• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TELAAH PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TELAAH PUSTAKA"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TELAAH PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Teori Produksi

a. Pengertian produksi

Pengertian produksi lainnya yaitu hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input.

Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi diartikan sebagai aktivitas dalam menghasilkan output dengan menggunakan teknik produksi tertentu untuk mengolah atau memproses input sedemikian rupa (Sukirno, 2002:193). Elemen input dan output merupakan elemen yang paling banyak mendapatkan perhatian dalam pembahasan teori produksi. Dalam teori produksi, elemen input masih dapat diuraikan berdasarkan jenis ataupun karakteristik input (Gaspersz, 1996:170-171).

b. Fungsi produksi

Fungsi produksi adalah suatu persamaan yang menunjukkan jumlah maksimum output yang dihasilkan dengan kombinasi input tertentu (Ferguson dan Gould, 1975:345).

Fungsi produksi menunjukkan sifat hubungan di antara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang dihasilkan. Faktor-faktor produksi dikenal pula dengan istilah input dan jumlah produksi selalu juga disebut sebagai output. Fungsi produksi selalu dinyatakan dalam rumus seperti berikut (Sukirno, 1997:194):

Q = f(C,L,R,T)

(2)

Keterangan:

Q = Quantity / jumlah barang yang dihasilkan f = function / simbol persamaan

C = Capital / modal L = Labour / tenaga kerja R = Resources / kekayaan alam T = Technology / teknologi

c. Fungsi Produksi Cobb-Douglas

Fungsi produksi Cobb Douglas merupakan contoh produksi yang homogen yang mempunyai substitusi yang konstan. Fungsi produksi Cobb Douglas dapat dituliskan sebagai berikut (Nicholson, 1995:332):

Q = AKaLb Q = Output

A = Konstanta yang mempunyai angka positif dan koefisien teknologi

K = Modal L = Tenaga kerja

a dan b = Menunjukkan skala ke hasil atau dengan menarik log dari kedua ruas persamaan fungsi produksi, maka: logQ = logA + αlogK+ βlogL + ε

Berdasarkan persamaan fungsi produksi Cobb-Douglas, terdapat tiga situasi yang mungkin dalam tingkat pengembalian terhadap skala (Nicholson, 1995:332):

(3)

1. Jika kenaikan yang proporsional dalam semua input sama dengan kenaikan yang proporsional dalam output (εp = 1 atau α + β = 1), maka tingkat pengembalian terhadap skala konstan (constant returns to scale).

2. Jika kenaikan yang proporsional dalam output kemungkinan lebih besar daripada kenaikan dalam input (εp > 1 atau α + β > 1 ), maka tingkat pengembalian terhadap skala meningkat (increasing returns to scale).

3. Jika kenaikan output lebih kecil dari proporsi kenaikan input (εp < 1 atau α + β < 1), maka tingkat pengembalian terhadap skala menurun (decreasing returns to scale).

2. Teori Pembiayaan Musyarakah

a. Pengertian Pembiayaan Musyarakah

Pembiayaan merupakan aktivitas bank syariah dalam menyalurkan dana kepada pihak lain selain bank berdasarkan prinsip syariah.

Penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan didasarkan pada kepercayaan yang diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Pemilik dana percaya kepada penerima dana, bahwa dana dalam bentuk pembiayaan yang diberikan pasti akan terbayar. Penerima pembiayaan mendapat kepercayaan dari pemberi pembiayaan, sehingga penerima pembiayaan berkewajiban untuk mengembalikan pembiayaan yang telah diterimanya sesuai dengan jangka waktu yang telah diperjanjikan dalam akad pembiayaan (Ismail, 2011: 106).

Menurut Veitzhal yang dimaksud dengan Pembiayaan atau financing yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang

(4)

dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan (Veitzhal dan Arviyan, 2010: 681).

Bank syariah menyalurkan dananya kepada nasabah dalam bentuk pembiayaan dan sifat pembiayaan bukan merupakan utang piutang, tetapi merupakan investasi yang diberikan bank kepada nasabah dalam melakukan usaha. Menurut Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998 bahwa:

“Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dan pihak lain yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan bagi hasil.”

Pasal 1 ayat (25) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, menyatakan:

“Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa:

1) Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah.

2) Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik.

3) Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna.

4) Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh.

5) Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa”.

Sedangkan kata musyarakah berasal dari bahasa arab yaitu syarika (fi’il madhi), yasyraku (fi’il mudhari’), syirkatan/syarikatan (mashdar) yang artinya serikat atau sekutu. Adapun pengertian Musyarakah itu sendiri yaitu akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu

(5)

usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung secara bersama sesuai dengan kesepakatan (Darsono, dkk., 2017: 227).

Menurut Dr. Jafril Khalil yang dimaksud dengan musyarakah adalah akad antara dua orang atau lebih dengan menyetorkan modal dan dengan keuntungan dibagi sesama mereka menurut porsi yang telah disepakati.

Dalam buku “Bank Syariah, dari teori ke praktik” yang ditulis oleh Muhammad Syafi’i Antonio, musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (atau amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Sedangkan Sunarto Zulkifli, dalam bukunya

“Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah” menuliskan bahwa yang dimaksud dengan musyarakah adalah akad kerjasama atau percampuran antara dua pihak atau lebih untuk melakukan suatu usaha tertentu yang halal dan produktif dengan kesepakatan bahwa keuntungan akan dibagikan sesuai nisbah yang disepakati dan risiko akan ditanggung sesuai porsi kerjasama.

Menurut (Veitzhal dan Arviyan, 2010: 757) mengatakan bahwa pembiayaan musyarakah mempunyai karakteristik yaitu transaksi yang dilandaskan karena adanya keinginan dari kedua belah pihak melakukan kerja sama untuk usaha tertentu, dimana masing-masing pihak menyertakan dan menyetorkan modalnya dengan pembagian keuntungan di kemudian hari sesuai dengan kesepakatan.

Dari beberapa definisi yang telah dijelaskan diatas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan pembiayaan musyarakah yaitu kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana

(6)

dengan ketentuan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.

50 % 50 %

Modal Modal

50 % 50 %

Keahlian keahlian

50 % 50 %

Gambar 2.1

Skema Pembiayaan Musyarakah

(Sumber : Veithzal dan Alvian, Islamic Banking, 2010: 122) Akad Musyarakah

Mitra Anggota usaha

BMT

Laba

Rugi

(7)

b. Landasan Hukum Pembiayaan Musyarakah

 Al-Qur’an

ِثُلُّثلا يِف ُءاَك َرُش ْمُهَف

Artinya: “... maka mereka berserikat pada sepertiga...” (QS. An-Nisa:

12).

