• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH (ZIS) DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MUSTAHIK DI LAZISMU TULUNGAGUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH (ZIS) DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MUSTAHIK DI LAZISMU TULUNGAGUNG"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

31

PENDAYAGUNAAN

DANA ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH (ZIS)

DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MUSTAHIK DI LAZISMU TULUNGAGUNG

Vivi Anggraini1, Mei Santi2

STAI Muhammadiyah Tulungagung1, STAI Muhammadiyah Tulungagung2 Vivianggraini150896@gmail.com1, mei.11051987@gmail.com2

Abstrak: Penelitian ini dilatar belakangi oleh Kemiskinan yang masih menjadi permasalahan di Indonesia, sedangkan upaya menanggulangi ekonomi berjalan lambat, sebagai akibatnya kemiskinan meningkat, namun upaya untuk menanggulanginya masih minus dan tidak sebanding dengan tingkat kemiskinan yang terjadi dan Lembaga Amil Zakat, Infaq, Shadaqah Muhammadiyah (LAZISMU) Tulungagung yang berusaha membantu mengurangi jumlah masyarakat miskin melalui konsep pendayagunaan dana zakat, infak, shadaqah (ZIS). Konsep pendayagunaan yang digagas LAZISMU dituangkan dalam program-programnya. Dengan program LAZISMU berusaha untuk menyejahterakan kehidupan masyarakat dengan cara memberikan bantuan berbagai macam dana sesuai kebutuhan. Pada penelitian ini digunakan pendekatan penelitian kualitatif. Berdasarkan tingkat penjelasannya penelitian ini disebut penelitian deskriptif. Hasil dari penelitian ini adalah pertama konsep pendayagunaan dana Zakat, infaq, shadaqah (ZIS) yang digagas oleh Lembaga Amil Zakat, Infaq, Shadaqah Muhammadiyah Tulungagung (LAZISMU) untuk menyejahterakan mustahik menggunakan pendekatan yang bersifat konsumtif-karitatif atau memberi bantuan yang habis dipakai satu kali dan produktif-berdayaguna atau bantuan dana berupa modal usaha. Kedua, faktor penghambat dan faktor pendukung LAZISMU dalam menyejahterakan mustahiknya adalah yang pertama faktor penghambat yang di alami LAZISMU adalah minimnya anggota LAZISMU dan kurang maksimal kinerja LAZISMU. Yang kedua faktor pendukungnya adalah mempunyai lembaga mitra untuk ikut memberikan kontribusi untuk mensejahterakan mustahik dalam segala kegiatan yaitu organisasi ortonom (Ortom).

Kata kunci: Pendayagunaan, ZIS, dan Kesejahteraan

Abstract-This research is motivated by poverty which is still a problem in Indonesia, while efforts to tackle the economy are running slowly, as a result poverty has increased, but efforts to tackle it are still minus and not comparable to the poverty levels that occur and the Amil Zakat Institute, Infaq, Sadaqah Muhammadiyah (LAZISMU Tulungagung which seeks to help reduce the number of poor people through the concept of utilizing zakat, infaq, shadaqah (ZIS) funds. The concept of empowerment that was initiated by LAZISMU is outlined in its programs. With the LAZISMU program, it seeks to improve people's lives by providing various kinds of funds as needed. In this study a qualitative research approach was used. Based on the level of explanation this research is called descriptive research.

The results of this study are the first concept of the utilization of Zakat, infaq, shadaqah (ZIS) funds initiated by the Amil Zakat Institute, Infaq, Muhammadiyah Tulungagung Sadaqah (LAZISMU) for the welfare of mustahik using a consumptive-charitable approach or providing assistance that has been used once. and productive-empowered or financial assistance in the form of business capital. Second, the inhibiting and supporting factors of LAZISMU in the welfare of its mustahik are the first inhibiting factors experienced by LAZISMU are the lack of LAZISMU members and LAZISMU's lack of maximum performance. The second supporting factor is having a partner institution to contribute to the welfare of the mustahik in all activities, namely the orthonomous organization (Ortom).

Keywords: Utilization, ZIS, and Welfare

PENDAHULUAN

Perkembangan dunia yang semakin maju dan perkembangan tak bisa dipisahkan dari dampak sosial yang begitu nyata dalam masyarakat. Bahwa perkembangan di berbagai bidang tidak lantas melahirkan kesejahteraan bagi manusia, melainkan juga berdampak pada lahirnya angka

(2)

32

kemiskinan yang baru. Kapitalisme global adalah salah satu wajah kemajuan dunia yang telah melahirkan kemiskinan baru.1

Memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan amanah konstitusi yang harus diwujudkan oleh negara dan pemerintah. Namun setelah lebih satu abad Indonesia merdeka, masalah kesejahteraan dan kualitas sumber daya manusia bangsa kita masih menjadi problem sosial yang sulit teratasi. Laju pertumbuhan penduduk yang relatif cepat pada tiga dasa warsa terakhir yang tidak dapat diimbangi dengan pertumbuhan ekonomi yang memadai, cukup menimbulkan masalah tersendiri. Bersarnya jumlah masyarakat miskin, tingginya angka penggangguran dan rendahnya kualitas sumber daya manusia semakin menjadi beban sosial bagi bangsa.2

Kondisi ini sebenarnya merupakan potret dari kemiskinan yang bukan hanya di sebabkan oleh lemahnya etos kerja tetapi juga di sebabkan oleh ketidak adilan sistem. Jika ini terus dibiarkan akan membahayakan masyarakat luas. Salah satu tugas pokok negara, dalam hal ini Pemerintah Republik Indonesia, adalah menata kehidupan masyarakat tidak terkeceluai dalam bidang ekonomi, mulai dari menyiapkan lapangan pekerjaan, menata aturan ketenagakerjaan, industri, distribusi dan seterusnya. Tugas pokok ini berkaitan dengan kewajiban Negara dan pemerintah untuk mensejahterakan warga bangsanya. Untuk itu, negara berkewajiban mengtur lalu lintas kekayaan masyarakatnya agar kekayaan tidak hanya dimonopoli sekelompok orang kaya sehingga orang- orang yang miskin tidak berkesempatan ikut menikmati manisnya kekayaan yang beredar di dalam negara sendiri. Agama Islam telah mendahului itu semua. Di dalam kitab suci al-quran terdapat beberapa ayat yang mengatur tentang perputaran dan peredaran harta dalam masyarakat. Dorongan al-Quran al-Karim agar perputaran harta kekayaan selalu lancar tercantum dalam firman Allah SWT. Pada surat 59 (al-Hasyr) ayat 7:3

اَّم اَفَأ ٓ َء ٓ هَّللّٱ ىَلَع ِهِلوهسَر نِم ۦ ِل هَأ ىَرهق لٱ ِهَّلِلَف ِلوهسَّرلِلَو ىِذِلَو

َب رهق لٱ َو ىََ َََٰتَ لٱ ِيِك َسََ لٱَو ِن بٱَو

ِلَِبَّسلٱ َك ى َل

َنوهكَي ةَلوهد َ يَتب ٓ اََِن غَ لْٱ ِء ٓ مهكنِم اَمَو همهك ىَتاَء ٓ هلوهسَّرلٱ ههوهذهخَف اَمَو مهك ىَهَتن هه نَع اوههَتَٰ نٱَف اوهقَّتتٱَو ٓ ََّللّٱ ٓ

َّنِإ ََّللّٱ هديِدَش

ِع لٱ باَق

Artinya: Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu

1Adib Machrus, Panduan Organisasi Pengelola Zakat, (Jakarta: Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Derektorat Pemberdayaan Zakat, 2013), 89

2Muhammad Tamyis, Manajemen Pengelola Zakat, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2005), 1

3Nasrun Haroen, Fiqh Zakat, (Jawa Timur: Kementerian Agama RI, 2011), 99-100

(3)

33

jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.

