• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTARK. IDRIS AFFANDI Praktikum Kultur Jaringan : Multiplikasi Tanaman, Kultur Anther dan Kultur. Di bawah bimbingan ANGGRAENI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ABSTARK. IDRIS AFFANDI Praktikum Kultur Jaringan : Multiplikasi Tanaman, Kultur Anther dan Kultur. Di bawah bimbingan ANGGRAENI"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTARK

IDRIS AFFANDI Praktikum Kultur Jaringan : Multiplikasi Tanaman, Kultur Anther dan Kultur. Di bawah bimbingan ANGGRAENI

Teknik budidaya tanaman dengan menggunakan metode konvensional dalam medium tanah atau pasir seringkali menghadapi kendala teknis, lingkungan maupun waktu. Pada tahun 1901 Morgan mengemukakan bahwa setiap sel mempunyai kemampuan untuk berkembang menjadi suatu jasad hidup yang lengkap melalui proses regenerasi. Kemampuan ini oleh morgan disebut sebagai totipotensi (totipotency). Kultur jaringan tanaman merupakan teknik budidaya (perbanyakan) sel, jaringan, dan organ tanaman dalam suatu lingkungan yang terkendali dan dalam keadaan aseptik atau bebas dari mikroorganisme. Berdasarkan bagian tanaman yang dikulturkan secara lebih spesifik terdapat tipe-tipe kultur yaitu, kultur kalus, kultur suspensi sel, kultur anter, kultur akar, kultur pucuk tunas, kultur embrio, kultur ovul, dan kultur kuncup bunga. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan tanaman setelah dilakukan subkultur dengan kultur eksplan yang berbeda. Tingkat persentase keberhasilan lebih besar dibandingkan dengan tingkat kematian dan kontaminan. Subkultur yang mengalami kontamianan pada perlakuan ini ditunjukkan dengan tumbuhnya jamur pada media yang digunakan untuk subkultur.

Berdasrkan pengamatan yang dilakukan mengenai kultur anther didapatkan hasil Yaitu pada masing-masing perlakuan baik kotiledon maupun hipokotil mengalami kematian dengan presentase 100% yang mengartikan bahwa seluruh eksplan mengalami kematian. Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa pada kelima ulangan perlakuan kultur anther semuanya mengalami kontaminasi. Jenis kontaminan yaitu diduga karena terkontaminasi jamur ataupun bakteri.

Keywords: kultur jaringan, tanaman, presentase

(2)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Teknik budidaya tanaman dengan menggunakan metode konvensional dalam medium tanah atau pasir seringkali menghadapi kendala teknis, lingkungan maupun waktu.

Sebagai contoh perbanyakan tanaman dengan menggunakan biji memerlukan waktu yang relative lama dan seringkali hasilnya tidak seperti tanaman induknya. Kendala lain yang juga sering muncul adalah gangguan alam, baik yang disebabkan oleh jasad hidup, misalnya hama dan penyakit, maupun cekaman lingkungan yang dapat mengganggu keberhasilan perbanyakan tanaman di lapangan. Kebutuhan akan bibit tanaman dalam jumlah besar, berkualitas, bebas hama dan penyakit serta harus tersedia dalam waktu singkat seringkali tidak dapat dipenuhi dengan menggunakan metode konvensional baik secara generatif maupun vegetatif (Rahardja 2001)

