• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2020 Menteri Ketenagakerjaan IDA FAUZIYAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2020 Menteri Ketenagakerjaan IDA FAUZIYAH"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Assalamualaikum wr.wb

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan Rahmat, Karunia dan Ridho-Nya sehingga Laporan Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan Tahun 2019 dapat disusun dengan baik.

Laporan Kinerja Tahun 2019 merupakan wujud akuntabilitas dan transparansi Kementerian Ketenagakerjaan dalam melaksanakan program kerjanya.

Dalam laporan kinerja, diuraikan seluruh target program, pencapaian kinerja, strategi pendukung keberhasilan, kendala serta upaya ke depan yang akan terus dilakukan Kementerian Ketenagakerjaan guna meningkatkan kinerjanya.

Fokus dalam mewujudkan Visi Pembangunan Nasional Tahun 2015-2019, Terwujudnya Indonesia Yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”, maka arah kebijakan dan strategi Kementerian Ketenagakerjaan dirumuskan dalam sembilan agenda prioritas pembangunan bidang ketenagakerjaan yang disebut dengan NAWAKERJA KETENAGAKERJAAN.

KATA PENGANTAR

Untuk mewujudkan terlaksananya sembilan agenda prioritas bidang ketenagakerjaan tersebut, Kementerian Ketenagakerjaan telah menetapkan program kerja sebagaimana tercantum dalam Rencana Strategis Tahun 2020- 2024 yang mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019. Guna memastikan bahwa program-program tersebut terlaksana dengan baik, maka setiap program diukur pencapaiannya untuk memastikan bermanfaat bagi masyarakat khususnya tenaga kerja.

Kementerian Ketenagakerjaan akan terus mengembangkan program- program inovatif untuk mempermudah dan mempercepat pelayanan bagi masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan kepada tenaga kerja.

IDA FAUZIYAH Jakarta, Februari 2020

Menteri Ketenagakerjaan

(3)

ii

(4)

HALAMAN

PENGANTAR i

PERNYATAAN TELAH DI REVIU ii

DAFTAR ISI iii

DAFTAR TABEL iv

DAFTAR GAMBAR v

DAFTAR GRAFIK vi

IKHTISAR EKSEKUTIF vii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. LATAR BELAKANG 2

B. MAKSUD DAN TUJUAN 2

C. KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI 3

D. STRUKTUR ORGANISASI 4

E. SDM APARATUR KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN

7

F. POTENSI DAN PERMASALAHAN 8

BAB II PERENCANAAN KETENAGAKERJAAN 12

A. AGENDA PEMBANGUNAN

KETENAGAKERAAN PADA RPJMN 2015-2019

13

B. RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN

14

C. ARAH KEBIJAKAN 14

D. PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2019 16 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019 17

A. CAPAIAN KINERJA 18

B. AKUNTABILITAS ANGGARAN 49

BAB IV PENUTUP 52

A. KESIMPULAN 53

B. RENCANA TINDAK LANJUT 53

LAMPIRAN 55

DAFTAR ISI

(5)

Tabel 1 Capaian Sasaran Strategis Kementerian

Ketenagakerjaan Tahun 2019 viii

Tabel 2.1 Sasaran dan Indikator Kinerja Strategis Kementerian

Ketenagakerjaan Tahun 2019 15

Tabel 2.2 Perjanjian Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan

Tahun 2019 16

Tabel 3.1 Perbandingan IPK Tahun 2018 dan 2019 21 Tabel 3.2 Indikator Pembangunan Ketenagakerjaan 22 Tabel 3.3 Jumlah Tenaga Kerja Bersertifikat Kompetensi Tahun

2014 s.d 2019

25 Tabel 3.4 Penyediaan Lapangan Kerja Tahun 2015 - 2019 30

Tabel 3.5 Jenis Norma Ketenagakerjaan 38

Tabel 3.6 Sasaran Strategis 7 : Peningkatan Kapasitas

Organisasi 42

Tabel 3.7 Pagu Anggaran Kemnaker Per Program Tahun

Anggaran 2019 49

Tabel 3.8 Pagu Anggaran Kementerian Ketenagakerjaan Per

Belanja Tahun Anggaran 2019 50

Tabel 3.9 Pagu Anggaran Kementerian Ketenagakerjaan

berdasarkan kewenangan 51

DAFTAR TABEL

HALAMAN

iv

(6)

Gambar 1.1 Struktur Organisasi Kementerian Ketenagakerjaan 7 Gambar 1.2 Kondisi Ketenagakerjaan Tahun 2019 10 Gambar 3.1 Penyerahan Penghargaan IPK Tahun 2019 23 Gambar 3.2 Penyerahan Penghargaan Produktivitas

PARAMAKARYA Tahun 2019

29

Gambar 3.3 Penghargaan Terbaik II JDIHN Award Tahun 2019 45

Gambar 3.4 Penghargaan ANRI Atas Pengawasan Kearsipan Tahun 2019

46

Gambar 3.5 Penyerahan Penghargaan Pengawasan Kearsipan Tahun 2019

46

Gambar 3.6 Penghargaan KIP dengan predikat Menuju Informatif Tahun 2019

47

Gambar 3.7 Penyerahan Penghargaan KIP Tahun 2019 Kepada Kemnaker

47

DAFTAR GAMBAR

HALAMAN

(7)

Grafik 1.1 Jumlah ASN Kemnaker Menurut Jenis Kelamin Per-Unit Kerja Eselon

7 Grafik 1.2 Jumlah ASN Kemnaker Berdasarkan Pendidikan

Tahun 2019

8 Grafik 1.3 Jumlah ASN Kemnaker Berdasarkan Golongan

Tahun 2019

8 Grafik 1.4 Perubahan Struktur Usia dan Ledakan Penduduk Usia

Kerja Indonesia Tahun 1961-2045

9 Grafik 1.5 TPT Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir 10 Grafik 3.1 Sasaran Strategis 1, Indikator Kinerja :

Persentase Angka Pengangguran (%)

18 Grafik 3.2 Sasaran Strategis 2, Indikator Kinerja :

Jumlah Provinsi Dengan Indeks pembangunan Ketenagakerjaan Baik (66,00-79,99)

20

Grafik 3.3 Sasaran Strategis 3, Indikator Kinerja 1 :

Persentase Tenaga Kerja yang Bersertifikat Kompetensi (%)

24

Grafik 3.4 Sasaran Strategis 3, Indikator Kinerja 2 : Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja (%)

27

Grafik 3.5 Sasaran Strategis 4, Indikator Kinerja 1 :

Penyediaan Lapangan Kerja Tahun 2015-2019 (Orang)

29

Grafik 3.6 Persentase Penduduk Bekerja Menurut Kegiatan Formal dan Informal Tahun 2015 – 2019

31

Grafik 3.7 Sasaran Strategis 5, Indikator Kinerja 1 :

Persentase Penurunan Angka Perselisihan Hubungan Industrial Antara Pekerja dengan Perusahaan (%)

32

Grafik 3.8 Tren Penurunan Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial

33

Grafik 3.9 Jumlah Peserta Aktif BPJS Ketenagakerjaan Tahun 2015-2019

35

Grafik 3.10 Sasaran Strategis 6, Indikator Kinerja 1 : Jumlah Perusahaan yang Menerapkan Norma Ketenagakerjaan

37

Grafik 3.11 Sasaran Strategis 6, Indikator Kinerja 2 : Jumlah Pekerja Anak yang ditarik dari Bentuk Pekerjaan terburuk Anak (BPTA)

40

Grafik 3.12 Realisasi Anggaran Kemnaker Tahun 2015-2019 50

DAFTAR GRAFIK

HALAMAN

vi

(8)

IKHTISAR EKSEKUTIF

Sesuai Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomer 27 Tahun 2016 tentang Rencana Strategis, Kementerian Ketenagakerjaan memiliki 7 (tujuh) Sasaran Strategis (SS) dengan 13 (tiga belas) Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS). Secara keseluruhan, pencapaian kinerja menunjukan terdapat 9 (sembilan) indikator kinerja sasaran strategis yang mencapai dan melampaui target. Indikator kinerja sasaran strategis yang melampaui target diantaranya adalah Jumlah Provinsi yang Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan (IPK) yang baik, Persentase Tenaga Kerja Yang Bersertifikat Kompetensi, Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja, Penyediaan Lapangan Kerja 2015-2019, Persentase Penurunan Angka Perselisihan Hubungan Industrial Antara Pekerja Dengan Perusahaan, Jumlah Tenaga Kerja yang telah menjadi peserta Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan, dan Jumlah perusahaan yang menerapkan norma ketenagakerjaan. Indikator kinerja sasaran strategis yang mencapai target diantaranya; Jumlah Pekerja anak yang ditarik dari Bentuk Pekerjaan Terburuk Anak, dan Opini Badan Pemeriksa Keuangan. Capaian kinerja Kementerian Ketenagakerjaan tersebut, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA SATUAN SASARAN STRATEGIS