Satu di antar kebijakan ekonomi yang ditetapkan Allah SWT. Untuk dijalankan oleh hambaNya dalam rangka menjamin perputaraan harta kekayaan dalam negara adalah persyari’atan Zakat bagi orang tertentu yang mampu dan memenuhui syarat-syarat tertentu. Zakat dalam ajaran Islam merupakan upaya strategis berkesinambungan dalam rangka menjadikan orang yang tidak mampu, baik dalam bidang ekonomi maupun dalam hal beusaha, menjadi berkemampuan dan mandiri.4

Upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat diantaranya ialah dengan menerapkan kebijakan fiskal.Zakat, infaq dan shadakah (ZIS) adalah termasuk instrument kebijakan fiskal yang digunakan untuk mengangkat perekonomian masyarakat dhuafa. Berbeda dengan pajak yang berfungsi untuk pembangunan infrastruktur, dana ZIS lebih kepada pemberdayaan masyarakat yang kurang mampu.5

Memerdekakan hamba, membantu ibnu sabil, membantu gharim, membantu fakir dan memperkaya orang miskin adalah bukti otentik perhatian hukum Islam terhadap kewajiban zakat pada unsur kemanusiaanya dan unsur amal nyata dalam bentuk produktifitas baru yang berperan dalam mewujudkan pengembangan ekonomi.6

Berkaitan dengan beberapa hal di atas, maka dari itu peneliti mengadakan penelitian dengan judul, “PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH (ZIS) DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MUSTAHIK DI LAZISMU TULUNGAGUNG”.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskripsi. Pendekatan kualitatif untuk mendiskripsikan dan memahami tentangpendayagunaan dana zakat, infaq dan shadaqah (ZIS) dalam meningkatkan kesejahteraan mustahik di lembaga amil zakat, infaq, shadaqah muhammadiyah (LAZISMU) Tulungagung, penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya.7 Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan.8

4Haroen, Fiqh Zakat...,101

5Abdurrahman Qadir, Zakat (dalam Dimensi Mahdhah dan Sosial), (Jakarta: Raja GrafindoPersada, 2001), 24

6Minhaji, Teori Komprehensif Tentang Zakat dan Pajak, (Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 2003), 227

7Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2014), 6

8Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Lafabeta, 2017), 245

(4)

34 Kajian Teori

1. Pendayagunaan a. Pengertian

Pendayagunaan berasal dari kata “daya” dan “guna” yang berarti usaha dan manfaat.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pendayagunaan memiliki arti pengusahaan agar mampu mendatangkan hasil dan manfaat; pengusahaan agar mampu menjalankan tugas dengan baik; efisien.

b. Pendayagunaan zakat

Menurut Prof.Mubyarto solusi yang harus dilakukan adalah menciptakan sistem ekonomi yang lebih berpihak kepada rakyat (usaha kecil). Apabila ekonomi rakyat kuat maka ekonomi nasional menjadi kuat. Pada umumnya permasalahan mendasar yang dialami oleh usaha kecil adalah masalah permodalan, manajemen usaha, akses pasar dan ketrampilan dan wawasan yang terbatas. Maka program pemberdayaan zakat harus ditunjukkan kepada usaha untuk mengatasi persoalan-persoalan usaha kecil tersebut. Tentu saja program yang dilakukan bukan bersifat karikatif tetapi sistematis, berjangka panjang dan bermuatan pemberdayaan.9 2. Zakat, Infaq dan Shadaqah

a. Zakat

1) Pengertian

Zakat dari segi bahasa berarti tumbuh, bersih, berkah, berkembang dan baik, sedangkan dari segi istilah, zakat berarti mengeluarkan sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah kepada orang-orang yang berhak. Menurut Hukum Islam, zakat adalah nama bagi suatu pengambilan tertentu, menurut sifat-sifat tertentu dan untuk di berikan untuk golongan tertentu. Menurut undang-undang nomor 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerima.10

2) Macam-macam Zakat

Agama Islam dalam syari’atnya membagi zakat kepada dua macam, yaitu zakat harta dan zakat fitrah. Pensyari’atan kedua macam zakat ini tidak bersamaan walaupun

9Hamka, Panduan Organisasi Pengelola Zakat, (Jakarta: Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Zakat, 2013), 90-92

10Muhammad Tamyis, Manajemen Pengelola Zakat, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2005), 5

(5)

35

sama-sama pada tahun kedua hijriyah. Kedua macam zakat ini jyga berbeda tentang fokus dan waktu pelaksanaannya.11

a) Zakat Harta12

Zakat harta diwajibkan karena adanya harta tertentu yang telah memenuhi syarat- syarat tertentu. Dengan kata lain pembicaraan mengenai zakat harta lebih menitik beratkan kepada hartanya bukan pada pemilik harta itu.

Dari segi macam-macamnya zakat harta dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori. Undang-undang nomor 39 tahun 1999 membagi kategori tersebut menjadi:

(1) Zakat emas dan perak

(2) Zakat perdagangan dan perusahaan

(3) Zakat hasil pertanian, hasil perkebunan, hasil periklanan (4) Zakat pertambangan

(5) Zakat hasil peternakan (6) Zakat pendapatan dan jasa (7) Zakat rikaz

Harta-harta yang dizakati beraneka ragam. Namun secara garis besarnya dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu:

(1) Harta yang menyangkut hajat hidup manusia, yaitu harta yang jika tidak dimiliki oleh seseorang, maka kehidupan yang bersangkutan akan terganggu, bahkan akan mengakibatkan kematian. Harta semacam ini bisa dikenal dengan istilah makanan pokok.

(2) Harta yang tidak menyangkut hajat hidup manusia, yang itu harta yang akan menunjang kelancaran dan kesuksesan hidup. Namun demikian, tanpa harta ini manusia masih dapat bertahan walaupun seadanya.

b) Zakat Fitrah13

Zakat fitrah adalah nama bagi sejumlah makanan pokokyang dikeluarkan oleh seorang muslim setelah berlalunya bulan suci Ramadhan. Zakat ini diebut juga dengan zakat badan atau zakat jiwa.

