• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan kultur baru bagi semua orang di seluruh dunia. Dunia pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. menciptakan kultur baru bagi semua orang di seluruh dunia. Dunia pendidikan"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

A. LATAR BELAKANG

Perkembangan teknologi informasi (TI) yang sedemikian pesat menciptakan kultur baru bagi semua orang di seluruh dunia. Dunia pendidikan pun tak luput dari sentuhannya. Integrasi teknologi informasi ke dalam dunia pendidikan telah menciptakan pengaruh besar. Memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi, mutu dan efisiensi pendidikan dapat ditingkatkan.

Salah satu produk integrasi teknologi informasi ke dalam dunia pendidikan adalah e-learning atau electronic learning. Saat ini e-learning mulai mengambil perhatian banyak pihak, baik dari kalangan akademik, profesional, perusahaan maupun industri. Institusi pendidikan tinggi misalnya, e-learning telah membuka cakrawala baru dalam proses belajar mengajar, sedangkan di lingkungan industri, e-learning dinilai mampu membantu proses dalam meningkatkan kompetensi pegawai atau sumber daya manusia. Melalui dunia akademis metode pembelajaran ini sudah mulai banyak diterapkan dan dikembangkan.

Ada beberapa definisi tentang e-learning. Secara ringkas, Anwas (2005) menyatakan e-learning perlu diciptakan seolah-olah peserta didik belajar secara konvensional, hanya saja dipindahkan ke dalam sistem digital melalui internet. Menurut Darin E. Hartley (2001), e-learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media internet, intranet atau media jaringan komputer lain. Rosenberg (2001) mendefinisikan e-learning sebagai

(2)

pemanfaatan teknologi Internet untuk mendistribusikan materi pembelajaran, sehingga siswa dapat mengakses dari mana saja. Definisi yang diberikan Jenkins & Hanson (2003) tentang e-learning adalah sebagai pembelajaran yang difasilitasi dan didukung melalui pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Jadi berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa e-learning pada hakikatnya adalah bentuk pembelajaran konvensional yang dituang dalam format digital dan disajikan melalui teknologi informasi dengan bantuan jaringan internet.

Keunggulan-keunggulan e-learning yang paling menonjol adalah efisiensinya dalam penggunaan waktu dan ruang. Berdasarkan keterangan- keterangan yang disebutkan di atas, pendidikan berbasis teknologi informasi cenderung tidak lagi tergantung pada ruang dan waktu. Dalam proses belajar mengajar tidak ada halangan berarti untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar lintas daerah dapat dilakukan, bahkan lintas negara melalui e- learning. Melalui e-learning pengajar dan siswa tidak lagi selalu harus bertatap muka dalam ruang kelas pada waktu bersamaan. Dilihat dari sifatnya yang tidak tergantung pada ruang dan waktu, e-learning memiliki keunggulan lain yakni memungkinkan akses ke pakar yang tak terhalang waktu dan tak tidak memerlukan biaya mahal. Seorang pelajar di daerah dapat belajar langsung dari pakar di pusat melalui fasilitas internet chatting atau mengakomodir suara dan bahkan gambar realtime. Satu lagi keunggulan e- learning tentunya adalah ketesediaan informasi yang melimpah dari sumber- sumber di seluruh dunia. Penggunaan internet sebagi media pembelajaran

(3)

akan didapatkan sumber informasi untuk pengayaan materi yang jumlahnya sangat tak terbatas.

Tujuan umum pembelajaran jarak jauh menggunakan e-learning adalah agar tersedia akses belajar dan perbaikan kesamaan kesempatan belajar pada semua pembelajar, selain itu juga untuk memperkuat dan memperdalam pengertian terhadap ilmu pengetahuan, memperluas cakrawala dan memperkaya keberagaman subjek pengetahuan, dan memperbaiki efektivitas proses belajar.

Munculnya teknologi e-learning baru-baru ini digunakan untuk training, kegiatan belajar mengajar yang dikerjakan dengan internet. E- learning pada dasarnya adalah bentuk pendidikan yang difasilitasi oleh internet dan teknologi, dan meliputi penggunaan World Wide Web untuk mendukung instruksi dan untuk menyampaikan isi pelajaran.

Alavi dan Leidner (2001) menyatakan bahwa e-learning merupakan salah satu bentuk mediasi teknologi pembelajaran yang didefinisikan sebagai sebuah lingkungan bahwasanya pelajar berinteraksi dengan materi e-learning, rekan-rekan, dan atau instruktur dimediasi melalui teknologi informasi lanjutan. E-learning dapat bekerja dengan baik jika teknologi harus benar- benar digunakan (Leidner & Jarvenpaa, 1993). Efektifitas dalam penggunaan teknologi informasi pengiriman e-learning berbasis komponen dari suatu program yang penting bagi keberhasilan siswa dan penerimaan e-learning.

Adopsi teknologi informasi dan difusi telah dipelajari sangat detail akhir-akhir ini oleh peneliti di dalam area sistem informasi. Adopsi teknologi dapat dipelajari di dua tingkatan: yang pertama adalah di tingkat organisasi

(4)

dan yang kedua adalah pada tingkat individu. Jika unit analisis adalah individu, penekanan pada penerimaan teknologi (Dasgupta, Granger &

Mcgarry, 2002). TAM adalah model berbasis sikap yang dikembangkan secara khusus untuk menjelaskan dan atau memprediksi penerimaan penggunaan dari teknologi komputer (Hu et al., 1999). Tujuan utama TAM adalah memberikan penjelasan tentang penentuan penerimaan teknologi secara umum, memberikan penjelasan tentang perilaku/ sikap pengguna dalam suatu populasi (Davis et al., 1989:985).

TAM menggambarkan hubungan antara persepsi kegunaan (perceived usefulness) dan persepsi kemudahan penggunaan (perceived of use) yang kemudian kedua variabel ini disebut dengan variabel beliefs. Pada sisi satu dan sisi lainya terdapat sikap untuk menggunakan (attitude toward using) dan minat/ keinginan utntuk menggunakan (behavioural intention to use). TAM telah digunakan sebagai dasar untuk banyak teori dari berbagai studi empiris pengguna teknologi penerimaan (Adams, 1992; Mathieson, 1991, Davis, Bagozzi & Warshaw, 1989 & Davis, 1989).

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Masrom tentang TAM dan e- learning, konstruk yang diteliti dibatasi hanya pada 4 konstruk utama, yaitu persepsi kemudahan penggunaan e-learning (perceived ease of use), persepsi kemanfaatan e-learning (perceived usefulness), sikap terhadap penggunaan e- learning (attitude toward using), dan minat/ keinginan untuk menggunaka e- learning (behaviour intention to use). Didalam model variabel dari luar (external variables) seperti karakteristik pengguna (user characteristics) dan karakteristik sistem (sistem characteristic) tidak diteliti karena kontribusinya

(5)

dalam TAM dianggap tidak signifikan, sehingga dapat diabaikan meskipun mempunyai pengaruh secara tidak langsung terhadap penerimaan teknologi (Milchrahm, 2003). Sedangkan variabel penggunaan nyata (actual usage) juga dihilangkan karena dalam penelitian Masrom tidak ada keinginan dengan segera untuk menguji dan mengetahui anteseden persepsi kegunaan dan persepsi kemudahan penggunan (Masrom, 2006).

Banyak penelitian yang menggunakan TAM sebagai model analisis, tapi TAM yang digunakan dalam tiap penelitian tersebut berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan, tetapi tidak meninggalkan bentuk dasar TAM. Didalam TAM yang dimaksud dengan bentuk dasar TAM adalah keempat konstruk utama serta hubungan antara keempat konstruk tersebut, yaitu perceived ease of use, perceived usefulness, attitude toward using, dan behaviour intention to use. Seperti halnya TAM yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah TAM yang telah disederhanakan sesuai dengan yang dipakai oleh Masrom (2006) pada penelitiannya di Malaysia dengan objek penelitian e-learning..

