• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGOLAHAN TERHADAP KARBOHIDRAT EGDP S1 ITP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH PENGOLAHAN TERHADAP KARBOHIDRAT EGDP S1 ITP"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGOLAHAN

TERHADAP KARBOHIDRAT

EGDP S1 ITP

(2)

PENGARUH PENGOLAHAN THD ZAT GIZI

Tujuan Pengolahan Bahan Pangan :

1. Untuk pengawetan (pengeringan,pembekuan, pengalengan dll.)

2. Membuat produk yg disukai (roti, kue, keju, sirup dll.)

3. Membuat bhn pangan dpt segera disajikan (pengupasan, pemanasan dll.)

4. Keamanan pangan (membunuh mikrobia patogen, menghilangkan antigizi dan racun)

(3)

Pengaruh lama pengolahan (prosesing) thd : kehilangan nilai gizi,aktifitas

mikrobia dan enzim

Aktifitas enzim

Mikrobia

Kehilangan Zat gizi

Lama Prosessing

Log 3 Jml 2 mikrobia 1

100 %

50 %

(4)

Perubahan yg terjadi terhadap Nilai Gizi

Karbohidrat :

* KH dg air + panas  tergelatinisasi  daya cerna naik

* Gula pd suhu tinggi  karamelisasi  daya cerna turun

(5)

Reaksi pencokla

tan

Reaksi pencokla

tan

karameli karameli sasi

sasi maillard maillard

(6)

KARAMELISASI

Reaksi pencoklatan tanpa adanya asam amino yang

terjadi pada pemanasan gula

pada pH moderat atau tinggi

sehingga terbentuk furfural dll

(7)

Reaksi Maillard

Reaksi pencoklatan non enzimatis yang terjadi karena adanya reaksi antara gula pereduksi dengan gugus amin

bebas (R-NH2) dari asam amino atau protein

Contoh : - pd pembakaran roti

- pemanasan daging + bhn nabati - pemanasan susu

- produksi breakfast cereals

(8)

PENGARUH PEMASAKAN DAN PEMANGGANGAN TERHADAP KARBOHIDRAT

Terjadinya gelatinisasi pati  akan meningkatkan nilai cernanya.

Terjadinya reaksi Maillard  dapat

menurunkan ketersediaan KH dalam

produk-produk hasil pemanggangan

(9)

PENGARUH PENGGILINGAN PADA SERAT PANGAN

Serat pangan pada

serealia terdapat pada pericarp dan aleurone

Proses penggilingan

melepaskan bagian ini

menurunkan zat gizi

(serat pangan)

(10)

Istilah Serat kasar berbeda dengan serat pangan. Serat kasar (crude fiber) merupakan bagian dari bahan pangan yang tidak dapat dihidrolisis oleh bahan- bahan kimia yang digunakan untuk

menentukan serat kasar seperti H2SO4 dan NaOH.

Serat pangan adalah bagian dari bahan pangan yang tidak dapat dihidrolisis oleh enzim-enzim pencernaan.

SERAT KASAR DAN SERAT PANGAN

(11)

PROSES EKSTRUSI HTST

(HIGH TEMPERATURE, SHORT TIME)

 Mempengaruhi struktur fisik granula pati

mentah, membuatnya kurang kristalin, lebih larut air dan mudah terhidrolisis oleh enzim.

 Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses ekstrusi membuat pati lebih peka terhadap alfa-amilase bila dibandingkan dengan

perebusan

 Kondisi ekstrusi yang ekstrim meningkatkan kadar gula dan insulin dalam plasma lebih cepat dibandingkan dengan proses

perebusan.

(12)

METODE EVALUASI NILAI BIOLOGIS

KARBOHIDRAT

(13)

DAYA CERNA PATI SECARA IN VITRO

Dalam metode ini pati atau sumber karbohidrat dihidrolisis oleh enzim alfa amilase pada suhu 37o C dan pH 7.0 selama 30 menit menyerupai kondisi dalam tubuh.

Maltosa hasil hidrolisis pati kemudian diukur jumlahnya

menggunakan spektrofotometer setelah direaksikan dengan asam dinitrosalisilat sehingga dapat diukur pada 520 nm.

Kadar maltosa diukur dengan menggunakan kurva standar maltosa murni.

Semakin banyak maltosa yang dihasilkan menunjukkan semakin banyak pati yang dapat dihidrolisis, atau dengan kata lain daya cernanya tinggi.

Daya cerna pati/sumber karbohidrat dihitung sebagai persentase relatif terhadap pati murni.

(14)

AKTIVITAS ANTIAMILASE DARI SUATU SUMBER

KARBOHIDRAT

Dalam metode ini aktivitas anti-amilase

ditetapkan berdasarkan daya penghambatan terhadap aktivitas enzim alfa-amilase dalam menghidrolisis pati.