Penunaian zakat fitrah bertujuan untuk: (1) membersihkan seseorang yang baru menyelesaikan ibadah puasa dari noda-noda yang akan mengganggu kesucian ibadah

11Nasrun Haroen, Fiqh Zakat, (Jawa Timur: Kementrian Agama RI, 2011), 44

12Ibid,...44

13Haroen, Fiqh Zakat..., 45

(6)

36

puasanya. (2) Membeikan kelapangan bagi kaum fakir dan miskin, terutama dalam hal pangan dan sandang pada hari ‘Idul Fitri.

Dasar hukum zakat fitrah ada pada Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim yang artinya: Diriwayatkan dari Ibnu Umar r.a ia berkata: Rasulullah SAW. Mewajibkan zakat fitrah berupa satu sha’ kurma atau satu sha’ gandum atas orang-orang muslim, baik hamba, laki-laki, perempuan kecil atau besar. Zakat itu dilaksanakan sebelum orang pergi melaksanakan shalat ‘Idul Fitri.

Adapun kadarnya adalah sebagaimana dijelaskan oleh hadist Rasulullah SAW. Di atas sebanyak satu sha’yang dalam ukuran timbangan lebih kurang 2,751 kilogram.

Waktu pelaksanaan sesuai dengan petunjuk hadist di atas adalah di mulai dari awal waktu magrib tanggal satu syawwal dan berakhir pada waktu orang pergi menunaikan ibadah shalat ‘Idul Fitri. Dengan demikian, apabila zakat fitrah dikeluarkan setelah orang pulang dari melaksanakan shalat Idul Fitri maka pemberiannya itu tidak dapat dianggap sebagai zakat fitrah tetapi dianggap sebagai sedekah sunat biasa.

3) Dasar Hukum

Dalam al-Quran di sebutkan sebanyak 30 kali dan 27 kali diantaranya disebutkan beriringan dengan kata shalat, zakat di sebutkan antara lain dalam surat al-baqarah ayat 43.

Yang artinya: Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'.

Dalam hadits antara lain terdapat dalam hadits Muttafaq ‘alaih, yaitu ketika Rasulullah SAW ditanya tentang apakah itu islam, beliau menjawab bahwa Islam itu ditegagkan pada lima pilar utama yaitu mengikrarkan bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasulnya, mendirikan sholat, membayar zakat, berpuasa pada bulan ramadhan, dan naik haji bagi yang mampu melaksanakan.14

b. Infaq

1) Pengertian

Infaq berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu (harta) untuk kepentingan sesuatu, termasuk dalam pengertian ini, infaq yang di keluarkan orang-orang kafir untuk kepentingan agamanya. Menurut terminologi syariat infaq adalah mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan (penghasilan) untuk suatu kepentingan yang di perintahkan ajaran islam, jika zakat ada nisabnya, infaq tidak mengenal nisab, jikat zakat harus di berikan pada mustahik. Infaq menurut istilah para ulama diartikan sebagai

14Tamyis, Manajemen Pengelola..., 6

(7)

37

perbuatan atau sesuatu yang diberikan oleh seseorang untuk menutupi kebutuhan orang lain, baik berupa makanan, minuman dan sebagainya serta mendermakan atau membagikan sesuatu kepada orang lain berdasarkan rasa ikhlas dan karena Allah SWT semata.15

2) Tiga Golongan Yang Diwajibkan Berinfaq16

a) Mereka yang sedang dalam kesempitan juga diwajibkan untuk mengeluarkan infaq, bagi golongan ini berlaku infaq minimal 10% dari penghasilan.

b) Mereka yang dalam keadaan mampu atau dalam kelapangan, berlaku minimal 20-35%

dari penghasilan.

c) Mereka yang berlebih, terkena infaq di atas 50% sampai dengan 100%.

Infaq boleh di keluarkan oleh orang yang berpenghasilan tinggi atau rendah di saat lapang atau sempit. 17 QS Ali ‘Imron: 134

ِفاَع لاَو َظ ََغ لا َيَِِظاَك لاَو ِءاَّرَّضلاَو ِءاَّرَّسلا ِفِ َنوهقِف نهتي َنيِذَّلا ِِ اَّنلا ِنَع َي

ِس حهَ لاُّبِحهَههَّللاَو ٓ

يِن

Artinya: (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

Infaq merupakan ibadah sosial yang sangat utama, kata infaq mengandung pengertian bahwa menafkahkan harta di jalan Allah tidang mengurangi harta, justru akan semakin menambah harta.

Membelanjakan harta, istilah infaq dalam beberapa ayat alquran, dalam surat al-anfal ayat 63.

Yang artinya: dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman).

Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha

3) Dasar Hukum Berinfaq18 a) Surat Al-Baqarah (2): 3

هتي مههاَن تقَزَر اَِّمَِو َة َلََّصلا َنوهََِقهيَو ِب ََغ لِبِ َنوهنِم ؤهتي َنيِذَّلا َنوهقِف ن

Artinya: (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.

15Elsi Kartika Sari, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, (Jakarta: PT Grasindo, 2006), 6

16Ibid, 7

17Warsidi, Cara Membayar Infaq dan Sedekah, (Bandung: Mitra Sarana, 2012),51

18Elsi Kartika Sari, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, (Jakarta: PT Grasindo, 2006), 7

(8)

38

b) Surat Al Munafiqun (63): 10 Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang- orang yang saleh?".

c) Surat Taqhabun (64): 16, “Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung”.

d) Surat At Thalaq (65): 7, “Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan”.

4) Dalam Al-Quran dinyatakan bahwa infaq harus dikeluarkan, antara lain sebagai berikut.19 a) Infaq terhadap hasil usaha, surat Al-Baqarah (2):267, “Hai orang-orang yang beriman,

nafkahkanlah (di jalan allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”.

b) Infaq dari yang dikeluarkan bumi, surat Al An’Aam (6): 141, “Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih- lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan”.

c) Infaq terhadap harta (bagi mereka yang menumpuk harta belum sampai haul/nishab), surat Al Baqarah (2): 262,”...hendaklah memberi nafkah dari harta Allah yang yang diberikan kepadanya”, surat An Nuur (24):33,”Berikanlah kepada mereka sebagai dari harta Allah yang dikaruniakanNya kepadamu.” Surat Al An’Aam (6):141, “Dan

19Sari, Pengantar Hukum ..., 8

(9)

39

janganlah kamu berlebih-lebihan, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan”.

d) Infaq dari Infaq, Surat Al Baqarah (2) 270,”Dan apa saja yang kamu nafkah...Maka sesungguhnya Allah mengetahuinya”.

e) Infaq dari rezeki, surat Al Baqarah (2):3, Al Anfal (8):3, Ibrahim (14):31,

“Menafkahkan sebagian dari rezeki yang kami anugrahkan kepada mereka.

f) Infaq dari harta yang dicintai, Surat Ali Imron (3):92, “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya”.