T R C (%)

1 2 3 1 2 3

1. Meningkatnya kesempatan kerja masyarakat Indonesia

1. Persentase angka pengangguran

% 4,0-5,0 5,28 94,40

2. Peningkatan Pembangunan Ketenagakerjaan di Provinsi

1. Jumlah Provinsi yang Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan (IPK) yang baik (66,00 – 79,99)

Provinsi 6 7 116,70

3. Peningkatan kompetensi dan produktivitas tenaga kerja

1. Persentase Tenaga Kerja yang bersertifikat

Kompetensi

% 3,50 3,76 107,43

2. Tingkat Produktivitas Juta per

Tabel 1

Capaian Sasaran Strategis Kementerian Ketenagakerjaan Tahun 2019

(9)

SASARAN

STRATEGIS INDIKATOR KINERJA SATUAN SASARAN STRATEGIS

T R C (%)

1 2 3 1 2 3

4. Peningkatan Kualitas

Penempatan dan Pemberdayaan Tenaga Kerja

1. Penyediaan Lapangan Kerja 2015-2019

Orang 2.000.

000

2.248.

445

112,42

2. Peningkatan Persentase Tenaga Kerja Formal

% 51 44,28 86,82

5. Penciptaan Hubungan Industrial yang Harmonis dan memperbaiki iklim ketenagakerjaan

1. Persentase penurunan angka perselisihan hubungan industrial antara pekerja dengan perusahaan

% 12,00 39,65 330,42

2. Jumlah Tenaga Kerja yang telah menjadi peserta Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (Formal dan Informal)

Orang 33.524 .978

34.367 .581

102,51

6. Peningkatan perlindungan tenaga kerja, menciptakan rasa keadilan dalam dunia usaha dan pengembangan sistem

1. Jumlah perusahaan yang menerapkan norma ketenagakerjaan

Perusaha an

23,140 23.591 101,95

2. Jumlah Pekerja anak yang ditarik dari Bentuk Pekerjaan Terburuk Anak (BPTA)

Pekerja Anak

18.000 18.000 100

7. Peningkatan Kapasitas dan Kualitas Organisasi

1. Opini Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

Opini WTP WTP 100

2. Hasil Evaluasi AKIP Nilai BB B 80

3. Indeks Reformasi Birokrasi

Nilai 83 75.02 90.38

Untuk realisasi keuangan Kementerian Ketenagakerjaan Tahun Anggaran 2019 (sampai tanggal 27 Januari 2020) sebesar Rp. 5.288.351.939.479 ,- atau sebesar 91.26% dari total pagu kementerian Rp. 5.794.956.218.000 ,-.

viii

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

(11)

Pembangunan Ketenagakerjaan sebagai bagian dari pembangunan nasional memiliki peranan yang sangat penting untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Presiden Republik Indonesia melalui Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara, membentuk Kementerian Ketenagakerjaan yang menangani urusan pemerintahan wajib, yang ruang lingkupnya disebutkan dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Kementerian Ketenagakerjaan dituntut untuk menjalankan fungsi dan tugasnya secara sungguh-sungguh dan penuh tanggungjawab berdasarkan asas-asas umum penyelenggaraan negara sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 yakni: asas kepastian hukum, asas-asas tertib penyelenggaraan negara, asas kepentingan umum, asas keterbukaan, asas proporsionalitas, asas profesionalitas, dan asas akuntabilitas.

Sebagai bentuk penjabaran dari asas akuntabilitas yang menuntut penyelenggara negara untuk mempertanggungjawabkan setiap kegiatan dan hasil akhir kegiatan kepada seluruh lapisan masyarakat, maka Kementerian Ketenagakerjaan sebagai salah satu penyelenggara negara diwajibkan menyusun Laporan Kinerja sesuai amanah Peraturan Presiden RI Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntablilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

Laporan kinerja ini disusun untuk menggambarkan pencapaian visi dan misi pemerintah khususnya yang berkaitan pencapaian target dan indikator Kementerian Ketenagakerjaan selama kurun waktu tahun 2019, sesuai amanat Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah, dan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, serta Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, yang disampaikan kepada Presiden melalui Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.

A. LATAR BELAKANG

Penyusunan Laporan Kinerja adalah sebagai bentuk pertanggungjawaban Menteri Ketenagakerjaan kepada Presiden atas pelaksanaan program/kegiatan dan pengelolaan anggaran dalam rangka mencapai sasaran/target yang telah ditetapkan. Laporan Kinerja digunakan sebagai upaya perbaikan untuk peningkatan kinerja di lingkungan Kementerian Ketenagakerjaan demi perbaikan kinerja yang berkelanjutan.

B. MAKSUD DAN TUJUAN

2

(12)

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 165 Tahun 2014 tentang Penataan Tugas Fungsi Kabinet Kerja, Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara dan Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2015 tentang Kementerian Ketenagakerjaan, maka kedudukan, tugas, fungsi, susunan organisasi dan tata kerja Kementerian Ketenagakerjaan didefinisikan sebagai berikut :

1. Kedudukan Kementerian Ketenagakerjaan dipimpin oleh Menteri Ketenagakerjaan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.

2. Tugas Kementerian Ketenagakerjaan mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang ketenagakerjaan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.

3. Kementerian Ketenagakerjaan menyelenggarakan fungsi :

a. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan daya saing tenaga kerja dan produktivitas, peningkatan penempatan tenaga kerja dan perluasan kesempatan kerja, peningkatan peran hubungan industrial dan jaminan sosial tenaga kerja, pembinaan pengawasan ketenagakerjaan serta keselamatan dan kesehatan kerja;

b. koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Ketenagakerjaan;

c. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggungjawab Kementerian Ketenagakerjaan;

d. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Ketenagakerjaan;

e. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian Ketenagakerjaan di daerah;

f. pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

g. pelaksanaan perencanaan, penelitian dan pengembangan di bidang ketenagakerjaan.

C. KEDUDUKAN TUGAS DAN FUNGSI

(13)

Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2015 tentang Kementerian Ketenagakerjaan, Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Ketenagakerjaan, Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 8 Tahun 2018 tentang Perubahan atas peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2015 dan Peraturan Menteri Nomor 12 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Nomor 13 Tahun 2015, dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Kementerian Ketenagakerjaan, terdapat 7 unit eselon I, sebagai berikut:

D. STRUKTUR ORGANISASI

1. Sekretariat Jenderal, bertanggungjawab kepada Menteri yang dipimpin oleh seorang Sekretaris Jenderal dan mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Kementerian Ketenagakerjaan. Susunan organisasi Setjen terdiri dari : Biro Perencanaan dan Manajemen Kinerja, Biro Keuangan, Biro Organisasi dan Sumber Daya Manusia Aparatur, Biro Hukum, Biro Umum, Biro Kerjasama Luar Negeri, Biro Hubungan Masyarakat, dan Pusat Pendidikan dan Pelatihan SDM Ketenagakerjaan, serta Kelompok Jabatan Fungsional.

2. Inspektorat Jenderal, bertanggungjawab kepada Menteri yang dipimpin oleh seorang Inspektur Jenderal dan mempunyai tugas menyelenggarakan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Ketenagakerjaan, dengan susunan organisasi Itjen terdiri dari Sekretariat Itjen, Inspektorat Wilayah I; Inspektorat Wilayah II; Inspektorat Wilayah III; Inspektorat Wilayah IV; dan Kelompok Jabatan Fungsional.

3. Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas, bertanggungjawab kepada Menteri yang dipimpin oleh seorang Direktur Jenderal dan mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan daya saing tenaga kerja dan produktivitas, dengan susunan organisasi Ditjen Binalattas terdiri dari Sekretariat Ditjen Binalattas; Direktorat (Dit) Bina Standarisasi Kompetensi dan Pelatihan Kerja, Dit. Bina Kelembagaan Pelatihan, Dit.

