• Tidak ada hasil yang ditemukan

Post

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan " Post "

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

PEDOMAN PEMBINAAN PENGAWAS MADRASAH DAN

PENGAWAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SEKOLAH

KEMENTERIAN AGAMA RI

(2)

KATA PENGANTAR

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum wr. Wb

Puji dan syukur bagi Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penyusunan Buku Pedoman Pembinaan Pengawas Madrasah ini dapat terlaksana.

Pedoman pembinaan pengawas madrasah disusun dalam rangka implemetasi Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia nomor 2 tahun 2012 tentang Pengawas Madrasah dan Pengawas PAI pada Sekolah sebagaiman yang telah diubah dengan Peraturan Menteri Agama Nomor 31 tahun 2013 tentang Perubahan Peraturan Menteri agama nomor 2 tahun 2012, terutama pasal 19 ayat 1 dan 2.

Buku pedoman pengawas madrasah terdiri dari 6 bab yaitu Bab I Pendahuluan, Bab II Konsep Pembinaan, Bab III Pembinaan Pengawas, Bab IV Materi Pembinaan, dan Bab V Penutup.

Penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan Pedoman Pembinaan Pengawas Madrasah dan Pengawas Pendidikan Agama Islam pada Sekolah. Semoga buku pedoman ini dapat dijadikan panduan dalam pelaksanaan pembinaan pengawas Madrasah dan Pengawas Pendidikan Agama Islam bagi Pejabat Kementerian Agama Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 1 Desember 2014

An. Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Direktur Pendidikan Madrasah

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... II

DAFTAR ISI ... III

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG ... 1

B. DASAR HUKUM ... 2

C. TUJUAN ... 3

D. SASARAN ... 3

BAB II ... 5

KONSEP PEMBINAAN PENGAWAS ... 5

A. PENGERTIAN PEMBINAAN PENGAWAS ... 5

B. TUJUAN PEMBINAAN ... 6

C. MANFAAT PEMBINAAN ... 6

D. PRINSIP PEMBINAAN ... 6

E. RUANG LINGKUP PEMBINAAN ... 7

A. MEKANISME PEMBINAAN PENGAWAS ... 7

BAB III ... 9

PEMBINAAN PENGAWAS ... 9

A. PEMBINAAN KUALIFIKASI ... 9

B. PEMBINAAN KOMPETENSI ... 12

C. PEMBINAAN KARIR ... 17

BAB IV ... 21

MATERI PEMBINAAN ... 21

D. KELOMPOK DASAR ... 21

E. KELOMPOK INTI ... 21

F. KELOMPOK PENUJANG ... 22

BAB V ... 23

PERAN PIHAK TERKAIT ... 23

A. DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM ... 23

B. DIREKTORAT ... 23

(4)

E. KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN/KOTA ... 24

F. KELOMPOK KERJA PENGAWAS (POKJAWAS) ... 24

BAB VII ... 25

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengawas sebagai tenaga kependidikan memiliki peran membina kemampuan profesional tenaga pendidik dan kepala madrasah dalam rangka meningkatkan kinerja madrasah. Peran pengawas madrasah sangat dibutuhkan dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan madrasah, dan telah diperkuat kedudukannya melalui Peraturan Menteri Agama No. 2 tahun 2012 dan Peraturan Menteri Agama No. 31 tahun 2014. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Pengawas diharuskan untuk memiliki kompetensi yang lebih unggul dari guru maupun kepala sekolah. Keunggulan kompetensi tersebut meliputi tiga kompetensi pokok yaitu supervisi akademik, evaluasi pendidikan, penelitian dan pengembangan.

Tuntutan profesionalitas mewajibkan pengawas untuk memenuhi kompetensi sebagai supervisor akademik dan manajerial yang merupakan tugas pokok pengawas madrasah. Dalam fungsinya sebagai supervisor akademik, pengawas berkewajiban untuk membantu tenaga pendidik atau guru agar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Sedangkan sebagai supervisor manajerial, berkewajiban membantu kepala madrasah agar mencapai madrasah yang efektif. Selain itu, pengawas memiliki peran evaluator pendidikan dimana pengawas harus memiliki kompetensi mengevaluasi kinerja guru dan Kepala madrasah. Hal ini dalam rangka menjaga mutu pendidikan serta meningkatkan mutu pendidikan di madrasah yang dibinanya.

(6)

terjadi saat ini adalah rendahnya kemampuan meneliti oleh pengawas terhadap madrasah yang dibinanya.

