• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Indikator Kinerja pembangunan kesehatan yang tertuang dalam Rencana Strategis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Indikator Kinerja pembangunan kesehatan yang tertuang dalam Rencana Strategis"

Copied!
216
0
0

Teks penuh

(1)

(2) KATA PENGANTAR. Pembangunan kesehatan Kota Bandung dapat diukur dari hasil pencapaian Indikator Kinerja pembangunan kesehatan yang tertuang dalam Rencana Strategis (Renstra) Dinas Kersehatan Kota Bandung Tahun 2013-2018. Pencapaian pembangunan kesehatan sangat dipengaruhi oleh fungsi manajemen, dari mulai proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian yang terdiri dari monitoring dan evaluasi. Input data primer dan sekunder dari berbagai sumber menjadi bahan pengolahan data untuk menjadi informasi salah satunya dalam bentuk profil. Profil Kesehatan Kota Bandung tahun 2016 menyajikan gambaran kondisi kesehatan dan lingkungan masyarakat serta kegiatan dan program kesehatan, termasuk yang bersumber dari lintas sektor yang berkaitan dengan bidang kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah, swasta, maupun yang bersumber daya masyarakat, perbandingan variabel dan indikator kesehatan terhadap tahun-tahun sebelumnya, serta pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM). Dalam buku ini ditampilkan pula gambaran kesehatan dalam kewilayahan dan rinciannya di Kota Bandung yang terdapat dalam tabel profil kesehatan. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016 ini, untuk itu kami sangat mengharapkan masukan dan saran untuk perbaikan penyusunan Profil Kesehatan Kota Bandung tahun-tahun berikutnya, sehingga penyusunan profil yang akan datang akan lebih baik lagi. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan buku profil ini. Harapan kami semoga buku Profil Kesehatan Kota. i.

(3) Bandung ini dapat bermanfaat untuk kepentingan berbagai kalangan baik internal maupun eksternal, dan juga dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan pada perencanaan pembangunan kesehatan.. Bandung,. September 2017. KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA BANDUNG. Dr.Hj. Rita Verita Sri H, MM. MH.Kes Pembina Utama Muda NIP. 19620716 1989032 003. ii.

(4) DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK. i iii vi vii ix. BAB I PENDAHULUAN BAB II GAMBARAN UMUM A GEOGRAFI DAN PEMERINTAHAN B KEPENDUDUKAN 1 PERTUMBUHAN PENDUDUK 2 PERSEBARAN PENDUDUK DAN KEPADATAN PENDUDUK C PENDUDUK MISKIN D KEADAAN EKONOMI E KEADAAN PENDIDIKAN F PEMBANGUNAN MANUSIA BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN A ANGKA KEMATIAN 1 ANGKA KEMATIAN BAYI (AKB) 2 ANGKA KEMATIAN BALITA (AKABA) 3 ANGKA KEMATIAN IBU (AKI) B ANGKA KESAKITAN (MORBIDITAS) C PENYAKIT MENULAR YANG DIAMATI 1 PENYAKIT ACUTE FLACCID PARALYSIS (AFP) 2 PENYAKIT TUBERCULOSIS 3 PENYAKIT PNEUMONIA PADA BALITA 4 PENYAKIT HIV/AIDS 5 PENYAKIT INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) 6 PENYAKIT DIARE 7 PENYAKIT KUSTA 8 PENYAKIT MENULAR YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I) 9 PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) 10 PENYAKIT MALARIA 11 PENYAKIT FILARIASIS D STATUS GIZI 1 BERAT BADAN BAYI LAHIR RENDAH (BBLR) 2 BALITA GIZI KURANG (UNDERWEIGHT) 3 BALITA GIZI BURUK BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN A PELAYANAN KESEHATAN 1 PELAYANAN KESEHATAN IBU HAMIL 1.1 PEMERIKSAAN IBU HAMIL 1.2 IMUNISASI TETANUS TOXOID (TT) IBU HAMIL 1.3 PEMBERIAN TABLET BESI (TABLET Fe) PADA IBU HAMIL 1.4 KOMPLIKASI KEBIDANAN/RISIKO TINGGI (RISTI) BUMIL YANG DITANGANI OLEH TENAGA KESEHATAN 1.5 PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN. 1 4 4 7 8 9 10 12 13 14 18 18 19 21 23 23 24 24 25 26 27 28 29 30. iii. 31 33 34 34 35 35 36 37 39 39 39 39 41 42 43 44. Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016.

(5) 1.6. PELAYANAN NIFAS DAN PEMBERIAN VITAMIN A KEPADA IBU NIFAS (BUFAS) 2 PELAYANAN KELUARGA BERENCANA 2.1 PESERTA KELUARGA BERENCANA (KB) BARU 2.2 PESERTA KELUARGA BERENCANA AKTIF 3 PELAYANAN KESEHATAN BAYI 3.1 KUNJUNGAN NEONATUS 3.2 IMUNISASI BAYI 3.3 ASI EKSLUSIF 4 PELAYANAN KESEHATAN ANAK BALITA 5 PELAYANAN GIZI 5.1 BALITA DITIMBANG BERAT BADANNYA 5.2 BALITA GIZI BURUK MENDAPAT PERAWATAN PELAYANAN PENJARINGAN KESEHATAN SISWA SD DAN 6 SETINGKAT 7 PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT (LANSIA) 8 KEGAWATDARURATAN 9 PENYAKIT POTENSI KEJADIAN LUAR BIASA 10 PELAYANAN KESEHATAN 10.1 RATIO TAMBAL CABUT/GIGI TETAP B AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN 1 JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PRABAYAR 2 PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT MISKIN 3 KUNJUNGAN RAWAT JALAN DAN RAWAT INAP DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN C PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI MASYARAKAT D KEADAAN LINGKUNGAN 1 RUMAH SEHAT 2 PENGGUNAAN AIR BERSIH 3 SARANA SANITASI DASAR TEMPAT-TEMPAT UMUM DAN PENGELOLAAN MAKANAN 4 SEHAT BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN A SARANA KESEHATAN 1 KETERSEDIAAN OBAT MENURUT JENIS OBAT 2 JUMLAH SARANA PELAYANAN KESEHATAN MENURUT KEPEMILIKAN 3 SARANA PELAYANAN KESEHATAN DENGAN KEMAMPUAN LABKES, MEMILIKI 4 SPESIALIS DASAR, DAN PONEK 4 POSYANDU MENURUT STRATA DAN KADER POSYANDU 5 UPAYA KESEHATAN BERSUMBER DAYA MASYARAKAT (UKBM) B TENAGA KESEHATAN 1 JUMLAH DAN RASIO TENAGA MEDIS (DOKTER UMUM, DOKTER SPESIALIS, DOKTER GIGI) DI SARANA KESEHATAN 2 JUMLAH DAN RASIO TENAGA KEPERAWATAN (BIDAN DAN PERAWAT DI SARANA KESEHATAN 3 JUMLAH DAN RASIO TENAGA KEFARMASIAN DI SARANA KESEHATAN 4 JUMLAH DAN RASIO TENAGA GIZI DI SARANA KESEHATAN 5 JUMLAH DAN RASIO TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT DAN SANITASI DI SARANA KESEHATAN iv. 44 46 46 46 47 47 48 49 50 51 51 52 53 54 55 57 58 58 59 59 61 62 64 66 66 67 68 69 72 72 72 73 75 77 79 80 80 81 81 82 83. Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016.

(6) C. PEMBIAYAAN KESEHATAN. 83 85. BAB VI PENUTUP 1 2 3 4 5 6 7. v. INDEKS KESEHATAN DAN ANGKA HARAPAN HIDUP ANGKA KEMATIAN ATAU MORTALITAS ANGKAKESAKITAN ATAU MORTALITAS STATUS GIZI KEADAAN LINGKUNGAN PERILAKU SEHAT MASYARAKAT AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN. 85 85 86 87 87 88 88. Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016.

(7) DAFTAR TABEL. TABEL III.1 TABEL IV.1 TABEL IV.2 TABEL V.1 TABEL V.2 TABEL V.3 TABEL V.4 TABEL V.5 TABEL V.5 TABEL V.6. vi. 20 PENYAKIT TERBANYAK DI PUSKESMAS KOTA BANDUNG TAHUN 2016 JUMLAH PEMBERIAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL DI KOTA BANDUNG TAHUN 2016 PENYAKIT POTENSIAL WABAH DI KOTA BANDUNG TAHUN 2011-2016 JUMLAH SARANA DAN TENAGA KESEHATAN DI KOTA BANDUNG TAHUN 2016 JUMLAH SARANA KESEHATAN BERSUMBER MASYARAKAT (UKBM) DI KOTA BANDUNG TAHUN 2016 JUMLAH TENAGA MEDIS DI KOTA BANDUNG TAHUN 2016 JUMLAH TENAGA KEPERAWATAN DI KOTA BANDUNG TAHUN 2016 JUMLAH TENAGA KEFARMASIAN DI KOTA BANDUNG TAHUN 2016 RASIO DAN JUMLAH TENAGA GIZI DI KOTA BANDUNG TAHUN 2016 JUMLAH TENAGA SANITASI DI KOTA BANDUNG TAHUN 2016. 23 42 57 73 80 81 81 82 83 83. Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2015.

(8) DAFTAR GAMBAR. GAMBAR II.1 PETA KOTA BANDUNG GAMBAR II.2 JUMLAH PENDUDUK PER KECAMATAN DI KOTA BANDUNG TAHUN 2016 GAMBAR IV.1 PUSKESMAS, CALL CENTER, DAN RUMAH SAKIT JARINGAN SPGDT DI KOTA BANDUNG TAHUN 2016 GAMBAR V.1 PETA SEBARAN RUMAH SAKIT DI KOTA BANDUNG TAHUN 2016 GAMBAR V.2 PETA SEBARAN PUSKESMAS DI KOTA BANDUNG TAHUN 2016. vii. 5 7 56 74 75. Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2015.

(9) DAFTAR GRAFIK. GRAFIK II.1 GRAFIK II.2 GRAFIK II.3 GRAFIK II.4 GRAFIK II.6 GRAFIK II.7 GRAFIK II.8 GRAFIK II.9 GRAFIK II.10 GRAFIK II.11 GRAFIK II.12 GRAFIK III.1 GRAFIK III.2 GRAFIK III.3 GRAFIK III.4 GRAFIK III.5 GRAFIK III.6 GRAFIK III.7 GRAFIK III.8 GRAFIK III.9 GRAFIK III.10 GRAFIK III.11 GRAFIK III.12 ix. PERKEMBANGAN LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK (LPP) KOTA BANDUNG TAHUN 2012-2016 8 PERKEMBANGAN JUMLAH PENDUDUK KOTA BANDUNG TAHUN 2012-2016 8 KOMPOSISI PENDUDUK PER JENIS KELAMIN DAN KATEGORI USIA DI KOTA BANDUNG TAHUN 2016 9 2 KEPADATAN PENDUDUK DALAM KM DI KECAMATAN DI KOTA BANDUNG TAHUN 2016 10 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI KOTA BANDUNG TAHUN 2012-2016 11 LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA BANDUNG TAHUN 2010-2015 12 PERKEMBANGAN RATA-RATA LAMA SEKOLAH KOTA BANDUNG TAHUN 2012-2016 13 PERKEMBANGAN HARAPAN LAMA SEKOLAH KOTA BANDUNG TAHUN 2012-2016 14 PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BANDUNG TAHUN 2012-2016 15 PERKEMBANGAN INDEKS KESEHATAN MANUSIA (IPM) KOTA BANDUNG TAHUN 2012-2016 16 PERKEMBANGAN USIA HARAPAN HIDUP (UHH) KOTA BANDUNG TAHUN 2012-2016 17 10 BESAR PENYEBAB (JUMLAH DAN PERSENTASENYA) KEMATIAN DI KOTA BANDUNG TAHUN 2016 19 PERKEMBANGAN JUMLAH KEMATIAN BAYI DAN LAHIR MATI TAHUN 2012-2016 20 PERKEMBANGAN JUMLAH KEMATIAN BALITA DI KOTA BANDUNG TAHUN 2012-2016 21 PERKEMBANGAN JUMLAH KEMATIAN IBU DI KOTA BANDUNG TAHUN 2012-2016 22 PERKEMBANGAN PENEMUAN PENDERITA AFP DI KOTA BANDUNG TAHUN 2012-2016 25 PERKEMBANGAN PENEMUAN PENDERITA TB DI KOTA BANDUNG TAHUN 2012-2016 26 PERKEMBANGAN JUMLAH PENDERITA HIV/AIDS DI KOTA BANDUNG TAHUN 2012-2016 28 JUMLAH PENDERITA MENINGGAL AKIBAT HIV/AIDS DI KOTA BANDUNG TAHUN 2012-2016 28 PERKEMBANGAN JUMLAH KASUS PENYAKIT DIARE PADA BALITA DI KOTA BANDUNG TAHUN 2012-2016 29 PERKEMBANGAN JUMLAH KASUS DIARE PADA BALITA DAN USIA > 5 TAHUN DI KOTA BANDUNG TAHUN 2012-2016 30 PERKEMBANGAN JUMLAH KASUS BARU PENYAKIT KUSTA DI KOTA BANDUNG TAHUN 2012-2016 31 PERKEMBANGAN JUMLAH PENYAKIT CAMPAK Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016.