Bina Instruktur dan Tenaga Pelatihan, Dit. Bina Pemagangan, Dit. Bina Produktivitas, dan kelompok jabatan fungsional, serta didukung oleh 23 Unit Pelaksana Teknis Pusat, yaitu Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja (BBPLK) Medan, BBPLK Serang, BBPLK Bekasi, BBPLK Bandung,

4

(14)

4. Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja, bertanggungjawab kepada Menteri yang dipimpin oleh seorang Direktur Jenderal dan mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan penempatan tenaga kerja dan perluasan kesempatan kerja, dengan susunan organisasi Ditjen Binapenta dan PKK terdiri dari Sekretariat Ditjen, Dit. Pengembangan Pasar Kerja, Dit. Penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri, Dit. Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Luar Negeri, Dit. Pengembangan dan Perluasan Kesempatan Kerja, Dit. Pengendalian Penggunaan Tenaga Kerja Asing, dan Kelompok Jabatan Fungsional serta didukung oleh 1 UPTP, yaitu Balai Besar Pengembangan Pasar Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja Lembang.

5. Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja, bertanggungjawab kepada Menteri yang dipimpin oleh seorang Direktur Jenderal dan mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan hubungan industrial dan jaminan sosial tenaga kerja, dengan susunan organisasi Ditjen PHI dan Jamsos terdiri dari Sekretariat Ditjen PHI dan Jamsos, Dit. Persyaratan Kerja, Dit. Pengupahan, Dit. Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Dit. Kelembagaan dan Kerjasama Hubungan Industrial, Dit.

Pencegahan dan Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial; dan Kelompok Jabatan Fungsional.

BBPLK Semarang, Balai Besar Peningkatan Produktivitas Bekasi, Balai Latihan Kerja (BLK) Banda Aceh, BLK Padang, BLK Surakarta, BLK Samarinda, BLK Makassar, BLK Kendari, BLK Ternate, BLK Ambon, BLK Sorong, BLK Lembang, BLK Lombok Timur, BLK Bantaeng, Balai Peningkatan Produktivitas Kendari, BLK Sidoarjo, BLK Banyuwangi, BLK Pangkep dan BLK Belitung. Selain itu Direktorat Jenderal Binalattas juga membawahi Sekretariat Badan Nasional Sertifikasi Profesi.

(15)

6. Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, bertanggungjawab kepada Menteri yang dipimpin oleh seorang Direktur Jenderal yang mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan pengawasan ketenagakerjaan serta keselamatan dan kesehatan kerja, dengan susunan organisasi Ditjen Binwasnaker & K3 terdiri dari; Sekretariat Ditjen Binwasnaker dan K3, Dit. Pengawasan Norma Kerja dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Dit. Pengawasan Norma Kerja Perempuan dan Anak, Dit. Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Dit. Bina Penegakan Hukum Ketenagakerjaan, Dit. Bina Keselamatan dan Kesehatan Kerja; dan Kelompok Jabatan Fungsional serta di dukung oleh 6 UPTP, yaitu Balai Besar Pengembangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Makassar, Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (BK3) Bandung, Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja Medan, Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja Samarinda, Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja Jakarta, Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja Surabaya.

7. Badan Perencanaan dan Pengembangan Ketenagakerjaan, bertanggungjawab kepada Menteri yang dipimpin oleh seorang Kepala Badan mempunyai tugas menyelenggarakan dukungan perencanaan tenaga kerja, pengelolaan data dan informasi, pengembangan sistem informatika, serta penelitian dan pengembangan di bidang ketenagakerjaan, dengan susunan organisasi Barenbang terdiri dari;

Sekretariat Barenbang, Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan, Pusat Data dan Informasi Ketenagakerjaan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Ketenagakerjaan, Pusat Teknologi Informasi Ketenagakerjaan dan Kelompok Jabatan Fungsional.

8. Staf Ahli Menteri adalah unsur pembantu dalam memberikan telaahan, pertimbangan, dan saran pemecahan masalah secara konseptual mengenai hal-hal tertentu menurut keahliannya yang berkaitan dengan ketenagakerjaan, susunan Staf Ahli Menteri Ketenagakerjaan terdiri dari:

a. Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Sumber Daya Manusia;

b. Staf Ahli Bidang Kerjasama Internasional;

c. Staf Ahli Bidang Hubungan Antar Lembaga;

d. Staf Ahli Bidang Kebijakan Publik.

6

(16)

Secara rinci struktur organisasi Kementerian Ketenagakerjaan sebagaimana pada gambar 1.1 di bawah ini :

Gambar 1.1 Struktur Organisasi Organisasi Kementerian Ketenagakerjaan RI

Jumlah SDM Aparatur Kementerian Ketenagakerjaan sampai dengan tanggal 31 Desember 2019 berjumlah 3.395 orang, dengan komposisi laki-laki sebanyak 2.006 orang atau 59,09% dan perempuan sebanyak 1.389 orang atau 40,91%, dengan gambaran SDM tahun 2019 berdasarkan jenis kelamin dari unit kerja seperti grafik berikut :

E. SDM APARATUR KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN

239

79 83

1,033

181 103 203

194 85

62 74

600

144 84

219

12

Setjen Itjen Barenbang Binalattas Binapenta

dan PKK PHI dan

Jamsos Binwasnaker

dan K3 Yang di Perbantukan

Laki-laki Perempuan

Grafik 1.1 Jumlah ASN Kemnaker Menurut Jenis Kelamin Per-Unit Kerja Eselon

Menurut tingkat pendidikan, jumlah pegawai Kementerian Ketenagakerjaan sampai dengan 31 Desember 2019 masih di dominasi oleh pendidikan Strata 1 (S1) yaitu: 1.842 orang atau 54,26%. Profil pendidikan pegawai Kementerian Ketenagakerjaan secara lebih rinci dapat dilihat pada grafik 2

(17)

14

727

1,842 32

347 10

5

362 32

24

S3 S2 S1 D4 D3 D2 D1 SLTA SLTP SD

Grafik 1.2 Jumlah ASN Kemnaker Berdasarkan Pendidikan Tahun 2019 Sedangkan jumlah pegawai Kementerian Ketenagakerjaan menurut golongan : Golongan IV sebanyak 554 orang, Golongan III sebanyak 2.447 orang, Golongan II sebanyak 377 orang, dan Golongan I sebanyak 17 orang.

16%

72%

11%

1%

IV III II I

Grafik 1.3 Jumlah ASN Kemnaker Berdasarkan Golongan Tahun 2019

1. POTENSI

a. Potensi Internal

1) Bonus Demografi :

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) data penduduk usia produktif (usia 15-64 tahun) akan mencapai persentase yang paling tinggi pada tahun 2025-2030, dan mencapai puncaknya pada tahun 2045, yaitu sebanyak 207,9 juta jiwa. Kondisi tersebut dapat dimanfaatkan untuk memacu ekonomi tentunya jika disertai kualitas SDM yang baik. Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk menjadikan bonus demografi sebagai pemacu ekonomi Indonesia diantranya adalah :

a) Memperluas lapangan kerja;

b) Meningkatkan iklim investasi;

c) Meningkatkan fleksibilitas pasar kerja serta pengembangan sistem kerja yang layak;

d) Pendalaman pendidikan tenaga kerja;

e) Peningkatan partisipasi perempuan dalam tenaga kerja.

F. POTENSI DAN PERMASALAHAN

8

(18)

Berikut grafik perubahan struktur usia dan ledakan penduduk usia kerja Indonesia, tahun 1961 – 2045

Grafik 1.4 Perubahan Struktur Usia dan Ledakan Penduduk Usia Kerja Indonesia, Tahun 1961–2045

2) Booming Ekonomi Digital dan Automasi :

Internet saat ini telah menjadi kebutuhan penduduk Indonesia. Data Statistik Indonesia-BPS pada 2017 menunjukkan rumah tangga yang pernah mengakses internet dalam 3 bulan terakhir sebesar 57,33%

atau meningkat dari 47,22% dibandingkan tahun sebelumnya.

Implikasinya adalah nilai perdagangan e-commerce diperkirakan sebesar 6%–9% dari PDB (Kemenkeu, Februari 2018). Transaksi perdagangan melalui internet meningkat pesat dari US$ 8 miliar pada 2013 menjadi US$ 28 miliar pada 2016 atau naik 3,5 kali lipat hanya dalam 3 tahun (Kemenkominfo, 2017). Potensi ini jika didukung kebijakan yang tepat di bidang ketenagakerjaan maka akan membuat tumbuh-kembang ekonomi digital selaras dengan upaya penciptaan lapangan kerja.

