dari 50-8% pada tahap tidur 1 dan 2, 5-15% pada tahap tidur 3 dan 4, dan 15-25% pada tahap tidur REM (Lavie et al., 2005). Jumlah tidur stadium 4 mulai turun, Penurunan terus berlanjut seiring dengan meningkatnya usia. Insomnia sangat umum, mungkin karena perubahan dan stress pada usia dewasa menengah. Kecemasan, depresi, atau penyakit fisik tertentu yang menyebabkan gangguan tidur. Wanita menopause sering mengalami gejala insomnia (Potter &

Perry, 2010).

8) Keluhan kesulitan tidur meningkatkan seiring dengan meningkatnya umur. Lebih dari 50% lansia yang berusia 65 tahun atau lebih melaporkan mempunyai masalah dengan tidur (Hoffman, 2003., dalam Potter & Perry, 2010). Episode Tidur REM cenderung menyingkat. Ada penurunan progresif

(28)

16

dalam tidur tahap 3 dan 4 NREM; beberapa lansia hampir tidak memiliki tidur tahap 4 atau tidur nyenyak. Seseorang lansia terbangun lebih sering pada malam hari, dan memerlukan lebih banyak waktu untuk mereka agar dapat tidur kembali. Kecenderungan untuk tidur siang tampaknya semakin meningkat seiring bertambahnya usia kerena sering terjaga di malam hari.

d. Fungsi Tidur

Fungsi tidur sampai sekarang belum jelas, belum ada teori yang bias menjelaskan dengan pasti fungsi tidur namun beberapa ahli berpendapat bahwa Tidur NREM membantu dalam perbaikan jaringan tubuh. Selama tidur NREM, fungsi biologis lambat. Denyut jantung orang normal dewasa sehat sepanjang hari rata-rata 70-80 denyut per menit atau kurang jika individu berada dalam kondisi fisik yang baik. Namun, selama tidur denyut jantung turun sampai 60 denyut per menit. Ini berarti bahwa selama tidur jantung berdetak selama 10-20 kali lebih lambat dalam setiap menit atau 60-120 kali lebih sedikit dalam setiap jam. Oleh karena itu, tidur nyenyak bermanfaat dalam mempertahankan fungsi jantung. Fungsi biologis lainnya yang menurun selama tidur adalah pernapasan, tekanan darah dan otot (McCance & HuetherR, 2006).

Beberapa hipotesis dan penelitian menjelaskan funsi tidur yang dapat digunakan untuk mengetahui fungsi tidur yaitu :

(29)

17

1) Tidur memberi otak waktu luang untuk memulihkan proses- proses biokimia atau fisiologis yang secara progresif mengalami penurunan ketika terjaga (Sherwood, 2016).

2) Hipotesis "Restorasi dan Pemulihan" lain menyarankan bahwa tidur gelombang-lambat memberi otak waktu untuk memperbaiki kerusakan akibat radikal bebas toksik yang dihasilkan sebagai produk sampingan metabolisme selama keadaan terjaga. Organ-organ lain dapat mengorbankan dan mengganti sel-sel yang rusak oleh radikal bebas tetapi hal ini tidak dapat dilakukan oleh otak yang non-regeneratif (Sherwood, 2016).

3) Hipotesis terkini yang banyak diperdebatkan bagi peranan tidur dalam belajar dan ingatan adalah hipotesis homeostasis sinaptik. Menurut hipotesis ini, tidur menyediakan waktu off- line yang diperlukan bagi penurunan skala sinaptik untuk

mengimbangi peningkatan aktivitas sinap yang menyertai segala jenis stimulasi selama periode terbangun (yaitu, mempertahankan homeostasis sinaptik), selama terbangun, pjp menguatkan koneksi antara neuron-neuron di berbagai sirkuit di seluruh korteks sebagai respons terhadap pengalaman sehari-hari (Sherwood, 2016). .