(10) DI KOTA BANDUNG TAHUN 2012-2016 32 GRAFIK III.13 PERKEMBANGAN JUMLAH PENYAKIT DIFTERI DI KOTA BANDUNG TAHUN 2012-2016 32 GRAFIK III.14 INSIDENS RATE PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA BANDUNG TAHUN 2012-2016 33 GRAFIK III.15 SITUASI CASE FATAL RATE (CFR) PENYAKIT DBD DI KOTA BANDUNG TAHUN 2012-2016 34 GRAFIK III.16 PERSENTASE BBLR TERHADAP BAYI LAHIR HIDUP DI KOTA BANDUNG TAHUN 2012-2016 35 GRAFIK III.17 PERSENTASE BALITA KURANG GIZI DI KOTA BANDUNG TAHUN 2013-2016 37 GRAFIK III.18 PERSENTASE BALITA STATUS GIZI BURUK (BB/TB) DI KOTA BANDUNG TAHUN 2013-2016 38 GRAFIK IV.1 KONDISI CAKUPAN LAYANAN KUNJUNGAN IBU HAMIL PERTAMA KALI (K1) DI KOTA BANDUNG TAHUN 2013-2016 40 GRAFIK IV.2 KONDISI CAKUPAN LAYANAN KUNJUNGAN IBU HAMIL K4 DI KOTA BANDUNG TAHUN 2013-2016 41 GRAFIK IV.3 KONDISI CAKUPAN PEMBERIAN TABLET BESI PADA IBU HAMIL DI KOTA BANDUNG TAHUN 2013-2016 43 GRAFIK IV.4 KONDISI CAKUPAN PENANGAN BUMIL RISTI/KOMPLIKASI DI KOTA BANDUNG TAHUN 2013-2016 44 GRAFIK IV.5 KONDISI CAKUPAN KUNJUNGAN IBU NIFAS (KF3) DI KOTA BANDUNG TAHUN 2013-2016 45 GRAFIK IV.6 KONDISI CAKUPAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA IBU HAMIL DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014-2016 46 GRAFIK IV.7 PESERTA KB BARU MENURUT JENIS KONTRASEPSI DI KOTA BANDUNG TAHUN 2016 47 GRAFIK IV.8 KONDISI CAKUPAN KUNJUNGAN KN1 DAN KN3 DI KOTA BANDUNG TAHUN 2012-2016 48 GRAFIK IV.9 KONDISI CAKUPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI KOTA BANDUNG TAHUN 2015=2016 49 GRAFIK IV.10 KONDISI CAKUPAN ASI EKSLUSIF DI KOTA BANDUNG TAHUN 2012-2016 50 GRAFIK IV.11 KONDISI CAKUPAN PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A PADA BAYI (0-6 BULAN) DAN ANAK BALITA (12-59 BULAN) DI KOTA BANDUNG TAHUN 2013-2016 51 GRAFIK IV.12 KONDISI PERSENTASE BALITA DITIMBANG BERAT BADANNYA DI KOTA BANDUNG TAHUN 2012-2016 52 GRAFIK IV.13 BALITA GIZI BURUK MENDAPAT PERAWATAN DI KOTA BANDUNG TAHUN 2012-2016 53 GRAFIK IV.14 JUMLAH SISWA KELAS 1 SD DAN DILAKUKAN PENJARINGAN DI KOTA BANDUNG TAHUN 2012-2016 54 GRAFIK IV.15 JUMLAH PELAYANAN KESEHATAN USIA KANJUT DI KOTA BANDUNG TAHUN 2013-2016 55 GRAFIK IV.16 JUMLAH GIGI PADA TINDAKAN PENCABUTAN DAN TUMPATAN GIGI TETAP DI KOTA BANDUNG TAHUN 2013-2016 58 GRAFIK IV.17 RASIO TINDAKAN PENCABUTAN TERHADAP DAN TUMPATAN GIGI TETAP DI PUSKESMAS DI KOTA BANDUNG x. Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016.

(11) TAHUN 2016 59 GRAFIK IV.18 KOMPOSISI ( DALAM JUMLAH PRESENTASE) JENIS KEPESERTAAN JKN KOTA BANDUNG TAHUN 2016 60 GRAFIK IV.19 KOMPOSISI ( DALAM JUMLAH PRESENTASE) KEPESERTAAN JKN KOTA BANDUNG TAHUN 2016 61 GRAFIK IV.20 JUMLAH PESERTA PBI-APBN DAN PBI-APBD DI KOTA BANDUNG TAHUN 2012-2016 62 GRAFIK IV.21 PERKEMBANGAN JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS DI KOTA BANDUNG TAHUN 2012-2016 63 GRAFIK IV.22 PERKEMBANGAN JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT INAP DI PUSKESMAS DI KOTA BANDUNG TAHUN 2012-2016 63 GRAFIK IV.23 PERSENTASE RUMAH TANGGA BER PHBS DI KOTA BANDUNG PADA TAHUN 2015 64 GRAFIK IV.24 PERKEMBANGAN PERSENTASE KOMPOSISI I RUMAH TANGGA DIPANTAU DAN RUMAH TANGGA BER-PHBS DI KOTA BANDUNG TAHUN 2016 65 GRAFIK IV.25 PERSENTASE RUMAH SEHAT DI KOTA BANDUNG TAHUN 2015 71 GRAFIK V. 1 POSYANDU MENURUT STRATA DI KOTA BANDUNG TAHUN 2016 78 GRAFIK V.2 PERKEMBANGAN POSYANDU MENURUT STRATA DI KOTA BANDUNG TAHUN 2012-2016 78 GRAFIK V.3 PERKEMBANGAN JUMLAH POSYANDU DI KOTA BANDUNG TAHUN 2012-2016 79 GRAFIK V.4 PERKEMBANGAN PRESENTASE ANGGARAN KESEHATAN DI KOTA BANDUNG TAHUN 2012-2016 84. xi. Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016.

(12) BAB I PENDAHULUAN. Visi Pembangunan Kesehatan Pemerintah Kota Bandung adalah “Bandung Kota Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan.” Untuk itu, pencapain visi tersebut haruslah terukur dalam indikator pembangunan kesehatan yang telah ditetapkan sebelumnnya yang termasuk di dalamnya adalah juga kinerja pemerintah untuk mewujudkannya. Penyampaian mengenai data dan informasi situasi dan kondisi kesehatan masyarakat di Kota Bandung tersebut disediakan dalam berbagai media kepada masayarakat dan pihiak-pihak lain yang memerlukannya. Data dan informasi kesehatan tersebut dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti fungsi evaluasi dan perencanaan kembali pembangunan kesehatan, bagi para akademisi dalam menyusun karya ilmiah dan kepentingan lainnya. Profil Kesehatan Kota Bandung dapat menjadi pilihan media yang menjawab keperluan yang dimaksud tersebut di atas. Profil Kesehatan menggambarkan sekaligus menjadi produk berisi output dari proses panjang Sistem Informasi Kesehatan di Kota Bandung. Profil Kesehatan Kota Bandung membahas berbagai topik terbagi dalam beberapa bab yang disajikan dalam urutan dan sistemika sebagaimana berikut :. BAB I PENDAHULUAN Latar belakang, maksud dan tujuan penulisan profil kesehatan beserta penyajian urutan dan sistematika penulisan dijelaskan dalam bab ini. Bab Pendahuluan ditulis untuk memudahkan pembaca dalam memahami bagaimana profil kesehatan menggambarkan kondisi dan situasi kesehatan di Kota Bandung.. BAB II GAMBARAN UMUM Gambaran umum Kota Bandung yang terdiri dari uraian tentang letak geografi, kependudukan, ekonomi, dan pendidikan serta informasi umum lainnya diperukan 1. Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016.

(13) untuk memberikan gambaran kepada pembaca mengenai situasi dari sektor-sektor selain sektor kesehatan yang turut mempengaruhi sektor kesehatan.. BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN Derajat kesehatan merupakan salah satu ukuran kesejahteraan dan kualitas sumber daya manusia. Penggambarannya dituliskan dalam Bab III pada Profil Kesehatan ini menggunakan indikator kualitas utama seperti angka / data kematian, kesakitan, kelahiran, indeks pembangunan manusia termasuk angka harapan hidup, angka / pola kesakitan dan status gizi masyarakat. Kinerja sektor kesehatan untuk mencapai indikator kesehatan, kemampuan. pemerintah dalam. merencanakan,. melaksanakan, mengendalikan program/kegiatan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.. BAB IV UPAYA KESEHATAN Uraian. upaya kesehatan pada bab ini. mencakup tentang pencapaian hasil. pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan,pelayanan kesehatan dalam situasi bencana. Selain itu upaya pelayanan kesehatan lainnya yang diselenggarakan di Kota Bandung juga diuraikan dalam profil ini.. BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN Sumber daya kesehatan yang ditulis dalam bab ini mencakup tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan, dan sumber daya kesehatan lainnya yang ada di Kota Bandung.. 2. Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016.

(14) BAB V PENUTUP Bab ini menyajikan tentang hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti serta keberhasilan-keberhasilan yang perlu dicatat serta mengemukakan hal-hal yang dianggap masih kurang dalam upaya pencapaian Visi. Bandung Kota Sehat yang. Mandiri dan Berkeadilan.. 3. Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016.

(15) BAB II GAMBARAN UMUM Gambaran umum memberikan informasi mengenai kondisi umum Kota Bandung yang ditampilkan dengan indikator-indiator utama di beberapa sektor penting termasuk kesehatan. Gambaran umum dalam bab ini menguraikan kondisi Kota Bandung menurut geografi, pemerintahan, kependudukan, pendidikan, dan keadaan ekonomi. Gambaran keadaan dari berbagai sektor tersebut akan terkait dengan gambaran kesehatan masyarakat Kota Bandung pada Indeks Kesehatan dan lama Usia Harapan Hidup. A.. GEOGRAFI DAN PEMERINTAHAN Kota Bandung sebagai ibu kota provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di tengah-tengah provinsi sehingga mempunyai nilai strategis terhadap daerah-daerah di sekitarnya. Kota Bandung secara koordinat terletak diantara 10736’ Bujur Timur, 655’ Lintang Selatan dengan posisi ketinggian tanah 791 M di atas permukaan laut, titik terendah 400 M (dpl) berada di sebelah selatan dengan permukaan relatif datar dan titik tertinggi 899 M berada di sebelah utara dengan kontur yang berbukit-bukit. Kota Bandung yang dikelilingi oleh pegunungan sehingga wilayhnya berbentuk dataran cekungan (Bandung Basin). Wilayah Kota Bandung dilewati oleh 15 sungai sepanjang 265,05 Km, dengan sungai utamanya yaitu Sungai Cikapundung beserta anak-anak sungainya yang pada umumnya mengalir ke arah selatan dan bermuara ke Sungai Citarum. Kondisi demikian mengakibatkan kerentanan terhadap masalah banjir di wilayah Bandung Selatan. Kota Bandung dipengaruhi oleh iklim pegunungan yang sejuk meski demikian Kota Bandung tidak luput dari fenomena global warming dan tingkat polusi tinggi yang mengakibatkan peningkatan suhu. Sepanjang tahun 2016 suhu di Kota Bandung berkisar 20,5oC – 29,2oC. Curah hujan (rainfall) di Kota Bandung cukup tinggi dengan rerata curah hujan sepanjang tahun 2016 sebesar 295,8 mm. Kelembapan Nisbi (Relative Humidity) di Kota Bandung sepanjang tahun 2016 berkisar 80%. Sedangkan kecepatan angin rerata tahun 2016 berkisar 4 knot. Faktor iklim dan 4. Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016.

