• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentangg kanker 2.1.1 Definisi

Kanker didefinisikan sebagai penyakit sel yang mengalami kehilangan atau ketidakstabilan fungsi kontrol atas regulasi sel dan homeostasis untuk perkembangan organisme multiseluler. Ketika fungsi-fungsi ini hilang, sel-sel berpoliferasi atau tumbuh tanpa terkendali (CCRC, 2014). Sel-sel yang tumbuh di luar kendali sering kali diakibatkan oleh mutasi pada gen-gen kunci pengatur siklus sel yang menyebabkan ketidakseimbangan antara pertumbuhan sel dan apoptosis (Muti’ah, 2014). Perkembangan sel yang cacat akibat dari kerusakan DNA memicu terjadinya mutasi pada gen penting yang mengelola proliferasi sel. Gen yang bermutasi dapat memicu sel sehat menjadi sel kanker. Sel kanker mempunyai potensi untuk menginvasi, merusak jaringan didekatnya dan berpindah dari tempat asalnya atau dikenal dengan metastasis (Haryanti and Katno, 2011).

Kanker dapat terbentuk pada hampir semua jaringan ataupun organ tubuh.

Kanker sendiri diindikasikan dengan adanya pertumbuhan sel yang abnormal (World Health Organization, 2020). Pada sel tubuh yang normal proses pembelahan, penggandaan, dan kematian berlangsung harmonis. Sel-sel tubuh membelah hanya jika ada sel tubuh yang rusak. Namun pada sel kanker, sel akan terus berkembang biak dan memperbanyak diri, meski tidak terkendali. Apabila organ utama pecah, maka anakan akan keluar dan memasuki pembuluh darah atau getah bening. Sel-sel kanker ini akan bermetastasis (Rostia, 2012). Fungsi dari bagian-bagian tubuh akan terpengaruh bila menderita penyakit kanker (World Health Organization, 2020). Kanker adalah suatu penyakit yang tidak menular.

Secara global, setiap tahunnya terdapat 10 juta korban jiwa akibat penyakit kanker. Pada tahun 2005 hingga 2015, kematian akibat kanker secara global mengalami peningkatan sebesar 17% (Yang et al., 2019). Sebutan lain dari kanker yaitu tumor ganas, sel berkembang secara abnormal tanpa diketahui secara pasti penyebabnya. Pada fase awal kebanyakan kanker tidak nampak, tetapi penderita dapat merasakannya (Mardiyangsih and Ismiyat, 2014). Yang paling umum dan

(2)

sering di antara wanita adalah kanker payudara, paru-paru, rahim dan kelenjar getah bening (World Health Organization, 2020).

Kanker dapat menyerang siapa saja tanpa terkecuali, bisa menyerang bagian tubuh manapun, dapat menyerang semua kelompok umur tetapi lebih sering kanker muncul pada usia 40 tahun. Biasanya keluhan atau gejala yang akan timbul ketika kanker telah menyebar atau merusak jaringan tubuh penderita. Apabila keluhan sudah dirasakan, itu berarti penyakit kanker sudah tahap lanjut (Yayasan Kanker Indonesia, 2018).

Transisi dari sel normal ke sel kanker melewati 3 tahap yaitu inisiasi, promosi, dan progresi. Pada tahap inisiasi, terbentuknya sel abnormal diduga karena dipicu oleh radiasi, bahan kimia, virus, ataupun mutasi spontan. Pada tahap promosi, pembentukan sel polimorfis dan anplastik yang dicetuskan oleh beberapa agen promotor seperti promotor tumor, aspek pertumbuhan, dan virus. Pada tahap progesi, membran basal atau kapsul mulai diinvasi. Beberapa gen yang berpengaruh dalam terjadinya keganasan yaitu onkogen, mutasi gen penekan tumor, gen DNA repair, dan gen pengatur apoptosis (Mutiah, 2021).

2.2 Kanker Payudara 2.2.1 Definisi

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, (2019) mendefinisikan kanker payudara sebagai pertumbuhan jaringan payudara yang tidak terkendali yang mungkin berasal dari epitel tubulus atau lobulusnya. Sejalan dengan itu American cancer society juga menduga kelenjar susu sekretori menjadi tempat awal terbentunya kanker payudara ini. Meskipun wanita lebih sering menderita kanker payudara, tetapi pria juga bisa mengalaminya (American Cancer Society, 2021).

