MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE TOTAL PHYSICAL RESPONCE (TPR) PADA SISWA KELAS IX.7 SMP NEGERI 1 PAREPARE
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Syarifuddin Dullah SMP Negeri 1 Parepare Email: [email protected]
ABSTRACT
This research is an effort to increase learning motivation to develop a useful method for students, to get better results of their learning achievement. The reality in the field proves that educators in delivering English lessons are less effective. So that it causes low motivation to learn English. The questions to be answered through this research are 1). How is the motivation to learn English class IX.7 SMP Negeri 1 Parepare in the 2016/2017 academic year? 2). How is the application of the Total Physical Response method in learning English for class IX.7 students of SMP Negeri 1 Parepare in the 2016/2017 academic year? 3). Can the Total Physical Response method increase students' motivation to learn English class IX.7 SMP Negeri 1 Parepare in the 2016/2017 academic year?
To answer this question, this study uses a classroom action research approach. CAR consists of three cycles, each of which consists of planning, implementing, observing, and reflecting.
The method used is the Total Physical Response method.
The findings of this study indicate that the majority of students lack motivation in learning.
The use of methods that are less than optimal makes learning no improvement for students.
Based on learning trials conducted using the total physical response (TPR) method, the results showed that 31% of the students completed the pre-cycle completeness value. In the first cycle, it increased to 66% of students who completed. In cycle II, the level of student completeness is 68%. And in cycle III, students' completeness reached to 91%. From these results, it can be concluded that from pre-cycle to cycle III, students have increased quite well, motivation and student achievement have increased. Students become active in participating in learning.
Keywords: Motivation to Learn English, Total Physical Response Method.
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan upaya peningkatan motivasi belajar untuk mengembangkan metode yang berguna bagi siswa, agar mendapatkan hasil yang lebih baik. Realita di lapangan membuktikan bahwa pendidik dalam menyampaikan pelajaran bahasa Inggris kurang efektif.
Sehingga menyebabkan motivasi belajar bahasa Inggris rendah. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah 1). Bagaimana motivasi belajar bahasa Inggris siswa kelas IX.7 SMP Negeri 1 Parepare tahun pelajaran 2016/2017? 2). Bagaimana penerapan metode Total Physical Response dalam pembelajaran bahasa Inggris siswa kelas IX.7 SMP Negeri 1 Parepare tahun pelajaran 2016/2017? 3). Apakah metode Total Physical Response dapat meningkatkan motivasi belajar bahasa Inggris siswa kelas IX.7 SMP Negeri 1 Parepare tahun pelajaran 2016/2017?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas. PTK terdiri tiga siklus yang masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Metode yang digunakan adalah metode Total Physical Response.
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa kurang motivasi dalam belajar.
Penggunaan metode yang kurang maksimal membuat pembelajaran tidak ada peningkatan
bagi siswa. Berdasarkan uji coba pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan metode
total physical response (TPR), maka diperoleh hasil bahwa Dari hasil nilai ketuntasan pada pra siklus 31% siswa yang tuntas. Pada siklus I meningkat menjadi 66% siswa yang tuntas.
Pada siklus II tingkat ketuntasan siswa yaitu 68%. Dan pada siklus III ketuntasan siswa mencapai 91%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa mulai dari pra siklus sampai siklus III siswa mengalami peningkatan yang cukup baik, motivasi dan prestasi belajar siswa mengalami peningkatan. Siswa menjadi aktif dalam mengikuti pembelajaran.
Kata Kunci : Motivasi Belajar Bahasa Inggris, Metode Total Physical Response.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Guru adalah seorang yang bertugas membimbing dan mengarahkan peserta didik tentang cara belajar agar mencapai hasil yang diharapkan. Guru mempunyai peran yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan peserta didik, begitu seharusnya seorang guru maka dibutuhkan profesional. Untuk menjadi seorang guru yang professional, guru hendaknya dapat mendesain kegiatan proses pembelajaran sedemikian rupa dengan metode pembelajaran yang bervariasi agar peserta didik lebih aktif, sehingga dapat memberikan motivasi belajar peserta didik agar lebih giat belajar (Zaini, dkk, 2002:xvi). Karena guru yang professional dapat mewujudkan keberhasilan guru dalam menyampaikan materi.
Keberhasilan guru dalam menyampaikan materi sangat tergantung pada kelancaran interaksi komunikasi antara guru dengan siswanya (Asnawir & Usman, 2002:1).
Agar siswa dapat mencapai keberhasilannya, guru harus memiliki kreatifitas dalam mengelola proses pembelajaran. Kreatifitas dapat dilakukan melalui strategi, teknik, metode, serta media dalam pembelajaran.
