• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di SMA Negeri 1 Purworejo dan SMA Negeri 6 Purworejo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Manajemen Program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di SMA Negeri 1 Purworejo dan SMA Negeri 6 Purworejo"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 4 No. 3 Februari 2022 p-ISSN: 2622-772X e-ISSN: 2622-3694

Media Manajemen Pendidikan © 2018 http://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/mmp

508 Manajemen Program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di SMA Negeri 1 Purworejo dan SMA Negeri 6 Purworejo

Kuntari Purwaningsih Mahasiawa MP UST kuntariparis@gmail.com

Abstrak: Penelitian ini bertujuan 1) memperoleh gambaran tentang proses manajemen pelaksanaan program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 6 Purworejo, meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian; 2) mengetahui faktor apa saja yang mendukung dan menghambat program GLS tersebut. Ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif.

Informan meliputi kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, guru bahasa Indonesia, dan petugas perpustakaan. Teknik pengumpulan data dengan wawancara, observasi, dan pencermatan dokumen. Sedangkan analisis data dilakukan melalui pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen program GLS di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 6 Purworejo telah berjalan dengan baik, sehingga program GLS dapat berlangsung hingga sekarang. Manajemen kedua sekolah diawali perencanaan berdasarkan Permendikbud No 23 Tahun 2015. Tahap kedua adalah pengorganisasian dengan membentuk Tim GLS dan menyusun job description.

Tahap ketiga pengarahan yang diadakan melalui koordinasi bersama Tim GLS secara berkala dan memotivasi siswa. Tahap keempat pengendalian meliputi pengawasan dan evaluasi. Adapun faktor pendukung kedua sekolah adalah kepala sekolah, guru dan banyaknya fasilitas literasi. Faktor penghambat adalah input siswa yang tidak sama. Untuk mengatasi hambatan tersebut sekolah memberikan motivasi kepada semua siswa.

Kata kunci: manajemen, literasi, gerakan literasi sekolah

Abstract: This study aims at 1) describing the implementation of schoo l literacy program (GLS) at SMA Negeri 1 Purworejo and SMA Negeri 6 Purworejo including planing, organizing, actuating, and controlling; 2) describing the supporting factors and obstacles in the implementation of school literacy prog ra m (GLS). This is a descriptive qualitative research with several informans in vo lvin g principals, assisstant principal of academic affairs and curriculum, assisstant principal of student affairs, Indonesian language teacher, and librarians. The data were collected through interview, observation, and d ocu menta tion. Th e g ain ed data were analyzed by employing Miles and Huberman version involving data collection, data reductionm and conclusion drawing or verification.The result shows that the management of school literacy program (GLS) at SMA N 1 Purworejo and SMA N 6 Purworejo run well so the program can be contin uou sly implemented so far. Both schools start the management by planning ba sed o n th e regulation of ministry of education number 23 in the year of 2015 about character

(2)

Volume 4 No. 3 Februari 2022 p-ISSN: 2622-772X e-ISSN: 2622-3694

Media Manajemen Pendidikan © 2018 http://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/mmp

509

building. The second one is organizing stage by forming team of GLS and arranging the job description. The third stage is actuating which is done in regular coordination and student motivation. The fourth stage is controlling which involves monitoring and evaluation. The supporting factors found at both sch ools a re th e support from principals, and teachers as well as the available facilities f or GLS.

The obstacle is related to the different input of the students. It is overcome by motivating all of the students.

Keywords: Management, literacy, school literacy program (GLS)

Pendahuluan

Saat ini masyarakat dunia termasuk Indonesia telah memasuki abad 21 dimana terjadi fenomena revolusi industri 4.0. Era revolusi industri 4.0 ini memunculkan berbagai tantangan dan peluang di berbagai bidang kehidupan. Diantaranya adalah bidang pendidikan. Salah satu tuntutan di bidang pendidikan adalah terciptanya individu (sumber daya manusia) yang memiliki karakter dan keterampilan abad 21 (21st century skills) yaitu: creative, communicative, collaborative, dan critical thinking (problem solving). Tuntutan ini mendorong peserta didik untuk dapat mengembangkan keterampilan membaca yang ujungnya adalah mampu memahami informasi secara analitis, kritis, dan reflektif.