ِتاَحِلاَّصلا اوُلِمَع َو اوُنَمآ َنيِذَّلا َّلَِّإ ٍضْعَب ٰىَلَع ْمُهُضْعَب يِغْبَيَل ِءاَطَلُخْلا َنِم ا ًريِثَك َّنِإ َو ُهاَّنَتَف اَمَّنَأ ُدو ُواَد َّنَظ َو ۗ ْمُه اَم ٌليِلَق َو َباَنَأ َو اًعِكا َر َّرَخ َو ُهَّب َر َرَفْغَتْساَف

Artinya: “Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat dzalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh”. (QS. Shaad: 24).

 Hadits

Dalam HR. Abu Dawud No. 2936, dalam kitab Al-Buyu dan Hakim, yang artinya:

“Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: “Allah swt telah berkata kepada saya; menyertai dua pihak yang sedang berkongsi selama salah satu dari keduanya tidak mengkhianati yang yang lain, seandainya berkhianat maka saya keluar dari penyertaan tersebut”.

(HR. Abu Dawud).

“Rahmat Allah swt tercurahkan atas dua pihak yang sedang berkongsi selama mereka tidak melakukan pengkhianatan, manakala berkhianat maka bisnisnya akan tercela dan keberkatanpun akan sirna dari padanya”. (HR. Abu Dawud, Baihaqi dan Hakim).

(8)

c. Rukun dan Syarat Pembiayaan Musyarakah

Sebagaimana akad dalam syari’at islam akan menjadi suatu perkara yang sah apabila telah memenuhi syarat dan rukunnya. Begitu pula dengan akad musyarakah akan menjadi sah apabila syarat dan rukunnya telah terpenuhi. Menurut mazhab Hanafi, apabila rukun sudah terpenuhi tetapi syarat tidak terpenuhi maka rukun menjadi tidak lengkap sehingga akad tersebut menjadi fasik (rusak). Adapun rukun dan syarat pembiayaan musyarakah Menurut (Naf’an, 2014: 98), yaitu:

1) Rukun musyarakah, antara lain:

 Ijab dan qobul (sighah) adalah adanya kesepakatan antara kedua belah pihak yang bertransaksi.

 Dua pihak yang berakad (‘aqidani) dan memiliki kecakapan melakukan pengelolaan harta. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam pihak-pihak yang berakad, yaitu:

 Objek akad (mauqud alaih) yang disebut juga ma’qud alaihi, yang mencakup modal pekerjaan.

 Nisbah bagi hasil.

2) Adapun syarat musyarakah menurut Mazhab Hanafiyah, yaitu:

 Sesuatu yang bertalian dengan semua bentuk syirkah baik dengan harta maupun yang lainnya. Dalam hal ini terdapat dua syarat, yaitu:

 Yang berkenaan dengan benda yang diakadkan adalah harus dapat diterima sebagai perwakilan.

 Yang berkenaan dengan keuntungan yaitu pembagian keuntungan yang jelas dan diketahui orang pihak-pihak yang bersyirkah.

 Sesuatu yang bertalian dengan syirkah mal (harta) dalam hal ini terdapat dua perkara yang harus dipenuhi, yaitu:

(9)

 Bahwa modal yang dijadikan objek akad syirkah adalah dari alat pembayaran (nuqud).

 yang dijadikan modal (harta pokok) ada ketika akad syirkah dilakukan.

Ada pendapat lain dalam buku “fiqih muamalah” karya M. Yazid Affandi mengatakan bahwa syarat-syarat pembiayaan musyarakah, yaitu:

 akil dan baligh.

 Memiliki kemampuan dan kompetensi dalam memberikan atau menerima kuasa perwakilan.

 Modal berupa modal mitsli (barang yang tidak bisa ditimbang, ditakar dan boleh di akad salam). Harta mitsli adalah harta yang dapat ditemukan dalam pasaran.

 Modal terkumpul terlebih dahulu sebelum akad.

 Shigat (ucapan serah terima harus lugas dan menunjukkan adanya izin dalam pengelolaan dana).

d. Jenis-Jenis Pembiayaan Musyarakah

Dalam syari’at islam, musyarakah terbagi menjadi dua jenis, yaitu (Djuwaini, 2010: 211):

1. Musyarakah kepemilikan, yaitu tercipta karena warisan wasiat, atau kondisi lain yang mengakibatkan pemilikan satu aset oleh dua orang atau lebih. Dalam musyarakah ini, kepemilikan dua orang atau lebih terbagi dalam sebuah aset nyata dan berbagi pula dari keuntungan yang dihasilkan aset tersebut.

(10)

2. Musyarakah akad, yaitu tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan kontribusi modal musyarakah, mereka pun sepakat berbagi keuntungan dan kerugian. Adapun musyarakah akad terbagi menjadi 4 macam, yaitu:

a. Sirkah ‘Inan yaitu akad kerja sama antara dua orang atau lebih, masing-masing memberikan kontribusi dana dan berpartisipasi dalam kerja. Porsi dana dan bobot partisipasi dalam kerja tidak harus sama, bahkan dimungkinkan hanya salah seorang yang aktif mengelola usaha yang ditunjuk oleh partner lainnya. Sementara itu, keuntungan atau kerugian yang timbul dibagi menurut kesepakatan bersama.

b. Syirkah Mufawadhah yaitu akad kerja sama antara dua orang atau lebih, masing-masing memberikan kontribusi dana dalam porsi yang sama dan berpartisipasi dalam kerja dengan bobot yang sama pula. Setiap partner saling menanggung satu sama lain dalam hak dan kewajiban. Tidak diperkenankan salah seorang memasukkan modal yang lebih besar dan memperoleh keuntungan yang lebih besar pula dibandingkan dengan partner lainnya. Keuntungan maupun kerugian yang diperoleh harus dibagi secara sama.

c. Syirkah A’maal yaitu kesepakatan kerja sama antara dua orang atau lebih yang memiliki profesi atau keahlian tertentu, untuk menerima serta melaksanakan suatu pekerjaan secara bersama dan berbagi keuntungan dari hasil yang diperoleh.

Musyarakah ini biasa disebut dengan musyarakah abdan atau sanaa’i.

d. Syirkah Wujuh yaitu syirkah yang terbentuk antara dua orang atau lebih tanpa setoran modal. Modal yang digunakan

(11)

hanyalah nama baik yang dimiliki, terutama karena kepribadian dan kejujuran masing-masing dalam berniaga.