0 50 100 150 200 250

Penduduk (juta)

<15 15-64 65+

b. Potensi Eksternal

Salah satu bentuk potensi eksternal adalah globalisasi. Globalisasi perekonomian akan membentuk negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi tanpa rintangan batas teritorial negara. Tren globalisasi kewilayahan semakin gencar dengan hadirnya Asean Economic Community (AEC).

Dari sisi ketenagakerjaan hadirnya Asean Economic Community (AEC) merupakan peluang menempatkan tenaga profesional di negara- negara ASEAN.

(19)

Permasalahan utama Ketenagakerjaan di Indonesia pada umumnya adalah peningkatan kualitas pekerja dan produktivitas, Pekerja Migran Indonesia (PMI) di luar negeri baik penempatan maupun perlindungannya serta pemberdayaan masyarakat dan perluasan lapangan pekerjaan.

2. Permasalahan

Pengangguran masih menjadi isu ketenagakerjaan di Indonesia. Jika melihat tingkat pengangguran terbuka hasil survei BPS bulan Agustus tahun 2019 terjadi penurunan TPT dari 5,34% pada tahun 2018 menjadi 5,28%. Namun isu utama adalah dominasi pengangguran pada kelompok pendidikan sekolah kejuruan. Berikut data pengangguran berdasarkan tingkat pendidikan, survei bulan Agustus 2018 dan Agustus 2019:

a) Pengangguran mayoritas berasal dari tingkat pendidikan sekolah kejuruan (SMK)

Gambar 1.2 Kondisi Ketenagakerjaan Tahun 2019

Berdasarkan kondisi ketenagakerjaan hasil survei BPS bulan Agustus tahun 2019, terlihat bahwa ada beberapa tantangan yang menjadi isu ketenagakerjaan saat ini, diantaranya adalah:

2.43

4.80

7.95

11.24

6.02 5.89 2.41

4.75

7.92

10.42

5.99 5.67

<Sd SMP SMA SMK Diploma I/II/III Universitas

Penduduk Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Agustus 2018 – Agustus 2019 (%)

2018 2019

Grafik 1.5 TPT berdasarkan tingkat pendidikan terakhir

10

(20)

Konsekuensi dari tren automasi dan tuntutan untuk berinovasi, dibutuhkan tenaga kerja yang memiliki spesialisasi dan keahlian yang mendalam. Kebijakan ketenagakerjaan atau lebih luasnya kebijakan terkait dengan SDM harus dapat menjawab tantangan tersebut termasuk peningkatan keahlian digital perlu diterapkan pada berbagai institusi pendidikan menengah. Berdasarkan US Bureau of Labor Statistic dan analisis McKinsey Global Institute, pekerjaan yang didominasi oleh keterampilan teknis memiliki kecenderungan besar untuk diautomasi, dan umumnya level pendidikan pada pekerjaan ini rendah. Sementara itu pekerjaan dengan kemampuan analisis kompleks dan hubungan interpersonal seperti manajerial cenderung tidak terlalu terdampak oleh automasi. Atau dengan kata lain, kebutuhan keterampilan berubah menjadi keterampilan (skill) kognitif baik untuk mereka yang masuk ke dalam industri digital ataupun pekerjaan di pemerintahan yang butuh kemampuan menganalisa perubahan yang begitu cepat.

b) Pekerjaan Yang Terdampak Automasi

Daya saing ketenagakerjaan di Indonesia masih kalah jika dibandingkan dengan beberapa negara tetangga. Rendahnya mutu SDM Indonesia dipengaruhi oleh rendahnya tingkat pendidikan dan tidak dimilikinya kompetensi kerja. Dalam rangka meningkatkan daya saing melalui pelatihan kerja telah diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional, yang mewajibkan pelatihan yang dilakukan di tempat pelatihan kerja adalah Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) yang mengacu kebutuhan dunia kerja sehingga lulusan pelatihan dapat langsung bekerja. Dengan paradigma baru peningkatan kualitas tenaga kerja bertumpu pada tiga pilar utama, yaitu standar kompetensi kerja, pelatihan berbasis kompetensi serta sertifikasi kompetensi oleh lembaga yang independen.

c) Daya Saing Tenaga Kerja

(21)

BAB II

PERENCANAAN KINERJA

(22)

Merujuk pada Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019 dan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 27 Tahun 2016 tentang Rencana Strategis Kementerian Ketenagakerjaan Tahun 2015-2019, pembangunan bidang Ketenagakerjaan diarahkan pada 2 (dua) agenda pembangunan, yaitu :

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara;

2. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.

Kedua agenda pembangunan tersebut memiliki sasaran pokok, sebagai berikut :

1. Tingkat pengangguran terbuka sekitar 4% sampai dengan 5% hingga 2019;

2. Penyediaan lapangan kerja 10.000.000 sampai dengan 2019, atau rata- rata 2.000.000 per tahun;

3. Persentase tenaga kerja Formal meningkat menjadi 51% pada tahun 2019;

4. Kepesertaan SJSN Ketenagakerjaan sebesar 62,4 juta orang untuk Pekerja Formal dan 3,5 juta orang untuk Pekerja Informal sampai dengan 2019;

5. Jumlah tenaga kerja yang dilatih sebesar 2.170.377 orang secara kumulatif hingga 2019;

6. Jumlah tenaga kerja yang disertifikasi sebesar 863.819 orang secara kumulatif hingga 2019;

7. Kinerja lembaga pelatihan milik negara menjadi berbasis kompetensi, sebesar 25% sampai dengan tahun 2019.

Terkait dengan perkembangan pencapaian sasaran pokok RPJMN 2015-2019 untuk urusan Ketenagakerjaan tersebut, maka diperlukan indikator kinerja yang menjadi dasar dalam pengukuran kinerja Kementerian Ketenagakerjaan dalam melaksanakan pembangunan bidang Ketenagakerjaan.

A. AGENDA PEMBANGUNAN KETENAGAKERAAN PADA RPJMN 2015-2019

(23)

I. Visi

Visi Pembangunan Nasional untuk tahun 2015-2019 adalah :

“Terwujudnya Indonesia Yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”.

II. Misi

Dalam mewujudkan visi pembangunan nasional untuk tahun 2015–2019, misi pembangunan nasional sebagai berikut :

1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan;

2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis berlandaskan negara hukum;

3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim;

4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera;

5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing;

6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional;

7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

B. RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN 2015-2019

Atas misi tersebut, maka arah kebijakan dan strategi Kementerian Ketenagakerjaan dirumuskan dalam 9 agenda prioritas pembangunan bidang ketenagakerjaan yang disebut dengan NAWAKERJA KETENAGAKERJAAN, yaitu :

1. Penguatan Perencanaan Tenaga Kerja Nasional;

2. Percepatan Peningkatan Kompetensi Tenaga Kerja;

3. Percepatan Sertifikasi Profesi;

4. Perluasan Kesempatan Kerja Formal;

5. Penguatan Wirausaha Produktif;

6. Penciptaan Hubungan Industrial yang Sehat dan Produktif;

7. Penegakkan Hukum Ketenagakerjaan;

8. Peningkatan Perlindungan Pekerja Migran;

Komitmen Kementerian Ketenagakerjaan dalam menjalankan 9 agenda prioritas pembangunan bidang ketenagakerjaan tersebut dapat terlihat dari sasaran strategis kementerian dan indikator kinerja dari setiap sasaran strategis tersebut.

