• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PADA PT. ANGKASA PURA I (Persero) BANDARA INTERNASIONAL SULTAN HASANUDDIN MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PADA PT. ANGKASA PURA I (Persero) BANDARA INTERNASIONAL SULTAN HASANUDDIN MAKASSAR"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PADA PT. ANGKASA PURA I (Persero) BANDARA INTERNASIONAL SULTAN HASANUDDIN MAKASSAR

DEDI RISALDI

Nomor Stambuk : 1056 1036 8510

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

(2)

PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PADA PT. ANGKASA PURA I (Persero) BANDARA INTERNASIONAL SULTAN HASANUDDIN MAKASSAR

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara

Disusun dan Diajukan Oleh DEDI RISALDI

Nomor Stambuk : 1056 1036 8510

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

(3)
(4)
(5)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama Mahasiswa : Dedi Risaldi Nomor Stambuk : 105610368510

Program Studi : ILmu Administrasi Negara

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain atau telah ditu;is/dipublikasikan orang lain atau melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.

Makassar, 19 Januari 2015

Yang Menyatakan,

Dedi Risaldi

(6)

ABSTRAK

DEDI RISALDI. Pelaksanaan Corporate Social Responsibility Pada PT.

Angkasa Pura I (persero) Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar.(Dibimbingoleh Ansyari Mone,dan Rosdianti Razak).

Penelitian ini bertujuan mengetahui 1) Untuk mengetahui Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR)pada PT. Angkasa Pura I (persero) Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar, 2) Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat PelaksanaanCorporate Social Responsibility (CSR)pada PT.

Angkasa Pura I (persero) Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar.

Penelitian ini bersifat deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan di Kantor PT Angkasa Pura I (persero) Bandara Internasional Sultan Hasanuddin. Pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi pustaka. Data dianalisis secara kualitatif melalui analisis reduksi, penyajian, penarikan kesimpulan, dan verifikasi data.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pelaksanaan Corporate Social Responsibility Pada PT. Angkasa Pura I (persero) Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar sebagai berikut, pertama, merupakan suatu bentuk tanggung jawab sosial korporasi dalam hal Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) dalam kapasitasnya sebagai perseroan jasa di bawah naungan Badan Usaha Milik Negara. Program ini mengedepankan sistem pemberian pinjaman lunak secara berkelanjutan kepada para pengusaha kecil dalam rangka memajukan usaha kecil dan pemberian bantuan seperti pembangunan masjid, jalan, kesehatan dan pendidikan.Merupakan suatu bentuk tanggung jawab sosial korporasi, dikarenakan berkaitan dengan kedudukan PT.

Angkasa Pura I (persero) Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar.Tanggung jawab yang dimaksud meliputi pada biaya dan beban yang harus dikeluarkan perusahaan untuk membalas jasa masyarakat yang secara tidak langsung ikut membangun perusahaan.

Kata kunci : memberikan fasilitas umum, pemberdayaan ekonomi, pemberdayaan SDM, dan kesehatan.

v

(7)

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pelaksanaan CorporateSocial Responsibility pada PT. Angkasa Pura I (persero) bandara internasional Sultan Hasanuddin Makassar”

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Administrasi Negara pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

Pada lembaran ini penulis hendak menyampaikan terima kasih kepada bapak Drs. Ansyari Mone, M.Pd dan Dra. Andi Rosdianti Razak, M.Si selaku pembimbing I dan pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktu dan tenaganya dalam membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Tak lupa pula saya ucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar- besarnyakepada kedua orang tua terkasih AyahandaAbdul Samad Huri danIbundatercintaHj.Rosnaeni atas semua segala cinta dan kasih sayang yang telah diberikan serta segenap do’a yang dipanjatkan dalam mendidik dan membesarkan penulis dengan penuh keikhlasan. Juga buat semua saudaraku Rahmat, Anna Erviana dan Risma Yulianayang selalu memberiku semangat, motivasi dan memberi dukungan baik moril maupun non moril.

(8)

Tak lupa penulis haturkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. BapakDr. H. Muhlis Madani, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. BapakDr. Burhanuddin, S.Sos, M.Si selaku ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos, M.Si selaku penasehat akademik yang telah banyak membantu penulis selama masa perkuliahan.

4. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Administrasi Negara yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menempuh pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Seluruh Staf dan Pegawai Jurusan Ilmu Administrasi Negara FISIPOL Universitas Muhammadiyah Makassarterima kasih atas segalabantuannya selama ini.

6. Teman- teman seperjuanganku di jurusan Ilmu Administrasi Negara FISIPOL Universitas Muhammadiyah Makassar “Angkatan 010”terima kasih atas bantuan dan motivasinya selama ini.

Dan kepada rekan, Sahabat, saudara dan berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, penulis ucapkan banyak terimakasih atas setiap bantuan dan doa yang diberikan.

vii

(9)

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kekeliruan dan kesalahan oleh karena itu saran dan kritiknya sangat diharapkan untuk penyempurnaan skripsi ini.

Semoga segala bantuan, petunjuk, dorongan dan pengorbanan yang telah diberikan yang memungkinkan terselesaikannya skripsi ini, bernilai ibadah dan memperoleh imbalan yang berlipat ganda disisi Allah SWT, Amin.

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, 19 Januari 2015

DEDI RISALDI

(10)

DAFTAR ISI

Halaman Pengajuan Skripsi ...………... i

Halaman Persetujuan ... ii

Penerimaan Tim ... iii

Halaman Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah………... iv

Abstrak ... v

Kata Pengantar ... vi

Daftar Isi ... .... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Konsep dan Teori ... 9

B. Kerangka Fikir ... 28

C. Fokus Penelitian ... 30

D. Deskripsi Fokus ... 31

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

B. Jenis dan Tipe Penelitian ... 32

C. Sumber Data... 33

D. Informan Penelitian ... 33

E. Teknik Pengumpulan Data ... 34

F. Teknik Analisa Data ... 35

(11)

G. Keabsahan Data ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian ... 37 B. Bagaimana PelaksanaanCorporate Social Responsibility

(CSR)pada PT. Angkasa Pura I (persero) Bandara

Internasional Sultan Hasanuddin Makassar ... 44 C. Faktor-faktor yangmenghambat PelaksanaanCorporate

Social Responsibility (CSR) pada PT. Angkasa Pura I (persero) Bandara Internasional Sultan Hasanuddin

Makassar ... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 59 B. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Program Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan investasi bagi perusahaan demi pertumbuhan dan keberlanjutan perusahaan dan bukan lagi dilihat sebagai sarana biaya melainkan sebagai sarana meraih keuntungan. Program ini merupakan komitmen perusahaan untuk mendukung terciptanya pembangunan berkelanjutan. Pada dasarnya Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan bentuk kontribusi perusahaan untuk keberlangsungan kehidupan masyarakat di sekitarnya, baik secara sosial, ekonomi dan lingkungan masyarakat. Perusahaan berusaha meningkatkan kinerjanya untuk mendapatkan keuntungan yang optimal supaya dapat bersaing dengan perusahaan lainnya. Namun dalam usaha untuk mencapai keuntungan yang optimal ini perusahaan juga harus memperhatikan lingkungan sekitar perusahaan yaitu masyarakat setempat dan pemerintah.

Perusahaan sebagai sebuah sistem dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak bisa berdiri sendiri. Eksistensi suatu perusahaan tidak bisa dipisahkan dengan masyarakat sebagai lingkungan eksternalnya. Ada hubungan resiprokal (timbal balik) antara perusahaan dengan masyarakat.

Perusahaan dan masyarakat adalah pasangan hidup yang saling memberi dan membutuhkan. Perusahaan selain mengejar keuntungan ekonomi untuk kesejahteraan dirinya, juga memerlukan alam untuk sumber daya olahannya dan stakeholders lain untuk mencapai tujuannya. Dengan menggunakan

(13)

pendekatan tanggung jawab sosial perusahaan, perusahaan tidak hanya mendapatkan keuntungan ekonomi, tetapi juga keuntungan secara sosial.

Dengan demikian keberlangsungan usaha tersebut dapat berlangsung dengan baik dan secara tidak langsung akan mencegah konflik yang merugikan.

Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu tindakan atau konsep yang dilakukan oleh perusahaan (sesuai kemampuan perusahaan tersebut) sebagai bentuk tanggungjawab mereka terhadap sosial/lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada. Contoh bentuk tanggungjawab itu bermacam-macam, mulai dari melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan perbaikan lingkungan, pemberian beasiswa untuk anak tidak mampu, pemberian dana untuk pemeliharaan fasilitas umum, sumbangan untuk desa/fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan berguna untuk masyarakat banyak, khususnya masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut berada. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan fenomena strategi perusahaan yang mengakomodasi kebutuhan dan kepentingan stakeholder-nya.

Corporate Social Responsibility (CSR) timbul sejak era dimana kesadaran akan sustainability perusahaan jangka panjang adalah lebih penting daripada sekedar profitability. Dalam menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR), umumnya perusahaan akan melibatkan partisipasi masyarakat, baik sebagai objek maupun sebagai subjek program Corporate Social Responsibility (CSR). Hal ini dikarenakan masyarakat adalah salah satu pihak yang cukup berpengaruh dalam menjaga eksistensi suatu

(14)

perusahaan. Masyarakat adalah pihak yang paling merasakan dampak dari kegiatan produksi suatu perusahaan, baik itu dampak positif ataupun negatif.

Dampak ini dapat terjadi dalam bidang sosial, ekonomi, politik maupun lingkungan.

Perihal penerapan CSRdi Indonesia telah diatur dalam beberapa peraturan perundang-undangan dan keputusan menteri, yaitu UU No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal LNNo.67 TLN No.4274, UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-236/MBU/2003 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha kecil dan Program Bina Lingkungan (PKBL).

Mewajibkan CSR merupakan salah satu upaya pemerintah dan menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan ekonomi.

Setelah sepuluh tahun terakhir ini CSR telah menjadi salah satu isyu sosial maupun isyu pembangunan, yang menggelilitik begitu banyak pihak di Indonesia, kemudian negara memutuskan untuk mengaturnya melalui UU No. 40 mengenai Perseroan Terbatas pada tahun 2007. Melalui undang- undang tersebut CSR lebih difokuskan kepada kewajiban perusahaan untuk melaksankan Tanggung Jawab sosial dan Lingkungan (TSL) yaitu perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang sumber daya alam ataupun kegiatannya terkait dengan sumber daya alam sehingga undang-undang tersebut dirasakan diskriminatif sementara di lain pihak, hal ini membahagian bagi perusahaan-perusahaan yang merasa bahwa bidang usahanya tidak terkena kewajiban untuk melakukan CSR.

(15)

Keberadaan dan peran PT. Angkasa Pura I (Persero) Cabang Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, tidaklah terlepas dari peran pemerintah dan masyarakat. Dalam hal ini peran pemerintah sebagai penjamin keamanan dan penegak hukum serta menciptakan iklim bisnis yang kondusif akan menentukan dalam keberlanjutan hidup perusahaan. Selain itu pemerintah dituntut untuk melakukan intervensi pasar melalui pajak, subsidi untuk mendorong penggunaan renewable resources, pengembangan eco-efficiency serta kebijakan distribusi resources yang mengindahkan equity. Pemerintah juga diharapkan untuk berinisiatif membentuk forum stakeholders sebagai wadah kemitraan yang disertai kegiatan dan indikator kinerja yang nyata.

Seperti juga perusahaan yang dituntut untuk melakukan CSR maka pemerintah harus pula memenuhi political accountability terhadap warga negara pemberi mandat. Saat ini terdapat pro kontra jika pemerintah daerah kurang berfungsi dan mendorong perusahaan. Di satu pihak, hal ini akan menurunkan kewibawaan dan peran pemerintah namun di lain pihak hal ini merupakan upaya pembelajaran dalam pencapaian good governance. Salah satu ujian penting dari kinerja pemerintah adalah mensukseskan pelaksanaan otonomi daerah dan pemilihan kepala daerah sehingga mendukung segitiga kemitraan dengan perusahaan dan masyarakat.

Agar pengembangan program CSR di PT. Angkasa Pura I (Persero) Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar mengacu pada konsep pembangunan yang berkelanjutan (Sustainability development). Prinsip keberlanjutan ini mengedepankan pertumbuhan, khususnya bagi masyarakat

(16)

miskin dalam mengelola lingkungannya dan kemampuan institusinya dalam mengelola pembangunan, serta strateginya adalah kemampuan untuk mengintegrasikan dimensi ekonomi, ekologi, dan sosial yang menghargai kemajemukan ekologi dan sosial budaya. Kemudian dalam proses pengembangannya tiga stakeholders inti diharapkan mendukung penuh, di antaranya adalah perusahaan, pemerintah dan masyarakat.

Kondisi pendidikan masyarakat yang dikaitkan dengan penyerapan tenaga kerja juga masih sangat memprihatinkan bagi masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi perusahaan. Penduduk lokal yang menjadi tenaga kerja langsung PT. Angkasa Pura I (persero) Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar semua masih bekerja pada level/jabatan paling rendah yaitu tingkat operator di perusahaan meski masyarakat yang ingin bekerja dan melamar di perusahaan tersebut sudah memiliki pendidikan yang memadai (setingkat SLTA). PT. Angkasa Pura I (persero) Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar saat ini telah memberi makna implementasi tanggung jawab sosial perusahaan sebagai suatu bentuk tanggung jawab perusahaan untuk mempertemukan berbagai kepentingan yang terkait dengan aktivitas perusahaan. Tidak saja bagi kepentingan internal, tetapi juga kepentingan eksternal (sesuai dengan pendekatan stakeholders).

Tanggung jawab sosial PT. Angkasa Pura I (persero) Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar bagi masyarakat sekitar dalam bentuk kemitraan, pengembangan komunitas, dan pelayanan publik, memiliki

(17)

makna ekonomi berupa besarnya dana yang mengalir secara langsung dari perusahaan, atau tidak langsung sebagai efek multiplier dari perputaran roda ekonomi masyarakat sekitar itu sendiri. Terbukanya berbagai jenis lapangan kerja baru, berbagai bentuk program mitra kerja perusahan, dan juga berkembangnya sektor informal, adalah sebagai bukti menggeliatnya perekonomian masyarakat sekitar. Pembangunan sarana fisik bagi lingkugan masyarakat, sumbangan di bidang pendidikan dan kesehatan masyarakat, secara tidak langsung juga telah memberi pengaruh peningkatan kualitas SDM dan potensi ekonomi masyarakat.

Mengingat peranan program CSR apakah berjalan efektif dan tepat pada sasaran untuk mensejahterakan masyarakat terutama dalam pendapatan masyarakat masyarakat. Dengan demikian pada CSR perusahaannya sekaligus untuk mengetahui bagaimana peran CSR terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat, Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul "PelaksanaanCorporate Social Responsibility (CSR)DiPT. Angkasa Pura I (persero) Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar”.

Agar pengembangan program CSR pada PT. Angkasa Pura I (persero) Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar mengacu pada konsep pembangunan yang berkelanjutan (Sustainability development). Prinsip keberlanjutan ini mengedepankan pertumbuhan, khususnya bagi masyarakat miskin dalam mengelola lingkungannya dan kemampuan institusinya dalam mengelola pembangunan, serta strateginya adalah kemampuan untuk

(18)

mengintegrasikan dimensi ekonomi, ekologi, dan sosial yang menghargai kemajemukan ekologi dan sosial budaya. Kemudian dalam proses pengembangannya tiga stakeholders inti diharapkan mendukung penuh, di antaranya adalah perusahaan, pemerintah dan masyarakat.

B. RUMUSAN MASALAH

Dari identifikasi penelitian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana PelaksanaanCorporate Social Responsibility (CSR)pada PT. Angkasa Pura I (persero) Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar?

2. Faktor-faktor yangmenghambat PelaksanaanCorporate Social Responsibility (CSR) pada PT. Angkasa Pura I (persero) Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar?

C. TUJUAN DAN KEGUNAAN

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR)pada PT. Angkasa Pura I (persero) Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar.

b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat PelaksanaanCorporate Social Responsibility (CSR)pada PT. Angkasa Pura I (persero) Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar.

(19)

2. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian di harapkan dapat memperluas dan memperkaya wawasan pengetahuan yang lebih mendalam tentang penerapan manajemen terkait Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR)pada PT. Angkasa Pura I (persero) Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar, sehingga dapat memberikan sumbangsi bagi pengembangan teori ilmu-ilmu sosial khususnya Ilmu Administrasi Negara.

b. Kegunaan Praktikal

Hasil penelitian ini di harapakan memberikan masukan bagi pemerintah Kabupaten Maros khususnya PT. Angkasa Pura I (persero) Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar, untuk mengoptimalkan penerapan teori-teori manajemen dengan PelaksanaanCorporate Social Responsibility (CSR)padaPT. Angkasa Pura I (persero) Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar.