Pada tahun 1901 Morgan mengemukakan bahwa setiap sel mempunyai kemampuan untuk berkembang menjadi suatu jasad hidup yang lengkap melalui proses regenerasi. Kemampuan ini oleh morgan disebut sebagai totipotensi (totipotency). Konsep totipotensi tersebut mempunyai makna sangat penting dalam bidang kultur jaringan. Istilah kultur jaringan mengacu pada teknik untuk menumbuhkan jasad multiseluler dalam medium padat maupun cair menggunakan jaringan yang diambil dari jasad tersebut. Teknik kultur jaringan tersebut dilakukan sebagai alternative perbanyakan tanaman bukan dengan menggunakan media tanah, melainkan dalam medium buatan di dalam tabung.teknik ini sekarang sudah berkembang luas sehingga bagian tanaman yang digunakan sebagai awal perbanyakan tidak hanya berupa jaringan melainkan juga dalam bentuk sel sehingga juga dikenal teknik kultur sel. Berdasarkan dari hal tersebut diatas, maka diadakanlah penulisan makalah ini dengan tujuan untuk mengetahui teknik kultur jaringan tumbuhan dengann menggunakan kultur kalus atau kutur sel (Sandra 2006)

Kultur jaringan tanaman merupakan teknik budidaya (perbanyakan) sel, jaringan, dan organ tanaman dalam suatu lingkungan yang terkendali dan dalam keadaan aseptik atau bebas dari mikroorganisme. Secara umum perbanyakan tanaman berdasarkan perkembangan dan siklus

hidupnya dapat digolongkan menjadi dua, yaitu perbanyakan secara seksual dan perbanyakan secara aseksual (Pramono 2007)

Berdasarkan bagian tanaman yang dikulturkan secara lebih spesifik terdapat tipe-tipe kultur yaitu, kultur kalus, kultur suspensi sel, kultur anter, kultur akar, kultur pucuk tunas, kultur embrio, kultur ovul, dan kultur kuncup bunga.

Kultur jaringan bermula dari adanya pembuktian sifat totipotensi sel, yaitu bahwa setiap sel tanaman yang hidup dilengkapi dengan informasi genetik dan perangkat fisiologis yang lengkap untuk tumbuh dan berkembang menjadi tanaman utuh, jika berada dalam kondisi yang sesuai.

Penemuan zat pengatur tumbuh (ZPT) dan upaya pengembangan formulasi media sangat berperan penting dalam menentukan keberhasilan teknik kultur jaringan. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman dengan menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat yang steril (Zulkarnain 2000)

Tujuuan

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan tanaman setelah dilakukan subkultur dengan kultur eksplan yang berbeda.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan dari bulan september-Desember 2016 dilaksaanakan didua laboatorium yaitu Laboratorium Kultur Jaringan Jurusan Agroteknologi dan Ruangan Herbrium Jurusan Biologi Fakultas Petanian, Perikanan dan Biologi Universitas bangka belitung.

Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah botol kultur sebagai tempat penanaman eksplan, autoklaf untuk mensterilkan alat-alat, petridish untuk tempat meletakkan eksplan, LAF (Laminar Air Flow) untuk menabur atau tempat menanam, erlenmeyer sebagai wadah larutan, gelas ukur untuk menakar larutan yang digunakan, timbangan analitik untuk menimbang media dan bahan yang digunakan, scalpel untuk memotong eksplan, pinset untuk menjepit eksplan pada waktu menanam, handsprayer untuk menyemprotkan alkohol,

(3)

lampu bunsen untuk membakar eksplan dan mensterilkan scalpel dan pinset, gunting untuk membuang bagian tanaman yang tidak terpakai, Jas labraorium untuk dipakai ketika bekerja sehingga mengurangi kontaminasi, masker sebagai penutup mulut, rak kultur sebagai tempat meletakkan botol kultur, serbet untuk membersihkan meja LAF, pulpen sebagai alat tulis.

Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah media MS sebagai media tanam dalam praktikum; Bunga anggrek, kecambah dan bunga sepatu digunakan sebagai eksplan pada praktikum kultur anther; alcohol 96

% untuk mensterilkan eksplan dan ruang penabur (LAF); aquadest steril digunakan untuk membersihkan sisa larutan pensteril; betadine 5%

sebagai antibiotic; larutan fungisida untuk merendam eksplan; alumunium foil sebagai penutup botol kultur, tween 20 untuk mensterilkan eksplan; spiritus sebagai bahan bakar bunsen dan untuk sterilisasi eksplan dan alat (pinset dan scalpel); label untuk pemberian label pada botol kultur; korek api untuk menyalakan api bunsen;

detergen untuk membersihkan permukaan eksplan; Air kelapa sebagai Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) alami.