Dengan memiliki reputasi seperti itu, mereka dapat membeli barang-barang tertentu dengan pembayaran tangguh dan menjualnya kembali secara tunai. Keuntungan yang diperoleh akan dibagi sesuai dengan kesepakatan bersama.

e. Ketentuan Dasar Pembiayaan Musyarakah Pada Lembaga Keuangan Syariah

Adapun ketentuan dasar mengenai sistem pembiayaan musyarakah pada lembaga keuangan syariah terdapat dalam fatwa Dewan Syariah Nasional No.08/DSN-MUI/IV/2000. Adapun secara lengkap isi fatwa tersebut adalah:

1. Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad), dengan memperhatikan hal-hal berikut:

a. Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit menunjukkan pada kontrak (akad).

b. Penerimaan dan penawaran dilakukan pada saat kontrak.

c. Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau dengan menggunakan cara-cara komunikasi modern.

2. Pihak-pihak yang berkontrak harus cakap hukum, dan memperhatikan hal-hal berikut:

a. Kompeten dalam memberikan atau diberi kekuasaan perwakilan.

b. Setiap mitra harus menyediakan dana dan pekerjaan, dan setiap mitra melaksanakan kerja sebagai wakil.

c. Setiap mitra memiliki hak untuk mengatur aset musyarakah dalam proses bisnis normal.

(12)

d. Setiap mitra memberi wewenang kepada mitra yang lain untuk mengelola aset dan masing-masing dianggap telah diberi wewenang untuk melakukan aktifitas musyarakah dengan memerhatikan kepentingan mitranya, tanpa melakukan kelalaian dan kesalahan yang disengaja.

e. Seorang mitra tidak diizinkan untuk mencairkan atau meninvestasikan dana untuk kepentingan sendiri.

3. Objek Akad (Modal, Kerja, Keuntungan, Kerugian) a. Modal

a) Modal yang diberikan harus uang tunai, emas, perak, atau yang nilainya sama.

b) Modal dapat terdiri dari aset perdagangan, seperti barang- barang, property, dan sebagainya. Jika modal berbentuk aset, haruslah terlebih dahulu dinilai dengan uang tunai dan disepakati oleh para mitra.

c) Para pihak tidak boleh meminjam, meminjamkan, menyumbangkan, dan menghadiahkan modal musyarakah kepada pihak lain, kecuali atas dasar kesepakatan.

d) Pada prinsipnya, dalam pembiayaan musyarakah tidak ada jaminan, namun untuk menghindari terjadinya penyimpangan, LKS dapat meminta jaminan.

b. Kerja

a) Partisipasi para mitra dalam pekerjaan merupakan dasar pelaksanaan musyarakah, tetapi kesaamaan porsi kerja bukanlah merupakan syarat. Seorang mitra boleh melaksanakan kerja lebih banyak dari yang lainnya, dalam hal ini boleh menuntut bagian keuntungan tambahan bagi dirinya.

(13)

b) Setiap mitra melaksanakan kerja dalam musyarakah atas nama pribadi dan wakil dari mitranya, kedudukan masing- masing dalam organisasi kerja harus dijelaskan dalam kontrak.

c. Keuntungan

a) Keuntungan harus dikuatifikasi dengan jelas untuk menghindarkan perbedaan dan sengketa pada waktu alokasi keuntungan atau penghentian musyarakah.

b) Setiap keuntungan mitra harus dibagikan secara proporsional.

c) Atas dasar seluruh keuntungan dan tidak ada jumlah yang ditentukan jadwal yang ditetapkan bagi seorang mitra.

d) Seorang mitra boleh mengusulkan bahwa jika keuntungan melebihi jumlah tertentu, kelebihan dan porsentase itu diberikan kepadanya.

d. Kerugian harus dibagi antara para mitra secara proporsional menurut saham masing-masing dalam modal.

4. Biaya Operasional dan Persengketaan

a. Biaya operasional dibebankan pada modal bersama.

b. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui badan Arbitrase syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

f. Dimensi Pembiayaan Musyarakah

Dalam penelitian ini mengenai pembiayaan musyarakah peneliti menggunakan dimensi yang diambil dari rukun pembiayaan musyarakah yaitu ijab dan qobul (shigoh), Dua pihak yang berakad (‘aqidani), objek akad (mauqud alaih), dan bagi hasil (nisbah) dengan alasan rukun dalam

(14)

pembiayaan musyarakah itu menjadi bagian yang sangat penting, karena apabila salah satu dari rukun tersebut tidak terpenuhi, maka menjadi tidak sah pembiayaan musyarakah tersebut.

3. Teori Perilaku Keuangan (Financial Behaviour)

a. Pengertian Perilaku Keuangan (Financial Behaviour)

Perilaku keuangan dianggap sebagai salah satu konsep penting dalam disiplin ilmu keuangan. Kata financial behaviour berasal dari dua kata yaitu “financial” dan “behaviour”. Dalam kamus kata “financial”

diartikan sebagai hal yang berhubungan dengan keuangan, sedangkan kata “behaviour” yang berarti kelakuan atau perilaku (Kamus Inggris- Indonesia). Dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian dari financial behaviour yaitu perilaku yang berkaitan dengan keuangan atau lebih singkatnya lagi yaitu ilmu yang mempelajari mengenai perilaku keuangan.

Terdapat banyak pendapat yang menjelaskan mengenai perilaku keuangan. Dwi (2016: 340) menjelaskan bahwa perilaku keuangan merupakan analisis berinvestasi yang menggunakan perpaduan antara ilmu psikologi dan ilmu keuangan dikenal dengan tingkah laku atau perilaku keuangan. Dan lebih jelasnya ilmu ini berhubungan dengan bagaimana seseorang memperlakukan, mengelola, dan menggunakan sumber daya keuangan yang dimilikinya.

Albert Phung (2016: 18) menjelaskan bahwa: Behavioral finance is a relatively new field that seeks to combine behavioral and cognitive psychological theory with conventional economics and finance to provide explanations for why people make irrational financial decisions. Artinya bahwa perilaku keuangan adalah sebuah bidang yang relatif baru yang berusaha menggabungkan antara teori psikologis perilaku dan kognitif

(15)

dengan ekonomi dan keuangan untuk memberikan penjelasan mengapa orang membuat keputusan keuangan yang tidak rasional.

Menurut Amanah (2016: 19) perilaku keuangan adalah ilmu yang menjelaskan mengenai perilaku seseorang dalam mengatur keuangan mereka dari sudut pandang psikologi dan kebiasaan individu tersebut, dan ilmu ini juga menjelaskan mengenai pengambilan keputusan yang irasional terhadap keuangan mereka.

Jadi dapat disimpulkan yang dimaksud dengan perilaku keuangan yaitu perpaduan antara ilmu psikologi dan ilmu keuangan yang menjelaskan mengenai cara mengatur keuangan.