BAB II

(20)

TINJUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN, KONSEP & TEORI

1. Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR)

Corporate Social Responsibility (CSR) menurut World Business Council on Sustainable Development adalah komitmen dari bisnis/perusahaan untuk berperilaku etis dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, seraya meningkatkan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat luas. Definisi lain, CSR adalah tanggung jawab perusahaan untuk menyesuaikan diri terhadap kebutuhan dan harapan stakeholders sehubungan dengan isu-isu etika, sosial dan lingkungan, di samping ekonomi (Warta Pertamina, 2004).Sedangkan Petkoski dan Twose (2003) mendefinisikan CSR sebagai komitmen bisnis untuk berperan untuk mendukung pembangunan ekonomi, bekerjasama dengan karyawan dan keluarganya, masyarakat lokal dan masyarakat luas, untuk meningkatkan mutu hidup mereka dengan berbagai cara yang menguntungkan bagi bisnis dan pembangunan.

Green Paper Komisi Masyarakat Eropa 2001 dinyatakan bahwa kebanyakan definisi tanggungjawab sosial korporat menunjukkan sebuah konsep tentang pengintegrasian kepedulian terhadap masalah sosial dan lingkungan hidup ke dalam operasi bisnis perusahaan dan interaksi sukarela antara perusahaan dan para stakeholder-nya. Ini setidaknya ada dua hal yang

(21)

terkait dengan tanggungjawab sosial korporat itu yakni pertimbangan sosial dan lingkungan hidup serta interaksi sukarela (Irianta, 2004).

Prinsip responsibility, penekanan yang signifikan diberikan pada kepentingan stakeholders perusahaan. Di sini perusahaan diharuskan memperhatikan kepentingan stakeholders perusahaan, menciptakan nilai tambah (value added) dari produk dan jasa bagi stakeholders perusahaan, dan memelihara kesinambungan nilai tambah yang diciptakannya. Sedangkan stakeholders perusahaan dapat didefinisikan sebagai pihak-pihak yang berkepentingan terhadap eksistensi perusahaan. Termasuk di dalamnya adalah karyawan, konsumen, pemasok, masyarakat, lingkungan sekitar, dan pemerintah sebagai regulator.

Corporate Social Responsibility sebagai sebuah gagasan, perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya (financial) saja. Tapi tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada triple bottom lines. Di sini bottom lines lainnya selain finansial juga adalah sosial dan lingkungan. Karena kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan (sustainable).

Keberlanjutan perusahaan hanya akan terjamin apabila, perusahaan memperhatikan dimensi sosial dan lingkungan hidup. Sudah menjadi fakta bagaimana resistensi masyarakat sekitar, di berbagai tempat dan waktu muncul ke permukaan terhadap perusahaan yang dianggap tidak

(22)

memperhatikan aspek-aspek sosial, ekonomi dan lingkungan hidupnya (Idris, 2005).

Perusahaan-perusahaan yang memiliki reputasi bagus, umumnya menikmati enam hal. Pertama, hubungan yang baik dengan para pemuka masyarakat. Kedua, hubungan positif dengan pemerintah setempat. Ketiga, resiko krisis yang lebih kecil. Keempat, rasa kebanggaan dalam organisasi dan di antara khalayak sasaran. Kelima, saling pengertian antara khalayak sasaran, baik internal maupun eksternal. Dan terakhir, meningkatkan kesetiaan para staf perusahaan (Anggoro, 2002).

“Model Empat Sisi Corporate Social Responsibility (CSR)” perusahaan memiliki tanggung jawab ekonomis, yaitu berbisnis dan mendapatkan profit.

Selain itu, ada tanggung jawab legal, semisal keharusan membayar pajak, memenuhi persyaratan Amdal, dan lain-lain. Di luar itu ada tanggung jawab ethical atau etis. Misalnya perusahaan berlaku fair, tidak membeda-bedakan ras, gender, tidak korupsi, dan hal-hal semacam itu. Sementara yang keempat, tanggung jawab discretionary. Tanggung jawab yang seharusnya tidak harus dilakukan, tapi perusahaan melakukan juga atas kemauan sendiri (Warta Pertamina, 2004).Fajar (2005) mengatakan perilaku para pengusaha pun beragam, dari kelompok yang sama sekali tidak malaksanakan sampai kelompok yang menjadikan CSR sebagai nilai inti (core value) dalam menjalankan usaha. Dalam pengamatannya, terkait dengan praktik CSR, pengusaha dikelompokkan menjadi empat: kelompok hitam, merah, biru, dan hijau.

(23)

Kelompok hitam adalah mereka yang tidak melakukan praktik CSR sama sekali. Mereka adalah pengusaha yang menjalankan bisnis semata-mata untuk kepentingan sendiri. Kelompok isi sama sekali tidak peduli pada aspek lingkungan dan sosial sekelilingnya dalam menjalankan usaha, bahkan tidak memperhatikan kesejahteraan karyawannya.

Kelompok merah adalah mereka yang mulai melaksanakan praktik CSR, tetapi memandangnya hanya sebagai komponen biaya yang akan mengurangi keuntungannya. Aspek lingkungan dan sosial mulai dipertimbangkan, tetapi dengan keterpaksaan yang biasanya dilakukan setelah mendapat tekanan dari pihak lain, seperti masyarakat atau lembaga swadaya masyarakat. Kesejahteraan karyawan baru diperhatikan setelah karyawan ribut atau mengancam akan mogok kerja. Kelompok ini umumnya berasal dari kelompok satu (kelompok hitam) yang mendapat tekanan dari stakeholders-nya, yang kemudian dengan terpaksa memperhatikan isu lingkungan dan sosial, termasuk kesejahteraan karyawan. CSR jenis ini kurang berimbas pada pembentukan citra positif perusahaan karena publik melihat kelompok ini memerlukan tekanan (dan gertakan) sebelum melakukan praktik CSR. Praktik jenis ini tak akan mampu berkontribusi bagi pembangunan berkelanjutan.

Kelompok ketiga adalah mereka yang menganggap praktik CSR akan memberi dampak positif (return) terhadap usahanya dan menilai CSR sebagai investasi, bukan biaya. Karenanya, kelompok ini secara sukarela dan sungguh-sungguh melaksanakan praktik CSR dan yakin bahwa investasi

(24)

sosial ini akan berbuah pada lancarnya operasional usaha. Mereka mendapat citra positif karena masyarakat menilainya sungguh-sungguh membantu.

Selayaknya investasi, kelompok ini menganggap praktik CSR adalah investasi sosial jangka panjang. Mereka juga berpandangan, dengan melaksanakan praktik CSR yang berkelanjutan, mereka akan mendapat ijin operasional dari masyarakat. Kita dapat berharap kelompok ini akan mampu memberi kontribusi bagi pembangunan berkelanjutan.

Kelompok keempat, kelompok hijau, merupakan kelompok yang sepenuh hati melaksanakan praktik CSR. Mereka telah menempatkannya sebagai nilai inti dan menganggap sebagai suatu keharusan, bahkan kebutuhan, dan menjadikannya sebagai modal sosial (ekuitas). Karenanya, mereka meyakini, tanpa melaksanakan CSR, mereka tidak memiliki modal yang harus dimiliki dalam menjalankan usaha mereka. Mereka sangat memperhatikan aspek lingkungan, aspek sosial dan kesejahteraan karyawannya serta melaksanakan prinsip transparansi dan akuntabilitas.

Kelompok ini juga memasukkan CSR sebagai bagian yang terintegrasi ke dalam model bisnis atas dasar kepercayaan bahwa suatu usaha harus mempertimbangkan aspek lingkungan dan sosial. Mereka percaya, ada nilai tukar (trade-off) atas triple bottom line (aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial). Buahnya, kelompok ini tidak saja mendapat citra positif, tetapi juga kepercayaan, dari masyarakat yang selalu siap membela keberlanjutan usaha kelompok ini. Tak mengherankan, kelompok hijau diyakini akan mampu berkontribusi besar terhadap pembangunan berkelanjutan.