Penyampaian materi pelajaran pada jenjang pendidikan dasar paling tepat penyajiannya menggunakan permainan. Untuk itu guru perlu menciptakan kelas yang tadinya pasif menjadi aktif. Namun guru juga harus bisa memilih metode yang tepat dalam pelajaran yang disampaikan. Usia siswa SMP/MTs cenderung menyukai berbagai aktivitas yang menyenangkan dan tidak membosankan.
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku siswa secara tetap melalui pengalaman, pengamatan, dan bahasa yang dilakukannya secara aktif (Uno, 2007: 21).
Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan sehari- hari yang digunakan untuk berkomunikasi. Dengan bahasa, siswa dapat menyampaikan perasaannya sehingga dapat
dipahami oleh siswa lain. Bahasa inggris adalah mata pelajaran yang sangat kompleks, karena terdiri dari berbagai terapan ilmu pengetahuan yang mencakup empat kecerdasan, sehingga membutuhkan guru yang kompeten dalam penguasaan materi dan pengelolaan kelas, terutama dalam hal pemilihan metode atau menciptakan suasana kelas yang nyaman guna menarik minat siswa.
Karena sejauh ini bahasa inggris masih belum diminati oleh para siswa kelas rendah.
Pelajaran Bahasa Inggris selama ini menjadi pelajaran yang sangat berguna untuk semua orang. Karena Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang harus dipelajari oleh semua orang. Maka dari itu pelajaran Bahasa Inggris harus dipelajari sejak anak masih dini.
Realita membuktikan bahwa kebanyakan pendidik dalam menyampaikan pelajaran Bahasa Inggris kurang efektif, sehingga menyebabkan motivasi belajar bahasa Inggris rendah. Berdasarkan dari kondisi, peneliti tertarik melakukan penelitian tindakan kelas tentang: “Meningkatan Motivasi Belajar Bahasa Inggris Melalui Metode Total Physical Response (TPR) Pada Siswa Kelas IX.7 SMP Negeri 1 Parepare Tahun Pelajaran 2016/2017”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian tindakan ini adalah:
1. Bagaimana motivasi belajar bahasa Inggris siswa kelas IX.7 SMP Negeri 1 Parepare Tahun Pelajaran 2016/2017?
2. Bagaimana penerapan metode total physical response dalam pembelajaran bahasa Inggris siswa kelas IX.7 SMP Negeri 1 Parepare Tahun Pelajaran 2016/2017?
3. Apakah metode total physical response dapat meningkatkan motivasi belajar bahasa Inggris siswa kelas IX.7 SMP Negeri 1 Parepare Tahun Pelajaran 2016/2017?
C. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk meningkatkan motivasi belajar bahasa Inggris siswa kelas IX.7 SMP Negeri 1 Parepare Tahun Pelajaran 2016/2017
b. Untuk mengetahui penerapan metode total physical response dalam pembelajaran bahasa Inggris siswa kelas IX.7 SMP Negeri 1 Parepare Tahun Pelajaran 2016/2017.
c. Untuk meningkatkan motivasi belajar bahasa Inggris melalui metode total physical response pada siswa kelas IX.7 SMP Negeri 1 Parepare Tahun Pelajaran 2016/2017.
2. Manfaat hasil Penelitian
Penelitian ini dirumuskan manfaatnya baik secara akademis maupun secara praktis:
1. Akademis
a. Untuk membantu guru menghasilkan pengetahuan yang sahih dan relevan bagi kelas mereka untuk memperbaiki mutu pembelajaran dalam jangka pendek (Kunandar, 2011: 68).
b. Bermanfaat sebagai wacana pengembangan keilmuan pada pendidikan bahasa Inggris dan metode pembelajaran terkait usaha perbaikan kualitas pendidikan.
2. Praktis
a. Guru dapat menerapkan metode pembelajaran pada mata pelajaran bahasa Inggris untuk meningkatkan prestasi belajar dan menumbuhkan motivasit siswa.
b. Penelitian ini sebagai masukan pengambilan kebijakan pemerintah untuk pembinaan guru mata pelajaran bahasa Inggris, terutama dalam hal penerapan metode pembelajaran dan upaya meningkatkan motivasi belajar siswa.
KAJIAN TEORI
A. Hakikat Motivasi Belajar
Mengenai pengertian motivasi ini beraneka ragam. Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk meninjau dan memahami motivasi ini, yaitu (1) motivasi dipandang sebagai suatu proses. Sehingga motivasi dapat dijadikan alat untuk menjelaskan tingkah laku dan tingkah laku berikutnya akan akan terjadi pada individu. (2) Motivasi dilihat sebagai petunjuk-petunjuk
tingkah laku seseorang. Petunjuk tersebut dapat dipercaya apabila tampak kegunaannya untuk meramalkan dan menjelaskan tingkah laku lainnya.