Cara Kerja

Pada pelaksanaan praktikum kultur jaringan dilakuakan 3 perlakuan yaitu multiplikasi tanaman, kultur anther dan kultur kalus.

Mutiplikasi

Planlet yang berasal dari eksplan anggrek. Pertama-tama, disiapkan kultur anggrek steril yang telh direndam fungisida dan bakterisida yang sudah siap subkultur untuk multilikasi atau perbanyakan dan media kosong dengan zpt alami berupa air kelapa. Planlet tanaman anggrek dari botol kultur dkeluarkan dan diletakkan pada petrdish steril. tanaman anggrek dipisahkan satu-persatu tanaman yang tumbuh menggerombol,menggunakan pinset dan pisau steril. satu persatu anggrek ditanam ke dalam media kosong yang telah disediakan, kemudian disimpan dalam ruangan yang bersuhu terkontrol 160C. Pelaksaan multiplikasi dilakukan di ruang steril untuk menghindari terjadinya kontaminasi.

Kultur Kalus

Permukaan Kecamabah dicuci bersih dengan air mengalir. Eksplan kecambah dipotong menjadi dua yaitu kotiledon dan hipokotil. Dalam

laminar air flow, ekspalan kecambah direndam dalam erlenmeyer dengan alkohol seama 5 menit sambil di kocok. Alkohol dibuang tanpa menyentuh/menjatuhkan wortel, bilas dengan aquades steril. Kemudian masukan bayclin 20%, rendam selama 15 menit sambil di kocok. Buang bayclin, bilas dengan aquades steril hingga 4-5 kali. Ambil potongan wotel dengan pinset, pindahkan ke dalam petridisk. Eksplan dimasukkan dalam media dibagikan menjadi da yaitu berisi kotiledo dan yang berisi hipokotil.

Perkembangan eksplan diamati selama 3 minggu, jika terjadi kontaminasi keluarkan botol kultur dan dicuci bersh botol kultur

Kultur anther Sterilisasi Eksplan

Dicuci eksplan dengan detergen selama 30 menit sambil terus digjok kemudian dibilas dengan air mengalir. Direndam eksplan yang sudah bersih dalam larutan tween 20 sebanyak 2- 3 tetes, kemudian digojok selama 30 menit, selanjutnya dibilas dengan aquadest steril minimal sebanyak 3 kali. Direndam eksplan dalam larutan chlorox 20% + tween 20 selama 10 menit sambil digojok kemudian dibilas dengan aquadest steril minimal sebanyak 3 kali. Direndam eksplan dalam larutan iodine 5% selama 10 menit sambil digojok kemudian dibilas dengan aquadest steril minimal sebanyak 3 kali.

Penanaman Eksplan

Dipindahkan kuncup bunga yang sudah steril ke dalam petridish. Dikeluarkan kepala sari dari kuncup bunga dengan menggunakan scalpel dan pinset. Ditanam anther pada media MS . Diinkubasi kultur tersebut dalam keadaan terang dengan suhu yang terkontrol.

HASIL DAN PEMBAHASAN Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian- bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbayakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat steril (Pramono 2007).

Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman, khususnya

(4)

untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif. Bibit yang dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai beberapa keunggulan, antara lain: mempunyai sifat yang identik dengan induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga tidak terlalu membutuhkan tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam waktu yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, kecepatan tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional (Rahardja 2001)

Tahapan-tahapan yang dilakukan dengan teknik kultur jaringan adalah (Rahardja 2001):

1. pembuatan media. Inisiasi, pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan dikulturkan.