Mencermati kondisi yang ada sebagaimana diuraikan di atas, maka pembinaan terhadap pengawas merupakan sebuah kebutuhan dan perlu didukung dengan regulasi mengenai pola pembinaan terhadap pengawas. Oleh karena itu, perlu disusun sebuah Pedoman pembinaan pengawas dengan tujuan agar bisa dijadikan acuan dalam pembinaan pengawas madrasah bagi instansi terkait.

B. Dasar Hukum

Landasan hukum dalam pelaksanaan tugas Penagawas Madrasah adalah: 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional

2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan.

4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Agama.

5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah.

6. Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama.

7. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas dan Angka Kreditnya.

8. Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengawas Madrasah dan Pengawas Pendidikan Agama Islam pada Sekolah. 9. Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2014

(7)

10.Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Teknis di Lingkungan Kementerian Agama.

11. Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Teknis di Lingkungan Kementerian Agama.

12.Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 345 Tahun 2004 Tentang Susunan Organisasi dan tata Kerja Balai Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Keagamaan.

13.Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia Nomor 193/XIII/10/6/2011 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Jabatan PNS.

C. Tujuan

Pedoman Pembinaan Pengawas Madrasah ini disusun sebagai acuan bagi pihak terkait dalam menjalankan pembinaan pengawas madrasah. Dengan adanya pedoman ini diharapkan sistem pembinaan pengawas dapat berjalan secara efektif dan efisien.

D. Sasaran

Pedoman Pembinaan Pengawas ini dapat dijadikan acuan Pembina pengawas bagi:

1. Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi di Seluruh wilayah Republik Indonesia

2. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi di Seluruh wilayah Republik Indonesia

3. Kantor Wilayah Kementerian Agama Kabupaten/Kota di Seluruh wilayah Republik Indonesia

4. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten/Kota di Seluruh wilayah Republik Indonesia

(8)

6. Balai Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan Kementerian Agama di seluruh Wilayah Indonesia

7. Kelompok Kerja Pengawas (POKJAWAS) nasional, Provinsi dan Kabupaten/kota.

(9)

BAB II

KONSEP PEMBINAAN PENGAWAS

A. Pengertian Pembinaan Pengawas

Pembinaan adalah suatu proses untuk membantu tenaga kerja untuk membentuk, meningkatkan dan mengubah pengetahuan, keterampilan sikap dan tingkah lakunya agar dapat mencapai standar tertentu sesuai dengan apa yang dituntut oleh jabatannya. Adapun pembinaan tenaga kependidikan merupakan usaha mendayagunakan, memajukan dan meningkatkan produktivitas kerja setiap tenaga kependidikan yang ada di seluruh tingkatan manajemen organisasi dan jenjang pendidikan/sekolah.

Pengawas Madrasah sebagai guru PNS yang diangkat dalam jabatan fungsional pengawas satuan pendidikan yang tugas, tanggung jawab, dan wewenangnya melakukan pengawasan akademik dan manajerial pada madrasah.Pengawasan akademik bertujuan membantu atau membina guru dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran agar diperoleh hasil belajar peserta didik yang lebih optimal. Sedangkan pengawasan manajerial bertujuan membantu dan membina kepala sekolah dalam upayanya meningkatkan mutu pendidikan melalui optimalisasi kinerja sekolah.

(10)

B. Tujuan Pembinaan

Tujuan umum dari pembinaan adalah meningkatnya kualifikasi, profesi, dan karir pengawas madrasah sehingga dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pengawas profesional.

Adapun tujuan khusus pembinaan pengawas madrasah adalah agar Pengawas mampu:

1. melaksanakan tugas pokok dan fungsinya melaksanakan pengawasan akademik dan manajerial pada satuan pendidikan yang dibinanya.

2. Meningkatkan kompetensi kepribadian, supervisi akademik, supervisi manajerial, evaluasi pendidikan, penelitian dan pengembangan, dan sosial, sehingga dapat mempengaruhi kinerjanya.

3. melakukan inovasi pendidikan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di madrasah binaannya.

4. Mengembangkan karir jabatan pengawas.

C. Manfaat Pembinaan

Manfaat pembinaan pengawas madrasah adalah

1. Mewujudkan kualifikasi pengawas madrasah sesuai peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007

2. Meningkatnya kompetensi pengawas madrasah diharapkan berdampak terhadap peningkatan kinerja dan hasil kerjanya.

3. Meningkatkan karir pengawas madrasah diharapkan berdampak terhadap kesejahteraannya.

D. Prinsip Pembinaan

Pembinaan Pengawas madrasah mengedepankan prinsip sebagai berikut:

1. Persamaan Hak adalah prinsip dasar dimana pembinaan pengawas harus

diberikan kepada setiap pengawas madrasah, sejak dari pangkat terendah sampai pada pangkat tertinggi, tanpa membedakan masa kerja.