4) Fungsi tidur lainnya dikemukakan oleh (Ones, 2005., dalam Potter & Perry, 2010) yaitu untuk memulihkan proses biologis tubuh. Selama tidur, gelombang lambat dan dalam (NREM

(30)

18

tahap 4), tubuh melepaskan hormone pertumbuhan manusia untuk perbaikan dan pembaruan sel epitel dan sel-sel yang khusus seperti sel-sel otak. Sintesis protein dan pembelahan sel untuk peremajaan jaringan seperti kulit, tulang, mukosa lambung, atau otak terjadi selama tidur. Tidur NREM sangat penting bagi anak-anak, yang mengalami tahap 4 tidur yang lebih lama.

5) Menurut Johnson, 1986, dalam (Stanley & Gautlett, 2007), tidur adalah salah satu kebutuhan fisiologis manusia, yang terjadi secara alami dengan fungsi fisiologis dan psikologis yang melekat merupakan suatu proses perbaikan tubuh, Hal ini berarti jika seseorang tidak mendapatkan tidur yang cukup akan terjadi efek-efek seperti pelupa, konfusi, dan disorientasi, terutama jika deprivasi tidur terjadi secara terus menerus. Johnson juga menyatakan bahwa tidur memungkinkan seseorang untuk mengalami perasaan sejahtera secara psikis, meningkatkan kewaspadaan dan memberikan energi untuk menyelesaikan tugas-tugas.

Kinerja, kewaspadaan, angka aktivitas, dan kesehatan dipengaruhi oleh pola tidur dan bangun yang terganggu.

6) Tidur merupakan bagian dari penyembuhan dan perbaikan, Banyak gangguan mental dan fisik berkaitan dengan perubahan dalam tidur (gangguan tidur sekunder) (McCance

& HuetherR, 2006).

(31)

19

7) Intervensi yang dirancang untuk mengefektifkan tidur dapat meningkatkan fungsi kekebalan tubuh pada pasien, contohnya pada pasien HIV. Tidur yang optimal dapat meningkatkan CD4 (Cruess et al., 2003, dalam Redeker &

Mcenany, 2011).

e. Faktor yang mempengaruhi tidur

Penelitian yang mengenai faktor yang mempengaruhi tidur telah banyak dilakukan diantaranya yaitu:

1) Hospitalisasi terutama di unit perawatan intensif (ICU), membuat klien rentan terhadap gangguan tidur ekstrinsik dan sirkadian yang menyebabkan sindrom “Gejala Kurang Tidur ICU” Rangsangan lingkungan yang konstan dalam ICU, seperti suara asing dari peralatan, pemantauan dan perawatan yang sering diberikan oleh perawat, serta lampu yang menyala, dapat membingunkan klien. Stimulasi lingkungan yang berulang-ulang dan status fisik klien yang tidak baik mengantarkan klien pada risiko kurang tidur (Olson et al., 2001 dalam Potter & Perry, 2010).

2) Fungsi jantung terganggu dapat menghasilkan gejala seperti nyeri dada dan dyspnea yang mengganggu tidur dan menyebabkan keluhan berkurangnya tidur total, meningkatnya terjaga pada malam hari, dan gelisah (Quan, 2009). Dampak psikologis dari penyakit jantung juga memiliki dampak pada tidur dan mempengaruhi kenyamanan,

(32)

20

hubungan sosial, dan kemampuan untuk bekerja. Kecemasan dan depresi yang umum setelah Miocard Infark (MI) dengan laporan insomnia yang berlangsung selama berbulan-bulan sampai bertahun-tahun (Johansson, Â Karlson, Grankvist, &

Brink, 2010 dalam Redeker & Mcenany, 2011).

f. Jenis Gangguan Tidur

Berbagai jenis gangguan tidur yang bisa muncul pada pasien yang dirawat di RS akibat penyakitnya maupun akibat hospitalisasinya diantanya adalah:

1) Hipersomnia

Hipersomnia berarti merefleksikan kecenderunga (tendency) untuk jatuh tertidur. Mengantuk ringan melukiskan kecenderungan untuk jatuh tidur tanpa dikehendakan hanya waktu berada dalam situassi yang pasif. Mengantuksedang melukiskan keadaan dimana seseorang tertidur tanpa dikehendaki sewaktu aktivitas fisik yang sangat ringan yang membutuhkan perhatian ringan. Mengantuk berat melukiskan keadaan jatuh sakit atau tertidur yang terjadi waktu seseorang sedang aktif (Lumbatobing, 2008).