2. Sterilisasi, dalam melakukan kultur jaringan harus semua bahan dan alat yang steril.

3. Multiplikasi, menanam calon tanaman sebagai eksplan ke dalam media.

4. Pengakaran, dimana eksplan mulai mengeluarkan akar dan menunjukkan penanaman dari kultur jaringan mulai berjalan.

5. Aklimatisasi, kegiatan memindahkan eksplan dari media kultur jaringan ke lahan untuk siap ditanam.

Pada praktikum kultur jaringan dengan acara subkultur yang bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan kultur baru setelah dilakukan subkultur dengan menggunakan media yang berbeda dari media awalnya. Subkultur yang dilakukan adalah multiplikasi yaitu perbanyakan tanaman yang ditanam dalam media. Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu, Laminar Air Flow (LAF), Botol semprot yang berisi alkohol 70%, Pinset, Pisau, Seal wrap (segel), Kertas label, Alat tulis, Bunsen dan Petri dish.

Sedangkan bahan yang harus disediakan yaitu Planlet dari eksplan tembakau dan anggrek yang sudah siap untuk subkultur, media baru yang kosong, alkohol 70%.

Setelah alat dan bahan sudah lengkap tersedia, maka praktikan dapat memulai praktikum acara subkultur dengan prosedur sama sesuai dengan modul yaitu menyiapkan kultur yang sudah siap subkultur dan media kosong, mengeluarkan tanaman dari botol kultur dan meletakkanya di petrdish steril, memisahkan satu persatu tanaman anggrek yang tumbuh menggerombol. Cara memisahkan untuk eksplan anggrek menggunakan irisan longitudinal yaitu

irisan yang mengarah pada arah horizontal atau juga dapat disebut menyamping dengan media MS (Murashige and Skoog). Hal ini dilakukan menurut Jolanda (2003), supaya beberapa bagian penting pada anggrek ikut terpotong atau teriris pada bagian yang tidak diinginkan. Cara untuk memisahkan eksplan anggrek menggunakan irisan transversal yaitu irisan yang mengarah kearah vertikal pada media.

Hal ini juga didasarkan dengan bentuk eksplan anggrek yaitu bentuk dan strukturnya.

Alasan lain yang mendukung diberlakukan irisan ini yaitu mengacu pada dasar cloning yang terdapat adanya beberapa titik potong yang sesuai. Metode irisan atau pemotongan menggunakan pinset dan pisau steril, lalu pada akhirnya menanam satu persatu tembakau ke dalam media kosong yang telah disediakan (Zulkarnain 2000). Setelah selesai menanam maka akan dilaksanakan pengamatan yang menggunakan parameter mengamati jumlah tunas, akar, dan tinggi serta berat tanaman yang muncul selama pengamatan.

Tabel 1. Hasil pengamatan multiplikasi anggrek selama 4 minggu

No Parameter Pengamatan Persentase

1 Kontaminan % 42,85%

2 Kematian % 0 %

3 Keberhasilan % 57,15

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan didapatkan hasil bahwa dari ke 7 eksplan anggrek yang disubkulturkan, yang mengalami pertumbuhan sebanayak 4 dengan presentase 57,15% dan yang terkontaminasi sebanyak 3 dengan presentase 42,85%. Tingkat persentase keberhasilan lebih besar dibandingkan dengan tingkat kematian dan kontaminan.

Subkultur yang mengalami kontamianan pada perlakuan ini ditunjukkan dengan tumbuhnya jamur pada media yang digunakan untuk subkultur. Menurut Pramono (2007), Eksplan atau kultur dapat terkontaminasi oleh berbagai mikrooganisme seperti jamur, bakteri, serangga atau virus. Namun, sumber utama kontaminan adalah spora jamur dan bakteri yang membentuk bagian alami dari atmosfer.