Dalam melakukan perilaku keuangan diperlukan perencanaan keuangan untuk mencapai tujuan, baik tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang (Yulianti dan Silvy, 2013: 22). Media pencapaian tujuan tersebut dapat melalui tabungan, investasi, atau pengalokasian dana. Tanpa menerapkan sikap yang baik dalam mengatur keuangan, maka akan sulit untuk memiliki surplus keuangan yang bisa dimanfaatkan untuk tabungan masa depan atau modal untuk usaha.

Dengan perilaku keuangan dapat merencanakan dan mengatur dengan lebih baik keuangan yang dimiliki dalam pos-pos pengeluaran yang berbeda-beda dengan proporsi yang seimbang. Hal tersebut disesuaikan dengan kondisi keuangan dan target yang ingin dicapai oleh masing-masing individu. Misalnya apabila seseorang melakukan pembiayaan di BMT dengan tujuan untuk menambah modal usaha, maka orang tersebut akan menggunakan dana pembiayaan tersebut dengan sepenuhnya untuk modal usaha dan tidak mencampurkannya dengan keuangan pribadi.

Behavioral finance menurut Ricciardi (2016: 339-340) ilmu yang didalamnya ada interaksi dari berbagai disiplin ilmu (interdisipliner) dan terus berintegrasi sehingga dalam pembahasannya tidak bisa dilakukan

(16)

isolasi. Behavioral finance tumbuh dari berbagai asumsi dan ide dari perilaku ekonomi. Dalam behavioral finance juga melibatkan emosi, sifat, kesukaan dan berbagai macam hal yang ada pada diri manusia sebagai makhluk intelektual dan sosial yang akan berinteraksi melandasi munculnya keputusan dalam melakukan tindakan.

“Behavioral finance is the study of how humans interpret and act on information to make informed investment decisions. Its findings suggest that investors do not always behave in a rational, predictable and an unbiased manner indicated by the quantitative models. In fact, investors make mistakes”.

Gambar 2.2

Konsep Behavioural Finance (Sumber: Ricciardi, 2016: 340)

Dilihat dari gambar dan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa behavioral finance merupakan ilmu yang mempelajari tentang bagaimana manusia dalam mengambil suatu tindakan pada proses pengambilan keputusan dalam berinvestasi sebagai respons dari informasi yang

Financial behaviour

b sociology

economics

invesment psychology

Behavioural economics

economics finance

Behaviour of accounting

(17)

diperolehnya. Selain itu investor tidak selalu berperilaku rasional dan tidak menyimpang serta mampu dimodelkan secara kuantitatif. Gambar diatas memperlihatkan bahwa behavioral finance dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, sosiologi, keuangan, ekonomi, akuntansi, investasi, dan psikologi. Hal tersebut menerangkan bahwa behavioral finance tidak hanya semata-mata selalu bersifat rasional tetapi juga dipengaruhi oleh ketidakrasionalan yaitu seperti psikologi dan sosiologi.

Penjelasan diatas menyatakan bahwa behavioral finance merupakan hal penting dalam proses pengambilan keputusan karena manusia ataupun makhluk hidup tidak hanya berfikir secara rasional tetapi juga secara irrasional. Faktor irrasional ini merupakan sifat yang melekat pada diri manusia tersebut dan dapat berubah-ubah. Sehingga harus diimbangi dengan sifat dan pemikiran secara rasional agar investor dapat mengambil keputusan dengan bijak.

b. Dimensi Financial Behaviour

Menurut Irene dan Lady (2016: 228) mengatakan bahwa dimensi Financial behaviour dibagi menjadi 4, yaitu:

1. Konsumsi, yaitu pengeluaran oleh rumah tangga atas berbagai barang dan jasa.

2. Arus kas, merupakan indikator utama dari kesehatan keuangan yaitu ukuran kemampuan seseorang untuk membayar segala biaya yang dimilikinya, manajemen arus kas yang baik adalah tindakan penyeimbangan masukan dan pengeluaran uang tunai.

3. Tabungan dan investasi, tabungan dapat didefinisikan sebagai bagian dari pendapatan yang tidak dikonsumsi dalam periode tertentu, karena seseorang tidak tahu apa yang akan terjadi di masa yang akan datang dan uang harus disimpan untuk membayar kejadian yang tak terduga. Sedangkan investasi yaitu mengalokasikan atau

(18)

menanamkan sumber daya saat ini dengan tujuan mendapatkan manfaat di masa mendatang.

4. Manajemen kredit atau manajemen utang, yaitu kemampuan seseorang dalam memanfaatkan utang agar tidak membuat anda mengalami kebangkrutan atau dengan kata lain yaitu pemanfaatan utang untuk meningkatkan kesejahteraannya.

Sedangkan menurut penelitian Tona, Zulkifli dan Firmansyah (2015:

16) mengatakan bahwa perilaku keuangan dapat dilihat dari 2 variabel yaitu:

1. Variabel psikologi, yaitu yang berkaitan dengan tingkah laku manusia, baik sebagai individu itu sendiri maupun dalam hubungannya dengan lingukungannya. Psikologi ini dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

2. Variabel ilmu keuangan, yaitu ilmu yang mempelajari bagaimana individu, bisnis, dan organisasi meningkatkan, mengalokasikan, dan menggunakan sumber daya moneter sejalan dengan waktu, dan juga menghitung risiko dalam menjalankan proyek mereka. Dalam ilmu keuangan ini terdapat 2 indikator, yaitu kebijakan investasi dan kebijakan sumber dana.

Menurut Hilgert, Holgart dan Baverly (2013: 94) bahwa dimensi dari perilaku keuangan ada 4, yaitu:

1. pengelolaan kas, yaitu mengelola uang kas seperti sebagaimana ketepatan mengelola uang sesuai atau tidak dengan anggaran yang dibuat, dan masih banyak lagi lainnya.

2. Pengelolaan utang, yaitu bagaimana mengelola kartu kredit dan menggunakan utang dengan benar.

3. Pengelolaan tabungan, yaitu terkait memiliki tabungan reguler atau tidak, memiliki dana darurat atau tidak serta masih banyak lagi lainnya.

(19)

4. Berinvestasi, yaitu lebih kepada memiliki rencana investasi serta sebagaimana investasi yang benar. Pengeluaran lainnya akan tampak seperti mampu membeli rumah, memiliki tujuan dan lain-lainnya.

Berdasarkan dimensi menurut para ahli diatas, penulis lebih memilih menggunakan dimensi menurut Irene dan Lady, yaitu konsumsi, arus kas, tabungan dan investasi, dan manajemen kredit atau utang untuk mengukur financial behaviour atau perilaku keuangan anggota BMT.