Kanker payudara adalah salah satu jenis penyakit yang paling umum pada wanita. Kanker dapat mempengaruhi jaringan epitel maupun mesenkim. Dalam kaitannya dengan kanker payudara, itu adalah tumor ganas yang menyerang sel-sel epitel payudara, seperti karsinoma duktal dan lobular (American Cancer Society, 2021).

2.2.2 Tanda dan gejala

Orang dengan kanker payudara baru menyadarinya setelah mereka merasakan nyeri atau benjolan di jaringan payudara mereka. Jika gejala-gejala ini muncul,

(3)

pasien telah menderita kanker payudara stadium lanjut.Kanker payudara akan lebih mudah diobati jika terdeteksi sejak dini.

Adapun beberapa tanda dan gejala pada kanker payudara antara lain:

1. Fase awal kanker payudara

Tahap awal kanker seringkali asimtomatik (tidak ada tanda atau gejala).

Tahap asimtomatik merupakan stadium awal yang dilalui pasien kanker dan sulit dideteksi karena tidak menimbulkan gejala (Arafah and Notobroto, 2017).

2. Kulit

Perubahan pada kulit pada area payudara menjadi gejala awal yang nampak pada tubuh penderita. Umumnya perubahan yang muncul berupa pembentukan sisik di area puting, muncul benjolan ataupun cekungan (penyok) pada area payudara. Hal tersebut terkadang disertai sensasi terbakar, nyeri bila ditekan sampai terjadi pendarahan pada puting (Arafah and Notobroto, 2017).

3. Nodul

Ketika nodul terlibat, kelenjar getah bening aksila atau nodul supraklavikula di leher membesar dapat teraba dan keras (Arafah and Notobroto, 2017).

4. Nyeri pada bahu

Metastasis kanker ke tulang akan menimbulkan gejala sakit. Tulang akan melepas kalsium ke aliran darah secara berlebih yang akan menimbulkan nyeri pada tulang atau sendi, lemah otot dan cepat lelah. Hal ini dapat menyebabkan kematian jika tidak segera ditangani (Arafah and Notobroto, 2017).

2.2.3 Stadium penyakit kanker payudara

Berikut beberapa stadium kanker payudara menurut National Cancer Institute (2016) yaitu:

a) Stadium 0

Stadium 0 merupakan Carsinoma in situ atau kanker payudara non invasif.

Pada fase ini dibagi dalam dua jenis yaitu DCIS dan LCIS. Pada Ductal Carsinoma In Situ (DCIS), sel yang diindikasi sebagai kanker berada di lapisan payudara tetapi tidak menyerang jaringan payudara di sekitarnya ataupun menjalar ke luar jaringan.

Sebaliknya pada Lobular Carsinoma In Situ (LCIS) sel abnormal ada di lobular payudara, tetapi jarang menjadi kanker invasif.

(4)

b) Stadium 1

Pada stadium 1 ini dipecah menjadi 2 yaitu, pertama stadium 1A dimana ukuran kanker masih kurang dari 2 cm dan belum menjalar ke kelenjar getah bening. Pada stadium 1B ukuran sama seperti pada stadium 1A. Namun sel-sel kanker sudah menjalar ke kelenjar getah bening.

c) Stadium 2

Stadium II terbagi menjadi dua bagian yaitu, IIA dan IIB 1. Stadium II A:

Sel kanker terdapat di 3 jalur kelenjar getah bening dan berukuran kurang lebih 2 sampai 5 cm.

2. Stadium II B:

Sel kanker ditemukan berada di 1 sampai 3 jalur kelenjar getah bening di area tulang dada dan ukurannya kurang lebih 2 sampai 5 cm (Savitri, Larasati and Utami, 2015).

d) Stadium 3 1. Stadium 3 A:

a) Sel kanker mulai menjalar ke kelenjar getah bening di ketiak atau di belakang tulang dada dan memiliki ukuran dibawah 5 cm.

b) Sel kanker hanya menjalar ke kelenjar betah bening di belakang tulang dada dan ukurannya sudah lebih dari 5 cm.

2. Stadium 3 B:

Pada tahap ini kanker sudah menjalar ke dinding dada hingga menyebabkan infeksi pada kulit payudara dan memiliki ukuran yang bervariasi. Mulai timbul benjolan dan ada pembengkakan di area payudara.