(5)

Kalus adalah suatu kumpulan sel amorphous yang terjadi dari sel-sel jaringan yang membelah diri secara terus menerus. Penelitian pembentukan kalus pada jaringan terluka pertama kali dilakukan oleh Sinnott pada tahun 1960.

Pembentukan kalus pada jaringan luka dipacu oleh zat pengatur tumbuh auksin dan sitokinin endogen (Sandra 2006). Secara in vivo, kalus pada umumnya terbentuk pada bekas-bekas luka akibat serangan infeksi mikro organisme seperti Agrobacterium tumefaciens, gigitan atau tusukan serangga dan nematoda. Kalus juga dapat terbentuk sebagai akibat stress (Siregar et al.

2006).

Siregar et al (2006), Kultur kalus bermanfaat untuk mempelajari beberapa aspek dalam metabolisme tumbuhan dan diferensiasinya, antara lain:

1. Mempelajari aspek nutrisi tanaman.

2. Dalam beberapa hal, perlu fase pertumbuhan kalus sebelum regenerasi via somatic embryogenesis atau organogenesis. Embrio aseksual atau embrio somatik (somatic embryo) adalah embrio yang terbentuk bukan dari penyatuan sel-sel gamet jantan dan betina atau dengan kata lain embrio yang terbentuk dari jaringan vegetatif/somatik. Embrio ini dapat terbentuk dari jaringan tanaman yang dikulturkan tanpa melalui proses yang dikenal dengan nama somatic embryogenesis. Jika proses ini terbentuk langsung pada eksplan tanpa melalui proses pembentukan kalus terlebih dahulu, maka prosesnya disebut somatic embryogenesis langsung (direct somatic embryogenesis).

3. Untuk menghasilkan varian somaklonal (genetic atau epigenetic).

4. Sebagai bahan awal kultur protoplast dan kultur suspensi.

5. Untuk produksi metabolit sekunder dan regulasinya.

6. Transformasi genetik menggunakan teknik biolistik.

7. Digunakan untuk seleksi in-vitro.

Tabel 2. Hasil pengamatan induksi kalus kotiledon dan hipokotil kecambah kacang hijau selama 4 minggu dalam hitungan presentase

No parameter kotiledon hipokotil

1 2 1 2 3

1 Kontaminan - - - - -

2 Tumbuh - - - - -

3 kematian 100 100 100 100 100

4 warna C C CK C CK

Ket: C= Coklat

CK= Coklat Kuning

Berdasrkan pengamatan yang dilakukan mengenai kultur anther didapatkan hasil pada pada tabel 2. Yaitu pada masing-masing perlakuan baik kotiledon maupun hipokotil mengalami kematian dengan presentase 100%

yang mengartikan bahwa seluruh eksplan mengalami kematian.

Menurut Sulistiani & Yani (2014), Pertumbuhan kultur kalus paling cepat terjadi pada 14 hari setelah ditanam dimedia perlakuan, sedangkan paling lambat terjadi pada 28 hari stelah penanaman. Pada pengamatan dilakukan waktu 28 hari pengamatan tetapi tidak ada satupun eksplan yang mengalami pertumbuhan, tetapi eksplan mengalami kematian yaitu dengan ditandai dengan perubahan warna menjadi coklat (Browning).

Menurut Santoso & Nursandi (2004), Pencokatan adalah suatu karakter munculnya warna coklat atau hitam yang sering membuat tidak terjadinya pertumbuhan dan perkembangan eksplan. Pristiwa ini sesungguhnya merupakan pristiwa alamiah biasa yang terjadi pada sistem biologi, suatu proses adaptif, bagian tanaman akibat adanya pengaruh fisik atau biokimia.