C. ARAH KEBIJAKAN

14

(24)

SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UNIT TERKAIT 1. Meningkatnya kesempatan

kerja masyarakat Indonesia

1. Persentase angka pengangguran

Seluruh Unit Kerja Kementerian 2. Peningkatan Pembangunan

Ketenagakerjaan di Provinsi

2. Jumlah Provinsi yang Indeks Pembangunan

Ketenagkaerjaan (IPK) Baik

Badan Perencanaan dan Pengembangan

Ketenagakerjaan 3. Peningkatan kompetensi

dan produktivitas tenaga kerja

3. Persentase Tenaga Kerja yang bersertifikat Kompetensi

Ditjen Pembinaan Pelatihan dan

Produktivitas 4. Tingkat Produktivitas Tenaga

Kerja 4. Peningkatan Kualitas

Penempatan dan Pemberdayaan Tenaga Kerja

5. Penyediaan Lapangan Kerja 2015-2019

Ditjen Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja 6. Peningkatan Persentase

Tenaga Kerja Formal 5. Perciptaan Hubungan

Industrial yang Harmonis dan memperbaiki iklim ketenagakerjaan

7. Persentase penurunan angka perselisihan hubungan industrial antara pekerja dengan perusahaan

Ditjen Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial

Tenaga Kerja 8. Jumlah Tenaga Kerja yang

telah menjadi peserta Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (Formal dan Informal)

6. Peningkatan perlindungan tenaga kerja, menciptakan rasa keadilan dalam dunia usaha dan pengembangan sistem

9. Jumlah perusahaan yang menerapkan norma ketenagakerjaan

Ditjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan

dan K3 10.Jumlah Pekerja anak yang

ditarik dari Bentuk Pekerjaan Terburuk Anak (BPTA)

7. Peningkatan Kapasitas dan Kualitas Organisasi

11.Opini Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

12.Hasil Evaluasi AKIP

13.Indeks Reformasi Birokrasi

Sekretariat Jenderal dan Inspektorat

Jenderal

Berikut adalah Tabel 2.1 Indikator Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan Tahun 2019:

Tabel 2.1

Sasaran dan Indikator Kinerja Strategis Kementerian Ketenagakerjaan Tahun 2019

(25)

Perjanjian kerja Kementerian Ketenagakerjaan Tahun 2019, adalah sebagai berikut:

D. PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2019

SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET SATUAN 1 Meningkatnya

kesempatan kerja masyarakat Indonesia

1. Persentase angka pengangguran

4,0-5,0 %

2 Peningkatan Pembangunan Ketenagakerjaan di Provinsi

2. Jumlah Provinsi yang Indeks Pembangunan

Ketenagkaerjaan (IPK) Baik 6 Provinsi

3 Peningkatan kompetensi dan produktivitas tenaga kerja

3. Persentase Tenaga Kerja yang

bersertifikat Kompetensi 3,50 %

4. Tingkat Produktivitas Tenaga

Kerja 79,05

Juta Tenaga

Kerja 4 Peningkatan

Kualitas

Penempatan dan Pemberdayaan Tenaga Kerja

5. Penyediaan Lapangan Kerja

2015-2019 2.000.000 Orang

6. Peningkatan Persentase

Tenaga Kerja Formal 51 %

5 Perciptaan

Hubungan Industrial yang Harmonis dan memperbaiki iklim ketenagakerjaan

7. Persentase penurunan angka perselisihan hubungan industrial antara pekerja dengan perusahaan

12,00 %

8. Jumlah Tenaga Kerja yang telah menjadi peserta Program Jaminan Sosial

Ketenagakerjaan (Formal dan Informal)

33.524.978 orang

6 Peningkatan

perlindungan tenaga kerja, menciptakan rasa keadilan dalam dunia usaha dan pengembangan sistem

9. Jumlah perusahaan yang menerapkan norma

ketenagakerjaan 23,140 Perusahaan

10. Jumlah Pekerja anak yang ditarik dari Bentuk Pekerjaan

Terburuk Anak (BPTA) 18,000 Pekerja Anak

7 Peningkatan Kapasitas dan Kualitas Organisasi

11. Opini Badan Pemeriksa

Keuangan (BPK) WTP

Nilai

12. Hasil Evaluasi AKIP BB

13. Indeks Reformasi Birokrasi 83

Tabel 2.2

Perjanjian Kinerja Kementerian Ketenagakerjaan Tahun 2019

16

(26)

BAB III

AKUNTABILITAS

KINERJA TAHUN 2019

(27)

1) Capaian Sasaran Strategis (SS) Kementerian Ketenagakerjaan Tahun 2019 Capaian kinerja Kementerian Ketenagakerjaan pada tahun 2019, adalah sebagai berikut:

A. CAPAIAN KINERJA

Grafik 3.1 Sasaran Strategis 1, Indikator Kinerja : Persentase angka pengangguran (%)

5,5-5,8 5,2-5,5 5,0-5,3 4,6-5,1 4,0-5,0

6.18 5.61 5.50 5.34 5.28

2015 2016 2017 2018 2019

Target Realisasi

Sasaran Strategis 1 : Meningkatnya Kesempatan Kerja Masyarakat Indonesia.

Sasaran Strategis ke-1 ini mengandung makna, peningkatan kompetensi tenaga kerja dan produktivitas. SS 1 didukung oleh Indikator Kinerja (IK) Persentase angka pengangguran.

Sumber : BPS

Indikator Kinerja : Persentase angka pengangguran

Penganggur adalah angkatan kerja yang tak punya pekerjaan dan mencari pekerjaan, tak punya pekerjaan dan mempersiapkan usaha, tak punya pekerjaan dan tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan, serta sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja. Pengukuran IK diperoleh dengan rumus:

Persentase angka

pengangguran = Jumlah Pengangguran

𝒙 100 Jumlah Angkatan Kerja

Dari Grafik 3.1 terlihat bahwa capaian belum memenuhi target yang telah ditetapkan. Persentase angka pengangguran pada tahun 2019 sebesar 5,28%, jika dibandingkan dengan target Kementerian Ketenagakerjaan yaitu sebesar 4 – 5%, maka capaian untuk indikator ini sebesar 94,40%. Namun jika kita melihat tren pencapaian persentase angka pengangguran dari tahun 2016 hingga tahun 2019, terjadi penurunan yang cukup signifikan. Pada tahun 2016 realisasi tingkat pengangguran adalah sebesar 5,61%, angka ini kemudian terus mengalami penurunan pada tahun 2017 dan 2018 yaitu sebesar 5,5% dan 5,34%.

18

(28)

Jika membandingkan pencapaian antar tahun dari tahun 2016 hingga 2019, maka pencapaian persentase angka pengangguran terendah berada pada tahun 2019, yang menunjukkan bahwa Kementerian Ketenagakerjaaan terus meningkatkan kinerja untuk menekan angka pengangguran dengan berbagai program kerja.

Program Kementerian Ketenagakerjaan yang mendukung dalam menekan persentase angka pengangguran diantaranya; program pembinaan pelatihan dan produktivitas yang memiliki tujuan utama untuk menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dibidang peningkatan daya saing tenaga kerja dan produktivitas; program pembinaan penempatan tenaga kerja dan perluasan kesempatan kerja yang memiliki tujuan utama untuk menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dibidang pembinaan, penempatan tenaga kerja dan perluasan kesempatan kerja;

program pembinaan pengawasan dan K3 yang memiliki tujuan utama untuk melakukan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dibidang pembinaan pengawasan ketenagakerjaan serta K3; program pembinaan hubungan industrial yang memiliki tujuan utama untuk melakukan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dibidang pembinaan hubungan industrial dan jaminan sosial tenaga kerja; serta program pendukung seperti perencanaan dan pengembangan tenaga kerja yang memiliki tujuan utama untuk melaksanakan dukungan perencanaan tenaga kerja, pengelolaan data dan informasi, pengembangan sistem informatika, serta penelitian dan pengembangan dibidang ketenagakerjaan.

Terdapat beberapa kondisi yang menyebabkan ketidakberhasilan dalam mencapai target pada indikator persentase angka pengangguran. Dari sisi supply, tingkat pengangguran tertinggi pada tahun 2019 berada pada pengangguran SMK (10,42%). Salah satu hal yang menarik hanya 1,5% yang berstatus sedang mempersiapkan usaha. Dari sini dapat diindikasikan bahwa tingginya tingkat pengangguran SMK di pedesaan, dari sisi supply, disebabkan oleh minimnya minat menjadi wirausaha. Selain itu, minimnya dukungan bagi wirausaha di pedesaan tentunya dapat pula menjadi indikasi.

Dari sisi demand, sektor pertanian, perdagangan, dan industri adalah sektor yang menjadi tumpuan penyerapan tenaga kerja di pedesaan. Pada tahun 2019, persentase pekerja pedesaan di ketiga sektor tersebut mencapai 67,17%.

Namun demikian, terjadi pelambatan pertumbuhan penyerapan tenaga kerjanya di sektor industri. Pada tahun 2019, pertumbuhan penyerapan tenaga kerja sektor industri sebesar 15,43%. Sedangkan sektor pertanian dan perdagangan masing-masing sebesar 15,78% dan 15,46%. Padahal, pada tahun 2018 pertumbuhan penyerapan tenaga kerja sektor industri jauh meninggalkan sektor pertaian dan perdagangan, di mana sektor industri mencapai 12,72%, sedangkan sektor pertanian dan perdagangan hanya 8,24%

dan 9,42%. Sehingga dapat dikatakan bahwa dalam mengatasi pengangguran, Kementerian Ketenagakerjaan bukan lah satu-satunya stakeholder yang ikut berperan dalam menekan angka pengangguran. Beberapa pihak lainnya baik swasta maupun kementerian lain, juga turut memberikan pengaruh terhadap persentase angka pengangguran.