g) Infaq dari harta apa saja, surat Al Baqarah (2): 270, Surat Ali Imron (3): 92, Al Anfaal (8): 60, “Apa saja harta kamu manfaatkan...Maka sesungguhnya Allah mengetahuinya”.

c. Shadaqah 1) Pengertian

Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan- bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.20

Shadaqah berasal dari kata shadaqa yang berarti “benar”. Orang yang suka bershadaqah adalah orang yang benar pengakuan imannya. Shadaqah merupakan salah satu hukum yang disyariatkan sejak umat yang terdahulu, jika di pandang berdasarkan teori islam, shadaqah berasal dari kata bahasa Arab “shadaqoh” yang berarti suatu pemberian yang di berikan oleh seorang muslim kepada orang lain secara sepontan, sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu, shadaqah juga berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seseorang sebagai kebajikan yang mengharap ridho Allah SWT dan pahala semata. Shadaqah dalam pengertian di atas oleh para fuqaha (ahli fikih) disebut shadaqah at-tatawwu’ (shadaqah secara spontan dan sukarela).21

Lembaga Shadaqah sangat digalakkan oleh ajaran islam untuk menanamkan jiwa sosial dan mengurangi penderitaan orang lain. Shadaqah tidak terbatas pada pemberian yang bersifat material saja, tetapi juga dapat berupa jasa yang bermanfaat bagi orang lain.

20Wahyu Indah Retnowati, Hapus Gelisah dengan Sedekah, (Jakarta: Qultum Media, 2007), 5

21Ibid, 5-6

(10)

40

Bahkan senyum yang dilakukan dengan ikhlas untuk menyenangkan orang lain, termasuk dalam kategori shadaqah.22

2) Dasar Hukum Shadaqah23

Secara ijma, ulama menetapkan bahwa hukum shadaqah ialah sunah. Islam mensyariatkan shadaqah karena didalamnya terdapat unsur memberikan pertolongan kepada pihak yang membutuhkan. Di dalam Al-quran banyak ayat yang menganjurkan agar kita bershadaqah di antaranya terdapat dalam firman Allah SWT.

Dasar hukum shadakah yang pertama yaitu surat al-Baqarah ayat 280 Yang artinya: Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. Yang kedua surat al-Baqarah ayat 261 yang artinya:

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap- tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki.

Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.

Pengertian menafkahkan harta di jalan Allah meliputi belanja untuk krprntingan jihad, pembangunan perguruan islam, rumah sakit, dan usaha penyelidikan ilmiah.

Dalam hadisnya, rasul memerintahkan agar umatnya bershadaqah meskipun dalam jumlah sedikit, lindungilah dirimu semua dari siksaan api neraka walaupun hanya dengan (sodaqoh) sebutir kurma. (Mutafaq’alaih)

Dalam hadis yang lain Rasul bersabdah yang artinya: Shadaqah tidak akan mengurangi harta, Allah tidak akan menambah kepada hamba sebab suka memaafkan kecuali baginya sebagai kemuliyaan, dan tidak seseorang itu merendah diri kecuali Allah akan mengangkat derajatnya.

3) Hukum yang Terkait dengan Shadaqah

Pada dasarnya shadaqah dapat diberikan kapan dan dimana saja tanpa terikat oleh waktu dan tempat, Namun, ada waktu dan tempat tertentu yang lebih diutamakan yaitu lebih dianjurkan pada bulan Ramadhan. Di jelaskan juga dalam kitab kifayah al-Akhyar, Shadaqah sangat dianjurkan ketika sedang menghadapi perkara penting, sakit atau berpergian, berada di kota Mekkah dan Madinah, peperangan, haji, dan pada waktu-waktu yang utama seperti sepuluh hari di bulan Zulhijah, dan hari raya.

22Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, (Jakarta:UI-Press, 2012), 23

23Abdul Rahman, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Pranada Media Group, 2010), 155

(11)

41

Pada dasarnya, shadaqah dapat diberikan kepada siapa saja yang membutuhkan, namun ada beberapa kelompok orang yang lebih utama yaitu kepada famili yang paling memusuhi, famili yang jauh hendaklah didahulukan dari tetangga yang bukan famili.

Karena selain shadakah, pemberian itu akan mempererat hubungan silaturahmi.

Selain itu dalam menggunakan cara juga kita harus memilih cara yang lebih baik dalam bershadaqah yaitu dengan cara sembunyi-sembunyi. Hal itu lebih utama dibandingkan terang-terangan.

4) Poin-Poin Penting Bershadaqah

Shadaqah memiliki beberapa poin penting diantaranya sebagai berikut:24

a). Selalui di sertai dengan keikhlasan, maksudnya, pemberian shadaqah yang tidak disertai dengan rasa yang tidak ikhlas tidak dapat digolongkan sebagai bentuk shadaqah, tetapi hanya dipandang sebagai pemberian.

b). Shadaqah adalah pemberian dari muslim ke sesama muslim atau non muslim, jadi pemberian yang berasal dari nonmuslim, meskipun itu diberikan dengan hati yang tulus, tetap tidak dapat dikategorikan sebagai shadaqah.

5) Bentuk-bentuk shadaqah dalam ajaran Islam

Bentuk-bentuk shadaqah dalam ajaran Islam dapat dilihat dalam beberapa hadis Nabi Muhammad SAW sebagai berikut.

a). Rasulullah SAW bersabdah.” Kepada tiap muslim dianjurkan bershadaqah”. Para sahabat bertannya, “Hai Nabi, bagaimana orang-orang yang tidak mendapatkan sesuatu yang akan dishadaqahkan?” Rasulullah SAW menjawab, Hendaklah ia berusaha dengan tenaganya hingga ia memperoleh kenuntungan bagi dirinya lalu ia bershadaqah (dengannya)”. Mereka bertanya lagi, “Jika ia tidak memperoleh sesuatu?” jawab Rasulullah “hendaknya ia melakukan kebaikan dan menahan diri dari kejahatan. Karena hal itu merupakan shadaqahnya (HR.Ahmad bin Hanbal).

b). Hadis Nabi Muhammad SAW, yang diriwayatkan oleh Ahmad bin Hanbal. “Setiap diri dianjurkan bershadaqah pada tiap hari. Shadaqah itu banyak bentuknya. Mendamaikan dua orang yang bermusuhan dengan cara adil adalah shadaqah; menolong seseorang untuk menaiki binatang tungganganya adalah shadaqah; mengangkat barang-barang keatas kendaraan adalah shadaqah; menyingkirkan rintangan seseorang untuk mengerjakan shalat adalah shadaqah”.

6) Orang-orang yang berhak menerima Shadaqah

24Retnowati, Hapus Gelisah...,7

(12)

42

Adapun orang-orang yang berhak menerima shadaqah tidak ada batasan dan rinciannya. Shadaqah boleh diberikan kepada orang-orang yang berhak menerima zakat atau kepada yang lainnya, karena shadaqah itu hukumnya sunah dan ke manapun di bekerikan maka sah-sah saja, bahkan shadaqah boleh diberikan pada orang fasiq atau kafir sekalipun.25

Shadaqah bisa menjadi haram hukumnya, seperti memberikan shadaqah kepada seseorang yang diketahui akan berbuat maksiat dengan sesuatu yang kita shadaqahkan itu.