Karena disini terlihat lebih lengkap mengenai indikator-indikator yang menjelaskan mengenai financial behaviour atau perilaku keuangan, sehingga lebih tergambarkan bagaimana financial behaviour atau perilaku keuangan anggota BMT untuk mengembangkan usaha yang sedang dijalaninya.

4. Teori Pengembangan Usaha

a. Pengertian Pengembangan Usaha

Sehubungan dengan pengembangan usaha, hal ini tergantung pada kemampuan pengusaha dan pengelolanya dalam usahanya setiap hari.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi dari pengembangan yaitu proses, cara, perbuatan mengembangkan.

Sedangkan usaha yaitu kegiatan di bidang perdagangan dengan maksud mencari keuntungan.

Pengembangan merupakan usaha yang terencana dari organisasi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan pegawai. Pengembangan lebih di tekankan pada peningkatan pengetahuan untuk melakukan pekerjaan pada masa yang akan datang, yang dilakukan melalui pendekatan yang terintergrasi dengan kegiatan lain untuk mengubah perilaku kerja.

Sedangkan yang dimaksud dengan usaha dalam KBBI yaitu kegiatan dengan menggunakan tenaga pikiran atau badan untuk menyatakan suatu

(20)

maksud. Usaha juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan secara tetap dan terus-menerus dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan, baik diselenggarakan oleh perorangan maupun badan usaha yang berbentuk hukum atau tidak berbentuk badan hukum yang didirikan disuatu daerah dalam suatu negara.

Menurut Mahmud Mach Foedz (Marina, 2017: 275) beliau mengatakan bahwa pengembangan usaha adalah perdagangan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang terorganisasi untuk mendapatkan laba dengan memproduksi dan menjual barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

Menurut Brown dan Petrello (Mariana, 2017: 275) pengembangan usaha adalah suatu lembaga yang menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat, apabila kebutuhan masyarakat meningkat, maka lembaga bisnispun akan meningkat pula perkembangannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut sampai memperoleh laba.

Sedangkan menurut Steinford (Mega dan Dewi, 2017: 75) pengembangan usaha adalah aktifitas yang menyediakan barang atau jasa yang diperlukan oleh konsumen yang memiliki badan usaha, maupun perorangan yang tidak memiliki badan hukum maupun badan usaha seperti, pedagang kaki lima yang tidak memiliki surat izin tempat usaha.

Dari pengertian di atas maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa pengembangan usaha yaitu suatu proses atau cara memperbaiki pekerjaan masa sekarang atau masa yang akan datang dengan meningkatkan perluasan usaha serta kualitas dan kuantitas produksi untuk menuju kesuksesan dan memperoleh keuntungan.

Pengembangan usaha merupakan suatu bentuk usaha terhadap usaha itu sendiri agar dapat berkembang menjadi lebih baik untuk mencapai pada satu titik atau puncak menuju kesuksesan dan keuntungan.

Pengembangan usaha dilakukan oleh usaha yang sudah mulai berjalan

(21)

atau sudah terproses dan terlihat ada kemungkinan untuk lebih maju dan berkembang.

Usaha mikro diartikan sebagai model usaha yang paling kecil, biasanya dilakukan di rumah dan sebagian besar tenaga kerjanya oleh kerabat keluarga. Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan. Sedangkan dalam Pasal 1 UU Nomor 20 Tahun 2008 menyebutkan bahwa pengertian UMK (Usaha Mikro Kecil) yaitu (www.bi.go.id):

1. Pertama, usaha mikro adalah usaha produktif milik orang- perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam undang-undang.

2. Kedua, usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri dan dilakukan oleh orang-perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang undang ini.

3. Ketiga, usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sediri dan dilakukan oleh orang-perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.

(22)

b. Sifat Pengembangan Usaha

1. Pengembangan Vertikal yaitu perluasan usaha dengan cara membangun unit bisnis baru yang masih memiliki hubungan langsung dengan bisnis utamanya (core business).

2. Pengembangan Horizontal yaitu pembangunan usaha baru yang bertujuan memperkuat bisnis utama untuk mendapatkan keuntungan komparatif, yang secara line produk tidak memiliki hubungan dengan core bisnisnya (Agus, 2010: 23).

c. Dimensi Pengembangan Usaha

Menurut Mega dan Widiya (2017: 77), dimensi pengembangan usaha ada 4, yaitu:

1. Keuangan, yaitu segala sesuatu yang bertalian dengan uang, seperti omset atau jumlah uang hasil penjualan barang (dagangan) tertentu selama suatu masa jual.

2. Produk, dalam KBBI yaitu barang atau jasa yang dibuat dan ditambah gunanya atau nilainya dalam proses produksi dan menjadi hasil akhir dari proses produksi itu. Pengembangan usaha yang berkaitan dengan produk bisa dilihat dari kualitas produk dan diversifikasi produk tersebut.

3. Sumber Daya Manusia (SDM), yaitu menyangkut masalah mengenai manusia yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut. Mengenai SDM hal ini berkaitan dengan jumlah pelanggan dalam usaha tersebut, jumlah tenaga kerja yang dimiliki, dan keahlian tenaga kerja.

Selanjutnya menurut pendapat Diana dan Ayus (2018: 112) pengembangan usaha dapat dilihat dari beberapa indikator yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia diantaranya yaitu:

(23)

1. Keuangan, yaitu rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan keuangan meliputi: modal, aset, dan omset.

2. Pemasaran, yaitu aktivitas, serangkaian intuisi, dan proses menciptakan, mengomunikasikan, menyampaikan, dan mempertukarkan tawaran yang bernilai bagi pelanggan, klien, mitra, dan masyarakat umum.

3. Sumber Daya Manusia (SDM), yaitu kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki individu.

Sedangkan menurut Fitriyani dan Emile (2016: 200) bahwa dimensi pengembangan usaha, yaitu:

1. Jumlah pendapatan, yaitu jumlah uang yang diterima oleh perusahaan dari aktivitasnya dan kebanyakan dari penjualan produk dan/atau jasa kepada pelanggan

2. Laba, yaitu kelebihan total pendapatan dibandingkan total bebannya. Laba disebut juga pendapatan bersih atau net earnings.

3. Nilai penjualan, yaitu penambahan nilai ekonomi yang ditimbulkan melalui aktivitas penawaran produk dari berbagai perusahaan industri yang menawarkan pembelian kepada konsumen.

4. Pelanggan, yaitu seseorang atau sekelompok orang yang menggunakan produk barang atau jasa tertentu pada periode tertentu secara tetap dan berkala.