2) Insomnia

Insomnia adalah gejala yang dialami klien ketika mengalami kesulitan tidur kronis, sering terbangun dari tidur, dan/atau tidur pendek atau tidur non-restoratif (Edinger dan Sarana, 2005 dalam Potter & Perry, 2010). Ini adalah keluhan

(33)

21

tidur yang paling umum. Para penderita insomnia mengeluh kantuk yang berlebihan di siang hari, serta kuantitas dan kualitas tidur yang tidak memadai. Namun demikian, klien sering kali tidur lebih lama dari yang dia sadari. Insomnia sering menunjukkan tanda gangguan fisik atau psikologis yang mendasarinya. Insomnia terjadi lebih sering pada wanita dan merupakan masalah tidur yang paling umum.

Pada siang hari, orang dengan insomnia kronis merasa mengantuk, lelah, depresi dan cemas. Pengobatan pada gejalanya, termasuk meningkatkan tindakan kebersihan tidur, biofeedback, teknik kognitif, dan teknik relaksasi. Tetapi perilaku dan kognitif mempunyai efek merugikan dan menunjukkan bukti peningkatan yang berkelanjutan pada tidur selama periode 6 bulan (Potter & Perry, 2010).

3) Gangguan siklus tidur-bangun (circadian rhytm)

Gangguang siklus bangun-tidur menggambarkan keadaan pasien yangpola irama tidurnya terganggu, waktu tidur dan bangunnya tidak sebagaimana lazimnya. Misalnya menjadi mengantuk dan tidur disiang hari, sedangkan di malam hari ia bangun dan sulit tidur (Lumbatobing, 2008).

g. Pengaruh Gangguan tidur

Tidur mempengaruhi kesehatan, beberapa penelitian menujukkan adanya pengaruh tidur terhadap perkembangan penyakit, (Meier Ewert et al., 2004) dalam penelitiannya

(34)

22

menemukan bahwa kegagalan dalam mendapatkan kecukupan tidur dapat menyebabkan peradangan sistemik tingkat rendah.

Studi ini menyatakan kemungkinan bahwa individu yang tampak sehat dapat bepotensi mengalami peradangan yang terkait dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular melalui akumulasi defisit tidur.

Durasi tidur yang pendek dan gangguan tidur menjadi indikator independen yang kuat dari kematian kardiovaskular pada wanita daripada pria, tetapi jika di lihat dari durasi tidur ditambah dengan gangguan tidur lebih tinggi pada pria (Rod et al., 2014).

Sedangkan (St Onge et al., 2011) menyatakan bahwa pengurangan durasi tidur dapat meningkatkan intake energi dan lemak, studi ini menjelaskan hubungan antara tidur dan obesitas.

Jika durasi tidur berkurang secara terus menerus dan tidak diimbangi dengan peningkatan pengeluaran energi, akan menyebabkan predisposisi obesitas.

Gangguan tidur menghasilkan perubahan dalam kuantitas dan kualitas tidur atau mempengaruhi tahapan tidur, termasuk gangguan mental (misalnya, depresi dan kecemasan), gangguan fungsi neurokognitif (misalnya, demensia atau penyakit Parkinson), dan gangguan fisik (misalnya, perubahan dalam tingkat hormon tiroid, nyeri, dan banyak penyakit akut dan kronis).

(35)

23

Oleh karena itu mencapai kualitas tidur yang baik penting untuk kesehatan (McCance & HuetherR, 2006).

Tidur dianggap memiliki fungsi restoratif di mana energi dipulihkan dan regenerasi jaringan tubuh. tidur terjadi berjalan dengan siklus, bergantian dari periode terjaga, kemudian terlelap dan peningkatan penggunaan energi pada saat tidur. Siklus alami ini berperan penting dalam adaptasi terhadap stres, pengembangan penyakit, dan respon terhadap perawatan medis. gangguan tidur dan perubahan dalam siklus bangun-tidur menunjukkan dampak pada perubahan fungsi kekebalan tubuh, pola sekresi hormon, fungsi fisik dan psikologis. Pada beberapa orang, stres dapat menghasilkan gangguan tidur, dan pada sebagian orang lainnya, gangguan tidur dapat menyebabkan stres (Porth, 2012).