(16) perubahannya berpengaruh langsung maupun tak langsung terhadap tingkat kesehatan manusia melalui ketahanan pangan, ketersediaan dan kualitas air bersih, tingkat zat polutan, dan transmisi penyakit lewat udara dan air. Luas wilayah Kota Bandung Berdasarkan Peraturan Daerah Kotamadya Tingkat II Bandung Nomor 10 Tahun 1989 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung adalah 16.729,65 Ha. Wilayah pemerintahan menurut Perda Kota Bandung No. 6 tahun 2007 tentang Pemekaran dan pembentukan wilayah kerja kecamatan dan kelurahan di llngkungan pemerintah Kota Bandung terbagi dalam 30 Kecamatan, 151 Kelurahan yang terdiri dari 1.583 Rukun Warga (RW), dan 9.884 Rukun Tetangga (RT). Secara administratif Kota Bandung berbatasan dengan daerah kabupaten/kota lainnya yaitu : 1.. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat. 2.. Sebelah Barat berbatasan dengan Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung Barat. 3.. Sebelah Timur dan Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bandung. 4.. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bandung Gambar II.1 PETA KOTA BANDUNG. 5. Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016.

(17) Dalam pelaksanaan Pembangunan Kesehatan diperlukan kerjasama Pemerintah Kota Bandung dengan ketiga Kabupaten/Kota yang mengelilingi tersebut karena masalah-masalah kesehatan tidak mengenal batas wilayah kerja. Kota Bandung sebagai kota besar juga memiliki 6 fungsi kota yaitu sebagai : 1) Pusat Pemerintahan Jawa Barat 2) Kota Ekonomi dan Perdagangan 3) Kota Pendidikan 4) Kota Budaya dan Wisata 5) Kota Industri 6) Etalase Jawa Barat Posisi strategis Kota Bandung terlihat dalam Peraturan Presiden RI Nomor 28 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Jawa-Bali, dimana Kota Bandung dan wilayah Bandung Raya ditetapkan dalam sistem perkotaan nasional sebagai bagian dari Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Kawasan Perkotaan. Kota Bandung dipimpin oleh Walikota dibantu oleh Wakil Walikota, Staf Ahli, dan Sekretaris Daerah yang membawahi 3 Asisten Sekretaris Daerah, dengan 10 Kepala Bagian, 22 Kepala Dinas, 5 Kepala Badan, dan 1 Inspektorat sesuai dengan Peraturan Daerah No. 8 Tahun 2016 mengenai Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kota Bandung. Kinerja pemerintah Kota Bandung diawasi oleh DPRD yang ditunjang oleh Sekretariat DPRD dengan 4 bagian. Urusan pemerintahan bidang kesehatan dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan. Dalam melaksanakan tugas dan fungsi teknisnya Dinas Kesehatan membawahi 75 Puskesmas, 1 labolatorium kesehatan, dan 1 layanan mobilitas. Selain itu terdapat pula 3 Rumah Sakit Daerah yang berada di bawah kordinasi Pemerintah Kota Bandung . Bandung sebagai kota besar tidak terlepas dari berbagai permasalahan kota besar di Indonesia yang hampir merata terjadi di segala aspek kehidupan. Arus urbanisasi yang tinggi berhubungan dengan kepadatan penduduk membentuk budaya dan strata sosial ekonomi masyarakat yang heterogen. Oleh karena. itu,. Pemerintah. Kota. Bandung. perlu. meningkatkan. kapsitas. pengembangan dan pengelolaan perkotaan sesuai dengan kondisi dan tantangan yang dihadapi. 6. Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016.

(18) B.. KEPENDUDUKAN Provinsi Jawa Barat, menurut data estimasi penduduk tahun 2016, adalah provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia 47.379.389 jiwa dengan jumlah penduduk Kota Bandung tahun 2016 sebesar 2.490.479 jiwa terdiri dari penduduk laki-laki sebesar 1.257.823 jiwa penduduk (50,51%) dan penduduk perempuan adalah 1.232.656 jiwa penduduk (49,49%). Jumlah penduduk per kecamatan ditampilkan dalam gambar di bawah ini. GAMBAR II.2 JUMLAH PENDUDUK PER KECAMATAN DI KOTA BANDUNG TAHUN 2016. K E C A M A T A N. BABAKAN CIPARAY BANDUNG KULON KIARACONDONG COBLONG BOJONGLOA KALER BATUNUNGGAL SUKAJADI CIBEUNYING KIDUL CICENDO ANDIR BUAHBATU BOJONGLOA KIDUL KOTA BANDUNG SUKASARI REGOL UJUNGBERUNG RANCASARI ANTAPANI LENGKONG CIBEUNYING KALER CIBIRU ASTANAANYAR ARCAMANIK MANDALAJATI BANDUNG KIDUL CIDADAP PANYILEUKAN GEDEBAGE SUMUR BANDUNG BANDUNG WETAN CINAMBO. 148.563 143.837 132.616 132.481 121.606 121.518 108.907 108.589 100.263 98.038 95.701 86.676 83.016 82.311 82.283 75.756 75.744 74.834 71.888 71.442 70.629 69.242 68.541 63.377 59.547 58.637 39.484 36.038 36.032 31.054 24.845. -. 20.000. 40.000. 60.000. 80.000. 100.000 120.000 140.000 160.000. JUMLAH PENDUDUK Sumber : Badan Pusat Statistik, 2016. Kecamatan Babakan Ciparay memiliki jumlah penduduk terbesar yaitu 148.563 jiwa, selanjutnya Kecamatan Bandung Kulon dengan 143.837 jiwa, dan Kecamatan Kiaracondong dengan 132.616 jiwa. Kecamatan Cinambo dengan jumlah penduduk 24.845 jiwa yang merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil. 7. Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016.

(19) 1.. Pertumbuhan Penduduk Perubahan besaran jumlah penduduk setiap waktunya di suatu wilayah diukur menggunakan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP). LPP berguna untuk memprediksi perubahan pertumbuhan penduduk dari waktu ke waktu. Laju Pertumbuhan Penduduk di tahun 2016 sebesar 0,37 % turun dibandingkan tahun 2015 lalu yang sebesar 0,43 %. Grafik dibawah ini menunjukkan tren ukuran Laju Pertumbuhan. GRAFIK II.1 PERKEMBANGAN LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK (LPP) KOTA BANDUNG TAHUN 2012 – 2016 Laju Pertumbuhan Penduduk (%) 1,5 1. 0,71. 0,64. 0,57. 0,5. 0,43. 0,37. 0 2012. 2013. 2014. 2015. 2016. Sumber : BPS Kota Bandung. Meski LPP di Kota Bandung. memperlihatkan tren menurun tiap. tahunnya, jumlah penduduk masih menunjukkan berfluktuasi dari tahun ke tahun dengan kecenderungan yang stabil. Gambaran tren fluktuasi jumlah penduduk perjenis kelamin kurun waktu 5 tahun terakhir dapat diperhatikan pada grafik dibawah ini. GRAFIK II.2 PERKEMBANGAN JUMLAH PENDUDUK KOTA BANDUNG TAHUN 2012 – 2016. JUMLAH PENDUDUK. 2.500.000 2.000.000 1.204.390. 1.223.412. 1.268.592. 1.233.446. 1.232.656. 1.500.000 Perempuan. 1.000.000 500.000. Laki-laki 1.245.876. 1.260.565. 1.306.886. 1.257.176. 1.257.823. 2012. 2013. 2014. 2015. 2016. 0 TAHUN Sumber : BPS 2016 ( diolah Pusdatin Kemkes RI ). 8. Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016.

(20) Komposisi penduduk berdasarkan gender menunjukkan jumlah lakilaki lebih banyak dari pada perempuan dengan rasio jenis kelamin 102. Rasio tersebut berarti pada 100 perempuan di wilayah terdapat 102 laki-laki. Pada grafik II.3 tampak komposisi penduduk berdasarkan gender dan kategori usia sebagai berikut. GRAFIK II.3 KOMPOSISI PENDUDUK PER JENIS KELAMIN DAN KATEGORI USIA DI KOTA BANDUNG TAHUN 2016. LAKI-LAKI 65 + 60 - 64 55 - 59 50 - 54 45 - 49 40 - 44 35 - 39 30 - 34 25 - 29 20 - 24 15 - 19 10 - 14 5-9 0-4. PEREMPUAN. 50.259. 61.515 32.518. 31.671. 51.672. 51.256 65.717. 64.894. 78.131. 76.125 91.061. 90.011. 101.433. 98.333. 115.048. 108.171. 122.658. 113.028. 136.408. 128.185 113.784. 117.147 92.195. 89.548. 100.515. 95.266 104.677. 109.253. 150.000. 100.000. 50.000. 0. 50.000. 100.000. Sumber : BPS 2016 ( diolah Pusdatin Kemkes RI ). Grafik komposisi di Kota Bandung menunjukkan sebagian besar penduduk berada pada kelompok penduduk muda, kelompok usia tua jumlahnya sedikit dan tingkat kelahiran bayi tinggi. Berbeda dengan tahuntahun sebelumnya, penggambaran kategori komposisi penduduk Kota Bandung Tahun 2016 menggabungkan kategori usia 65-69 tahun, 70-74 tahun, dan 75+ tahun pada tahun-tahun sebelumnya menjadi hanya kategori usia 65+. Seperti yang tampak pada grafik di atas, penggabungan kelompokkelompok usia ini menyebabkan bentuk grafik membesar kembali di kelompok usia yang terletak paling atas grafik tersebut. 2.. Persebaran Penduduk dan Kepadatan Penduduk Wilayah dengan kepadatan tertinggi berada di Kecamatan Bojongloa Kaler dengan kepadatan 40.134 jiwa per KM2, kemudian Kecamatan Andir dengan 26.425 per. 9. KM2 dan Kecamatan Sukajadi 25.327 per KM2. Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016. 150.000.

(21) Kecamatan Gedebage merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah yaitu 3.762 penduduk per KM2. Perbandingan kepadatan penduduk perkecamatan per KM2 dapat diperhatikan pada grafik II.4 berikut ini. GRAFIK II.4 KEPADATAN PENDUDUK DALAM KM2 DI KECAMATAN DI KOTA BANDUNG TAHUN 2016. ANDIR. BOJONGLOA KALER. SUKAJADI. ASTANAANYAR. BATUNUNGGAL. KIARACONDONG. BANDUNG KULON. BABAKAN CIPARAY. CIBEUNYING KIDUL. REGOL. ANTAPANI. COBLONG. CIBEUNYING KALER. CICENDO. KOTA BANDUNG. SUKASARI. BOJONGLOA KIDUL. BUAHBATU. LENGKONG. UJUNGBERUNG. CIBIRU. ARCAMANIK. RANCASARI. SUMUR BANDUNG. CIDADAP. BANDUNG KIDUL. MANDALAJATI. BANDUNG WETAN. CINAMBO. PANYILEUKAN. KEPADATAN PENDUDUK PER KM2. GEDEBAGE. 40.000 35.000 30.000 25.000 20.000 15.000 10.000 5.000 -. Sumber : BPS 2016 ( diolah Pusdatin Kemkes RI ). Rata-rata kepadatan penduduk di Kota Bandung di atas adalah 14.855 jiwa per KM2 atau 148 Jiwa per Ha. Standar. sehat kepadatan. penduduk yang ditetapkan oleh World Heatlh Organization (WHO) adalah sebesar 97 jiwa per hektar sehingga rata-rata kepadatan penduduk di Kota Bandung melampaui standar sehat kepadatan penduduk. Berdasarkan standar tersebut terdapat 6 kecamatan yang masih berada pada standar sehat WHO dari 30 kecamatan yang ada di Kota Bandung.. Kecamatan. Gedebage,. Kecamatan. Cinambo,. Kecamatan. Panyileukan, Kecamatan Bandung Wetan, Kecamatan Mandalajati, dan Kecamatan Cidadap adalah kecamatan dengan kepadatan penduduk yang kurang dari 97 hektar. C.. PENDUDUK MISKIN Penggambaran mengenai derajat kemiskinan di Kota Bandung pada Profil ini menggunakan data dan kriteria dari BPS. BPS menetapkan garis kemiskinan yang ditetapkan yaitu kebutuhan minimum untuk hidup diukur dengan pengeluaran untuk makanan setara dengan 2.100 kalori per kapita. 10. Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016.