Mc Donald (1959) merumuskan motivasi sebagai perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dalam rumusan tersebut ada tiga unsure yang saling berkaitan, ialah sebagai berikut:
1. Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi. Perubahan pribadi tersebut disebabkan oleh perubahan tertentu pada system neurofisiologis dalam organisme manusia.
2. Motivasi ditandai oleh timbulnya perasaan, mula-mula berupa ketegangan psikologis lalu berupa suasana emosi. Susana emosi ini menimbulkan tingkah laku yang bermotif yang dapat diamati dari perbuatannya.
3. Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan, sehingga pribadi memberikan respon kearah pencapain tujuan tersebut. Respon tersebut berfungsi untuk mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh adanya perubahan energi dalam dirinya.
Menurut David Mc. Clelland et al berpendapat bahwa: A motive is the redintegration by a cue of a change in an affective situation, yang berarti motif merupakan implikasi dari hasil pertimbangan yang telah dipelajari (redintegration) dengan ditandai suatu perubahan pada situasi afektif.
Sumber utama munculnya motif adalah dari rangsangan (stimulasi) perbedaan situasi sekarang dengan situasi yang diharapkan, sehingga tanda perubahan tersebut tampak pada adanya perbedaan afektif saat munculnya motif dan saat usaha pencapaian yang diharapkan.
Motivasi dalam pengertian tersebut memiliki dua aspek, yaitu adanya dorongan dari dalam dan dari luar untuk mengadakan perubahan dari suatu keadaan pada keadaan yang diharapkan, dan usaha untuk mencapai tujuan.
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling memengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi belajar dapat timbul karena factor intrinsic, berupa hasrat dan keinginan
berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan factor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Tetapi harus diingat, kedua factor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktifitas belajar yang lebih giat dan semangat.
Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa- siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam
belajar
c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan d. Adanya penghargaan dalam belajar
e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
f. Adanya lingkungan belajara yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik B. Materi Bahasa Inggris di SMP
1. Hakikat Bahasa Inggris
Bahasa Inggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulis.
Berkomunikasi adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya. Kemampuan berkomunikasi dalam pengertian yang utuh adalah kemampuan berwacana, yakni kemampuan memahami dan atau menghasilkan teks lisan dan atau tulisan yang direalisasikan dalam empat keterampilan berbahasa yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan inilah yang digunakan untuk menanggapi atau menciptakan wacana dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu mata pelajaran Bahasa Inggris diarahkan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan tersebut agar lulusan mampu berkomunikasi dan berwacana dalam Bahasa Inggris pada tingkat literasi tertentu (Wulanike, 2010: iii).
Pendidikan Bahasa Inggris pada jenjang pendidkan SMP secara umum belum mengenal pentingnya mempelajari Bahasa
Inggris mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi siswa baik sebagai alat komunikasi dengan penutur asing juga mempunya peranan yang sangat penting untuk menunjang siswa dalam rangka mempelajari bidang studi yang lain, sehingga hal itu akan berdampak pada pola pengajaran Bahasa Inggris pada tingkat SMP kurikulum yang dikembangkan bertujuan untuk dapat mempersiapkan siswa agar mempunyai kompetensi yang mampu merefleksikan pengalamannya sendiri dan pengalaman orang lain, mengemukakan gagasan, dan budaya orang lain. Sehingga diusahakan sedapat mungkin agar tercapai apa yang disebut “kesan pertama yang mengesankan” yang selanjutnya sebagai motivasi bagi mereka untuk mengeksplorasi wawasan berbahasa inggris pada tataran lebih lanjut. Bahasa Inggris sama halnya dengan Bahasa Indonesia adalah merupakan alat komunikasi yang mengandung beberapa sifat yaitu sistemik, manasuka, ujar, manusisawi dan komunikatif.
Disebut sistemik karena bahasa merupakan sebuah sistem terdiri dari sistem bunyi dan system makna. Disebut manasuka karena antara makna dan bunyi tidak ada hubungan logis. Disebut ujaran karena dalam bahasa yang terpenting adalah bunyi, karena walaupun ada yang ditemukan dalam media tulisan tapi pada akhirnya dibaca dan menimbulkan bunyi. Disebut manusiawi karena bahasa ada jika manusia ada dan masih memerlukannya.
2. Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Inggris Mempelajari Bahasa Inggris sangatlah penting bahkan bisa dikatakan wajib terutama pada anak usia dini. Ini dikarenakan Bahasa Inggris adalah bahasa internasional (Wulanike, 2010: iii). Alasan kedua adalah dengan menguasai Bahasa Inggris maka orang dengan mudah masuk dan dapat mengakses dunia informasi dan teknologi. Dengan pengenalan Bahasa Inggris di Sekolah Menengah Pertama maka mereka mempunyai pengetahuan dasar yang lebih baik sebelum melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Mata Pelajaran Bahasa Inggris di SMP/MTs bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan (Standar kompetensi bahasa Inggris) sebagai berikut :
a. M e nge mba ngka n kompetensi berkomunikasi dalam bentuk lisan secara terbatas untuk mengiringi tindakan
(language accompanying action) dalam konteks sekolah
b. Memiliki kesadaran tentang hakikat dan pentingnya Bahasa Inggris untuk meningkatkan daya saing bangsa dalam masyarakat global.