Menurut (Synder 1971, dalam Stanley & Gautlett, 2007), lamanya periode tidur dapat mempengaruhi tingkat mortalitas, orang yang tidur terlalu lama atau singkat ataupun menggunakan pil tidur mengalami angka mortalitas lebih tinggi dari yang lainnya. Angka mortalitas terendah ditemukan pada pasien yang tidur 7 sampai 8 jam di malam hari.

2. Pengkajian Gangguan Tidur

Pengkajian kualitas tidup pada pasien sangat penting dilakukan, (Pilowsky, I, & Townley, 1985) menyatakan bahwa pasien dengan penyakit kronis yang mengeluh mengalami gangguan tidur harus dikaji dengan baik untuk memudahkan dalam mendeteksi

(36)

24

masalah pada pasien terkait gejala emosional dan fisik. Temuan yang ada kemudian digunakan sebagai cara untuk menghasilkan diskusi dengan pasien pada isu-isu emosional dan lainnya yang baik untuk menentukan diagnosis dan pengobatan pada pasien.

Untuk melakukan pengkajian kualitas tidur dibutuhkan format pengkajian yang valid. Dalam (Babson & Feldner, 2015) ada bebrbagai macam cara dalam melakukan pengkajian. Setiap pengkajian memiliki keuntungan dan kekurangan masing masing yang dapat dijelaskan pada tabel berikut ini.

Tabel 1. Gambaran dari Metode yang digunakan untuk Assessment of Sleep

Metode Deskripsi Keuntungan Kekurangan Polysomnography

(PSG)

Pengukuran yang objektif dari tidur dan gangguan tidur

Gold Standar untuktidur dan gangguan tidur

1. Mahal 2. Sulit diakses 3. Tidak nyaman 4. Efek pertama

sampai malam 5. Analisa dan

interpretasi membutuhkan pro dan kontra Multiple sleep

latency test (MSLT)

ukuran yang obyektif untuk tidur di siang hari

1. Gold Standart untuk

mengukur mengantuk di siang hari 2. Digunakan

untuk

mendiagnosis narkolepsi

1. Membutuhkan PSG

sebelumnya 2. Membutuhkan

penilaian Lab oleh staf ahli 3. Efek Ceiling 4. Kurang

validitas ekologi 5. Membutuhkan

analisis dan interpretasi Maintenance of

wakefulness test (MWT)

evaluasi obyektif untuk mengukur bangun dan kewaspadaan di bawah pengaturan obat tidur

1. Tidak ada efek Ceiling dan tidak

memerlukan PSG

2. Meningkatkan validitas ekologi yang

1. Membutuhkan penilaian lab oleh staf ahli 2. Sulit untuk

diakses 3. Dbutuhkan

analisis dan interpretasi

(37)