Misalnya menghutangi seseorang yang diketahui akan berbuat maksiat atau sesuatu yang melanggar syariat dengan sesuatu dari hutangnya.26

7) Shadaqah yang Tidak Dibolehkan

Shadaqah hukumnya diperbolehkan selama benda yang dishadaqahkan itu milik sendiri dan benda itu dari segi zatnya suci dan diperoleh secara benar, meskipun jumlahnya sedikit. Maka jika barang itu setatusnya milik bersama atau orang lain, maka tidak sah benda itu untuk dishadaqahkan karena barang yang dishadaqahkan harus didasari oleh keikhlasan dan kerelaan dari pemiliknya. Berkaitan dengan ini, maka tidak boleh seorang istri menyedekahkan harta tertentu seperti makanan, maka hukumnya boleh tanpa minta izin kepada suaminya terlebih dahulu. Dalam hal ini, bukan hanya istri yang mendapat pahala tetapi suamipun mendapat pahala.

Demikian halnya, haram menyedekahkan benda yang secara Zat dihukumi haram seperti babi, dan anjing. Atau benda itu diperoleh dengan cara yang diharamkan seperti mencuri, merampok atau korupsi karna itu bukan miliknya secara sah, dan Allah juga tidak akan meneimaShadaqah dari yang haram atau bersumber dari cara yang haram sebagaimana yang dijelaskan dalam sebuah hadis bahwa ”sesungguhnya Allah itu suci tidak akan menerima kecuali yang suci pula” (HR. Muslim), kemudian Rosulullah menyebut seseorang laki-laki yang lama berkelana dengan rambunya yang kusut, pakaian yang berdebu, menadahkan tangannya ke langit seraya berkata, ya Tuhanku, ya Tuhanku, padahal makannya haram, pakaian haram, minuman haram, dan dibesarkan dari sesuatu yang haram, maka bagaimana doanya dapat dikabut? (HR. Muslim)

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam bershadaqah adalah faktor kebetulan. Orang yang memiliki sesuatu tetapi, sesuatu itu dibutuhkan untuk menafkahi keluarga atau untuk membayar utangnya maka sesuatu itu tidak boleh dishadaqahkan.

25Mahmudin, Quantum Shodaqoh, (Yogyakarta: Mutiara Media, 2007), 5-6

26Mahmudin, Quantum Shodaqoh..., 3

(13)

43

Shadaqah hendaknya disalurkan tepat sasaran artinya orang yang menerima adalah mereka yang benar-benar berhak dan sangat membutuhkan seperti fakir miskin. Maka orang kaya tidak diperbolehkan menerima shadaqah dengan cara memperlihatkan dirinya sebagai orang fakir. Demikian halnya, dengan orang yang sehat dan mampu bekerja dengan baik haram baginya meminta-minta shadaqah kepada orang lain dan shadaqah yang diterimanya itu hukumnya harta haram, demikian menurut imam al-Mawardi. Disunahkan dalam penyaluran zakat itu dikhususkan kepada mereka yang ahli kebaikan dan orang- orang yang benar-benar membutuhkannya. makruh hukumnya bagi orang yang telah menyadhakahkan sesuatu kepada orang yang telah menyedekahkan sesuatu ke orang lainkemudian ia mengambil alih sesuatu itu menjadi miliknya baik dengan cara hibah atau mengganti dan haram menyebut-nyebut shadaqah, hal teraakhir ini dapat membatalkan pahala shadaqahnya.

Dalam al-Quran surat at-Taubah ayat 60 , secara tegas ada beberapa golongan yang berhak menerima golongan. At-Taubah ayat 60 yang artinya: Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Menurut musafir yang dimaksud:

a) Orang fakir: orang yang amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi penghidupannya.

b) Orang miskin: orang yang tidak cukup penghidupan dan dalam keadaan kekurangan.

c) Pengurus zakat: orang yang diberi tugas untuk mengumpulkan dan membagikan zakat.

d) Mualaf: orang kafir yang ada harapan masuk masuk Islam dan orang yang baru masuk Islam yang imannya masih lemah.

e) Memerdekakan budak: mencakup juga untuk melepaskan muslim yang ditahan oleh orang-orang kafir.

f) Orang beruntung: orang yang beruntung karena untuk kepentingan yang bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya. Adapun orang yang berhutang untuk memelihara persatuan umat Islam dibayar hutangnya itu dengan zakat, walaupun ia mampu membayarnya.

(14)

44

g) Pada jalan Allah (sabilillah): yaitu untuk keperluan pertahanan Islam dan kaum muslimin, di antara mufasirin ada yang berpendapat bahwa fisabilillah itu mencakup juga kepentingan-kepentingan umum seperti mendirikan sekolah dan rumah sakit.

h) Orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat mengalami kesengsaraan dalam perjalanannya.

8) Perkara yang dapat Membatalkan Shadakah

Adanya beberapa erkara yang dapat menghilangkan pahala shadhaqah:

a) Al-Mann (membangkit-bangkitkan) artinya meyebut-nyebut di hadapan orang lain.

b) Al-adza (mnyakiti) artinya shadaqah itu dapat menyakiti perasaan orang lainyan menerimanya baik dengan ucapanatau perbuatan. Mereka ini tidak mendapat manfaat di dunia dari usaha-usaha mereka dan tidak pula mendapat pahala di akhirat.

c) Riya (memamerkan) artinya memperlihatkan shadaqah kepada orang lain karena ingin dipuji. Bershadaqah jika ada orang tetapi jika dalam keadaan sepi ia tidak mau bershadaqah.

9) Bentuk-bentuk Shadaqah

Dalam Islam shadaqah memiliki arti luas bukan hanya berbentuk material tetapi mencakup semua kebaikan baik bersifat fisik maupun non fisik. Berdasarkan hadis, para ulama membagi shadaqah menjadi:

a) Memberikan sesuatu dalam bentuk materi kepada orang lain.

b) Berbuat baik dan menahan diri dari kejahatan.

c) Berlaku adil dalam mendamaikan orang yang bersengketa.

d) Membantu orang lain yang akan menaiki kendaraan yang akan ditumpangi.

e) Membantu mengangkat barang orang lain ke dalam kendaraannya.

f) Menyingkirkan benda-benda yang menggangu dari tengah jalan seperti duri, batu, dan kayu.

g) Melangkahkan kaki kejalan Allah.

h) Mengucapkan zikir seperti tasbih, takbir, tahmid, tahlil dan istigfar i) Meyuruh orang lain berbuat baik dan mencegahnya dari kemungkaran.

j) Membimbing orang buta, tuli, dan bisu serta menujuki orang yang meminta petunjuk tentang sesuatu seperti alamat rumah.

k) Memberikan seyuman kepada orang lain.