Sebagai respon atas kondisi tersebut di atas dan permasalahan literasi di Indonesia Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah menggagas Gerakan Literasi Sekolah (GLS). GLS adalah suatu usaha atau kegiatan yang bersifat partisipatif dengan melibatkan warga sekolah, akademisi, penerbit, media massa, masyarakat dan pemangku kepentingan di bawah koordinasi Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan upaya pada peserta didik membaca 15 menit sebelum pelajaran dimulai (Sari, 2018)

Literasi menjadi sarana bagi siswa untuk mengenal, memahami, dan menerapkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya agar berkembang secara optimal. Penerapan literasi di sekolah bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa yang meliputi kecerdasan intelektual, emosional, bahasa, spiritual, estetika yang beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan informasi. Dalam upaya penumbuhan minat baca Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, menggagas dan mengembangkan GLS seperti tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015. Oleh karena itu, literasi menjadi isu nasional di Indonesia.

Dalam penelitian Syaifur Rohman (2017) dikatakan program Gerakan Literasi Sekolah dilaksanakan secara bertahap dengan mempertimbangkan kesiapan sekolah di seluruh Indonesia. Kesiapan ini mencakup kesiapan kapasitas sekolah (ketersediaan fasilitas, bahan bacaan, sarana, prasarana literasi), kesiapan warga sekolah, dan kesiapan sistem pendukung lainnya (partisipasi publik, dukungan kelembagaan, dan perangkat kebijakan yang relevan).

(3)

Volume 4 No. 3 Februari 2022 p-ISSN: 2622-772X e-ISSN: 2622-3694

Media Manajemen Pendidikan © 2018 http://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/mmp

510

(Supriyanto, 2017) memberikan saran bagi pemegang kebijakan dalam pendidikan, bahwa pemegang kebijakan bisa menjadikan Gerakan Literasi Sekolah sebagai entry point bagi peningkatan kualitas pendidikan. Pemangku kepentingan mengupayakan tersedianya sumber dana, informasi, dan sarana prasarana pendukung ketercapaian program Gerakan Literasi Sekolah.

Gerakan Literasi Sekolah (GLS) memiliki tujuan umum dan tujuan khusus.

Tujuan umum GLS adalah menumbuhkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam Gerakan Literasi Sekolah supaya mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat, sedangkan tujuan khusus dari Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yaitu untuk menumbuhkembangkan budaya literasi di sekolah, meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat, menjadikan sekolah sebagai tempat belajar yang menyenangkan dan ramah anak, agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan, dan menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam buku bacaan serta meningkatkan strategi membaca (Surangangga, 2017)

Tujuan GLS tersebut hingga kini pun belum sepenuhnya dapat tercapai. Walaupun kegiatan GLS telah berjalan di sekolah-sekolah sejak tahun 2015, hingga tahun 2018 pun Indonesia masih belum menunjukkan peningkatan yang signifikan. Hal ini mengacu pada hasil survei pada PISA tahun 2018. Indonesia masih berada pada peringkat 75 dari 80 negara peserta PISA dan pada aspek membaca (reading) menunjukkan Indonesia memperoleh nilai 371 lebih rendah dari tahun 2015 yaitu 397 (www.zenius.net). Realita ini tentu menunjukkan bahwa upaya penumbuhan minat baca melalui program GLS masih sangat perlu untuk digalakkan secara konsisten dan terus menerus. Akan tetapi, kenyataan lain di lapangan juga menunjukkan bahwa implementasi Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di sekolah-sekolah juga tidak selalu berjalan mulus tanpa hambatan.

Program ini tidak secara menyeluruh dapat berjalan secara konsisten dan bekelanjutan.

Hasil evaluasi pada penelitian Agus Widayoko (2018) menunjukkan bahwa 81,6%

mengatakan program GLS sudah dilaksanakan di sekolah responden, pelaksanaan pembiasaan membaca 15 menit di sekolah sudah sesuai tujuan nasional, dan 100%

responden menyarankan kegiatan ini harus dilanjutkan dengan berbagai masukan

Di wilayah kabupaten Purworejo Provinsi Jawa Tengah sejauh yang peneliti ketahui belum semua sekolah melaksanakan program GLS ini. Bahkan beberapa sekolah yang dulu pernah melaksanakan saat ini sudah tidak lagi . Oleh karena itu, perlu dilakukan studi agar dapat ditemukan solusi untuk dapat mewujudkan implementasi Gerakan Literasi Sekolah secara efektif, konsisten, dan berkelanjutan. Di Kabupaten Purworejo ada beberapa sekolah yang dapat dijadikan role model manajemen pengelolaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) diantaranya SMA Negeri 1 Purworejo dan SMA Negeri 6 Purworejo. Kedua sekolah tersebut telah melaksanakan Gerakan Literasi Sekolah sejak awal dicanangkannya gerakan tersebut dan hingga saat ini kedua sekolah tersebut mampu mempertahankan kegiatan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) secara berkelanjutan dan efektif. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“Manajemen Program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di SMA Negeri 1 dan SMA

(4)

Volume 4 No. 3 Februari 2022 p-ISSN: 2622-772X e-ISSN: 2622-3694

Media Manajemen Pendidikan © 2018 http://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/mmp

511

Negeri 6 Purworejo” untuk menemukan kiat-kiat manajemen pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang berkualitas dan solusi terhadap hambatan yang ada dalam implementasinya.

Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah memperoleh gambaran tentang proses manajemen pelaksanaan program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di SMA Negeri 1 Purworejo dan SMA Negeri 6 Purworejo yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian. Tujuan penelitian yang kedua adalah memperoleh gambaran faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 6 Purworejo

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan beragam teknik.

Menurut (Cresswell, 2009) salah satu karakteristik penelitian kualitatif adalah peneliti sebagai instrumen kunci (key instrument). Penelitian kualitatif cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna (perspektif subjek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta dilapangan.

Di dalam penelitian kualitatif data diteliti secara natural tanpa perlakuan (treatments) dan intervensi peneliti. Metode deskriptif yang diterapkan di dalam penelitian ini adalah deskripsi verbal dengan tujuan untuk menunjukkan dan menjelaskan suatu fenomena di dalam manajemen pendidikan yaitu manajemen program gerakan literasi sekolah (GLS) di Sekolah Menengah Atas (SMA).

Karena penelitian ini adalah penelitian kualitatif maka di dalam penelitian ini tidak terdapat hipotesis. Ini didukung oleh Cresswell (2012) yang menyatakan bahwa di dalam penelitian kualitatif hipotesis tidak digunakan, akan tetapi peneliti hanya menggunakan pertanyaan penelitian.

Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian dilakukan selama 4 bulan yaitu dari bulan Juni sampai dengan bulan September 2020. Adapun tempat penelitian dilaksanakan pada dua sekolah yaitu SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 6 Purworejo, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah.

Target/Subjek Penelitian

Subjek penelitian meliputi kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, guru bahasa Indonesia, dan petugas perpustakaan pada 2 (dua) sekolah yaitu SMA Negeri 1 Purworejo, dan SMA Negeri 6

(5)

Volume 4 No. 3 Februari 2022 p-ISSN: 2622-772X e-ISSN: 2622-3694

Media Manajemen Pendidikan © 2018 http://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/mmp

512

Purworejo. Ditambah dengan Bapak Padmo Sukoco sebagai mantan kepala sekolah SMA Negeri 1 Purworejo.

Prosedur

Dalam penelitian ini, peneliti membagi kegiatan penelitian lapangan menjadi 3 tahap yaitu tahap pralapangan, meliputi: menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perijinan, menjajaki serta menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informan. Tahap pelaksanaan lapangan meliputi:

memahami latar belakang penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan melakukan observasi, wawancara dan pengumpulan dokumentasi. Tahap pasca lapangan meliputi : membuat transkrip wawancara, membuat codingdata, validasi dan verifikasi keabsahan data, dan penyajian data.

Data, Intrumen, dan Teknik Pengumpulan Data

Menurut Lofland (Moleong, 2014) sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Namun untuk melengkapi data penelitian dibutuhkan dua sumber data, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.

Instrumen utama penelitian ini adalah peeneliti sendiri, yaitu peneliti menentukan rancangan penelitian, rumusan masalah, memilih data dan sumber data, melakukan pengumpulan dan analisis data, dan menyusun laporan penelitian. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan (Sugiyono, 2009) yang menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti sendiri. Peneliti dapat menentukan rancangan penelitian, rumusan masalah, memilih data dan sumber data, melakukan pengumpulan dan analisis data, dan menyusun laporan penelitian

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Wawancara dilakukan dengan berbagai pihak yang memiliki otoritas dan keterkaitan dengan program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 6 Purworejo. Wawancara dilakukan kepada kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, guru bahasa Indonesia, dan petugas perpustakaan. Observasi dilakukan untuk mendukung hasil wawancara. Data yang dihasilkan berupa catatan lapangan observasi yang bersumber dari pengamatan secara langsung. Dokumentasi berupa dokumen, foto, dan data-data yang ada di sekolah.Dokumentasi ini digunakan untuk mendukung data-data yang lain, yaitu wawancara dan observasi.

Teknik Analisis Data

Untuk menentukan validitas data menggunakan triangulasi yang menurut (Sugiyono, 2018) ada dua macam yaitu : trianggulasi teknik dan trianggulasi sumber.