Penelitian ini mencoba untuk mengetahui dan menemukan bukti empiris tingkat penerimaan pengguna (user) terhadap teknologi e-learning apakah pengguna dalam hal ini mahasiswa mau menerima e-learning atau sebaliknya yang dililihat dari faktor-faktor yang berpengaruh signifikan dalam menjelaskan maksud menuju e-learning seperti persepsi kemudahan penggunaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap persepsi kemanfaatan. Persepsi kemudahan penggunaan sebuah teknologi didefinisikan sebagai suatu ukuran dimana seorang percaya bahwa komputer dapat dengan mudah dipahami dan digunakan, sedangkan persepsi kemanfaatan

(6)

didefinisikan sebagai suatu ukuran pengguna penggunaan suatu teknologi dipercaya akan mendatangkan manfaat bagi orang yang menggunakannya.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis mengambil judul ”Analisis Model Penerimaan Teknologi E-learning Pada Mahasiswa : Studi Kasus Pada E- learning Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan Technology Acceptance Model, variabel beliefs merupakan variabel pembentuk behaviour intention to use. Dalam penelitian ini juga terdapat variable sikap (attitude). Sikap (attitude) merupakan sikap terhadap penggunaan sistem yang berbentuk penerimaan atau penolakan sebagai dampak bila orang menggunakan suatu teknologi dalam penggunaanya. melalui pengujian keempat konstruksi variabel tersebut diharapkan dapat mengetahui gambaran tentang perilaku individu mengadopsi teknologi khususnya teknologi e-learning. Berdasarkan latar belakang diatas ditulis beberapa rumusan masalah yaitu :

a. Apakah persepsi kemudahan penggunaan e-learning mempunyai pengaruh yang signifikan pada persepsi kegunaan atau kemanfaatan e-learning oleh individu ?

b. Apakah persepsi kemudahan penggunaan e-learning mempunyai pengaruh yang signifikan pada sikap terhadap penggunaan e-learning oleh individu?

c. Apakah persepsi kegunaan atau kemanfaatan e-learning mempunyai pengaruh yang signifikan pada sikap terhadap penggunaan e-learning oleh individu ?

(7)

d. Apakah persepsi kegunaan atau kemanfaatan e-learning mempunyai pengaruh yang signifikan pada minat/ keinginan menggunakan e-learning oleh individu ?

e. Apakah sikap terhadap penggunaan e-learning mempunyai pengaruh yang signifikan pada minat/ keinginan menggunakan e-learning oleh individu ? C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Untuk menemukan bukti empiris persepsi kemudahan penggunaan e- learning mempunyai pengaruh yang signifikan pada persepsi kegunaan dari e-learning oleh individu.

b. Untuk menemukan bukti empiris persepsi kemudahan penggunaan e- learning mempunyai pengaruh yang signifikan pada sikap terhadap penggunaan e-learning oleh individu.

c. Untuk menemukan bukti empiris persepsi kegunaan e-learning mempunyai pengaruh yang signifikan pada sikap terhadap penggunaan e- learning oleh individu.

d. Untuk menemukan bukti empiris persepsi kegunaan e-learning mempunyai pengaruh yang signifikan pada minat/ keinginan menggunakan e-learning oleh individu.

e. Untuk menemukan bukti empiris sikap terhadap penggunaan e-learning mempunyai pengaruh yang signifikan pada minat/ keinginan menggunakan e-learning oleh individu.

(8)

D. MANFAAT PENELITIAN a. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini merupakan pengujian ulang terhadap model TAM yang ditemukan oleh Davis (1989) yang diadopsi dari model Theory of Reasoned Action (TRA), untuk model penelitian di Surakarta dengan objek e-learning Fakultas Ekonomi UNS. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pemahaman mengenai hubungan antara persepsi kemudahan penggunaan pada persepsi kemanfaatan menggunakan e-learning. Meneliti hubungan keduanya pada sikap terhadap penggunaan sistem e-learning. Selain itu juga untuk mengetahui hubungan antara sikap menggunakan sistem pada minat/ keinginan menggunakan sistem tersebut, serta dapat dijadikan salah satu referensi baik oleh kalangan akademisi serta referensi bagi peneliti selanjutnya yang mengadakan penelitian lebih lanjut dengan topik yang sama.

b. Manfaat Praktis.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi organisasi khususnya Fakultas Ekonomi UNS untuk melihat persepsi mahasiswa pada sistem e-learning yang dilihat dari faktor kemudahan penggunaan sistem dan faktor kegunaan sistem yang berpengaruh signifikan dalam menjelaskan maksud menuju e-learning yang pada giliranya akan berpengaruh pada tingkat penerimaan pengguna (user) sistem e-learning.

(9)

BAB II

TELAAH PUSTAKA A. Technology Acceptance Model (TAM)

Technology Acceptance Model (TAM) diperkenalkan pertama kali oleh

Davis pada tahun 1986, TAM merupakan adaptasi dari TRA yang dibuat khusus untuk pemodelan adopsi pengguna sistem informasi. Menurut Davis (1989), tujuan utama TAM adalah untuk memberikan dasar untuk penelusuran pengaruh faktor eksternal terhadap kepercayaan, sikap, dan tujuan pengguna. TAM menganggap bahwa dua keyakinan individual, yaitu persepsi manfaat (perceived usefulness) dan persepsi kemudahan penggunaan (perceived easy of use) adalah

variabel perilaku utama dalam mengadopsi sistem informasi.

Beberapa model yang dibangun untuk menganalisis dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi diterimanya penggunaan teknologi komputer diantaranya yang tercatat dalam berbagai literatur dan referensi hasil riset dibidang teknologi informasi adalah seperti theory of reasoned action (TRA), theory of planned behaviour (TPB), dan technology acceptance model (TAM). Technology acceptance model (TAM) diperkenalkan pertama kali oleh Davis pada tahun 1986. Model TAM sebenarnya diadopsi dari model TRA yaitu teori tindakan yang beralasan dengan satu premis bahwa reaksi dan persepsi seseorang terhadap sesuatu hal, akan menentukan sikap dan perilaku orang tersebut. Reaksi dan persepsi pengguna teknologi informasi (TI) akan mempengaruhi sikapnya dalam penerimaan terhadap teknologi tersebut.

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhinya adalah persepsi pengguna pada kemanfaatan dan kemudahan penggunaan TI sebagai suatu tindakan yang beralasan dalam konteks pengguna teknologi sehingga alasan

(10)

seseorang dalam melihat manfaat dan kemudahan penggunaan TI menjadikan tindakan/ perilaku orang tersebut sebagai tolok ukur dalam penerimaan sebuah teknologi. Model TAM yang dikembangkan dari teori psikologis, menjelaskan perilaku pengguna komputer yaitu berlandaskan pada kepercayaan (belief), sikap (attitude), keinginan (intention), dan hubungan perilaku pengguna (user behaviour relationship).

Tujuan model ini untuk menjelaskan faktor-faktor utama dari perilaku pengguna terhadap penerimaan pengguna teknologi. Secara lebih terinci menjelaskan tentang penerimaan TI dengan dimensi-dimensi tertentu yang dapat mempengaruhi diterimanya TI oleh pengguna (user). Model ini menempatkan faktor sikap dari tiap-tiap perilaku pengguna dengan dua variabel yaitu :

1. Kemudahan penggunaan (ease of use) 2. Kemanfaatan (usefulness)

Kedua variabel ini dapat menjelaskan aspek keperilakuan pengguna.

Kesimpulannya adalah model TAM dapat menjelaskan bahwa persepsi pengguna akan menentukan sikapnya kemanfaatan penggunaan TI. Model ini secara lebih jelas menggambarkan bahwa penerimaan penggunaan TI dipengaruhi oleh kemanfaatan (usefulness) dan kemudahan penggunaan (ease of use). Penelitian ini menggunakan 4 (empat) konstruk yang telah dimodifikasi dari model penelitian TAM sebelumnya yaitu: persepsi tentang kemudahan penggunaan (perceived ease of use), persepsi kemanfaatan (perceived usefulness), sikap terhadap penggunaan (attitude toward using), dan keinginan/ minat menggunakan (behavioral intention to use).