3. Stadium 3 C:

Kondisi kanker sudah menjalar ke dinding dada atau kulit payudara dan semakin melebar. Benjolan yang terjadi mulai pecah mengeluarkan darah atau nanah. Pada kasus lain, kanker menjalar sampai ke kelenjar getah bening di atas atau di bawah tulang selangka (Savitri et al., 2015).

d) Stadium 4

Pada stadium akhir ini sel kanker hampir bermetastasis ke seluruh organ tubuh seperti paru-paru, hati, tulang bahkan ke otak. Kondisi penderita biasanya sudah lemah. Terapi yang dilakukan jika sudah pada tahap ini umumnya terapi hormonal (Kemenkes RI, 2015).

(5)

2.2.4 Etiologi

Etiologi dari kanker umumnya karena kerusakan DNA akibat dari zat karsinogen. Kerusakan DNA menyebabkan sel bermutasi sehingga tidak bisa mengatur proliferasi sel. Sel yang telah bermutasi akan tumbuh secara abnormal yang menjadi sel kanker (Nareswari, Haryoko and Mihardja, 2017). Beberapa mutasi gen inti yang dapat memicu terjadinya kanker payudara yaitu pada gen BRCA 1, BRCA 2 ataupun P53 (Cahyawati, 2018).

2.2.5 Jenis-jenis kanker payudara

Jenis kanker payudara yang umum terjadi yaitu:

1) Lobular Carcinoma In situ (LCIS)

Karsinoma lobular in situ (LCIS) adalah penyakit payudara non-kanker.

Meskipun ini terkait dengan peningkatan risiko terkena kanker payudara dari waktu ke waktu. Dua jenis kanker payudara yang terkait dengan LCIS adalah karsinoma duktal invasif dan karsinoma lobular invasif. LCIS terjadi terutama pada wanita premenopause, dengan usia rata-rata saat didiagnosis yaitu 40 sampai 50 tahun (Wen and Brogi, 2018).

2) Ductal Carcinoma In situ (DCIS)

Tipe kanker payudara ini paling sering terjadi. Tingkat kesembuhan penderita kanker tipe ini lebih bagus dari tipe yang lain dengan syarat terdeteksi sejak dini (Mulyani, 2013).

3) Invasive Ductal Carcinoma

Tipe ini berada pada jaringan lemak payudara. IDC merupakan jenis yang paling umum terdiri (Savitri, Larasati and Utami, 2015). IDC dimulai di sel-sel yang melapisi saluran susu di payudara. Dari sana, kanker menembus dinding saluran, dan tumbuh ke jaringan payudara terdekat (American Cancer Society, 2017).

4) Invasive Lobular Carcinoma

ILC dimulai di kelenjar penghasil susu (lobulus). Seperti IDC, dapat menyebar (bermetastasis) ke bagian lain dari tubuh. Karsinoma lobular invasif mungkin lebih sulit dideteksi pada pemeriksaan fisik dan pencitraan, seperti mammogram, daripada karsinoma duktal invasive (American Cancer Society, 2017).

(6)

2.2.6 Patofisiologi kanker payudara

Gambar 2.1 Patofisiology kanker Sumber gambar (Feng et al., 2018)

Munculnya sel kanker terjadi karena sel normal yang mengalami kerusakan DNA akibat dari berbagai faktor. Mutasi pada gen vital dapat mengganggu siklus sel sehingga dapat menyebabkan pertumbuhan jaringan yang abnormal (Nareswari, Haryoko and Mihardja, 2017).

Sel-sel ini memiliki siklus sel yang diatur dengan ketat yang mengontrol pertumbuhan, kematangan, pembelahan, dan kematiannya. Selama masa belia, sel- sel normal membelah lebih cepat untuk memungkinkan orang tersebut tumbuh.

Setelah dewasa mencapai sel-sel membelah untuk menggantikan sel-sel usang dan untuk memperbaiki cedera. Pembelahan dan pertumbuhan sel ini dikendalikan oleh cetak biru seluler atau DNA dan gen yang terletak di dalam inti sel (Feng et al., 2018).

Sel normal dapat menjadi sel kanker jika mengalami kerusakan DNA. Karena DNA yang mengatur siklus pertumbuhan dan kematian sel dan setiap perubahan atau kerusakan DNA akan mempengaruhi sel. Pada sel normal, jika DNA rusak, sel memperbaiki kerusakan atau sel mati. Pada sel kanker, DNA yang rusak tidak diperbaiki dan kerusakan disebarkan ke sel lain sehingga sel baru akan lahir dari sel yang rusak. Seperti kanker lainnya, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena kanker payudara. Kerusakan DNA dan mutasi genetik dapat

(7)

menyebabkan kanker payudara telah secara eksperimental dikaitkan dengan paparan estrogen (Feng et al., 2018).