2. Transaparansi adalah prinsip keterbukaan yang perlu ditumbuh

(11)

3. Obyektif adalah prinsip proses pengambilan keputusan yang tepat, tidak mengandung nilai subjektifitas, karena faktor kedekatan, kekerabatan, kedaerahan serta kekeluargaan dan lain-lain.

4. Akuntabel yakni prinsip pertanggung jawaban secara hukum; tidak

mengandung cacat hukum dalam proses, mekanisme, prosedur dan administrasi agar terhindar dari kesalahan yang berakhir di ranah hukum.

5. Terukur adalah diterapkannya indikator kinerja yang dapat dihitung

kepada setiap pengawas. Ukuran kinerja dapat disesuaikan dengan penilaian hasil kinerja pengawas madrasah.

E. Ruang Lingkup Pembinaan

Ruang lingkup pembinaan mencakup: 1. Peningkatan kualifikasi akademik

Pembinaan kualifikasi ditujukan agar para pengawas dapat meningkatkan tingkat pendidikan formal sampai minimal berpendidikan Sarjana (SI) bagi yang berpendidikan diploma, dan berpendidikan S2 bagi pengawas yang berpendidikan S1.

2. Pengembangan Kompetensi

Pengembangan Kompetensi diarahkan pada peningkatan kompetensi pengawas mencakup kompetensi pribadi, kompetensi sosial, kompetensi pedagogik dan kompetensi professional.

3. Pembinaan Karir.

pembinaan karir pengawas diarahkan untuk mempercepat kenaikan pangkat dan jabatan pengawas sesuai dengan ketentuan yang berlaku melalui pengumpulan angka kredit. Jenjang jabatan pengawas mulai dari pengawas pertama sampai pada pengawas utama.

(12)
(13)

BAB III

PEMBINAAN PENGAWAS

A. Pembinaan Kualifikasi

Pembinaan Kualifikasi adalah pembinaan pengawas untuk mencapai standar kualifikasi yang telah ditetapkan oleh Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 12 tahun 2007 tentang kualifikasi pengawas sekolah/madrasah, dimana pengawas sekolah/madrasah minimal berpendidikan S1 untuk pengawas TK/RA dan SD/MI, sedangkan pengawas tingkat SMP/MTS, SMA/MA, dan SMK/MAK diutamakan berpendidikan S2.

Pembinaan pengawas madrasah dan PAI pada sekolah untuk meningkatkan kualifikasi pendidikan dapat ditempuh melalui program sebagai berikut:

1. Beasiswa Pemerintah Pusat

Beasiswa Kementerian Agama Pusat untuk mengikuti pendidikan program sarjana pada Perguruan TInggi Negeri dan Perguruan Tinggi Swasta. Beasiswa diprioritaskan kepada pengawas madrasah yang berpendidikan Diploma terutama pengawas RA/MI agar mencapai kualifikasi Sarjana (S1). Program beasiswa dilaksanakan secara bertahap, sehingga dalam kurun waktu 5 tahun ke depan semua pengawas yang belum sarjana bisa menempuh pendidikan program sarjana. Pada tahap pertama pengawas yang diberikan beasiswa adalah pengawas yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

 Berusia maksimal 48 tahun.

 Telah berpengalaman sebagai pengawas madrasahminimal 3 tahun.  Berpendidikan minimal Diploma.

 Menyatakan sanggup menyelesaikan program sarjana maksimal 5 semester.  Diperioritaskan yang bertugas di daerah terpencil atau daerah perbatasan,

atau daerah konflik/rawan keamanan atau daerah bencana.

(14)

2. Bantuan Biaya Pendidikan.

Bantuan biaya pendidikan bersumber dari Kementerian Agamadan/atau Pemerintah Daerah untuk mengikuti pendidikan program sarjana pada Perguruan Tinggi Negeri (PTN) atau Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang telah terakreditasi. Bantuan biaya pendidikan bisa digunakan untuk biaya kuliah, proses penulisan skripsi, pembeli buku. Bantuan biaya pendidikan bisa diberikan kepada pengawas yang melanjutkan studi pada program sarjana S1, maupun program pasca sarjana S2 dan S3.

Kriteria pemberian bantuan biaya pendidikan adalah sebagai berikut :

 Pengawas berperestasi dalam melaksanakan tugas kepengawasan, yakni memperoleh indeks sangat baik.