C. Hipotesis Total Physical Response (TPR) Menurut Wijaya Kusumah (dalam Asmani, 2013: 30), metode adalah cara yang digunakan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas, sebagai upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa, atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif, untuk mencapai tujuan tertentu. Metode pembelajaran adalah suatu ilmu yang membicarakan tentang cara-cara menyampaikan bahan pelajaran, sehingga dikuasai oleh peserta didik dengan kata lain ilmu tentang guru mengajar dan murid belajar (Penny, 2008: 1).
Yang termasuk dalam komponen pembelajaran adalah tujuan, bahan, metode, alat, serta penilaian. Metode mengajar yang dugunakan guru hampir tidak sia-sia. Karena suatu metode akan mendatangkan hasil, baik dalam waktu dekat maupun dalam waktu yang relatif lama. Hasil yang dirasakan dalam waktu dekat dikatakan sebagai dampak langsung (instructional effect), sedangkan hasil yang dirasakan dalam waktu yang relatif lama disebut dampak pengiring (nurturant effect) (Asmani, 2013: 30).
Tujuan dalam pembelajaran metode TPR adalah mengajarkan kemahiran berbicara pada tahap awal, menggunakan pemahaman sebagai jalan atau cara untuk berbicara, menggunakan drill (latihan) berdasarkan tindakan dalam bentuk perintah.
D. Kerangka Pikir
Metode Total Physical Response (TPR) merupakan suatu metode pembelajaran bahasa yang disusun pada koordinasi perintah , ucapan , gerak dan berusaha untuk mengajarkan bahasa melalui aktivitas fisik.
Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar.
Di dalam melaksanakan proses pembelajaran guna melakukan perubahan- perubahan dari tidak tahu menjadi tahu akan melahirkan hasil yang optimal apabila dilakukan dengan metode pembelajaran yang diharapkan dapat membantu meningkatkan motivasi dalam belajar sehingga pencapaian tujuan belajar dapat maksimal, salah satu metode pembelajaran yang diharapkan dapat mencapai tujuan yang dimaksud adalah metode Total Physical Response oleh karena metode tersebut dilakukan dengan aktivitas anggota badan/fisik sehingga respon akan muncul dengan mudah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan di bawah ini :
Gambar 2.1 Skema kerangka pikir E. Hipotesis Tindakan
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin atau paling tinggi tingkat kebenarannya (Rasimin, 2011:
110). Hipotesis tindakan hendaknya dipahami sebagai suatu dugaan tentang suatu hal yang akan terjadi jika suatu tindakan dilakukan.
Hipotesis tindakan merupakan alternative tindakan yang dipandang paling tepat untuk dilakukan dalam rangka memecahkan masalah yang diteliti. Bentuk umum rumusan hipotesis tindakan berbeda dengan rumusan hipotesis dalam penelitian formal.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah melalui metode Total Physical Response (TPR) dapat meningkatkan motivasi belajar Bahasa Inggris siswa kelas IX.7 SMP Negeri 1 Parepare Tahun Pelajaran 2016/2017.
METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang dilakukan penulis dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan. Penelitian tindakan adalah penelitian tentang hal-hal yang terjadi di masyarakat atau kelompok sasaran dan hasilnya langsung dapat
digunakan pada masyarakat yang bersangkutan. Cirri atau karateristik utama dalam penelitian ini adalah adanya anggota kelompok sasaran. Salah satu lokasi penelitian tindakan yaitu dikenal dengan tindakan kelas (PTK) atau Clasroom Action Research.
Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berubah sebelum tindakan, yang segaja dimunculkan dan terjadi dalam kelas secara bersama.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas seperti pada gambar 3.1.
B. Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian tindakan ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Parepare Tahun Ajaran 2016/2017 pada mata pelajaran Bahasa Inggris. Subjek penelitian meliputi siswa kelas IX.7 yang berjumlah 32 siswa yang terdiri 15 siswa perempuan dan 17 siswa laki-laki.
C. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dimulai tanggal 9 Agustus s.d 17 Oktober 2016. Dalam penelitian ini dilaksanakan tiga siklus, yang masing-masing dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan/ observasi, dan refleksi. Secara jelas ketiga siklus tersebut adalah:
1. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I a. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti merencanakan:
1) Pembuatan RPP siklus I, RPP disusun dengan mempertimbangkan hasil pre test yang dilakukan sebelum tindakan dilakukan.