Beberapa individu mewarisi cacat pada DNA dan gen seperti BRCA1, BRCA2 dan P53. Mereka yang memiliki riwayat keluarga dengan kanker ovarium atau payudara memiliki peningkatan risiko kanker payudara. Sistem kekebalan biasanya mencari sel-sel kanker dan sel-sel dengan DNA yang rusak dan menghancurkannya. Kanker payudara mungkin merupakan akibat dari kegagalan pertahanan dan pengawasan kekebalan yang begitu efektif (Chin et al., 2006).

Kanker payudara seperti kanker lainnya, terjadi karena interaksi antara faktor lingkungan (eksternal) dan pejamu yang rentan secara genetik. Sel normal membelah sebanyak yang diperlukan dan berhenti. Mereka menempel pada sel lain dan tinggal di jaringan. Sel menjadi kanker ketika mereka kehilangan kemampuan untuk berhenti membelah, menempel pada sel lain, untuk tetap berada di tempatnya, dan mati pada waktu yang tepat.

Sel normal akan merusak diri sendiri (kematian sel terprogram) ketika tidak lagi dibutuhkan. Sampai saat itu, sel dilindungi dari kematian terprogram oleh beberapa kluster dan jalur protein. Salah satu jalur protektif adalah jalur PI3K/AKT;

lainnya adalah jalur RAS/MEK/ERK. Kadang-kadang gen di sepanjang jalur pelindung ini bermutasi dengan cara yang mengubahnya secara permanen "aktif", membuat sel tidak mampu menghancurkan diri sendiri ketika tidak lagi dibutuhkan.

Ini adalah salah satu langkah yang menyebabkan kanker dalam kombinasi dengan mutasi lainnya. Biasanya, PTEN protein mematikan jalur PI3K/AKT ketika sel siap untuk kematian sel terprogram. Pada beberapa kanker payudara, gen untuk protein PTEN bermutasi, sehingga jalur PI3K/AKT terjebak pada posisi "on", dan sel kanker tidak menghancurkan dirinya sendiri.

Mutasi yang dapat menyebabkan kanker payudara telah secara eksperimental dikaitkan dengan paparan estrogen. Selain itu, reseptor estrogen berpasangan G- protein telah dikaitkan dengan berbagai kanker pada sistem reproduksi wanita termasuk kanker payudara.

Pensinyalan faktor pertumbuhan abnormal dalam interaksi antara sel stroma dan sel epitel dapat memfasilitasi pertumbuhan sel ganas. Dalam jaringan adiposa

(8)

payudara, ekspresi leptin yang berlebihan menyebabkan peningkatan proliferasi sel dan kanker.

Kanker payudara seperti kanker lainnya, terjadi karena interaksi antara faktor lingkungan (eksternal) dan pejamu yang rentan secara genetik. Kadang-kadang gen di sepanjang jalur pelindung ini bermutasi dengan cara yang mengubahnya secara permanen "aktif", membuat sel tidak mampu menghancurkan diri sendiri ketika tidak lagi dibutuhkan. Ini adalah salah satu langkah yang menyebabkan kanker dalam kombinasi dengan mutasi lainnya. Pada beberapa kanker payudara, gen untuk protein PTEN bermutasi, sehingga jalur PI3K/AKT terjebak pada posisi "on", dan sel kanker tidak menghancurkan dirinya sendiri.

Mutasi yang dapat menyebabkan kanker payudara telah secara eksperimental dikaitkan dengan paparan estrogen. Yang paling terkenal dari ini, mutasi BRCA, memberikan risiko seumur hidup kanker payudara antara 60 dan 85 persen dan risiko seumur hidup kanker ovarium antara 15 dan 40 persen. Beberapa mutasi yang terkait dengan kanker, seperti p53, BRCA1 dan BRCA2, terjadi dalam mekanisme untuk mengoreksi kesalahan dalam DNA. Namun, ada bukti kuat dari variasi risiko residual yang melampaui mutasi gen BRCA herediter antara keluarga pembawa. Mutasi yang diturunkan pada gen BRCA1 atau BRCA2 dapat mengganggu perbaikan tautan silang DNA dan pemutusan untai ganda DNA.