 Berpengalaman sebagai pengawas madrasahselama minimal 5 tahun.

 Bersedia untuk tetap menjadi tenaga pengawas madrasahsampai masa pensiun.  Pangkat/Golongan minimal III/c.

3. Izin Belajar untuk Pendidikan Lanjutan

Izin belajar untuk pendidikan lanjutan, baik untuk program sarjana maupun program pascasarjana, dikeluarkan oleh Kementerian Agama. Fasilitas yang diberikan adalah penggunaan waktu untuk belajar sehingga dapat meninggalkan tugas kepengawasannya.Sedangkan semua pembiayaan ditanggung oleh pengawas yang bersangkutan.

Program peningkatan kualifikasi pendidikan dapat dilaksankan melalui 2 pendekatan yaitu pendekatan Buttom up dan Pendekatan Top Down. Pendekatan Top Down yaitu kementerian Agama merencanakan program-program peningkatan kualifikasi, lalu menginformasikan ke semua pengawas melalui Kanwil Kemenag Provinsi, Kemenag kota/kabupaten dan pokjawas.

(15)

Proses Pembinaan kualifikasi pengawas dapat melakukan beberapa langkah sebagai berikut:

a. pemetaan pengawas madrasah berdasarkan di tingkat Kantor Kementerian Agama Kota/Kabupaten. Pemetaan dilakukan untuk memperoleh gambaran karakteristik pengawas yang mencakup ; pendidikan terahir, pangkat dan golongan, usia, pengalaman kerja sebagai pengawas, jenis kelamin, jumlah madrasah binaannya, alamat tempat tinggal.

b. Pendataan pengawas madrasahyang berminat melanjutkan pendidikan pada program pascasarjana.

c. Pengusulan nama-nama pengawas madrasahkepada Direktorat Jenderal Pendidikan Islam atau kepada Pemerintah daerah setempat untuk diusulkan mendapatkan (1) Beasiswa Pendidikan Program Sarjana dan (2) Bantuan Biaya Pendidikan baik untuk Program Sarjana maupun Program pascasarjana.

d. Kerjasama Direktorat Jenderal Pendidikan Islam dengan Perguruan Tinggi agar proses pendidikan bagi para pengawas madrasahyang diberikan beasiswa pemerintah pusat.

e. Kantor Kementerian Agama kota/kabupaten memonitor dan meminta laporan kemajuan studi pengawas madrasahkepada dariperguruan tinggi setiap semester. Jika tidak menunjukkan kemajuan diberikan peringatan lisan dan atau tertulis.

(16)

B. Pembinaan Kompetensi

Pembinaan kompetensi pengawas madrasahbertujuan untuk meningkatkan kompetensi kepribadian, Kompetensi Supervisi Manajerial, Kompetensi Supervisi Akademik, Kompetensi Evaluasi Pendidikan, kompetensi Penelitian Pengembangan, dan kompetensi sosial. Dengan meningkatnya kompetensi pengawas diharapkan terjadi peningkatan kinerjanya sehingga berdampak terhadap mutu pendidikan madrasah dan pendidikan agama Islam pada sekolah yang dibinanya.

Pembinaan diberikan kepada para pengawas madrasahuntuk semua kategori jabatan pengawas yaitu pengawas muda, pengawas madya dan pengawas utama. Program pembinaan yang dilakukan berdasarkan kompetensi pengawas sebagai berikut :

1. Pendidikan dan Pelatihan

(17)

baik, pemberian balikan terhadap kinerja, atau coaching dan mentoring di tempat kerja.

Dalam rangka optimalisasi pembinaan, Pendidikan dan Pelatihan dilakukan dengan pendekatan In service learning 1 (in-1), on the job Learning (on), dan in service learning 2 (In-2). In-1 adalah Kegiatan pelatihan dengan menggunakan sistem tatap muka, peserta dikumpulkan pada suatu tempat dan diberi bimbingan/informasi oleh narasumber, serta diakhir dengan penyusunan rencana tindak lanjut. On adalah Kegiatan pelatihan dimana peserta melakukan kegiatan di tempat kerjanya sesuai dengan rencana tindak lanjut yang disusun pada In-1. Sedangkan In-2 adalah peserta diklatdikumpulkan kembali untuk mempresentasikan laporan kegiatan yang dilakukan pada In-1 dan On.