(22) per hari ditambah pengeluaran untuk kebutuhan non makan seperti perumahan, barang dan jasa dan lain-lain. Persentase penduduk miskin di Kota Bandung tahun 2016 sebesar 4,32 %. Perkembagan persentase penduduk miskin di Kota Bandung dapat diamati dari grafik dibawah ini. GRAFIK II. 6 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI KOTA BANDUNG TAHUN 2012 - 2016 4,9 4,8. 4,78. 4,7. PERSEN (%). 4,65 4,61. 4,6 4,5. 4,5. % PENDUDUK MISKIN. 4,4 4,32. 4,3. 4,2 2012. 2013. 2014 TAHUN. 2015. 2016. Sumber : Dinsos dan BPS Kota Bandung Tahun 2016. Dari grafik diatas dapat diterangkan bahwa kecenderungannya menurun semenjak tahun 2013 sampai tahun 2016. Penurunan persentase penduduk miskin mengalami 0,46 % di tahun 2013 menjadi 4,32 % pada tahun 2016. Jumlah penduduk miskin di Kota Bandung tahun 2015 adalah sebesar 11.412 jiwa dan 10.758 jiwa di tahun 2016. Salah satu faktor yang berpengaruh pada jumlah penduduk miskin adalah komoditi makanan. Hal ini, menunjukkan pola konsumsi masyarakat pada tingkat ekonomi rendah lebih dominan untuk pengeluaran kebutuhan makanan dibandingkan non makanan. Komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di perkotaan relatif sama dengan di perdesaan, diantaranya adalah beras, telur ayam ras, daging ayam ras, mie instan, gula pasir, tempe, tahu, dan kopi. Sedangkan, untuk komoditi bukan makanan diantaranya adalah biaya perumahan, bensin, listrik, pendidikan, dan perlengkapan mandi (BPS September 2015). Tingginya angka kemiskinan dapat mengakibatkan munculnya berbagai masalah kesehatan. Kemiskinan identik dengan ketidaktahuan dan 11. Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016.

(23) rendahnya pengetahuan kesehatan, perilaku dan kesadaran hidup sehat yang rendah,. kualitas lingkungan tempat tinggal yang rendah hingga. keterbatasan akses ke layanan kesehatan yang layak. Untuk itu, data kemiskinan dalam pembangunan kesehatan sangat diperlukan sebagai bahan untuk menentukan intervensi kebutuhan pelayanan kesehatan. D.. KEADAAN EKONOMI. Indikator. yang. digunakan. dalam. mengukur. keberhasilan. pembangunan ekonomi tersebut salah satunya adalah Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE). Kondisi perekonomian masyarakat Kota Bandung dapat terlihat dari Indikator Laju Pertumbuhan Ekonomi yang setiap tahun mengalami kenaikan. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Bandung secara makro pada beberapa tahun terakhir (2011-2015) menunjukkan tren fluktuasi. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Bandung meningkat signifikan dari pada Tahun 2010 menjadi 8,98% pada Tahun 2012. Namun pada tahun 2013 hingga tahun 2015 LPE Kota Bandung mengalami fluktuasi. Tahun 2015 LPE Kota Bandung sebesar 8.5 % yang masih berada di atas rata-rata LPE provinsi dan nasional. LPE Kota Bandung tahun 2016 hingga saat ini belum dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik. GRAFIK II.7 LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA BANDUNG TAHUN 2010 – 2015 10,0 9,0. 8,98. 8,73. 8,45. 9. 8,87. 8,5. 8,0. PERSEN. 7,0. 6,2 6,1. 6,48 6,5. 6,21 6,23. 6,0. 6,06 5,78. 5,7. 5,21. 5,03. 5,0. 4,7. 4,0 3,0 2,0 1,0 0,0 2010. 2011. 2012. Kota Bandung. 2013. TAHUN Jawa Barat. 2014. 2015. Nasional. Sumber : BPS Kota Bandung Tahun 2015. 12. Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016.

(24) E.. KEADAAN PENDIDIKAN. Indeks pendidikan ini terdiri dari dua komponen penyusun, yaitu indeks rata-rata lama sekolah dan harapan lama sekolah. Lama sekolah dihitung dari lama pendidikan formal yang telah diselesaikan penduduk yang berusia di atas 15 tahun. Grafik perkembangan Rata-rata Lama Sekolah dapat diperhatikan pada grafik di bawah ini. GRAFIK II.8 PERKEMBANGAN RATA-RATA LAMA SEKOLAH KOTA BANDUNG TAHUN 2012 – 2016 LAMA (TAHUN). 10,6. 10,58 10,52. 10,51. 10,5 10,4. RATA-RATA LAMA SEKOLAH. 10,37. 10,35. 10,3 2012. 2013. 2014. 2015. 2016. TAHUN Sumber : BPS Kota Bandung Tahun 2015. Grafik diatas menunjukkan bahwa selama kurun waktu 2012-2016 Rata-rata Lama Sekolah di Kota Bandung menunjukkan kecenderungan meningkat atau meski relatif lambat/kecil. Pada tahun 2011 Rata- rata Lama Sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas di Kota Bandung adalah sebesar 10,33 tahun, kemudian meningkat sedikit demi sedikit menjadi sebesar 10.58 tahun pada 2015 Rata-rata Lama Sekolah sebesar 10,58 tahun pada tahun 2016 didefinisikan sebagai jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk dalam menjalani pendidikan formal. Angka ini menunjukkan bahwa pada tahun 2016 rata-rata penduduk Kota Bandung menyelesaikan kelas X SMA. Bila dikaitkan dengan Program Wajib Belajar 12 Tahun maka angka ini masih di bawah harapan. Komitmen dan kesadaran semua pihak akan pentingnya tetap bersekolah perlu terus ditingkatkan agar tercipta Sumber Daya Manusia yang semakin berkualitas Indikator lainnya dengan menggunakan metoda baru untuk melihat tingkat pendidikan Harapan Lama Sekolah (HLS) /Expected Years of Schooling (EYS). Angka Harapan Lama Sekolah didefinisikan lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur 13. Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016.

(25) tertentu di masa mendatang. Diasumsikan bahwa peluang anak tersebut akan tetap bersekolah pada umur-umur berikutnya sama dengan peluang penduduk yang bersekolah per jumlah penduduk untuk umur yang sama saat ini. Angka Harapan Lama Sekolah dihitung untuk penduduk berusia 7 tahun ke atas. HLS dapat digunakan untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan di berbagai jenjang yang ditunjukkan dalam bentuk lamanya pendidikan (dalam tahun) yang diharapkan dapat dicapai oleh setiap anak. Perkembangan angka HLS Kota Bandung dari tahun ke tahun dapat diperhatikan dalam grafik di bawah ini. GRAFIK II.9 PERKEMBANGAN HARAPAN LAMA SEKOLAH KOTA BANDUNG TAHUN 2012 – 2016 14 13,89. 13,8 13,63. Axis Title. 13,6 13,4. 13,33. 13,2. 13,13. 13,05. 13. HARAPAN LAMA SEKOLAH. 12,8 2012. 2013. 2014 TAHUN. 2015. 2016. Sumber : BPS kota Bandung 2016. Grafik II. memperlihatkan bahwa perkembangan HLS penduduk usia 7 tahun ke atas di Kota Bandung yang terus meningkat. Pada tahun 2016, HLS di Kota Bandung 13.63 dibanding tahun sebelumnya meningkat sebesar 0.26 poin, yaitu menjadi 13.89 poin. Angka HLS Kota Bandung tahun 2016 sebesar 13,89 mempunyai arti bahwa anak sekolah memiliki kemungkinan/harapan lama bersekolah di masa mendatang sebesar 13,89 tahun. Angka HLS ini masih di atas angka HLS Provinsi Jawa Barat dan Nasional tahun 2016 berturut – turut sebesar 12,3 dan 12,72.. F.. PEMBANGUNAN MANUSIA. Indeks. pembangunan. manusia. (IPM). merupakan. indikator. komposit yang kompleks terdiri dari tiga komponen penting yaitu 14. Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016.

(26) komponen kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. Ketiga komponen ini bersinergi dalam menentukan keberlangsungan dan kemajuan pembangunan di daerah itu. Indeks pembangunan manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) adalah indikator yang juga mengukur kualitas manusia di wilayah setempat IPM Kota Bandung tahun 2016 sebesar 80.13 meningkat dari tahun sebelumnya yang sebesar 79.67. IPM Kota Bandung dari tahun ke tahun lebih tinggi dari IPM nasional ataupun Provinsi Jawa Barat. Berikut ini grafik yang menggambarkan perkembangan nilai IPM tahun ke tahun di Kota Bandung. GRAFIK II.10 PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BANDUNG TAHUN 2012 – 2016 85. INDEKS. 80. 78,55. 78,3. 79,67. 78,98. 80,13. 75. 70 67,32. 67,7. 68,25 68,31. 68,8 68,9. 69,5. 69,55. 70,05. 70,18. KOTA BANDUNG JAWA BARAT NASIONAL. 65. 60 2012. 2013. 2014. 2015. 2016. TAHUN Sumber : BPS Kota Bandung Tahun 2016. Dengan tembusnya angka IPM Kota Bandung lebih dari 80, menurut keriteria BPS, kualitas manusia Kota Bandung memiliki kelompok kriteria Sangat Tinggi.. Hal ini menunjukan bahwa pembangunan yang telah. dilaksanakan berhasil meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik diukur dari indikator kesejahteraan rakyat yang meliputi indikator kesehatan, indikator pendidikan serta daya beli masyarakat yang meningkat. Peningkatan IPM setiap tahunnya merupakan dampak dari meningkatnya komponen-komponen penyusun IPM. Peningkatan tersebut tidak dapat dilepaskan dari hasil kerja keras semua pihak.. 15. Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016.

(27) G.. INDEKS KESEHATAN. Indeks Kesehatan mengukur tingkat kesehatan manusia secara umum di suatu wilayah tertentu. Indeks Kesehatan juga merupakan indikator komposit yang kompleks yang perhitungannya memperhitungkan banyak indikator lain dalam bidang kesehatan. Indikator Indeks Kesehatan memilik 2 kelompok penilaian indikator kesehatan. Kelompok yang pertama adalah indikator yang menghitung jumlah kematian yang terjadi selama periode tertentu dengan penyebabnya. Kelompok kedua adalah indikator kesehatan mengukur tingkat kecatatan atau kesakitan yang ada di masyarakat. Indeks Kesehatan Kota Bandung menunjukkan tren peningkatan dari tahun 2011 hingga tahun 2016 seperti tampak pada grafik berikut. Indeks Kesehatan Kota Bandung tahun 2015* dan 2016* adalah angka hasil perhitungan sementara. GRAFIK II.11 PERKEMBANGAN INDEKS KESEHATAN MANUSIA. INDEKS KESEHATAN. KOTA BANDUNG TAHUN 2011 – 2016 84 82 80 78 76 74 72 70 68 66 64 62 60. 82,67. 72,34. 82,72. 72,67. 82,75. 82,76. 82,80. 82,83. 72,99 KOTA BANDUNG JAWA BARAT. 2011. 2012. 2013 2014 TAHUN. 2015*. 2016*. Sumber : BPS Kota Bandung tahun 2017. Derajat kesehatan pada dasarnya dapat dilihat dari seberapa lama harapan hidup yang mampu dilalui. Semakin lama harapan hidup yang mampu dicapai merefleksikan semakin tinggi derajat kesehatannya. Angka Harapan Hidup (AHH) menunjukkan kualitas kesehatan masyarakat yaitu mencerminkan “lamanya hidup” sekaligus “hidup sehat” suatu masyarakat. Capaian Angka Harapan Hidup Kota Bandung di Tahun 2016 sebesar 73,84 tahun. Angka ini naik sebesar 0,02 tahun bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Definisi AHH sendiri adalah perkiraan rata-rata lamanya 16. Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016.