(11)

a. Persepsi Kemudahan Penggunaan (Perceived Ease of Use)

Davis (1986, 1989) mendefinisikan kemudahan penggunaan (ease of use) sebagai suatu tingkatan bahwa seseorang percaya bahwa komputer dapat dengan mudah dipahami. Atas dasar definisi tersebut kemudahan penggunaan e-learning berarti kemudahan dalam membuka, memahami isi dari fitur-fitur yang ada dalam e-learning jika sewaktu-sewaktu mahasiswa diberikan tugas yang prosesnya menggunakan e-learning. Menurut Goodwin (1987); Silver (1988); dalam Adam et al., (1992), intensitas penggunaan dan interaksi antara pengguna (user) dengan sistem juga dapat menunjukkan kemudahan penggunaan. Sistem yang lebih sering digunakan menunjukkan bahwa sistem tersebut lebih dikenal, lebih mudah dioperasikan dan lebih mudah digunakan oleh penggunanya.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kemudahan penggunaan akan mengurangi usaha (baik waktu dan tenaga) seseorang di dalam mempelajari komputer dalam hal ini adalah e-learning. Perbandingan

External variabble

s

Perceived uselfulne

ss

Perceived ease of

use

Attitude toward

using

Behaviou ral intention

to use

Actual sistem

use

Gambar II.1 Model TAM Original.

Sumber: Davis (1989)

(12)

bekerja lebih mudah dibandingkan dengan orang yang bekerja tanpa menggunakan TI (secara manual). Pengguna TI mempercayai bahwa TI yang lebih fleksibel, mudah dipahami dan mudah pengoperasiannya (compartible) sebagai karakteristik kemudahan penggunaan. Davis.F.D (1989) memberikan beberapa indikator kemudahan penggunaan TI antara lain meliputi :

1. Teknologi komputer yang dalam hal ini adalah e-learning sangat mudah dipelajari

2. Teknologi komputer yang dalam hal ini adalah e-learning dapat mengerjakan dengan mudah apa yang diinginkan oleh pengguna 3. Keterampilan pengguna bertambah dengan menggunakan teknologi

komputer yang dalam hal ini adalah e-learning

4. Teknologi komputer yang dalam hal ini adalah e-learning sangat mudah untuk dioperasikan.

Untuk variabel kemudahan penggunaan, Iqbaria (1994) juga telah menguji dalam studinya apakah penerimaan penggunaan micro komputer dipengaruhi oleh kemudahan penggunaan yang diharapkan oleh pengguna atau karena tekanan sosial. Temuan studi Iqbaria (1994) membuktikan bahwa TI digunakan bukan mutlak karena adanya tekanan sosial, sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan TI bukan karena adanya unsur tekanan tetapi karena memang mudah digunakan.

Berdasarkan telaah teoritis dan hasil-hasil pengujian empiris diatas, dapat disimpulkan bahwa penerimaan penggunaan TI juga turut dipengaruhi oleh kemudahan penggunaan TI, hal ini merupakan refleksi psikologis pengguna yang lebih bersikap terbuka terhadap sesuatu yang sesuai dengan

(13)

apa yang dipahaminya dengan mudah. Kemudahan tersebut dapat mendorong seseorang untuk menerima menggunakan TI.

b. Persepsi Kemanfaatan (Perceived Usefulness)

Davis.F.D (1989); Adam et al., (1992) mendefinisikan kemanfaatan (usefulness) sebagai suatu tingkatan bahwa seseorang percaya bahwa penggunaan suatu subyek tertentu akan dapat meningkatkan prestasi kerja orang tersebut. Berdasarkan definisi tersebut dapat diartikan bahwa kemanfaatan dari penggunaan komputer dapat meningkatkan kinerja, prestasi kerja orang yang menggunakannya.

Menurut Thompson et al., (1991;1994) kemanfaatan TI merupakan manfaat yang diharapkan oleh pengguna TI dalam melaksanakan tugasnya.

Pengukuran kemanfaatan tersebut berdasarkan frekuensi penggunaan dan diversitas/ keragaman aplikasi yang dijalankan. Thompson (1991) juga menyebutkan bahwa individu akan menggunakan TI jika mengetahui manfaat positif atas penggunaannya. Chin dan Todd (1995) memberikan beberapa dimensi tentang kemanfaatan TI. Menurut Chin dan Todd (1995) kemanfaatan dapat dibagi ke dalam dua kategori, yaitu (1) kemanfaatan dengan estimasi satu faktor, dan (2) kemanfaatan dengan estimasi dua faktor (kemanfaatan dan efektifitas).

Kemanfaatan dengan estimasi satu faktor meliputi dimensi;

1. Menjadikan pekerjaan lebih mudah (makes job easier) 2. Bermanfaat (usefull)

3. Menambah produktifitas (Increase productivity) 4. Mempertinggi efektifitas (enchance efectiveness)

(14)

5. Mengembangkan kinerja pekerjaan (improve job performance) Kemanfaatan dengan estimasi dua faktor oleh Chin dan Todd (1995) dibagi menjadi dua kategori lagi yaitu kemanfaatan dan efektifitas, dengan dimensi- dimensi masing-masing yang dikelompokkan sebagai berikut:

1. Kemanfaatan meliputi dimensi :

a. Menjadikan pekerjaan lebih mudah (makes job easier), b. Bermanfaat (usefull),

c. Menambah produktifitas (increase productivity).

2. Efektifitas meliputi dimensi :

a. Mempertinggi efektifitas (enchance my effectiveness),

b. Mengembangkan kinerja pekerjaan (improve my job performance).

Berdasarkan beberapa definisi dan telaah literatur diatas dapat disimpulkan bahwa kemanfaatan penggunaan TI termasuk didalamnya e- learning dapat diketahui dari kepercayaan pengguna TI dalam memutuskan penerimaan TI dengan satu kepercayaan bahwa penggunaan TI tersebut memberikan kontribusi positif bagi penggunanya. Seseorang mempercayai dan merasakan dengan menggunakan komputer sangat membantu dan mempertinggi prestasi kerja yang akan dicapainya, atau dengan kata lain orang tersebut mempercayai penggunaan TI telah memberikan manfaat terhadap pekerjaan dan pencapaian prestasi kerjanya. Kemanfaatan penggunaan TI tersebut menjadi sebuah variabel tersendiri yang diteliti oleh para peneliti (Iqbaria, 1994;1997; Adam et al.,1992; Davis, 1989; Todd, 1991; Sri Astuti, 2001; Nur Indriantoro, 2000; Mhd.Jantan et al., 2001; dalam Fahmi Natigor

(15)

Nasution, 2004) khususnya untuk melihat penerimaan penggunaan TI bagi organisasi perusahaan.

Iqbaria (1994) dalam studinya menguji apakah penerimaan penggunaan micro komputer dipengaruhi oleh kemanfaatan yang diharapkan oleh pengguna atau karena tekanan sosial. Tekanan sosial yang dimaksudkan seperti tekanan dari seorang supervisor kepada bawahannya untuk menggunakan TI. Temuan studi Iqbaria (1994) membuktikan bahwa TI digunakan bukan mutlak karena adanya tekanan sosial, sehingga dapat disimpulkan penerimaan penggunaan TI tersebut dipengaruhi oleh kemanfaatan penggunaan TI. Sri Astuti (2001) menemukan bahwa diversitas kemanfaatan TI berpengaruh signifikan pada kepuasan pengguna. Handayani (2001) menemukan kemanfaatan tidak berhubungan dengan lamanya penggunaan komputer, sehingga dapat disimpulkan bahwa kemanfaatan merupakan variabel yang independen terhadap penggunaan TI.

c. Sikap Terhadap Penggunaan (Attitude Toward Using)

Attitude toward using dalam TAM dikonsepkan sebagai sikap terhadap penggunaan sistem yang berbentuk penerimaan atau penolakan sebagai dampak bila seseorang menggunakan suatu teknologi dalam pekerjaannya.

