• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektifitas Limbah Kulit Udang dalam Menurunkan CO dari Kendaraan Bermotor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Efektifitas Limbah Kulit Udang dalam Menurunkan CO dari Kendaraan Bermotor"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Efektifitas Limbah Kulit Udang dalam Menurunkan CO dari Kendaraan Bermotor

Asma’ul Nur Aini1*, Ida Munfarida2, Dyah Ratri Nurmaningsih3

1,2,3Departemen Teknik Lingkungan, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya Indonesia

*Koresponden email: ainiasmul@gmail.com

Diterima: 30 Oktober 2022 Disetujui: 9 Januari 2023

Abstract

Shrimp shell waste has not been widely used as an air pollutant adsorbent, most of the previous studies using chitosan adsorbent were not extracted from shrimp shell waste but from the fabrics chitosan powder directly. Therefore, this research combines the use of shrimp shell waste as an adsorbent to reduce CO levels from motorized vehicles. This study uses the observation method, namely direct research on the source of CO pollutants, especially motor vehicles. Tests on motorized vehicles took place with time variations of 10, 30, 50 minutes with variations in the mass ratio of chitosan of 1: 1 gram, 1: 2 gram, and 1: 3 gram. Extraction of shrimp shells into chitosan using deproteination, demineralization and deacetylation processes. In additon, the results of shrimp shell extraction in the form of chitosan were analyzed using Fourier Transform Infra-Red spectroscopy to determine the degree of deacetylation of chitosan. Furthermore, chitosan is used to reduce carbon monoxide levels from motorized vehicles by being glued to a test kit that has been made then plugged into the exhaust of a motorized vehicle and tested using a CO Analyzer. The results of the effectiveness test showed that the highest value was located in the 30- minute time variation, with the highest effectiveness value obtained at the 20th minute with a variation in the mass ratio of 1: 3 grams, which was 61.5%.

Keywords: Carbon monoxide, shrimp shell waste, effectiveness, motor vehicles, FTIR, utilization

Abstrak

Limbah kulit udang belum banyak dimanfaatkan sebagai adsorben polutan udara, kebanyakan dari penelitian sebelumnya pemanfaatan adsorben kitosan tidak diekstraksi dari limbah kulit udang namun dari bahan langsung serbuk kitosan jadi. Maka dari hal tersebut pada penelitian kali ini memadukan pemanfaatan limbah kulit udang sebagai adsorben untuk menurunkan kadar CO dari kendaraan bermotor.

Penelitian ini menggunakan metode observasi yaitu penelitian langsung terhadap sumber polutan CO terutama kendaraan bermotor. Pengujian pada kendaraan bermotor berlangsung dengan variasi waktu yaitu 10, 30, 50 menit dengan variasi perbandingan massa kitosan sebesar 1 : 1 gram, 1 : 2 gram, dan 1 : 3 gram.

Ekstraksi kulit udang menjadi kitosan menggunakan proses deproteinasi, demineralisasi dan deasetilasi.

Kemudian hasi dari ekstraksi kulit udang yang berupa kitosan dianalisa menggunakan Fourier Transform Infra-Red spectroscopy untuk menentukan derajat deasetilasi dari kitosan. Selanjutnya, kitosan digunakan untuk menurunkan kadar karbon monoksida dari kendaraan bermotor dengan cara direkatkan pada alat bantu uji yang telah dibuat kemudian ditancapkan ke knalpot kendaraan bermotor dan diuji menggunakan CO Analyzer. Hasil dari pengujian efektifitas yaitu nilai tertinggi terletak pada variasi waktu 30 menit dengan nilai efektifitas tertinggi diperoleh pada menit ke 20 dengan variasi perbandingan massa 1 : 3 gram yaitu sebesar 61,5 %.

Kata Kunci: karbon monoksida, limbah kulit udang, efektifitas, kendaraan bermotor, FTIR, pemanfaatan

1. Pendahuluan

Tantangan besar bagi negara berkembang yaitu meningkatnya tingkat kepemilikan kendaraan bermotor dalam hal berkelanjutan transportasi perkotaan. Hal ini mempengaruhi keputusan individu dalam memilih mengenai transportasi seperti contohnya, pemakaian transportasi, tujuan perjalananan, jumlah perjalanan sehari-hari dan lokasi perumahan. Maka dari itu, secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa meningkatnya jumlah kendaraan bermotor berbanding lurus dengan jarak dan jumlah perjalanan yang ditempuh oleh kendaraan bermotor [9]. Menurut badan pusat statistik (2018), Jenis transportasi yang cukup dinikmati oleh masyarakat Indonesia adalah kendaraan bermotor roda dua, hal ini dikarenakan jenis kendaraan tersebut mengalami pertumbuhan yang signifikan.

Menurut data [2], jumlah kendaraan bermotor yang didaftarkan pada tahun 2020 mencapai 18.839.681 unit. Menurut Ketua Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) periode Tahun 2007-

(2)

2017, bahwa jumlah sepeda motor di Indonesia pada tahun 2017 sebanyak 85 juta unit sangat timpang dengan jumlah masyarakat Indonesia yang sekitar 250 juta jiwa, maka hal ini berarti bahwa perbandingan barang dengan pengguna sebesar satu banding tiga [11].