(28) hidup sejak 0 tahun yang akan dicapai oleh sekelompok penduduk. Di bawah ini grafik yang menggambarkan perkembangan Angka Harapan Hidup Kesehatan di Kota Bandung dalam lima tahun terakhir. GRAFIK II.12 PERKEMBANGAN USIA HARAPAN HIDUP (UHH) KOTA BANDUNG TAHUN 2012 – 2015 73,85 73,84. USIA (TAHUN). 73,83 73,82 73,81 73,80 73,79. AHH. 73,79. 73,77. 73,77. 73,75 2012. 2013. 2014. TAHUN. 2015. 2016. Sumber : BPS Kota Bandung Tahun 2016. Pada grafik diatas terlihat bahwa pencapaian angka harapan hidup di Kota Bandung selama kurun waktu 2012-2016 menunjukkan trend naik. Peningkatan AHH adalah hasil kumulatif dari berbagai kegiatan baik yang bersifat. preventif, promotif, maupun kuratif di berbagai tingkatan. pelayanan kesehatan.. 17. Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016.

(29) BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN. A.. ANGKA KEMATIAN Permasalah kependudukan merupakan masalah yang umum yang dihadapi oleh negara berkembang, termasuk Indonesia. Secara umum permasalah kependudukan dapat dikelompokan menjadi tiga yaitu, jumlah penduduk, kepadatan penduduk dalam suatu wilayah, dan kualitas penduduknya.Dinamika penduduk dari waktu ke waktu senantiasa berubah yang disebabkan karena adanya pertistiwa kelahiran, kematian, dan perpindahan penduduk. Perubahan tersebut dapat dihitung melalui beberapa cara, diantarannya metode sensus, regitrasi, dan survey peduduk. Menurut standar WHO, pencatatan kematian penduduk dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan mengidentifikasi penyebab kematiannya melalui klasifikasi standar ICD-10. Tujuannya adalah mengetahui tingkat dan penyebab kematian. Data tersebut dapat dimanfaatkan untuk menentukan masalah kesehatan dan prioritas peyelesaiannya bidang kesehatan masyarakat. Jumlah dan penyebab kematian yang dibahas dalam Profil Kesehatan ini didapat dari proses regritrasi kematian dan penyebabnya pada sumber-sumber pelayanan kesehatan dasar maupun tingkat lanjut yang direkapitulasi dan dianalisa di tingkat Kota oleh Dinas Kesehatan Kota Bandung. Beberapa angka kematian khusus yang akan diulas dalam Profil Kesehatan Kota Bandung ini adalah kejadian kematian, kematian bayi, kematian ibu, dan kematian balita. Jumlah kematian kasar selama tahun 2016 di Kota Bandung sebanyak 4.587 jiwa terdiri dari 2.444 laki-laki dan 2.143 perempuan. Dari angka tersebut diantaranya sebanyak 73 jiwa berasal dari kelompok usia sekolah, 915 jiwa dari kelompok usia produktif, dan 3.3367 jiwa dari usia lanjut. Sepuluh penyebab kematian terbesar di Kota Bandung dapat diamati dari tabel pie berikut ini.. 18. Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016.

(30) GRAFIK III.1 10 BESAR PENYEBAB (JUMLAH DAN PERSENTASENYA) KEMATIAN DI KOTA BANDUNG TAHUN 2016 Kecelakaan; 2%. TBC; 2%. Gejala dan Tanda Umum Lainnya; 2% Asma; 3% Diabetes Millitus; 10%. Lansia; 23%. Other Acute Ischaemik; 10% Hypertensi; 20%. Stroke; 13%. Decompensatio Cordis; 12%. Sumber : Seksi Evaluasi Program Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016. Berdasarkan grafik III.1 dapat dilihat bahwa penyebab kematian terbanyak tahun 2016 adalah akibat lanjut usia (Lansia) sebesar 23 %. Dari 10 besar penyakit penyebab kematian terbanyak masih terdapat penyebab kematian lanjut usia/sakit serta gejala dan tanda umum lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa pencatatan dan pelaporan kematian belum optimal. Data penyebab kematian yang akurat masih sulit diperoleh di lapangan, butuh kerjasama lintas sektor dan lintas program yang lebih baik. Penyebab kematian didominasi oleh penyakit tidak menular (PTM). Kecelakaan juga menjadi salah satu dari 10 besar penyebab kematian terbanyak. Pembahasan di bawah ini mengenai kejadian kematian bayi, kejadian kematian ibu dan kejadian kematian balita yang masih merupakan bagian dari mortalitas.. 1. ANGKA KEMATIAN BAYI (AKB) Sepanjang tahun 2016 tercatat 64 kasus kematian bayi (29 hari-11 bulan) yang tersebar di 19 Kecamatan di Kota Bandung. Kematian bayi (29 hari – 11 19. Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016.

(31) bulan) tahun lalu tercatat 98 kasus sehingga bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya terjadi penurunan jumlah kematian bayi sebanyak 34 kasus. Jumlah kasus kematian tersebut tidak termasuk kematian Neonatal sebanyak 159 kasus yang terdiri dari Neontal Muda (0-7 hari) dan dan Neonatal Lanjut (8-28 hari). Total kematian bayi (0-11 bulan) di tahun 2016 secara keseluruhan menjadi 223 kasus. Jumlah lahir mati sepanjang tahun 2016 tercatat 65 kasus dari 43.695 lahir hidup. Jumlah ini menunjukkan peningkatan dari tahun sebelumnya yang sebesar 22 kasus lahir mati dari 45.800 lahir hidup. Berikut di bawah ini perkembangan jumlah kasus kematian bayi dan lahir mati di Kota Bandun per tahun. GRAFIK III.2 PERKEMBANGAN JUMLAH KEMATIAN BAYI DAN LAHIR MATI DI KOTA BANDUNG TAHUN 2012 - 2016 250. 223. JUMLAH. 200 150. 148 96. 100. 144. 130. 129. 122. 95 65. 50. JUMLAH KEMATIAN BAYI JUMLAH LAHIR MATI. 22. 0 2012. 2013. 2014. 2015. 2016. TAHUN Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinkes Kota Bandung Tahun 2016. Angka kematian bayi (AKB) atau lebih dikenal dengan infant mortality rate (IMR). Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator sangat sensitif untuk mengetahui gambaran tingkat permasalahan kesehatan masyarakat. Angka kematian bayi menjelaskan kemungkinan kematian bayi dalam 1.000 kelahiran hidup di suatu wilayah dalam periode tertentu. Faktor yang berkaitan dengan penyebab kematian bayi antara lain terutama tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA & KB, kondisi lingkungan, dan sosial Ekonomi. Hingga saat ini BPS Kota Bandung tidak menyediakan AKB Kota Bandung.. 20. Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016.

(32) 2. ANGKA KEMATIAN BALITA (AKABA) Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah kematian anak umur 12-59 bulan per 1.000 kelahiran hidup pada periode waktu tertentu. AKABA dapat menggambarkan. tingkat. permasalahan. kesehatan. serta. faktor. lain. yang. mempengaruhi terhadap kesehatan anak balita seperti gizi, sanitasi lingkungan, tingkat pelayanan KIA / Posyandu, penyakit infeksi, dan kecelakaan. Sepanjang tahun 2016 ditemukan sebanyak 26 kematian Balita. Angka ini mengalami peningkatan yang cukup besar dibandingkan tahun sebelumnya yang sebanyak sebanyak 8 kasus. Grafik berikut ini menunjukan jumlah kematian balita di Kota Bandung selama 5 tahun terakhir. GRAFIK III.3 PERKEMBANGAN JUMLAH KEMATIAN BALITA DI KOTA BANDUNG TAHUN 2012 - 2016 30. 26. JUMLAH. 20 13. 12. 10. 8. KEMATIAN BALITA. 3. 0 2012. 2013. 2014. 2015. 2016. TAHUN. Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinkes Kota Bandung Tahun 2016. AKABA terkait langsung dengan target kelangsungan hidup anak dan merefleksikan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan anak-anak bertempat tinggal. termasuk. pemeliharaan. kesehatannya.. AKABA. dipakai. untuk. mengidentifikasi kesulitan ekonomi penduduk. Mengingat kegiatan registrasi penduduk di Indonesia belum sempurna sumber data ini belum dapat dipakai untuk menghitung AKABA. Sebagai gantinya AKABA dihitung berdasarkan estimasi tidak langsung dari berbagai survei-survei. 3. ANGKA KEMATIAN IBU (AKI) Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian ibu hamil selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu diketahui 21. Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016.

(33) dari jumlah kematian yang disebabkan kehamilan, persalinan dan ibu nifas per jumlah kelahiran hidup di wilayah tertentu dalam waktu tertentu. Angka. kematian. ibu. merupakan. indikator. kesehatan. yang. penting. Angka Kematian Ibu mencerminkan risiko-risiko yang dihadapi ibu selama kehamilan dan melahirkan yang dipengaruhi oleh : keadaan sosial ekonomi dan kesehatan menjelang kehamilan, kejadian berbagai komplikasi pada kehamilan dan kelahiran, serta tersedianya dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan prenatal dan obstetrik. Jumlah kematian ibu di Kota Bandung tahun 2016 terlaporkan sebanyak 27 kasus kematian. Grafik jumlah kematian ibu dari tahun ke tahun dapat diamati pada grafik di bawah ini. GRAFIK III.4 PERKEMBANGAN JUMLAH KEMATIAN IBU DI KOTA BANDUNG TAHUN 2012 - 2016 32 30. JUMLAH. .. 30. 28 27 26. 26. JUMLAH KEMATIAN IBU. 25 24. 24. 22 2012. 2013. 2014 TAHUN. 2015. 2016. Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinkes Kota Bandung Tahun 2016. Grafik di atas menerangkan bahwa jumlah kematian ibu di Kota Bandung dari tahun ke tahun memperlihatkan kecenderungan tetap/stagnan. Kenaikan jumlah kematian yang cukup tinggi terjadi di tahun 2014 untuk kemudian menurun kembali. Informasi mengenai kondisi AKI akan bermanfaat untuk pengembangan program peningkatan kesehatan reproduksi, terutama pelayanan kehamilan dan membuat kehamilan yang aman bebas risiko tinggi (making pregnancy safer), program peningkatan jumlah kelahiran yang dibantu oleh tenaga kesehatan, penyiapan sistem rujukan dalam penanganan komplikasi kehamilan, penyiapan keluarga dan suami siaga dalam menyongsong kelahiran, yang semuanya 22. Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016.

(34) bertujuan untuk mengurangi Angka Kematian Ibu dan meningkatkan derajat kesehatan reproduksi. Adapun AKI Nasional berdasarkan Sensus Penduduk (SP) tahun 2010 adalah sebesar 228 / 100.000 kelahiran hidup.. B. ANGKA KESAKITAN (MORBIDITAS) Data kesakitan diperlukan untuk memberikan informasi di masyarakat (community based data) mengenai permasalahan penyakit, perkembangan dan penyebarannya. Pengumpulan data kesakitan ini diperoleh dari Puskesmas melalui gugus pelaporan SP3 (Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas. Sepanjang tahun 2016 jumlah keseluruhan kasus baru yang dikelola pada SP3 sebanyak 1.086.656 kasus dengan tercatat 190 jenis penyakit. Pola 20 penyakit terbesar yang diperoleh dari layanan kesehatan di Puskesmas di Kota Bandung tahun 2016 dapat diamati melalui tabel di bawah ini : TABEL III.1 20 PENYAKIT TERBESAR DI PUSKESMAS DI KOTA BANDUNG TAHUN 2016. Sumber : Seksi Data dan Informasi Kesehatan dari Rekapitulasi SP3 Tahun 2016. 23. Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016.