Tompson et al., (1991) menjelaskan tentang faktor sikap (attitude) sebagai salah satu aspek yang mempengaruhi perilaku individual. Sikap seseorang terdiri atas komponen kognisi (cognitive), Afeksi (affective), dan komponen komponen yang berkaitan dengan perilaku (behavioral components). Sikap pengguna terhadap komputer dapat pula ditunjukkan dengan sikap optimistik pengguna bahwa komputer dalam hal ini e-learning sangat membantu dan

(16)

bermanfaat untuk mengatasi masalah atau pekerjaannya (Triandis, 1971) dalam Nur Indriantoro (2000)

d. Minat/ Keinginan untuk Menggunakan (Behavioural Intention to Use) Behavioral Intention to Use adalah kecenderungan perilaku untuk tetap menggunakan suatu teknologi. Tingkat penggunaan sebuah teknologi komputer pada seseorang dapat diprediksi dari sikap perhatiannya terhadap teknologi tersebut, misalnya keinginanan menambah peripheral pendukung, motivasi untuk tetap menggunakan, serta keinginan untuk memotivasi pengguna lain. Peneliti selanjutnya menyatakan bahwa sikap perhatian untuk menggunakan adalah prediksi yang baik untuk mengetahui actual usage.

Menurut Taylor dan Baker (1994) behaviour intention to use diartikan sebagai keinginan individu untuk menggunakan kembali sesuatu yang sama apabila suatu waktu memerlukan kembali. Jadi dapat didefinisikan bahwa behaviour intention to use dalam penelitian ini adalah keinginan mahasiswa untuk menggunakan e-learning apabila suatu waktu memerlukan lagi.

B. Teknologi Informasi

Teknologi informasi jika dilihat dari kata penyusunanya berasal dari teknologi dan informasi. Teknologi dapat dipandang sebagai alat yang digunakan oleh individu untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. Teknologi juga dapat diartikan sebagai sistem komputer (hardware, software, dan data) dan jasa yang mendukung pemakai (training, help lines, dan lain-lain) yang disediakan untuk membantu pemakai dalam tugas-tugasnya (Goodhue dan Thompson, 1995). Sedangkan informasi adalah hasil pemrosesan, manipulasi dan pengorganisasian/ penataan dari sekelompok data yang mempunyai nilai

(17)

pengetahuan (knowledge) bagi penggunanya. Secara sederhana teknologi informasi adalah hasil rekayasa manusia terhadap proses penyampaian informasi dari bagian pengirim ke bagian penerima sehingga pengiriman informasi tersebut akan lebih cepat, lebih luas sebaranya dan lebih lama penyimpananya (http://id.wikipedia.org).

C. E-learning

Belum adanya standard yang baku baik dalam hal definisi maupun implementasi e-learning menjadikan banyak orang mempunyai konsep yang bermacam-macam. E-learning merupakan kependekan dari electronic learning (Sohn, 2005). Salah satu definisi umum dari e-learning diberikan oleh Gilbert & Jones (2001), yaitu pengiriman materi pembelajaran melalui suatu media elektronik seperti Internet, intranet/extranet, satellite broadcast, audio/video tape, interactive TV, CD-ROM, dan komputer-based training (CBT). Definisi yang hampir sama diusulkan juga oleh the Australian National Training Authority (2003) yakni meliputi aplikasi dan proses yang menggunakan berbagai media elektronik seperti internet, audio/video tape, interactive TV and CD-ROM guna mengirimkan materi pembelajaran secara lebih fleksibel.

The ILRT of Bristol University (2005); dalam Basori (2006) mendefinisikan e-learning sebagai penggunaan teknologi elektronik untuk mengirim, mendukung, dan meningkatkan pengajaran, pembelajaran dan penilaian. Udan and Weggen (2000) menyebutkan bahwa e-learning adalah bagian dari pembelajaran jarak jauh sedangkan pembelajaran online adalah bagian dari e-learning. Di samping itu, istilah e-learning meliputi berbagai

(18)

aplikasi dan proses seperti komputer-based learning, web-based learning, virtual classroom, dll. Sementara itu pembelajaran online adalah bagian dari pembelajaran berbasis teknologi yang memanfaatkan sumber daya internet, intranet, dan extranet. Lebih khusus lagi Rosenberg (2001) mendefinisikan e- learning sebagai pemanfaatan teknologi internet untuk mendistribusikan materi pembelajaran, sehingga siswa dapat mengakses dari mana saja.

D. Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya yang dilakukan Al-Ammari dan Hamad (2007) tentang adopsi e-learning menemukan bahwa perceived ease of use dan perceived usefulness mempengaruhi behaviour intention to use e-learning, perceived ease of use mempunyai pengaruh terhadap perceived usefulness, subject norms mempunyai pengaruh terhadap perceieved ease of use dan perceived usefulness dan behaviour intention to use, content quality mempunyai pengaruh terhadap perceived usefulness, computer self efficacy mempunyai pengaruh secara langsung dan tidak langsung terhadap perceived ease of use. Penelitian yang dilakukan Jung et al (2008) tentang penerimaan teknologi e-learning menemukan bahwa perceived usefulness mempunyai pengaruh positif ke attitude toward using, perceived ease of use mempunyai pengruh positif terhadap attitude toward using dan perceived usefulness, dan attitude toward using juga berpengaruh positif terhadap behaviour intention dan juga penelitian yang dilakukan oleh Suhendra dan Meliawati (2008) yang berjudul tentang perpustakaan digital menyimpulkan bahwa perceived ease of use sangat dipengaruhi oleh ke lima variabel bebas, seperti computer self efficacy, knowledge of search domain, relevance, terminology dan screen

(19)

design. Sedangkan untuk perceived of usefullness (kesadaran akan kegunaan dari e-library) dipengaruhi oleh perceived ease of use dan relevance, sedangkan terminology dan screen design tidak mempengaruhi terhadap perceived of usefullness. Behavior intention (intensitas penggunaan e-library) akan sangat dipengaruhi oleh perceived ease of use dan perceived usefullness.

Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu yang dirangkum dalam tabel yang menggunakan Technology Acceptance Model dengan berbagai objek penelitian yang berbeda dalam kurun waktu yang realtif panjang :

(20)

Tabel II.1 Tabel Penelitian Terdahulu Temuan Peneliti Obyek Penelitian

Variabel Mempengaruhi Variabel Hu, Cau, sheng and

Tam (1999)

Telemedicine technology

Perceived usefulness

Attitude dan behaviour intention attitude Behaviour intention Verkatesh (1999) Virtual work place

sistem

Perceived ease of use

Behaviour intention and Perceived usefulness

Perceived usefulness

Behaviour intention Agarwal dan

Karahan (2000)

World wide web Perceived ease of use

Behaviour intention

Perceived usefulness

Behaviour intention Huang, D’Ambra

dan Bhalla (2002)

E-Government Perceived ease of use

Behaviour intention Hong, Thang, Wong

and Tam (2002)

E-Library Perceived ease of use

Behaviour intentio and Perceived usefulness

Perceived usefulness

Behaviour intention

computer self efficacy

Perceived ease of use

Knowledge of search domain

Perceived ease of use

Relevancy Perceived ease of use

Teminology Perceived ease of use

Screen design Perceived ease of use

Achjari (2003) World wide web Perceived compatibility

Behaviour intention and Perceived usefulness

Self efficacy Perceived ease of use

Masrom (2006) E-learning Perceived ease of use

Perceived usefulness Perceived ease of

use

Attitude

Perceived usefulness

Attitude

Perceived usefulness

Behaviour inetntion Sumber : data diolah (2009)

(21)

E. Kerangka Pemikiran

Dalam Technology Acceptance Model, persepsi kemanfaatn merujuk kepada tingkat bahwa pengguna yakin menggunakan teknologi akan meningkatkan kinerja pekerjaannya, sedangkan persepsi kemudahan penggunaan merujuk kepada bagaimana kesukaran dia menggunakan teknologi. Keduanya dianggap berbeda faktor yang mempengaruhi sikap pengguna terhadap penggunaan teknologi, meskipun persepsi kemudahan penggunaan juga dihipotesiskan mempengaruhi persepsi kegunaan dan sikap terhadap penggunaan teknologi. Akhirnya, sikap terhadap penggunaan teknologi menentukan keinginan berperilaku untuk menggunakan teknologi tersebut. Model ini merupakan penyederhanaan model TAM, mengeluarkan penggunaan sistem yang sebenarnya.