Trianggulasi teknik adalah penggunaan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda, misalnya dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Trianggulasi sumber adalah teknik penggumpulan data dari sumber yang berbeda seperti kepala sekolah, guru dan petugas perpustakaan.

(6)

Volume 4 No. 3 Februari 2022 p-ISSN: 2622-772X e-ISSN: 2622-3694

Media Manajemen Pendidikan © 2018 http://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/mmp

513

Setelah data terkumpul dengan menggunakan berbagai teknik pengumpulan data, data kemudian di analisis sesuai dengan tahap analisis versi Miles dan Huberman.

Pertama adalah dengan mereduksi data. (Sugiyono, 2018), “mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang memfokuskan pada hal-hal yang penting,dicari tema dan polanya”. Data yang direduksi akan memberi gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencari yang diperlukan

Data yang telah direduksi akan disajikan dalam bentuk tertentu dengan tujuan untuk menggabungkan informasi-informasi yang telah diperoleh sehingga mempermudah menarik kesimpulan. Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian deskriptif sesuai dengan aspek yang diamati sehingga lebih mudah dipahami.

Miles and Huberman (Sugiyono, 2018), “langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan keaimpulan dan verifikasi”. Penarikan kesimpulan merupakan hasil penelitian yang menjawab fokus penelitian berdasarkan hasil analisis data.

Penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan suatu konfigurasi yang utuh.

Hasil kesimpulan diverifikasi selama penelitian berlangsung. Pada awalnya kesimpulan tersebut kurang jelas kemudian semakin meningkat secara eksplisit dan memiliki landasan yang kuat. Kesimpulan akhir tidak akan terjadi sampai proses pengumpulan data yang terakhir.

Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Menurut Sarinah (2017) Manajemen adalah Suatu Proses dalam rangka mencapai tujuan dengan bekerja bersama melalui orang-orang dan sumber daya organisasi lainnya. Proses manajemen tersebut meliputi perencanaan, pemgorganisasian, pengarahan dan pengendalian.

Perencanaan dapat didefnisikan sebagai keseluruhan proses perkiraan dan penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan dalam program pendidikan untuk masa yang akan datang dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan.(Ramadhan, 2019) Perancanaan program harus dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien.

Proses pengorganisasian dalam suatua lembaga pendidikan, seorang manejer menetapkan pembagian tugas wewenang, dan tanggung jawab secara rinci berdasarkan bagian-bagiann dan bidangnya masing-masing sehingga terintegrasikan hubungan- hubungan kerja yang sinergis, kooperatif, harmonis dan seirama dalam mencapai tujuan yang telah disepakati bersama.(Ramadhan, 2019)

Actuating adalah aktivitas manajemen untuk memberikan motivasi, pengarahan, dan pengaruh terhadap semua anggota kelompok agar mau bekerja secara sadar dan suka rela untuk mencapai seperangkat tujuan yang telah ditetapkan di awal sesuai dengan perencanaan.

(7)

Volume 4 No. 3 Februari 2022 p-ISSN: 2622-772X e-ISSN: 2622-3694

Media Manajemen Pendidikan © 2018 http://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/mmp

514

Controlling atau pengawasan dan pengendalian (wasdal) adalah proses untuk mengamati secara terus menerus pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi jika terjadi (Sarinah, 2017).

Wiedarti dkk, (2016) memaknai Gerakan Literasi Sekolah sebagai upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik. Gerakan Literasi Sekolah merupakan gerakan sosial dengan dukungan kolaborasi berbagai elemen. Upaya yang ditempuh berupa pembiasaan membaca peserta didik.

Supriyanto (2017) menyimpulkan bahwa gerakan Literasi Sekolah bisa didefinisikan sebagai tindakan yang disertai dengan program yang terencana yang dilakukan dan ditujukan pada suatu perubahan terhadap seluruh warga sekolah agar terbiasa melakukan kebiasaan berliterasi (menulis dan membaca)..