(35) Pola penyakit dua puluh terbesar tidak banyak berubah dari tahun ketahun dan masih didominasi oleh penyakit infkesi dengan penyakit infeksi saluran pernafasan atas akut tidak spesifik menjadi penyakit terbesar. Penyakit infeksi saluran pernafasan atas akut tidak spesifik menjadi penyakit terbesar semenjak tahun 2013. Seperti tampak pada tabel di atas, selain penyakit infeksi juga tampak penyakit degeneratif seperti Hipertensi Primer (esensial) dan Deabetes Melitus tidak spesifik. Tingginya aktivitas dan mobilatas masyarakat di wilayah perkotaan dipandang sebagai salah satu pemicu berbagai penyakit khas warga perkotaan. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dan bakteri masih menjadi penyebab terbanyak penyakit selain merebaknya penyakit yang disebabkan oleh gaya hidup dan pola makan yang tak sehat bagi warga kota. Perilaku tak sehat seperti merokok juga menambah rentan beban keseahtan masyarakat perkotaan.. C. PENYAKIT MENULAR YANG DIAMATI Karakteristik wilayah perkotaan di Indonesia yang memiliki banyak wilayah permukiman padat dan kumuh selalu terjadi peningkatan jumlah kasus penyakit menular. Kendati demikian, tak menutup pula kemungkinan wilayah dengan kepadatan rendah dan wilayah pedesaan menjadi sasaran penyebaran penyakit menular. Selain itu, karakteristik sosial kultural perkotaan dengan tingginya aktivitas dan mobilitas masyarakatnya juga menjadi penyebab tingginya penyakit menular. Dalam profil kesehatan ini kondisi penyakit menular Kota Bandung yang diamati di Kota Bandung adalah sebagai sebagai berikut :. 1.. PENYAKIT ACUTE FLACCID PARALYSIS (AFP) Penyakit Acute Flaccid Paralysis (AFP) adalah penyakit infeksi paralisis yang disebabkan oleh virus. Penularan dapat terjadi secara langsung dan tak langsung. Penyebarannya sangat ditentukan oleh kondisi kualitas sanitasi lingkungan dan status imunisasi anak di suatu wilayah. Cakupan penemuan penderita penyakit AFP pada 100.000 penduduk di bawah 15 di Kota Bandung tahun tahun 2016 sebesar 2,82 dengan jumlah kejadian sebanyak 16 kasus. Adapun perkembangan cakupan penemuan. 24. Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016.

(36) penderita penyakit AFP dalam 5 tahun terakhir di Kota Bandung dapat dilihat dari grafik di bawah ini. GRAFIK III.5 PERKEMBANGAN PENEMUAN PENDERITA AFP DI KOTA BANDUNG TAHUN 2012 – 2016 25 21. TAHUN. 20. 17. 15. 16. 15. 14. JUMLAH KASUS AFP. 10 5 0 2012. 2013. 2014. 2015. 2016. TAHUN Sumber : Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kota Bandung tahun 2016. Penemuan kasus AFP dilaksanakan melalui monitoring ke rumah sakit, klinik, dokter swasta maupun di puskesmas yang ada di Kota Bandung dengan mengamati secara cermat berbagai gejala penyakit AFP. 2.. PENYAKIT TUBERCULOSIS Tuberculosis (TBC atau TB) adalah penyakit infeksi pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh bakteri. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sring menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia. Tuberculosis (TBC) merupakan penyakit menular akibat kuman mycobacterium tuberculosis dengan angka kesakitan dan kematiannya yang tinggi. Jumlah kasus baru penderita Tuberculosis di Kota Bandung tahun 2016 secara klinis dan laboratoris sesuai wilayah administrasinya sebanyak 1.107 penderita. Selain itu, untuk jumlah seluruh kasus TB baru pada penderita TB warga Kota Bandung sesuai wilayah admnistrasinya ditemukan sebanyak 2.545 kasus. Gambaran jumlah penderita TB dalam 5 tahun terakhir dapat dilihat pada grafik di bawah ini.. 25. Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016.

(37) GRAFIK III.6 PERKEMBANGAN PENEMUAN PENDERITA TB DI KOTA BANDUNG TAHUN 2012 – 2016 3.000 2.545. JUMLAH. 2.456. 2.087. 2.000. 2.149. 1.958. JUMLAH KASUS BARU. 1.283 1.054. 1.055. 1.200. JUMLAH TB KLINIS. 1.000 1.137. 983. 940. 1.107. 1.023. JUMLAH TB BTA+. 2012. 2013. 2014. 2015. 2016. TAHUN Sumber : Seksi P2P Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016. Jumlah kasus kematian akibat Penyakit TB selama pengobatan, yang dapat dirunut asal domisilinya di tahun 2016 meningkat 2 kasus dari tahun 2015. Kematian ini terjadi di 12 kecamatan di Kota Bandung dengan jumlah 18 kasus. Jumlah kematian berasal fasilitas kesehatan lain yang tak dapat diketahui wilayah domisilinya sebanyak 27 kasus sehingga total kematian akibat TB sebanyak 45 kasus kematian. Jumlah terbanyak kasus kematian dengan 3 kasus terjadi di Kecamatan Andir dan Kecamatan Arcamanik. 3.. PENYAKIT PNEUMONIA PADA BALITA Balita merupakan usia kelompok rentan terserang penyakit dengan spesifik risiko masing-masing baik yang itu yang menular maupun yang tidak menular disebabkan karena daya tahan dan kondisi fisik tubuh yang masih lemah. Pneumonia adalah penyakit yang sering terjadi pada balita juga dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut. Pneumonia merupakan peradangan atau inflamasi yang terdapat pada parenkim paru. Kondisi ini ditandai dengan adanya batuk, sesak nafas, demam,dan infiltrat pada foto rontgen. Gejalanya berupa adanya napas cepat pada anak. Bahaya Pneumonia balita mengakibatkan kematian dalam waktu 310 jam apabila tidak mendapat pertolongan yang cepat dan tepat. Jumlah balita dengan Pneumonia diperkirakan sekitar 4,2 % dari jumlah populasi balita yang. 26. Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016.

(38) ada di suatu wilayah. Pada tahun-tahun sebelumnya perkiraan penderita Pneumonia balita sebesar 10,00% dari jumlah populasi balita. Perkiraan jumlah balita dengan Pneumonia sebanyak 11.899 balita. Kasus Pneumonia tahun 2016 yang ditemukan dan ditangani sebesar 12.579 kasus atau 106,00 % dari perkiraan balita menderita Pneumonia. Angka kasus Pneumonia yang ditemukan dan ditangani tahun 2015 sebesar 62,20% dari perkiraan balita menderita Pneumonia. Membesarnya angka penemuan Penderita 2016 dibandingkan tahun-tahun sebelumnya disebabkan berubahnya koofesien penemuan penderita Pneumonia balita dari 10,00 % menjadi 4,2 % dari perkiraan balita menderita Pneumonia.. 4. PENYAKIT HIV/AIDS HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus Human Immunodeficiency Virus / HIV yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi tersebut menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah terinfeksi berbagai macam penyakit lain. Tahun 2016 di Kota Bandung terdapat kasus baru HIV sebanyak 187, sedangkan peneuman kasus baru tahun sebelumnya sebanyak 85 kasus. Angka tersebut meningkat cukup tajam dari tahun sebelumnya sebanyak 102 kasus. Namun untuk kasus AIDS terdapat penurunan pada periode yang sama. Ditemukan 98 kasus untuk tahun 2015 yang tahun sebelumnya ditemukan 202 kasus AIDS. Perkembangan jumlah kasus HIV/AIDS dapat diperhatikan dari grafik dibawah ini.. 27. Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016.

(39) GRAFIK III.7 PERKEMBANGAN JUMLAH PENDERITA HIV / AIDS DI KOTA BANDUNG TAHUN 2012 – 2016 300 287. JUMLAH KASUS. 280. 285. 273. 260. HIV/AIDS. 240. 231. 227. 220 200 2012. 2013. 2014. TAHUN. 2015. 2016. Sumber : Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016. Jumlah kematian akibat AIDS dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel mengenai perkembangan jumlah kematian di Kota Bandung dari tahun 2102 hingga 2016. Model grafik yang ditampilkan pada jumah kematian akibat AIDS memperlihatkan kecenderungan yang makin menurun meski kecil. Perkembangan jumlah kemtian akibat AIDS. dapat. diamati dari grafik dibawah ini.. JUMLAH KASUS. GRAFIK III.8 JUMLAH PENDERITA MENINGGAL AKIBAT AIDS DI KOTA BANDUNG TAHUN 2012 – 2016 16 14 12 10 8 6 4 2. 14. 8. 7. 2012. 2013. 6. 2014. 2015. 5. KEMATIAN AKIBAT AIDS. 2016. TAHUN Sumber : Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016. 5. PENYAKIT INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) Infeksi menular seksual (IMS) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman (virus, bakteri, jamur, parasit) yang ditularkan melalui hubungan 28. Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016.

(40) seksual. Termasuk diantaranya jenis-jenis penyakit menular seksual adalah Gonorea dan Sipilis. Infeksi menular seksual cenderung meningkat jumlahnya dan menyerang seluruh lapisan masyarakat utamanya di perkotaan, meski sekarang telah merambah daerah pedesaan (rural area). Infeksi menular seksual di Kota Bandung pada tahun 2016 ditemukan sebanyak 1.909 kasus. Bila dibandingkan dengan tahun lalu, terjadi peningkatan jumlah kasus ditemukan dari 821 kasus. Infeksi HIV/AIDS erat kaitannya IMS, dikarenakan. IMS. merupakan. cofactor. terjadinya. HIV/AIDS.. Dengan. mengontrol penyebaran IMS, maka akan menurunkan pemaparan dan kejadian HIV/AIDS.. 6. PENYAKIT DIARE Penyakit diare berhubungan erat dengan perilaku sehat hidup individu (personal hygiene) dan lingkungan terutama pada bayi dan balita. Jumlah kasus Diare pada Balita tahun 2016, yang didapat dari Puskesmas termasuk oleh kader kesehatan, sebesar 21.876 kasus. Jumlah kasus ini mengalami penurunan dari tahun ke tahun sejak tahun 2012. Perkembangan penyakit Diare pada Balita di Kota Bandung tahun 2012 hingga tahun 2016 dapat diamati dari grafik berikut ini. GRAFIK III.9 PERKEMBANGAN JUMLAH KASUS PENYAKIT DIARE PADA BALITA DI KOTA BANDUNG TAHUN 2012 – 2016 60.000 50.000. 49.322. JUMLAH KASUS. 40.000 30.000. 23.827. 20.000. 25.361. 21.876. 24.370. DIARE BALITA. 10.000 2012. 2013. 2014 TAHUN. 2015. 2016. Sumber : Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016. Meskipun demikian, kejadian Diare pada semua usia di Kota Bandung tahun 2016 tampak meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Di 29. Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016.

(41) laporkan sebanyak kasus 77.011 kasus Diare ditemukan dan diobati diberbagai fasilitas kesehatan. Perbandingan jumlah kasus diare balita dengan usia di atas > 5 tahun dari tahun ke tahun dapat dilihat dari bagan grafik batang di bawah ini. GRAFIK III.10 PERKEMBANGAN JUMLAH KASUS PENYAKIT DIARE PADA BALITA DAN USIA > 5 TAHUN DI KOTA BANDUNG TAHUN 2012 – 2016. JUMLAH KASUS. 2012 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000 70.000 80.000 90.000. 20.772. 2013. 2014. 2015. 30.639. 33.598. 14.053. 25.361 49.322. 2016. 55.135 24.370. DIARE BALITA DIARE >5. 23.827. 21.876. TAHUN Sumber : Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016. 7.. PENYAKIT KUSTA Penyakit Kusta atau penyakit Lepra adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi bakteri mycobacterium leprae. Penyakit ini dapat menyebabkan kecatatan tubuh, mati rasa hingga kematian. Faktor penyebab penyakit kusta adalah rendahnya kualitas lingkungan hygiene dan sanitasi. Insidens kusta di Kota Bandung tahun 2016 sebanyak 1 orang penderita Kusta Pausi Basiler (PB/kusta kering) dan 5 penderita Kusta Multi Basiler / kusta basah. Diantaranya terdapat satu kasus baru kusta mengalami kecacatan tingkat 2. Sepanjang 2016 penderita kusta yang telah selesai berobat (release from treatment/RFT) sebanyak 8 penderita yang terdiri dari seorang penderita PB dan 7 orang penderita MB.. 30. Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016.