2) Membuat media bendera warna sejumlah siswa, yang masing- masing halaman berisi materi.
3) Menyusun alat evaluasi dan alat observasi.
b. Pelaksanaan Tindakan
Siklus I dilaksanakan pada Selasa, 10 September 2016. Tahapan dan langkah- langkah yang dilakukan adalah:
1)
Kegiatan Awala.
Apersepsia)
Guru mengucapkan salam dan berdo’a bersamab)
Guru menanyakan kabar siswa2)
Kegiatan Intia.
Guru menjelaskan materi yang telah dipilih terlebih dahulu.b.
Guru menyiapkan dan metode media yang akan disampaikan kepada siswa.c.
Guru membagi media bendera warna kepada semua siswa.d.
Guru mengambil bendera satu persatu dan menyebutkan warnanya.e.
Guru bertanya pada siswa warna apa bendera yang mereka pegang.f.
Guru memberikan perintah kepada kelas, “Who’s got a yellow flag? Show is to me”.g.
Guru meminta seorang murid ke meja pusat, “Pick up a purple flag and show it to the class”3)
Kegiatan Akhira.
Guru dan siswa bersama mengangkat bendera yang mereka pegang dan menyebutkan namanya.b.
Melaksanakan post testc.
Guru dan siswa mengucapkan hamdalah bersama, salam penutup.c. Observasi
Selama proses belajar mengajar berlangsung peneliti juga mengadakan pengamatan kepada siswa untuk mengetahui tingkat keseriusan dalam mengikuti pelajaran bahasa Inggris.
Sesuai dengan tujuan pendidikan ini, yaitu untuk meningkatkan motivasi belajar siswa mata pelajaran bahasa Inggris kelas IX.7 SMP Negeri 1 Parepare dengan menggunakan metode TPR, maka observasi difokuskan pada penguasaan materi dan semangat belajar siswa.
Untuk melakukan observasi terhadap situasi kelas pada saat pembelajaran, peneliti meminta bantuan guru / rekan sejawat untuk memperlancar jalannya penelitian. Sehingga didapat data yang valid.
d. Refleksi
Refleksi dilakukan peneliti berdasarkan dua hasil penelitian, yaitu hasil pengamatan situasi kelas / pembelajaran dan perbandingan atau peningkatan nilai post test dibanding nilai pre test.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap situasi pembelajaran pada siklus pertama ini, peneliti dapat menemukan kelemahan pembelajaran sebagai berikut :
a)
Pelaksanaan post test belum sesuaidengan yang diharapkan, karena perhatian siswa belum sepenuhnya terfokus pada pembelajaran.
b)
Siswa belum bisa mengikuti metode TPR dengan baik dan masih banyak yang bingung.c)
Kemampuan siswa untuk memahami materi juga belum maksimal, sehingga guru harus mengulang-ulang materi.d)
Siswa banyak yang kurang semangat mengikuti pelajaran.Meskipun demikian pembelajaran ini telah menunjukkan perubahan atau peningkatan yaitu dalam hal :
a)
Siswa yang aktif dalam mengikuti pembelajaran bisa mengerti tentang materi yang diajarkan.b)
Siswa juga banyak bertanya tentang hal-hal yang ada hubungannya dengan materi.Selanjutnya perbandingan nilai post test terhadap nilai pre test ada peningkatan tetapi belum maksimal. Dari hal tersebut di atas maka yang akan peneliti perhatikan dan perbaiki pada siklus kedua adalah :
a)
Mengupayakan agar siswa lebih aktif dalam mengikuti pelajaran yang diharapkan agar pemahaman dan motivasi belajar bahasa Inggris lebih meningkat.b)
Memberikan rangsangan (stimulant) agar siswa termotivasi untuk belajar bahasa Inggris.2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II Siklus II dilaksanakan 12 September 2016. Kegiatan siklus kedua didasarkan pada hasil siklus pertama dengan rangkaian: (a) Persiapan Tindakan, (b) Pelaksanaan Tindakan, (c) Pemantauan dan Evaluasi, (d) Refleksi
3. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III Siklus III dilaksanakan 17 September 2016. Kegiatan siklus kedua didasarkan pada hasil siklus pertama dengan rangkaian: (a) Persiapan Tindakan, (b) Pelaksanaan
Tindakan, (c) Pemantauan dan Evaluasi, (d) Refleksi
D. Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk mengumpulkan informasi atau fakta-fakta di lapangan. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a)
Observasib)
TesE. Teknik Analisis Data
a)
Aktivitas SiswaData pengamatan hasilaktivitas siswa pada mata pelajaran Bahasa Inggris dengan menerapkan metode total physical response dianalisis dengan rumus persentase, yaitu:
𝑃 =𝐹
𝑁 × 100%
Keterangan :
P = Angka Presentase yang dicari F = Jumlah skor pengamat
N = Sk or maksimum untuk semua aspek Kategori kriteria penilaian hasil observasi siswa sebagai berikut:
Table 3.2. Klasifikasi Nilai Persentase(% ) Kriteria
40 – 54 Kurang
55 – 69 Cukup
70 – 84 Baik
85 – 100 Sangat Baik
b)
Analisis Hasil BelajarAnalisis hasil belajar ini dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan hasil belajar melalui metode total physical response. Ada dua kriteria ketuntasan belajar, yaitu digunakan untuk melihat ketuntasan belajar siswa secara individu adalah.