Gambar 1. Eksplan Anggrek yang akan dimultiplikasi atau subkultur

Gambar 2. Hasil pengamatan kultur kalus pada hari ke 28

(6)

Kultur anther merupakan salah satu teknik dasar penerapan bioteknologi untuk pemuliaan tanaman. Dari kultur anther akan didapatkan tanaman haploid. Pembentukan tanaman haploid melalui pembentukan kalus atau androgenesis langsung. Manfaat tanaman haploid dalam pemuliaan tanaman adalah apabila digandakan kromosomnya dengan kolkhisin atau melalui fusi protoplas akan diperoleh tanaman 100%

homozigot.

Kultur anther dan serbuk sari digunakan untuk menghasilkan tanaman monoploid atau haploid. Meskipun mutasi mudah terjadi dalam sel biakan namun banyak mutasi tersebut bersifat resesif. Oleh karena itu tidak terdektesi karena sel – selnya dalam keadaan diploid atau poliploid (Rahardja 2001).

Bennet dan O’neil (1989) menyatakan bahwa kegunaan kultur anther antara lain mampu menghasilkan tanaman monohaploid yang dapat digunakan untuk pemuliaan tanaman selanjutnya dan dapat menghilangkan sifat resesif, serta dapat dihasilkan derivate yang (diploid) dengan cara merangkapkan kromosom dengan perlakuan kolkisin dan mengadakan silangan tanaman monohaploid dan untuk membuat tanaman homozigot .

Media yang digunakan dalam percobaan kultur anther adalah media MS. Media merupakan salah satu faktor penentu dalam keberhasilan kultur jaringan, karena di dalam media terkandung berbagai nutrisi dan zat pengatur tumbuh yang dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan eksplan yang dikulturkan. Sesuai dengan literatur dari Jolanda (2003) bahwa media yang biasa digunakan untuk kultur jaringan adalah media MS yang mana media ini mengandung jumlah hara organik yang layak untuk memenuhi kebutuhan banyak jenis sel tanaman.

Tabel 3. Hasil pengamatan kultur anther pada tanaman kembang sepatu selama 4 minggu

Ulangan pertumbuhan keterangan 1 Kontaminasi

Terkontaminasi jamur dan

bakteri 2 Kontaminasi

3 Kontaminasi 4 Kontaminasi 5 Kontaminasi

Berdasarkan hasil yang didapatkan pada tabel 3.

terlihat bahwa pada kelima ulangan perlakuan

kultur anther semuanya mengalami kontaminasi.

Jenis kontaminan yaitu diduga karena terkontaminasi jamur ataupun bakteri.

Menurut Pramono (2007), Eksplan atau kultur dapat terkontaminasi oleh berbagai mikrooganisme seperti jamur, bakteri, serangga atau virus. Namun, sumber utama kontaminan adalah spora jamur dan bakteri yang membentuk bagian alami dari atmosfer.

Dalam kegiatan kultur jaringan terdapat masalah-masalah yang muncul sebagai pengganggu dan bahkan menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan kegiatan kultur yang dilakukan.

Gangguan kultur secara umum dapat muncul dari bahan yang ditanam, dari lingkungan kultur, maupun dari manusianya. Permasalahan dalam kultur ada yang dapat diprediksi sebelumnya dan ada pula yang sulit diprediksi kejadiannya. Untuk yang tidak dapat diprediksi, cara mengatasinya tidak dapat secara preventif tetapi diselesaikan setelah kasus itu muncul. Adapun beberapa masalah dalam kultur jaringan menurut Santoso &

Nursandi (2004), antara lain : 1. Kontaminasi

Kontaminasi adalah gangguan yang sangat umum terjadi dalam kegiatan kultur jaringan.

Munculnya gangguan ini bila dipahami secara mendasar adalah merupakan sesuatu yang wajar sebagai konsekuensi penggunaan media yang diperkaya. Fenomena kontaminasi menunjukan bahwa semakin diperkayanya suatu media maka tingkat kontaminasinya juga semakin besar.