(42) GRAFIK III.11 PERKEMBANGAN JUMLAH KASUS BARU PENYAKIT KUSTA DI KOTA BANDUNG TAHUN 2012 – 2016 10 9. 9. JUMLAH KASUS. 8 6. 6. 5 4. 4. KUSTA MB. 2. 2 1. 0. KUSTA PB. 0 2012. 0 2013. 2014 TAHUN. 2015. 1 2016. Sumber : Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016. 8.. PENYAKIT MENULAR IMUNISASI (PD3I) PD3I. merupakan. YANG. DAPAT. penyakit-penyakit. DICEGAH. menular. DENGAN. yang. dapat. diberantas/ditekan dengan pelaksanaan program imunisasi. Penyakit-penyakit menular yang dapat dicegah melalui pemberian imunisasi tersebut adalah Difteri, Pertusis, Tetanus Neonatorum, Campak, Polio dan Hepatitis B. Penyakit tersebut disamping dapat menimbulkan kematian, kesakitan, dan juga kecacatan, bahkan apabila tak ditangani dengan benar dan cepat dapat menular dan mengakibatkan kondisi wabah atau kejadian luar biasa /outbrake (KLB). Kurangnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya imunisasi dapat menyebabkan merebaknya jenis-jenis penyakit tersebut di atas. Pelaksanaan PD3I terus dilakukan oleh pemerintah dengan target membentuk kekebalan imunitas di komunitas, yaitu cakupan minimal 80 % bayi di imunisasi dengan imunisasi dasar. Di Kota Bandung pada tahun 2016 ditemukan kasus PD3I yaitu Campak, Polio, Hepatitis B, dan Difteri. Sepanjang tahun 2016 ditemukan dan ditangani 462 kasus Campak yang pada tahun sebelumnya tercatat 453 kasus. Seperti yang dapat dilihat ada grafik. 31. Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016.

(43) berikut bahwa kasus campak semenjak tahun 2015 hingga tahun 2016 meningkat cukup besar. GRAFIK III.12 PERKEMBANGAN JUMLAH PENYAKIT CAMPAK DI KOTA BANDUNG TAHUN 2012 – 2016 500. JUMLAH KASUS. 450. 453. 400. 462. 350. CAMPAK. 287. 300 250. 266. 274. 200 2012. 2013. 2014. 2015. 2016. TAHUN Sumber : Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016. Kasus Difteri pada tahun 2016 berjumlah 6 kasus menurun dari tahun 2015 dan 2014 yang berjumlah 10 dan 11 kasus. Selain itu ditemukan pula kasus Polio sebanyak 16 kasus dan Hepatitis B sebanyak 32 kasus yang pada tahun sebelumnya tidak ditemukan kedua penyakit ini. Perkembangan jumlah kasus Difteri dari tahun ke tahun dapat dilihat pada tabel di bawah ini. GRAFIK III. 13 PERKEMBANGAN JUMLAH PENYAKIT DIFTERI DI KOTA BANDUNG TAHUN 2012 – 2016 12. 11. JUMLAH KASUS. 10 8. 10. 7. 6 4. 6. DIFTERI. 3. 2 0 2012. 2013. 2014. TAHUN. 2015. 2016. Sumber : Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016. 32. Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016.

(44) Kasus kejadian Tetanus Neonatorum dan Pertusis yang ditemukan pada tahun-tahun sebelumnya, pada 2016 ini tidak ditemukan. 9.. PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE ( DBD) Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang. disebabkan oleh virus Dengue yang dibawa oleh vektornya nyamuk Aedes Aegypti. Gejala yang ditimbulkan penyakti ini berupa demam, nyeri sendi, dan pendarahan dalam kondisi lanjut penyakit ini dapat mengakibatkan kematian. Penyebaran nyamuk DBD. tersebar luas di Kota Bandung baik di. rumah-rumah maupun di tempat-tempat umum, maka upaya pemberantasannya harus didukung peran serta masyarakat secara aktif. Cara pencegahan dan penanggulangan penyakit Demam Berdarah yang paling efektif adalah dengan pemberantasan berbasis masyarakat yang mandiri yaitu dengan memberantas sarang nyamuk (PSN) melalui 3M Plus (mengubur, menguras, menutup, dan mencegah gigitan nyamuk serta memelihara tanaman/ikan pemakan jentik) oleh masyarakat. Sepanjang tahun 2016 ditemukan sebanyak 3.880 kasus DBD ditemukan di Kota Bandung. Jumlah ini meningkat dibadingkan tahun 2015 lalu yang sebanyak 3.640 kasus dengan insedens rate 156 per 100.000 penduduk. Gambar di bawah ini rerata kasus baru per 100.000 penduduk kasus DBD dari tahun ke tahun. GRAFIK III.14 INSIDENS RATE PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA BANDUNG TAHUN 2012 – 2016 250. INSIDENS RATE. 231 206. 200 150. 156. 146 122. 100 2012. 2013. 2014 TAHUN. 2015. INSIDENS RATE PER 100.000 PENDUDUK. 2016. Sumber : Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016. 33. Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016.

(45) Meskipun insiden rate DBD meningkat pertahunnya sejak 2014 yang ditenggarai dengan meningkatnya kasus DBD di Kota Bandung, case fatal rate (CFR) menunjukkan kecenderungan menurun dan tetap semenjak tahun 2014. Kematian akibat penyakit DBD sepanjang tahun 2016 tercatat sebanyak 7 kasus terdiri dari satu orang laki-laki dan 6 orang perempuan dengan case fatal rate 0,20 %. Grafik mengenai besaran CFR DBD selama 5 tahun terakhir seperti tampak pada grafik di bawah ini. GRAFIK III.15 SITUASI CASE FATAL RATE (CFR) PENYAKIT DBD DI KOTA BANDUNG TAHUN 2012 – 2016. PERSENTASE. 0,3. 0,29. 0,25 0,23. 0,22. CFR DBD. 0,2. 0,20. 0,20. 0,15 2012. 2013. 2014 TAHUN. 2015. 2016. Sumber : Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016. 10. PENYAKIT MALARIA Penyakit Malaria di Kota Bandung pada Tahun 2016 ditemukan 54 kasus baru, meskipun demikian penderita Penyakit Malaria tersebut berstatus impor yang artinya didapat dari luar wilayah Kota Bandung, karena di wilayah Kota Bandung tidak terdapat vektor penular penyakit Malaria. Semua Kasus Malaria yang ditemukan tersebut dilaporkan dari Rumah Sakit. 11. PENYAKIT FILARIASIS Filariasis atau penyakit yang lebih dikenal dengan penyakit kaki gajah adalah sejenis penyakit infeksi yang bersifat menahun. Penyebabnya adalah cacing filaria yang kemudian ditularkan oleh semua jenis nyamuk. Penyakit ini dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan, kantung buah zakar dan kelamin. Penyakit ini ditentukan oleh kualitas kebersihan dan 34. Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016.

(46) penjagaan pola hidup sehat. Pada tahun 2016 ditemukan kasus baru filariasis di Kota Bandung sebanyak 2 kasus.. D. STATUS GIZI Permasalah gizi erat kaitannya dengan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang sehat, cerdas, dan produktif. Kondisi kesehatan yang baik yang bebas dari ancaman berbagai penyakit dapat dibentuk dengan status gizi yang baik. Pengetahuan, perilaku kesehatan, lingkungan yang higienis, dan ketersediaan pangan sangat mempengaruhi situasi gizi masyarakat di suatu daerah. Permasalahan gizi banyak terjadi pada kelompok rawan, seperti ibu hamil, ibu menyusui, bayi, balita,. anak usia sekolah, wanita usia subur (WUS), dan. masyarakat dengan golongan ekonomi rendah. Kondisi status gizi di Kota Bandung yang diulas dalam profil kesehatan dapat dilihat dari uraian berikut ini: 1.. BERAT BADAN BAYI LAHIR RENDAH (BBLR) Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) merupakan kondisi berat badan bayi lahir. kurang dari 2.500 Gram. Istilah ini dipakai bagi bayi prematur atau berat bayi lahir rendah (low birth weight). Hal ini dikarenakan tak semua bayi lahir dengan berat kurang dari 2.500 Gram bukan bayi prematur. Persentase BBLR terhadap bayi lahir hidup sebesar 1,93 % dengan jumlah BBLR 845 kasus. Gambaran persentase BBLR di Kota Bandung dari tahun ke tahun terdapat pada grafik di bawah ini. GRAFIK III.16 PERSENTASE BBLR TERHADAP BAYI LAHIR HIDUP DI KOTA BANDUNG TAHUN 2012 – 2016 2,5 2,4. 2,39 2,31. PERSEN. 2,3. 2,29. 2,2 % BBLR. 2,1 2. 2,00 1,93. 1,9 2012. 2013. 2014. 2015. 2016. TAHUN Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016. 35. Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016.

(47) Di tahun 2016 terdapat 43.695 lahir hidup dengan 845 bayi diantaranya mengalami berat badan lahir rendah. Besaran kasus BBLR erat dipengaruhi kualitas pelayanan kesehatan kehamilan yang memadai selain jarak kehamilan yang lama/renggang, dan asupan gizi yang cukup (pengetahuan dan perilaku kesehatan ibu hamil). 2.. BALITA GIZI KURANG (UNDERWEIGHT) Defisiensi gizi atau kurang gizi adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh. kurangnya asupan zat gizi dari maknan sehingga berampak pada timbulnya masalah kesehatan. Kurangnya asupan makanan dan kondisi sakit yang mengganggu penyerapan dan asupan makanan serta dampak suatu penyakit tertentu dapat menyebabkan seseorang mengalami defisiensi atau kekurangan zat gizi. Pemerintah telah menyediakan bagi setiap balita KMS (Kartu Menuju Sehat) yang menunjukkan grafik pertumbuhan berdasarkan indeks antropometri yang mengandung indikator memantau tumbuh kembang anak sejak lahir hingga berusia 5 tahun. Dengan menggunakan KMS status pertumbuhan. atau. gangguannya dapat diketahui lebih dini sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan secara lebih cepat dan tepat. Berat badan balita yang berada di bawah garis merah pada KMS artinya pertumbuhna balita mengalami gangguan pertumbuhan meski belum tentu berstatus gizi kurang ataupun buruk. Dari hasil kegiatan Bulan Penimbangan Balita (BPB) tahun 2016 di Kota Bandung, didapat Balita yang ditimbang berat badannya sebanyak 133.921 balita yang 810 balita diantaranya ( 0.60 %) berstatus BGM . Kondisi balita BGM di Kota Bandung dari tahun berfluktuasi sempat menaik tajam di tahun 2015 akan tetapi kembali berkurang hingga 0,60 % di tahun 2016.. 36. Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016.