(25)

Di Indonesia, istilah Corporate Social Responsibility(CSR) semakin populer digunakan sejak tahun 1990-an. Beberapa perusahaan sebenarnya telah lama melakukan CSA (Corporate Social Activity) atau "aktivitas sosial perusahaan".Walaupun tidak menamainya sebagai CSR, secara faktual aksinya mendekati konsep CSR yang merepresentasikan bentuk "peran serta"

dan "kepedulian" perusahaan terhadap aspek sosial dan lingkungan. Melalui konsep investasi sosial perusahaan "seat belf, sejak tahun 2003 Departemen Sosial tercatat sebagai lembaga pemerintah yang aktif dalam mengembangkan konsep CSR dan melakukan advokasi kepada berbagai perusahaan nasional.

Definisi Corporate Social Responsibility(CSR) sangat menentukan pendekatan audit program CSR. Sayangnya, belum ada definisi CSR yang secara universal diterima oleh berbagai lembaga. Beberapa definisi CSR di bawah ini menunjukkan keragaman pengertian CSR menurut berbagai organisasi (lihat Majalah Bisnis dan CSR, 2007; Wikipedia, 2008; Sukada dan Jalal, 2008).

a. World Business Council for Sustainable Development: Komitmen berkesinambungan dari kalangan bisnis untuk berperilaku etis dan memberi kontribusi bagi pembangunan ekonomi, seraya meningkatkan kualitas kehidupan karyawan dan keluarganya, serta komunitas lokal dan masyarakat luas pada umumnya.

b. International Finance Corporation: Komitmen dunia bisnis untuk memberi kontribusi terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan melalui

(26)

kerjasama dengan karyawan, keluarga mereka, komunitas lokal dan masyarakat luas untuk meningkatkan kehidupan mereka melalui cara-cara yang baik bagi bisnis maupun pembangunan.

c. Institute of Chartered Accountants, England and Wales: Jaminan bahwa organisasi-organisasi pengelola bisnis mampu memberi dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan, seraya memaksimalkan nilai bagi para pemegang saham (shareholders) mereka.

d. Canadian Government: Kegiatan usaha yang mengintegrasikan ekonomi, lingkungan dan sosial ke dalam nilai, budaya, pengambilan keputusan, strategi, dan operasi perusahaan yang dilakukan secara transparan dan bertanggung jawab untuk menciptakan masyarakat yang sehat dan berkembang.

e. European Commission: Sebuah konsep dengan mana perusahaan mengintegrasikan perhatian terhadap sosial dan lingkungan dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksinya dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) berdasarkan prinsip kesukarelaan.

f. Corporate Social Responsibility(CSR) Asia: Komitmen perusahaan untuk beroperasi secara berkelanjutan berdasarkan prinsip ekonomi, sosial dan lingkungan, seraya menyeimbangkan beragam kepentingan para stakeholders.

Selain itu, ISO 26000 mengenai Guidance on Social Responsibility juga memberikan definisi CSR. Meskipun pedoman CSR standard internasional ini baru akan ditetapkan tahun 2010, draft pedoman ini bisa dijadikan

(27)

rujukan. Menurut ISO 26000, CSR adalah:Tanggung jawab sebuah organisasi terhadap dampak-dampak dari keputusan-keputusan dan kegiatan- kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat; mempertimbangkan harapan pemangku kepentingan, sejalan dengan hukum yang ditetapkan dan norma-norma perilaku internasional; serta terintegrasi dengan organisasi secara menyeluruh (draft 3, 2007).

Berdasarkan pedoman ini, Corporate Social Responsibility(CSR) tidaklah sesederhana sebagaimana dipahami dan dipraktikkan oleh kebanyakan perusahaan. CSR mencakup tujuh komponen utama, yaitu: the environment, social development, human rights, organizational governance, labor practices, fair operating practices, dan consumer issues (lihat Sukada dan Jalal, 2008).Jika dipetakan, menurut saya, pendefinisian CSR yang relatif lebih mudah dipahami dan bisa dioperasionalkan untuk kegiatan audit adalah dengan mengembangkan konsep Tripple Bottom Lines (Elkington, 1998) dan menambahkannya dengan satu line tambahan, yakni procedure (lihat Suharto, 2007a).

Dengan demikian, Corporate Social Responsibility(CSR) adalah kepedulian perusahaan yang menyisihkan sebagian keuntungannya (profit) bagi kepentingan pembangunan manusia (people) dan lingkungan (planet) secara berkelanjutan berdasarkan prosedur (procedure) yang tepat dan profesional.

(28)

Dalam aplikasinya, konsep 4P ini bisa dipadukan dengan komponen dalam ISO 26000. Konsep planet jelas berkaitan dengan aspek the environment. Konsep people di dalamnya bisa merujuk pada konsep social development dan human rights yang tidak hanya menyangkut kesejahteraan ekonomi masyarakat (seperti pemberian modal usaha, pelatihan keterampilan kerja). Melainkan pula, kesejahteraan sosial (semisal pemberian jaminan sosial, penguatan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dan pendididikan, penguatan kapasitas lembaga-lembaga sosial dan kearifan lokal). Sedangkan konsep procedur bisa mencakup konsep organizational governance, labor practices, fair operating practices, dan consumer issues.

Di Indonesia, istilah Corporate Social Responsibility(CSR) semakin populer digunakan sejak tahun 1990-an. Beberapa perusahaan sebenarnya telah lama melakukan CSA (Corporate Social Activity) atau “aktivitas sosial perusahaan”. Walaupun tidak menamainya sebagai CSR, secara faktual aksinya mendekati konsep CSR yang merepresentasikan bentuk “peran serta”

dan “kepedulian” perusahaan terhadap aspek sosial dan lingkungan. Melalui konsep investasi sosial perusahaan “seat belt”, sejak tahun 2003 Departemen Sosial tercatat sebagai lembaga pemerintah yang aktif dalam mengembangkan konsep CSR dan melakukan advokasi kepada berbagai perusahaan nasional.

Kepedulian sosial perusahaan terutama didasari alasan bahwasanya kegiatan perusahaan membawa dampak for better or worse, bagi kondisi lingkungan dan sosial-ekonomi masyarakat, khususnya di sekitar perusahaan

(29)

beroperasi. Selain itu, pemilik perusahaan sejatinya bukan hanya shareholders atau para pemegang saham. Melainkan pula stakeholders, yakni pihak-pihak yang berkepentingan terhadap eksistensi perusahaan.

Stakeholders dapat mencakup karyawan dan keluarganya, pelanggan, pemasok, masyarakat sekitar perusahaan, lembaga-lembaga swadaya masyarakat, media massa dan pemerintah selaku regulator.

Corporate Social Responsibility(CSR) bisa dilaksanakan secara langsung oleh perusahaan di bawah divisi human resource development atau public relations. CSR bisa pula dilakukan oleh yayasan yang dibentuk terpisah dari organisasi induk perusahaan namun tetap harus bertanggung jawab ke CEO atau ke dewan direksi.Sebagian besar perusahaan di Indonesia menjalankan CSR melalui kerjasama dengan mitra lain, seperti LSM, perguruan tinggi atau lembaga konsultan.

Beberapa perusahaan ada pula yang bergabung dalam sebuah konsorsium untuk secara bersama-sama menjalankan CSR. Beberapa perusahaan bahkan ada yang menjalankan kegiatan serupa CSR, meskipun tim dan programnya tidak secara jelas berbendera CSR (Suharto, 2007a).

Pada awal perkembangannya, bentuk CSR yang paling umum adalah pemberian bantuan terhadap organisasi-organisasi lokal dan masyarakat miskin di negara-negara berkembang. Pendekatan CSR yang berdasarkan motivasi karitatif dan kemanusiaan ini pada umumnya dilakukan secara ad- hoc, partial, dan tidak melembaga. CSR pada tataran ini hanya sekadar do good dan to look good, berbuat baik agar terlihat baik. Perusahaan yang

(30)

melakukannya termasuk dalam kategori ”perusahaan impresif”, yang lebih mementingkan ”tebar pesona” (promosi) ketimbang ”tebar karya”

(pemberdayaan) (Suharto, 2008).Dewasa ini semakin banyak perusahaan yang kurang menyukai pendekatan karitatif semacam itu, karena tidak mampu meningkatkan keberdayaan atau kapasitas masyarakat lokal.

Pendekatan community development kemudian semakin banyak diterapkan karena lebih mendekati konsep empowerment dan sustainable development.