Gambar II. 2 Kerangka Penelitian

Masrom (2006)

Perceived usefulness

Perceived ease of use

Attitude toward using

Behavioural intention to use H1

H2

H3

H4

H5

(22)

F. Hipotesis`

1. Persepsi Kemudahan Penggunaan (Perceived ease of use).

Davis (1986, 1989) mendefinisikan kemudahan penggunaan (ease of use) sebagai suatu tingkatan seseorang percaya bahwa komputer dapat dengan mudah dipahami. Atas dasar definisi tersebut kemudahan penggunaan e-learning berarti kemudahan dalam memahami bila mahasiswa membuka dan menggunakan e-learning untuk memenuhi tugas perkuliahan. Masrom (2006) juga menemukan bahwa persepsi kemudahan penggunaan mempunyi pengaruh pada sikap penggunaan. Hal ini berarti kemudahan penggunaan akan teknologi e-learning tersebut akan mempengaruhi sikap penggunaan dalam bentuk penolakan ataupun penerimaan.

Hipotesa yang diuji adalah:

H1: Persepsi kemudahan penggunaan berpengaruh signifikan pada persepsi manfaat e-learning

H2 : persepsi kemudahan penggunaan berpengaruh siginifikan pada sikap terhadap penggunaan e-learning.

2. Persepsi Kemanfaatan (Perceived usefulness)

Davis (1986, 1989) dan Adam et.al., (1992) mendefinisikan kemanfaatan (usefulness) sebagai suatu tingkatan seseorang percaya bahwa penggunaan suatu teknologi tertentu akan meningkatkan prestasi kerja orang tersebut. Menurut Davis (1989); Mathieson (1991); serta Venkatesh dan Davis (2000) manfaat (perceived of usefulness) merupakan penentu yang kuat terhadap penerimaan penggunaan suatu sistem

(23)

informasi, adopsi, dan perilaku para pengguna. Venkatesh dan Morris (2000) juga menguji apakah manfaat dapat mempengaruhi tingkat perilaku dalam penggunaan sistem informasi yang lebih kuat bagi laki-laki dibandingkan perempuan. Davis et al., (1989) membukukan bahwa manfaat mempunyai hubungan yang kuat dan konsisten dengan penerimaan teknologi informasi dibandingkan dengan variabel lain seperti sikap, kepuasan, dan ukuran persepsian yang lain. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Igbaria (1990) juga menemukan hal yang sama bahwa hubungan yang positif antara perceived usefulness dengan penggunaan sistem informasi. Adam et al., (1992) dalam penelitiannya menemukan bahwa perceived usefulness adalah faktor utama yang menentukan sikap seseorang dalam penggunaan sistem.

Atas dasar teori dan hasil-hasil penelitian sebelumnya maka peneliti mengajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H3 : Persepsi kemanfaatan berpengaruh signifikan pada sikap terhadap penggunaan e-learning

H4 : Persepsi kemanfaatan berpengaruh signifikan pada minat/

keinginan untuk menggunakan e-learning

3. Sikap Terhadap Penggunaan (Attitude towarad using)

Minat terhadap penggunaan yang mana seseorang mempunyai evaluasi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan atau penilaian dari perilaku dalam bertanya (Ajzen, 1991). Dalam konteks adopsi teknologi, kunci dari minat perilaku penggunaan adalah penggunaan sistem. Oleh karena itu, minat untuk menggunakan adalah kesanggupan pengguna

(24)

mempengaruhi evaluasi dari kerugian dan keuntungan penggunaan teknologi baru. Untuk itu sesuai fakta-fakta yang signifikan (Davis et al, 1989; Mathieson, 1991; Taylor & Todd, 1995) menyarankan bahwa kepercayaan yang paling kritis yang perlu ditekankan pada individu adalah minat perilaku untuk menggunakan teknologi baru dalam tempat kerja adalah persepsi mereka tentang penggunaan teknologi.

H5 : sikap terhadap penggunaan berpengaruh signifikan pada minat/

keinginan untuk menggunakan e-learning

(25)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian confirmatory untuk menguji model yang telah diuji sebelumnya berdasarkan teori yang sudah ada untuk menjelaskan pengaruh atau hubungan antar variabel dan pengujian hipotesis terhadap suatu fenomena sosial tertentu untuk memecahkan masalah obyek penelitian yang diambil, yaitu e-learning Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

Penelitian ini menggunakan desain survei yaitu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data pokok.

B. Populasi, Sampel, dan Tehnik Pengambilan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan kelompok orang, kejadian, hal minat atau obyek yang ingin peneliti investigasi (Sekaran, 2006).

Sedangkan menurut Sugiyono (2000) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari subyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian diambil kesimpulan. Populasi dalam penelitian model penerimaan teknologi e-learning ini adalah Mahasiswa S1 Fakultas Ekonomi UNS (Angkatan 2005 sampai dengan 2008)

(26)

Tabel III.1

Rekapitulisasi Jumlah Mahasiswa Strata-1 Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Angkatan 2005 s/d 2008

Angkatan Jurusan

2005 2006 2007 2008 Jumlah

IESP 83 92 79 125 379

Manajemen 140 112 124 157 533

Akuntansi 105 103 94 122 424

Total 1336

Sumber : data bagian pendidikan FE ekonomi UNS (2009) 2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang terdiri atas sejumlah anggota yang dipilih dari populasi (Sekaran, 2003). Tujuan penggunaan sampel adalah agar mampu menarik kesimpulan yang dapat digeneralisasikan terhadap populasi penelitian. Sampel dari penelitian ini adalah mahasiswa SI Fakultas Ekonomi UNS yang terdaftar sebagai anggota, aktif dan atau pernah menggunakan fasilitas e-learning minimal dua kali. Alasan pemilihan sampel karena mereka secara umum sudah mampu beradaptasi dengan lingkungan kampus dan dipandang tidak asing dalam berinteraksi atau menggunakan teknologi e-learning.

Dalam penelitian ini menggunakan analisis SEM, sehingga untuk memenuhi persyaratan minimal dapat diolah dengan menggunakan SEM maka jumlah sampel yang direkomendasikan adalah antara 100-200 responden (Ghozali, 2005). Atau berdasarkan asumsi kecukupan sampel adalah 5 kai jumlah item pertanyaan dalam kuesioner (Hair et al., 1998). Jumlah item pertanyaan penelitian ini

(27)

adalah 15 item pertanyaan, sehingga jumlah minimal sampel penelitian ini adalah 75 responden.

3. Teknik Sampling

Pengambilan sampel (sampling) adalah proses memilih sejumlah elemen secukupnya dari populasi, sehingga penelitian terhadap sampel dan pemahaman tentang sifat atau karakteristiknya akan memungkinkan untuk menggeneralisasikan sifat atau karakteristik tersebut pada elemen populasi (Sekaran, 2003). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yaitu dilakukan dengan mengambil sampel dari populasi berdasarkan pertimbangan (judgement) tertentu atau jatah (quota) tertentu (Jogiyanto, 2004). Kriteria sampel yang diambil yaitu mahasiswa SI Fakultas Ekonomi UNS yang terdaftar sebagai anggota, aktif dan atau pernah menggunakan fasilitas e-learning minimal dua kali. Alasan pemilihan sampel karena mereka secara umum sudah mampu beradaptasi dengan lingkungan kampus dan dipandang tidak asing dalam berinteraksi atau menggunakan teknologi e-learning.

Tabel III.2

Proporsi Pengambilan Sampel Berdasarkan Jumlah Mahasiswa Tiap Jurusan dan Angkatan Tahun Masuk

Jurusan Angkatan

2005 2006 2007 2008

Jumlah

sampel

IESP 83 92 79 125 379 11

Manajemen 140 112 124 157 533 74

Akuntansi 105 103 94 122 424 22

Total 1336 107

Sumber :Data primer diolah, 2009.

(28)

C. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Instrumen penelitian yang digunakan pada model penerimaan teknologi e-learning ini mereplika penelitian dari Masrom dengan objek penelitiannya adalah e-learning disalah satu Universitas di Malaysia yang menggunakan adopsi model TAM yang dikembangkan Davis berdasarkan model TRA yang ditemukan oleh Fishbein dan Ajzen dengan beberapa penyesuaian. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan teknologi e- learning dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Variabel Independen (Variabel Bebas)

Variabel independen merupakan variabel yang keberadaannya tidak dipengaruhi oleh variabel lainnya (Sekaran, 2003). Variabel independen dalam penelitian ini adalah :

a Perceived Ease of Use (PEOU).

