• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

27 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Atas dasar permasalahan yang akan dibahas, terdapat teori dan konsep yang digunakan sebagai referensi dalam proses membahas hasil riset. Selain itu juga, dalam bab ini nantinya akan dikaitkan dengan beberapa penelitian sebelumnya yang berasal dari literatur seperti buku, jurnal, dan hasil penelitian yang telah dibuat sebelumnya mengenai Pengendalian Banjir Di Kawasan Sempadan Sungai Kali Lamong Kabupaten Gresik Melalui Pembangunan Tanggul dilihat dari pelaksanaan program Pengendalian Banjir tersebut antara pusat dan daerah. Teori yangdigunakan dalam penelitian ini menurut Edward III yaitu yang berkaitan dengan Implementasi Kebijakan dan nantinya akan dijelaskan lebih lanjut dalam bab ini

Pada penelitian terdahulu ini akan menjelaskan tentang beberapa penelitian Pengendalian Banjir Di Kawasan Sempadan Sungai Daerah Aliran Sungai (DAS) yang mana telah banyak dilakukan dibeberapa daerah di Indonesia. Penelitian terdahulu ini dijadikan sebagai rujukan yang nantinya sebagai pembeda antara penelitian yang dilakukan saat ini oleh peneliti dengan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya.

(2)

28 Pertama, Penelitian yang dilakukan oleh Sri Dian K.H. Eato,

Michael M.Rengkung ,Johannes Van Rate (2017) yang berjudul “Strategi Penanganan Banjir Berbasis Mitigasi Bencana Pada Kawasan rawan bencana banjir Di Kecamatan Bolangitang Barat Kabupaten Bolaang Mongondow Utara” Pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan meneliti strategi penanganan banjir, dari hasil yang didapatkan penliti dihasilkan Strategi penanganan banjir berbasisi mitigasi bencana di kawasan rawan banjir Kecamatan Bolangitang Barat, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dihasilkan dari beberapa indikator yang lahir dari nilai risiko tersebut yang nantinya akan menjadi sebuah program mitigasi structural dan non structural dalam penanganan pengendalian banjir yaitu meliputi pengerukan drainase, pembangunan tanggul dengan struktur yang kuat,alat peringatan dini dan program sosial non structural sebagai upaya pengendalian banjir (Eato et al., 2017)

Kedua, Penelitian yang dilakukan oleh Mubarak , Prof. Dr. H. Adam

Idris, M.Si , Dr. Anwar Alaydrus, S.Sos, M.M. (2018) yang berjudul “Peran Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang terhadap pengendalian banjir di samarinda” pada penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif yang menggunakan konsep pengendalian banjir, Pelaksanaan pengendalian banjir yang dilakukan adalah membangun, meningkatkan, dan memelihara jaringan sumber air untuk optimalisasi pengendalian banjir dan juga Langkah yang dilakukan oleh Dinas PUPR dalam pelaksanaan program yaitu dengan melakukan lelang/pengadaan pelaksanaan kepada para kontraktor, lelang yang dilakukan Dinas PUPR dalam pengendalian banjir

(3)

29 dan juga melaksanakan evaluasi pengendalian banjir (Idris & Alaydrus, 2018)

Ketiga, Penelitian yang dilakukan oleh Amelia L. Karouw Daud M.

LiandoGrace Waleleng (2019) yang berjudul “implementasi kebijakan pengelolaan daerah aliran sungai tondano di provinsi sulawesi utara” Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian Analisis Deskriptif menggunakan konsep implementasi kebijakan yang mana Adanya berbagai aspek dalam implementasi kebijakan pengelolaan Das di Daerah Aliran Sungai tondino di provinsi Sulawesi utara ini meliputi Dari aspek organisasi,kelembagaam pengelolaan daerah aliran sungai Tondano sangat kuat didukung oleh peraturan-peraturan sebagai payung hukum yang kuat untuk pengelolaan DAS Tondano begitupun dari aspek intpretasi akan kebijakan tentang Pengelolaan DAS Tondano, dapat disimpulkan, implementor serta stakeholder mampu menguasai dan mengetahui tugas dan fungsinya dan aplikasi dalam pengelolaan das agar tidak terjadi bencana di daerah Das terutama banjir/erosi yang sering terjadi (Amelia l. karouw et al., 2016)

Keempat, Penelitian yang dilakukan oleh Darmojo, Dr.Ir. Suardi

Natasaputra, Meng (2019), yang berjudul “ Analisis Penanganan Banjir DAS Jatimulya (Studi Kasus: Perumahan Jatimulya, Bekasi)” Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif menggunakan teori Dasar perencanaan untuk penanganan banjir di daerah Jatimulya ini mengacu pada desain untuk saluran dan bangunan air yang ada,dalam hasil penelitian ini Penyebab banjir pada Das jatimulya meliputi Peningkatan

(4)

30 jumlah limbah baik limbah cair maupun padat juga menjadikan masalah besar dalam perencanaan drainase. Selain itu dengan perubahan tata guna lahan yang sangat pesat terutama yang menghilangkan daerah resapan atau daerah genangan banjir maka dari itu strategi pengendalian meliputi, penanganan peninggian tanggul dan pelebaran tanggul, pengendalian system pompa,Analisis pengendalian banjir ABSAH dalam upaya pengendalian banjir(Darmojo, 2019)

Kelima, Penelitian yang dilakukan oleh Andina Fuji Astuti, Hadi

Sudarsono (2020), yang berjudul ” Analisis Penanggulangan Banjir Sungai Kanci” Penelitian ini menggunakan Metode Penelitian Deskriptif Kualitatif, menggunakan konsep Pengurangan resiko besaran banjir dilakukan melalui Prasarana Pengendali banjir dan Prasarana pengendali aliran permukaan, dalam hasil penelitian ini Dengan sering terjadinya bencana banjir pada beberapa tahun terakhir ini, maka perlu adanya upaya berupa sistem pengendalian banjir untuk meminimalisir kejadian banjir yang berakibat kerugian materi serta merenggut korban jiwa dan merusak sarana prasarana yang sudah ada di sekitar DAS. dalam pengendalian banjir tersebut dilakukan analisis kapasitas alur sungai,analisis kapasitas normalisasi sungai,analisis kapasitas tanggul sungai dengan perbaikan dan peninggian tanggul guna menampung debit air yang berlebih sehingga dapat mengendalikan agar tidak terjadinya banjir.(Astuti & Sudarsono, 2018)

Keenam, Penelitian ini dilakukan oleh Yaya M Abdul Aziz (2020), yang berjudul “ Implementasi kebijakan dalam mitigasi bencana banjir di Desa Dayeuhkolot” Penelitian ini menggunakan metode penelitian

(5)

31 Penelitian Survey dengan Pendekatan Kualitatif dengan menggunakan teori Implementasi Kebijakan Edward III, dalam hasil penelitian ini Banjir disebabkan perkembangan metropolitan cekungan Bandung sangat pesat.

Perkembangan tersebut terlihat dari semakin memadatnya bangunan dan meningkatkan area kedap air, pembuangan berbagai jenis limbah ke sungai yang mengakibatkan sedimentasi yang besar di sungai Citarum dan kurangnya komunikasi antara pemangku kebijakan dan dalam pengendalian banjir ini dilakukan upaya implementasi kebijakan yaitu dengan pembuatan peta rawan bencana,Pelaksanaan pembuatan tanggul yang telah dilakukan pemerintah belum maksimal sehingga upaya perbaikan tanggul terkesan masih tambal sulam, dan belum berdampak maksimal bagi masyarakat(Muhammad et al., 2020)

Ketujuh, Penelitian ini dilakukan oleh Heri Purnomo (2020), yang

berjudul “Perbaikan Alur sungai dan peningkatan kapasitas penampang sungai untuk pengendalian banjir pada sungai sempaja Kota Samarinda”

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Deskripsi kualitatif dengan konsep analisis data dan deskriptif, dalam pembahasan penelitian ini Pada saat musim hujan sungai sempaja biasanya terjadi genangan akibat dari tidak mempunyai kapasitas sungai menampung debit banjir yang terjadi pada kawasan pemukiman dan jalan. Dari kondisi tersebut maka perlu diadakan studi untuk menangani permasalahan yang ada secara terpadu., Dalam pengendalian banjir yang terjadi di sungai sempaja Dari hasil analisis profil muka air pada kondisi eksisting, dapat diketahui bahwa daerah sepanjang aliran merupakan daerah-daerah rawan banjir. Sebagai upaya

(6)

32 untuk menangani masalah tersebut maka diusulkan penanggulangannya yaitu normalisasi sungai. Perbaikan alur sungai hanya dilakukan pada sungai sempaja (Heri Purnomo, 2019)

Dalam kajian peneliti dengan literatur review diatas memiliki perbedaan fokus dalam penelitian, dalam penelitian diatas membahas terkait strategi pengendalian banjir dengan penahan banjir maupun dengan mitigasi bencana banjir melalui perbaikan tanggul penahan banjir, sedangkan fokus peneliti disini mengkaji terkait implementasi kebijakan pengendalian banjir melalui tanggul dan dilihat dari proses implementasi kebijakan melalui teori Edward III dalam segi komunikasi,sumber daya , disposisi, dan struktur birokrasi kebijakan pelaksanaan program pengendalian banjir

2.2 Kajian Pustaka/Teori 2.2.1 Kebijakan Publik

Konsep Kebijakan Publik memiliki banyak definisi atau pengertian, Denim 2005 memberikan pengertian kebijakan sebagai “serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang pelaku atau sekelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu”. Pengertian ini memberikan pemahaman bahwa kebijakan dapat berasal dari seorang pelaku atau sekelompok pelaku yang berisi serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu. Kebijakan ini diikuti dan dilaksanakan oleh seorang pelaku atau sekelompok pelaku dalam rangka memecahkan suatu masalah tertentu

Danim secara lebih jelas menyatakan bahwa yang dimaksud kebijakan adalah kebijakan yang dikembangkan oleh badan-badan dan

(7)

33 pejabat-pejabat pemerintah. Pengertian ini menurutnya berimplikasi: (1) bahwa kebijakan selalu mempunyai tujuan tertentu atau merupakan tindakan yang berorientasi pada tujuan, (2) bahwa kebijakan itu berisi tindakan- tindakan atau pola-pola tindakan pejabat-pejabat pemerintah, (3) bahwa kebijakan merupakan apa yang benar benar dilakukan oleh pemerintah, (4) bahwa kebijakan bisa bersifat positif dalam arti merupakan beberapa bentuk tindakan pemerintah mengenai suatu masalah tertentu atau bersifat negatif dalam arti merupakan keputusan pejabat pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu, (5) bahwa kebijakan, dalam arti positif, didasarkan pada peraturan perundang-undangan dan bersifat memaksa (otoritatif). Dalam pengertian ini, dapat disimpulkan bahwa kebijakan selalu terkait dengan apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh pemerintah.(Hamdan, 2016)

2.2.2 Implementasi Kebijakan

George C. Edward III melihat implementasi kebijakan sebagai suatu proses yang dinamis, dimana terdapat banyak faktor yang saling berinteraksi dan mempengaruhi implementasi kebijakan. Faktor-faktor tersebut perlu ditampilkan guna mengetahui bagaimana pengaruh faktor- faktor tersebut terhadap implementasi. Oleh karena itu, Edward menegaskan bahwa dalam studi implementasi terlebih dahulu harus diajukan dua pertanyaan pokok yaitu : 1) Apakah yang menjadi prasyarat bagi implementasi kebijakan? 2) Apakah yang menjadi faktor utama dalam keberhasilan implementasi kebijakan?

(8)

34 Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Edward mengajukan empat faktor yang berperan penting dalam pencapaian keberhasilan implementasi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan implementasi kebijakan yaitu faktor communication, resources, disposition, dan bureucratic structure (Sitohang, 2017)

Gambar 2.1 Model Implementasi Kebijakan Publik George C. Edwards III

2.2.3 Indikator Implementasi Kebijakan a. Komunikasi

Komunikasi dalam implementasi kebijakan mencakup beberapa dimensi penting yaitu transformasi informasi (transimisi), kejelasan informasi (clarity) dan konsistensi informasi (consistency). Dimensi transformasi menghendaki agar informasi tidak hanya disampaikan kepada pelaksana kebijakan tetapi juga kepada kelompok sasaran dan pihak yang terkait.

Dimensi kejelasan menghendaki agar informasi yang jelas dan mudah dipahami, selain itu untuk menghindari kesalahan interpretasi dari pelaksana kebijakan, kelompok sasaran maupun pihak yang terkait dalam implementasi kebijakan. Sedangkan

(9)

35 dimensi konsistensi menghendaki agar informasi yang disampaikan harus konsisten sehingga tidak menimbulkan kebingungan pelaksana kebijakan,

b. Sumber Daya

Sumber Daya (Resources); Sumber daya memiliki peranan penting dalam implementasi kebijakan. George C. Edwards III dalam Widodo 2011 mengemukakan bahwa : bagaimanapun jelas dan konsistensinya ketentuan-ketentuan dan aturan-aturan serta bagaimanapun akuratnya penyampaian ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan tersebut.

Oleh karena itu, jika para pelaksana kebijakan yang bertanggung jawab untuk melaksanakan kebijakan kurang mempunyai sumber-sumber daya untuk melaksanakan kebijakan secara efektif maka implementasi kebijakan tersebut tidak akan efektif. Sumber daya di sini berkaitan dengan segala sumber yang dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan implementasi kebijakan. Sumber daya ini mencakup sumber daya manusia, anggaran, fasilitas, informasi

c. Disposisi

Disposisi : Kecenderungan perilaku atau karakteristik dari pelaksana kebijakan berperan penting untuk mewujudkan implementasi kebijakan yang sesuai dengan tujuan atau sasaran.

Karakter penting yang harus dimiliki oleh pelaksana kebijakan misalnya kejujuran dan komitmen yang tinggi. Kejujuran

(10)

36 mengarahkan implementor untuk tetap berada dalam program yang telah digariskan, sedangkan komitmen yang tinggi dari pelaksana kebijakan akan membuat mereka selalu antusias dalam melaksanakan tugas, wewenang, fungsi, dan tanggung jawab sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan.

Sikap dari pelaksana kebijakan akan sangat berpengaruh dalam implementasi kebijakan. Apabila implementator memiliki sikap yang baik maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan, sebaliknya apabila sikapnya tidak mendukung maka implementasi tidak akan terlaksana dengan baik.

d. Struktur Birokrasi

Struktur Birokrasi (Bureucratic Structure); Struktur organisasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Aspek struktur organisasi ini melingkupi dua hal yaitu mekanisme dan struktur birokrasi itu sendiri. Aspek pertama adalah mekanisme, dalam implementasi kebijakan biasanya sudah dibuat Standart Operation Procedur (SOP).

SOP menjadi pedoman bagi setiap implementator untuk bertindak agar dalam pelaksanaan kebijakan tidak menyimpang dari tujuan dan sasaran kebijakan. Aspek kedua adalah struktur birokrasi, struktur birokrasi yang terlalu panjang dan terfragmentasi akan cenderung melemahkan pengawasan dan menyebabkan prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks yang selanjutnya akan

(11)

37 menyebabkan aktivitas organisasi menjadi tidak fleksibel.(Sitohang, 2017)

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori menurut Edward III sebab teori menurut mereka selaras dengan penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti dilapangan nantinya. Indikator yang dijabarkan tersebut juga mencakup dari apa yang dilakukan pemangku kepentingan pada saat pelaksanaan pengendalian banjir yang dilaksanakan oleh Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWS) Kementrian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat yang bekerjasama dengan Dinas Pekerjaan Umum Dan Tata Ruang Kabupaten Gresik. Dalam membahas program Pengendalian Banjir dengan menggunakan satu 4 indikator teori yaitu yaitu Komunikasi,Sumber Daya,Disposisi Dan Struktur Birokrasi

2.2.4 Pengendalian Banjir

Jones dan George mendefinisikan pengendalian atau controlling sebagai sebuah proses dimana pihak yang berwenang melakukan pemantauan dan pengaturan terhadap sumber daya yang berada di dalam ruang lingkup kewenangannya, baik itu sumber daya manusia maupun sumber daya lainnya dalam rangka mendukung tercapainya tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien (Chobanian et al., 2003).

Pengendalian Banjir juga dapat dimaknai sebagai upaya untuk menemukan suatu penyimpangan atau pelanggaran terhadap kinerja atau aturan yang telah ditetapkan. Bukan hanya bertujuan untuk menemukan, pengendalian juga harus diikuti dengan pengambilan sebuah tindakan

(12)

38 korektif sebagai upaya untuk menyelesaikan penyimpangan atau kekeliruan yang terjadi

Selain itu menurut Griig Pengendalian Banjir Merupakan kegiatan perencanaan, pelaksanaan pengendala banjir, eksploitasi dan pemeliharaan,pembangunan prasarana yang pada dasarnya untuk mengendalikan banjir, pengaturan penggunaan daerah dataran banjir dan mengurangi atau mencegah adanya bahaya/kerugian akibat banjir. Ada 4 strategi dasar untuk pengelolaan daerah banjir yang meliputi : (Neil S. Grigg, 1996)

a. Modifikasi kerentanan dan kerugian banjir (penentuan zona atau pengaturan tata guna lahan)

b. Modifikasi banjir yang terjadi (pengurangan) dengan bantuan pengontrol (waduk) atau normalisasi sungai.

c. Modifikasi dampak banjir dengan penggunaan teknis mitigasi seperti asuransi, penghindaran banjir (flood profing)

d. Pengaturan peningkatan kapasitas alam untuk dijaga kelestariannya seperti penghijauan.

(13)

39 Gambar 2.2 Pengendalian banjir

Seperti ditunjukkan dalam gambar 2.2 ada dua metode pendekatan untuk analisis pengendalian banjir yaitu metode struktur dan non-struktur.

Beberapa metode struktur diuraikan sebagai berikut :

a. Bendungan (Dam)

Bendungan (dam) Bendungan digunakan untuk menampung dan mengelola distribusi aliran sungai. Pengendalian diarahkan untuk mengatur debit air sungai disebelah hilir bendungan.

b. Kolam Penampungan

Kolam Penampungan (retention basin) Kolam penampungan (retention basin) berfungsi untuk menyimpan sementara volume air banjir sehingga puncak banjir dapat dikurangi dan dilepaskan kembali pada saat air surut. Wilayah yang digunakan untuk kolam penampungan biasanya didaerah dataran rendah. Perbaikan dan Pengaturan Sistem sungai

c. Tanggul

Tanggul Penahan Banjir Tanggul penahan banjir adalah penghalang yang didesain untuk menahan banjir di palung sungai untuk melindungi daerah sekitarnya.

d. Saluran By Pass

Saluran By pass Saluran bay pass adalah saluran yang digunakan untuk mengalihkan sebagian atau seluruh aliran air banjir dalam rangka mengurangi debit banjir pada daerah yang dilindungi.

e. Normaliasasi Sungai

(14)

40 Sistem pengerukan sungai/normalisasi sungai Sistem pengerukan atau pengerukan saluran adalah bertujuan memperbesar kapasitas tampung sungai dan memperlancar aliran. Normalisasi diantaranya mencakup kegiatan melebarkan sungai, mengarahkan alur sungai dan memperdalam sungai (pengerukan).(Nurcahya, 2020)

Dalam Penelitian ini menggunakan konsep yang pertama yaitu pengendalian banjir sebagai upaya untuk melakukan pengaturan terhadap sumber daya yang berada di dalam ruang lingkup kewenangannya, baik itu sumber daya manusia maupun sumber daya lainnya dalam rangka mendukung tercapainya tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien dalam hal ini Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) bengawan solo yang berkerjasama dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Tata ruang melakukan kordiasi dalam pelaksanaan kebijakan pengendalian Banjir

2.2.5 Kawasan Sempadan Sungai

Kawasan Sempadan Sungai (KSS) atau riparian zone merupakan suatu kawasan yang berada diantara ekosistem daratan dan sungai, atau dapat dikatakan sebagai zona pembatas. Pada hakikatnya, keberadaan sempadan sungai bukan hanya berperan sebagai pembatas, akan tetapi juga memiliki fungsi penting untuk menjaga stabilitas ekosistem terutama untuk menjamin berfungsinya sungai dengan baik dan berkelanjutan

Kawasan Sempadan Sungai/Sempadan Sungai menurut (PP No 38 tahun 2011 tentang sungai Pasal 1 ayat 1). Sempadan sungai atau floodplain terdapat di antara ekosistem sungai dan ekosistem daratan. Berdasarkan

(15)

41 Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor. 32 Tahun 1990, tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, sempadan sungai didefinisikan sebagai kawasan sepanjang kiri dan kanan sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan fungsi sungai. Sempadan sungai sering disebut dengan bantaran sungai atau pembatas. Namun sebenarnya ada sedikit perbedaan, karena bantaran sungai adalah daerah pinggir sungai yang tergenangi air saat banjir (flood plain).

Bantaran sungai bisa disebut bantaran banjir. Sempadan sungai adalah daerah bantaran banjir ditambah lebar longsoran tebing sungai (sliding) yang mungkin terjadi lebar bantaran ekologis, dan lebar untuk keamanan yang diperlukan terkait dengan letak sungai (misal areal permukiman dan non permukiman.(Woltjer, 2018)

Gambar

Gambar 2.1 Model Implementasi Kebijakan Publik George C. Edwards III

Referensi

Dokumen terkait

Nilai-nilai yang diwariskan biasanya adalah nilai-nilai yang oleh masyarakat pendukung tradisi dianggap baik, relevan dengan kebutuhan kelompok dari masa ke masa (Isyanti,

Memiliki peserta didik pada semua tingkatan kelas/Program Keahlian : 3.. Dan telah menamatkan peserta

Penelitian ini bertujuan membangun sistem yang dapat digunakan untuk mempermudah dalam penyeleksian penerima Jamkesda dengan metode Fuzzy Multi-Criteria Decision

Gambar 8 menjelaskan ilustrasi penyisipan pesan. Warna kuning merupakan tempat yang digunakan untuk menyimpan file format media sebesar 56 bytes, warna biru digunakan

[r]

Diet rendah serat atau asupan cairan yang tidak memadai dapat menyebabkan konstipasi, yang dapat berkontribusi untuk menjadi hemoroid dalam dua cara: Hal ini

Berdasarkan posisi kuadran II pada kinerja Puskesmas Arjosari Kabupaten Pacitan dalam program peningkatan cakupan ASI Eksklusif maka strategi yang seyogyanya digunakan yaitu Strategi

Yang dimaksud dengan “Surat Keterangan Pencatatan Sipil” adalah surat keterangan yang diterbitkan oleh lembaga yang berwenang sebagai pengganti sementara kutipan akta