(29)

Beberapa upaya kedepan yang dapat dilakukan Kementerian Ketenagakerjaan untuk dapat terus menurunkan persentase angka pengangguran, diantaranya : a. Meningkatkan kuantitas dan kualitas program dan jejaring wirausaha di

pedesaan dan bersifat lintas sektor.

b. Meningkatkan kualitas infrastruktur industri di pedesaan (listrik, logistik, dll).

c. Memberikan insentif bagi pelaku industri di pedesaan, baik dari sisi pasar input (modal, tenaga kerja, bahan baku, teknologi, dll) maupun pasar output (produk).

d. Pelatihan kerja bagi pekerja SMK di pedesaan.

Grafik 3.2 Sasaran Strategis 2, Indikator Kinerja : Jumlah Provinsi Dengan Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan (IPK) baik (66,00 – 79,99)

2 3 4 5 6

3 3

1

6 7

2015 2016 2017 2018 2019

Target Realisasi

Sasaran Strategis 2 : Peningkatan Pembangunan Ketenagakerjaan di Provinsi

Indikator Kinerja : jumlah provinsi yang Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan baik (66.00-79.99)

Banyaknya provinsi yang IPK bernilai baik. Pengukuran IPK tahun 2019 menggunakan 9 indikator utama dan 25 sub indikator. Indikator utama indeks ini mencakup keseluruhan bidang ketenagakerjaan, dan sub indikator merupakan kegiatan pokok indikator utama yang diselaraskan dengan SDGs bidang ketenagakerjaan. Setiap indikator dan sub indikator diberikan bobot sesuai dengan beban dan tanggung jawab di bidang ketenagakerjaan, sehingga IPK mampu menggambarkan keberhasilan pembangunan ketenagakerjaan setiap bidang atau indikator, provinsi dan nasional. Pengukuran IK diperoleh dengan rumus:

Jumlah provinsi yang memiliki Indeks

Pembangunan Ketenagakerjaan Baik = ∑ Provinsi yang memiliki IPK tingkatan status menengah ke atas (66.00-79.99)

Sasaran Strategis (SS) ke-2 ini mengandung makna pencapaian pembangunan ketenagakerjaan di suatu daerah sebagaimana diatur dalam fungsi Kementerian Ketenagakerjaan dalam pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian Ketenagakerjaan di daerah. SS 2 ditunjang oleh pencapaian indikator jumlah provinsi yang Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan (IPK) yang baik.

20

(30)

Capaian jumlah Provinsi dengan Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan (IPK) baik (66,00-79,99) pada tahun 2019 adalah 7 provinsi atau 116,67% dari target yang telah ditetapkan. Provinsi yang mencapai IPK dengan kategori Baik, diantaranya adalah D.I. Yogyakarta, Kalimantan Utara, DKI Jakarta, Kalimantan Tengah, Papua Barat, Kalimantan Timur dan Kepulauan Riau.

Jika dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2018, maka hasil pengukuran IPK Tahun 2019 menunjukkan adanya peningkatan jumlah provinsi yang memperoleh IPK dengan kategori baik, yang sebelumnya hanya terdapat 6 provinsi yang berkategori baik. Berikut adalah perbandingan hasil pengukuran IPK setiap provinsi tahun 2018 dan 2019:

Provinsi 2018 2019

DI Yogyakarta 68,70 70,80

Kalimantan Utara 64,80 69,63

DKI Jakarta 69,61 68,34

Kalimantan Tengah 66,68 67,95

Papua Barat 59,14 67,07

Kalimantan Timur 69,75 67,05 Kepulauan Riau 64,85 66,58 Sulawesi Tenggara 62,81 65,84

Jawa Tengah 61,76 65,71

Bali 66,61 65,29

Jawa Timur 62,05 64,74

Sulawesi Selatan 65,05 64,73 Sulawesi Utara 64,06 64,23 Kep. Bangka Belitung 63,23 63,82 Sulawesi Tengah 64,95 63,39 Kalimantan Selatan 67,85 62,63 Kalimantan Barat 60,97 62,18

Provinsi 2018 2019

Sumatera Barat 63,63 61,75

Sumatera Selatan 61,74 61,25

Bengkulu 62,06 61,21

Jambi 59,31 61,02

Banten 60,27 59,38

Riau 58,04 59,23

Jawa Barat 58,61 58,36

Nusa Tenggara Barat 50,55 57,84

Gorontalo 59,98 57,29

Maluku Utara 53,50 56,30

Aceh 59,12 55,11

Sulawesi Barat 48,12 53,49

Maluku 56,80 52,91

Papua 57,07 52,24

Sumatera Utara 57,31 52,11

Lampung 52,65 50,74

Nusa Tenggara Timur 45,87 45,88

Indonesia 60,81 61,06

Tabel 3.1 Perbandingan IPK Tahun 2018 dan 2019

Peningkatan Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Nasional pada tahun 2019 tersebut disebabkan terdapat 6 Indikator Utama yang mengalami kenaikan indeks, yaitu (1) Perencanaan Tenaga Kerja, (2) Penduduk dan Tenaga Kerja, (3) Pelatihan dan Kompetensi Kerja, (4) Hubungan Industrial, (5) Kondisi Lingkungan Kerja, serta (6) Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Hal ini didorong oleh meningkatnya kesadaran pemerintah daerah akan pentingnya perencanaan ketenagakerjaan dan pengembangan unit-unit pelatihan kerja berbasis komunitas. penguatan kelembagaan turut berperan dalam peningkatan indikator hubungan industrial dan kondisi lingkungan kerja. Serta program jaminan sosial ketenagakerjaan cukup efektif meningkatkan kesejahteraan pekerja di perusahaan disebabkan kesadaran pekerja dan pengusaha akan pentingnya jaminan sosial.

(31)

Indikator Utama & Sub Indikator Indeks

2018 2019 Grafik

Perencanaan Tenaga Kerja 7,55 8,17 ▲

Penduduk dan Tenaga Kerja 6,26 6,29 ▲

Kesempatan Kerja 11,23 10,00 ▼

Pelatihan dan Kompetensi Kerja 6,89 8,10 ▲

Produktivitas Tenaga Kerja 5,66 4,33 ▼

Hubungan Industrial 3,00 3,52 ▲

Kondisi Lingkungan Kerja 2,70 3,34 ▲

Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja

9,27 8,88 ▼

Jaminan Sosial Tenaga Kerja 8,26 8,44 ▲

Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan

60,81 61,06 ▲

Tabel 3.2 Indikator Pembangunan Ketenagakerjaan

Dari Tabel 3.2 terlihat adanya 3 indikator utama yang mengalami penurunan.

Ketiga indikator tersebut adalah Kesempatan Kerja, Produktivitas Tenaga Kerja, dan Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja. Penurunan ketiga indiktor tersebut antara lain disebabkan karena banyaknya kesempatan kerja yang masih bersifat informal sehingga menambah jumlah setengah penganggur, belum sigap dan siapnya unit usaha baru dan lama dalam menyiapkan sarana hubungan industrial di perusahaan serta mengikuti dan memenuhi pelaksanaan norma ketenagakerjaan yang berlaku, dan tidak memadainya jumlah tenaga kerja pengawas ketenagakerjaan di daerah. Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan (IPK) Nasional mencapai 61,06% pada tahun 2019, dengan Status Pembangunan Ketenagakerjaan Nasional pada tahun 2019 masih berada pada kategori “Menengah Bawah”.

Pemerintah Provinsi sudah cukup aware dengan SDGs dan mengimplementasikan pembangunan ketenagakerjaan sebagai instrumen pencapaian tujuan SDGs. Hal tersebut terlihat dari Peningkatan Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Nasional Tahun 2019 serta bertambahnya jumlah Provinsi yang memiliki Status IPK “Baik”. Menteri Ketenagakerjaan R.I., Bapak M. Hanif Dhakiri pada tanggal 14 November 2019 di Hotel Bidakara Jakarta secara langsung telah memberikan Penghargaan Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan kepada Provinsi-provinsi yang berhasil mencapai kinerja optimal. Secara keseluruhan, terdapat 19 kategori penghargaan dengan total 13 provinsi yang memperoleh penghargaan.