𝐾𝐼 =𝑇𝑡𝑇 × 100%
Keterangan:
KI : ketuntasan individu T : Jumlah Skor yang diperoleh Tt : jumlah sekor total
Sedangkan rumus yang digunakan untuk melihat ketuntasan belajar siswa secara klasikal adalah :
𝐾𝑆 =𝑆𝑇
𝑁 × 100%
Keterangan:
KS: Ketuntasan Klasikal ST: Jumlah siswa yang tuntas N: Jumlah siswa dalam kelas F. Indikator Keberhasilan
Dalam penelitian ini, suatu kelas dikatakan tuntas secara klasikal jika sekurang- kurangnya 85% siswa telah mencapai nilai ketuntasan sebesar 75. Adapun di Kelas IX.7 SMP Negeri 1 Parepare, nilai KKM mata pelajaran tergantung kepada guru mata pelajaran tersebut. Dan untuk nilai KKM mata pelajaran Bahasa Inggris kelas IX adalah 75.
Adapun kriteria persentase hasil belajar secara klasikal dapat dilihat pada table berikut:
Table 3.3. Klasikal Nilai Persentase (%) Kriteria
40 – 54 Kurang
55 – 69 Cukup
70 – 84 Baik
85 – 100 Sangat Baik
HASIL DAN PEMBAHASAN
PENELITIAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian per Siklus 1. Pra Siklus
Sebelum diterapkan metode Total Physical Response (TPR), penyampaian materi menggunakan metode ceramah. Dari dokumentasi sebelum penerapan metode Total Physical Response (TPR) ini, didapat nilai sebagai pembandingan sebelum metode permainan ini dipilih sebagai indikasi tingkat pencapaian penguasaan materi dengan metode Total Physical Response (TPR) untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar bahasa Inggris pada materi yang diajarkan, yaitu colours.
Tabel 1. Persentase Pra Siklus No Rentang
Nilai Kategori F % Rata- Rata Kelas 1 40 – 54 Kurang 3 9%
65 2 55 – 69 Cukup 19 59%
3 70 – 84 Baik 4 13%
4 85 – 100 Sangat
Baik 6 19%
Berdasarkan data Presentase nilai pra siklus diatas dapat dikatakan bahwa siswa yang tuntas dalam KKM 75 sebanyak 10 siswa atau 31%. Dan yang belum tuntas sebanyak 22 siswa atau 69% dari jumlah siswa yang
ada di kelas IX.7 SMP Negeri 1 Parepare nilai rata-rata kelasnya adalah 65.
2. Siklus I
Pada siklus I dicari data menggunakan tes formatif dan lembar observasi. Dari instrumen tersebut diperoleh data tentang nilai keaktifan dan perhatian siswa mengikuti pembelajaran. Keaktifan dan perhatian siswa sebagai focus observasi karena dalam sebuah keberhasilan mengajar tidak terlepas dari 2 hal tersebut. Agar siswa paham dengan materi, siswa harus mempunyai perhatian kepada materi yang disampaikan. Sedangkan keaktifan adalah indikator adanya minat dari siswa untuk turut serta dalam pembelajaran. Keaktifan dan perhatian siswa menunjukkan tingkat keikutsertaan siswa. bila keduanya dapat berjalan dengan baik, maka diharapkan materi ajar dapat dipahami sehingga tingkat penguasaan materi dan motivasi siswa dapat meningkat.
Dari instrumen soal test didapatkan nilai sebagai berikut:
Tabel 2. Presentase nilai siklus 1
No Rentang
Nilai Kategori F %
Rata- Rata Kelas 1 40 – 54 Kurang 1 3%
71 2 55 – 69 Cukup 10 31%
3 70 – 84 Baik 15 47%
4 85 – 100 Sangat Baik 6 19%
Berdasarkan data Presentase nilai siklus 1 tersebut di atas dapat dikatakan bahwa siswa yang telah tuntas lebih banyak dari pada sebelum penerapan metode TPR. Dan nilai individual siswa juga lebih meningkat, dengan data nilai individual terlampir. Siswa yang tuntas sebanyak 21 anak atau 66%, dan siswa yang belum tuntas sebanyak 11 anak atau 34%.