Namun, mutasi pada gen BRCA hanya 2 sampai 3 persen dari semua kanker payudara mengatakan bahwa kanker mungkin tidak dapat dihindari untuk semua pembawa mutasi BRCA1 dan BRCA2. Sekitar setengah dari sindrom kanker payudara ovarium herediter melibatkan gen yang tidak diketahui (Kabel and Baali, 2015).

GATA 3 secara langsung mengontrol ekspresi reseptor estrogen (ER) dan gen lain yang terkait dengan diferensiasi epitel, dan hilangnya GATA 3 menyebabkan hilangnya diferensiasi dan prognosis yang buruk karena invasi sel kanker dan metastasis (Kabel and Baali, 2015).

2.2.7 Penatalaksanaan Kanker

Pada pasien yang kanker payudara yang telah diidentifikasi, strategi manajemen yang berbeda terapkan, seperti terapi target, terapi hormon, radiasi, pembedahan dan kemoterapi. Pada orang dengan metastasis jauh, manajemen

(9)

umumnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dan tingkat kelangsungan hidup (Akram et al., 2017).

Pengobatan kanker payudara harus menyesuaikan dengan tingkat atau stadium penyakit, dan sinyal biomolekul. Karena pengobatan kanker payudara memiliki beberapa efek samping selain efek terapeutik yang diharapkan juga harus dipertimbangkan mengenai efek sampingnya, sehingga sebelum memberikan pengobatan apapun, perlu ditimbang terlebih dahulu baik buruknya (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2019).

Menurut panduan penatalaksanaan kanker payudara tahun 2019 dapat disesuaikan dengan stadiumnya.

1. Stadium/tingkat 0

Pengobatan definitive untuk T0 didasarkan dari hasil pemeriksaan hispatologi. Sedangkan untuk menentukan letak dengan melihat hasil diagnosis radiologi

2. Stadium dini (stadium 1 dan 2) Dilakukan langkah pembedahan:

• Breast Conserving Therapy (BCT) namun harus sesuai persyaratan yang sudah ditentukan.

• Terapi adjuvant operasi, ada kemoterapi dan radiasi 3. Kanker payudara local tahap lanjut

a) Sesuai untuk dilakukan operasi (3A)

• Terapi dengan masektomi sederhana + kemoterapi adjuvant, menggunakan atau tanpa hormone, menggunakan atau tidak pakai terapi target.

• Mastektomi radikal yang dimodifikasi + terapi radiasi dengan kemoterapi adjuvant, menggunakan atau tidak pakai hormon, menggunakan atau tidak pakai terapi target.

• Terapi kemoradiasi pra operasi menggunakan atau tidak pakai BCT atau mastektomi sederhana, menggunakan atau tidak pakai hormon, menggunakan atau tidak pakai target.

b) Tidak bisa di operasi (3 B)

• Radiasi sebelum operasi, dengan atau tanpa operasi + kemoterapi + terapi hormon

(10)

• Kemoterapi sebelum operasi atau neoadjuvant, dengan atau tanpa operasi + kemoterapi + radiasi + terapi hormon + dengan atau tanpa terapi target

• Kemoradiasi preoperasi atau neoadjuvant, dengan atau tanpa operasi, dengan atau tanpa radiasi adjuvant dengan atau kemoterapi + dengan atau tanpa terapi target

4. Kanker payudara stadium lanjut Prinsip:

• Sifat terapi paliatif

• Terapi sistemik (kemoterapi dan terapi hormonal)

• Terapi lokoregional (radiasi dan bedah), terapi ini dilakukan jika diperlukan

• Hospice home care (rawat inap di rumah) 2.3 Tinjauan Bawang sabrang

Bawang sabrang (Eleutherine palifolia (L) merupakan salah satu jenis tumbuhan yang memiliki khasiat untuk kesehatan. Tanaman ini merupakan tanaman khas wilayah Kalimantan Tengah. Warga setempat memanfaatkannya sebagai pengobatan tradisional, umumnya bagian tanaman yang dimanfaatkan adalah umbi dan daun (Mutiah, Minggarwati, et al., 2019).