2. Pembimbingan Sejawat

Pembimbingan sejawat merupakan Tugas Pokok dan Fungsi Pengawas ditujukan bagi pengawas pengawas muda kurang dari 3 tahun. Mentoring dilaksanakan oleh pengawas utama (Golongan IV/d atau IV/e), dan bila tidak ada maka dibina oleh pengawas yang Golongannya berada setingkat di bawahnya.

Pendampingan terutama difokuskan pada pelaksanaan tugas kepengawasan di madrasah binaannya. Melalui pendampingan diharapkan pengawas pratama dan pengawas muda memperoleh keterampilan dan kemampuan melaksanakan tugas pokok kepengawasan. Pendampingan pengawas dilaksanakan dengan melaksanakan tugas kepengawasan di satuan pendidikan/madrasah binaannya minimal satu semester.

(18)

Pendamping diangkat melalui Surat Tugas dari Kepala Kantor Kementerian Agama Kota/Kabupaten. Tugas melaksanakan program pendampingan ini merupakan salahsatu pelaksanaan Tupoksi Pengawas Utama.

3. Workshop Penguatan Kompetensi

Workshop penguatan kompetensi adalah kegiatan pembinaan pengawas yang

dilaksanakan melalui aktivitas organisasi atau kelompok kerja pengawas (Pokjawas)Kabupaten/kota dilakukan secara berkala minimal dua kali setiap semester. Tujuan workshop penguatan kompetensi adalah meningkatkan kemampuan profesional di bidang kepengawasan agar para pengawas madrasahdapat mempertinggi kinerjanya di bidang kepengawasan. Materi yang dibahas berkisar pada: (a) peningkatan kompetensi pengawas, (b) tugas pokok dan fungsi pengawas, (c) kinerja dan hasil kerja pengawas, (d) penyusunan program kerja pengawas, (e) pelaporan hasil kerja, (g) inovasi pendidikan dan pembelajaran/bimbingan, (h) sistem evaluasi, (i) pengembangan kurikulum, (j) manajemen madrasah, (k) administrasi madrasah dan (l) kegiatan akademik lainnya sesuai dengan kebutuhan. Setiap pengawas bisa bertukar pikiran berdasarkan pengalamannya masing-masing. Hasil-hasil kegiatan kolektif dicatat dan didesiminasikan kepada seluruh pengawas.

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam dan Kementerian Agama Provinsi dan kota memfasilitasi dan memberikan dukungan sumberdaya untuk terselenggaranya workshop. Fasilitas dan dukungan yang diberikan meliputi: (a) dana, (b) alat tulis, dan (c) fasilitas kerja serta (d) sumberdaya lainnya yang diperlukan.

4. Karya Ilmiah.

Karya ilmiah adalah produk dari kegiatan ilmiah yang diikuti oleh semua pengawas dan dikoordinir oleh Pokjawas Kota dan Provinsi. Tujuan forum ilmiah adalah meningkatkan wawasan dan kemampuan profesional pengawas madrasahtermasuk kemampuan dalam menulis karya ilmiah.

(19)

pengembangan kurikulum, (d) manajemen pendidikan, (e) sistem informasi manajemen, (f) supervisi akademik, (g) supervisi klinis, (h) supervisi manajerial dan (ii) topik-topik lain yang diperlukan untuk peningkatan kemampuan tugas pokok pengawas madrasah pada sekolah.

Sedangkan topik bahasan yang berkaitan dengan karya tulis ilmiah antara lain: (a) penyusunan makalah, (b) penulisan artikel, (c) penelitian pendidikan dengan tema kepengawasan, (4) teknik penyusunan karya tulis ilmiah, (e) teknik penyusunan proposal, (f) penelitian tindakan kepengawasan, (g) statistik terapan dan (h) angka kredit jabatan fungsional.

Pada forum ilmiah bisa mengundang orang luar dari perguruan tinggi (akademisi), pakar pendidikan, Pusdiklat, Balai Diklat, dan intansi terkait lainnya. Forum ilmiah bisa dilaksanakan minimal satu kali dalam satu semester. Forum ilmiah dapat dilaksanakan dalam bentuk: seminar, workshop, lokakarya, simposium, diskusi panel, dan kegiatan sejenis lainnya.