Rata-rata kelas pada siklus I adalah 71, naik 6 dari sebelum penggunaan media permainan bahasa.
Siswa yang telah tuntas dari setengah jumlah keseluruhan jumlah siswa. Tetapi belum memenuhi kriteria ketuntasan kelas yang baik, yaitu 75% dari semua siswa kelas IX.7 SMP Negeri 1 Parepare.
3. Siklus II
Pada siklus II diperoleh data dari lembar observasi tentang perhatian dan keaktifan siswa sebagai berikut :
Tabel 3. Presentase nilai siklus II
No Rentang
Nilai Kategori F % Rata- Rata
Kelas 1 40 – 54 Kurang 0 0%
79 2 55 – 69 Cukup 4 12%
3 70 – 84 Baik 17 53%
4 85 – 100 Sangat Baik 11 35%
Berdasarkan data Presentase nilai siklus 2 tersebut diatas dapat dikatakan bahwa nilai individual siswa lebih meningkat dari siklus I. Tidak ada siswa yang mendapat nilai kurang dari 50, dan hanya 4 orang siswa atau 12% yang belum tuntas. Nilai rata-rata kelasnya adalah 79. Salah satu siswa yang belum tuntas memang pada observasi mempunyai skor yang tidak baik. Untuk itu perlu diadakan usaha lagi untuk dapat memberikan motivasi kepada siswa tersebut untuk tidak minder dalam belajar bahasa Inggris di dalam kelas.
4. Siklus III
Untuk nilai yang didapat pada siklus III adalah sebagai berikut :
Tabel 4. Presentase nilai siklus III
No Rentang
Nilai Kategori F %
Rata- Rata Kelas 1 40 – 54 Kurang 0 0%
87 2 55 – 69 Cukup 3 9%
3 70 – 84 Baik 8 25%
4 85 – 100 Sangat Baik 21 66%
Berdasarkan data tersebut di atas dapat dikatakan bahwa siswa yang mengikuti pembelajaran lebih meningkat sebanyak 37,5%
siswa telah cukup memperhatikan pembelajaran. 62,5% perhatiannya lebih terfokus dan telah terfokus pada pembelajaran.
Rata-rata kelas pada siklus III mengalami peningkatan sebesar 8 dari siklus II. Pada siklus III rata-ratanya adalah 87. Siswa yang mendapatkan nilai pada interval 85-100 juga meningkat. Ada 15 siswa yang mendapat nilai 100.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Dari paparan hasil penelitian dari pra siklus sampai pada siklus di atas diperoleh data nilai hasil belajar keseluruhan di bawah ini :
Tabel 4.5 Peningkatan hasil belajar siklus I-III No Siklus Rata-rata Peningkatan %
1. Pra Siklus 65 31%
2. Siklus 1 71 66%
3. Siklus II 79 88%
Siklus III 87 91%
Dari hasil nilai ketuntasan diatas dapat dijelaskan pada pra siklus 31% siswa yang tuntas. Pada siklus I meningkat menjadi 66%
siswa yang tuntas. Pada siklus II tingkat ketuntasan siswa yaitu 68%. Dan pada siklus III ketuntasan siswa mencapai 91%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa mulai dari pra siklus sampai siklus III siswa mengalami peningkatan yang cukup baik.
Hasil belajar siswa ini dipengaruhi karena motivasi siswa yang sangat tinggi pada mata pelajaran bahasa Inggris dengan menggunakan metode total physical response, adapun faktor lain yang mempengaruhi tingkat keberhasilan siswa adalah faktor bakat, minat tingkat intelegensi, karaketristik belajar anak dan strategi atau metode dan media yang digunakan guru dalam pembelajaran.
Didapatkan siswa yang berusaha aktif pada setiap pembelajaran akan tetapi siswa tersebut belum bisa mendapatkan nilai sesuai dengan KKM. Siswa tersebut tetap harus mendapatkan remidial. Remidial dapat dilakukan dengan menambah waktu belajar siswa atau memberikan soal-soal pada siswa tersebut.
Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah, melalui metode Total Physical Response (TPR) dapat meningkatkan motivasi belajar Bahasa Inggris siswa kelas IX.7 SMP Negeri 1 Parepare Tahun Pelajaran 2016/2017 dapat diterima.
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan melalui beberapa tindakan dari siklus I, II, dan III serta berdasarkan seluruh pembahasan dan analisis yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode Total Physical Response (TPR) dapat meningkatkan motivasi siswa pada materi colours. Secara khusus, penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Motivasi belajar bahasa Inggris di SMP negeri 1 Parepare masih kurang. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa dan kesenangan siswa pada mata pelajaran bahasa Inggris. Sebanyak 22 siswa yang nilainya masih dibawah KKM 75.