5. Barang yang terjual,

6. Perluasan usaha selama jangka waktu tertentu.

Berdasarkan dimensi menurut para ahli diatas, penulis lebih memilih menggunakan dimensi menurut Mega dan Widiya (2017: 77), yaitu keuangan, produk dan Sumber Daya Manusia (SDM) karena dimensi ini lebih menggambarkan pengukuran pengembangan usaha yang dilakukan oleh mitra anggota.

(24)

B. Penelitian Terdahulu

Sebelum penelitian ini dilakukan ada beberapa penelitian yang mencoba untuk meneliti pengaruh Pembiayaan Musyarakah dan Financial Behaviour terhadap pengembangan usaha Anggota. Penelitian terdahulu tersebut antara lain:

Tabel 2.1

Tabel Penelitian Terdahulu No. Nama

(Tahun)

Judul Persamaan Perbedaan Hasil

1. Muslimin Kara (2013)

Kontribusi Pembiayaan Perbankan Syariah Terhadap Pengembanga n Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah

 Pembiayaan musyarakah

 Pengembangan usaha

 Pembiayaan mudharabah

 Metodologi penelitian

Peran serta pembiayaan musyarakah maupun mudharabah masih belum optimal. Masih banyak kendala yang dihadapi oleh upaya pengembangan UMKM seperti:

sumber daya manusia yang kapabel,

paradigma bank konvensional yang masih kuat,

(25)

masih dikejar target BEP, kurangnya sosialisasi, dan masih terbatasnya jaringan.

2. Sulistio (2018)

Pengaruh Pembiayaan Musyarakah dan

Murabahah Terhadap Perkembanga n Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

 Pembiayaan Musyarakah

 Metodologi Penelitian

 Pembiayaan Murabahah

Pembiayaan musyarakah memiliki nilai probabilitas sebesar 0,238 lebih besar dari taraf signifikasi 5% atau 0.05, yang berarti pembiayaan musyarakah tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan usaha.

3. Lukytawati Anggraeni, Herdiana Puspitasari,

Akses UMKM Terhadap Pembiayaan

 Pembiayaan musyarakah

 Pengembangan usaha

 Pembiayaan mudharabah

 Pembiayaan murabahah

Pembiayaan mikro syariah yang diberikan oleh BMT

(26)

Salahuddin El Ayubbi, dan Ranti Wiliasih (2013)

Mikro Syariah dan Dampaknya Terhadap Perkembanga n Usaha.

 Metodologi penelitian

mampu meningkatkan keuntungan usaha.

Berdasarkan hasil regresi linear berganda OLS, pembiayaan syariah BMT berpengaruh positif dan signifikan terhadap perubahan keuntungan usaha.

4. Irine Herdjiono dan Lady Damanik (2016)

Pengaruh Financial Attitude, Financial Knowledge, Parental Income Terhadap Financial Management Behaviour

 Financial behaviour

 Financial attitude

 Financial knowledge

 Parental income

 Metodologi penelitian

sikap adalah faktor penting dalam

mendukung perilaku keuangan, di mana sikap umumnya dipengaruhi oleh lingkungan dan interaksi sosial

(27)

5. Abdul Mughits (2016)

Perilaku Ekonomi Bank Syariah dan Risikonya Terhadap Rate of Return Bagi Nasabah Deposan Dalam Pembiayaan Mudharabah dan

Musyarakah

 Financial behaviour

 Pembiayaan musyarakah

 Pembiayaan mudharabah

 Perilaku rasional

 Metodologi penelitian

Dari penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku ekonomi dari empat bank syariah yaitu BMI, BNI Syariah, BTN Syariah dan BPD Syariah

cenderung irrasional, yakni lebih kuat pada pendekatan behavioural finance.

Disamping pendekatan yang diterapkan bank syariah itu komprehensif ketika hendak mengambil suatu keputusan

pembiayaan atau investasi, juga menganut

pendekatan yang

(28)

kontinyu dalam evaluasi

organisasi, terutama dalam laporan

keuangannya.

6. Siti Jubaedah dan Rina Destiana (2015)

Implikasi Pembiayaan Syariah Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Di Kabupaten Cirebon

 Pembiayaan musyarakah

 Pengembangan usaha

 Metodologi penelitian

 Pembiayaan mudharabah

Pembiayaan syariah dengan akad mudharabah dan musyarakah berpengaruh positif signifikan terhadap

perkembangan aset UMKM di kabupaten Cirebon.

7. Muh. Amri Cahyadi (2013)

Skripsi yang berjudul

“Pengaruh Sikap, Norma Subjektif dan Kontrol Keperilakuan Terhadap Niat Pedagang Pasar Untuk

 Financial behaviour

 Norma subjektif

 Kontrol keperilakuan

 Niat pedagang pasar untuk melakukan pembiayaan pada

Sikap secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap niat pedagang pasar untuk

memanfaatkan fasilitas

pembiayaan pada

(29)

Memanfaatka n Fasilitas Pembiayaan Pada

Koperasi Jasa Keuangan Syariah Di Yogyakarta

koperasi jasa keuangan

 Metodologi penelitian

koperasi jasa keuangan syariah.

Hal ini

dikarenakan nilai sikap akan meningkatkan niat untuk membentuk sebuah perilaku memanfaatkan fasilitas

pembiayaan pada koperasi jasa keuangan syariah.

Semakin tinggi tingkat keyakinan dan positif

penilaian terhadap produk

pembiayaan maka semakin besar seseorang akan memanfaatkan fasilitas

pembiayaan pada koperasi jasa keuangan syariah.

(30)

8. Zarah Puspitaningt yas

(2017)

Pembudayaan Pengelolaan Keuangan Berbasis Akuntansi Bagi Pelaku Usaha Kecil Menengah

 Financial behaviour

 Metodologi penelitian

Pengelolaan keuangan berbasis akuntansi dapat memberikan manfaat bagi pelaku UKM untuk mengetahui kondisi keuangan usaha secara pasti, mengatur dan mengontrol keseluruhan transaksi keuangan yang terjadi di sepanjang keberlangsungan usahanya. Oleh karena itu, pelaku UKM harus membiasakan (membudayakan) untuk

menerapkan pengelolaan keuangan berbasis akuntansi.

Implikasi dari

(31)

hasil studi ini adalah diharapkan dapat tersusun konsep yang berkaitan dengan pembudayaan pengelolaan keuangan berbasis akuntansi bagi pelaku usaha, khususnya pelaku UKM.