Davis (1986, 1989) mendefinisikan kemudahan penggunaan (ease of use) sebagai suatu tingkatan seseorang percaya bahwa komputer dapat dengan mudah dipahami. Atas dasar definisi tersebut kemudahan penggunaan e-learning berarti kemudahan dalam membuka, memahami isi dari fitur-fitur yang ada dalam e-learning jika sewaktu-sewaktu mahasiswa diberikan tugas yang prosesnya menggunakan e-learning.

Davis.F.D (1989) memberikan beberapa indikator kemudahan penggunaan TI antara lain meliputi :

1) Teknologi komputer yang dalam hal ini adalah e- learning sangat mudah dipelajari

(29)

2) Teknologi komputer yang dalam hal ini adalah e- learning dapat mengerjakan dengan mudah apa yang diinginkan oleh pengguna

3) Keterampilan pengguna bertambah dengan menggunakan teknologi komputer yang dalam hal ini adalah e-learning

4) Teknologi komputer yang dalam hal ini adalah e- learning sangat mudah untuk dioperasikan.

Pada variabel ini terdiri dari empat pertanyaan yang digunakan untuk mengetahui tingkat kemudahan penggunaan e- learning oleh mahasiswa. Skala nilai terdiri dari jangkauan tanggapan dari 1 = “sangat tidak setuju” ; 2 : “tidak setuju” ; 3 =

“netral” ; 4 = “setuju” ; 5 = “sangat setuju”.

2. Variabel Dependen (Variabel Terikat)

Variabel dependen merupakan variabel yang keberadaannya dipengaruhi oleh variabel lainnya (Sekaran, 2003). Variabel dependen dalam penelitian ini terdiri dari:

a. Perceived Usefulness (PU)

Davis.F.D (1989); Adam.et.al (1992) mendefinisikan kemanfaatan (usefulness) sebagai suatu tingkatan dimana seseorang percaya bahwa penggunaan suatu subyek tertentu akan dapat meningkatkan prestasi kerja orang tersebut. Berdasarkan definisi tersebut dapat diartikan bahwa kemanfaatan dari penggunaan komputer dapat meningkatkan kinerja, prestasi kerja

(30)

orang yang menggunakannya. Menurut Chin dan Todd (1995) kemanfaatan dapat dibagi kedalam dua kategori, yaitu (1) kemanfaatan dengan estimasi satu faktor, dan (2) kemanfaatan dengan estimasi dua faktor (kemanfaatan dan efektifitas). Indikator variabel persepsi kegunaan dalam penelitian ini meliputi :

1) Penggunaan e-learning mempertinggi efektifitas 2) Menjadikan pekerjaan/tugas lebih mudah

3) Meningkatkan produktifitas 4) Kemanfaatan

Pada variabel ini terdiri dari empat pertanyaan yang digunakan untuk mengetahui tingkat kemanfaatan e-learning bagi mahasiswa. Skala nilai terdiri dari jangkauan tanggapan dari 1 =

“sangat tidak setuju” ; 2 : “tidak setuju” ; 3 = “netral” ; 4 = “setuju”

; 5 = “sangat setuju”.

b. AttitudeToward Using (ATU)

Attitude toward using dalam TAM dikonsepkan sebagai sikap terhadap penggunaan sistem yang berbentuk penerimaan atau penolakan sebagai dampak bila seseorang menggunakan suatu teknologi dalam pekerjaannya (Davis et al., 1989). Peneliti lain menyatakan bahwa faktor sikap (attitude) sebagai salah satu aspek yang mempengaruhi perilaku individual. Sikap seseorang terdiri atas unsur kognitif/ cara pandang (cognitive), afektif (affective), dan komponen-komponen yang berkaitan dengan perilaku (behavioral components)

(31)

Pada variabel ini terdiri dari empat pertanyaan yang digunakan untuk mengetahui sikap mahasiswa terhadap teknologi e- learning. Skala nilai terdiri dari jangkauan tanggapan dari 1 =

“sangat tidak setuju” ; 2 : “tidak setuju” ; 3 = “netral” ; 4 = “setuju” ; 5 = “sangat setuju”.

c. Behaviour Intention to Use (BITU)

Behavioral intention to use adalah kecenderungan perilaku untuk tetap menggunakan suatu teknologi. Tingkat penggunaan sebuah teknologi komputer pada seseorang dapat diprediksi dari sikap perhatiannya terhadap teknologi tersebut, misalnya keinginanan menambah peripheral pendukung, motivasi untuk tetap menggunakan, serta keinginan untuk memotivasi pengguna lain.

Peneliti selanjutnya menyatakan bahwa sikap perhatian untuk menggunakan adalah prediksi yang baik untuk mengetahui actual usage.

Pada variabel ini terdiri dari tiga pertanyaan yang digunakan untuk mengetahui tingkat kecenderungan perilaku untuk tetap menggunakan teknologi e-learning oleh mahasiswa. Skala nilai terdiri dari jangkauan tanggapan dari 1 = “sangat tidak setuju” ; 2 :

“tidak setuju” ; 3 = “netral” ; 4 = “setuju” ; 5 = “sangat setuju”.

(32)

D. SUMBER DATA 1. Data Primer

Data primer mengacu pada informasi yang diperoleh dari tangan pertama oleh peneliti yang berkaitan dengan variabel minat untuk tujuan spesifik studi (Sekaran, 2000). Data primer adalah informasi yang diperoleh secara langsung atas obyek penelitian yang bersangkutan atau melalui sumber yang menguasainya. Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui kuesioner dan wawancara kepada mahasiswa SI Fakultas Ekonomi UNS yang terdaftar sebagai anggota, aktif dan atau pernah menggunakan fasilitas e-learning minimal dua kali.

2. Data Sekunder

Data dari sumber-sumber yang berhubungan dengan obyek penelitian. Dapat berupa hasil penelitian terdahulu, data publikasi dari pihak perusahaan yang relevan dengan penelitian ini.

E. TEKNIK PENGAMBILAN DATA

Teknik pengambilan data yang dilakukan yaitu:

1. Kuesioner.

Kuesioner yaitu serangkaian pertanyaan tertulis yang diformulasikan lebih dahulu sehingga responden dapat mencatatkan jawaban-jawabannya (Sekaran, 2003). Setiap tanggapan atas pertanyaan dalam kuesioner memiliki nilai sendiri dimana nanti digunakan untuk menganalisis data. Kuesioer dibuat berdasarkan referensi penelitian yang berhubungan disertai pengembangan yang

(33)

diperlukan. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan 5 skala likert mulai dari sangat setuju sampai dengan sangat tidak setuju mengenai perceived ease of use, perceived usefulness, attitude toward using dan behaviour intention to use.

Dalam hal ini, responden tidak dapat memberikan jawaban di luar alternatif jawaban yang telah disediakan.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai isu yang diteliti. Wawancara dilakukan dengan mahasiswa SI Fakultas Ekonomi UNS yang terdaftar sebagai anggota, aktif dan atau pernah menggunakan fasilitas e-learning minimal dua kali.

3. Studi Pustaka.

Studi pustaka adalah metode pengumpulan data dengan menggunakan berbagai literatur yang berhubungan dengan judul penelitian dan literatur-literatur tersebut berasal dari buku-buku, catatan-catatan maupun referensi penelitian yang relevan digunakan dalam penelitian ini.

F. TEKNIS ANALISIS.

1. Analisa Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generaliasasi (Sugiyono, 2001) Di dalam penelitian ini analisis deskriptif digunakan

(34)

untuk menganalisis profil responden dan tanggapan responden terhadap setiap setiap item pertanyaan yang diajukan untuk mendukung penelitian ini.

2. Analisis Kuantitatif.

Instrumen yang baik adalah instrumen yang memenuhi syarat validitas dan reliabilitas :

a Uji Validitas

Validitas menunjukkan seberapa jauh suatu tes atau satu set dari operasi-operasi mengukur apa yang seharusnya diukur (Jogiyanto, 2007). Validitas memungkinkan hasil pengukuran yang diperoleh dengan kuesioner dapat menjelaskan masalah penelitian sesuai dengan konsepnya (Sekaran, 2003).