25

lebih dari pada MSLT

Actigraphy ukuran yang obyektif dari gerakan yang digunakan untuk

menyimpulkan perilaku tidur- bangun

1. Berkorelasi dengan PSG 2. Dapat

digunakan oleh jangka panjang 3. Valid secara

ekologi 4. Dapat

digunakan untuk pengobatan

1. Diabatasi oleh penggunaan baterai 2. Dbutuhkan

analisis dan interpretasi

Clinical interview ukuran yang obyektif dari gerakan yang digunakan untuk

menyimpulkan perilaku tidur- bangun

1. Dapat diakses 2. Valid secara

klinis 3. Berguna

sebelum pengobatan atau penelitian

1. Standarisasi masih kurang 2. Terbatas tanpa

langkah- langkah lebih lanjut dari tidur

Sleep diary ukuran subjektif dari perilaku tidur- bangun

1. Mudah diakses 2. Target untuk

pengobatan 3. Mudah

digunakandan murah

1. Korelasi lemah dengan PSG 2. Harus selalu

diisi 3. Ukuran

subjektif tidur 4. Membutuhkan

analisis dan interpretasi Questionnaires langkah-

langkah subjektif dari tidur, bangun, kesehatan, dan kognitif

1. Mudah diakses 2. Target untuk

pengobatan 3. Mudah

digunakan dan murah

1. Mudah bias 2. Membutuhkan

analisis dan interpretasi

Brain imaging ukuran yang obyektif dari otak dan fungsinya

1. Metode noninvasif untuk menyelidiki otak 2. Dapat

digunakan saat tidur 3. Dapat

mengukur aktivasi otak dan

metabolisme

1. Mahal 2. Sulit untuk

diakses 3. Kurang

resolusi temporal 4. Kurangnya

validitas 5. Membutuhkan

analisis dan interpretasi

(38)

26

Cortisol Hormon yang

digunakan untuk

menyimpulkan stres

1. Ukuran yang objektif

2. Erat kaitannya dengan siklus tidur

1. Membutuhkan analisis 2. Sulit untuk

diakses 3. Membutuhkan

uji validitas lebih lanjut Melatonin Hormon yang

digunakan untuk

menyimpulkan keselarasan sirkadian

1. Ukuran yang objektif 2. Bisa

digunakan untuk

menunjukkan perubahan dengan pengobatan 3. Erat kaitannya

dengan siklus tidur

1. Membutuhkan analisis 2. Sulituntuk

diakses 3. Membutuhkan

validitas lebih lanjut

(Babson & Feldner, 2015)

a. Pengkajian tidur yang digunakan di RS

Pengkajian gangguan tidur meliputi pengkajian singkat mengenai tidur pasien dan kualitas tidur saat tidur sebagai bagian dari riwayat kekeperawatan awal. Pada pengkajian awal yang dikaji adalah jumlah jam tidur dan bangun pasien, kemudian prefensi dan kebiasaan yang dapat meningkatkan kualitas tidur.

Pasien di kaji dengan menanyakan kualitas tidur secara umum.

Kemudian dilanjutkan dengan mengkaji penyebab dari gangguan dengan mencatat diantaranya:

1) Aktivitas yang biasa dilakukan pada jam sebelumnya tidur 2) Kelatenan tidur

3) Jumlah dan penyebab tidur 4) Keteraturan pola tidur

5) Konsistensi waktu bangun tidur 6) Frekuensi dan durasi tidur siang

(39)

27

7) Kejadian yang tekait dengan awal mula terjadi gangguan onset tidur

8) Lebih mudah tertidur di tempat lain selain kamar tidur 9) Situasi dimana klien melawan susah tidur

10) Asupan kafein harian

11) Penggunaan alcohol, obat tidur, dan medikasi lain 12) Kejadian sakit kepala di pagi hari

13) Frekuensi mendengkur, adanya jeda pernapasan (apnea), dengan gerakan menendang informasi terakhir ini akan lebih baik didapatkan dari pasangan atau berdasarkan observasi anda selama klien di RS (Black & Hawks, 2014).

Owens & Dalzell (2005) menyatakan bahwa penggunaan alat skrining di klinik menggunakan 5 pertanyaan sederhana untuk masalah tidur, secara signifikan lebih mungkin dibandingkan penggunaan standar grafik tunggal yang cepat untuk menghasilkan informasi tidur pada umumnya, juga untuk menghasilkan informasi tentang domain tidur tertentu. 5 pernyataan yang dimaksud adalah mengenai waktu tidur, kantuk berlebihan, waktu bangun, pola tidur, dan gangguan pernapasan saat tidur.

b. Pengkajian PSQI

Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) adalah kuesioner yang menilai kualitas tidur dan gangguan tidur selama selang waktu 1 bulan. Sembilan belas item individual yang dikaji

(40)

28

menghasilkan tujuh "komponen" nilai yaitu: kualitas subjektif tidur, latensi tidur, durasi tidur, efisiensi kebiasaan tidur, gangguan tidur, penggunaan obat tidur, dan disfungsi siang hari.