Bawang sabrang memiliki potensi yang cukup besar sebagai tumbuhan obat, sehingga pemanfaatan sebagai bahan obat modern perlu ditingkatkan (Riane Yuswi, 2017). Masyarakat Kalimantan sering menggunakan bawang sabrang sebagai obat untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh perkembangbiakan sel yang tidak normal seperti kista, fibroid, dan kanker serviks (Sasongko et al., 2017).

2.3.1 Sinonim

Nama latin dari Bawang sabrang adalah Eleutherine palmifolia (L). Nama tersebut mengacu pada kandungan senyawa aktif bawang sabrang yaitu Eleutherine. Bawang sabrang memiliki nama lain seperti Eleutherine american, Eleutherine bulbosa, Eleutherine plicata, Eleutherine latifolia, Eleutherine longifolia (Prayitno, Mukti and Lagiono, 2018).

(11)

Bawang sabrang juga memiliki nama yang berbeda pada setiap daerah di Indonesia, ada yang menyebut bawang kapal, bawang merah hutan, bawang hantu atau kambe (Sabrang); suku Sunda menyebut bawang sabrang, babawangan beureum, bawang siyem; suku Melayu menyebut luluwungan sapi, bawang sayup;

di wilayah Samarinda disebut bawang lubak; suku Jawa menyebut teki sabrang (Utami, 2013; Hidayat and Napitupulu, 2015).

2.3.2 Klasifikasi tanaman

Bawang sabrang adalah tanaman khas daerah Kalimantan Tengah. Bawang sabrang sudah diwariskan dari generasi ke generasi yang dipercaya sebagai tanaman obat untuk bermacam-macam penyakit (Aryani and Purwandi, 2016).

Berikut taksonomi dari Bawang sabrang dari Prayitno,(2018) Kingdom : Plantae

Sub kingdom : Tracheobinota Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Sub Kelas : Liliidae Ordo : Liliales Famili : Iridaceae Genus : Eleutherine

Spesies : Eleutherine palmifolia (L.) Merr.

Sumber gambar (Novaryatiin and Ardhany, 2020) 2.3.3 Morfologi Tanaman bawang sabrang

Spesies dari genus Eleutherine adalah tanaman herbal, rimpang dan umbi yang warna merah. (Couto, Moraes, & Socorro S, 2016). Bawang sabrang

Gambar 2.2 Bawang sabrang

(12)

merupakan sejenis terna yang dapat tumbuh hingga 26 - 50 cm. Umbi bawang sabrang tumbuh di bawah tanah, berbentuk lonjong berlapis lapis mirip bawang merah (Krismawati & Sabran, 2016). Ciri khas tanaman ini adalah susunan daun berpasangan dengan kombinasi umbi merah menyala dengan permukaan yang sangat halus, dua daun menyirip dan bunga berwarna putih. Tipe pertulangan daun sejajar dengan tepi daun halus dan memiliki pita bergaris. Tanaman ini memiliki bunga yang cantik sehingga selain menjadi tanaman obat juga menjadi tanaman hias (Firdaus, 2014).

2.3.4 Manfaat bawang sabrang

Masyarakat Kalimantan Tengah mempercayai bawang sabrang sebagai obat dewa yang berkhasiat menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Selama ini bawang sabrang telah digunakan untuk mengobati penyakit kanker kolorektal, kanker payudara, diabetes, hipertensi, menurunkan kolesterol, maag, stroke, sakit perut pasca melahirkan (Carmelita, 2016).

Menurut berbagai sumber, bawang sabrang memiliki khasiat sebagai diuretik, astringen, pencahar, analgesik, dan obat bisul (Puspadewi et al., 2013).

Selain itu juga memiliki sifat antidiabetes, antihipertensi, antikanker, dan dapat digunakan sebagai pengobatan pada ulcers dan kolestrol (Setyawan et al., 2020).

Dalam jurnal Mutiah (2021) bahwa ekstrak etanol bawang sabrang mampu membendung mutasi pada gen p53 yang diuji pada sel kanker kolon HT29.

Umbi Bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.)Merr) juga dijadikan teh yang diminum sebagai obat diare yang disebabkan oleh amoeba (Entamoeba hystolitica / Entamoeba dispar) (Nascimento et al., 2012). Masyarakat lokal biasanya memanfaatkan dengan cara mengeringkan dan mengunyah umbinya (Naspiah, Iskandar and Moelyono, 2014).

2.3.5 Kandungan Bawang sabrang

Bawang sabrang mengandung banyak golongan senyawa antara lain alkaloid, flavanoid, kuinon, polifenol, steroid, monoterpenoid, dan tanin (Puspadewi, 2013).