2. Pencoklatan/Browning

Pencokatan adalah suatu karakter munculnya warna coklat atau hitam yang sering membuat tidak terjadinya pertumbuhan dan perkembangan eksplan. Pristiwa ini sesungguhnya merupakan pristiwa alamiah biasa yang terjadi pada sistem biologi, suatu proses adaptif, bagian tanaman akibat adanya pengaruh fisik atau biokimia.

3. Vitrifikasi

Vitrifikasi adalah suatu istilah problem pada kultur yang ditandai dengan munculnya pertumbuhan dan perkembangan yang tidak normal, tanaman yang dihasilkan kerdil, pertumbuhan batang cenderung ke arah penambahan diameter, dan daunnya memiliki kecendrungan melebar pada bagian pangkal.

4. Variabilitas genetik

Variasi genetik menjadi kendala karena bila kultur jaringan digunakan untuk perbanyakan tanaman yang seragam dalam jumlah yang banyak dan bukan sebagai upaya pemuliaan tanaman.

(7)

5. Pertumbuhan dan perkembangan

Problem utama yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan adalah bila eksplan yang ditanam mengalami stagnansi, dari mulai tanam hingga kurun waktu tertentu tidak mati tetapi tidak tumbuh. Mestinya pertumbuhan ditandai dengan pertambahan ukuran.

6. Praperlakuan

Pada kasus ini masalah akan muncul bila kegiatan praperlakuan tidak dilakukan. Misalnya pada kegiatan kultur ovul mangga, proses pencucian penghilangan fenolat mutlak dilakukan agar eksplan tidak mengalami pencoklatan dan mati.

7. Lingkungan makro

Masalah lingkungan ini berupa ruang inkubator dan suhu ruang inkubator yang harus disesuaikan dengan pertumbuhan tanaman.

8. Peralatan listik, air dan manusia

Peraatan yang kurang memadai, rusak, tidak bisa dipakai, listrik mati, air tidak mengalir dan kecerobohan manusia merupakan hal-hal yangtidak dapat diabaikan. Upaya-upaya inovatif, preventif hatus selalu dilakukan. Upaya itu bisa memodifikasi alat, pemeliharaan, kursus penggunaan, menyediakan generator listrik.

Selain hal diatas sebagi masalah dalam kultur jaringan. Ada bebrapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan kultur jaringan yaitu media kultur jaringan yang memegang peranan penting dalam menunjang pertumbuhan jaringan yang terdiri dari unsur makro dan unsur mikro. Gula sebagai pengganti karbon, juga tersusun dari vitamin-vitamin, asam amino, zat pengatur tubuh, bahan pemadat berupa agar dan senyawa-senyawa komplek alamiah (Jolanda 2003).

Wijayani (1994) mengatakan unsur-unsur hara merupakan unsur makro dan unsur mikro seperti N, P, K, Ca, Mg, S, Fe, Cu, Mn, Zn, Mo dan Co. Masing- masing unsur tersebut mempunyai peranan penting didalam pembentukan klorofil,protein, mempertinggi aktivitas enzim, mengaktifkan pembentukan jaringan meristematik, translokasi karbohidrat dan lain-lain. Selanjutnya dikatakan bahwa karbohidrat disamping sumber energi terhadap tanaman, juga merupakan sumber nutrisi yang berperan terhadap pertumbuhan kultur sel tanaman. Juga merupakan sumber nutrisi yang berperan terhadap pertumbuahan kultur sel tanaman.

Sumber karbon ini digunakan sebagai penghasil energi dalam proses respirasi,pertumbuhan sel- sel baru dan dalam konsentrasi yang tinggi dapat merangsang pertumbuhan akar.

Kondisi lingkungan kultur jaringan merupakan faktor lain yang sangat menentukan keberhasilan dalam kultur jaringan. Menurut Zulkarnain (2000), faktor-faktor lingkungan tersebut antara lain, cahaya, temperatur dan pH media. Perana cahaya terhadap pertumbuhan ditentukan oleh lamanya penyinaran. Intensitas cahaya yang baik dari lampu antara 100-400 Ft-0.