9. Adrie Putra (2014)

Pengujian Personal Financial Behaviour, Planned Behaviour Terhadap Self Control Behaviour Dengan Theory Planned of Behaviour

 Financial behaviour

 Variabel penelitian yang berbeda yaitu: power prestige, retention time, subjective norms, behavioral control, intentions, behaviors dan

conscientious ness

pengelolaan keuangan yang baik sangat diperlukan untuk tujuan

peningkatan kesejahteraan, hal ini ditunjukan dengan tingginya tingkat

conscientiousnes, retention time dan kontrol perilaku yang

menunjukkan tingkat yang

(32)

 Metodologi penelitian

signifikan

terhadap niat dan perilaku

seseorang akan self-controling akan pengelolaan keuangan pribadi.

Penelitian ini juga menunjukan bahwa pada umumnya orang cenderung untuk melakukan perencanaan (planned) keuangan disebabkan karena ada hal yang tidak pasti pada waktu yang akan. Retention time

menunjukkan bahwa seseorang melakukan penundaan terhadap

(33)

keinginannya untuk

mendapatkan kepastian akan masa depan seseorang.

Dengan demikian memunculkan niat seeorang untuk melakukan self-controling terhadap

pengeluaran yang akan dilakukan oleh orang terebut.

10. Trimulato (2017)

Analisis Potensi Produk Musyarakah Terhadap Pembiayaan Sektor Riil UMKM

 Pembiayaan Musyarakah

 Metodologi penelitian

Potensi

perkembangan akad pembiayaan Musyarakah masih sangat besar dengan melihat

perkembangan kredit UMKM yang secara terus menerus,

kemudian melihat

(34)

belum

maksimalnya pembiayaan dengan akad Musyarakah di bank syariah.

Akad pembiayaan Musyarakah membutuhkan wadah yang tepat, dan UMKM membutuhkan modal/

pembiayaan agar bisa lebih

berkembang.

Sehingga pembiayaan dengan akad Musyarakah menjadi lebih tepat dalam memberikan pembiayaan UMKM dengan karakter yang tepat. Disamping itu menjadikan

(35)

jati diri bank syariah sebagai bank bagi hasil yang keberadaan dibutuhkan masyarakat.

11. Nurul Qomar (2015)

Skripsi yang berjudul

“Pengaruh Pembiayaan Murabahah dan

Musyarakah Di BMT Gunung Jati Terhadap Perkembanga n Usaha Mikro Di Kecamatan Gunung Jati Kabupaten Cirebon

 Pembiayaan musyarakah

 Pengembangan usaha

 Metodologi penelitian

 Pembiayaan murabahah

Hasil dari penelitian ini yaitu bahwa variabel pembiayaan musyarakah tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap

perkembangan usaha mikro di BMT Gunung Jati Cirebon. Hal ini dibuktikan dengan nilai thitung

< ttabel yaitu 0,853

< 1,668 dengan taraf signifikan 0,400 > 0,05.

Dengan nilai regresi koefisien pembiayaan

(36)

musyarakah sebesar 0,192, nilai koefisien menunjukkan bahwa apabila variabel pembiayaan musyarakah mengalami

peningkatan maka perkembangan usaha mikro juga akan meningkat.

12. Sulastri Wulandari (2018)

Skripsi yang berjudul

“Analisis Pembiayaan Musyarakah Dalam Meningkatka n Pendapatan Usaha Mikro Anggota (Studi kasus pada KSPPS Perambulan Cirebon)”

 Pembiayaan musyarakah

 Metodologi penelitian

Hasil dari penelitian ini yaitu terbukti adanya pembiayaan musyarakah di KSPPS

Perambulan Cirebon dapat meningkatkan pendapatan usaha mikro anggota, dan dengan adanya tambahan modal membuat

(37)

usaha para anggota mengalami perkembangan dan dapat dipastikan pendapatan merekapun meningkat.

13. Mohammad Ade

Saepudin (2018)

Skripsi yang berjudul

“Pengaruh Pembiayaan Musyarakah Terhadap Produktivitas Usaha Kecil

 Pembiayaan musyarakah

 Metodologi penelitian

 Variabel penelitian yang digunakan yaitu:

kesepakatan, modal, dan sifat

Hasil penelitian mengatakan bhwa peningkatan produktivitas usaha kecil dipengaruhi oleh pembiayaan musyarakah sebesar 16,6%

dan 83,4%

ditentukan oleh faktor lain.

14. Siskawati Sholihat, Hendri Tanjung, dan

Analisis Efektivitas Lembaga Keuangan Mikro Syariah

 Pembiayaan musyarakah

 Perkembangan usaha

 Metodologi penelitian

 Pembiayaan mudharabah

 Pembiayaan murabahah

pembiayaan Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) Berkah Madani

Cimanggis

(38)

Syarifah Gustiawati (2015)

Terhadap Perkembanga n Usaha Nasabah Di Sektor RIIL (Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah)

memiliki hubungan yang sangat kuat atau korelasi yang sangat signifikan terhadap

perkembangan usaha nasabah di sektor riil

(UMKM),Koefisi en korelasi untuk hubungan dua variabel tersebut adalah 0,985.

Dari angka korelasi ini maka taksiran koefisien determinasinya adalah 97,0225%, jadi pembiayaan yang diterima nasabah KJKS Berkah Madani Cimanggis memiliki pengaruh 97,0225%

terhadap

(39)

perkembangan usaha nasabah disektor riil (UMKM).

Sementara 2,9775% adalah faktor lain yang membuat perkembangan usaha mereka semakin maju, seperti modal sendiri,

manajemen yang baik, pemasaran yang luas atau pelanggan yang terus meningkat.

15. Mariana dan Ujang Syafrudin (2017)

Pengaruh Pembiayaan Musyarakah Terhadap Perkembanga n Usaha Mikro dan Peningkatan

 Pembiayaan musyarakah

 Pengembangan usaha

 Metodologi penelitian

 Peningkatan pendapatan nasabah

Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pembiayaan musyarakah berpengaruh positif signifikan terhadap

perkembangan

(40)

Pendapatan Nasabah

usaha mikro nasabah BMT Islamic Centre, dengan nilai thitung > ttabel (3,039 > 1,989).

Artinya bahwa dengan

bertambahnya modal usaha melalui pembiayaan musyarakah yang diajukan nasabah ke BMT Islamic Centre mampu untuk

mengembangkan usahanya

tersebut.Maka, besar kecilnya usaha seseorang sangat

dipengaruhi oleh besar kecilnya modal yang dipergunakan.

(41)

C. Kerangka Pemikiran

Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang akan diteliti. Jadi, secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variabel independent dan dependent. Kerangka berfikir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila dalam penelitian tersebut berkenaan dengan dua variabel atau lebih. Apabila penelitian hanya membahas dua variabel atau lebih secara mandiri, maka yang dilakukan peneliti di samping mengemukakan deskripsi teoritis untuk masing-masing variabel, juga argumentasi terhadap variasi besaran variabel yang diteliti (Sugiyono, 2015: 60).