5. Studi Banding.

Studi banding pengawas madrasah pada sekolah/madrasah ke daerah kabupaten/kota lain yang dinilai telah maju pendidikannya akan sangat membantu menambah wawasan, dan pengalaman para pengawas dalam melaksanakan tugas-tugas kepengawasan. Mereka akan memerpoleh tambahan informasi yang dapat dijadikan bekal dan bahan untuk diterapkan di temapt tugasnya. Untuk keperluan studi banding Kementerian Agama Pusat dan Pemerintah daerah perlu memfasilitasinya terutama pendanaan atau pembiayaannya. Sudah barang tentu studi banding diberikan kepada pengawas yang berprestasi sebagai reward atas prestasinya. Studi banding bisa dilaksanakan di dalam daerah satu propinsi, antar propinsi atau ke luar negeri. Studi banding di kabupaten/kota di dalam satu propinsi yang sama sebaiknya diselenggarakan oleh Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota. Studi banding antar propinsi sebaiknya diselenggarakan dan dibiayai oleh Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi. Sedangkan studi banding ke luar negeri dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Islam dengan biaya dari pusat.

(20)

kabupaten/kota. Program studi banding ke luar negeri disusun dan dipersiapkan oleh Kementerian Agama Pusat.

Kegiatan studi banding di dalam negeri antara lain: diskusi dengan kantor Kementerian Agama setempat dan Para pengawasnya, kunjungan ke beberapa madrasah yang dinilai berhasil, simulasi dan observasi serta berdiskusi atau bertukar pengalaman dengan kepala madrasah dan guru yang ada di madrasah tersebut. Diskusi dengan para pengawas dari daerah yang dikunjungi serta kunjungan ke madrasah yang dinilai baik menjadi fakus utama studi banding agar diperoleh wawasan dan pengalaman baru dalam melaksanakan tugas kepengawasan. Kegiatan studi banding ke luar negeri pada dasarnya sama yakni melakukan diskusi tentang kepengawasan dan melakukan kunjungan ke beberapa madrasah yang dinilai berprestasi di negaranya. Laporan studi banding dibuat secara tertulis dan dilaporkan kepada Kepala kantor Kementerian Agama. Setiap pengawas yang mengikuti studi banding juga diwajibkan menulis makalah dengan tema atau topik yang berkaitan dengan penemuannya dari kegiatan studi banding tersebut dan diserahkan kepada kantor Kementerian Agama Kabupaten/kota, provinsi dan Dirjen Pendidikan Islam.

Semua temuan yang diperoleh dari studi banding harus dipaparkan dan ditularkan kepada pengawas madrasahyang tidak mengikuti studi banding dalam satu kegiatan khusus yang dikordinir oleh Kepala kantor kementerian Agama setempat. Sudah barang tentu temuan-temuan yang dinilai penting dan baru harus diterapkan dalam melaksanakan tugas kepengawasannya.

(21)

C. Pembinaan Karir

Pembinaan dan pengembangan karir pengawas dilaksanakan dalam rangka kenaikan pangkat dan jabatan fungsionalnya yang di dalamnya melekat kemampuan professional dan penampilan kinerjanya.Pembinaan karir pengawas sangat penting setelah ditetapkannya peraturan menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 21 tahun 2010 tentang Pengawas Sekolah dan Angka kreditnya bab XI pasal 34 ayat (1) yaitu “Pengawas Sekolah muda, pangkat penata, golongan ruang lll/c sampai dengan pengawas Sekolah Utama, pangkat pembina Utama Madya, golongan ruang lV/d dibebaskan sementara dari jabatannya apabila dalam jangka waktu 5 tahun sejak menduduki jenjang jabatan/pangkat terakhir tidak dapatmengumpulkan angka kredit yang ditentukan untuk kenaikanpangkat setingkat lebih tinggi.” Dan pada ayat (2) yaitu “Pengawas Sekolah Utama, pangkat pembina Utama, golonganruang lV/e, dibebaskan sementara dari jabatannya apabila setiap tahun sejak menduduki jabatan/pangkatnya tidak dapatmengumpulkan paling kurang 25 (dua puluh lima) angka kredit dari kegiatan tugas pokok.”

(22)

harus mengindikasikan meningkatnya kemampuan professional dan kinerjanya sebagai pengawas profesional.

Pembinaan dilakukan agar kenaikan pangkat dan jabatan pengawas bisa tepat waktu.Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Prpinsi dan Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota memotivasi para pengawas agar secara terencana mendesain program kerjanya.Setiap pengawas memperoleh kesempatan untuk mengumpulkan bahan-bahan yang mempunyai nilai angka kredit untuk kenaikan pangkat dan jabatannya.

Program pembinaan kualifikasi dan profesi memiliki nilai angka kredit.Pembinaan kemampuan profesional pada dasarnya berdampak terhadap peningkatan karir pengawas.