Untuk memperoleh validitas kuesioner, usaha dititikberatkan pada pencapaian validitas isi. Validitas tersebut menunjukkan sejauh mana perbedaan yang diperoleh dengan instrumen pengukuran merefleksikan perbedaan sesungguhnya pada responden yang diteliti.

Dalam penelitian ini akan digunakan uji validitas dengan confirmatory factor analysis (CFA) menggunakan software SPSS 11.5 for Windows.

Confirmatory factor analysis (CFA) perlu dilakukan terhadap model pengukuran karena syarat untuk dapat menganalisis model dengan SEM, indikator masing-masing konstruk harus memiliki loading factor yang signifikan terhadap konstruk yang diukur. Menurut Hair et al., (1998) factor loading lebih besar ± 0,30

(35)

dianggap memenuhi level minimal, factor loading ± 0,40 dianggap lebih baik dan sesuai dengan rules of thumb yang dipakai para peneliti, dan faktor loading ≥ 0,50 dianggap signifikan. Pedoman ini dapat diaplikasikan jika ukuran sampel adalah 100 atau lebih.

Asumsi yang mendasari dilakukannya analisis faktor adalah data matrik harus memiliki korelasi yang cukup (sufficient correlation). Interkorelasi antar variabel akan dideteksi dengan Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Eduquacy (KMO MSA).

Untuk dapat dilanjutkan kepada uji validitas, nilai KMO harus > 0,5 (Ghozali, 2005).

Dalam confirmatory factor analysis (CFA) kita juga harus melihat pada output dari rotated component matrix yang harus terekstrak secara sempurna. Jika masing-masing item pertanyaan belum terekstrak secara sempurna, maka proses pengujian validitas dengan factor analysis harus diulang dengan cara menghilangkan item pertanyaan yang memiliki nilai ganda. Indikator masing-masing konstruk yang memiliki loading factor yang signifikan membuktikan bahwa indikator tersebut merupakan satu kesatuan alat ukur yang mengukur konstruk yang sama dan dapat memprediksi dengan baik konstruk yang seharusnya diprediksi (Hair et al., 1998).

b Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih. Reliabilitas suatu

(36)

pengukuran mencerminkan apakah suatu pengukuran dapat terbebas dari kesalahan (error), sehingga memberikan hasil pengukuran yang konsisten pada kondisi yang berbeda dan pada masing-masing butir dalam instrumen (Sekaran, 2003). Teknik pengujian yang digunakan adalah teknik cronbach’s alpha. Taraf signifikansi yang digunakan adalah 5%. Untuk mengukur reliabilitas dari instrumen penelitian ini dilakukan dengan item-to-total correlation dan cronbach’s alpha dengan bantuan program komputer SPSS 11.5.

Menurut Sekaran (2003), suatu pertanyaan dikatakan reliabel bila koefisien alpha semakin mendekati 0,8. Nilai cronbach’s alpha antara 0,80 – 1,0 dikategorikan reliabilitas baik, nilai 0,60 – 0,79 dikategorikan reliabilitasnya dapat diterima, dan nilai ≤ 0,60 dikategorikan reliabilitasnya buruk (Sekaran, 2003).

c Uji Asumsi Model 1) Normalitas Data

Asumsi yang paling fundamental dalam analisis multivariate adalah normalitas, yang merupakan bentuk suatu distribusi data pada suatu variabel matrik tunggal dalam menghasilkan distribusi normal (Hair et al., dalam Ghozali dan Fuad, 2005). Normalitas dibagi menjadi dua, yaitu univariate normality dan multivariate normality. Apabila asumsi normalitas tidak dipenuhi dan penyimpangan normalitas tersebut besar, maka akan mengakibatkan hasil uji statistik yang bias.

(37)

Untuk menguji asumsi normalitas, maka dapat digunakan nilai statistik z untuk skewness dan kurtosis-nya. Nilai z skewness dapat dihitung sebagai berikut:

N skewness Zskewness

6

=

dimana N merupakan ukuran sampel. Nilai statistik z untuk kurtosisnya dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini:

N kurtosis Zkurtosis

24

=

jika nilai z, baik z kurtosis dan atau z skewness adalah signifikan (kurang dari 0,05 pada tingkat signifikansi 5%), maka dapat dikatakan bahwa distribusi data tidak normal. Sebaliknya, jika nilai z, baik z kurtosis dan atau z skewness tidak signifikan (lebih dari 0,05 pada tingkat signifikansi 5%), maka dapat dikatakan bahwa distribusi data normal.

Disamping itu Curran et al., (dalam Ghozali dan Fuad, 2005) membagi distribusi data menjadi tiga bagian:

Tabel III.3

Distribusi data Curan et al

Keterangan C.R. Skewnes C.R. Kurtosis

Normal < 2 < 7

Moderately non-normal 2 - 3 7- 21

Exstremely non-normal > 3 > 21 Sumber: Ghozali dan Fuad, 2005

(38)

Dalam penelitian ini uji normalitas dihitung dengan bantuan program komputer AMOS 16.0.

2) Evaluasi Outliers

Outliers adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi- observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim, baik dalam suatu variabel tunggal (univariate outlier) maupun dalam kombinasi beberapa variabel (multivariate outlier) (Hair et al., dalam Ferdinand, 2002). Uji terhadap outliers dilakukan dengan menggunakan kriteria jarak mahalanobis (mahalanobis distance) pada tingkat p<0,001 (Ghozali, 2005). Jarak mahalanobis ini dievaluasi dengan menggunakan c2 pada derajat bebas sebesar jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian (Ferdinand, 2002). Evaluasi outliers ini dilakukan dengan bantuan program komputer AMOS 16.0.

3) Uji Multikolinieritas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah ditemukan adanya korelasi antar variabel independen dalam model.

Ada tidaknya multikolinearitas dapat dilihat melalui matrik korelasi antar variabel independen. Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (di atas 0,9) atau jika dalam pengujian terdapat peringatan warning, maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas (Ghozali, 2005). Pengujian

(39)

multikolinearitas dilakukan dengan bantuan program komputer AMOS 16.0.

d Uji Hipotesis

Metode analisis untuk pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Structural Equation Modelling (SEM). SEM merupakan teknik multivariat yang mengkombinasikan aspek regresi berganda dan analisis faktor untuk mengestimasi serangkaian hubungan ketergantungan secara simultan (Hair et al., 1998). Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan program AMOS 16.0 untuk menganalisis hubungan kausalitas dalam model struktural yang diusulkan.

1) Evaluasi atas kriteria Goodnes- of-Fit

Dalam analisis SEM, tidak ada alat uji statistik tunggal untuk menguji hipotesis mengenai model (Hair et al., 1998).

Tetapi berbagai fit index yang digunakan untuk mengukur derajat kesesuaian antara model yang disajikan dengan data yang disajikan. Fit index yang digunakan meliputi:

a) Chi Square Statistic

Ukuran fundamental untuk mengukur overall fit adalah likelihood ratio Chi-square statistic. Tujuan analisis ini adalah mengembangkan dan menguji sebuah model yang sesuai dengan data. Chi-square ini bersifat sangat sensitif terhadap besarnya sampel yang digunakan. Nilai chi-square yang tinggi relatif terhadap degree of freedom menunjukkan

(40)

bahwa matrik kovarian atau korelasi yang diobservasi dengan yang diprediksi berbeda secara nyata dan ini menghasilkan probabilitas (p) lebih kecil dari tingkat signifikansi (α).

Sebaliknya nilai chi square yang kecil akan menghasilkan nilai probabilitas (p) yang lebih besar dari tingkat signifikansi (α), dan ini menunjukkan bahwa input matrik kovarian antara prediksi dengan observasi sesungguhnya tidak berbeda secara signifikan (Ghozali, 2005).