(15)

45 d. Perbedaan Zakat, Infaq dan Shadaqah

Tabel 1

Perbedaan Zakat, Infaq dan Shadaqah

Zakat Infak Shadaqah

Wajib Sunnah (sukarela) Sunnah (sukarela)

Kadar pengeluarannya serta waktunya ditentukan

Kadar pengeluaran dan waktu tidak ditentukan

Kadar pengeluaran dan waktu tidak ditentukan Didistribusikan untuk 8

golongan, yaitu:

- Fakir - Miskin - Amil - Muallaf - Riqab - Gharimin - Fii Sabilillah - Ibnu Sabil

Bisa didistribusikan ke siapa saja.

Bisa didistribusikan ke siapa saja.

Bersifat materi Bersifat materi Bersifat materi dan non materi

Dananya bersifat terikat Tidak terikat Tidak terikat Jenis harta yang dapat

dizakatkan ada beberapa jenis.

Tidak ada pembagian jenis harta.

Tidak ada pembagian jenis harta.

3. Sejahtera

Dalam arti yang lebih luas kesejahteraan adalah terbebasnya seseorang dari jeratan kemiskinan, kebodohan dan rasa takut sehingga dia memperoleh kehidupan yang aman dan tenteram secara lahiriah maupun batiniah.27

Konsep dana zakat, infak, sedekah sangat berkaitan erat dengan kesejahteraan. Dengan mendayagunakan dana ZIS tersebut dan memberikannya kepada para mustahik dalam bentuk modal usaha. Istilah pendayagunaan dalam konteks ini mengandung makna pemberian dana ZIS kepada para mustahik secara produktif-berdayaguna dengan tujuan agar dana ZIS mendatangkan hasil dan manfaat bagi yang memproduktifkan.28

Mendistribusikan hasil pengumpulan dana ZIS kepada mustahik pada hakikatnya merupakan hal yang mudah, tetapi perlu kesungguhan dan kehati-hatian. Dalam hal ini jika tidak hati-hati mustahik zakat akan semakin bertambah dan pendistribusian dana ZIS akan menciptakan generasi yang pemalas. Padahal harapan dari konsep dana ZIS adalah terciptanya kesejahteraan masyarakat dan perubahan nasib muzaki-muzaki baru yang berasal dari mustahik.

Maksudnya nasib mustahik tidak selamanya ketergantungan pada dana ZIS, karena itu untuk

27Shodiq Amirul, Konsep Kesejahteraan Dalam Islam, EQUILIBRIUM: Jurnal Ekonomi Syariah,Vol. 3, No. 2, Desember 2015. Available at: http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/equilibrium/article/download/1268/1127 Diakses pada 30 Juli 2019

28Muhammad Hasan, Manajemen Zakat: Model Penglolaan Yang Efektif, (Yogyakarta: Idea Press, 2011), 71

(16)

46

keperluan pendistribusian dana ZIS diperlukan data mustahik baik yang konsumtif maupun yang produktif.29

Hasil dan Pembahasan

1. Pendayagunaan Dana ZIS dalam Meningkatkan Kesejahteraan Mustahik

Zakat, infak dan sedekah yang disalurkan pihak lembaga kepada pihak mustahik tidak hanya bersifat konsumtif. Akan tetapi ZIS tersebut disalurkan kepada mustahik untuk berwirausaha melalui pola yang bersifat produktif yaitu program Bina Usaha Keluarga Amanah.

Lembaga benar-benar memperhatikan bagi mustahik yang menerima zakat produktif. Karena lembaga perlu mengetahui apakah dana dalam bentuk zakat yang dipinjamkan digunakan untuk berwirausaha ataukah tidak. Dan sesekali minimal dua minggu sekali, lembaga melakukan pemeriksaan atau kunjungan kepada mustahik yang menerima dana dari LAZISMU.

Zakat, infak, dan sedekah produktif adalah pemberian zakat yang dapat membuat para penerimanya menghasilkan sesuatu secara terus menerus, dengan harta zakat yang telah diterimanya. Dengan demikian mustahik penerima zakat produktif maupun dari dana infak melalui program Bina Usaha Keluarga Amanah tidak selamanya menjadi seorang mustahik akan tetapi suatu saat nanti dapat menjadi seorang muzaki.

Program Bina Usaha Keluarga Amanah yang ada di LAZISMU senantiasa cukup mendapatkan perhatian dari lembaga. Ada dua macam dana yang diberikan LAZISMU untuk program Bina Usaha Keluarga Amanah ini. Yaitu yang pertama dana pinjaman, mustahik yang mengajukan pinjaman ke LAZISMU tapi tanpa bagi hasil, dan yang kedua modal amana, yaitu modal yang di berikan ke mustahik tetapi harus di gunakan seuai amanah dari LAZISMU.

Amanah itu yaitu agar modal yang diberikan kepada mereka yang membutuhkan itu digunakan sebagaimana mestinya.

Dikarenakan dana yang diberikan maupun dipinjamkan dalam bentuk modal bergulir digunakan untuk mendirikan usaha atau untuk memajukan usaha yang didirikan, dari sinilah jangan sampai dana yang dipinjam oleh mustahik digunakan untuk hal-hal yang melanggar aturan agama dan tidak digunakan sebagaimana mestinya. Maka dari itu lembaga harus selektif dalam memilih calon mustahik serta harus mensurvei terlebih dahulu, untuk apakah dana tersebut dan setiap dua minggu sekali atau satu bulan sekali mengadakan pemeriksaan terhadapat usaha yang dijalankan oleh mustahik. Hal itu dilakukan karena untuk menghindari ketidakpastian dari pengeloaan dana yang dipinjam.

29Hamid Abidin, Reinterprestasi Pendayagunaan ZIS, (Jakarta: Piramedia, 2004), 115

(17)

47

Untuk penerima zakat, infak dan sedekah yang bersifat konsumtif, lembaga tidak harus melakukan pemeriksaan setiap bulannya kepada mustahik. Karena dana yang diberikan lembaga ke mustahik langsung digunakan untuk mencukupi kebutuhannya. Kecuali bagi mereka yang menerima dana dari LAZISMU berupa beasiswa prestasi. Penerima beasiswa prestasi wajib untuk memberitahukan kepada lembaga prestasi yang diperoleh selama kurun waktu 6 bulan (1 semester). Jika mengalami peningkatan nilai, maka lembaga dapat melakukan perpanjangan pemberian beasiswa selama 6 bulan ke depan. Jika nilai yang didapat mengalami kemunduran maka lembaga tidak akan melanjutkan pemberian beasiswa prestasi.

Berikut adalah para mustahik penerima dana ZIS konsumtif bulan Juni, Juli 2019 LAZISMU Tulungagung.