Setelah mengalami proses reduksi, data wawancara yang dapat digunakan dari narasumber atau informan seperti tabel berikut:

Tabel 1. Data Informan SMA N 1 Purworejo

No. Nama Peran/Tugas

1. Nur Aziz, S.Pd., M.Pd.B.I. Kepala SMA Negeri 1 Purworejo 2. Padmo Sukoco, S.Pd., M.Pd. Mantan Kepala SMA Negeri 1

Purworejo

3. Eko Hendarto, S.Pd., M.Hum. Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan

4. Partinem, S.Pd. M.Pd. Guru Bahasa Indonesia (Tim Literasi Sekolah)

5. Jazim Wahyudi S.Pd Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum

Tabel 2. Data Informan SMA N 6 Purworejo

No. Nama Peran/Tugas

1. Drs. Sukisno, M.M.Pd. Kepala SMA Negeri 6 Purworejo 2. Nur Aziz, S.Pd., M.Pd.B.I. Mantan Kepala SMA Negeri 6

Purworejo

3. Singgih Widyastuti, S.Pd. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum

4. Djunaedi Wisnu W. S.Pd Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan

5. S. Eny Ermaeni, S.Pd Guru Bahasa Indonesia (Tim Literasi Sekolah)

6. Sri Wartono, S.Pd. MM.Pd Kepala Perpustakaan SMA N 6 Purworejo

Tabel 3. Keberadaan Objek Observasi

(8)

Volume 4 No. 3 Februari 2022 p-ISSN: 2622-772X e-ISSN: 2622-3694

Media Manajemen Pendidikan © 2018 http://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/mmp

515

No. Arsip/Dokumen Ada/Tidak Ada Keterangan

1. Profil Sekolah ada

2. Visi dan Misi Sekolah ada

3. SK Tim GLS ada

4. Dokumen jumlah siswa ada

5. RKAS untuk GLS ada

6. SOP Pelaksanaan GLS ada

7. Dokumen pelaksanaan GLS ada

Berdasarkan data penelitian yang diperoleh melalui wawancara kepada beberapa narasumber dari kedua sekolah, terlihat bahwa konsep program Gerakan Literasi Sekolah telah dipahami sebagai kegiatan membaca selama 15 menit sebelum pelajaran dengan membaca buku selain buku mata pelajaran. Kedua sekolah baik SMA Negeri 1 Purworejo dan SMA Negeri 6 Purworejo juga menyadari pentingnya Gerakan Literasi Sekolah (GLS) bagi siswa, guru, dan sekolah.

Dari penyajian data wawancara, dokumen dan juga observasi, dapat diberikan analisa manajemen program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dari 2 sekolah yang menjadi tempat penelitian ini didapatkan gambaran manajemen Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dan faktor pendukung sekaligus penghambat GLS di Kabupaten Purworejo

a. Manajemen Gerakan Literasi Sekolah

SMA Negeri 1 Purworejo telah menjalankan program GLS sejak tahun 2016/2017. Dasar dari pelaksanaan program GLS ini adalah adanya penunjukan SMA Negeri 1 menjadi sekolah rujukan. Dalam penunjukan sebagaisekolah rujukan tersebut SMA Negeri 1 Purworejo harus melaksanakan program GLS. Sesuai dengan himbauan menteri pendidikan dan kebudayaan yang tertuang dalam dalam Permendikbud nomor 23 tahun 2015, SMA Negeri 1 Purworejo mengadakan kegiatan membaca selama 15 menit sebelum KBM berlangsung setiap hari

Gambar 1. Sudut baca di SMA Negeri 1 Purworejo

Langkah-langkah yang ditempuh sekolah dalam pelaksanaan program GLS ini adalah dengan membentuk tim GLS, mensosialisasikan kepada bapak ibu guru dan juga siswa, komite, orang tua siswa dan juga alumni. Tim GLS pada awalnya hanya terdiri dari 4 orang saja, yaitu Bapak Kepala Sekolah sebagai penanggung jawab, ketua, sekretaris dan bendahara. Selanjutnya tim GLS yang bertanggungjawab terhadap

(9)

Volume 4 No. 3 Februari 2022 p-ISSN: 2622-772X e-ISSN: 2622-3694

Media Manajemen Pendidikan © 2018 http://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/mmp

516

pelaksanaan program. Tim GLS kemudian membuat buku jurnal membaca yang akan digunakan anak menulis apa yang sudah dibacanya. Tim GLS juga menyiapkan buku- buku dari perpustakaan untuk diletakkan di kelas-kelas sebagai sumber literasi siswa.

Pada kelaanjutannya siswa membawa buku dari rumah atau meminjam dari perpustakaan secara pribadi.

SMA Negeri 1 Purworejo tidak mengalokasikan RKAS secara khusus untuk program GLS, tetapi kebutuhan-kebutuhan dari pelaksanaan program GLS ini dipenuhi melalui dana untuk kurikulum, kesiswaan dan sarpras.

Kepala sekolah selalu berkoordinasi dengan tim GLS melalui rapat-rapat yang diadakan sekolah, biasanya pada saat tatap muka dengan kepala sekolah dan seluruh bapak ibu guru. Pada tapka tersebut tim GLS diberikan kesempatan untuk melaporkan jalannya program, apa kendala, atau kebutuhan yang harus disiapkan sekolah ataupun program-program dari Tim GLS untuk kedepannya.