Dalam penelitian ini variabel X1 yaitu Pembiayaan Musyarakah. Pembiayaan musyarakah merupakan pembiayaan yang berprinsip kerjasama dan presentase keuntungan dengan bagi hasil (nisbah) antara pihak BMT dan mitra anggota.

Pembiayaan musyarakah digunakan sebagai permodalan. Modal merupakan hal penting dalam suatu kegiatan usaha, dengan adanya modal pengusaha bisa meningkatkan semua aspek dalam usaha yang dijalankannya. Sumber modal yang digunakan dalam usaha bisa dari modal sendiri dan modal pinjaman dari pihak lain. Pinjaman modal dari pihak lain yaitu bisa dari Lembaga Keuangan Bank (LKB) dan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB). Salah satu Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) yang bisa memberikan pinjaman modal adalah Baitul Maal wa Tamwil (BMT) yang merupakan koperasi dengan menggunakan prinsip syariah. Di dalam BMT ini terdapat pembiayaan musyarakah yang mana dengan adanya pembiayaan ini diharapkan bisa digunakan sesuai dengan akadnya sehingga usaha yang dijalankan bisa berkembang lebih maju dan baik, serta menghasilkan keuntungan yang terus-menerus mengalir.

Variabel X2 dalam penelitian ini yaitu perilaku keuangan atau Financial Behaviour. Financial behaviour ini merupakan perpaduan antara ilmu psikologi dan ilmu keuangan. Seperti yang kita ketahui ilmu psikologi merupakan ilmu

(42)

terapan yang berkaitan tentang perilaku, fungsi mental, dan proses mental manusia secara ilmiah. Sedangkan ilmu keuangan merupakan salah satu bagian dari ilmu ekonomi yang menjelaskan bagaimana cara seorang individu, bisnis, dan organisasi meningkatkan, mengalokasi, dan menggunakan sumber daya moneter sejalan dengan waktu, dan juga menghitung resiko dalam menjalankan proyek.

financial behaviour merupakan etika seorang pengusaha dalam memperlakukan sumber daya keuangan yang dimilikinya, dalam artian seorang pengusaha tersebut harus bisa mengendalikan bagaimana mengelola, mengatur, dan menggunakan sumber daya keuangan yang dimilikinya secara baik. Jika seorang pengusaha bisa mengendalikan hal-hal tersebut, maka keuangan dari hasil usaha atau keuntungan yang diperoleh dari usaha tersebut dapat digunakan untuk mengembangkan usaha yang dijalaninya dengan baik.

Variabel Y dari penelitian ini adalah pengembangan usaha. Pengembangan merupakan rancangan mengembangkan sesuatu yang sudah ada dalam rangka meningkatkan kualitas lebih maju. Pengembangan usaha merupakan suatu bentuk usaha kepada usaha itu sendiri agar dapat berkembang untuk mencapai satu titik atau puncak yaitu kesuksesan dan keuntungan.

Dari penjelasan diatas bahwa Variabel X1 dan X2 dengan Variabel Y mempunyai keterkaitan. Menurut Uma Sekaran (Sugiyono, 2015: 60) seseorang yang memiliki minat maupun kepentingan di dalam suatu perusahaan atau lembaga, hal ini bisa menyangkut mengenai kepentingan finansial atau kepentingan lainnya, bila orang tersebut terkena pengaruh dari apa yang terjadi pada perusahaan atau lembaga tersebut, baik itu dampak negatif atau positif maka akan terjadi hubungan timbal balik. Oleh karena itu, adanya pembiayaan musyarakah yang diberikan oleh pihak BMT kepada anggota mitra dan dana pembiayaan musyarakah itu dikelola dengan perilaku keuangan yang baik, maka akan terjadinya perkembangan pada usaha yang sedang dijalani. Untuk lebih jelasnya gambarannya seperti dibawah ini:

(43)

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan elemen penting sebagai peranti kerja teori peneliti.

Hipotesis adalah jawaban atau dugaan ilmiah seentara terhadap suatu fenomena yang perlu dibuktikan atau dikaji ulang kebenarannya secara empiris (Edi, 2016:

83). Berdasarkan tinjauan diatas, hipotesis penelitian atau jawaban sementara terhadap permasalahan yang akan diuji dalam penelitian ini adalah:

1. H0-1: Tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan Pembiayaan Musyarakah terhadap pengembangan usaha pada Anggota KSPPS BMT Lariba Islamic Centre.

Ha-1: Terdapat pengaruh positif dan signifikan Pembiayaan Musyarakah terhadap pengembangan usaha pada Anggota KSPPS BMT Lariba Islamic Centre.

2. H0-2: Tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan Financial Behaviour terhadap pengembangan usaha pada Anggota KSPPS BMT Lariba Islamic Centre.

Ha-2: Terdapat pengaruh positif dan signifikan Financial Behaviour terhadap pengembangan usaha pada Anggota KSPPS BMT Lariba Islamic Centre.

Pembiayaan Musyarakah (X1)

Perilaku Keuangan (X2)

Pengembangan Usaha (Y)

(44)

3. H0-3: Tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan Pembiayaan Musyarakah dan Financial Behaviour terhadap Pengembangan Usaha pada Anggota KSPPS BMT Lariba Islamic Centre.

Ha-3: Terdapat pengaruh positif dan signifikan Pembiayaan Musyarakah dan Financial Behaviour terhadap Pengembangan Usaha pada Anggota KSPPS BMT Lariba Islamic Centre.

Referensi

Dokumen terkait

Teknik ini terfokus pada domain-domain tertentu, domain perempuan dijadikan sub domain lagi yang lebih memfokuskan pada perempuan kelas menengah dan bawah, terkait

Kecamatan Pedan yang memiliki Pasar Pedan sebagai pusat ekonomi masyarakat akan tetapi saat ini pasar pedan yang sudah di revitalisasi menjadi pasar modern oleh investor

Garis pada bagian samping menjadi ciri khas ikan tenggiri yang berbeda dengan ikan sejenis.. Secara umum, warna ikan tenggiri adalah

tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada

Perbedaan penggunaan bahasa Indonesia antarinforman yaitu kelompok informan yang orang tuanya bekerja sebagai petani memiliki tingkat penggunaan kalimat yang paling

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kuasa, kemurahan dan kasih karuniaNya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan tesis yang berjudul “ PENGARUH

Adapun penelitian lain yang dilakukan oleh Seli Noeratih, Mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang,

Apa yang harus dilakukan: pahami bahwa implementasi teknologi umumnya merupakan permasalahan perubahan manajemen. Tempatkan general manajer dan pemimpin yang