Tabel 2

Penerima manfaat (Mustahik) dana ZIS konsumtif LAZISMU Tulungagung Bulan Juni-Juli 2019

JUNI

NO PENERIMA PROGRAM

1. SD Muhammadiyah 1 Tulungagung Beasiswa Mentari

2. Dhuafa Gerai nasi Lazismu

Tulungagung (nasi geratis)

3. Fakir miskin Bantuan BPJS Kesehatan

JULI

1. SMP Muhammadiyah 1 Tulungagung Beasiswa Mentari

2. SD Inovatif Aisyiyah Beasiswa Mentari

3. SD Muhammadiyah 1 Tulungagung Beasiswa Mentari

4. MI Muhammadiyah Beasiswa Mentari

5. Seluruh TK Aisyiyah Se-Tulungagung Beasiswa Mentari

6. Dhuafa Gerai nasi Lazismu

Tulungagung (nasi geratis)

7. Fakir miskin Bantuan BPJS Kesehatan

Dari sini dapat dikatakan bahwa pendayagunaan dana zakat, infak dan shadakah yang dilakukan oleh pihak lembaga sangatlah diperhatikan demi terwujudnya kehidupan masyarakat yang lebih baik. Apalagi dalam hal ini, LAZISMU cukup memperhatikan masyarakat yang menerima zakat produktif yang didistribusikan melalui program Bina Usaha Keluarga Amanah dengan cara mendatangi tempat usaha mereka guna melihat perkembangan usaha mereka selain itu LAZISMU juga memberikan motivasi, semangat, spport bagi para penerima modal.

Dengan adanya program LAZISMU ini diharapkan kesejahteraan mustahik semakin meningkat dan perekonomian masyarakat kurang mampu dapat teratasi dengan baik. Sehingga yang pada awalnya masyarakat menjadi Mustahik dapat berubah menjadi muzaki melalui pinjaman dana untuk berwirausaha dari LAZISMU yang diterapkan pada program bina usaha keluarga amanah. Selain itu pengetahuan tentang ajaran agama pun menjadi bertambah. Baik

(18)

48

kebutuhan material, spiritual dan sosialnnya semakin terpenuhi. Sehingga apa yang telah dijalankan oleh LAZISMU saat ini cukup membawa perubahan positif bagi masyarakat luas khususnya masyarakat Tulungagung melalui program, sosialisasi, dan pembinaan yang ada.

Berikut adalah para mustahik penerima dana ZIS produktif LAZISMU Tulungagung.

Tabel 3

Penerima manfaat (Mustahik) dana ZIS Produktif LAZISMU Tulungagung

No. Nama

Alamat

Rumah Usaha Tempat Usaha

1. Amar Tawangsari Laundry dan Minuman Tawangsari 2. Bahindra Plandaan Kolak Roti Pasar Wage

3. Bambang Bangoan Telor Asin Bangoan

4. Fajar Pulosari Jamu Tradisional Pulosari 5. Zaenal Jeli Angkringan Santoso Pasar Wage

Tabel 4

Hasil Peningkatan Pendapatan Mustahik Program Bina Usaha Keluarga Amanah

No Nama Musathik Program Mandiri

Terdepan

Jumlah Dana Yang di Terima

Pendapatan Sebelum

Pendapatan Sesudah

1.

Amar

Rp 4.000.000

Rp 200.000 sampai Rp 300.000

Rp 350.000 sampai Rp 500.000 2.

Bahindra

Rp 500.000

Rp 100.000 sampai Rp 150.000

Rp 250.000 sampai Rp 350.000 3.

Bambang

Rp 1.100.000

Rp 200.000 sampai Rp 250.000

Rp 400.000 sampai Rp 500.000 4.

Fajar

Rp 700.000

Rp 75.000 Sampai Rp 150.000

Rp 250.000 sampai Rp 300.000 5.

Zaenal

Sarana prasarana

Rp 200.000 sampai Rp 300.000

Rp 400.000 sampai Rp 550.000

Dari tabel di atas bisa terlihat bahwa jumlah pendapatan mustahik lebih menigkat setelah mendapatkan bantuan dana dari LAZISMU Tulungagung dalam program Bina Usaha Keluarga Amanah.

2. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Meningkatkan Kesejahteraan Mustahik Melalui Pendayagunaan Dana ZIS

Sebuah organisasi dalam melaksanakan visi dan misinya pasti mempunyai faktor pendukung dan penghambatnya. Faktor-faktor tersebut akan sangat berpengaruh pada setiap program yang dijalanakan oleh organisasi tersebut. Dimana faktor pendukung akan memberikan pengaruh positif dan faktor penghambat akan memberikan masalah dalam setiap prosesnya.

(19)

49

Ketika menghadapi berbagai masalah dalam menjalankan aktifitasnya, maka ia akan dituntut untuk memetakan masalah itu secara komprehensif sebelum akhirnya membuat skala prioritas mana yang paling utama dan mendesak untuk ditanggulangi terlebih dahulu.

Berikut ini akan kami sebutkan kembali faktor penghambat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dhuafa melalui pendayagunaan dana zakat, infak dan sadakah yang penulis dapatkan dari hasil wawancara dengan narasumber:

a. Minimnya dan kurang maksimalnya pekerja LAZISMU

b. Masih kebingungan dalam memutuskan seberapa besar modal yang harus di berikan ke mustahik.

Dari masalah-masalah di atas LAZISMU tidak hanya tinggal diam, LAZISMU selalu intropeksi diri, mencari penghabat apakah yang selama ini di alami, dan LAZISMU juga selalu berusaha untuk beebenah di mencari solusi dari penghambat-penghambat yang telah dialami selamaini. Lewat evaluasi yang di lakukan secara rutin setiap satu bulan dua kali, yang pertama di lakukan di pertengahan bulan di situ mereka melihat pencapaian mereka selama setengah bulan. Evaluasi yang kedua di lakukan di akhir bulan di situ mereka melihat pencapaian mereka selama satu bulan mencapai target apa tidak, jika tidak mencapai target maka mereka melakukan evaluasi mengapa tidak memenuhi target serta mencari solusinya. Selain itu juga mereka mengevaluasi para anggota LAZISMU, seperti faktor-faktor penghambat yang sudah di sebutkan di atas, yang faktor penghambatnya datang dari anggota maka dari itu LAZISMU selalu mengevaluasi para anggotannya, serta berbenah diri demi kemajuan LAZISMU.

Selain faktor-faktor penghambat yang telah dijelaskan di atas, LAZISMU Tulungagung juga mempunyai faktor pendukung di dalam proses pelaksanaan visi misinya. Karna LAZISMU milik persyarikatan yaiu persyarikatan Muhammadiyah, maka dari itu proses pelaksanaan visi misinya tak lepas dari bantuan Muhammadiyah maupun dari ortom-ortom Muhammadiyah yang pasti sesuai dengan bidang-bidang yang mereka butuhkan.Selain itu faktor pendukung yang ke dua adalah karena amil tak selalu di kantor jadi bisa dengan mudah mencari calon mustahik.

Selain memberikan manfaat untuk para mustahik, LAZISMU juga mendatangkan manfaat untuk persyarikatan muhammadiyah karena LAZISMU Muhammadiyah lebih dikenal masyarakat luas karena maanfaatnya untuk masyarakat luas. Itupun tidak akan terjadi jika tidak ada perbuatan. Karna hanya membntu orang-orang di sekitar itu belum cukup untuk memberi tahu ke masyarakat cara kerja LAZISMU, oleh karena itu LAZISMU memanfaatkan media sosial untuk bersosiali ke masyarakat, karna informasi yang disampaikan lewat sosial media lebih cepat ke masyarakat luas, disitu LAZISMU membuat conten ajakan berzakat serta foto-foto

(20)

50

kegiatan LAZISMU. Dibeberapa akun LAZISMU Tulungagung bisa di lihat manfaat-manfaat yang diberikan untuk masyarakat luas terutama masyarakat yang kurang mampu. Karna LAZISMU milik persyarikatan, jika LAZISMU di kenal baik apa lagi persyarikatannya. Dari situ terlihat bahwa adanya LAZISMU sangat bermanfaat, bermanfaat bagi mustahik, bermanfaat bagi persyarikatan, serta bermanfaat bagi LAZISMU beserta anggotanya.

Simpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Konsep Pendayagunaan Dana Zakat, Infak, Sedekah di Lembaga Amil Zakat, Infaq, Shadakah Muhammadiyah (LAZISMU) Tulungagung dalam Meningkatkan Kesejahteraan Mustahik.

Konsep pendayagunaan dana zakat, infaq, shadakah di lembaga Amil Zakat, Infaq, Shadaqah Muhammadiyah Tulungagung menggunakan dua pola yaitu pola konsumtif-kariatif atau pemberian bantuan dana kepada fakir miskin secara cuma-cuma dan habis digunakan satu kali seperti bantuan kesehatan, bantuan dana sekolah dan masih banyak lainnya. Yang kedua menggunakan pola produktif atau pemberian bantuan modal kepada mustahik yang mempunyai usaha atau yang akan membuka usaha.

LAZISMU sangat memperhatikan konsep pendayagunaan demi terwujutnya kehidupan masyarakat yang sejahtera, apa lagi dalam hal ini, LAZISMU cukup meperhatikan mustahik penerima manfaat yang didistribusikan melalui program Bina Usaha Keluarga Amanah dengan cara memberi motivasi, support untuk para mustahik agar mereka lebih semangat dalam menjalankan usahanya.

Perubahan kondisi masyarakat yang tampak jelas sebelum dan sesudah menerima bantuan adalah terletak pada program Bina Usaha Keluarga Amanah. Karena program bina usaha keluarga amanah ini dimanfaatkan masyarakat untuk menjalankan usaha atau mau membuka usaha.

2. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pendayagunaan Dana Zakat, Infaq, Sadakah di Lembaga Amil Zakat, Infaq, Shadaqah Muhammadiyah Tulungagung Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Mustahik

Faktor penghambat:

a. Minimnya dan kurang maksimalnya pekerja LAZISMU

b. Masih kebingungan dalam memutuskan seberapa besar modal yang harus di berikan ke mustahik

(21)

51

Faktor pendukung LAZISMU datang dari persyarikatan Muhammadiyah serta ortom- ortom Muhammadiyah seperti Aisyiyah, Pemuda Muhammadiyah, Nasiatul Aisyiyah, MDMC, KOKAM, IMM, IPM dll. Adapun Manfaat adanya LAZISMU itu tidak hanya bermanfaat bagi mustahik saja tetapi juga memberikan manfaat bagi persyarikatan Muhammadiyah dan LAZISMU itu sendiri.

DAFTAR RUJUKAN

Abidin, Hamid, Reinterprestasi Pendayagunaan ZIS, Jakarta: Piramedia, 2004.

Ali, Mohammad Daud, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, Jakarta:UI-Press, 2012.

Amirul, Shodiq, Konsep Kesejahteraan Dalam Islam, EQUILIBRIUM: Jurnal Ekonomi Syariah,Vol. 3, No. 2, Desember 2015. Available at:

http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/equilibrium/article/download/1268/1127 Diakses pada 30 Juli 2019.

Mahmudin, Quantum Shodaqoh, Yogyakarta: Mutiara Media, 2007.

Hamka, Panduan Organisasi Pengelola Zakat, Jakarta: Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Zakat, 2013.

Haroen, Nasrun, Fiqh Zakat, Jawa Timur: Kementerian Agama RI, 2011.

Hasan, Muhammad, Manajemen Zakat: Model Penglolaan Yang Efektif, Yogyakarta: Idea Press, 2011.

Machrus, Adib, Panduan Organisasi Pengelola Zakat, Jakarta: Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Derektorat Pemberdayaan Zakat, 2013.

Minhaji, Teori Komprehensif Tentang Zakat dan Pajak, Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 2003.

Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2014 Qadir, Abdurrahman, Zakat (dalam Dimensi Mahdhah dan Sosial), Jakarta: Raja GrafindoPersada,

2001.

Rahman, Abdul, Fiqh Muamalah, Jakarta: Pranada Media Group, 2010.

Retnowati, Wahyu Indah, Hapus Gelisah dengan Sedekah, Jakarta: Qultum Media, 2007.

Sari, Elsi Kartika, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, Jakarta: PT Grasindo, 2006.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Lafabeta, 2017.

Tamyis, Muhammad, Manajemen Pengelola Zakat, Jakarta: Departemen Agama RI, 2005.

Warsidi, Cara Membayar Infaq dan Sedekah, Bandung: Mitra Sarana, 2012.

Referensi

Dokumen terkait

dengan koefisien jalur dan nilai CR sebesar 3,592 serta taraf signifikansi 0.000 lebih kecil dari 0.05, berdasarkan nilai tersebut maka dapat dijelaskan bahwa

Posisi-posisi pekerjaan spesifik yang mengalami defisit dalam kelompok pekerjaan Ahli Hukum yang tidak dapat diklasifikasikan di tempat lain ditampilkan di bawah. Diskusi

LAZISMU merupakan Lembaga Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah tingkat nasional yang berkhidmat dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendayagunaan secara produktif

A Bizottság jelentése a Tanácsnak, az Európai Parlamentnek, az Európai Gazdasági és Szociális Bizottságnak és a Régiók Bizottságának az európai szövetkezet statútumának a

Seiring dengan perkembangan di dunia pendidikan SMA Negeri 5 Balikpapan mampu menempuh segala kegiatan untuk kemajuan dan peningkatan kualitas pendidikan di sekolah,

LAZISMU yang kemudian bertanggungjawab dalam hal pengelolaan Zakat, Infaq, Shadaqah, dan Wakaf (ZISWAF), dengan beradanya LAZISMU dibawah naungan organisasi masyarakat

Cara Karnoto dan Farida dalam mengimprovisasi gerak yaitu dengan cara memperagakan ragam gerak yang ada pada tari Gambyong, pada setiap ragam geraknya kemudian

Dalam kongres tersebut menghasilkan sejumlah rekomendasi antara lain konvergensi media adalah sebuah keniscayaan yang mutlak perlu diantisipasi para penerbit media cetak melalui