Motivasi siswa diberikan oleh kepala sekolah pada waktu upacara bendera, juga diberikan oleh bapak ibu guru saat menunggui literasi di dalam kelas. Karena didukung oleh budaya siswa yang sudah baik, kegiatan literasi ini tidak banyak mengalami kendala. Hanya beberapa siswa yang kadang datang terlambat. Setiap bulan bahasa diadakan lomba-lomba yang berkaitan dengan literasi. Diharapkan kegiatan ini juga dapat menjadi motivasi gerakan literasi di sekolah.

Pengawasan pelaksanaan program GLS di SMA Negeri 1 Purworejo diserahkan kepada bapak-ibu guru yang mengajar pada jam pertama, dibantu oleh tim kesiswaan dan tim kurikulum. Siswa masuk kelas pada jam 06.45 kemudian berdoa, menyanyikan lagu Indonesia Raya dan melaksanakan litersi. Setelah membaca anak menuliskan apa yang dibacanya pada buku jurnal mereka. Pada saat itu juga jurnal tersebut diserahkan kepada bapak ibu guru yang mengampu di kelas untuk diberikan paraf.

Evaluasi program GLS diadakan setiap awal semester, bersama dengan pelaksanaan In House Training (IHT). Tim GLS memberikan laporan kegiatan selama satu semester, kendala yang dihadapi dan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan untuk pelaksanaan program, sekaligus pemaparan rencana ke depan.

Kendala yang dihadapi adalah untuk literasi teknologi, ketika harus belajar dirumah, tidak semua tempat tinggal siswa mempunyai jaringan yang terjangkau oleh internet. Adanya sekolah zonasi menjadikan input siswa yang masuk ke SMA Negeri 1 Purworejo tidak sama, ada yang bisa belajar dengan cepat dan ada yang belajarnya lambat.

Prestasi siswa yang berhubungan dengan program GLS ini banyak sekali. Siswa telah mampu menerbitkan buku, baik itu buku antologi puisi, antologi cerpen, maupun kumpulan Essay. Penerbitan buku ini dikelola oleh kelas secara mandiri.

SMA Negeri 6 Purworejo melaksanakan program GLS berdasarkan permendikbud nomor 23 tahun 2015. Walaupun sebelumnya sudah ada program untuk peningkatan minat baca siswa. Langkah-langkah sekolah dalam melaksanakan program GLS ini adalah dengan membentuk tim GLS dan mensosialisasikan program GLS ini kepada seluruh warga sekolah. Pengadaan sudut baca telah dilakukan sebelum pencanangan program GLS

(10)

Volume 4 No. 3 Februari 2022 p-ISSN: 2622-772X e-ISSN: 2622-3694

Media Manajemen Pendidikan © 2018 http://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/mmp

517

SMA Negeri 6 Purworejo tidak melaksanakan literasi selama 15 menit pada awal jam pelajaran karena adanya kendala siswa yang belum terbiasa dan juga belum memiliki motivasi yang kuat untuk melaksanakan literasi. Sehingga kebijakan sekolah, program GLS hanya dilakukan pada jam pelajaran Bahasa Indonesia. Pada pelajaran Bahasa Indonesia ini siswa diajak untuk membaca buku non pelajaran selama 15 menit kemudian menuliskan hasil bacaan tersenut dalam buku jurnal membaca siswa.

Gambar 2. Dokumen Literasi di SMA Negeri 6 Purworejo

Anggaran selalu dialokasikan setiap tahunnys untuk pembelian buku-buku sumber literasi. Setiap tahun sekolah menganggarkan pembelian buku novel, biografi, pengetahuan umum, psikologi dan lain-lainnya. Hal ini diharapkan anak akan tertarik dan termotivasi untuk membaca.

Tim GLS terdiri dari guru kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, wakil kepala sekolah bidang sarana dan prasarana, guru Bahasa Indonesia dan petugas perpustakaan. Tim GLS ini yang kemudian membuat rencana program, melaksanakan, dan mengawasi pelaksanaan GLS.

Koordinasi dilakukan kepala sekolah setiap minggu bersamaan dengan kegiatan tatap muka kepala sekolah dan seluruh bapak ibu guru. Pada koordinasi tersebut dibicarakan tentang kendala, kebutuhan program literasi, dan rencana program.

Motivasi siswa dilakukan oleh kepala sekolah pada waktu upacara bendera.