Sumber: Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan, Barenbang Kemnaker Tahun 2018 s.d 2019

22

(32)

Gambar 3.1 Penyerahan penghargaan IPK Tahun 2019

Beberapa kegiatan telah dilaksanakan untuk mendukung pencapaian target indikator kinerja program Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan. Kegiatan tersebut adalah:

1. Penerapan Perencanaan Tenaga Kerja

Kegiatan ini dilakukan untuk mendorong Provinsi dan Kabupaten/

Kota untuk menyusun dokumen Rencana Tenaga Kerja Daerah (RTKD).

Dokumen tersebut dapat digunakan dalam menyusun perencanaan tenaga kerja serta dapat memberikan rekomendasi kebijakan terhadap isu ketenagakerjaan di setiap daerah. Pada tahun 2019 telah disusun sebanyak 554 RTKD instansi (provinsi/kabupaten/kota).

2. Peningkatan Kapasitas Petugas Pengukur Daerah

Kegiatan ini dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada Petugas Pengukur Daerah di 34 Provinsi untuk melakukan pengumpulan data yang dibutuhkan dalam Pengukuran IPK.

Upaya yang akan dilakukan ke depannya antara lain:

1. Melakukan diseminasi hasil Pengukuran Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan kepada setiap Unit Teknis terkait di lingkungan Kementerian Ketenagakerjaan.

2. Memberikan pembinaan lanjutan dan evaluasi kepada provinsi-provinsi yang belum mencapai nilai IPK “Baik” (Menengah Atas) serta pada provinsi-provinsi yang mengalami penurunan nilai IPK.

(33)

Grafik 3.3 Sasaran Strategis 3, Indikator Kinerja 1 : Persentase Tenaga Kerja yang bersertifikat Kompetensi (%)

1.09

2.30 2.73 3.10 3.50

2.20 2.33 2.67 3.10 3.76

2015 2016 2017 2018 2019

Target Realisasi

Sasaran Strategis 3 : Peningkatan Kompetensi dan Produktivitas Tenaga Kerja

Sasaran Strategis ke-3 ini mengandung arti: Meningkatnya kompetensi dan produktivitas tenaga kerja untuk mencetak tenaga kerja yang berdaya saing. Sasaran Strategis ini didukung oleh dua IK, yaitu (i) Persentase tenaga kerja yang bersertifikat kompetensi, dan (ii) tingkat produktivitas tenaga kerja. Target dan realisasi tahun 2019 dapat terlihat pada Grafik 3.3 Indikator Kinerja 1 : Persentase tenaga kerja yang bersertifikat kompetensi)

Tenaga Kerja Bersertifikat Kompetensi adalah tenaga kerja yang memiliki sertifikat kompetensi yang diterbitkan oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Kompetensi kerja menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional adalah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan. Pengukuran IK diperoleh dengan rumus:

Persentase Tenaga Kerja yang bersertifikat kompetensi =

𝑇𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑖 𝑠𝑒𝑟𝑡𝑖𝑓𝑖𝑘𝑎𝑡 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑒𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎𝑖 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑛

𝒙 100 𝑂𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑛

24

(34)

Dari Grafik 3.3 terlihat bahwa persentase tenaga kerja yang bersertifikat kompetensi pada tahun 2019 (3.76%) lebih besar dari pada target yang ditetapkan di dalam perjanjian kinerja (3.5%). Capaian kinerja untuk indikator ini adalah sebesar 107.43%.

Hingga tahun 2019 sebanyak 4.758.610 orang tenaga kerja memiliki sertifikat kompetensi dan sebanyak 126.510.000 orang penduduk bekerja (Sumber : Berita Resmi Statistik BPS No. 91/11/Th.XXII, 05 November 2019, Data bulan Agustus 2019). Perhitungan untuk memperoleh persentase tenaga kerja yang bersertifikat kompetensi adalah sebagai berikut;

Capaian kinerja pada indikator persentase tenaga kerja yang bersertifikat kompetensi tahun 2019 merupakan capaian tertinggi selama 5 tahun terakhir.

Tabel 3.3 menunjukkan perbandingan jumlah tenaga kerja yang bersertifikat kompetensi dari tahun 2014 hingga tahun 2019.

Persentase Tenaga Kerja yang bersertifikat

kompetensi

=

4.758.610 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔

𝒙 100 126.510.000 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔

= 3,76 %

NO TAHUN

TENAGA KERJA

BERSERTIFIKAT KOMPETENSI

JUMLAH PMI

NON PMI / SEKTOR LAINNYA

s.d 2014 1.880.743 413.268 2.294.011

1 2015 45.875 188.133 234.008

2 2016 73.279 158.683 231.962

3 2017 90.519 381.570 472.089

4 2018 87.612 527.776 615.388

5 2019 93.174 817.978 911.152

TOTAL 2.271.202 2.487.408 4.758.610 Tabel 3.3 Jumlah Tenaga Kerja Bersertifikat Kompetensi Tahun 2014 s.d 2019

(35)

Capaian tahun 2019 merupakan capaian dengan jumlah tenaga kerja bersertifikat kompetensi tertinggi sejak BNSP berdiri pada tahun 2006. Dari 911.152 orang Tenaga Kerja yang Bersertifikat Kompetensi yang dicapai pada tahun 2019, sebesar 164.700 orang merupakan peserta magang dalam negeri dan 131.290 orang adalah peserta pelatihan berbasis kompetensi yang berlatih di BLK. Sebanyak 432.784 orang atau 47,49% dari total yang mendapatkan sertifikasi merupakan sertifikasi pada sektor mandiri.

Besarnya kontribusi sertifikasi pada sektor mandiri menandakan cukup tingginya komitmen masyarakat dan sektor terhadap pentingnya kompetensi.

Kementerian Ketenagakerjaan menerapkan beberapa strategi pendukung melalui program pembinaan pelatihan dan produktivitas untuk mencapai kinerja yang memuaskan. Beberapa kegiatan pendukung yang telah dilakukan untuk meningkatkan sertifikasi tenaga kerja antara lain:

a. Meningkatkan jumlah LSP berlisensi sebanyak 196 lembaga;

b. Sertifikasi tenaga kerja sebanyak 911.152 orang;

c. Membuat skema sertifikasi kualifikasi KKNI dan Okupasi sebanyak 602 skema.

d. Meningkatkan Assesor untuk melaksanakan uji kompetensi sebanyak 14.762 orang.

Dalam pelaksanaannya, pencapaian kinerja ini tidak luput dari kendala ataupun tantangan. Beberapa kendala ataupun tantangan yang dihadapi diantaraya adalah:

a. Jumlah Assesor per skema di beberapa BLK masih kurang;

b. Koordinasi dan sinergi program pengembangan SDM antar K/L masih belum efektif.

Kementerian Ketenagakerjaan melakukan beberapa upaya untuk tetap dapat mencapai kinerja sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Beberapa upaya yang telah dilakukan dalam menghadapi kendala yang terjadi adalah:

a. Mendorong pembentukan dan pengembangan LSP di daerah;

b. Penambahan Assesor per skema pada daerah;

c. Meningkatkan koordinasi dengan sektor dan institusi terkait melalui pengembangan program pelatihan berbasis kompetensi, kurikulum dan modul pelatihan yang mengacu standar yang di kembangkan industri serta penerapan pengembangan sertifikasi, kompetensi melalui uji kompetensi di setiap sektor dan profesi oleh LSP.

Kementerian Ketenagakerjaan terus melakukan inovasi untuk meningkatkan kemudahaan akses seluruh tenaga kerja yang ingin melakukan sertifikasi kompetensi. Beberapa upaya ke depan yang menjadi strategi Kementerian Ketenagakerjaan untuk meningkatkan jumlah tenaga kerja yang bersertifikat kompetensi, antara lain :

a. Melakukan percepatan pembentukan infrastruktur LSP di BLK Unit Pelaksana Tugas Pusat (UPTP) dan BLK Unit Pelaksana Tugas Daerah (UPTD).

b. Melakukan pengembangan sistem sertifikasi kompetensi kerja nasional yang harmonis dan terpadu.

c. Melakukan percepatan pelaksanaan sertifikasi kompetensi kerja lulusan BLK dan percepatan sertifikasi Calon Pekerja Migran Indonesia (CPMI).

26

(36)

Grafik 3.4 Sasaran Strategis 3, Indikator Kinerja 2 : Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja (%)

74.0578.18 75.0579.66 76.3081.91 77.6584.07 79.0586.55

2015 2016 2017 2018 2019

Target Realisasi

Indikator Kinerja 2 : Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja

Produktivitas Tenaga Kerja merupakan kontribusi tenaga kerja terhadap penciptaan nilai tambah melalui proses produksi barang dan jasa.