Jumlah skor untuk tujuh komponen ini menghasilkan satu skor global. sifat klinis dan clinimetric dari PSQI yang dinilai selama periode 18-bulan dengan pasien dengan tidur yang baik (subyek sehat, n = 52) dan pasien yang tidur buruk (pasien depresi, n = 54; pasien dengan gangguan tidur, n = 62) . langkah-langkah yang dapat diterima homogenitas internal konsistensi (test-retest reliability), dan validitas. Hasil PSQI global yang dengan nilai skor lebih dari 5 menghasilkan sensitivitas diagnostik 89,6% dan spesifisitas 86,5% (kappa = 0.75, p kurang dari 0.001) dalam membedakan tidur yang baik dan yang buruk (Buysse, Reynolds, Monk, Berman, & Kupfer, 1989).

Kriteria validitas PSQI awalnya dibentuk dengan mengevaluasi kemampuan PSQI untuk membedakan "tidur yang baik" dan "tidur yang buruk" seperti yang didefinisikan oleh diagnosis berdasarkan pada integrasi ahli klinis, dengan wawancara terstruktur, pemeriksaan fisik, dan pengujian polysomnographic. Skor global dan semua nilai komponen dibedakan menjadi kelompok pasien dengan tidur yang buruk dari kontrol (p < 0.001). Sebuah post hoc Skor cutoff global > 5 diidentifikasi 88,5% dari semua pasien dan kontrol (kappa=0.75,

(41)

29

p < 0.001) dengan sensitivitas 89,6% dan spesifisitas 86,5%

(Smith & Wegener, 2003).

Pengkajian PSQI telah diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia dengan format sebagai berikut:

KUESIONER UNIVERSITAS PITTSBURGH SLEEP QUALITY INDEX Indonesian Version

1) Selama satu bulan terakhir, pukul berapa anda biasa ke tempat tidur?

2) Selama satu bulan terakhir, berapa menit waktu yang Anda biasanya butuhkan mulai dari berbaring hingga benar-benar tertidur setiap malamnya? (waktu dalam menit)

3) Selama satu bulan terakhir, pukul berapa Anda biasanya bangun dari tempat tidur di pagi hari?

4) Selama satu bulan terakhir, berapa jam Anda benar-benar tidur setiap malamnya? (Lamanya waktu ini bisa berbeda dengan lamanya waktu yang Anda habiskan di tempat tidur.) 5) Selama satu bulan

terakhir, seberapa sering

anda mengalami

gangguan tidur

Karena….

a. Tidak dapat tidur

walau sudah

berbaring selama 30 menit atau lebih b. Terbangun di tengan

malam atau terlalu pagi

c. Terpaksa bangun untuk kekamar mandi

d. Tidak bisa bernapas dengan nyaman

Tidak pernah selama sebulan terakhir

Kurang dari satu kali

seminggu

Satu atau dua kali seminggu

Tiga kali atau lebih seminggu

(42)

30

e. Batuk atau

mendengkur dengan keras

f. Merasa kedinginan g. Merasa kepanasan

h. Mengalami mimpi buruk

i. Merasa

nyeri/kesakitan j. Satu atau beberapa

alasan lainnya, mohon jelaskan

6) Selama satu bulan terakhir, bagaimana kualitas tidur anda secara keseluruhan?

Sangat Baik

Cukup Baik

Kurang Baik

Sangat Buruk

7) Selama satu bulan terakhir, seberapa sering anda minum obat untuk membuat anda tidur

Tidak pernah selama sebulan terakhir

Kurang dari satu kali

seminggu

Satu atau dua kali seminggu

Tiga kali atau lebih seminggu

8) Selama satu bulan terakhir, seberapa sering Anda merasa mengantuk ketika mengendarai

kendaraan, makan, atau melakukan kegiatan dengan orang lain?

9) Selama satu bulan terakhir, apakah anda mendapat kesulitan

untuk tetap

bersemangat menyelesaikan pekerjaan/kegiatan?

Tidak ada kesulitan sama sekali

Hanya ada sedikit kesulitan

Cukup kesulitan

Sangat kesulitan

10) Apakah anda tidur atau tinggal serumah dengan orang lain?