(48) GRAFIK III.17 PERSENTASE BALITA KURANG GIZI DI KOTA BANDUNG DI KOTA BANDUNG TAHUN 2013 – 2016 3,00. 2,50. 2,50. PERSENTASE. 2,00 1,50. 1,28. %BGM. 1,21. 1,00. 0,60. 0,50 0,00 2013. 2014. 2015. 2016. TAHUN Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016. 3.. BALITA GIZI BURUK Gizi buruk merupkan kondisi lanjutan dari status gizi kurang seseorang dan. juga bagian dari kategori gabungan berat badan kurang atau bermasalah gizi. Balita gizi buruk dalam ulasan ini ditampilkan menggunakan indeks BB/U (Zscore<-3,0). Selain itu permasalhan gizi juga dapat ditampilkan dengan status gizi sangat kurus mengunakan perhitungan indkes BB/TB (Zscore < -3,0). Penggunaan metode perhitungan indeks BB/U ditujukan untuk melihat permasalahan gizi balita secara umum. Sedangkan metode perhitungan berdasarkan indeks BB/TB ditujan untuk melihat permasalah gizi secara akut, seperti kekurangan asupan gizi dan kesakitan. Gizi buruk perlu mendapat perawatan yang sesuai dengan tatalaksana penanganan gizi buruk agar mendapatkan hasil yang optimal. Data status balita gizi buruk diperoleh dari hasil Bulan Penimbangan Balita (BPB) yang rutin dilakukan 2 kali dalam setahunnya yakni bulan Pebruari dan Agustus bersamaan dengan Bulan Pemberian Vitamin A. Persentase gizi buruk dengan status sangat kurus (BB/TB) di Kota Bandung pada tahun 2016 sebesar 0,26 %, dengan jumlah sebanyak 374 balita. Perkembangan persentase balita gizi buruk di Kota Bandung Tahun 2012 hingga Tahun 2016 dapat diamati dari grafik berikut ini. 37. Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016.

(49) GRAFIK III.18 PERSENTASE BALITA STATUS GIZI BURUK (BB/TB) DI KOTA BANDUNG TAHUN 2012 – 2016 0,27 0,26. 0,26. PERSENTASE. 0,25 0,24 0,23. 0,23. 0,22. 0,22. % GIZI BURUK. 0,22. 0,21 0,2. 0,2. 0,19 2012. 2013. 2014. 2015. 2016. TAHUN Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016. Kasus gizi buruk di Kota Bandung tahun 2016 hampir dapat ditemui di semua kecamatan kecuali 3 kecamatan yaitu Sukasari, Panyileukan, dan Gedebage. Kasus gizi buruk terbanyak terdapat di Kecamatan Kiaracondong dengan 42 kasus balita gizi buruk. Dari jumlah kasus gizi buruk tersebut yang ada di tahun 2016 di Kota Bandung semuanya telah mendapat perawatan.. 38. Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016.

(50) BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN. Upaya kesehatan memiliki lingkup yang luas. Berbagai kegiatan yang dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan dalam rangka memperbaiki, meningkatkan, dan memelihara derajat kesehatan masyarakat maupun individu oleh kelompok dan individu merupakan esensi upaya kesehatan. Upaya kesehatan masyarakat ditujukan untuk memperbaiki dan meningkatkan kesehatan di masyarakat oleh individu maupun kelompok. Upaya kesehatan perorangan ditujukan untuk memperbaiki, meningkatkan, dan memelihara kesehatan perorangan oleh individu maupun kelompok. Ruang lingkup upaya - tersebut adalah promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan, pemberantasan penyakit menular, pengendalian penyakit tidak menular, penyehatan lingkungan dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, penyediaan farmasi dan alat kesehatan, kontrol zat aditif dalam makanan dan minuman, penggunaan napza dan bahan berbahaya, hingga penanggulangan bencana dan bantuan kemanusiaan. Uraian berikut menjelaskan upaya kesehatan sepanjang tahun 2016 yang dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya.. A. PELAYANAN KESEHATAN 1. PELAYANAN KESEHATAN IBU HAMIL 1.1. PEMERIKSAAN IBU HAMIL K1 atau ANC (Antenatal Care) minimal 1 kali adalah proporsi kelahiran yang mendapat pelayanan kesehatan ibu hamil minimal 1 kali tanpa memperhitungkan periode waktu pemeriksaan. Sementara K1 ideal adalah proporsi kelahiran yang mendapat pelayanan kesehatan ibu hamil pertama kali pada trimester 1. Semua kriteria pelayanan kesehatan di atas diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam standar pelayanan kebidanan (SPK). Jumlah estimasi ibu hamil di Kota Bandung tahun 2016 sebanyak 46.628 bumil. Kunjungan K1 pada tahun 2016 adalah sebesar 45.906 bumil (98,45 %). Grafik perkembangan tahunan cakupan kunjungan bumil K1 dapat diamati sebagai berikut. 39. Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016.

(51) GRAFIK IV.1 LAYANAN KUNJUNGAN IBU HAMIL PERTAMA KALI (K1) DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014 - 2016. Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinkes Kota Bandung Tahun 2016. Cakupan layanan kunjungan ibu hamil pertama kali / K1 menunjukkan tren yang meningkat dalam 3 tahun terakhir. Untuk satuan per wilayah, cakupan K1 bervariasi di Kota Bandung mulai dari yang terkecil yaitu 91,50 % hingga yang terbesar 115,71 %. Wilayah dengan cakupan K1 tertinggi terdapat di Kecamatan Gedebage (115,71%). Sementara wilayah cakupan K1 terendah berada di Kecamatan Sumur Bandung dengan besaran 91,50 %. Angka lebih dari seratus persen ditemui dikarenakan jumlah pelayanan kunjungan ibu hamil K1 melebihi dari estimasi ibu hamil di wilayah tersebut. K4 adalah proporsi kelahiran yang mendapat pelayanan kesehatan ibu hamil selama 4 kali dan memenuhi kriteria 1-1-2 yaitu minimal 1 kali pada trimester 1, minimal 1 kali pada trimester 2 dan minimal 2 kali pada trimester 3. Pemeriksaan minimal kehamilan yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan seorang ibu hamil adalah 4 kali selama kehamilan. Cakupan K4 pada tahun 2016 di Kota Bandung sebanyak 43.997 bumil atau 94,36 % dari sasaran ibu hamil. Bila dibandingkan tahun sebelumnya tampak penurunan yang cukup bersar. Penurunan persentase yang besar itu dikarenakan juga oleh capaian K4 tahun 2015 melampaui 100% dari sasaran ibu hamil di populasi. Penetapan sasaran target kelompok kesehatan menjadi penting karena menentukan acuan kerja dan kualitas kesehatan masyarakat setempat. Oleh sebab itu penetapan 40. Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016.

(52) sasaran kelompok kesehatan yang ideal bersumber pada data senyata mungkin dilapangan. Grafik perkembangan tahunan cakupan kunjungan bumil K4 dapat diamati sebagai berikut. GRAFIK IV.2 KONDISI CAKUPAN LAYANAN KUNJUNGAN IBU HAMIL K4 DI KOTA BANDUNG TAHUN 2012 - 2016. Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinkes Kota Bandung Tahun 2016. 1.2.. IMUNISASI TETANUS TOXOID (TT) IBU HAMIL Upaya pencegahan Tetanus Neonatorum dilakukan dengan memberikan imunisasi TT (Tetanus Toksoid) pada ibu hamil dan juga pada wanita usia subur (WUS). Konsep imunisasi TT adalah life long immunization yaitu pemberian imunisasi imunisasi TT1 sampai dengan TT5 pada bumil / WUS. Imunisasi TT pada bumil pada kehamilan pertama diberikan 2 kali sebelum usia kehamilan 8 bulan untuk mendapatkan kekebalan imunisasi TT lengkap. TT1 dapat diberikan sejak diketahui positif hamil biasanya diberikan pada kunjungan pertama ibu hamil ke sarana kesehatan. Berikut adalah tabel yang menguraikan jumlah ibu hamil yang diimunisasi TT di Kota Bandung tahun 2016.. 41. Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016.

(53) TABEL IV.1 JUMLAH PEMBERIAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL DI KOTA BANDUNG TAHUN 2016 JENIS IMUNISASI TT. JUMLAH. TT-1. 28,170. TT-2. 24,288. TT-3. 11,369. TT-4. 7,936. TT-5. 5,783. TT2+. 49,376. Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinkes Kota Bandung Tahun 2016. Terminologi TT2+ digunakan untuk menerangkan pemberian imunisasi tetanus toxoid yang diterima oleh ibu hamil minimal 2 kali di masa kehamilannya.. 1.3.. PEMBERIAN TABLET BESI (Tablet Fe) PADA IBU HAMIL Kesehatan ibu hamil dan pertumbuhan janinnya. sangat. dipengaruhi oleh asupan gizi yang memadai. Asupan gizi juga menentukan kesiapan dan keselamatan. seorang ibu hamil dalam. mengahadapi proses persalinan. Zat besi sangat diperlukan untuk menjaga kesehatan seorang ibu hamil dari kondisi anemia (kurang darah).. Kementerian. Kesehatan. menganjurkan. agar. ibu. hamil. mengkonsumsi paling sedikit 90 tabletl besi selama kehamilannya. Pemberian Tablet Fe1 kepada ibu hamil tahun 2016 di Kota Bandung sebanyak 46.628 bumil atau 95.98 %-nya dan pemberian Tabet Fe3 sebanyak 43.320 bumil atau 92,90 %-nya. Perkembangan capaian pemberian tablet Fe kepada ibu hamil yang tercatat di Dinkes Kota Bandung dapat diamati sebagai perbandingan melalui grafik di bawah ini.. 42. Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016.

(54) GRAFIK IV.3 KONDISI CAKUPAN PEMBERIAN TABLET BESI PADA IBU HAMIL DI KOTA BANDUNG TAHUN 2012 – 2016. Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinkes Kota Bandung Tahun 2016. Bila ditinjau dari kewilayahan, pemberian tablet Fe 90 atau tablet Fe3 terbesar terdapat di Kecamatan Gedebage dengan cakupan 112,31 %, sedangkan terkecil terdapat di Sumur Bandung dengan cakupan 80.07 %.. 1.4.. KOMPLIKASI KEBIDANAN / RISIKO TINGGI (RISTI) BUMIL YANG DITANGANI OLEH TENAGA KESEHATAN Masa bersalin merupakan periode kritis bagi seorang ibu hamil. Masalah komplikasi atau adanya faktor penyulit menjadi faktor risiko terjadinya kematian ibu sehingga perlu dilakukan tindakan medis sebagai upaya untuk menyelamatkan nyawa ibu dan bayinya. Komplikasi kebidanan adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas yang dapat mengancam ibu dan / atau bayi. Kasus komplikasi kebidanan di Kota Bandung pada tahun 2016 ditemukan sebanyak. 6.661 kasus. Keseluruhan kasus yang ditemui. tersebut telah ditangani sesuai standar pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan. Cakupan penanganan komplikasi kebidanan pada ibu hamil dengan dengan kasus bumil yang ditemui adalah sebesar 100,00 %. Bumil komplikasi ditemui dan ditangani terbanyak ada di wilayah Kecamatan Kiaracondong sejumlah 401 bumil, sedangkan wilayah terkecil ada di Kecamatan Bandung Wetan sejumlah 12 bumil.. 43. Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2016.

Referensi

Dokumen terkait

Ketrampilan menjelaskan adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasikan secara sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang

Evaluasi yang didapatkan dari tindakan keperawatan selama 3x24 jam resiko infeksi adalah data subjektif klien mengatakan rasa panas pada luka jahitan sudah berkurang,

Peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disiapkan oleh peneliti. Adapun langkah-langkah pembelajaran penyusunan laporan keuangan dengan

 Peserta didik juga berdiskusi (critical and creative thinking) dan melakukan kajian pustaka (dapat menggunakan berbagai sumber dan literatur baik dari buku pelajaran

Kelima cerita rakyat, yaitu Legenda Atu Belah (Batu Belah) dari Aceh, Batu Badaong dari Maluku, Batu Puteri Menangis dari Lampung, Legenda Batu Menangis dari

Hasil yang didapatkan pada penelitian ini yaitu 90 % responden menggunakan saga sebagai obat sariawan, 57,5 % responden yang cara penggunaannya daun saga yang baru

Tabel 3 menunjukkan bahwa konsumsi pakan ternak sapi dan kerbau baik berupa bahan kering maupun bahan organik tidak berbeda nyata diantara kedua jenis ransum walaupun jenis

[(c) Suatu cip TLD dengan ketebalan 0.5 mm digunakan untuk menentukan dos terserap dalam air akibat suatu sumber gamma Co-60.. (i) Bolehkan teorem rongga Bragg-Gray cavity