Setelah itu aktivitas enzim amilase diukur

dengan cara mengukur kemampuan hidrolisis suspensi pati murni.

Semakin rendah jumlah maltosa yang

terbentuk dari hidrolisis pati, berarti semakin tinggi aktivitas antiamilasenya .

(15)

ANALISIS KADAR OLIGOSAKARIDA

 Oligosakarida diekstrak dari tepung sampel dengan menggunakan etanol 70%, kemudian dielusi menggunakan kromatografi kertas.

 Penentuan secara kuantitatif

dilakukan dengan membuat kurva

standar dari oligosakarida standar.

(16)

INDEKS GLIKEMIK (IG)

Indeks glikemik (IG) pangan merupakan tingkatan pangan menurut efeknya terhadap kadar gula darah.

Pangan dengan IG tinggi dapat menaikkan gula darah dengan cepat, dan sebaliknya pangan dengan IG rendah akan lambat menaikkan gula darah.

Sebagai pembanding adalah IG glukosa murni (nilai 100).

Penghitungan Indeks glikemik dilakukan dengan menghitung rasio antara luas kurva respon glukosa makanan yang mengandung karbohidrat total setara 50 gram gula terhadap luas kurva respon glukosa setelah memakan 50 gram glukosa murni, pada orang yang sama di hari yang berbeda.

(17)

Pengambilan sampel darah untuk pengukuran kadar glukosa darah dilakukan pada beberapa titik setelah puasa 10 jam yaitu menit ke-0, 30, 60, 90, dan 120 setelah mengkonsumsi karbohidrat yang diuji.

Pada waktu yang berbeda dilakukan hal yang sama, tetapi karbohidrat yang dimakan adalah glukosa murni.

(18)
(19)
(20)

PENGUKURAN KADAR SERAT MAKANAN (DIETARY FIBER)

Salah satu metode yang sering digunakan dengan metode enzimatikgravimetrik.

Enzim yang digunakan adalah enzim-enzim tahan panas α-amilase, protease dan

amiloglukosidase.

Setelah inkubasi oleh enzim, residu yang tidak terhidrolisis (berisi serat makanan) dipisahkan dengan menggunakan etanol untuk melarutkan gula-gula.

Setelah disaring dan dicuci dengan etanol dan aseton, residu hasil saringan dikeringkan dan ditimbang beratnya (sebagai berat total serat makanan atau TDF).

(21)

Untuk menghitung SDF (serat larut air) dan IDF (serat tidak larut air), dilakukan inkubasi dengan enzim-enzim yang sama.

Akan tetapi setelah selesai inkubasi oleh enzim tersebut, dilakukan penyaringan

dengan crucible yang mengandung celite.

Residu penyaringan dicuci dengan etanol dan aseton, dan setelah kering ditimbang sebagai IDF.

Sedangkan filtrat hasil penyaringan

ditambah etanol untuk melarutkan gula.

Selanjutnya disaring untuk mendapatkan residu yang berisi SDF.

(22)

PENGUKURAN KADAR PATI RESISTEN

Prinsipnya pati resisten adalah pati yang tidak terhidrolisis oleh α-amilase.

Prosedurnya adalah menggunakan enzim α- amilase.

Setelah dihidrolisis enzimatis, gula hasil hidrolisis diekstrak dengan etanol 80%.

Residu (berisi pati resisten) dilarutkan dengan 2 N KOH dan dihidrolisis dengan amiloglukosidase.

Selanjutnya hasil residu dilakukan

pengukuran untuk menentukan pati resisten

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini didapatkan dari 40 responden ditemukan bahwa lebih banyak ibu hamil yang tidak memiliki riwayat DM pada keluarga yaitu sebanyak 27 orang

Data pen�amatan tertera �alam Ta�el 2�� Data terse�ut �iamati pa�a tanaman �erumur �0 �ari�� Ternyata �a�wa semua perla�uan �ai�

a) Berdasarkan asumsi bahwa PCA hanya dapat mengatasi masalah hubungan antara setiap data yang linier, sedangkan kenyataannya dalam dalam setiap situasi hubungan data ada yang

Pola makan memiliki hubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak dimana orang tua yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang pola makan dan

Artinya adanya kohesifitas kelompok mengakibatkan peningkatan kepuasan kerja guru Raudhatul Athfal (RA) di Kabupaten Bekasi. Saran: 1) Bagi Kepala Sekolah sebagai pemimpin

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan penjelasan tentang pengaruh pinjaman modal kegiatan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) dan sikap wirausaha terhadap

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi berbagai faktor yang menyebabkan seni kerajinan anyaman bambu di Desa Tri Rukun Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo

Pelaksanaan pengabdian masyarakat UNISSULA dilaksanakan dosen dan mahasiswa (KKN: Kuliah Kerja Nyata) melalui fakultas dan program studi di bawah koordinasi dan