Untukpembentukan tunas dan akar diperlukan tunas dan akar pada PLB anggrek diperlukan penyinaran optimum 16 jam per hari.

Wijayani (2004) mengatakan pertumbuhan kultur jaringan memerlukan temperatur tertentu.

Secara umum kultur jaringan tumbuh dengan baik pada temperatur 20 C sampai 28 C. Untuk mengontrol temperatur ruangan kultur jaringan dibantu dengan AC.

Kesimpulan

Kultur jaringan tanaman merupakan teknik budidaya (perbanyakan) sel, jaringan, dan organ tanaman dalam suatu lingkungan yang terkendali dan dalam keadaan aseptik atau bebas dari mikroorganisme. Kalus adalah suatu kumpulan sel amorphous yang terjadi dari sel-sel jaringan yang membelah diri secara terus menerus. Kultur anther merupakan salah satu teknik dasar penerapan bioteknologi untuk pemuliaan tanaman.

DAFTAR PUSTAKA

Bennet, O’Neil S. 1989. Horticultural Biotechnology. New yoek: Willey – Liss Inc Jolanda AJ. 2003. Substitusi media MS dengan

air kelapa dan gandasil-D pada kultur jaringan krisan. Eugenia. 9(4): 203-211.

Pramono H .2007. Teknik Kultur Jaringan.

Jakarta: Penerbit Kanisius.

Rahardja DC. 2001. Kultur Jaringan, Teknik Perbanyakan Tanaman Secara Modern.

Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya.

Sandra E. 2006. Kultur jaringan anggrek skala rumah tangga. Jakarta: Agromedia pustaka.

Santoso U, Nursandi F. 2004. Kultur Jaringan Tanaman. Malang : UMM Press.

Siregar LM, Chan Lai Keng, dan Boey Peng Lim.

2006. Pertumbuhan dan Akumulasi Alkaloid dalam Kalus dan Suspensi Sel Eurycoma longifolia Jack, Jurnal Ilmiah Pertanian Kultura.

41 (1): 19-27

Sulistiani E, Yani SA. 2014. Kultur jaringan rumput laut kotoni (Kappaphycus alvarezii). Bogor:

Seameo Biotrop.

Wijayani A. 1994. Bioteknologi. Yogyakarta: UGM Press.

Zulkarnain H. 2000. Kultur Jaringan Tanaman- Solusi Perbanyakan Tanaman Budidaya.

Jakarta: Bumi Aksara.

Referensi

Dokumen terkait

Kelompok Kerja 30 Pekerjaan Konstruksi Unit Layanan Pengadaan (ULP) Pemerintah Kabupaten Sumbawa akan melaksanakan Pemilihan Langsung dengan Pascakualifikasi Kategori

Persiapan bahan baku dari biji plastik (pellet) hasil daur ulang limbah, jenis biji plastik yang digunakan dalam proses pembuatan produk adalah biji plastik dengan

Terdapat perbedaan hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe numbered head

Keg : Pembangunan Prasarana Pengaman Pantai Belanja Modal Pengadaan Konstruksi Jaringan Air Belanja Modal Penanganan Abrasi. 296 - Penanganan Abrasi Pantai Gili Air 1 Paket

Pada Tabel 1, enam topik yang dijadikan bahan penelitian mempunyai skor rerata lebih rendah daripada skor ideal yang artinya mahasiswa mengalami kesulitan tentang

• Instrumen ekonomi bertujuan untuk menjembatani kesenjangan antara biaya privat dan sosial melalui internalisasi seluruh biaya eksternal (biaya pengurangan dan polusi)

When we proceed below to examine the Sufi elements in the predication programs of the new-century televangelists Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) and Arifin Ilham, we find that

Kami, atas nama direksi dan pemegang saham perusahaan ini, bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku jika dalam proses verifikasi bertolak belakang