Saya tidak tidur atau tinggal serumah

Saya tinggal serumah dengan

Orang lain tidur dikamar yang

Orang lain tidur di tempat tidur yang

(43)

31 dengan orang lain

orang lain yang tidur di kamar lain

sama, tapi tidak satu tempat tidur

sama

Jika anda tidur atau tinggal serumah dengan orang lain, tanyakan kepadanya seberapa sering anda dalam sebulan yang lalu…

Tidak pernah selama sebulan terakhir

Kurang dari satu kali

seminggu

Satu atau dua kali seminggu

Tiga kali atau lebih seminggu

a) Mendengkur

b) Lama tidak menarik napas sewaktu tidur c) Menendang dengan

tiba-tiba sewaktu tidur

d) Linglung atau bingung ketika terbangun di malam hari

e) Gangguan lainnya yang dialami sewaktu Anda tidur, mohon jelaskan

Pengukuran PSQI terdiri dari 19 item dimana pertanyaan 1- 4 terdiri dari pertanyaan mengenai kebiasaan tidur berdasarkan menit untuk mengukur latensi tidur dan jam untuk mengukur total tidur. Pertanyaan 5-18 merupakan pengukuran dengan menggunakan skala likert yaitu; tidak selama sebulan nilainya (0), "Kurang dari sekali seminggu nilainya 1, Sekali atau dua kali seminggu nilainya 2, dan tiga kali atau lebih seminggu nilainya 3.

Ada 5 pertanyaan tambahan yaitu pertanyaan 19 dinilai oleh teman tidur/teman sekamar yang tidak termasuk dalam total skor, tapi mungkin berguna untuk tujuan klinis. Cara pengukurannya menggunakan skala likert yaitu Sangat bagus nilanya 0, Cukup

(44)

32

Baik nilainya 1, Cukup buruk nilainya 2, dan Sangat buruk nilainya 3 (Smith & Wegener, 2003).

PSQI menilai 7 domain dengan menggunakan skor dari 19 item pertanyaan. Masing masing domain memiliki rumus tersendiri untuk mengetahui skornya yaitu:

Tabel 2. Skoring Untuk PSQI

Komponen Rumus Kriteria Penilaian

1 Subjektif

kualitas tidur

Pertanyaan no 6 Sangat Baik “0”

Cukup Baik “1”

Kurang Baik “2”

Sangat Buruk “3”

2 Sleep Latency

Pertanyaan 2 + pertanyaan 5a Pertanyaan 2

≤ 15 menit “0”

16-30 menit “1”

31-60 menit :2”

>60 menit “3”

Pertanyaan 5a Tidak pernah selama sebulan “0”

Kurang dari 1 kali seminggu “1”

Satu atau dua kali seminggu “2”

Tiga kali atau lebih seminggu “3”

Skor Hasil 0 “0”

1-2 “1”

3-4 “2”

5-6 “3”

3 Sleep Duration

Pertanyaan 4 >7 “0”

6-7 “1”

5 – 6 “2”

< 5 “3”

4 Efficiency

Sleep

(Pertanyaan 4/ pertanyaan 3+1) x 100

>85% “0”

75-84 “1”

65 – 74 “2”

<65 “3”

5 Sleep Disturbance

Jumlah Skor Pertanyaan 5b-5j Tidak pernah selama sebulan “0”

Kurang dari 1 kali seminggu “1”

Satu atau dua kali seminggu “2”

(45)

33

Tiga kali atau lebih seminggu “3”

Skor Penilaian 0 “0”

1-9 “1”

10-18 “2”

19-27 “3”

6 Sleep Medication

Pertanyaan 7 Tidak pernah

selama sebulan “0”

Kurang dari 1 kali seminggu “1”

Satu atau dua kali seminggu “2”

Tiga kali atau lebih seminggu “3”

7 Day Time Disfunction

Pertanyaan 8+9 Skor Pertanyaan 8 Tidak pernah selama sebulan “0”

Kurang dari 1 kali seminggu “1”