Pengukuran IK diperoleh dengan rumus:

Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja =

𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝐷𝑜𝑚𝑒𝑠𝑡𝑖𝑘 𝐵𝑟𝑢𝑡𝑜 𝑃𝐷𝐵 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑛

𝒙 100

𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑛

Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja dihitung berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) atas harga konstan Indonesia tahun 2019 sebesar Rp.10.949,2 triliun (Berita Resmi Statistik BPS No. 17/02/Th.XXIV, 05 Februari 2020) dan jumlah tenaga kerja tahun 2019 sebesar 126,51 juta orang (Sumber : Berita Resmi Statistik BPS No. 91/11/Th.XXII, 05 November 2019, Data bulan Agustus 2019). Berdasarkan Grafik 3.4 dapat diketahui bahwa realisasi tingkat produktivitas (86.55 juta per tenaga kerja per tahun) melebihi target (79.05 juta per tenaga kerja per tahun) yang telah ditetapkan dalam perjanjian kinerja tahun 2019. Capaian kinerja Kementerian Ketenagakerjaan untuk indikator tingkat produktivitas tenaga kerja adalah sebesar 109,49%.

Tingkat produktivitas tenaga kerja terus mengalami peningkatan sepanjang tahun. Jika membandingkan capaian kinerja pada tahun 2018 dan tahun 2019, terjadi peningkatan capaian tingkat produktivitas tenaga kerja sebesar 2,48 juta per tenaga kerja per tahun.

(37)

Kementerian Ketenagakerjaan melalui program pembinaan pelatihan dan produktivitas telah melakukan beberapa upaya dalam rangka meningkatkan tingkat produktivitas tenaga kerja. Adapun beberapa kegiatan pendukung yang telah dilakukan, diantaranya adalah:

a. Pelatihan peningkatan produktivitas tenaga kerja, pada tahun 2019 telah dilatih sebanyak 19.825 orang;

b. Pelatihan perusahaan/lembaga dalam rangka peningkatan produktivitas organisasi, sebanyak 2.304 perusahaan/lembaga;

c. Menyediakan tenaga ahli/kader produktivitas yang kompeten sebanyak 589 orang/kader;

d. Meningkatkan institusi yang menjadi jejaring peningkatan produktivitas, pada tahun 2019 terdapat sebanyak 25 lembaga;

e. Pelatihan kewirausahaan untuk mendukung peningkatan produktivitas tenaga kerja, pada tahun 2019 sebanyak 18.800 orang.

Selain kegiatan pendukung, Program pembinaan pelatihan dan produktivitas juga melakukan gerakan nasional sebagai upaya untuk meningkatkan budaya produktif di Indonesia seperti :

a. Gerakan nasional peningkatan produktivitas yang mengacu pada 4 strategi dasar yaitu penciptaan inovasi technology dan engineering, peningkatan kualiatas SDM, pengembangan budaya produktif, perbaikan sistem manajemen dan birokrasi;

b. Mencetak kader produktivitas secara nasional;

c. Melakukan koordinasi dengan dinas provinsi kabupaten/kota yang membidangi ketenagakerjaan terkait pelaksana kegiatan;

d. Memberikan penghargaan Siddhakarya (tingkat Provinsi) dan penghargaan Paramakarya (tingkat nasional) kepada perusahaan- perusahaan yang berhasil meningkatkan produktivitasnya selama tiga tahun berturut-turut sebagai bentuk kepedulian pemerintah Indonesia melalui Kemnaker RI untuk bersama dunia usaha memacu peningkatan produktivitas dan daya saing bangsa dalam rangka penciptaan lapangan kerja dan peningkatan kesejahteraan masyarakat;

e. Memberikan pelatihan, bimbingan konsultasi kepada instruktur dan meningkatkan kemampuan instruktur produktivitas;

f. Melakukan pengukuran produktivitas makro dan mikro;

g. Memberikan bimbingan konsultansi bagi perusahaan dan memberikan pelatihan peningkatan produktivitas di perusahaan maupun di masyarakat (wilayah);

h. Penerapan Gugus Kendali Mutu secara konsisten pada perusahaan; dan i. Pelaksanaan Bulan Mutu dan Produktivitas Nasional

28

(38)

Gambar 3.2 Penyerahan penghargaan Produktivitas PARAMAKARYA Tahun 2019

Grafik 3.5 Sasaran Strategis 4, Indikator Kinerja 1 : Penyediaan Lapangan Kerja Tahun 2015-2019 (Orang)

2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000

2,904,497

2,448,916 2,751,507

2,441,580 2,248,445

2015 2016 2017 2018 2019

Target Realisasi

Sasaran Strategis 4 : Peningkatan Kualitas Penempatan dan Pemberdayaan Tenaga Kerja

Sasaran Strategis ke-4 ini mengandung makna, terwujudnya pengendalian Tenaga Kerja Asing (TKA) di Indonesia, meningkatnya penempatan tenaga kerja informal maupun formal, serta meningkatnya kesempatan berusaha.

Sasaran Strategis ke-4 ini didukung oleh dua IK, yaitu (i) Penyediaan Lapangan Kerja 2015-2019 dan (ii) Peningkatan Persentase Tenaga Kerja Formal.

Indikator Kinerja 1 : Penyediaan Lapangan Kerja 2015-2019 (Orang) Penyediaan Lapangan Kerja 2015-2019 (Orang) adalah jumlah tenaga kerja yang mendapatkan pekerjaan melalui kegiatan penyerapan tenaga kerja, baik di sektor formal maupun informal yang dilakukan pemerintah dan swasta. Pengukuran IK diperoleh dengan rumus:

𝑇𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡𝑘𝑎𝑛 𝑚𝑒𝑙𝑎𝑙𝑢𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑘𝑒𝑔𝑖𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑓𝑎𝑠𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑒𝑟𝑑𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢𝑎𝑠𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛

𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑙𝑎𝑘𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑜𝑙𝑒ℎ 𝐾𝑒𝑚𝑛𝑎𝑘𝑒𝑟 𝑚𝑎𝑢𝑝𝑢𝑛 𝑠𝑡𝑎𝑘𝑒ℎ𝑜𝑙𝑑𝑒𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑎𝑖𝑡 𝑚𝑒𝑙𝑎𝑙𝑢𝑖 𝑘𝑜𝑜𝑟𝑑𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖

Gambar

Gambar 1.1  Struktur Organisasi Kementerian Ketenagakerjaan 7 Gambar 1.2  Kondisi Ketenagakerjaan Tahun 2019 10 Gambar 3.1 Penyerahan Penghargaan IPK Tahun 2019 23 Gambar 3.2 Penyerahan Penghargaan Produktivitas
Gambar 1.1 Struktur Organisasi Organisasi Kementerian Ketenagakerjaan RI
Grafik 1.2 Jumlah ASN Kemnaker Berdasarkan Pendidikan Tahun 2019 Sedangkan jumlah pegawai Kementerian Ketenagakerjaan menurut golongan : Golongan IV sebanyak 554 orang, Golongan III sebanyak 2.447 orang, Golongan II sebanyak 377 orang, dan Golongan I seban
Grafik 1.4 Perubahan Struktur Usia dan Ledakan Penduduk Usia Kerja Indonesia, Tahun 1961–2045
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Sasaran strategis perspektif Pemangku Kepentingan Meningkatnya Tenaga Kerja Industri yang kompeten mempunyai indikator kinerja yaitu: (1) Jumlah calon tenaga kerja terampil

(1) Rencana Kawasan Peruntukan Industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 huruf f dengan luas minimal 586 (lima ratus delapan puluh enam) hektar meliputi:g. industri kecil

KATA PENGANTAR Pembangunan kesehatan Kota Bandung dapat diukur dari hasil pencapaian Indikator Kinerja pembangunan kesehatan yang tertuang dalam Rencana Strategis (Renstra) Dinas

Secara teoritis, penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi pengembangan ilmu hukum di bidang hukum pemerintahan, khususnya pemahaman

Pada Indikator sasaran Persentase Jumlah ASN yang Kompenten pada tahun 2020 belum tercapainya target kinerja yang telah ditetapkan dikarenakan faktor anggaran yang

Dalam rangka untuk mendukung pengembangan pemanfaatan kayu jabon dan untuk meningkatkan informasi mengenai karakteristik kayu jabon penelitian sifat makroskopis dan

Soebandi Tahun 2020 dicantumkan sasaran-sasaran strategis dinas, indikator kinerja, target kinerja, dan program-program utama yang dilaksanakan untuk mewujudkan