Senyawa flavonoid terbukti dapat menghambat poliferasi sel kanker. Selain itu, umbi Bawang Sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) juga memiliki senyawa fitokimia dari golongan naftokuinon dan turunannya seperti elecanacin, eleutherin, eleutherol, eleutherinol, eleutherinon, eleuthoside B dan eletherinoside A (Narko et

(13)

al., 2019). Menurut Mutiah (2019), umbi bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) memiliki senyawa oxyresveratrol, suatu senyawa dari golongan polifenol.

2.4 Kajian Literatur 2.4.1 Definisi

Kajian literatur adalah suatu metode analisis data dari berbagai sumber referensi untuk menghasilkan sebuah artikel terkait topik tertentu. Persepsi bahwa pengetahuan akan terus berkembang, membuat perlunya kajian literatur untuk eksplorasi ilmu dari berbagai sumber. Pada metode kajian literatur kita perlu mengkaji secara mendalam untuk bisa menilai suatu karya tulis yang menjadi referensi (Marzali, 2017).

Secara garis besar, tahapan penyusunan kajian literatur, meliputi:

1. Menentukan referensi yang sesuai

Peneliti atau penulis perlu menentukan topik yang akan diangkat dengan jelas dan terfokus. Hal tersebut supaya bisa menyelesaikan masalah dan pertanyaan yang sudah disusun (Cahyono, Sutomo and Harsono, 2019).

2. Melakukan evaluasi referensi yang didapat

Penulis perlu membaca dengan seksama setiap referensi yang didapatkan.

kemudian ditelaah, apakah referensi tersebut sudah berhubungan atau dapat menjawab pertanyaan peneliti yang sudah disusun (Cahyono, Sutomo and Harsono, 2019).

3. Melakukan identifikasi tema dan kesenjangan antara teori dengan kondisi dilapangan, jika ada.

Penting bagi seorang peneliti untuk memahami keterkaitan antara suatu referensi dengan referensi lainnya karena akan menjadi suatu penilaian bagi peneliti (Cahyono, Sutomo and Harsono, 2019).

4. Membuat struktur garis besar

Umumnya peneliti akan melakukan gagasan kasar dari sebuah tema kajian literatur. Tema tersebut akan diperkuat dengan teori yang sudah ada sebelumnya (Cahyono, Sutomo and Harsono, 2019).

5. Menyusun ulasan literatur review

(14)

2.4.2 Jenis Kajian Literatur

Ada dua jenis kajian literature munurut metode penulisannya yaitu systematic review dan narrative review. Tinjauan pustaka sistematis atau systematic review adalah metode penelitian untuk mengevaluasi, mengidentifikasi dan menafsirkan literatur primer untuk menyajikan informasi yang lebih banyak. Setiap tahapan pada metode ini dilakukan secara terstruktur atau sistematis. Hal tersebut untuk menghindari hasil yang bias dan tidak konsisten yang dilakukan dengan penilaian kualitatif atau kuantitatif. Perbedaan dengan tinjauan naratif atau narrative review yaitu tidak dilakukan secara sistematis. Pada narrative review, hasil penlitian sebelumnya dikaji dan dijabarkan kembali. Oleh karena itu, validitas narrative review lebih rendah dari systematic review. Perbedaan lainnya adalah narrative review menganalisis data hanya secara kualitatif (Siswanto, 2010).

2.4.3 Sumber yang Digunakan

Sumber-sumber bacaan dan pustaka dalam proses mengerjakan literature review harus sesuai dengan kredibiltas dan bisa dipertanggungjawabkan kebenaranya. Sumber-sumber yang dapat digunakan adalah (Nourbakhsh et al., 2012):

1. Database akademik bereputasi tinggi baik Scopus, Pubmed ataupun Web of Science sangat disaranakan bagi mahasiswa. Selain ini, mahasiswa bisa mengacu ke database akademik bereputasi menengah baik itu Proquest, EBSCO, JSTOR dll.

PubMed adalah database yang sangat berguna, cepat, dan mudah digunakan.

Kepraktisan dalam penggunaan, fakta bahwa itu gratis, dan otoritas yang diperoleh selama bertahun-tahun telah menjadikannya sumber informasi yang paling sering digunakan di bidang biomedis.