Sedangkan wali kelas, dan juga tim GLS memberikan motivasi kepada siswa pada saat tatap muka. Selain itu sekolah memyediakan reward bagi siswa yang membaca buku paling banyak. Reward ini diberikan setahun sekali pada saat upacara tanggal 2 Mei.

Reward berupa piagam dan sejumlah uang. Ada tiga hadiah setiap tahunnya untuk 3 siswa yang membaca banyak buku dan menulis laporan di jurnal.

SMA Negeri 6 Purworejo mempunyai program pengadaan sudut baca di luar kelas. Ada 11 tempat yang telah disiapkan untuk mendekatkan sumber literasi kepada para siswa. Sudut baca ini dilengkapi dengan buku-buku bacaan, tempat duduk dan taman yang diharapkan dapat menciptakan suasana nyaman saat membaca.

Evaluasi program GLS ini juga dilaksanakan pada awal tahun pelajaran. Tim GLS memberikan laporan tentang pelaksanaan literasi dan kemudian ditanggapi oleh kepala sekolah dan bapak ibu guru yang lain.

b. Faktor-faktor Pendukung dan penghambat Program Gerakan Literasi Sekolah (GLS)

(11)

Volume 4 No. 3 Februari 2022 p-ISSN: 2622-772X e-ISSN: 2622-3694

Media Manajemen Pendidikan © 2018 http://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/mmp

518

Daya dukung kedua sekolah tersebut terhadap pelaksanaan program GLS adalah pemikiran dari kepala sekolah tentang banyaknya manfaat literasi, sehingga program GLS ini akan tetap dijalankan. Dukungan bapak/ibu guru yang selalu memberikan pendampingan dan motivasi kepada semua siswa sehingga minat baca siswa meningkat.

Kemampuan sekolah untuk menyediakan fasilitas GLS, berupa jaringan internet, sumber literasi yang terus bertambah, dan perpustakaan yang memadai. Dukungan alumni dan juga warga sekolah berupa sumbangan buku-buku baik baru maupun bekas.

Faktor penghambat dirasakan antara lain ketika literasi teknologi, ketika harus belajar di rumah, tidak semua tempat tinggal siswa mempunyai jaringan yang terjangkau oleh internet. Adanya sistem zonasi menjadikan input siswa yang masuk baik ke SMA Negeri 1 Purworejo maupun SMA Negeri 6 Purworejo tidak sama. Sehingga pencapaian keberhasilan tidak serentak. Dari faktor penghambat tersebut didapatkan solusi yaitu untuk selalu memberikan motivasi kepada siswa, dan mensosialisasikan program GLS ini kepada orangtua siswa dengan harapan budaya literasi juga ditanamkan di lingkungan keluarga. Pemberian reward berupa hadiah untuk siswa-siswa yang berprestasi dalam bidang literasi.

Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 6 Purworejo secara umum sudah terlaksana dengan baik. SMA Negeri 1 Purworejo mengadakan GLS pada 15 menit sebelum pembelajaran dimulai. SMA Negeri 6 Purworejo melaksanakan GLS 15 menit sebelum jam pelajaran Bahasa Indonesia.

Gambaran manajemen kedua sekolah meliputi 1) Perencanaan program dengan menentukan titik tolak dan tujuan, memberikan pedoman, merencanakan langkah- langkah pelaksanaan program , serta merencanakan anggaran; 2) Pengorganisasian dilakukan dengan membentuk Tim GLS, menyusun job discrition dan mensosialisasikan rencana program GLS 3) Pengarahan diadakan melalui koordinasi bersama Tim GLS secara berkala melalui kegiatan tatap muka dengan kepala sekolah, koordinasi insidental, dan memotivasi siswa melalui upacara bendera serta pemberian reward kepada siswa yang telah banyak membaca; 4) Pengendalian meliputi pengawasan dan evaluasi.

Faktor pendukung program GLS kedua sekolah adalah kepala sekolah, guru, dan banyaknya fasilitas literasi. Faktor penghambat adalah input siswa yang tidak sama..

Untuk mengatasi hambatan tersebut sekolah memberikan motivasi kepada semua siswa dan juga reward. Temuan penelitian pada SMA Negeri 1.Purworejo, siswa secara berkala telah mampu menerbitkan buku antologi. Untuk SMA Negeri 6 Purworejo dari program GLS dikembangkan sudut baca diluar kelas.