2. Penerapan pembalajaran bahasa Inggris dengan metode Total Physical Response (TPR) dapat membuat siswa menjadi aktif.
Kejadian yang terjadi selama proses belajar mengajar dengan melibatkan kegiatan para siswa tersebut. Hal ini
membuat siswa menjadi tidak bosan untuk belajar.
3. Pembelajaran dengan menggunakan metode Total Physical Response (TPR) mampu meningkatkan motivasi siswa dalam belajar bahasa Inggris. Penggunaan metode Total Physical Response (TPR) dapat mengubah siswa menjadi aktif belajar, menghilangkan rasa stress pada siswa dan guru memberikan motivasi bahwa belajar bahasa Inggris itu mudah.
Dapat dibuktikan dengan hasil belajar siswa dengan siklus III ada kenaikan ketuntasan dari 21 siswa atau 66% menjadi 29 siswa atau 91% naik sebesar 21 siswa atau 65% dari jumlah siswa 32 anak.
Dengan demikian, metode Total Physical Response ini dapat memacu siswa untuk lebih aktif dalam memahami dan menguasai materi colours.
Hal ini dibuktikan dari hasil analisis yang diperoleh, bahwa nilai hasil belajar siswa meningkat dan siswa lebih semangat belajar bahasa Inggris dari siklus I sampai siklus III.
Meningkatnya motivasi dan hasil belajar siswa yang dicapai ini adalah bukti bahwa siswa telah berhasil menguasai materi sebanyak 85- 100%.
B. Saran
Untuk dapat meningkatkan prestasi belajar pada siswa, maka yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Guru
Guru selalu membuka diri dengan wawasan baru untuk meningkatkan profesionalisme. Salah satunya dengan mengembangkan media yang akan digunakan dalam mengajar, sehingga penggunaan metode yang sesuai dan inovatif tidak membuat siswa bosan. Selain itu persiapan lain juga harus dipersiapkan dengan baik seperti pembuatan RPP, RH, Silabus dan lain-lain. Jika persiapan sudah matang maka pembelajaran akan lebih baik dan lebih mengena pada sasaran dan mendapatkan hasil yang maksimal.
Semua itu dilakukan untuk meningkatkan prestasi, motivasi, perhatian dan keaktifan siswa.
2. Sekolah
Bagi pihak sekolah atau penyelenggara pendidikan seperti kepala sekolah dan komite sebaiknya meningkatkan pembinaan pada guru-guru. Dengan pembinaan yang diberikan
diharapkan menjadi dorongan agar dapat lebih baik dalam memberikan pelayanan kepada siswa didik.
DAFTAR PUSTAKA
Asmani, Jamal Ma’mur, 2013. 7 Tips Aplikasi PAKEM (Pembelajaran Aktif,Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan).
Jogjakarta: Diva Press.
Asnawir & Usman, Basyiruddin., 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Pers.
Kunandar, 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rajawali Pers.
Oktaviani, Mutiara, dkk. 2007. Lesson Time an English Course for SD and MI Students Year 1. Jakarta: Piranti Darma Kalokatama.
Pardiyono. 2009. Pasti Bisa Teaching Genre Based Speaking. Yogyakarta: Andi.
Penny, Mukti. 2008. Metode TPR, (Online),
http://www.sekolahoke.com/2013/02/
Apa.Yang.Dimaksud.Total.Physical Response.Dalam.Pembelajaran.Bahas a.Inggris.html, diakses 26 Agustus 2013).
Poerwadarminta, 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Rasimin. 2011. Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis Kualitatif.
Yogyakarta: MitraCendekia.
Sardiman. 2009. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Press.
Suyadi. 2011. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Jogjakarta: Diva Press.
Uno, Hamzah B. 2007. Teori Motivasi &
Pengukurannya Analisis Di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Wiriaatmadja, Rochiati. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas Untuk Meningkatkan Kineerja Guru dan Dosen. Bandung: Rosda.
Wulanike, Sri. 2010. Komik Pendidikan Belajar Bahasa Inggris. Yogyakarta:
Imagin.
Yamin, Martinis. 2003. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Cipayung:
Gaung Persada Press.
Zaini, Hisyam, Bermawi Munthe, & Sekar Ayu. 2008. Kata Pengantar. Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan
Tinggi. Yogyakarta: CTSD IAIN Sunan Kalijaga.
Http://anekawarnapendidikan.wordpress.com/
2013/02/10/keunggulan-dan-
kelemahan-metode-tpr: Keunggulan dan Kelemahan Metode TPR.
Http://www.sekolahoke.com/2013/02/Apa.Yan g.Dimaksud.Total.Physical.Respon se.Dalam.Pembelajaran.Bahasa.Inggr is.html.