Prinsip-prinsip good corporate governance, seperti fairness, transparency, accountability, dan responsibility kemudian menjadi pijakan untuk mengukur keberhasilan program CSR. Sebagai contoh, Shell Foundation di Flower Valley, Afrika Selatan, membangun Early Learning Centre untuk membantu mendidik anak-anak dan mengembangkan keterampilan-keterampilan baru bagi orang dewasa di komunitas itu. Di Indonesia, perusahaan-perusahaan seperti Freeport, Rio Tinto, Inco, Riau Pulp, Kaltim Prima Coal, Pertamina serta perusahaan BUMN lainnya telah cukup lama terlibat dalam menjalankan CSR.

Kegiatan Corporate Social Responsibility(CSR) yang dilakukan saat ini juga sudah mulai beragam, disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat setempat berdasarkan needs assessment. Mulai dari pembangunan fasilitas pendidikan dan kesehatan, pemberian pinjaman modal bagi UKM, social forestry, penakaran kupu-kupu, pemberian beasiswa, penyuluhan HIV/AIDS, penguatan kearifan lokal, pengembangan skema perlindungan sosial berbasis masyarakat dan seterusnya. CSR pada tataran ini tidak sekadar do good dan

(31)

to look good, melainkan pula to make good, menciptakan kebaikan atau meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

2. Undang-Undang Corporate Social Responsibility (CSR)

Di Indonesia Corporate Social Responsibility(CSR) semakin menguat terutama setelah dinyatakan dengan tegas dalam UU PT No.40 Tahun 2007 yang belum lama ini disahkan DPR. Disebutkan bahwa PT yang menjalankan usaha di bidang dan/atau bersangkutan dengan sumber daya alam wajib menjalankan tanggung jawabsosial dan lingkungan (Pasal 74 ayat 1).UU PT tidak menyebutkan secara rinci berapa besaran biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk CSR serta sanksi bagi yang melanggar. Pada ayat 2, 3 dan 4 hanya disebutkan bahwa CSR ”dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran”.

PT yang tidak melakukan CSR dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan. Ketentuan lebih lanjut mengenai CSR ini baru akan diatur oleh Peraturan Pemerintah, yang hingga kini sepengetahuanpenulis, belum dikeluarkan.Peraturan lain yang menyentuh CSR adalah UU No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Pasal 15 (b) menyatakan bahwa ”Setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.” Meskipun UU ini telah mengatur sanksi- sanksi secara terperinci terhadap badan usaha atau usaha perseorangan yang mengabaikan CSR (Pasal 34), UU ini baru mampu menjangkau investor

(32)

asing dan belum mengatur secara tegas perihal CSR bagi perusahaan nasional.

Peraturan tentang CSR yang relatif lebih terperinci adalah UU No.19 Tahun 2003 tentang BUMN. UU ini kemudiaan dijabarkan lebih jauh oleh Peraturan Menteri Negara BUMN No.4 Tahun 2007 yang mengatur mulai dari besaran dana hingga tatacara pelaksanaan CSR. Seperti kita ketahui, CSR milik BUMN adalah Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL).

Dalam UU BUMN dinyatakan bahwa selain mencari keuntungan, peran BUMN adalah juga memberikan bimbingan bantuan secara aktif kepada pengusaha golongan lemah, koperasi dan masyarakat. Selanjutnya, Permen Negara BUMN menjelaskan bahwa sumber dana PKBL berasal dari penyisihan laba bersih perusahaan sebesar 2 persen yang dapat digunakan untuk Program Kemitraan ataupun Bina Lingkungan. Peraturan ini juga menegaskan bahwa pihak-pihak yang berhak mendapat pinjaman adalah pengusaha beraset bersih maksimal Rp 200 juta atau beromset paling banyakRp1 miliar per tahun (lihat Majalah Bisnis dan CSR, 2007), Namun, UU ini pun masih menyisakan pertanyaan. Selain hanya mengatur BUMN, program kemitraan perlu dikritisi sebelum disebut sebagai kegiatan CSR.

Menurut Sribugo Suratmo (2008), kegiatan kemitraan mirip dengan sebuah aktivitas sosial dari perusahaan, namun di sini masih ada bau bisnisnya.

Masing-masing pihak harus memperoleh keuntungan.Pertanyaannya: apakah kerjasama antara pengusaha besar dan pengusaha kecil yang menguntungkan secara ekonomi kedua belah pihak, dan apalagi hanya menguntungkan pihak

(33)

pengusaha kuat (cenderung eksploitatif) bisa dikategorikan sebagai CSR?Meskipun CSR telah diatur oleh UU, debat mengenai ”kewajiban” CSR masih bergaung. Bagi kelompok yang tidak setuju, UU CSR dipandang dapat mengganggu iklim investasi. Program CSR adalah biaya perusahaan. Di tengah negara yang masih diselimuti budaya KKN, CSR akan menjadi beban perusahaan tambahan disamping biaya-biaya siluman yang selama ini sudah memberatkan operasi bisnis.

Ada pula yang mempersoal definisi dan singkatan CSR, terutama terkait huruf ”R” (Responsibility). Dalam Bahasa Inggris, “responsibility”

berasal dari kata ”response” (tindakan untuk merespon suatu masalah atau isu) dan ”ability” (kemampuan). Maknanya, responsibility merupakan tindakan yang bersifat sukarela, karena respon yang dilakukan disesuaikan dengan ability yang bersangkutan. Menurut pandangan ini, kalau CSR bersifat wajib, maka singkatannya harus diubah menjadi CSO (Corporate Social Obligation).Selain itu, kalangan yang kontra UU CSR berpendapat bahwa core business perusahaan adalah mencari keuntungan. Oleh karena itu, ketika perusahaan diwajibkan memerhatikan urusan lingkungan dan sosial, ini sama artinya dengan mendesak Greenpeace dan Save The Children untuk berubah menjadi korporasi yang mencari keuntungan ekonomi.Kelompok yang setuju dengan UU CSR umumnya berargumen bahwa CSR memberi manfaat positif terhadap perusahaan, terutama dalam jangka panjang. Selain menegaskan brand differentiation perusahaan, CSR juga berfungsi sebagai sarana untuk memperoleh license to operate, baik dari pemerintah maupun

(34)

masyarakat. CSR juga bisa berfungsi sebagai strategi risk management perusahaan (Suharto, 2008).

Meskipun telah membayar pajak kepada pemerintah, perusahaan tidak boleh lepas tangan terhadap permasalahan lingkungan dan sosial di sekitar perusahaan. Di Indonesia yang masih menerapkan residual welfare state, manfaat pajak seringkali tidak dirasakan secara langsung oleh masyarakat kelas bawah, orang miskin dan komunitas adat terpencil. Oleh karena itu, bagi kalangan yang setuju UU CSR, CSR merupakan instrumen cash transfer dan sumplemen sistem”negara kesejahteraan residual” yang cenderung gagal mensejahterakan masyarakat karena kebijakan dan program sosial negara bersifat fragmented dan tidak melembaga.

3. Corporate Social Responsibility (CSR) dan Citra Korporat

Corporate Social Responsibility (CSR) telah diuraikan terdahulu bahwa sebagai suatu entitas bisnis dalam era pasar bebas yang sangat liberal dan hyper competitive, perusahaan-perusahaan secara komprehensif dan terpadu melakukan best practices dalam menjalankan usahanya dengan memperhatikan nilai-nilai bisnis GCG, termasuk tanggung jawab terhadap lingkungan, baik fisik (berkaitan dengan sampah, limbah, polusi dan kelestarian alam) maupun sosial kemasyarakatan. Tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan diejawantahkan dalam kebijakan Kesehatan Keselamatan Kerja & Lindungan Lingkungan (K3LL) dan program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan CSR.

(35)

Berdasarkan sifatnya, pelaksanaan program CSR dapat dibagi dua, yaitu :

a. Program Pengembangan Masyarakat (Community Development/CD).

b. Program Pengembangan Hubungan/Relasi dengan publik (Relations Development/RD).

Sasaran dari Program Corporate Social Responsibility (CSR) (CD &

RD) adalah: (1) Pemberdayaan SDM lokal (pelajar, pemuda dan mahasiswa termasuk di dalamnya) (2) Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat sekitar daerah operasi (3) Pembangunan fasilitas sosial/umum, (4) Pengembangan kesehatan masyarakat, (5) Sosial budaya, dan lain-lain.