Scopus mencakup spektrum jurnal yang lebih luas daripada PubMed dan Web of Science, dan analisis kutipannya lebih cepat dan mencakup lebih banyak artikel daripada analisis kutipan Web of Science. Di sisi lain, analisis kutipan yang disajikan Web of Science memberikan grafik yang lebih baik dan lebih detail daripada analisis kutipan Scopus,

PubMed tetap menjadi sumber penting bagi dokter dan peneliti, Scopus mencakup rentang jurnal yang lebih luas dan menawarkan kemampuan

(15)

untuk analisis kutipan dibandingkan dengan Web of Science, dan Google Cendekia dapat membantu dalam pengambilan bahkan informasi yang paling miring, tetapi dirusak oleh informasi kutipan yang tidak memadai, jarang diperbarui (Falagas et al., 2008).

2. Paper yang dipublikasikan dalam jurnal nasional dan internasional baik dari pihak pemerintah, perguruan tinggi maupun swasta.

3. Tesis, yaitu penulisan ilmiah yang mengungkapkan suatu pengetahuan baru yang diperoleh melalui penelitian. Tesis biasanya ditulis oleh mahasiswa pasacasarjana (S2) yang ingin mengambil gelar master.

4. Disertasi merupakan penulisan ilmiah tingkat tinggi yang biasanya ditulis untuk mendapatkan gelar Doktor (Dr.) dan Doktor falsafah (Ph.D). Disertasi berisi fakta berupa penemuan dari penulis itu sendiri berdasarkan metode dan analisis yang dapat dipertahankan kebenerannya.

5. Jurnal maupun hasil-hasil konferensi. Jurnal biasanya digunakan sebagai bahan sitiran utama dalam penelitian karena jurnal memuat suatu informasi baru yang bersifat spesifik dan terfokus pada pemecahan masalah pada suatu topik penelitian.

6. Majalah, famflet, kliping. Majalah ilmiah merupakan sumber publikasi yang biasanya berupa teori, penemuan baru, maupun berupa materi-materi yang sedang populer dibicarakan dan diteliti. Biasanya materi yang disajikan dalam makalah tidak terdapat dalam buku. Contohnya majalah trubus, majalah ecommerce, dan lain sebagainya. Majalah merupakan literatur yang disenangi para peneliti untuk dijadikan sitiran karena frekuensi terbitnya teratur dan cepat sehingga artikel yang dimuatnya cukup mutakhir.

7. Abstrak hasil penelitian

8. Prosiding bisa dijadikan sebagai bahan literatur karena prosiding ditulis oleh seorang profesor atau siapa saja yang telah dipublikasikan dan dapat dipertanggungjawabkan. Pengambilan prosiding sebagai bahan literatur bisa memudahkan peneliti karena adanya kolaborasi antara peneliti dengan penulis prosiding yang mungkin berada pada satu institusi yang sama (Tober, 2011).

Referensi

Dokumen terkait

Tabungan Mudharabah (Mudharabah-sav. acc.) Deposito Mudharabah (Mudharabah-inv.. ex tended) Dana Pihak Ketiga (Deposit Fund). FDR (Financing to

Berdasarkan hasil pengujian, sistem pengaturan dengan kontroler sliding mode dapat mengatasi perubahan beban yang diberikan dan mampu mempertahankan level pada set

Keragaman genetika yang cukup tinggi dapat di- deteksi dari empat belas aksesi kentang yang diguna- kan dalam penelitian ini.. Sebanyak 60 alel terdeteksi berdasarkan 12

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata variabel X siswa 69,96 berkategori “cukup” kemudian setelah diterapkan model discovery

Penyelidikan ini merupakan satu kajian penguasaan ilmu Rasm Uthamni di kalangan Guru Pendidikan Islam (GPI) Sekolah Rendah Agama Integrasi (SRAI) di Selangor..

Jika korban / pasien tidak bernapas, bantuan napas dapat dilakukan melalui Jika korban / pasien tidak bernapas, bantuan napas dapat dilakukan melalui mulut ke mulut, mulut ke

Pada zaman sekarang ini, banyak sekali jenis katalis padat yang telah digunakan dalam reaksi transesterifikasi minyak nabati menjadi biodiesel seperti oksida

Berdasarkan hasil penelitian di Perairan Pulau Belakang Padang terdapat 6 (enam) spesies lamun yang di temukan yaitu Syringodium iseotifolium, Halodule uninervis,