(12)

Volume 4 No. 3 Februari 2022 p-ISSN: 2622-772X e-ISSN: 2622-3694

Media Manajemen Pendidikan © 2018 http://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/mmp

519 Daftar Pustaka

Agustin, S & Hari Cahyono, B.E. (2017). Gerakan Literasi Sekolah untuk Meningkatkan Budaya Baca di SMA Negeri 1 Geger. Linguista, Vol. 1. No. 2. Hal 55-62

Cresswell, John W. (2009). Research Design: Qualitative, Quantitative, dan Mixed Method Approach. New Delhi: SAGE Publication

________________. (2012). Educational Research (Planning, Co nd ucting, a nd Evalu ating Quantitative and Qualitative Research. Boston: Pearson Education, Inc.

Endaryanta, Eruin. (2017). Implementasi Program Gerakan Literasi Sekolah di SD Kristen Kalam Kudus dan SD Muhammadiyah Suronatan. Jurnal Kebijakan Pendidikan, Edisi 7 Vol. VI, 732-744.

Indartono, Setyabudi, Ph.D (2014). Pengantar Manajemen: Character Inside. Yogyakarta:

Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta

Moleong, Lexy J. (2014) Metodologi Penelitian Kualitatif. Cetakan ke-33. Bandung :Remaja Rosda Karya.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti

Ramadhan. (2019). Manajemen Program Literasi dalam Praktik Pembudayaan Membaca Siswa di Sekolah. Prosiding Seminar Nasional “ “Penguatan Karakter Berbasis Literasi Ajaran Tamansiswa Menghadapi Revolusi Industri 4.0”, Prodi MMP UST , 463-470 Ratna Sari, I.F. (2018). Konsep Dasar Gerakan Literasi Sekolah Pada Permendikbud Nomor 23

Tahun 2015 Tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Al-bidayah : Jurnal Pendidikan Dasar Islam. Vol. 10, Nomor 1, Hal. 89-99

Rohman, S. (2017). Membangun Budaya Membaca Pada Anak Melalui Program Gerakan Literasi Sekolah. Terampil , Volume 4 Nomor 1. Hal 151-174

Sarinah (2017). Pengantar Manajemen. Cet. 1, Yogyakarta: Deepublish

Sugiyono (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta Supriyanto, H & Haryanto, S. (2017) Implementasi Gerakan Literasi Sekolah dalam

Menumbuhkan Minat Membaca Siswa di SMP Negeri 2 Pleret Kabupaten Bantul.

Wiyata Dharma.Volume V, Nomor 2. Hal. 68-82

Surangangga, I Made Ngurah (2017) Mendidik Lewat Literasi untuk Pendidikan Berkualitas.

Jurnal Penjaminan Mutu. Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Volume 3. Nomor 2.Hal. 154-163

Sutrianto dkk (2016). Panduan Gerakan Literasi di Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Widayoko, Agus dkk. (2018). Analisis Program Implementasi Gerakan Literasi Sekolah (GLS)

dengan Pendekatan Goal-Based Evaluation. Jurnal Tatsqif, Volume 16, No 1.

Wiedarti, Pangesti dkk (2016). Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah. Kemendikbud: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah

Wijaya & Rifa’i (2016). Dasar – Dasar Manajemen: Mengoptimalkan Pengelolaan Organisasi Secara Efektif dan Efisien. Medan: Perdana Publishing

Referensi

Dokumen terkait

ketidakberhasilan dalam proses pembangunan. Dalam rangka realisasi kebijakan penanggulangan kemiskinan Pemerintah Kabupaten Sragen melalui Unit Pelayanan Terpadu

Maka dari itu, pengevaluasian kinerja ruas jalan dan simpang bersinyal tersebut perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan dan pelayanan simpang yang ada

Pengisian formulir WP merah oleh supervisor user sesuai dengan daftar periksa yang tertera di formulir WP merah perusahaan saat akan dilakukannya pekerjaan panas,

Melihat dari hasil penelitian ini bahwa peningkatan nilai CBR Laboratorium tidak terlalu berpengaruh signifikan dan cenderung peningkatannya kecil pada setiap penambahan

pemahaman peserta didik terhadap Semboyan Bhineka tunggal Ika dan menjajagi pemahaman tentang Keberagaman Suku, Agama,Ras dan Antargolongan dalam Bingkai Bhineka Tunggal Ika dan

Atas dasar itulah perlu kajian lebih mendalam terhadap masalah ini sehingga perlu dilakukan penelitian tindakan kelas berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Dengan

(QS.. Kabupaten pati memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah dari sektor pertanian perkebunan dan juga dari hasil lautnya. Setiap daerah di Kabupaten Pati memiliki

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa: (1) Ekspektasi kinerja (Performance Expectancy) tidak berpengaruh terhadap minat dalam menggunakan