4. Pendapatan masyarakat

Menurut Sukirno (2006:47) pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan ataupun tahunan. Beberapa klasifikasi pendapatan antara lain: 1) Pendapatan pribadi, yaitu; semua jenis pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan suatu kegiatan apapun yang diterima penduduk suatu Negara. 2) Pendapatan disposibel, yaitu; pendapatan pribadi dikurangi pajak yang harus dibayarkan oleh para penerima pendapatan, sisa pendapatan yang siap dibelanjakan inilah yang dinamakan pendapatan disposibel. 3) Pendapatan nasional, yaitu; nilai seluruh barang- barang jadi dan jasa-jasa yang diproduksikan oleh suatu Negara dalam satu tahun.

(36)

Menurut Sobri (1987:50) pendapatan disposibel adalah suatu jenis penghasilan yang diperoleh seseorang yang siap untuk dibelanjakan atau dikonsumsikan. Besarnya pendapatan disposibel yaitu pendapatan yang diterima dikurangi dengan pajak langsung (pajak perseorangan) seperti pajak penghasilan.

Masalah pendapatan tidak hanya dilihat dari jumlahnya saja, tetapi bagaimana distribusi pendapatan yang diterima oleh masyarakat. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi arah gejala distribusi pendapatan dan pengeluaran di Indonesia; pertama, perolehan faktor produksi, dalam hal ini faktor yang terpenting adalah tanah. Kedua, perolehan pekerjaan, yaitu perolehan pekerjaan bagi mereka yang tidak mempunyai tanah yang cukup untuk memperoleh kesempatan kerja penuh. Ketiga, laju produksi pedesaan, dalam hal ini yang terpenting adalah produksi pertanian dan arah gejala harga yang diberikan kepada produk tersebut.

Pendapatan per kapita dapat diartikan pula sebagai penerimaan yang diperoleh rumah tangga yang dapat mereka belanjakan untuk konsumsi yaitu yang dikeluarkan untuk pembelian barang konsumtif dan jasa-jasa, yang dibutuhkan rumah tangga bagi pemenuhan kebutuhan mereka (Sumardi, 1982:83) Dalam hal ini pendapatan per kapita determinan potensi ekonomi yang penting selain luas Negara serta penduduk suatu Negara (Todaro, 1998:25).

Rendahnya pertumbuhan pendapatan per kapita disuatu Negara berarti juga mencerminkan rendahnya pertumbuhan GNP dan ini terjadi pada

(37)

Negara-negara yang sedang berkembang. Usaha-usaha untuk meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat, yaitu dengan cara menyediakan lapangan pekerjaan yang memadai, menggalakkan program kerja berencana dan yang terakhir transfer pemerintah kepada golongan-golongan masyarakat yang berpendapatan rendah. Dengan menggunakan pajak yang efektif untuk membiayai transfer tersebut sekaligus untuk mengurangi perbedaan kemakmuran antar anggota masyarakat.

Pass dan Lowes (1994:444) menyebutkan pendapatan nasional adalah nilai netto dari semua barang dan jasa (produk nasional) yang diproduksi setiap tahunnya dalam suatu Negara. Pendapatan nasional dapat ditentukan dengan tiga cara (Sukirno, 2006: 37), yaitu:

1. Cara produksi neto, output/produk dalam negari dari barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan dalam suatu Negara. Total output ini tidak mencakup nilai barang-barang dan jasa- jasa yang diimpor. Untuk mendapatkan produk nasional bruto, produk domestik bruto harus ditambah dengan pendapatan bersih yang diterima dari luar negeri.

2. Cara pendapatan, total pendapatan yang diterima penduduk suatu Negara sebagai balas jasa dari produksi barang dan jasa yang sedang berlangsung. Pendapatan ini disebut pendapatan faktor, sebab ditambahkan pada faktor-faktor produksi, dan pembayaran transfer (transfer payment) tidak dimasukkan dalam perhitungan, seperti

(38)

tunjangan sakit, tunjangan pengangguran dimana tidak ada barang atau jasa yang diterima sebagai imbalannya.

3. Cara Pengeluaran, total pengeluaran domestik oleh penduduk suatu Negara pada konsumen dan investasi barang-barang. Hal ini mencakup pengeluran pada barang dan jasa jadi (tidak termasuk barang atau jasa setengah jadi) dan termasuk barang-barang yang tidak terjual dan yang ditambahkan pada persediaan (investasi persediaan).

Dewasa ini sumber pendapatan sebagian besar rumah tangga di pedesaan tidak hanya dari satu sumber, melainkan dari beberapa sumber atau dapat dikatakan rumah tangga melakukan diversifikasi pekerjaan atau memiliki aneka ragam sumber pendapatan (Susilowati dkk, 2002).

Bagi rumah tangga pedesaan yang hanya menguasai faktor produksi tenaga kerja, pendapatan mereka ditentukan oleh besarnya kesempatan kerja yang dapat dimanfaatkan dan tingkat upah yang diterima. Kedua faktor ini merupakan fenomena dari pasar tenaga kerja pedesaan. Kesempatan kerja pedesaan ditentukan oleh pola produksi pertanian, produksi barang dan jasa non-pertanian di pedesaan, pertumbuhan angkatan kerja dan mobilitas tenaga kerja pedesaan. Di sektor pertanian, besarnya kesempatan kerja dipengaruhi oleh luas lahan pertanian, produktivitas lahan, intensitas dan pola tanam, serta teknologi yang diterapkan. Disektor non-pertanian kesempatan kerja ditentukan oleh volume produksi, teknologi dan tingkat harga komoditi (Kasryno, 2000).

(39)

Pendapatan rumah tangga pertanian ditentukan oleh tingkat upah sebagai penerimaan faktor produksi tenaga kerja. Nilai sewa tanah sebagai penerimaan dari penguasaan asset produktif lahan pertanian. Dengan demikian tingkat pendapatan rumah tangga pedesaan sangat dipengaruhi oleh tingkat penguasaan faktor produksi.

Menurut Malian dan Siregar (2000) pendapatan rumah petani pinggiran perkotaan juga bersumber dari tiga kegiatan utama, yaitu kegiatan dalam usaha tani sendiri (on-farm), kegiatan pertanian di luar usaha tani sendiri (off-farm) dan kegiatan di luar sektor pertanian (non-farm). Untuk petani yang berada di pedesaan, pendapatannya.

B. KERANGKA PIKIR

Pelaksana program pemerintah untuk menjalankan usaha dibidang bersangkutan dengan sumber daya alam wajib menjalankan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Keberadaan CSR akan lebih berdampak positif bagi masyarakat, ini akan sangat tergantung dari orientasi dan kapasitas lembaga dan organisasi lain, terutama pemerintah dalam pengembangan CSR pada PT.

Angkasa Pura I (persero) Bandara Internasioanl Sultan Hasanuddin Makassar.

Lebih lanjut dalam pelaksanaan pembangunan nasional tidak terlepas dari peran pemrintah dan masyarakat, dalam hal ini pemrintah sebagai penjamin keamanan dan penegak hukum serta penciptaan iklim bisnis yang kondusif. Implementasi program-program CSR dapat mengembangkan kebijakan pasar, serta terwujudnya pertumbuhan ekonomi secara nasional

(40)

khususnya di lingkunganPT. Angkasa Pura I Cabang Bandara Sultan Hasanuddin Makassar.Selain itu program pengembangan CSR ini mengacu pada konsep pembangunan yang berkelanjutan yang mengedepankan pertumbuhan khususnya bagi masyarakat miskin dalam mengelola lingkungannya dan kemapuan institutisinya dalam mengelola pembangunan yang berorientasi pada peningkatan kualitas kehidupan masyarakat di sekitarnya. Sasaran dari Program Corporate Social Responsibility (CSR) (CD

& RD) dan pendapatan masyarakat sekitar adalah: (1) Pemberdayaan SDM local (pelajar, pemuda dan mahasiswa termasuk di dalamnya) (2) Pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar daerah operasi (3) Pembangunan fasilitas sosial/umum, (4) Pengembangan kesehatan masyarakat, (5) Social budaya dan lain-lain. pemberdayaan SDM yang di maksud adalah fasilitas memberikan pendidikan dan pelatihan kepada masyarakat sebelum di angkat sebagai tenaga kerja, sedangkan fasilitas adalah pembangunan yang di lakukan oleh perusahaan di linkungan sekitar untuk kepentingan masyarakat umum, kemudian pengembangan kesehatan dapat pula menjadikan masyarakat yang sejahtera, sedangkan pemberdayaan ekonomi dan peminjaman modal adalah pemberian modal kepada masyarakat sebagai modal awal untuk mendirikan usaha pribadi dan bertanggung jawab terhadap perusahaan.beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan pemerintahan daerah dalam melakukan penerapan menajemen transportasi yaitu : (1) Faktor penghambat dan (2) Faktor pendukung, apabila kebijakan pemerintah daerah sudah berjalan dengan sesuai indikatornya maka program CSR akan