Satu atau dua kali seminggu “2”

Tiga kali atau lebih seminggu “3”

Skor Pertanyaan 9 Tidak ada kesulitan sama sekali “0”

Hanya ada sedikit kesulitan “1”

Cukup sulit “2”

Sangat kesulitan “3”

Skor total 0 “0”

1-2 “1”

3-4 “2”

5-6 “3”

Secara keseluruhan, hasil PSQI menunjukkan bahwa pengkajian kualitas tidur berguna dengan pasien dewasa dengan perawatan primer pada kasus (Generalized Anxiety Disorder) GAD, PSQI menunjukkan beberapa sifat psikometrik positif dari skor dan komponen skor global, dan temuan menunjukkan bahwa skor dan komponen skor global dapat memberikan

(46)

34

informasi yang berguna sebagai ukuran hasil untuk uji klinis pada pasien dewasa (Bush et al., 2012).

PSQI merupakan pengkajian kualitas tidur yang telah diterjemahkan kedalam beberapa Bahasa dan diujikan validitasnya dengan gold standar polisomnograpy (PSG). PSG adalah istilah yang diterapkan untuk pengukuran simultan dan berkesinambungan dari beberapa parameter fisiologis saat tidur.

Dalam prakteknya, PSG merupakan istilah yang berarti jenis tertentu dari studi PSG di mana pengukuran memungkinkan untuk mengidentifikasi tahap tidur, pemantauan fungsi kardiopulmoner, pemantauan gerakan tubuh saat tidur (Matheson, Singh, & Packard, 2007).

(47)

35 B. Kerangka Teori

Skema 2. Kerangka Teori (Sherwood, 2016, Dillon, 2008)

NREM 1 NREM 2 NREM3 NREM4

REM

NREM2 NREM3

Terjaga

Neuron di Hipotalamus

Sekresi Neurotransmitter oksitatorik hipokretin

Block Oleh IPSP Mengantuk

Pengkajian Tidur:

1. PSG 2. MSLT 3. MWT 4. Actigraphy 5. Clinical

Interview 6. Sleep Diary 7. Quesioner 8. Brain Imaging 9. Cortisol 10. Melatonin 1. Lingkungan 2. Penyakit 3. Pengobatan 4. Psikologi

Kualitas Tidur Efektif Gangguan Tidur :

1. Hipersomnia 2. Insomnia

3. Gangguan siklus tidur bangun

1. Mempertahankan fungsi jantung

2. Memulihkan proses biokimia dan fisiologis

3. Reparasi akibat radikal bebas 4. Mempertahankan homeostatis 5. Memperbaiki kesehatan psikis 6. Membantu proses

penyembuhan 1. Peradangan sistemik

2. Kematian Karena Kardiovaskular 3. Predisposisi Obesitas

4. Gangguan mental

5. Gangguan fungsi neurokognitif 6. Gangguan fisik

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengujian semua parameter dapat disimpulkan bahwa kualitas air sumur yang berada di di lokasi Kota Baru, Kelurahan Kota Baru, Kecamatan

Neraca pembayaran suatu negara adalah sebuah catatan yang sistematis tentang transaksi ekonomi internasional (perdagangan, investasi, pinjaman) yang terjadi di

TOGAF memiliki ADM (Architecture Development Method) yang merupakan metodologi yang terdiri dari berberapa tahapan untuk mengembangkan dan memelihara technical architecture

Total Aset Gross, Total Pembiayaan, Dana Pihak Ketiga, FDR Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah berdasarkan Kota/Kabupaten - Februari 2016 (Financing, Depositor Funds,

Agroindustri berasal dari dua kata agricultural dan industry yang berarti suatu industri yang menggunakan hasil pertanian sebagai bahan baku utamanya atau suatu industri

Judi Pat#l#gis ditandai dengan judi maladaptif yang erulang dan menetap dan menimulkan masalah ek#n#mi serta gangguan yang signifikan di dalam fungsi  priadi,

Manajemen sumber daya manusia adalah suatu proses menangani berbagai masalah pada ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh, manajer, dan pegawai lainnya untuk dapat menunjang

[r]