• Tidak ada hasil yang ditemukan

DASAR HUKUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DASAR HUKUM"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

DASAR HUKUM

UU No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dijelaskan bahwa yang dimaksud barang milik negara adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN dan perolehan lainnya yang sah.

PP 6 tahun 2006 tentang Pengelolaan BMN/D disebutkan perolehan lain yang sah antara lain

sumbangan/hibah, pelaksanaan perjanjian/kontrak, ketentuan undang-undang, dan putusan pengadilan

PP 23 tahun 2005 pasal 9 ayat (5) mengatur bahwa tarif layanan BLU harus mempertimbangkan:

kontinuitas dan pengembangan layanan; daya beli masyarakat; asas keadilan dan kepatutan; serta kompetisi yang sehat

(3)

PENGELOLAAN BMN

rangkaian kegiatan perencanaan,

pengadaan, penggunaan, pemeliharaan dan pengamanan, pemanfaatan,

penilaian, sampai dengan penghapusan BMN dan tindak lanjutnya berupa

pemindahtanganan yang seluruh kegiatannya ditatausahakan serta dilakukan dengn pembinaan,

pengawasan dan pengendalian

(4)

KONSEP PENGELOLAAN BMN

1. Perencanaan kebutuhan berdasarkan ketersediaan dan standar kebutuhan untuk pelayanan;

2. Pengadaan dengan cara yang memungkinkan terjadinya persaingan sehat, mendapatkan barang bermutu baik, terjadinya harga yang wajar, tepat jumlah, dan tepat waktu;

3. Penggunaan terbatas untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi;

4. Penilaian dilakukan untuk mendapatkan harga yang wajar;

5. Nilai wajar diperlukan untuk neraca, pemanfaatan, dan pemindahtanganan;

6. Tanah / bangunan idle diserahkan kepada Pengelola;

7. Pengelola menetapkan pengalihan status penggunaan kepada Pengguna Lain;

8. BMN idle dimanfaatkan untuk tujuan pengamanan dan penerimaan PNBP;

9. Terhadap BMN idle yang tidak dapat dimanfaatkan dilakukan pemindahtanganan;

10. Terhadap BMN yang tidak dapat dimanfaatkan atau dipindahtangankan dilakukan pemusnahan;

11. Agar seluruh kegiatan terlaksana dengan tertib, maka semua transaksi harus ditatausahakan dengan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian yang memadai.

(5)

ASAS PENGELOLAAN BMN

1. asas fungsional, yaitu pengambilan keputusan dan pemecahan

masalah- masalah di bidang pengelolaan barang milik negara yang dilaksanakan oleh kuasa pengguna barang, pengguna barang dan pengelola barang sesuai fungsi, wewenang, dan tanggungjawab masing-masing;

2. azas kepastian hukum, yaitu pengelolaan barang milik negara harus dilaksankan berdasarkan hokum dan peraturan perundang-

undangan;

3. asas transparansi, yaitu penyelenggaraan pengelolaan barang milik negara harus transparan terhadap hak masyarakat dalam

memperoleh informasi yang benar;

4. asas efisiensi, yaitu pengelolaan barang milik negara diarahkan agar barang milik Negara/daerah digunakan sesuai batasan-batasan

standar kebutuhan yang diperlukan dalam rangka menunjang penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi pemerintah secara optimal;

5. asas akuntabilitas, yaitu setiap kegiatan pengelolaan barang milik negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat;

6. asas kepastian nilai, yaitu pengelolaan barang milik negara / daerah serta penyusunan Neraca Pemerintah.

(6)

SASARAN PENGELOLAAN BMN

1. terjaminnya pengaman asset;

2. dihindarinya pemborosan dalam pengadaan, pemeliharaan, dan pengamanan;

3. peningkatan PNBP dengan cara:

a. tanah / gedung idle diserahkan kepada Pengelola (pasal 17 (1) dan 19 (1));

b. optimalisasi dengan cara pengalihan status penggunaan kepada pengguna lain (pasal 17 (4));

c. pemanfaatan asset idle untuk disewakan, dipinjam pakaikan, dikerjasama (pasal 22 – 26);

d. pemanfaatankan, dibangunserahgunakan, atau dibangungunaserahkan (pasal 27 – 31);

e. pemindahtanganan asset yang tidak ekonomis (pasal 45- 70).

(7)

ISTILAH PENGELOLAAN BMN (1)

Penggunaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pengguna barang dalam mengelola dan menatausahakan barang milik negara yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsi instansi yang bersangkutan.

Pemanfaatan adalah pendayagunaan barang milik negara yang tidak dipergunkan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi kementerian/

lembaga dalam bentuk sewa, pinjam pakai, kerjasama pemanfaatan, dan bangun serah guna/bangun guna serah dengan tidak mengubah status kepemilikan.

Sewa adalah pemanfaatan barang milik negara oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dan menerima imbalan uang tunai.

Pinjam pakai adalah penyerahan penggunaan barang antara

pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dan antar pemerintah daerah dalam jangka waktu tertentu tanpa menerima imbalan dan setelah jangka waktu tersebut berakhir diserahkan kembali kepada pengelola barang.

(8)

ISTILAH PENGELOLAAN BMN (2)

Kerjasama pemanfaatan adalah pendayagunaan barang milik negara oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dalam rangka peningkatan penerimaan negara bukan pajak dan sumber

pembiayaan lainnya.

Bangun guna serah adalah pemanfaatan barang milik negara berupa tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan / atau sarana berikut fasilitasnya, kemudian didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati, untuk selanjutnya diserahkan kembali tanah beserta bangunan dan / atau sarana berikut fasilitasnya setelah

berakhirnya jangka waktu.