(41)

terlaksana dengan baik. Berikut kerangka fikir dalam penelitian ini sebagi berikut :

Skema kerangka pikir

C. FOKUS PENELITIAN

PT. Angkasa pura I (Persero)Bandara

InternasionalSultan Hasanuddin Makassar

PEMERINTAH KABUPATEN MAROS

Faktor penghambat corporate social

responsibility

Pendapatan masyarakat 1. Pemberdayaan SDM 2. Pemberdayaan Ekonomi 3. Fasilitas umum

4. Kesehatan 5. Social budaya

(42)

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir di atas, maka fokus penelitian ini adalah :Pelaksanaan Corporate Sosial Responsibility pada PT. Angkasa Pura I (persero) Cabang Bandara Sultan Hasanuddin Makassar.

D. DESKRIPSI FOKUS

Dalam memberikan keseragaman pengertian dan konsep-konsep mengenai objek yang penelitian,berikut ini diuraikan beberapa deskripsi fokus:

1. Pemberdayaan SDM melibatkan masyarakat dalam kegiatan program Corporate Social Responsibility (CSR).

2. Pemberdayaan ekonomi memberikan bantuan berupa modal usaha kepada masyarakat sekitar

3. Fasilitas umum adalah pembangunan tempat ibadah, pendidikan.

4. Kesehatan adalah pelayanan yang di berikan kepada masyarakat yang beruba pelayanan puskesmas keliling.

5. Social budaya CSR mendukung kegiatan-kegiatan seni dan budaya lokal.

BAB III

(43)

METODE PENELITIAN

A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Lokasi penelitian dilaksanakan di Kantor PT. Angkasa Pura I (persero) Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar, tempat lokasi penelitian ini dipilih dengan pertimbangan banyaknya kegiatan masyarakat disekitar lokasi penelitian yang berhubungan dengan obyek penelitian.

Waktu penelitian dilakukan berdasarkan lama waktu kegiatan penelitian yang membutuhkan waktu 2 (dua) bulan, September 2014 sampai bulan November 2014.

B. JENIS DAN TIPE PENELITIAN

Jenis dan tipe yang di gunakan penelitian ini ialah kualitatif, artinya data yang di kumpulkan bukan berupa angka-angka melainkan data tersebut berasal dari wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo, dan dokumen resmi lainnya sehingga yang menjadi tujuan dari penelitian kualitatif adalah ingin menggambarkan relita empirik dibalik fenomena secara terperinci, mendalam dan untuk menerapkan Pelaksanaan Corporate Social Responsibily pada PT. Angkasa Pura I (persero) Bandara Internasional Sultan Hasanddin Makassar.

C. SUMBER DATA

(44)

1. Data Primer, yaitu data empiris yang diperoleh oleh peneliti dari informan berdasarkan hasil wawancara. Data yang ingin diperoleh adalah mengenai Pelaksanaan Corporate Social Responsibility Di PT. Angkasa Pura I (Persero) Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar serta data- data lain yang dibutuhkan untuk melengkapi penyusunan proposal.

2. Data Sekunder, yaitu data yang dikumpulkan peneliti dari berbagai laporan-laporan atau dokumen yang bersifat informasi tertulis yang digunakan dalam penelitian.

D. INFORMAN PENELITIAN

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer berdasarkan pengamatan langsung dan wawancara dengan informan sebagai berikut :

(1) Kepala Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) 1 orang (2) Staf Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) 3 orang

(3) Masyarakat penerima Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) 4 communitas atau lembaga yang masing-masing diwakili oleh ketua kelompok yang ada di sekitar wilayah PT. Angkasa Pura I (persero) Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar.

E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

(45)

Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang relevan dan akurat dengan masalah yang dibahas.

Metode pengumpulan data tersebut adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Metode ini dipergunakan sebagai salah satu piranti dalam pengumpulan data berdasarkan pengamatan secara langsung

2. Wawancara

Wawancara adalah dialog secara langsung untuk memperoleh data yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah data yang diperoleh melalui pencatatan-pencatatan dari dokumen-dokumen yang terdapat pada lokasi penelitian.

Jenis data penelitian ini terdiri dari data kualitatif adalah data tentang keterangan-keterangan yang menjelaskan berbagai fakta atau kejadian yang dapat dijelaskan secara rinci.

F. TEKNIK ANALISA DATA

Menurut Miles dan Huberman (dalam Sugiono 201: 92-95) Untuk memperoleh data yang relevan dengan tujuan penelitian, maka digunakan teknik analisis data sebagai berikut:

1. Reduksi data, yaitu proses pemilihan, perumusan, atau perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan tertulis di lapangan dimana proses ini berlangsung secara terus menerus selama penelitian berlangsung.

(46)

2. Penyajian data, merupakan sekumpulan informasi yang telah tersusun secara terpadu dan mudah dipahami dan memberikan kemungkinan dilakukannya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan, penyajian data ini menuntut soerang peneliti untuk mampu mentransformasikan data kasar menjadi bentuk tulisan.

3. Verifikasi atau penarikan kesimpulan merupakan sebagian dari seluruh konfigurasi kegiatan penelitian yang utuh dan dapat dilakukan selama penelitian berlangsung, verifikasi ini mungkin sesingkatnya saja.

Kemudian pemikiran yang kembali melintas dalam pikiran peneliti selama ini adalah menulis dan meninjau ulang catatan-catatan lapangan, dimana memakan waktu dan tenaga yang lebih besar. Analisis data dilakukan berdasarkan pada pendekatan kualitatif yang menitikberatkan pada penelitian yang bersifat deskriptif terhadap data-data yang berasal dari hasil wawancara dan observasi (pengamatan). Dari keabsahan data yang telah didapatkan tersebut maka dilakukan pemeriksanaan dan diverifikasi sesuai dengan keperluan penelitian. Untuk memeriksa keabsahan data dilakukan triangulasi yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.

Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif.

G. KEABSAHAN DATA

Triangulasi bermakna silang yakni mengadakan pengecekan akan kebenaran data yang akan dikumpulkan dari berbagai sumber data, dengan

(47)

menggunakan teknik pengumpulan data yang lain, serta pengecekan pada waktu yang berbeda.

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek pada sumber lain keabsahan data yang telah diperoleh sebelumnya.

2. Triangulasi Metode

Dimaksudkan untuk memperoleh data dari satu sumber dengan menggunakan metode atau teknik tertentu, diuji keakuratan atau ketidak akuratannya.

3. Triangulasi Waktu

Triangulasi waktu berkenaan dengan waktu pengambilan data.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian

(48)

PT. Angkasa Pura I (Persero) Cabang Bandara Internasional Sultan Hasanuddin diperoleh gambaran bahwasannya bandara ini awalnya dibangun oleh pemerintah Hindia-Belanda pada tahun 1935 dengan nama Lapangan Terbang Kadieng. Pada tahun 1950, Lapangan Terbang Kadieng diserahkan pada pemerintah Indonesia dan namanya diubah menjadi Pelabuhan Udara Mandai.

Tahun 1987, melalui Peraturan Pemerintah Nomor 1/1987, Pelabuhan Udara Mandai berganti nama menjadi Bandar Udara Hasanuddin dan selanjutnya dikelola oleh Perum Angkasa Pura I. Pada tahun 1994, Bandar Udara Hasanuddin berganti nama menjadi Bandar Udara Internasional Hasanuddin melalui Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM 61/1994.

Selanjutnya, pada tanggal 4 Agustus 2008 Bandar Udara Internasional Hasanuddin menempati terminal baru, dan pada tanggal 26 September 2008 diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono serta berganti nama menjadi Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin.

a. Visi dan Misi PT. Angkasa Pura I (Persero) Cabang Bandara Internasional Sultan Hasanuddin

Visi PT. Angkasa Pura I (Persero) Cabang Bandara Internasional Sultan Hasanuddin adalah “Menjadi bandar udara Transit di Kawasan Timur Indonesia dengan kinerja prima dan dapat dibanggakan”.