Program lain adalah memfasilitasi pengawas madrasahuntuk melakukan kegiatan penelitian/kajian/studi tentang kepengawasan. Hasil kajian/penelitian/studi tersebut ditulis dalam bentuk laporan penelitian berdasarkan ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam penulisan karya ilmiah.Untuk itu para pengawas harus memiliki kemampuan dalam bidang penelitian dan penulisan karya ilmiah.Kemampuan tersebut bisa diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan (Diklat) khusus tentang penelitian pendidikan dan penulisan karya ilmiah.

Prioritas pembinaan karir pengawas ada pada pengawas madya yakni pengawas yang menduduki pangkat IV/a dan IV/b. Namun demikian tidak berarti pengawas dangan jabatan/pangkat lainnya dikesampingkan.

Mekanisme Pembinaan karir kepangkatan pengawas, sebagai berikut:

1. Pendataan Jenjang dan Golongan Pengawas. Kegiatan ini dilakukan oleh Pokjawas Tingkat Kabupaten/Kota berkoordinasi dengan Kantor Kementerian Agama setempat.

(23)

3. Rekapitulasi Jenjang dan Golongan Pengawas di tingkat Provinsi. Pengurus Pokjawas Provinsi merekap pendataan jenjang/golongan di tingkat provinsi berdasarkan rekapitulasi pendataan tingkat kabupaten/Kota

4. Pembentukan Tim Bimbingan sejawat. Kantor Wilayah Kementerian Agama Membentuk tim pembimbing yang beranggotakan Pengawas Utama dan/atau Pengawas yang kompeten.

5. Pelaksanaan Bimbingan sejawat. Tim Pembimbing mendampingi para pengawas dalam pembinaan karir agar tercapai angka kredit sesuai yang dipersyaratkan

6. Pembentukan Tim Penilai. Kementerian Agama Pusat Membentuk Tim Penilai angka Kredit.

7. Pembentukan TimPembinaan Karier Pengawas Madrasah pada Sekolah. Kementerian Agama membentuk Tim pembinaan karier pengawas madrasah, untuk memberikan pengetahuan tentang pengembangan karier pengawas. 8. Pembentukan Forum Kolaborasi pengawas tingkat Nasional yang dipasilitasi

Kementerian Agama untuk mengembangkan karya ilmiah dan Karya Inovatif lainnya.

(24)
(25)

BAB IV

MATERI PEMBINAAN

Materi pembinaan pengawas madrasah dan pengawas pendidikan agama Islam adalah materi yang perlu dikuasai oleh pengawas dalam rangka meningkatakkan kompetensi pengawas. Materi pembinaan dapat dijadikan bahan pembinaan pengawas secara terencana sehingga proses pembinaanya bisa berkelanjutan. Ada materi pembinaan terbagi menjadi tiga kategori, sebagai berikut:

D. Kelompok Dasar

1. Perundang Undangan dan Kebijakan Pendidikan dan kebudayaan 2. Peraturan Kementerian Agama di Bidang Pendidikan

3. Filosofi dan Landasan Pendidikan 4. Peraturan Menteri Tentang Pengawas

E. Kelompok Inti

Materi kelompok inti adalah materi wajib bagi pengawas dalam rangka mencapai kompetensi telah diatur di dalam peraturan pendidikan nasional nomor 27 tahun 2007 tentang standar pengawas sekolah/madrasah. Materi-materi tersebut adalah

1. Kompetensi Kepribadian a. Pengembangan Diri b. Motivasi

2. Kompetensi Supervisi Manajerial

a. Metode, teknik, dan Prinsip Supervisi Manajerial b. Program Pengawas

c. Program Tahunan, Semesteran, dan Kunjungan kelas d. Laporan Hasil Kepengawasan

e. MPMBS

f. Administrasi Pendidikan

g. TQM dan Sistem Manajemen Mutu h. Konsep Bimbingan Konseling i. Analisis SWOT

(26)

a. Konsep, Prinsip, teori dasar, dan Karakteristik matapelajaran dan proses pembelajaran matapelajaran yang diampu

b. Pengembangan kurikulum (KTSP) c. Penyusunan silabus

d. Strategi/metode/teknik Pembelajaran e. Penyusunan RPP

f. Adminisitrasi Keguruan g. Media Pembelajaran

h. Pemanfaatan TIK dalam Pembelajaran 4. Kompetensi Evaluasi Pendidikan

a. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) b. Penilaian Kinerja Kepala Madrasah c. Penilaian kinerja Guru

d. Penilaian Kinerja Staf Madrasah e. Supervisi Klinis

f. Analisis butir soal

5. Kompetensi Penelitian dan Pengembangan a. Penelitian Tindakan Sekolah/Madrasah b. Penelitian Tindakan Kelas

c. Konsep Penyusunan Modul dan Buku Pelajaran 6. Kompetensi Sosial

a. Dinamika Kelompok

b. Peran dan Fungsi Kelompok Kerja Pengawas (POKJAWAS)