Kendaran memiliki kecepatan yang dipengaruhi oleh pola lalu lintas yang ada di jalan raya.

Persimpangan di jalan merupakan salah satu dari pola lalu lintas yang dapat mempengaruhi kecepatan kendaraan yaitu lebih tepatnya menghambat kecepatan kendaaraan. Hal ini disebabkan karena penumpukan yang terjadi di persimpangan akibat dari intensitas kendaraan yang tidak imbang dengan lebar jalan raya.

Kendaraan yang berjalan pelan atau lambat akibat dari macetnya lalu lintas akan mempercepat mesin kendaraan bermotor mengalami pembakaran tidak sempurna, sehingga dalam hal ini menyebabkan semakin besarnya polutan yang dihasilkan semakin besar [1].

Biasanya bahan bakar yang digunakan oleh kendaraan bermotor adalah bensin yang dapat menimbulkan emisi gas buang kendaraan bermotor dan menyebabkan polusi dan pencemaran udara.

Beberapa kandungan emisi kendaraan bermotor diantaranya sebagai berikut, gas karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NO), tetra ethyl lead (TEL), sulfur dioksida (SO2) dan hidrokarbon [13].

Karbonmonoksida merupakan gas polutan yang tidak memiliki bau dan warna, berasal dari pembakaran tidak sempurna dari bahan karbon. Karbon monoksida merupakan salah satu gas yang dapat menyebabkan asfiksia pada tubuh manusia. Sebesar 53 persen gas karbon monoksida terdapat di udara ambien. Keberadaan karbon monoksida dapat mengubah gas buang sulfur dioksida menjadi senyawa beracun seperti asam sulfat. Karbon monoksida jika berada didalam tubuh manusia akan bergabung dengan mioglobin dan hemoglobin sehingga akan membentuk karboksihemoglobin dan CO mioglobin yang akan membuat transportasi oksigen ke jaringan tubuh menjadi berkurang [3].

Saat ini Indonesia memiliki 170 unit pengolahan udang dengan kapasitas produksi mencapai 500 ribu ton per tahun. Jika rendemen limbah hasil pengolahan udang berupa kulit dan kepala diketahui sebesar 60-70% dari bobot udang, maka diperkirakan dari total unit pengolahan udang akan dihasilkan limbah 325 ribu ton per tahun [7].

Pada penelitian [8], kitosan dari kulit udang ini dimanfaatkan sebagai adsorben dari emas (Au).

Dalam penelitian tersebut dijelaskan hasil penelitian mendapatkan bahwa kitosan dengan massa 0,1 gr mampu mengadsorpsi logam Au dengan konsentrasi 8,55 ppm dengan persentase adsorpsi 40,46%.

Kemudian dalam penelitian yang dilakukan oleh [10], disebutkan dalam penelitiannya mengenai kitosan dengan campuran silika yang dimanfaatkan sebagai adsorben dari gas NO2 menunjukkan hasil waktu optimum tiap-tiap komposisi perbandingan massa adsorben pada waktu 60 menit. Dari penelitian sebelumnya yang telah disebutkan, maka kitosan dari kulit udang terbukti memiliki kemampuan sebagai adsorben baik logam berat, polutan udara, dan lain sebagainya. Limbah kulit udang belum banyak dimanfaatkan sebagai adsorben polutan udara, kebanyakan dari penelitian sebelumnya pemanfaatan adsorben kitosan tidak diekstraksi dari limbah kulit udang namun dari bahan langsung serbuk kitosan jadi.

Maka dari hal tersebut pada penelitian kali ini memadukan pemanfaatan limbah kulit udang sebagai adsorben untuk menurunkan kadar CO dari kendaraan bermotor.

2. Metode Penelitian 2.1 Alat dan Bahan

Corong kaca, erlenmeyer, pengaduk kaca, pipet ukur, karet penghisap, kertas pH, beaker glass, oven, ayakan, cawan, termometer, kertas saring, statif, klem, magnetic stirrer, blender, stopwatch, FTIR, kanji, alat bantu uji, dan CO Analyzer. Sedangkan bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, Kulit Udang, aquades, larutan NaOH, Larutan HCl.

2.2 Prosedur Pengujian Sampel

Penelitian ini menggunakan metode observasi yaitu penelitian langsung terhadap sumber polutan CO terutama kendaraan bermotor. Untuk mengukur kadar CO tersebut, digunakan Gas Analyzer dengan satuan persen volume. Satuan konsentrasi CO di udara adalah ppmatau parts per million. Pengujian pada kendaraan bermotor berlangsung dengan variasi waktu yaitu 10, 30, 50 menit dengan variasi perbandingan massa kitosan sebesar 1 : 1 gram, 1 : 2 gram, dan 1 : 3 gram..

Sebelum pengujian maka tahap awal dari penlitian ini adalah pembuatan kitosan dari kulit udang.

Proses yang digunakan dalam pembuatan kitosan terdiri dari proses deproteinasi, demineralisasi, deasetilasi. Selanjutnya pengambilan data menggunakan input, variabel kontrol, dan menggunakan kitosan dilakukan sesuai dengan variasi waktu yang telah ditentukan.

Deproteinasi merupakan proses yang digunakan untuk menghilangkan kandungan protein pada kulit udang. Pada proses ini hasil dari demineralisasi akan ditambahkan dengan NaOH 1 N sebesar yaitu dengan perbandingan 1:4 (gr/ml). Pada deproteinasi diuji menggunakan pH meter untuk mengetahui bahwa filtrate

(3)

yang dihasilkan dari proses deproteinasi telah netral. hasil akhir padatan di oven selama 24 jam dalam suhu 1000C untukmemperoleh serbuk kitin [8].

Demineralisasi adalah proses penghilangan mineral yang terkandung dalam kulit udang dengan cara penambahan larutan HCl. Serbuk kering yang sudah disiapkan pada tahap persiapan bahan sebelumnya kemudian ditambahkan dengan HCl 1 N dengan perbandingan serbuk 1 : 4 (gr serbuk/ml HCl). Campuran dipanaskan hingga membentuk supernatan dan dicuci hingga hilang ion Cl kemudian dapat diuji menggunakan pH meter hingga mendapatkan nilai pH yang netral [8] .

Deasetilasi merupakan proses yang dilakukan untuk merubah kitin menjadi kitosan. Setelah melalui proses deproteinasi, selanjutnya serbuk hasil deproteinasi kembali ditambahkan dengan NaOH, namun dengan konsentrasi NaOH yang berbeda yang digunakan yaitu NaOH 80%. Perbandingan volume yang akan dicampurkan sebesar 1: 4 (gr/ml). Perlakuan setelahnya samadengan proses demineralisasi dan deproteinasi, namun yang membedakan adalah pengujian hingga pH menjadi netral dengan cara dicuci dengan aquades [8] .

Setelah mendapatkan tahap akhir dari ekstraksi limbah kulit udang yaitu deasetilasi, menggunakan FTIR. Analisis spektroskopi getaran spektroskopi FTIR dilakukan pada chitosan dan digunakan sebagai alat untuk mengidentifikasi kitosan [12]. Uji FTIR ini bertujuan untuk menentukan hasil dari derajat deasetilasi.

Fourier Transform Infra-Red spectroscopy (FTIR) dengan panjang gelombang 4000 cm -1 sampai 600 cm-1 merupakan panjang gelombang yang menentukan derajat deasetilasi dari serapan gelombang yang dapat dilihat pada hasil. Dengan rumus yang telah dirumauskan oleh Baxter dan diberi nama baseline dapat menentukan derajat deasetilasi dengan memasukkan hasil uji FTIR ke dalam rumus. Derajat deasetilasi hanya ditentukan pada perbandingan absorbansi dengan rumus baseline pada nilai absorbansi antara 1655 cm-1 dan absorbansi pada 3450 cm-1 [6].

Dengan memanfaatkan kitosan sebagai adsorben dari karbonmonoksida untuk pengujiannya maka membutuhkan alat bantu uji dalam meletakan kitosan yang telah dibuat. Alat yang digunakan untuk membantu menguji karbon monoksida berbentuk tabung seperti knalpot namun dapat dibuka dan ditutup secara mudah untuk memasukkan atau menempelkan kitosan pada alat bantu uji.

3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Proses Pembuatan Kitosan

Pembuatan kitosan ini memanfaatkan limbah kulit udang berjenis vannamei. Limbah kulit udang yang dibutuhkan adalah limbah kulit udang yang dikeringkan terlebih dahulu dibawah terik matahari.

Kemudian kulit udang yang sudah kering dihaluskan menggunakan blender. Tahapan awal yang dilakukan dalam pembuatan kitosan yaitu proses deproteinasi. Deproteinasi merupakan penghilangan protein dengan menggunakan larutan NaOH 3,5%. Larutan NaOH yang telah dicampur dengan serbuk kulit udang dipanaskan dengan suhu 650C selama 30 menit dengan pengadukan manual. Selanjutnya pH yang terlalu basa akibat NaOH dapat dinetralkan menggunakan aquades dengan cara dicuci berulang hingga netral, jika sudah netral maka sampel langsung dioven pada suhu 1000C selama 24 jam.

Tahapan selanjutnya adalah proses demineralisasi. Demineralisasi merupakan suatu proses yang dilakukan untuk mmebantu menghilangkan kandungan mineral yangmasih terkandung dalam kulit udang menggunakan HCl 1N. Penambahan HCl pada hasil oven proses deproteinasi sebanyak perbandingan 1:4 (b/v). Maka hasil yang keluar dari oven harus ditimbang terlebih dahulu sebelum dutambahkan dengan HCl 1N. Sama seperti proses awal yaitu ketika pencampuran HCl berlangsung pengadukan dilakukan selama 30 menit sembari dipanaskan dengan suhu yang meningkat daripada sebelumnya yaitu sebesar 750C.

Selanjutnya dinetralkan angka pH yang terkandung dan masuk kedalam oven lagi dengan suhu 1000C selama 24 jam [8].

Kemudian proses pembuatan kitosan yang terakhir yaitu proses deasetilasi. Proses ini merupakan proses yang paling menentukan diantara semua proses diatas yang telah dijabarkan. Proses deasetilasi ini merupakan proses penghilangan gugus asetil. Sama seperti proses awal, yaitu proses ini berlangsung dengan menambahkan NaOH. Namun konsentrasi NaOH yang digunkan dalam tahapan terakhir ini cukup tinggi yaitu sebesar 60%. Pencampuran NaOH dengan serbuk kulit udang hasil proses demineralisasi dengan perbandingan 1:4 (b/v) juga. Pada tahap terakhir ini pengadukan dilakukan selama 1 jam serta dipanaskan dengan suhu 1000C. Setelah itu sepertia proses sebelumnya dan terjadi pada tiap proses pembuatan kitosan yaitu menetralkan pH yang ada dalam serbuk kitosan yang telah melalui proses deasetilasi. Setelah itu, filtrat atau padatan hasil dari proses ini dioven selama 24 jam dengan suhu 1000C.

(4)

3.2 Hasil Perhitungan Derajat Deasetilasi

Setelah didapatkan hasil kitosan yang telah diekstraksi dari kulit udang kemudian diuji menggunakan FTIR untuk mengetahui derajat deasetilasi dari kitosan. Gambar 1 adalah spektrum FTIR kitosan hasil sintesis yang diperoleh.

Gambar 1. Hasil pengujian FTIR Sumber: Data penelitian, 2022

Suatu kitosan memiliki karakteristik yang khas yaitu terdapatnya gugus amida dan hidroksil. Gugus amida terletak pada serapan bilangan gelombang 1650-1310 cm-1, sedangkan gugus hidroksil memilki letak seraan pada bilangan gelombang 3550-3300 cm-1 [14]. Berdasarkan spektrum FTIR pada Gambar 1, dapat terlihat adanya pita serapan pada daerah bilangan gelombang 3550-3300 cm-1 yang menunjukkan keberadaan gugus hidroksil dan terdapat serapan antara bilangan gelombang 1650-1310 cm-1 yang menunjukkan keberadaan gugus amida.

Derajat deasetilasi (% DD) ini dapat dihitung dari hasil spektra infra merah pada kitosan menggunakan perbandingan pada absorbansi bilangan gelombang. Perbandingan absorbansi bilangan gelombang gugus amida (A 1655) dengan absorbansi bilangan gelombang gugus amina (A 3450), dengan proses deasetilasi sempurna pada nilai absorbansi 1,33 [15]. Hasil uji FTIR diatas kemudian digunakan untuk menemukan nilai derajat deasetilasi menggunakan rumus sebagai berikut :

DD = 1 – (A1655/A3450 x 1/1,33)

= 1 - (−0,0013

−0,0079 x 1

1,33)

= 1 - 0,1237

= 0,8763

% DD = 0,8763 x 100 %

= 87,63%

Menurut hasil dari perhitungan derajat deasetilasi diatas didapatkan hasil sebesar 87,63%. Hal ini membuktikan bahwa kandungan mineral telah dapat dinyatakan bahwa kitosan telah memenuhi standar mutu kitosan berdasarkan SNI 7949 : 2013. Dalam SNI 7949 : 2013 nilai derajat deasetilasi adalah minimal 75%, hal ini berarti 87,63% > 75 % telah memenuhi persyaratan nilai minimal derajat deasetilasi.

(5)

Derajat deasetilasi yang tinggi diduga dipengaruhi oleh proses deasetilasi kitin menjadi kitosan meliputi jumlah larutan alkali yang digunakan, waktu, dan suhu reaksi. Dalam penelitian kali ini menggunakan metode seperti pada penelitian [5] yaitu pada proses deasetilasi menggunakan sebesar 60%

NaOH dengan suhu 1000C selama 60 menit. Hal ini erat kaitannya dengan laju reaksi dimana konsentrasi NaOH yang tinggi menghasilkan gugus OH‾ yang tinggi sehingga gugus CH3COO‾ yang terlepas semakin tinggi dan menghasilkan gugus amida yang semakin banyak. Peningkatan suhu pada proses deasetilasi akan meningkatkan kecepatan reaksi dalam deasetilasi molekul kitin menjadi kitosan. Semakin lama waktu proses maka reaksi akan berlangsung semakin lama sehingga molekul NaOH yang teradisi ke molekul kitin semakin banyak dan menyebabkan gugus asetil yang terlepas semakin banyak [4] .

3.3 Pengujian CO

Pada penelitian ini, kendaraan bermotor yang digunakan berjenis Supra X 125 D. Pengujian karbon monoksida menggunakan alat CO Analyzer dan diujikan langsung terhadap knalpot kendaraan bermotor.

Penlitian pada kendaraan bermotor ini berlangsung sesuai dengan variasi waktu kontak selama 5 menit, 10 menit, hingga 50 menit. Pada penelitian ini untuk membantu peletakkan kitosan yang telah dibuat maka pengujian dilakukan dengan alat bantu uji sebagai Gambar 2.

Gambar 2. Alat bantu uji Sumber: Data penelitian, 2022

Tiap plat dari alat tersebut akan ditempeli dengan kitosan sebanyak 1 gram. Pengujian karbon monoksida awal yaitu untuk mencari data input dilakukan pada output knalpot tanpa alat bantu sama sekali.

Kemudian pengujian dilakukan dengan menggunakan alat tersebut namun tanpa adannya kitosan terlebih dahulu. Selanjutnya baru pengujian dengan menggunakn kitosan 1 gram yang telah dibuat. Pengujian dilakukan sesuai dengan variasi waktu kontak yang telah ditentukan.

3.4 Hasil Pengujian Karbon Mononoksida

Setelah mendapatkan kitosan yang cukup dan telah meletakkan kitosan untuk ditempelkan ke dalam plat yang ada didalam alat bantu selanjutnya yaitu menguji kadar CO dengan variabel waktu dan perbandingan kitosan dan kanji yang telah ditentukan. Berikut dapat dilihat pada Tabel 1 merupakan hasil dari pengujian yang dilakukan pada variasi waktu CO 10 menit.

Tabel 1. Hasil pengujian karbon monoksida dengan variasi waktu 10 menit Mnt/Brt

Hasil Pengujian CO pada Variasi 10 Menit (ppm)

Menit ke 5 Menit ke 10 Pengujian Tanpa Kanji dan

Kitosan (gram) 998,4 999,6

Pengujian Hanya Kanji (gram) 898,6 876,8 Perbandingan massa kanji dan

kitosan 1:1 (gram) 623 589

Perbandingan massa kanji dan

kitosan 1:2 (gram) 487 494

Perbandingan massa kanji dan

kitosan 1:3 (gram) 472 379

Sumber: Data penelitian, 2022

Nilai yang berasal dari perbandingan massa kitosan dengan kani 1:1, 1:2, dan 1:3 (gram) hasilnya dari menit ke 5 hingga ke 10 menurun. Setelah mendapatkan hasil dari pengujian dengan variasi 10 menit

(6)

maka selanjutnya dapat diperhitungkan nilai efektifitasnya dari nilai yang sudah didapatkan diatas.Setelah mendapatkan hasil pengujian dengan variasi waktu 10 menit selanjutnya yaitu pengujian karbon monoksida menggunakan variasi waktu 30 menit yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil pengujian karbon monoksida dengan variasi waktu 30 menit Mnt/Berat

Hasil Pengujian CO pada Variasi 30 Menit (ppm) Menit ke

5 Menit ke 10 Menit ke 15 Menit ke 20 Menit ke 25

Menit ke 30 Pengujian Tanpa Kanji

dan Kitosan (gram) 999,8 998,6 997,2 999,6 997,8 999,6

Pengujian Hanya Kanji

(gram) 943,4 914,4 890,4 864,6 880,8 949,4

Perbandingan massa kanji dan kitosan 1:1 (gram)

722 581 629 511 569 650

Perbandingan massa kanji dan kitosan 1:2 (gram)

626 540 542 458 532 588

Perbandingan massa kanji dan kitosan 1:3 (gram)

519 427 452 385 432 394

Sumber: Data penelitian, 2022

Diketahui dari Tabel 2 bahwa hasil pengujian karbon monoksida mulai dari menit ke 5 hingga menit ke 30 mengalami kenaikan dan penurunan pada data pengujian tanpa kanji dan kitosan, namun jika dirata- rata hasilnya tetap menjadi yang tertinggi dari yang lain. Sedangkan pada variabel kontrol atau pengujian hanya menggunakan kanji yang pengambilan hasil karbon monoksidanya juga naik turun namun tetap menjadi tertinggi kedua setelah data pengujian tanpa kanji dan kitosan. Hal ini sama dengan hasil pengujian perbandingan massa kanji dengan kitosan 1 : 1 gram, 1 : 2 gram, dan 1 : 3 gram yang mengalami naik turun.

Selanjutnya setelah mendapatkan hasil pada pengujian karbon monoksida pada variasi waktu 30 menit, berikut merupakan hasil dari pengujian karbonmonoksida pada variasi waktu 50 menit.

Tabel 3. Hasil pengujian karbon monoksida dengan variasi waktu 50 menit Mnt/Brt

Hasil Pengujian CO pada Variasi 50 Menit (ppm) Menit

ke 5

Menit ke 10

Menit ke 15

Menit ke 20

Menit ke 25

Menit ke 30

Menit ke 35

Menit ke 40

Menit ke 45

Menit ke 50 Pengujian

Tanpa Kanji dan Kitosan (gram)

997,4 999,6 997,8 999,6 999 999,6 998 999,6 998,8 999,6

Pengujian Hanya Kanji (gram)

927 922,8 947,4 932,6 928 941,8 873,8 905 888,2 863,4 Perbandingan

massa kanji dan kitosan 1:1 (gram)

654 607 534 518 643 588 667 586 602 634

Perbandingan massa kanji dan kitosan 1:2 (gram)

579 490 478 585 513 502 546 505 519 546

Perbandingan massa kanji dan kitosan 1:3 (gram)

443 391 389 506 413 386 445 436 446 426

Sumber: Data penelitian, 2022

Dari Tabel 3 diketahui bahwa hasil pengujian karbon monoksida mulai dari menit ke 5 hingga menit ke 50 mengalami kenaikan dan penurunan. Sama dengan pengujian pada variasi waktu 10 menit dan 30 menit, hasil dari pengujian karbon monoksida tetap mengalami kenaikan dan penurunan.

(7)

3.5 Analisis Data

Dalam penelitian ini nilai efektifitas penurunan tiap variasi gram kitosan yang digunakan berbeda tiap menit. Dalam pengujian efektifitas kitosan dalam menurunkan CO terdapat variasi waktu kontak yang digunakan, yaitu pada variasi waktu 10 menit, 30 menit, dan 50 menit. Pada menit ke 5 dan ke 10 dengan variasi massa kanji memiliki nilai efektifitas penurunan sebesar 10,0 % dan 12,3 %. Nilai efektifitas pada variasi berat 1 gram yaitu sebesar 37,6 % dan 41,0 %. Sedangkan nilai efektifitas pada variasi berat 2 gram yaitu sebesar 51,2 % dan 50,6 %. Presentase efektifitas 5 menit dan 10 menit dalam variasi berat 3 gram sebesar 52,7% dan 62,1%. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4 merupakan efektifitas kitosan dalam menurunkan kadar karbon monoksida.

Tabel 4. Efektifitas penurunan variasi waktu kontak 10 menit

Mnt/Brt

Efektifitas Penurunan Variasi Waktu Kontak 10 Menit

% Efektifitas Menit ke 5

% Efektifitas Menit ke 10

Pengujian Hanya Kanji (gram) 10,0% 12,3%

Perbandingan massa kanji dan

kitosan 1:1 (gram) 37,6% 41,0%

Perbandingan massa kanji dan

kitosan 1:2 (gram) 51,2% 50,6%

Perbandingan massa kanji dan

kitosan 1:3 (gram) 52,7% 62,1%

Sumber: Data penelitian, 2022

Diketahui dari Tabel 4 bahwa nilai efektifitas tertinggi terdapat pada menit ke 10 dengan berat kitosan sebesar 3 gram. Dengan berat 3 gram yang terpasang pada tiap plat alat bantu uji telah memenuhi kebutuhan penelitian dalam menurunkan kadar karbon monoksida yang keluar dari kendaraan bermotor.

Berikut merupakan grafik dari presentase efektifitas dari tabel diatas dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. grafik efektifitas waktu 10 menit Sumber: Data penelitian, 2022

Selanjutnya yaitu pengujian pada variasi waktu 30 menit. Sama halnya dengan variasi waktu sebelumnya nilai efektifitas penurunan tiap variasi gram kitosan yang digunakan berbeda tiap menit. Pada variasi waktu 30 menit di menit ke 5 memiliki nilai efektifitas penurunan sebesar 5,6 %, 27,8% dan 37,4%.

Sedangkan nilai efektifitas pada variasi waktu waktu menit ke 10 yaitu sebesar 8,4%, 41,8%, dan 45,9%.

Presentase efektifitas menit ke 15 hingga menit ke 30 lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5 merupakan efektifitas kitosan dalam menurunkan kadar karbon monoksida.

Diketahui dari Tabel 5 bahwa nilai efektifitas tertinngi terdapat pada menit ke 20 dengan berat kitosan sebesar 3 gram. Dengan berat 3 gram yang terpasang pada tiap plat alat bantu uji telah memenuhi kebutuhan penelitian dalam menurunkan kadar karbon monoksida yang keluar dari kendaraan bermotor.

Berikut merupakan grafik dari presentase efektifitas dari tabel diatas dapat dilihat pada Gambar 4.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

Kanji 1 Gram 2 Gram 3 Gram

Persentase Efektifitas

Variasi Massa

Efektifitas 5 Menit Efektifitas 10 Menit

(8)

Tabel 5. Efektifitas penurunan variasi waktu kontak 30 menit

Mnt/Brt

Efektifitas Penurunan Variasi Waktu Kontak 30 Menit

% Efektifitas

Menit ke 5

% Efektifitas

Menit 10

% Efektifitas

Menit ke 15

% Efektifitas

Menit ke 20

% Efektifitas

Menit ke 25

% Efektifitas

Menit ke 30 Pengujian

Hanya Kanji (gram)

5,6% 8,4% 10,7% 13,5% 11,7% 5,0%

Perbandingan massa kanji dan kitosan 1:1 (gram)

27,8% 41,8% 36,9% 48,8% 43,0% 35,0%

Perbandingan massa kanji dan kitosan 1:2 (gram)

37,4% 45,9% 45,7% 54,2% 46,7% 41,2%

Perbandingan massa kanji dan kitosan 1:3 (gram)

48,1% 57,2% 54,7% 61,5% 56,7% 60,6%

Sumber: Data penelitian, 2022

Gambar 4. Grafik efektifitas waktu 30 menit Sumber: Data penelitian, 2022

Kemudian yaitu pengujian pada variasi waktu 50 menit. Sama halnya dengan variasi waktu sebelumnya nilai efektifitas penurunan tiap variasi gram kitosan yang digunakan berbeda tiap menit. Pada variasi waktu 50 menit di menit ke 5 memiliki nilai efektifitas penurunan sebesar 7,1 %, 34,5%, 41,9 %, dan 55,6 %. Sedangkan nilai efektifitas pada variasi waktu menit ke 10 yaitu sebesar 7,7 %, 39,3%, 51,0

%, dan 60,9 %. Presentase efektifitas menit ke 15 yaitu sebesar 5,1 %, 46,5%, 52,1 %, dan 61,0%. Lebih lanjut hingga menit ke 50 dapat dilihat pada Tabel 6 merupakan efektifitas kitosan dalam menurunkan kadar karbon monoksida.

Tabel 6. Efektifitas Penurunan Variasi Waktu Kontak 50 Menit

Mnt/Brt

Efektifitas Penurunan Variasi Waktu Kontak 50 Menit

% Efektifit as Menit

ke 5

% Efekti

fitas Menit ke 10

% Efekti

fitas Menit ke 15

% Efekti

fitas Menit ke 20

% Efekti

fitas Menit ke 25

% Efekti

fitas Menit ke 30

% Efekti

fitas Menit

ke 35

% Efekti

fitas Menit

ke 40

% Efekti

fitas Menit ke 45

% Efekti

fitas Menit ke 50 Pengujian

Hanya Kanji (gram)

7,1% 7,7% 5,1% 6,7% 7,1% 5,8% 12,4% 9,5% 11,1% 13,6%

Perbandingan massa kanji dan kitosan 1:1 (gram)

34,5% 39,3% 46,5% 48,1% 35,6% 41,2% 33,1% 41,4% 39,7% 36,6%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

Kanji 1 Gram 2 Gram 3 Gram

Persentase Efektifitas

Variasi Massa

Efektifitas 5 Menit Efektifitas 10 Menit Efektifitas 15 Menit Efektifitas 20 Menit Efektifitas 25 Menit Efektifitas 30 Menit

(9)

Mnt/Brt

Efektifitas Penurunan Variasi Waktu Kontak 50 Menit

% Efektifit as Menit

ke 5

% Efekti

fitas Menit ke 10

% Efekti

fitas Menit ke 15

% Efekti

fitas Menit ke 20

% Efekti

fitas Menit ke 25

% Efekti

fitas Menit ke 30

% Efekti

fitas Menit

ke 35

% Efekti

fitas Menit

ke 40

% Efekti

fitas Menit ke 45

% Efekti

fitas Menit ke 50 Perbandingan

massa kanji dan kitosan 1:2 (gram)

41,9% 51,0% 52,1% 41,5% 48,6% 49,8% 45,3% 49,5% 48,0% 45,4%

Perbandingan massa kanji dan kitosan 1:3 (gram)

55,6% 60,9% 61,0% 49,4% 58,7% 61,4% 55,4% 56,4% 55,4% 57,4%

Sumber: Data penelitian, 2022

Diketahui dari Tabel 6 bahwa nilai efektifitas tertinggi terdapat pada menit ke 30 dengan berat kitosan sebesar 3 gram. Dengan berat 3 gram yang terpasang pada tiap plat alat bantu uji telah memenuhi kebutuhan penelitian dalam menurunkan kadar karbon monoksida yang keluar dari kendaraan bermotor.

Berikut merupakan grafik dari presentase efektifitas dari Tabel 6 dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Grafik efektifitas waktu pengujian 50 menit Sumber: Data penelitian, 2022

4. Kesimpulan

Ekstraksi dari limbah kulit udang menjadi kitosan dilakukan dengan melewati beberapa tahapan.

Tahapan-tahapan yang dilakukan diantaranya yaitu deproteinasi, demineralisasi, dan deasetilasi.

Deproteinasi merupakan proses yang digunakan untuk menghilangkan kandungan protein pada kulit udang.

Derajat deasetilasi yang diperoleh dari pembacaan gelombang infra-red FTIR dan hasil perhitungan menunjukan pada angka sebesar 87,63 % yang artinya bahwa telah dapat dinyatakan bahwa kitosan telah memenuhi standar mutu kitosan berdasarkan SNI Produk Perikanan Nonpangan Tahun 2018.

Hasil dari pengujian efektifitas pada setiap variasi waktu memiliki nilai tertinggi efektifitas berbeda- beda. Pada variasi waktu 10 menit nilai efektifitas tertinggi sebesar 62,1 % pada menit ke 10 dengan variasi perbandingan massa kanji dengan kitosan sebesar 1 : 3 gram. Berbeda dengan variasi 10 menit, pada variasi 30 menit nilai efektifitas tertinggi diperoleh pada menit ke 20 dengan variasi perbandingan massa 1 : 3 gram yaitu sebesar 61,5 %. Sedangkan pada variasi waktu 50 menit nilai efektifitas tertinggi yaitu sebesar 61,4 yang diperoleh pada menit ke 30 dengan variasi perbandingan massa 1 : 3 gram.

5. Ucapan Terimakasih

Penulis menyampaikan terima kasih dan rasa hormat kepada Instansi tempat penulis UIN Sunan Ampel Surabaya dan juga kepada Pembimbing I yaitu Ida Munfarida dan Dyah Ratri Nurmaningsih selaku Pembimbing II yang telah membantu dan memberikan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan artikel ini.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

Kanji 1 Gram 2 Gram 3 Gram

Persentase Efektifitas

Variasi Massa

Efektifitas 5 Menit Efektifitas 10 Menit Efektifitas 15 Menit Efektifitas 20 Menit Efektifitas 25 Menit Efektifitas 30 Menit Efektifitas 35 Menit Efektifitas 40 Menit Efektifitas 45 Menit Efektifitas 50 Menit

(10)

6. Singkatan

CO Carbon Monoxide

% Presentase

PPM Part Per Milion

Mnt Menit

Brt Berat

7. Referensi

[1] Abdull, N., Yoneda, M., & Shimada, Y. (2020). Traffic characteristics and pollutant emission from road transport in urban area. Air Quality, Atmosphere & Health, 13(6), 731–738.

https://doi.org/10.1007/s11869-020-00830-w

[2] Badan Pusat Statistik Jawa Timur, (2021). Badan Pusat Statistik Jawa Timur dalam Angka 2020.