Sedangkan misinya adalah:

1. Meningkatkan kualitas pelayanan melalui standarisasi peralatan dan kemampuan sumber daya manusia untuk mencapai kepuasan pelanggan

(49)

2. Menambah dan mencari sumber pendapatan baru di bidang non aeronautika terminal dan non terminal

3. Pemenuhan standarisasi internasional terhadap keamanan dan kenyamanan pengguna jasa bandara

4. Mendukung TTI (Trade, Tourism, dan Investment) di Kawasan Timur Indonesia pada umumnya dan Sulawesi Selatan pada khususnya.

b. Struktur Organisasi PT. Angkasa Pura I (Persero) Cabang Bandara Internasional Sultan Hasanuddin

Struktur organisasi merupakan aspek yang sangat penting untuk mengetahui bagaimana sistem manajemen kerj PT. Angkasa Pura I (Persero) Cabang Bandara Internasional Sultan Hasanuddin. Berikut ini adalah struktur organisasi PT. Angkasa Pura I (Persero) Cabang Bandara Internasional Sultan Hasanuddin.

Gambar 1. Struktur organisasi PT. Angkasa Pura I (Persero) Cabang Bandara Internasional Sultan Hasanuddin

(50)

c. Peta Wilayah Kerja dan pelayanan Navigasi PT. Angkasa Pura I (Pesero)

(51)

Degan melihat sebaran wilayah kerja dan pelayanan navigasi PT.

Angkasa Pura I (Persero) yang ada di Indonesia, maka kita dapat memperoleh gambaran tentang seberapa penting posisi PT. Angkasa Pura I (Persero) dalam memberikan pelayanan untuk jasa penerbangan bagi masayrakat Indoensia (domestik) ataupun masyarakat pendatang (Luar Negeri). Wilayah kerja dan pelayanan navigasi PT. Angkasa Pura I (Persero) tersebar di 13 Bandara di Indonesia, yakni:

1. Bandara Achmad Yani 2. Bandara Adi Sutjipto 3. Bandara Adi Sumarmo 4. Bandara Juanda

5. Bandara Selaparang 6. Bandara Ngurah Rai 7. Bandara Pattimura 8. Bandara Frans Kaisiepo 9. Bandara EL Tari

10. Bandara Sultan Hasanuddin 11. Bandara Sam Ratulangi 12. Bandara Syamsuddin Noor 13. Bandara Sepinggan

Sebaran wilayahnya, dapat kita lihat melalui peta berikut ini:

(52)

Gambar 2.Peta Wilayah Kerja dan pelayanan Navigasi PT.Angkasa Pura I (Persero)

Sumber: (Selayang Pandang Bandara Internasional Sultan Hasanuddin) 2013.

PT. Angkasa Pura I (Persero) Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar sebagai salah satu perusahaan BUMN di Indonesia memiliki kewajiban untuk melakukan kegiatan tanggung jawab korporasi pada lingkungan sosial. Berdasarkan UU No.19 Tahun 2003 dan Peraturan Menteri Negara BUMN No.4 Tahun 2007, PT. Angkasa Pura I (Persero) menjalankan program “Pembinaan Mitra Usaha Kecil” di beberapa wilayah operasi perusahaan tersebut. Salah satunya adalah program “Pembinaan Mitra Usaha Kecil“.

Divisi Keuangan mempunyai tugas menyiapkan, melaksanakan, mengendalikan dan melaporkan kegiatan akuntansi bandar udara,

(53)

perbendaharaan, anggaran dan PKBL (Kemitraan dan Bina Lingkungan), gudang persediaan dan inkaso. Divisi keuangan terdiri dari lima dinas yaitu : a. Dinas Akuntansi Dinas ini mempunyai tugas menyiapkan, melaksanakan,

mengendalikan dan melaporkan kegiatan pencatatan dan pelaporan akuntansi keuangan, akuntansi manajemen, akuntansi persediaan aktiva tetap dan penghapusan aktiva.

b. Dinas Perbendaharaan Dinas ini mempunyai tugas menyiapkan, melaksanakan, mengendalikan dan melaporkan kegiatan pengelolaan penerimaan dan pengeluaran kas/bank, administrasi dan penyimpanan surat berharga, bukti-bukti kekayaan perusahan serta penghapusan aktiva, pengelolaan hutang, dana, perpajakan, pemotongan dan penyetoran iuran pegawai dan kegiatan administrasi keuangan lainnya.

c. Dinas Anggaran dan PKBL (Kemitraan dan Bina Lingkungan) Dinas ini mempunyai tugas menyiapkan, melaksanakan, mengendalikan dan melaporkan kegiatan penyusunan, pengendalian dan pelaporan anggaran, pengelolaan penyaluran dana PKBL (Kemitraan dan Bina Lingkungan) melalui proses seleksi yang tepat serta pengendalian PKBL sehingga dapat dicapai tingkat pengembalian dana program kemitraan serta asas manfaat yang paling optimal bagi mitra binaan perusahaan.

d. Dinas Gudang Persediaan Dinas ini mempunyai tugas menyiapkan, melaksanakan, mengendalikan dan melaporkan kegiatan pengelolaan penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran barang persediaan di gudang, beserta administrasi pendukungnya.

(54)

e. Dinas Inkaso Dinas ini mempunyai tugas menyiapkan, melaksanakan, mengendalikan dan melaporkan kegiatan pengelolaan penagihan atau penagihan piutang dari para pengguna jasa perusahaan.

Program CSR PT. Angkasa Pura I (Persero) dijalankan melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL), program tersebut telah dilakukan PT. Angkasa Pura I (Persero) sejak tahun 2002. Hingga saat ini, PT. Angkasa Pura I (Persero) telah mengeluarkan dana untuk program PKBL tersebut hingga Milyaran.

Program PKBL dengan tema “Pembinaan Mitra Usaha Kecil” tersebut diberikan kepada masyarakat yang memiliki usaha kecil yang kekurangan dalam hal pendanaan usahanya. Para pengusaha tersebut diberikan pelatihan dan pendidikan dasar mengenai kegiatan ekonomi dan pengembangan bisnis oleh pakar-pakar ekonomi dan bisnis. Kemudian pengusaha-pengusaha tersebut diberikan pinjaman dana lunak sesuai dengan kebutuhan pengembangan usaha yang mereka jalankan. Para pengusaha tersebut akan terus diberikan pelatihan dan pinjaman lunak, serta pembinaan hingga mereka dapat berkembang menjadi pengusaha yang besar dan mandiri.Pinjaman dana dihentikan bagi pengusaha-pengusaha yang tidak dapat mengembangkan usahanya atau pengusaha yang tidak dapat mengembalikan pinjaman tersebut.

Gambar

Gambar  1.  Struktur  organisasi  PT.  Angkasa  Pura  I  (Persero)  Cabang  Bandara Internasional Sultan Hasanuddin
Gambar 2.Peta Wilayah Kerja dan pelayanan Navigasi PT.Angkasa Pura I  (Persero)

Referensi

Dokumen terkait

Jika dilihat dari letak Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin saat ini kaitannya dengan pengembangan wilayah Kota Makassar sebagai salah satu pusat transportasi

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh jumlah kebutuhan apron melalui analisis kapasitas apron Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar saat ini dan

Hasil pengukuran tingkat kebisingan akibat aktifitas pesawat yang landing dan take off pada daerah sekitar lepas landar Bandara Internasional Sultan Hasanuddin

Penelitian yang dilakukan tentang penerapan keselamatan kerja dalam proyek konstruksi Pengembangan pembuatan Fly Over Bandara Sultan Hasanuddin dilakukan dengan

Skripsi yang berjudul, “ Pengaruh Sektor Perdagangan Sulawesi Selatan Terhadap Penerimaan PT Angkasa Pura I Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin Sebagai Transportasi Udara

Rekomendasi Tim Nomor UM.002/33/KAD-HND/09 tentang Hasil Pelaksanaan Tugas Tim Pengkajian Teknis Angkutan Darat di Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar, yang

Gambar 4.9 Grafik Durasi Parkir Bandara Sultan Hasanuddin pada Hari Sabtu Dari Gambar 4.9 diperoleh jumlah kendaraan (mobil dan motor) tertinggi yang menggunakan area

Lembar konsultasi pembimbing mahasiswa yang sedang melakukan analisis penggunaan lampu LED di Terminal 1 Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin