• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI PETANI TERHADAP KINERJA PENYULUH PERTANIAN LAPANGAN (Studi Kasus di Desa Paccellekang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERSEPSI PETANI TERHADAP KINERJA PENYULUH PERTANIAN LAPANGAN (Studi Kasus di Desa Paccellekang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa)"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI PETANI TERHADAP KINERJA PENYULUH PERTANIAN LAPANGAN

(Studi Kasus di Desa Paccellekang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa)

JIHADINUL MARYONO 105960047710

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(2)

PERSEPSI PETANI TERHADAP KINERJA PENYULUH PERTANIAN LAPANGAN

(Studi Kasus di Desa Paccellekang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa)

JIHADINUL MARYONO 105960047710

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

PERSEPSI PETANI TERHADAP KINERJA PENYULUH PERTANIAN LAPANGAN (STUDI KASUS DI DESA PACCELLEKANG KECAMATAN PATTALLASSANG KABUPATEN GOWA)

adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Makassar, 30 Oktober 2014

JIHADINUL MARYONO 105960047710

(4)

ABSTRAK

JIHADINUL MARYONO. 105960047710. Persepsi Petani terhadap Kinerja Penyuluh Pertanian Lapangan. (Studi Kasus di Desa Paccellekang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa). Dibimbing oleh ABUBAKAR IDHAN dan IRMA HAKIM.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi petani terhadap kinerja PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) yang ada di Desa Paccellekang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa.

Penentuan responden petani dilakukan secara acak (simple random sampling) dengan mengambil 10% dari 300 populasi, sehingga diperoleh jumlah responden petani sebanyak 30 orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi petani terhadap kinerja PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) termasuk kategori tinggi. Hal tersebut tercermin pada peran PPL terhadap tingkat penyampaian informasi, menambah wawasan, pengetahuan, sekaligus keterampilan petani. Dalam kegiatan penyuluhan yang dilakukan dengan menggunakan berbagai metode, baik dengan metode penyuluhan yang dilakukan secara resmi yaitu mengumpulkan para petani atau selain itu PPL juga turun secara langsung ke lapangan untuk mengamati apabila terdapat masalah para petani, di mana PPL dalam kegiatannya bekerja sama dengan pihak kepala cabang dinas kecamatan.

Kata kunci : Persepsi Petani, Kinerja, Penyuluh Pertanian Lapangan.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Persepsi Petani terhadap Kinerja Penyuluh Pertanian Lapangan (Studi Kasus di Desa Paccellekang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa)” sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana pertanian pada Konsentrasi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir.

Abubakar Idhan, M.P selaku pembimbing I dan Irma Hakim, S.TP., M.Si selaku pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan motivasi, bimbingan, dorongan, nasehat, dan arahan yang tak bernilai harganya.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada ayahanda Abdul Karim dan ibunda Amina serta adinda Hasanuddin yang telah memberikan semangat kepada penulis dan bantuan doa sehingga penyusunan skripsi dapat diselesaikan dengan baik. Hanya kepada Allah SWT kita berserah diri, semoga segala aktivitas kegiatan kita bernilai ibadah di sisi Allah dan melimpahkan rahmat dan hidayah- Nya kepada kita semua.

Makassar, 30 Oktober 2014

Jihadinul Maryono

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Rupe tanggal 19 Maret 1991 dari ayah Abdul Karim dan ibu Aminah. Penulis merupakan anak pertama dari lima bersaudara. Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah SDN 2 Rupe dan lulus pada tahun 2004, setelah itu melanjutkan pendidikan di SMPN 3 Rupe dan lulus pada tahun 2007, kemudian melanjutkan di SMAN 3 Kota Bima dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun 2010, penulis lulus seleksi masuk Konsentrasi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

Selama perkuliahan penulis pernah menjadi pengurus BEM Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar. Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan dengan menulis skripsi yang berjudul “Persepsi Petani terhadap Kinerja Penyuluh Pertanian Lapangan (Studi Kasus di Desa Paccellekang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa)”.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ... iv

HALAMAN PERNYATAAN ... ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Kegunaan Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Pengertian Persepsi ... ... 5

2.2. Penyuluh Pertanian ... 6

2.3. Kinerja dan Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja . 9 2.3.1. Kinerja ... 9

2.3.2. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja ... 17

2.4. Kerangka Pemikiran ... 20

(8)

III. METODE PENELITIAN ... 23

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 23

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 23

3.3. Jenis dan Sumber Data ... 23

3.4. Teknik Pengambilan Data ... 24

3.5. Analisis Data ... 24

3.6. Definisi Operasional ... 24

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN ... 27

1.1. Topografi dan Letak Geografis ... 27

1.2. Keadaan Penduduk di Desa Paccellekang ... 27

1.2.1. Umur Penduduk ... 28

1.2.2. Tingkat Pendidikan Penduduk ... 29

1.2.3. Mata Pencaharian Penduduk ... 30

1.3. Luas Lahan Sawah dan Kering Menurut Penggunaannya ... 31

1.4. Sarana dan Prasarana di Desa Paccellekang ... 32

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34

5.1. Identitas Responden ... 34

5.2. Kinerja Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) ... 38

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

6.1. Kesimpulan ... 50

6.2. Saran ... 50 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman Teks

1. Jumlah Penduduk Desa Paccellekang Kecamatan Pattallassang

Kabupaten Gowa ... 28

2. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Paccellekang.. 29

3. Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Status Pendidikan di Desa Paccellekang ... 30

4. Mata Pencaharian Masyarakat di Desa Paccellekang ... 31

5. Luas Penggunaan Lahan Sawah di Desa Paccellekang ... 31

6. Luas Penggunaan Lahan Kering di Desa Paccellekang ... 32

7. Sarana dan Prasarana di Desa Paccellekang ... 33

8. Distribusi Petani Responden Berdasarkan Tingkat Umur di Desa Paccellekang ... ... 34

9. Distribusi Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Paccellekang ... 35

10. Distribusi Petani Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga di Desa Paccellekang ... 36

11. Distribusi Petani Responden Berdasarkan Pengalaman Berusahatani Petani di Desa Paccellekang ... 37

12. Distribusi Petani Responden Berdasarkan Luas Lahan Garapan Petani Di Desa Paccellekang ... 37

13. Persepsi Petani terhadap Kinerja PPL Berdasarkan Kemampuan Berkomunikasi Kepada Petani di Desa Paccellekang ... 39

14. Persepsi Petani terhadap Kinerja PPL Berdasarkan Sikap Penyuluh dalam Setiap Kegiatan Penyuluhan di Desa Paccellekang ... 41

(10)

15. Persepsi Petani terhadap Kinerja PPL Berdasarkan Tingkat Kemampuan Pengetahuan Penyuluh dalam Kegiatan Penyuluhan

di Desa Paccellekang ... 45 16. Persepsi Petani terhadap Kinerja PPL Berdasarkan Kemampuan

Sosial Penyuluh di Desa Paccellekang ... 47

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Halaman Teks

1. Kuesioner Persepsi Petani Terhadap Kinerja Penyuluh Pertanian di Desa Paccellekang Kecamatan Pattallassang Kabupaten

Gowa ... 54 2. Identitas Responden ... 59 3. Persepsi Petani Terhadap Kinerja PPL Berdasarkan Kemampuan

Berkomunikasi Kepada Petani ... 60 4. Persepsi Petani Terhadap Kinerja PPL Berdasarkan Sikap

Penyuluh dalam Setiap Kegiatan Penyuluhan ... 61 5. Persepsi Petani Terhadap Kinerja PPL Berdasarkan Tingkat

Kemampuan Pengetahuan Penyuluh dalam Kegiatan Penyuluhan .. 62 6. Persepsi Petani Terhadap Kinerja PPL Berdasarkan Tingkat

Kemampuan Sosial Penyuluh dalam Kegiatan Penyuluhan ... 63 7. Dokumentasi Kegiatan Penyuluhan ... 64 8. Peta Desa Paccellekang

... ... .... 66

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman Teks

1. Kerangka Pikir Persepsi Petani Terhadap Kinerja PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) di Desa Paccellekang Kecamatan

Pattallassang Kabupaten Gowa ... 22 2. Kegiatan Penyampaian Informasi kepada Petani ... 64 3. Kegiatan Penyampaian Informasi kepada Petani ... 64 4. Percontohan yang Dilakukan oleh Penyuluh dan Dinas Pertanian .. 65 5. Percontohan dengan Komoditi Jagung ... 65

(13)
(14)
(15)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Struktur perekonomian Indonesia merupakan topik strategis yang sampai sekarang masih menjadi topik sentral dalam berbagai diskusi di ruang publik.

Gagasan mengenai langkah-langkah perekonomian Indonesia menuju era industrialisasi, dengan mempertimbangkan usaha mempersempit jurang ketimpangan sosial dan pemberdayaan daerah, sehingga terjadi pemerataan kesejahteraan kiranya perlu kita evaluasi kembali sesuai dengan konteks kekinian dan tantangan perekonomian. Berdasarkan pertimbangan ini, maka sektor pertanian menjadi sektor penting dalam struktur perekonomian Indonesia. Seiring dengan berkembangnya perekonomian bangsa, maka kita mulai mencanangkan masa depan Indonesia menuju era industrialisasi, dengan pertimbangan sektor pertanian juga semakin kuat.

Jumlah penduduk Indonesia yang menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian menunjukkan demikian besar peranan sektor pertanian dalam menopang perekonomian dan memiliki implikasi penting dalam pembangunan ekonomi ke depan. Untuk membangun pertanian dibutuhkan SDM (Sumber Daya Manusia) yang berkualitas. Lebih dari itu, tersedianya SDM yang berkualitas merupakan modal utama bagi daerah untuk menjadi pelaku, penggerak pembangunan di daerah. Karena itu untuk membangun pertanian, kita harus membangun sumber daya manusianya, agar kemampuan dan kompetensi kerja masyarakat pertanian dapat meningkat, karena merekalah yang langsung melaksanakan segala kegiatan

(16)

usaha pertanian dilahan usahanya. Hal ini hanya dapat dibangun melalui proses belajar dan mengajar dengan mengembangkan sistem pendidikan non formal diluar sekolah secara efektif dan efisien. Pelaksanaan penyuluhan pertanian dilakukan harus sesuai dengan program penyuluhan pertanian. Program penyuluhan pertanian dimaksudkan untuk memberikan arahan, pedoman, dan sebagai alat pengendali pencapaian tujuan penyelenggaraan penyuluhan pertanian.

Program penyuluhan pertanian terdiri dari program penyuluhan pertanian desa, program penyuluhan pertanian kecamatan, program penyuluhan pertanian kabupaten/ kota, program penyuluhan pertanian provinsi dan program penyuluhan pertanian nasional (Undang-Undang Nomor 16 Tahun2006).

Penyuluhan pertanian, masyarakat petani dibekali dengan ilmu, pengetahuan, keterampilan, pengenalan paket teknologi, dan inovasi baru di bidang pertanian dengan sapta usahanya, penanaman nilai-nilai atau prinsip agribisnis, mengkreasi sumber daya manusia dengan konsep dasar filosofi rajin, kooperatif, inovatif, kreatif, dan sebagainya. Penyuluh pertanian dapat dan harus menggunakan teknik-teknik komunikasi yang paling efektif agar sasaran mau menerapkan pengetahuan barunya itu. Melalui komunikasi yang efektif dapat menunjang keberhasilan penyuluhan pertanian.

Sikap dan perilaku masyarakat pertanian agar mereka tahu dan mau menerapkan informasi anjuran yang dibawa dan disampaikan oleh penyuluh pertanian, namun kenyataannya masih banyak dijumpai di dalam masyarakat bahwa kegiatam penyuluhan pertanian masih dianggap kurang berhasil bahkan dibeberapa tempat malah tidak berjalan.

(17)

Pelaku utama dalam kegiatan penyuluhan pertanian adalah seorang penyuluh pertanian atau juga sering disebut PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan).

Penyuluh pertanian pada dasarnya adalah aparat atau agen yang membangun pertanian, pendidik/ penasehat yang mengabdi untuk kepentingan para petani, nelayan beserta keluarganya dengan memberikan motivasi, bimbingan, dan mendorong para petani dalam mengembangkan swadaya dan kemandiriannya dalam berusaha tani yang lebih menguntungkan menuju kehidupan yang lebih bahagia dan sejahtera, untuk itu seorang penyuluh pertanian dituntut untuk dapat mengembangkan program dan materinya dalam melaksanakan penyuluhan agar kinerja penyuluh lebih maksimal.

Desa Paccellekang merupakan suatu daerah dimana sebagian besar masyarakatnya memiliki mata pencaharian dibidang pertanian. Namun mereka kurang atau belum memahami dan menerima tentang informasi pertanian secara menyeluruh. Dengan demikian penyebaran informasi oleh PPL di Desa Paccellekang cukup memadai.

Proses kegiatan penyuluhan yang terjadi di Desa Paccellekang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa, dapat dikatakan belum maksimal dalam memberikan informasi kepada masyarakat, dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan. PPL mengadakan pertemuan secara langsung dengan mengundang para petani atau masyarakat. Dalam proses penyampaian informasi kepada petani, PPL menggunakan metode ceramah, dan tanya jawab antara PPL dengan petani, dimana dalam hal ini petani menanyakan tentang masalah-masalah yang dihadapi petani dilapangan.

(18)

Desa Paccellekang merupakan daerah yang memiliki area persawahan yang cukup luas, dan dimana sebagian besar masyarakatnya sebagai petani padi, oleh karena itu PPL hanya melakukan penyuluhan di bidang pangan khususnya padi.

1.2. Rumusan Masalah

Masyarakat yang berada di Desa Paccellekang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa sebagian besar menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian oleh karena itu permasalahan dalam penelitian ini yakni, bagaimana persepsi petani terhadap kinerja PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) di Desa Paccellekang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui persepsi petani terhadap kinerja PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) di Desa Paccellekang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa.

1.4. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan masukan kepada pemerintah atau instansi terkait yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk yang akan datang guna memperoleh manfaat lebih baik.

2. Bagi peneliti lain, dapat digunakan sebagai bahan pembanding untuk peneliti, terkait dengan kinerja PPL.

(19)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Persepsi Petani

Menurut Rakhmat (2007), persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Petani didalam menanggapi suaitu ide/

informasi yang baru berbeda-beda, menurut karakteristik sosial ekonomi dari petani itu sendiri, dan perbedaan yang terjadi kadang sangat beragam.

Karakteristik petani meliputi tingkat pendidikan, umur, kekosmopolitanan, dan tingkat kemampuan ekonominya. Dengan karakteristik sosial ekonomi yang berbeda beda akan membedakan respon petani terhadap ragam metode penyuluhan, baik berupa respon positif maupun negatif. Dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai obyek psikologi yang dihadapi diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan, agama serta faktor emosi dalam diri individu (Azwar, 2002). Menurut Alkinson (2001), persepsi adalah suatu penelitian tentang kita mengintegrasikan sensasi ke dalam percepts otak, dan kita selanjutnya menggunakan persepts itu untuk mengenali dunia (persepts adalah hasil dari proses perseptual).

Banyak ahli telah memaparkan konsep persepsi. Van dan Hawkins (1999), mengemukakan bahwa persepsi adalah proses informasi antara stimuli dari lingkungan dan mengubahnya ke dalam kesadaran psikologis. Sejalan dengan itu,

(20)

dijelaskan oleh Mahmud (1990), persepsi adalah menafsirkan stimulus yang telah ada didalam otak. Sejalan dengan itu, dikemukakan oleh Walgito (1990), bahwa persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu merupakan proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya yang kemudian akan diteruskan ke pusat susunan syaraf otak. Hal ini akan menimbulkan proses psikologis sehingga individu akan menyadari apa yang ia lihat, ia dengar, dan sebagainya.

2.2. Penyuluh Pertanian

PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) merupakan petugas atau orang yang melakukan penyuluhan atau menyampaikan informasi-informasi terkait dengan masalah-masalah pertanian kepada petani atau masyarakat tani, yang bertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan hasil pertaniannya. Penyuluh lapangan sebagai ujung tombak pemberdayaan memegang posisi kunci dalam menghimpun, merangkum, menyaring, dan menganalisis situasi sosial teknis petani setempat. Pada saat yang sama lembaga-lembaga sektor merancang model dan kegiatan pemberdayaan dengan input dari seluruh kepentingan. Fase ini juga memberikan kesempatan untuk menggali lebih dalam peluang pemanfaatan entry- point dalam memperlancar proses pemberdayaan (Suradisastra, 2008).

Sementara itu salah satu sumberdaya manusia petugas pertanian adalah kelompok fungsional yaitu kelompok PPL, dimana penyuluh pertanian adalah petugas yang melakukan pembinaan dan berhubungan atau berhadapan langsung dengan petani. Tugas pembinaan dilakukan untuk meningkatkan sumberdaya petani dibidang pertanian, dimana untuk menjalankan tugas ini dimasa depan

(21)

penyuluh harus memiliki kualitas sumberdaya yang handal, memiliki kemandirian dalam bekerja, profesional serta berwawasan global (Van & Hawkins, 2005).

Tugas pokok penyuluh pertanian adalah menyuluh, selanjutnya dalam menyuluh dapat dibagi menjadi menyiapkan, melaksanakan, mengembangkan, mengevaluasi, dan melaporkan kegiatan penyuluhan. Unsur kegiatan penyuluh pertanian (Permenpan No. 2/2008 menyebut unsur dan sub unsur) terdiri atas : 1. Kegiatan persiapan penyuluhan pertanian, meliputi :

a. Identifikasi potensi wilayah,

b. Memandu penyusunan rencana usaha petani RUK (Rancangan Umum Kaderisasi), RKK (Rencana Kebutuhan Kelompok), RDK (Rencana Definitif Kelompok), dan RPKD (Rencana Pembangunan Kerja Daerah)/

PPP (Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan), c. Penyusunan program penyuluhan pertanian (tim), d. Penyusunan rencana kerja tahunan penyuluh pertanian.

2. Pelaksanaan penyuluhan pertanian, meliputi : a. Penyusunan materi,

b. Perencanaan penerapan metode penyuluhan pertanian, c. Menumbuh/ mengembangkan kelembagaan petani.

3. Evaluasi dan pelaporan, meliputi :

a. Evaluasi pelaksanaan penyuluhan pertanian,

b. Evaluasi dampak pelaksanaan penyuluhan pertanian.

4. Pengembangan penyuluhan pertanian, meliputi :

(22)

a. Penyusunan pedoman/ petunjuk pelaksanaan/ petunjuk teknis penyuluhan pertanian,

b. Kajian kebijakan pengembangan penyuluhan pertanian, c. Pengembangan metode/ sistem kerja penyuluhan pertanian.

Menurut Suhardiyono (2002), seorang PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) dalam memberikan penyuluhan kepada petani, maka PPL harus :

1. Menguasai benar tentang apa yang menjadi materi penyuluhan,

2. Menguasai cara penyampaian atau metode penyuluhan, sehingga apa yang disampaikan dapat disalurkan dengan baik, misalnya mengajar, membujuk atau mengulang ulangi,

3. Memahami kemampuan dan karakteristik petani, karena masing-masing petani memiliki kemampuan dan karakteristik yang berbeda-beda,

4. Mengetahui tantangan yang harus dihadapi, misalnya ada petani yang buta huruf, soal adat istiadat, tahayul, dan lain-lain,

Keempat poin tersebut dapat terlaksana dengan mudah jika sebelumnya dilakukan pengenalan dan pemahaman tentang para petani yang antara lain meliputi : pengetahuan petani mengenai pokok permasalahan dan perbendaharaan kata yang digunakan, kemampuan petani menerima pesan-pesan lewat media yang digunakan, nilai-nilai atau norma kelompok dan masyarakat serta situasi dimana petani itu berada (Suhardiyono, 2002).

(23)

2.3. Kinerja dan Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kinerja 2.3.1. Kinerja

Kinerja adalah prestasi yang dicapai karyawan dalam melaksanakan suatu pekerjaan dalam suatu organisasi. Agar dapat memberikan umpan balik bagi karyawan maupun organisasi, maka perlu dilakukan penilaian atas prestasi tersebut (Jahi & Leilani, 2006). Kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan, serta waktu.

Menurut Gomes (2001) bahwa kinerja seseorang dapat diukur dari : (1) Quantity of work, yaitu jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode waktu yang ditentukan. (2) Quality of work, yaitu kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan kesiapannya. (3) Job knowledge, yaitu luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan keterampilannya. (4) Creativeness, yaitu keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dan tindakan-tindakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul. (5) Cooperation, yaitu kesediaan untuk bekerjasama dengan orang lain (sesama anggota organisasi). (6) Dependability, yaitu kesadaran dan dapat dipercaya dalam hal kehadiran dan penyelesaian kerja. (7) Initiative, yaitu semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan dalam memperbesar tanggung jawabnya. (8) Personal qualities, yaitu menyangkut kepribadian, kepemimpinan, keramah-tamahan, dan integritas pribadi.

Kinerja seorang penyuluh dapat dilihat dari dua sudut pandang, pertama bahwa kinerja merupakan fungsi dari karakteristik individu, karakteristik tersebut

(24)

merupakan variabel penting yang mempengaruhi perilaku seseorang termasuk penyuluh pertanian. Kedua bahwa kinerja penyuluh pertanian merupakan pengaruh situasional diantaranya terjadi pengelolaan dan penyelenggaraan penyuluhan pertanian di setiap kabupaten yang menyangkut beragamnya aspek kelembagaan, ketenagaan, program penyelenggaraan dan pembiayaan (Jahi &

Leilani, 2006).

Menurut Berlo dkk, dalam Hamzah (2011), ada empat kualifikasi yang harus dimiliki setiap penyuluh pertanian untuk meningkatkan kinerjanya, yaitu : (1) kemampuan untuk berkomunikasi, yaitu kemampuan dan keterampilan penyuluh untuk berempati dan berinteraksi dengan masyarakat sasarannya, (2) sikap penyuluh antara lain sikap menghayati dan bangga terhadap profesinya, sikap bahwa inovasi yang disampaikan benar-benar merupakan kebutuhan nyata sasarannya, dan sikap menyukai dan mencintai sasarannya dalam arti selalu siap memberi bantuan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan demi adanya perubahan- perubahan pada sasaran, (3) kemampuan pengetahuan penyuluh yang terdiri dari isi, fungsi, manfaat serta nilai-nilai yang terkandung dalam inovasi yang disampaikan, latar belakang keadaan sasaran, dan (4) karakteristik sosial budaya penyuluh, kemampuan seorang penyuluh dalam memposisikan perannya sebagai fasilitator, motivator, dan inovator harus diimbangi dengan beberapa kecakapan sosial (social skill). Beberapa kemampuan sosial yang hendaknya dikuasai seorang penyuluh diantaranya : teknik komunikasi yang baik (lisan, tulisan, dan isyarat), penggunaan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional, mampu melakukan pergaulan sosial secara efektif, memberikan penghargaan

(25)

terhadap norma sosial yang berlaku, dan mampu menerapkan prinsip-prinsip kolektivitas yang tinggi ditengah-tengah lingkungan sosial.

Menurut Berlo dkk, dalam Hamzah (2011), kinerja keberhasilan penyuluh terlihat dari kemampuannya dalam :

1. Menyelesaikan masalah petani

Metode adalah cara yang sistematis untuk mencapai suatu tujuan yang telah direncanakan. Setiap orang “belajar” lebih banyak melalui cara yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuan dalam menangkap pesan yang diterimanya, ada yang cukup dengan mendengar saja, atau melihat dan juga ada yang harus mempraktikkan dan kemudian mendistribusikannya. Menurut Van dan Hawkins (1999), metode penyuluhan menjadi 3 (tiga) golongan berdasarkan jumlah sasaran yang dapat dicapai :

a. Metode berdasarkan pendekatan perseorangan. Dalam metode ini, penyuluh berhubungan dengan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan sasaran secara perorangan.

b. Metode berdasarkan pendekatan kelompok. Dalam hal ini, penyuluh berhubungan dengan sekelompok orang yang menyampaikan pesannya.

c. Metode berdasarkan pendekatan massal. Metode ini dapat menjangkau sasaran yang lebih luas (massa).

Menurut Mosher dalam Soedarmanto (1992), merinci tujuan penyuluhan menjadi tiga tujuan yakni :

a. Membantu petani untuk memperbaiki kehidupan fisiknya,

(26)

b. Membantu petani dalam usahataninya untuk mencari jenis usaha lain yang berarti penciptaan lapangan kerja yang berbasis pertanian,

c. Mengembangkan masyarakat tani yang berarti meningkatkan peradaban masyarakat tani.

2. Penguasaan materi

Materi penyuluhan pertanian pada hakekatnya merupakan segala pesan yang ingin dikomunikasikan oleh penyuluh kepada masyarakat. Dengan kata lain, materi penyuluhan adalah pesan-pesan yang ingin disampaikan dalam proses komunikasi pembangunan. Dalam menyampaikan materi perlu diingat bahwa materi penyuluhan yang disampaikan oleh seorang penyuluh tersebut harus mengacu kepada kebutuhan yang telah dirasakan oleh sasarannya. Sehubungan dengan itu Arboleda (1981) yang didefinisi oleh Mardikanto (1993), memberikan acuan agar setiap penyuluhan mampu membeda-bedakan ragam materi penyuluhan yang ingin disampaikan pada setiap kegiatan kedalam; (a) materi pokok, yaitu materi yang benar-benar dibutuhkan dan harus diketahui oleh sasaran utamanya yang mencakup sedikitnya 50% dari seluruh materi yang ingin disampaikan pada saat yang sama; (b) materi yang penting, yaitu materi yang berisi dasar pemahaman tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan kebutuhan yang dirasakan oleh sasaran diberikan 30% dari seluruh materi; (c) materi penunjang, yaitu materi yang masih berkaitan dengan kebutuhan yang dirasakan, yang sebaiknya diketahui oleh sasaran untuk memperluas cakrawala pemahamannya tentang kebutuhan yang dirasakan itu, materi ini maksimal diberikan 20% dari seluruh materi.

(27)

3. Daya tanggap terhadap masalah petani

Syahyuti (2006), mengemukakan partisipasi diperlukan untuk menjamin keberlanjutan pembangunan, karena pembangunan berkelanjutan sangat tergantung pada proses sosial. Mengacu pada tiga aspek masyarakat yaitu sosial, ekonomi, dan lingkungan harus diintegrasikan dimana individu dan lembaga saling berperan agar terjadi suatu perubahan, partisipasi telah diterima sebagai alat yang esensial. Partisipasi juga dapat diartikan sebagai keikutsertaan dalam sesuatu yang ditawarkan, dalam hal ini tindakan petani untuk berpartisipasi yang tidak lepas dari kemampuan diri serta perhitungan untung rugi. Dalam keadaan sewajarnya, petani tidak akan melakukan hal-hal diluar kemampuannya atau yang merugikan dirinya, kemampuan petani berkaitan dengan situasi lingkungan serta keadaan yang melekat pada dirinya. Oleh karena itu kemampuan dan kemauan petani mengadopsi teknologi budidaya anjuran merupakan syarat mutlak tercapainya upaya pengembangan pertanian disuatu daerah.

4. Mengadakan interaksi dengan petani

Menurut Berlo dkk. dalam Hamzah (2011), komunikasi merupakan suatu proses transaksional dan simbolik yang memungkinkan orang untuk berhubungan dan mengelola lingkungan mereka melalui :

a. Penegakan kontak antar manusia, b. Tukar menukar informasi,

c. Memantapkan sikap dan perilaku orang lain, d. Mengubah sikap dan perilaku orang lain.

(28)

Setidaknya ada tiga unsur supaya dapat berlangsungnya peristiwa komunikasi yang memungkinkan terjadinya komunikasi yaitu : sumber (source), pesan (message), dan penerima (receiver).

1. Sumber

Yang biasa disebut sebagai komunikator, bisa berubah orang perorangan, maupun berupa suatu organisasi komunikasi yang terdiri dari beberapa orang.

2. Pesan

Disebut juga content, dapat berwujud tinta di atas kertas, suara, getaran arus listrik, lambaian tangan, kibaran bendera ataupun tanda-tanda lain yang memiliki arti.

3. Penerima

Biasa disebut komunikan. Bisa berupa individu yang mendengarkan, membaca, menonton, atau anggota suatu pertemuan yang disebut sebagai khalayak massa (mass audience).

Beberapa sebutan lain yang biasa dipakai untuk menyebut unsur-unsur komunikasi adalah pengirim (sender), pengenkod (encoder), aktor (actor) untuk sumber. Tujuan (destination), pendekod (decoder), dan komunikan untuk penerima (Berlo dkk. dalam Hamzah, 2011).

Menurut Syahyuti (2006), beberapa masalah komunikasi yang sering muncul dalam kegiatan penyuluhan adalah:

a. Kompetensi komunikasi yang seharusnya dimiliki oleh seseorang penyuluh, b. Sifat atau semangat kepemimpinan seorang agen perubahan pada diri seorang

penyuluh,

(29)

c. Teknik atau metoda komunikasi yang efektif bagi kegiatan penyuluhan itu sendiri.

Kompetensi komunikasi seseorang penyuluh dibidang apapun sangat ditentukan oleh faktor kredibilitas penyuluh dimata khalayak. Kompetensi komunikasi adalah sejumlah kemampuan dasar dalam berkomunikasi yang harus dimiliki oleh seorang penyuluh agar kegiatannya nanti di tengah-tengah masyarakat dapat berjalan dengan baik.

Menurut Syahyuti (2006), syarat kemampuan berkomunikasi untuk seorang penyuluh adalah :

a. Dapat menjangkau khalayak yang akan disuluhnya,

b. Menguasai bahasa yang dimengerti oleh khalayak yang akan disuluh, c. Berpenampilan yang dapat diterima oleh khalayak,

d. Memotivasi petani.

Beberapa pakar penyuluhan pertanian memberikan pengertian tujuan penyuluhan yang dapat dirangkum (Syahyuti, 2006) sebagai berikut :

1. Membentuk suatu masyarakat tani yang bangga akan pekerjaannya, bebas dalam berfikir, konstruktif dalam pandangan, cakap, efisien, dan percaya diri sendiri,

2. Mendorong petani untuk menghasilkan bahan makanan yang diperlukan agar mereka dapat makan dan hidup dengan baik,

3. Menambah pengetahuan petani sehingga petani dapat mengusahakan usahataninya lebih efisien, sehingga akan memperbaiki atau mempertinggi pendapatannya,

(30)

4. Membuka kesempatan bagi petani untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya agar disalurkan sehingga bakat tersebut dapat ditingkatkan, 5. Menambah kemampuan petani tentang keadaan-keadaan dan kesempatan

yang ada diluar desanya.

Menurut Mangkunegara & Prabu (2000), kepuasan kerja merupakan perilaku umum penyuluh terhadap pekerjaannya sebagai hasil perbedaan antara nilai reward yang diperoleh dan nilai reward yang diharapkan akan diperoleh.

Kepuasan kerja merupakan satu elemen yang mendapatkan perhatian besar dari manajemen perusahaan. Hal ini terkait dengan keberadaan suatu paham manajerial bahwa karyawan yang merasa puas akan cenderung bekerja lebih produktif daripada karyawan yang merasa tidak puas dengan lingkungan kerjanya.

Kepuasan kerja dapat dipahami melalui dua aspek.Pertama, kepuasan kerja merupakan bentuk respon pekerjaan terhadap kondisi lingkungan pekerjaan.

Kedua, kepuasan kerja sering ditentukan oleh hasil pekerjaan atau kinerja.

Syahyuti (2006), secara lebih rinci mengemukakan berbagai dimensi dalam kepuasan kerja yang kemudian dikembangkan menjadi instrumen pengukuran variabel kepuasan kerja, yang meliputi dimensi kepuasan terhadap : 1. Menarik atau tidaknya jenis pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja,

2. Jumlah kompensasi yang diterima oleh pekerja, 3. Kesempatan untuk promosi jabatan,

4. Kemampuan atasan dalam memberikan bantuan teknis dan dukungan perilaku, dan

5. Dukungan rekan sekerja.

(31)

2.3.2. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kinerja

Faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation). Hal ini sesuai dengan pendapat Davis dalam Mangkunegara & Prabu (2000) yang merumuskan bahwa :

Motivation = attitude x situation Ability = knowledge x skill

1. Faktor kemampuan (ability). Secara psikologis, kemampuan (ability) terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + skill).

Artinya, pimpinan dan karyawan yang memiliki IQ di atas rata-rata (IQ 110- 120) apalagi IQ superior, very superior, gifted, dan genius dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka akan lebih mudah mencapai kinerja maksimal.

2. Faktor motivasi (motivation). Motivasi diartikan sebagai suatu sikap (attitude) pimpinan dan karyawan terhadap situasi kerja (situation) dilingkungan organisasinya. Mereka yang bersifat positif (pro) terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja tinggi dan sebaliknya jika mereka bersikap negatif (kontra) terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja yang rendah. Situasi kerja yang dimaksud mencakup antara lain hubungan kerja, fasilitas kerja, iklim kerja, kebijakan pimpinan, pola kepemimpinan kerja, dan kondisi kerja.

Menurut Mangkunegara & Prabu (2000) faktor-faktor kinerja terdiri dari faktor internal dan eksternal di mana :

(32)

1. Faktor internal yaitu faktor yang dihubungkan dengan sifat-sifat seseorang.

Misalnya, kinerja seseorang baik disebabkan karena mempunyai kemampuan tinggi dan seseorang itu tipe pekerja keras, sedangkan seseorang mempunyai kinerja jelek disebabkan orang itu mempunyai kemampuan rendah dan orang tersebut tidak memiliki upaya-upaya untuk memperbaiki kemampuannya.

2. Faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang yang berasal dari lingkungan. Seperti perilaku, sikap, dan tindakan-tindakan rekan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja, dan iklim organisasi.

Faktor internal dan faktor eksternal ini merupakan jenis-jenis kemampuan yang mempengaruhi kinerja seseorang. Jenis-jenis kemampuan yang dibuat para karyawan memiliki sejumlah akibat psikologis dan berdasarkan pada tindakan. Seorang karyawan yang menganggap kinerjanya baik berasal dari faktor-faktor internal seperti kemampuan atau upaya, orang tersebut tentunya akan mengalami lebih banyak perasaan positif tentang kinerjanya dibandingkan dengan jika ia menghubungkan kinerjanya yang baik dengan faktor eksternal.

Menurut Mangkunegara & Prabu (2000) menyimpulkan bahwa faktor- faktor penentu prestasi kerja adalah faktor individu dan faktor lingkungan kerja organisasinya. Dimana dalam faktor individu secara psikologis dijelaskan bahwa, individu yang normal adalah individu yang memiliki integritas yang tinggi antara fungsi psikis (rohani) dan fisiknya (jasmani) dengan adanya integritas yang tinggi antara fungsi psikis dan fisik, maka individu tersebut memiliki konsentrasi diri yang lebih baik. Konsentrasi yang baik ini merupakan modal utama individu

(33)

manusia untuk mampu mengeloladan mendayagunakan potensi dirinya secara optimal dalam melaksanakan kegiatan atau aktivitas kerja sehari-hari dalam mencapai tujuan organisasi. Dengan kata lain, tanpa adanya konsentrasi yang baik dari individu dalam bekerja, maka mimpi pimpinan mengharapkan mereka dapat bekerja produktif dalam mencapai tujuan organisasi.

Konsentrasi individu dalam bekerja sangat dipengaruhi oleh kemampuan potensi, yaitu kecerdasan pikiran/ IQ (Intelegence Quotiont) dan kecerdasan emosi/ EQ (Emotional Quotiont). Pada umumnya, individu yang mampu bekerja dengan penuh konsentrasi apabila ia memiliki tingkat intelegensi minimal normal (average, above average, superior, very superior, dan gifted) dengan tingkat kecerdasan emosi baik (tidak merasa bersalah yang berlebihan, tidak mudah marah, tidak dengki, tidak benci, tidak iri hati, tidak pendendam, tidak sombong, tidak minder, tidak mudah cemas, memiliki pandangan dan pedoman hidup yang jelas (Mangkunegara & Prabu, 2000).

Faktor lingkungan kerja organisasi sendiri sangat menunjang bagi individu dalam mencapai prestasi kerja. Faktor lingkungan organisasi yang dimaksud antara lain uraian jabatan yang jelas, otoritas yang memadai, target kerja yang menantang, pola komunikasi kerja yang efektif, hubungan kerja yang harmonis, iklim kerja yang dinamis, peluang berkarier, dan fasilitas kerja yang memadai dan sebagainya. Sekalipun, jika faktor lingkungan organisasi kurang menunjang, maka bagi individu yang memiliki tingkat kecerdasan pikiran memadai dengan tingkat kecerdasan emosi yang baik, sebenarnya ia tetap dapat berprestasi dalam bekerja.

Hal ini bagi individu tersebut, lingkungan organisasi itu dapat diubah dan bahkan

(34)

dapat diciptakan oleh dirinya serta merupakan pemacu (motivator) tantangan bagi dirinya dalam berprestasi diorganisasinya (Berlo dkk. dalam Hamzah, 2011).

2.4. Kerangka Pemikiran

Penyuluhan sebagai proses pembelajaran (pendidikan nonformal) yang ditujukan untuk petani dan keluarganya memiliki peran penting dalam penyuluhan pertanian. Persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan- hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi, dan menafsirkan pesan. Penyuluh pertanian sebagai komunikator diharapkan dapat berperan sebagai guru, pembimbing, penasehat, penyampai informasi, dan mitra petani.

Dalam upaya menggambarkan penyuluhan pertanian secara menyeluruh dan terpadu diperlukan suatu perencanaan secara matang dan terarah.

Persepsi petani adalah di mana petani menilai/ menafsirkan kinerja PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan). Kegiatan penyuluhan pertanian adalah kegiatan yang dilakukan oleh penyuluh terhadap petani dalam hal penyebaran informasi pertanian yang bermanfaat untuk petani.

Beberapa kinerja penyuluh yang akan dilihat di Desa Paccellekang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa yaitu :

1. Kemampuan untuk berkomunikasi, yaitu kemampuan dan keterampilan penyuluh untuk berempati dan berinteraksi dengan masyarakat sasarannya.

2. Sikap penyuluh, antara lain sikap menghayati dan bangga terhadap profesinya, sikap bahwa inovasi yang disampaikan benar-benar merupakan kebutuhan nyata sasarannya, dan sikap menyukai dan mencintai sasarannya

(35)

dalam arti selalu siap memberi bantuan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan demi adanya perubahan-perubahan pada sasaran.

3. Kemampuan pengetahuan penyuluh yang terdiri dari isi, fungsi, manfaat serta nilai-nilai yang terkandung dalam inovasi yang disampaikan, latar belakang keadaan sasaran.

4. Karakteristik sosial budaya penyuluh, kemampuan seorang penyuluh dalam memposisikan perannya sebagai fasilitator, motivator, dan inovator harus diimbangi dengan beberapa kecakapan sosial (social skill).

Perubahan perilaku petani adalah petani bisa mengadopsi (menerapkan, mengikuti) informasi/ inovasi yang disampaikan oleh penyuluh dalam hal meningkatkan kesejahteraannya. PPL merupakan agen bagi perubahan perilaku petani dan PPL membantu petani untuk meningkatkan usahataninya.

(36)

Adapun kerangka pikir dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka Pikir Persepsi Petani terhadap Kinerja Penyuluh Pertanian Lapangan di Desa Paccellekang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa.

Perubahan perilaku petani

Kegiatan penyuluhan pertanian

Kinerja penyuluh dapat dilihat dari :

1. Kemampuan berkomunikasi penyuluh.

2. Sikap penyuluh.

3. Kemampuan pengetahuan penyuluh.

4. Kemampuan sosial penyuluh.

Persepsi petani

(37)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Paccellekang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa dengan alasan daerah ini mempunyai area persawahan yang cukup luas dan sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.

Waktu penelitian berlangsung dari awal bulan Juli 2014 sampai akhir bulan Agustus 2014.

3.2. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian yaitu masyarakat petani yang berada di Desa Paccellekang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa yang berjumlah 300 orang. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan metode acak sederhana (simple random sampling), dengan mengambil sebanyak 10 persen dari populasi sehingga diperoleh sebanyak 30 orang petani sebagai responden.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Ada dua jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari petani responden melalui wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner), sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari kantor desa, balai penyuluhan, dan instansi terkait lainnya.

(38)

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan :

1. Observasi, yaitu cara pengumpulan data tentang identitas responden, dengan pengamatan serta pencatatan secara langsung terkait dengan persepsi petani terhadap kinerja PPL,

2. Wawancara, yaitu cara pengumpulan data tentang identitas responden, dengan mengajukan pertanyaan secara langsung kepada responden dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan,

3. Pencatatan, yaitu cara pengumpulan data tentang identitas responden, faktor yang berhubungan dengan kinerja dengan mengutip dan mencatat sumber- sumber informasi, maupun dari instansi/ lembaga yang berkaitan dengan kegiatan penelitian,

4. Dokumentasi, yaitu cara pengumpulan data tentang identitas responden, dengan melalui pengambilan gambar yang berkaitan dengan kegiatan penelitian.

3.5. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan untuk mengetahui persepsi petani terhadap kinerja PPL, maka data yang digunakan adalah data yang diperoleh melalui wawancara dan pengamatan akan dideskripsikan secara kualitatif. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha menuturkan, mengklasifikasikan, membandingkan, sehingga diperoleh simpulan yang edukatif. Kinerja diukur dengan cara menghitung jumlah skor pertanyaan-pertanyaan positif dan negatif.

(39)

Rumus :

Sehingga diperoleh nilai = = = 0,66 1,00 + 0,66 = 1,66

1,67 + 0,66 = 2,33 2,34 + 0,66 = 3

Menurut Suharsaputra (2012), sehingga untuk mengetahui ukuran hasil penelitian sesuai dengan hasil perhitungan interval kelas maka diperoleh:

2,34- 3 (kategori tinggi) 1,67- 2,33 (kategori sedang) 1,00- 1,66 (kategori rendah) 3.6. Definisi Operasional

Konsep operasional yang digunakan pada penelitian ini mencakup pengertian-pengertian yang digunakan agar memudahkan pengambilan data dan informasi adalah sebagai berikut :

1. Petani adalah orang yang melakukan kegiatan usaha tani dan sekaligus bertindak untuk menilai kinerja PPL.

2. Persepsi adalah suatu proses dimana individu menilai atau menafsirkan dan memberi makna terhadap suatu objek pada penyuluh,dalam hal ini petani menilai PPL.

3. Kinerja penyuluh pertanian adalah pencapaian hasil kerja yang diharapkan dari seorang penyuluh pertanian dalam melaksanakan bidang kegiatan

nilai maksimum − nilai minimum jumlah kelas

(40)

persiapan penyuluhan pertanian, pelaksanaan penyuluhan pertanian, dan pelaporan hasil pelaksanaan penyuluhan pertanian.

4. Kemampuan untuk berkomunikasi, yaitu kemampuan dan keterampilan penyuluh untuk berempati dan berinteraksi dengan masyarakat sasarannya.

5. Sikap penyuluh, antara lain sikap menghayati dan bangga terhadap profesinya, sikap bahwa inovasi yang disampaikan benar-benar merupakan kebutuhan nyata sasarannya, dan sikap menyukai dan mencintai sasarannya dalam arti selalu siap memberi bantuan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan demi adanya perubahan-perubahan pada sasaran.

6. Kemampuan pengetahuan penyuluh yang terdiri dari isi, fungsi, manfaat serta nilai-nilai yang terkandung dalam inovasi yang disampaikan, latar belakang keadaan sasaran.

7. Karakteristik sosial budaya penyuluh, kemampuan seorang penyuluh dalam memposisikan perannya sebagai fasilitator, motivator, dan inovator harus diimbangi dengan beberapa kecakapan sosial (social skill).

8. Perilaku petani adalah tindakan yang dilakukan oleh petani secara berulang- ulang dan mendarah daging dalam kehidupannya sehari-hari baik dalam lingkungan seperti lingkungan keluarga, masyarakat, maupun lingkungan pekerjaan yang berlangsung terus-menerus.

9. Kegiatan penyuluhan adalah kegiatan yang dilakukan oleh penyuluh terhadap petani dalam hal penyebaran informasi pertanian yang bermanfaat untuk petani.

(41)

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1. Topografi dan Letak Geografis

Desa Paccellekang berada pada ketinggian 0-449 m dari permukaan laut, kemiringan tanah 0-45 %, dengan topografi datar dan berbukit. Desa Paccellekang yang merupakan salah satu desa di Kecamatan Pattallasang berada pada 119°

55722” Bujur Timur dan 5°21306” Lintang Selatan.

Desa Paccellekang yang terletak di Kecamatan Pattallasang ini mempunyai batas-batas wilayah :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Maros, b. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Panaikang, c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Pattallassang, d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Jene’madinging.

Wilayah administrasi Desa Paccellekang terbagi atas 4 dusun yaitu Dusun Pa’bundukang, Dusun Pattiro, Dusun Tambung Batu, dan Dusun Moncong Loe.

4.2. Keadaan Penduduk di DesaPaccellekang

Penduduk merupakan salah satu syarat bagi terbentuknya sebuah negara atau wilayah dan sekaligus sebagai asset atau modal bagi suksesnya pembangunan dari segala bidang kehidupan baik dalam bentuk pembangunan fisik maupun nonfisik. Oleh karena itu kehadiran dan peranannya sangat menentukan bagi perkembangan suatu wilayah, baik dalam skala kecil maupun besar.

Dilihat dari jumlah penduduknya, Desa Paccellekang termasuk desa terbesar kedua di Kecamatan Pattallassang, pada tahun 2013 jumlah penduduk

(42)

Desa Paccellekang tercatat sebesar 3.168 jiwa. Dan pada tahun 2012 jumlah penduduk mencapai 3.107 jiwa, sehingga penduduk pada tahun 2013 bertambah sebesar 2%. Persebaran penduduk di Desa Paccellekang pada empat dusun umumnya tidak merata.

Tabel 1. Jumlah Penduduk Desa Paccellekang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa 2013

No. Penduduk

Desa Paccellekang

Jumlah Penduduk (orang)

Presentase (%) 1.

2.

Laki-laki Perempuan

1.494 1.674

47,16 52,84

Jumlah total 3.168 100,00

Sumber : Kantor Desa Paccellekang dalam angka 2013.

Berdasarkan Tabel 1, menunjukkan bahwa jumlah penduduk Desa Paccellekang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa tahun 2013 sebanyak 3.168 orang, yang terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 1.494 orang (47,16%), dan penduduk perempuan sebanyak 1.674 orang (52,84%).

4.2.1. Umur Penduduk

Umur akan mempengaruhi kemampuan fisik manusia yang berhubungan dengan kekuatan dalam melakukan suatu pekerjaan maupun dalam meningkatkan usahataninya dengan menggunakan akal pikir untuk melakukan perubahan pada usahataninya. Umur penduduk di Desa Paccellekang dapat dilihat pada Tabel 2.

(43)

Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Paccellekang Tahun 2013

Kelompok Umur (tahun)

Jenis Kelamin

(orang) Total

(orang)

Presentase Laki-laki Perempuan (%)

1 – 24 25 - 44 45 - 64 ≥ 65

307 429 669 89

372 481 720 101

679 910 1.389 190

21,43 28,72 43,85 6,00

Jumlah 1.494 1.674 3.168 100,00

Sumber : Kantor Desa Paccellekang dalam angka 2013.

Berdasarkan Tabel 2, menunjukkan bahwa umur penduduk di Desa Paccellekang tahun 2013 yang berumur 1-24 tahun sebanyak 679 orang (21,43%), yang berumur 25-44 tahun sebanyak 910 orang (28,72%), yang berumur 45-64 tahun sebanyak 1.389 orang (43,85%), dan yang berumur ≥ 65 tahun sebanyak 190 orang (6%). Jadi, kesimpulan yang dapat diambil adalah umur penduduk Desa Paccellekang yang paling tinggi adalah yang berumur 45-64 tahun sebanyak 1.389 orang (43,85%) dibandingkan dengan yang lain.

4.2.2. Tingkat Pendidikan Penduduk

Tingkat pendidikan penduduk dapat digunakan untuk melihat kemampuan seseorang, misalnya saja dalam menyerap berbagai pengetahuan. Tingkat pendidikan seseorang juga berpengaruh terhadap pola pikir dan cara bertindak.

Misalnya, dalam menilai kinerja PPL dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dari petani itu sendiri. Tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 3.

(44)

Tabel 3. Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Status Pendidikan di Desa Paccellekang Tahun 2013

No. Tingkat Pendidikan

Jenis Kelamin

Total (orang)

Presentase Laki-laki (%)

(orang) Perempuan (orang) 1.

2.

3.

4.

SD/ setara/ sederajat SMP/ sederajat SMA/ sederajat Diploma 1 ke atas

109 154 77 22

96 185 63 17

205 339 140 39

28,35 46,89 19,36 5,40

Jumlah 362 361 723 100,00

Sumber : Kantor Desa Paccellekang dalam angka 2013.

Berdasarkan Tabel 3, menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang dijalani di Desa Paccellekang Kecamatan Pattallassang tahun 2013 di tingkat SD sebanyak 205 orang (28,89%), di tingkat SMP sebanyak 339 orang (46,89%), bersekolah di SMA sebanyak 140 orang (19,36%), Diploma 1 keatas sebanyak 39 orang (5,4%).

4.2.3. Mata Pencaharian Penduduk

Mata pencaharian merupakan aktivitas manusia untuk memperoleh taraf hidup yang layak dimana antara daerah yang satu dengan daerah lainnya berbeda sesuai dengan taraf kemampuan penduduk dan keadaan demografinya. Mata pencaharian adalah keseluruhan kegiatan untuk mengeksploitasi dan memanfaatkan sumber-sumber daya yang ada pada lingkungan fisik, sosial, dan budaya yang terwujud sebagai kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi.

Mata pencaharian penduduk di Desa Paccellekang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.

(45)

Tabel 4. Mata Pencaharian Masyarakat di Desa Paccellekang Tahun 2013 No. Jenis Mata Pencaharian Jumlah

(orang)

Presentase (%) 1.

2.

3.

4.

5.

Petani

Pegawai (PNS+TNI+Polri) Pedagang

Tukang Buruh

300 34 47 62 83

57,03 6,50 8,90 11,79 15,78

Jumlah 526 100,00

Sumber : Kantor Desa Paccellekang dalam angka 2013.

Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa di Desa Paccellekang mata pencaharian penduduk tahun 2013 yang paling tinggi adalah petani dengan jumlah 300 orang, dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa mata pencaharian yang ada di Desa Paccellekang adalah sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.

4.3. Luas Lahan Sawah dan Kering Menurut Penggunaannya

Penggunaan tanah di Desa Paccellekang dibedakan menjadi lahan kering dan lahan sawah. Lahan sawah meliputi sawah yang berpengairan secara tadah hujan dan PU desa/ non. Penggunaan lahan sawah dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Luas Penggunaan Lahan sawah di Desa Paccellekang No. Jenis Pengairan

(ha)

Luas (ha) 1.

2.

Tadah hujan PU desa/ non

80,73 192,43

Jumlah 273,16

Sumber : Kantor Desa Paccellekang dalam angka 2013.

Berdasarkan Tabel 5 menunjukan bahwa penggunaan lahan sawah di Desa Paccellekang menurut jenis pengairannya yaitu sawah tadah hujan dengan luas lahan 80,73 ha dan sawah PU desa/ non dengan luas lahan 192,43 ha.

(46)

Lahan kering meliputi lahan untuk bangunan dan pekarangan, tegalan/

kebun, ladang/ huma, hutan, dan lain-lain. Penggunaan lahan kering dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Luas Penggunaan Lahan Kering di Desa Paccellekang

No. Penggunaan Lahan

(ha) Luas

(ha) 1.

2.

3.

4.

Pekarangan/ halaman sekitarnya Perkebunan rakyat

Ladang/ huma Lain-lainnya

255,23 385,45 45,94 22,96

Jumlah 709,58

Sumber : Kantor Desa Paccellekang dalam angka 2013.

Berdasarkan Tabel 6 menunjukan bahwa penggunaan lahan kering di Desa Paccellekang menurut penggunaannya yaitu untuk pekarangan/ halaman sekitarnya dengan luas lahan 255,23 ha, untuk perkebunan rakyat dengan luas lahan 385,45 ha, untuk ladang/ huma dengan luas lahan 45,94 ha, dan untuk lain- lainnya dengan luas lahan 22,96 ha.

4.4. Sarana dan Prasarana di Desa Paccellekang

Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor penting dan sangat dibutuhakan oleh masyarakat Desa Paccellekang, karena berhubungan dengan berbagai segi kehidupan jasmani maupun rohani. Ketersediaan sarana dan prasarana tersebut tentunya akan memperlancar kegiatan masyarakat termasuk PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan), dalam melakukan aktivitasnya menyampaikan informasi kepada masyarakat petani. Sarana dan Prasarana dapat dilihat pada Tabel 7.

(47)

Tabel 7. Sarana dan Prasarana di Desa Paccellekang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa

No. Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah

(unit) 1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Masjid/ mushollah Sarana pendidikan : - SD

- SMP - SMA Kantor Desa

Lapangan sepak bola Posyandu

Rumah bersalin Puskesmas pembantu Angkutan darat

4 4 2 3 1 1 4 3 1 969

Jumlah 992

Sumber : Kantor Desa Paccellekang dalam angka 2013.

Berdasarkan Tabel 7 sarana dan prasarana, di Desa Paccellekang yaitu masjid/ mushollah berjumlah 4 unit, SD berjumlah 4 unit, SMP berjumlah 2 unit, SMA berjumlah 3 unit, kantor desa berjumlah 1 unit, lapangan sepak bola berjumlah 1 unit, posyandu berjumah 4 unit, rumah bersalin berjumlah 3 unit, puskesmas pembantu berjumlah 1 unit, dan angkutan darat berjumlah 969 unit.

(48)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Identitas Responden

Salah satu sumber pengumpulan data dalam proses penelitian yaitu melalui responden, oleh karena itu penting untuk dikemukakan beberapa hal yang berkaitan dengan keadaan responden, responden dalam penelitian ini berjumlah 30 orang petani yang berada di Desa Paccellekang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa.

Umur akan mempengaruhi kemampuan fisik manusia yang berhubungan dengan kekuatan dalam melakukan suatu pekerjaan maupun dalam meningkatkan usahataninya dengan menggunakan akal pikir untuk melakukan perubahan pada usahataninya. Keadaan petani responden berdasarkan umur, tingkat pendidikan jumlah tanggungan keluarga, dan pengalaman berusaha tani dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Distribusi Petani Responden Berdasarkan Tingkat Umur di Desa Paccellekang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa

No. Umur petani

(tahun) Jumlah

(orang) Presentase

(%) 1.

2.

3.

4.

5.

6.

34 - 39 40 - 45 46 - 51 52 - 56 57 - 61 62 – 66

8 6 3 6 5 2

27 20 10 20 17 6 Jumlah 30 100 Sumber : Data primer setelah diolah 2014.

Pada Tabel 8 menunjukkan bahwa pada umumnya umur petani responden masih berada pada usia produktif, sehingga diharapkan masih dapat meningkatkan

(49)

produksi usaha taninya. Dengan demikian dengan melihat keberhasilan petani sangat berkaitan erat dengan kinerja PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) dalam peningkatan hasil-hasil pertanian khususnya pada tanaman komoditas padi, sehingga produksinya lebih besar.

Tingkat pendidikan penduduk dapat digunakan untuk melihat kemampuan seseorang, misalnya saja dalam menyerap berbagai pengetahuan. Tingkat pendidikan seseorang juga berpengaruh terhadap pola pikir dan cara bertindak.

Misalnya, dalam menilai kinerja PPL dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dari petani itu sendiri.

Tabel 9. Distribusi Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Paccellekang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa

No. Tingkat Pendidikan Jumlah

(orang) Presentase

(%) 1.

2.

3.

4.

SD

SMP/ sederajat SMA/ sederajat Sarjana

17 8 2 3

57 27 6 10 Jumlah 30 100 Sumber : Data primer setelah diolah 2014.

Pada Tabel 9, menunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani responden di Desa Paccellekang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa pada umumnya berlatar belakang pendidikan sarjana (10%), sebagian berpendidikan SMA (6%), berpendidikan SMP (27%), serta berpendidikan SD (57%). Dengan demikian petani responden memiliki pendidikan yang cukup memadai dalam pengembangan usaha taninya. Dimana perilaku petani sangat dipengaruhi oleh pengetahuan dari tingkat pendidikan, kecakapan, dan sikap mental petani itu sendiri.

(50)

Jumlah tanggungan keluarga petani bertujuan untuk melihat seberapa besar tanggungan keluarga tersebut. Dalam penelitian ini jumlah tanggungan keluarga yang terdiri dari kepala keluarga, istri, anak, dan tanggungan lainnya yang berstatus tinggal bersama dalam satu keluarga.

Tabel 10. Distribusi Petani Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga di Desa Paccellekang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa

No. Anggota Keluarga Jumlah

(orang)

Presentase (%) 1.

2.

3.

2 - 3 4 - 5 6 – 7

18 11 1

60 37 3

Jumlah 30 100

Sumber : Data primer setelah diolah 2014.

Tabel 10 menunjukkan bahwa tanggungan keluarga petani responden di Desa Paccellekang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa pada umumnya 18 orang responden berjumlah antara 2-3 tanggungan keluarga (60%), dan 11 orang responden dengan tanggungan keluarga antara 4-5 (37%), kemudian 1 orang responden dengan tanggungan keluarga antara 6-7 (3%). Dengan demikian petani responden memiliki tanggungan keluarga yang cukup banyak.

Pengalaman usahatani yaitu lamanya petani dalam melakukan usahatani.

Petani akan cenderung belajar dari pengalamannya dalam berusahatani, untuk memulai atau melanjutkan pekerjaan yang pernah dilakukannya karena mereka telah memiliki gambaran tentang apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan produksi usahataninya.

(51)

Tabel 1I. Distribusi Petani Responden Berdasarkan Pengalaman Berusahatani Petani di Desa Paccellekang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa

No. Pengalaman Petani

(tahun) Jumlah

(orang) Presentase

(%) 1.

2.

3.

4.

5.

6.

4 – 10 11 - 17 18 - 24 25 - 31 32 - 38 39 – 45

4 2 6 6 10 2

13,33 6,67 20,00 20,00 33,33 6,67 Jumlah 30 100,00 Sumber : Data primer sudah diolah 2014.

Berdasarkan Tabel 11 diketahui bahwa sebagian besar pengalaman petani yang melakukan usahatani padi yaitu 32-38 tahun sebanyak 10 orang (33,33%), dan sebagian kecil pengalaman petani yang melakukan usahatani padi yaitu 11-17 sebanyak 2 orang (6,67%) dan 39-45 tahun sebanyak 2 orang (6,67%).

Luas lahan adalah luas lahan yang dikuasai dan digunakan untuk usaha agribisnis yang terdiri dari lahan perkebunan dan lahan sawah. Dengan memiliki lahan yang luas serta dimanfaatkan secara optimal, tentunya akan memperoleh hasil yang lebih besar dengan sendirinya akan memperoleh pendapatan yang lebih tinggi.

Tabel 12. Distribusi Petani Responden Berdasarkan Luas Lahan Garapan Petani di Desa Paccellekang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa

No. Lus lahan

(ha)

Jumlah (orang)

Presentase (%) 1.

2.

3.

4.

0,2 - 0,3 0,4 - 0,5 0,6 - 0,7 0,8 - 1

5 10 11 4

16,70 33,30 36,70 13,30

Jumlah 30 100,00

Sumber : Data primer setelah diolah 2014.

(52)

Berdasarkan Tabel 12 menunjukkan bahwa luas lahan garapan petani responden di desa lebih dominan berkisar antara 0,6-0,7 ha dimana jumlah 11 orang (36,7%), dan sebagian kecil responden memiliki luas lahan garapan 0,8-1 ha dimana jumlah 4 orang (13,3%), kemudian sisanya memiliki luas lahan garapan 0,2-0,3 ha berjumlah 5 orang (16,6%), dan 0,4-0,5 ha berjumlah 10 orang (33,3%).

5.2. Kinerja PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan)

Penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sesamanya memberikan pendapat sehingga bisa membuat keputusan yang benar. Petani menilai kegiatan yang dilakukan penyuluh dalam hal penyuluh melakukan diskusi mengenai bagaimana cara bertani yang baik dan benar sehingga hasil produksi usaha petani bisa meningkat. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang kinerja PPL dalam melakukan aktivitasnya di Desa Paccellekang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa dapat dilihat pada Tabel 13.

(53)

Tabel 13. Persepsi Petani terhadap Kinerja PPL Berdasarkan Kemampuan Berkomunikasi kepada Petani di Desa Paccellekang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa

No. Aspek Skor

(%) Kategori

1.

2.

3.

4.

Berdiskusi.

Hubungan PPL dengan petani pada saat penyuluhan.

Penyuluh melakukan

pertemuan dengan petani dalam satu bulan.

Pendapat petani setelah mendapat penyuluhan.

2,1 2,2 1,1

2,7

Sedang Sedang Rendah

Tinggi

Rata-rata 2,03 Sedang

Sumber : Data primer setelah diolah 2014.

Berdasarkan pada Tabel 13, menunjukkan bahwa persepsi petani terhadap kinerja PPL berdasarkan kemampuan berkomunikasi kepada petani dalam kegiatan penyuluhan adalah sebagai berikut :

1. Kegiatan berdiskusi yang dilakukan penyuluh berada dikategori sedang (2,1%). Kegiatan berdiskusi mengenai bertani yang benar secara langsung antara petani dengan penyuluh, petani secara langsung mendatangi PPL baik itu pada saat di lapangan maupun ketika PPL berada di rumahnya.

2. Hubungan PPL dengan petani pada saat penyuluhan dikategori sedang (2,2%), karena mereka sudah saling mengenal dan terkadang hanya menggunakan bahasa daerah agar mudah dimengerti oleh petani yang kurang memahami penggunaan bahasa Indonesia yang disebabkan faktor pendidikan dan usia yang sudah tidak produktif lagi.

3. Penyuluh melakukan pertemuan dengan petani dalam satu bulan berada dalam kategori rendah (1,1%), di mana responden mengatakan bahwa pertemuan antara petani dan penyuluh hanya dilakukan antara 1-2 kali dalam

(54)

sebulan. Kegiatan tersebut rata-rata dilakukan di gedung pertemuan kantor desa atau datang secara langsung menemui PPL di rumahnya secara langsung.

4. Pendapat petani setelah mendapatkan penyuluhan berada dalam kategori tinggi (2,7%), karena kebanyakan dari mereka walaupun sudah mendapatkan penyuluhan tetap dengan cara mereka sebelumnya, dan akan mencoba sesuai dengan saran penyuluh setelah mengamati hasil dari orang lain, mereka takut mencoba karena takut rugi.

Seorang penyuluh atau sekaligus sebagai pendidik penyuluh haruslah pintar-pintar menciptakan suasana yang produktif dalam penyampaian informasi yang dibutuhkan petani sehingga terjadi tukar pikiran antara penyuluh dan petani, supaya petani bisa menerima dan memahami informasi yang disampaikan oleh penyuluh. Peranan yang dapat dimainkan oleh agen penyuluh dan petani dalam merencanakan program penyuluhan, disatu sisi tergantung pada pengetahuan dan kecakapan kedua kelompok tersebut. Disisi lain, tergantung pada hak-hak yang dimiliki masing-masing kelompok untuk mengambil keputusan. Salah satu pertimbangan mengenai hak ini adalah dampaknya pada motivasi penyuluh dan petani untuk mencapai tujuan program penyuluhan.

Sesuai dengan uraian di atas, jelaslah bahwa untuk menyukseskan pembangunan dibidang pertanian tidak terlepas dari peran seorang penyuluh sebagai fasilitator yang dapat memberikan kontribusi bagi para petani dalam hal menyelesaikan permasalahan dibidang pertanian. Penyuluh pertanian sangat berperan penting dalam menyampaikan informasi, menambah wawasan,

(55)

pengetahuan sekaligus keterampilan petani dalam melakukan usahataninya, sehingga kegiatan usahatani tidak lagi untuk meningkatkan produksi dan mencukupi kebutuhan keluarga petani saja tetapi untuk meningkatkan pendapatan yang diharapkan kesejahteraan keluarga petani dapat meningkat. Penyuluh menyampaikan materinya sesuai dengan kebutuhan para petani. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Persepsi Petani terhadap Kinerja PPL Berdasarkan Sikap Penyuluh dalam Setiap Kegiatan Penyuluhan di Desa Paccellekang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa

No. Aspek Skor

(%) Kategori

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Terjadi pertukaran ide.

Berbagi pengalaman.

Mendengarkan pandangan masing- masing.

Penyuluh menciptakan suasana dalam penyampaian informasi pada saat kegiatan penyuluhan.

Sikap penyuluh dalam diskusi.

Petani memutuskan untuk mempraktekkan saran dari PPL.

2,20 2,70 2,26 3,00

2,56 3,00

Sedang Tinggi Tinggi Tinggi

Tinggi Tinggi

Rata-rata 2,62 Tinggi

Sumber : Data primer setelah diolah 2014.

Berdasarkan pada Tabel 14, menunjukkan bahwa persepsi petani terhadap kinerja PPL berdasarkan sikap dalam setiap kegiatan penyuluhan adalah sebagai berikut :

1. Kegiatan penyuluhan dalam berdiskusi terjadi pertukaran ide antara petani dengan penyuluh berada dalam kategori sedang (2,2%), karena penyuluh terkadang memberi materi yang dibutuhkan petani tampa memperhatikan masalah yang ada di lapangan sehingga materi yang disampaikan PPL pada

(56)

saat kegiatan penyuluhan berlangsung tidak sesuai dengan informasi yang dibutuhkan oleh petani dalam mengembangkan usahataninya.

2. Berbagi pengalaman dengan petani berada dalam kategori tinggi (2,7%), karena penyuluh menceritakan pengalaman kerja selama menjadi penyuluh, kemudian petanipun sebaliknya menceritakan pengalaman berusahataninya, sehingga terjadi pertukaran informasi antara penyuluh dengan petani, sehingga informasi itu dapat dijadikan sebagai pengetahuan untuk petani dalam peningkatan usahataninya.

3. Mendengar pandangan masing-masing berada dalam kategori tinggi (2,26%), karena penyuluh dan petani saling menghargai pandangan yang disampaikan sehingga terjadi pertukaran ide yang menghasilkan solusi yang dibutuhkan petani.

4. Penyuluh dalam menciptakan suasana dalam penyampaian informasi pada saat kegiatan penyuluhan berada dalam kategori tinggi (3%), dengan memberikan kesempatan kepada para petani untuk menanyakan mengenai hal yang berhubungan tentang kegiatan pertanian, di mana PPL harus mampu memberikan solusi atas pertanyaan yang diajukan oleh petani dalam memberikan informasi lainnya seperti penggunaan teknologi yang tepat di Desa Paccellekang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa membaur dengan masyarakat petani yang ada.

5. Sikap yang ditunjukkan penyuluh dalam melakukan kegiatan diskusi dengan petani berada dalam kategori tinggi (2,56%), karena pada saat kegiatan diskusi berlangsung PPL bersikap ramah dalam memberikan solusi atau

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan untuk kadar protein, variabel yang memenuhi standar mutu mie kering mutu II yakni minimal 8% adalah variabel komposisi tepung jagung:tepung terigu =

Thalassia hemprichii yang memiliki kepadatan tertinggi di lokasi penelitian disebabkan karena peluang ditemukannya jenis ini lebih banyak dan jenis substrat yang

Desain file merupakan perancangan basis data yang akan menampung data entri sehingga dapat dibaca dari program yang telah dirancang, adapun desain file kamus Bahasa Jepang

Pembangunan dan pengembangan database aparatur di Kota Salatiga sudah tersedia. Hal ini dapat dilihat dari aplikasi SIMPEG yang berguna untuk menghimpun data-data

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah-Nya kepeda penulis, sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Upaya

Pendekatan diversi dan keadilan restoratif dalam penanganan kasus ABH merupakan suatu upaya yang sangat baik dalam perubahan hukum di Indonesia dan untuk mengetahui apa saja yang

Dan yang sudah sertifikasi berjumlah 20 orang guru, sehingga kualitas dan hasil pembelajaran di MTs Negeri Tanjung Raja memiliki kemampuan dan kompetensi yang baik dalam

iv. Prinsip konsistensi menyatakan bahawa semua elemen perlu kekal pada kedudukan yang sama supaya pengguna akan berasa selesa semasa menggunakan aplikasi yang dibina. Pengguna