Bangun serah guna adalah pemanfaatan barang milik negara berupa tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan / atau sarana berikut fasilitasnya, dan setelah selesai

pembangunannya diserahkan untuk didayagunakan oleh pihak tersebut dalam jangka waktu tertentu yang disepakati.

(9)

PENGELOLAAN KEUANGAN BLU (1)

BLU bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan

kehidupan bangsa dengan memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasar prinsip ekonomi dan produktivitas, dan penerapan praktek bisnis yang sehat

Pendapatan BLU berasal dari penerimaan

anggaran dari APBN/APBD, pendapatan jasa layanan dan hasil kerjasama BLU dapat

dikelola langsung untuk membiayai belanja BLU sesuai RBA (pasal 14 PP 23 tahun 2005)

(10)

PENGELOLAAN KEUANGAN BLU (2)

Sebagai penyeimbang pemberian fleksibilitas pengelolaan keuangannya, BLU dikendalikan secara ketat dalam perencanaan dan

penganggarannya serta dalam

pertanggungjawabannya; BLU wajib menghitung harga pokok dari layanannya dengan kualitas dan kuantitas yang distandarkan oleh menteri teknis pembina.

Ketentuan mengenai tarif dalam PP 23 tahun 2005 merupakan ketentuan tarif yang bersifat normatif

Permohonan tarif oleh satker BLU harus memenuhi sebagaimana dimaksud dalam PP 23 tahun 2005

(11)

PENYUSUNAN TARIF

MENURUT PP 23 TAHUN

2005

Tarif disusun atas dasar perhitungan biaya per unit layanan atau hasil per investasi dana

Tarif diusulkan satker BLU kepada

Menteri/pimpinan Lembaga selanjutnya

diusulkan kepada Menteri Keuangan untuk ditetapkan

Tarif harus mempertimbangkan:

1. Kontinuitas dan Pengembangan layanan

2. Daya beli masyarakat

3. Asas keadilan dan kepatutan

4. Kompetisi yang sehat

(12)

Analisa tarif

Analisa pengembangan &

kontinuitas Layanan

Analisa terhadap daya beli masyarakat

Analisa keadilan dan kepatutan

Analisa terhadap kompetitor

(13)

Analisa pengembangan &

kontinuitas Layanan

Analisa pengaruh tarif terhadap

keberlangsungan usaha, tingkat

pertumbuhan

(14)

Analisa terhadap daya beli masyarakat

Analisis keterjangkauan daya beli dalam

membayar tarif yang meliputi analisis

kemampuan membayar (ability to pay)

terhadap tarif yang berlaku dan analisis

kemauan membayar (willingness to pay)

.

(15)

Analisa keadilan dan kepatutan

Tarif yang ditetapkan seimbang dengan manfaat yang diperoleh oleh penerima layanan

Tarif ditetapkan mempertimbangkan dampak bagi pengguna jasa

Tarif yang ditetapkan tidak bertentangan dengan peraturan dan kebijakan pemerintah.

Tarif mempertimbangkan kelangsungan usaha disatu pihak dan kemampuan masyarakat untuk membayar

Mempertimbangkan aspek keadilan sehubungan dengan kebijakan tarif yang dikenakan terhadap masyarakat yang dikenakan tarif

(16)

TARIF LAYANAN BLU

1.

Atas kegiatan-kegiatan sesuai tupoksi satker BLU baik yang diselenggarakan sendiri

maupun dengan kerjasama operasional (KSO)

2.

Atas penggunaan BMN

3.

Sewa untuk penunjang tupoksi

Atas seluruh layanan tupoksi dan penunjang tupoksi yang tarifnya ditetapkan dalam PMK

Tarif, merupakan pendapatan satker BLU yang

dapat digunakan langsung

(17)

PENDAPATAN SEBAGAI PNBP

1.

Atas kegiatan-kegiatan non tupoksi

2.

Atas pemanfaatan BMN

3.

Atas Kerjasama Pemanfaatan

4.

Atas Sewa yang bukan tupoksi dan/atau bukan penunjang tupoksi

5.

BGS dan BSG

Berlaku PP 6 tahun 2006 (PNBP yang harus

disetor ke Kas Negara)

(18)

PMK tentang KSO

Saat ini tengah disusun Peraturan

Menteri Keuangan tentang Kerjasama

Operasional (KSO) satker BLU

(19)

SEKIAN

TERIMA

KASIH

Referensi

Dokumen terkait

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Rektor Universitas Udayana Prof.Dr.dr.Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD, Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana

Hasil uji statistic diperoleh, variabel yang mempunyai nilai p < 0.05 adalah izin usaha, sumber air baku, mesin dan peralatan, kondisi alat sterilisasi, ruang pengisian

Pokok bahasan utama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah motif followers account @Jazztraffic Surabaya dalam menggunakan media sosial Twitter. Terdapat sepuluh

Rincian Anggaran Belanja Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah Sub Kegiatan : 7.01.02.2.02.01 Perencanaan Kegiatan Pelayanan kepada Masyarakat di Kecamatan Sumber Pendanaan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: a) untuk mendeskripsikan kelayakan perangkat pembelajaran dalam pelaksanaan model Problem Based Learning (PBL)

Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa anak usia sekolah yang tinggal di rumah dan di panti asuhan sebagian besar memiliki harga diri tinggi sehingga dinyatakan tidak adanya

Pemilihan nilai ambang untuk kelompok bulan hujan dapat dilihat pada Gambar 7(a), terlihat perubahan mulai terjadi di titik antara 100 dan 200 dan berdasarkan grafik

Dengan bahan dasar yang sangat baik, lotion ini dapat mencerahkan seluruh wajah sekaligus melindungi kulit dari kerusakan siang hari yang disebabkan oleh sinar UV dan