F. Kelompok Penujang

(27)

BAB V

PERAN PIHAK TERKAIT

Tugas dan Tanggung Jawab pihak yang terkait dalam Sistem Pembinaan Pengawas Madrasah/ Pendidikan Agama Islam adalah:

A. Direktorat Jenderal Pendidikan Islam

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam bertugas: (a) merumuskan kebijakan nasional yang bersifat umum tentang penyelenggaraan pembinaan pengawas madrasah/PAI, (b) menentukan kebijakan umum tentang standar proses dan hasil pembinaan pengawas madrasah/PAI dan (c) melaksanakan koordinasi, harmonisasi dan sinkronisasi kebijakan dan pelaksanaan pembinaan pengawas madrasah/PAI. (d)

B. Direktorat

Direktorat terkait menetapkan bertanggung jawab untuk mensosialisasikan panduan pembinaan pengawas madrasah/PAI kepada Kantor Wilayah Kementerian Agama, Kantor Kementerian Agama Kota/kabupaten, Pusat Pendidikan dan Pelatihan kementerian Agama, dan Balai Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Agama.

C. Pusdiklat dan Balai Diklat

Pusdiklat Kementerian Agama dan Balai Diklat Keagamaan melaksanakan program pembinaan pengawas madrasah/PAI berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh Ditjen /lembaga terkait. Di dalam pelaksanakan Pusdiklat dan Balai Diklat berkoordinasi dengan Kanwil Kementerian Agama Provinsi dan kantor Kementerian Agama Kota/kabupaten.

D. Kanwil Kementerian Agama Provinsi

Kawil Kementerian Agama Provinsi melakukan analisis pembinaan pengawas madrasah/PAI pada tingkat provinsi. Berdasarkan hasil Analisis pembinaan pengawas madrasah/PAI, Kanwil Kemenag provinsi menyusun dan

(28)

Kemenag provinsi berkoordinasi dengan Pusdiklat, Balai Diklat, dan Kantor Kemenag Kota/Kabupaten.

E. Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota

Kantor Kemenag Kota/Kabupaten melaksanakan analisis pembinaan pengawas madrasah/PAI pada tingkat kota/kabupaten. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan pembinaan pengawas madrasah/PAI, Kantor Kemenag kabupaten/kota menyusun dan melaksanakan program pembinaan pengawas madrasah/PAI tingkat kabupaten/kota. Dalam melaksanakan pembinaan pengawas madrasah/PAI, Kantor Kemenag kabupaten/kota berkoordinasi dengan Pusdiklat, Balai Diklat, dan Pokjawas.

F. Kelompok Kerja Pengawas (Pokjawas)

(29)

BAB VII

PENUTUPAN

Demikian pedoman ini disusun sebagai panduan dalam pelaksanaan pembinaan pengawas Madrasah dan pengawas pendidikan Agama Islam pada Sekolah bagi Pejabat Kementerian Agama Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Aset dan Konsep Asset Management START Tahap Pengembangan Konsep Maintenance Cost , Operation Cost , Revenue & Investment Cost (MORI ) A Pembuatan Model Konseptual.

tersebut hanya mampu bekerja di rentang sinar UV, sehingga hanya sekitar 5% dari energi matahari yang dapat dimanfaatkan, agar penggunaan energi matahari dapat

Bab ini penulis akan menguraikan tentang sejarah singkat perusahaan PT Salemba Emban Patria Cabang Palembang, struktur organisasi dan uraian tugas, prosedur penjualan tunai,

Keuntungan (kerugian) dari perubahan nilai aset keuangan dalam kelompok tersedia untuk dijua 40,212 c Bagiabagian efektif dari perubahan nilai wajar -a. Pajak

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (a) Pengajaran dengan menggunakan teknik tutor sebaya dikategorikan sangat

j. Peserta didik diminta untuk mengamati dan mengidentifikasi struktur DNA seperti pada Gambar 3.5 yaitu struktur molekul DNA dan Gambar 3.6 tentang struktur RNA. Jika

In all essays you must give specific points to support your argument. Sometimes a topic will be quite abstract and it is important to realise that you need to use examples

Pada rekam medis (RM) tidak terdapat data yang lengkap mengenai pemeriksaan laboratorium leukosit darah pasien pre