Jawa Timur

[3] Boubel, R. W., Fox, D. L., Turner, D. B., & Stern, A. C. (2018). Fundamentals of Air Pollution.

Academic Press, Inc.

[4] Cahyono, T. (2017). Penyehatan Udara. Yogyakarta. CV Andi Offset

[5] Fatimah, L. N., & Wulandari, N. (2012). Kitosan dari Kulit Udang Sebagai Bahan Pengawet Tahu.

Universitas Sebelas Maret Surakarta

[6] Harjanti, R. S. (2014). Kitosan dari Limbah Udang sebagai Bahan Pengawet Ayam Goreng. Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 8, No. 1, 12–19.

[7] Indrasti, N. S., Suprihatin, & Setiawan, W. K. (2012). The Combination of Chitosan-Nutmeg Extract for The Natural Antibacteria. Jurnal Teknologi Industri Pertanian, 22, 122–130.

[8] Jaya, I., Syaputra, J., Prasetya, D. S. B., & Pangga, D. (2017). Pembuatan Kitosan dari Cangkang Udang sebagai Adsorben Emas (Au). Lensa: Jurnal Kependidikan Fisika, 5(2), 48.

https://doi.org/10.33394/j-lkf.v5i2.140

[9] Pojani, D., & Stead, D. (2015). Sustainable Urban Transport in the Developing World: Beyond Megacities. Sustainability, 7(6), 7784–7805. https://doi.org/10.3390/su7067784

[10] Pradianta, L. A. (2021). Preparasi Kitosan Silika Terimobilisasi Griess Saltzman Sebagai Adsorben Dalam Pengambilan Sampel Gas NO2. Yogyakarta.Universitas Islam Indonesia

[11] Sari, N., Hardianto, D., Suraharta, M., & Hermawan, B. A. (2019). Pengaruh Penggunaan Filter pada Knalpot Sepeda Motor untuk Mengurangi Tingkat Emisi Gas Buang Kendaraan. Jurnal Penelitian Sekolah Tinggi Transportasi Darat, 10(1), 15–27. https://doi.org/10.55511/jpsttd.v10i1.71

[12] Sneddon, G., Ganin, A. Y., & Yiu, H. H. P. (2015). Sustainable CO2 Adsorbents Prepared by Coating Chitosan onto Mesoporous Silicas for Large‐Scale Carbon Capture Technology. Energy Technology, 3(3), 249–258. https://doi.org/10.1002/ente.201402211

[13] Soedomo, M. (2001). Pencemaran Udara. ITB, Bandung

[14] Sulistiawaty, L., Foliatini, Nurdiani, & Puspita, F. (2022). Isolasi dan Karakterisasi Kitin dan Kitosan dari Pupa Black Soldier Fly (BSF). Warta Akab, Volume 46, NO.1, 56–62.

[15] Wahyuni, S., Selvina, R., Fauziyah, R., Prakoso, H. T., Priyono, P., & Siswanto, S. (2020). Optimasi Suhu dan Waktu Deasetilasi Kitin Berbasis Selongsong Maggot (Hermetia ilucens) Menjadi Kitosan.

Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 25(3), 373–381. https://doi.org/10.18343/jipi.25.3.373

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Game Online di warnet terhadap perkembangan bahasa anak usia 9-12 tahun di Kelurahan Cempaka Putih, Ciputat

Untuk dapat mencapai efektivitas kerja, organisasi yang bergerak dalam bidang pelayanan dalam hal ini pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi Jawa

Dalam penelitian ini dikembangkan sebuah aplikasi data mining untuk estimasi harga jual suatu properti dengan membandingkan kemiripan spesifikasi rumah yang dituju

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 98 Tahun 1990 tentang Pedoman penyisihan penerimaan pajak bumi dan bangunan bagian Daerah Tingkat I dan Tingkat II serta Pemberian Sebagian

Sontak dia terkejut karena Daffa masih belum mengerjakan soal apapun “Mana jawabannya?!” Tanyanya dengan suaranya yang berat.. Kepalanya sedikit menunduk untuk melihat dari

2016/17/UMK/FKP/LP37 IJAZAH SARJANA MUDA KEUSAHAWANAN (LOGISTIK & PERNIAGAAN PENGEDARAN) DENGAN KEPUJIAN4. 2016/17/UMK/FHPK/LP38 IJAZAH SARJANA MUDA KEUSAHAWANAN

Dar kenyataan yang penelt temu tampaknya belum semua program dan ke- gatan yang ada d Pondok Pesantren nurul Haq telah mengarah pada upaya untuk me- ngembangkan skap dan

Implementasi Nilai-Nilai Pancasila di Kelas Awal dalam Rangka Pembentukan Karakter Siswa Yang Pancasilais dengan Apresiasi Sastra adalah sesuatu yang sangat penting dan