Tingkat signifikansi penerimaan yang direkomendasikan adalah apabila p > 0,05 (Hair et al., 1998), yang berarti matriks input yang sebenarnya dengan matriks input yang diprediksi secara statistik tidak berbeda.

b) Normed Chi-Square (CMIN/DF)

Normed Chi-Square adalah ukuran yang diperoleh dari nilai chi-square dibagi dengan degree of freedom. Indeks ini merupakan indeks kesesuaian parsimonious yang mengukur hubungan goodness of fit model dan jumlah koefisien estimasi yang diharapkan untuk mencapai tingkat kesesuaian. Nilai yang direkomendasikan untuk menerima kesesuaian model adalah CMIN/DF ≤ 2,0 atau 3,0.

c) Goodness of Fit Index (GFI)

Indeks ini mencerminkan tingkat kesesuaian model secara keseluruhan yang dihitung dari residual kuadrat dari model yang diprediksi dibandingkan data yang sebenarnya.

(41)

Indeks ini mempunyai rentang 0 (poor fit) sampai dengan 1 (perfect fit). Nilai yang lebih mendekati 1 mengindikasikan model yang diuji memiliki kesesuaian yang baik (Hair et al., 1998). Tingkat penerimaan yang direkomendasikan untuk kesesuaian yang baik adalah GFI ≥ 0,90.

d) Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI)

Indeks ini merupakan pengembangan dari goodness of fit index (GFI) yang telah disesuaikan dengan rasio dari degree of freedom model-model konstruk tunggal dengan semua indikator pengukuran konstruk. Nilai yang direkomendasikan adalah AGFI ≥ 0,90. Semakin besar nilai AGFI maka semakin baik kesesuaian yang dimiliki model.

e) Tucker Lewis Index (TLI)

TLI atau dikenal juga dengan non-normed fit index (NNFI), adalah suatu indeks kesesuaian incremental fit index yang membandingkan sebuah model yang diuji dengan null model. Nilai penerimaan yang direkomendasikan adalah nilai TLI ≥ 0,90. TLI merupakan indeks yang kurang dipengaruhi oleh ukuran sampel.

f) Comparative Fit Index (CFI)

CFI merupakan indeks kesesuaian incremental, yang juga membandingkan model yang diuji dengan null model.

Besaran indeks ini adalah dalam rentang 0 sampai 1 dan nilai yang mendekati 1 mengindikasikan model memiliki tingkat

(42)

kesesuaian yang baik. Nilai penerimaan yang direkomendasikan adalah nilai CFI ≥ 0,90. Indeks ini sangat dianjurkan untuk digunakan, karena indeks-indeks ini relatif tidak sensitif terhadap besarnya sampel dan kurang dipengaruhi pula oleh kerumitan model.

g) The Root Mean Square of Approximation (RMSEA)

RMSEA merupakan indeks yang digunakan untuk mengukur fit model menggantikan chi-square statistic dalam jumlah sampel yang besar. Nilai RMSEA ≥ 0,08 mengindikasikan indeks yang baik untuk menerima kesesuaian sebuah model.

Indeks-indeks yang digunakan untuk menguji kelayakan sebuah model dapat diringkas dalam tabel berikut ini:

Tabel III.4

Tabel Goodness-of-fit Indices Goodness-of-fit Indices Cut-off Value Chi-square (

c2) Diharapkan kecil

Significance Probability (p) ³0,05

CMIN/DF £2,00

GFI ³0,90

AGFI ³0,90

TLI ³0,90

CFI ³0,90

RMSEA £0,08

Sumber: Ferdinand (2002), Ghozali (2005)

(43)

2) Analisis Koefisien Jalur

Analisis ini dilihat dari signifikansi besaran regression weight model. Kriteria bahwa jalur yang dianalisis signifikan adalah apabila memiliki nilai C.R ³ nilai t tabel. Pedoman umum nilai t tabel dengan level signifikasi 5% adalah + 1,98 (Jogiyanto, 2004).

(44)

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini berisi gambaran umum obyek penelitian, deskripsi responden, hasil dari analisis data serta pembahasannya.

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian

1. Sejarah Singkat dan Tentang E-Learning Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret (FE UNS ) Surakarta lahir bersamaan dengan diresmikannya Universitas Sebelas Maret di Siti Hinggil Pegelaran Keraton Kasunanan Surakarta oleh presiden Republik Indonesia. Tahun 1976 (Kepres No.10 Tanggal 8 maret 1976).

Terbentuknya FE-UNS merupakan hasil dari penggabungan beberapa Fakultas Ekonomi dari berbagai perguruan tinggi swasta yang ada diwilayah Kotamadya Surakarta, yang antara lain meliputi:

a Fakultas Ekonomi Nasional Saraswati (UNNASTI) b Fakultas Ekonomi Universitas Cokroaminoto (UNCOK) c Fakultas Ekonomi Universitas Tujuh Belas Agustus (UNTAG) d Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia (UII)

Pada permulaan bersidirinya FE-UNS periode 1976-1981), penyelenggaraan proses belajar mengajar bertempat di Pagelaran Keraton Surakarta ( + 1 tahun ) selanjutnya di kamupus mesen ( sekarang dipakai sebagai kampus D-3 FE-UNS).

Selama tahun 1976-1987 FE-UNS Surakarta mempunyai 2 (dua) jurusan yaitu jurusan Ekonomi Umum (Pembangunan) dan jurusan

(45)

Ekonomi Perusahaan (Manajemen). Pada saat itu, terdapat sejumlah dosen Afiliasi yang didatangkan dari Universitas Gajah Mada (UGM) yang antara lain adalah : Dr.Sudarsono; Dr. Farid Widjaja Mansur,MA;

Dr.Bambang Riyanto; Dr.Irawan, MBA; Dr. Soetatwo; Dr.Indriyo;

Drs.Jasmari Adnan,MA; Drs.Sukamto dan Drs.Munandar.

2. Visi

Menjadi institusi pendidikan dibidang manajemen dan bisnis dalam perspektif global yang peduli terhadap perubahan lingkungan baik internal maupun eksternal

3. Misi

a Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran berorientasi ilmu manajemen dan bisnis.

b Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan ilmu manajemen yang berorientasi pada perkembangan dunia usaha.

c Menyelenggarakan pengabdian masyarakat yang menunjang penerapan dan pengembangan ilmu manajemen.

4. Tujuan

a Menghasilkan lulusan yang berkarakter kuat, berdaya saing tinggi, dan memiliki kompetensi manajerial.

b Menghasilkan lulusan yang memiliki pola pikir dan perilaku yang kreatif dan inovatif yang tanggap terhadap perubahan lingkungan c Menghasilkan penelitian yang berkualitas dan aplikatif dalam

berbagai bidang industri.

d Menghasilkan karya inovatif yang bermanfaat bagi masyarakat

(46)

e Mengembangkan jalinan kerjasama dengan stakeholder.

5. Struktur Organisasi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

Organisasi Fakultas Ekonomi terdiri dari: Senat Fakultas, Dekan dan Pembantu Dekan, Unsur Pelaksana, Dosen, Pusat-Pusat Pengembangan, Bagian Tata Usaha dan Perpustakaan seperti yang digambarkan pada Gambar IV.1.

Keterangan :

a. Dekan : memimpin pelaksanaan dan pengembangan pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian pada masyarakat, perencanaan kerja sama serta pembinaan civitas akademika.

b. Pembantu Dekan 1 : mempunyai tugas membantu dekan dalam memimpin pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, perencanaan dan kerjasama.

c. Pembantu Dekan II : mempunyai tugas membantu dekan dalam memimpin pelaksanaan kegiatan administrasi umum dan keuangan.

d. Pembantu Dekan III : mempunyai tugas membantu Dekan dalam memimpin pelaksanaan kegiatan bidang pembinaanserta kesejahteraan mahasiswa.

Gambar

Gambar II.1  Model TAM Original.
Tabel II.1 Tabel Penelitian Terdahulu  Temuan  Peneliti  Obyek Penelitian
Gambar II. 2  Kerangka Penelitian  Masrom (2006)    Perceived usefulness Perceived ease of use  Attitude  toward using  Behavioural  intention to use H1 H2 H3 H4 H5
Tabel III.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan kandugan nutrisi C.racemossa yang di budidayakan selama 45 hari di perairan semau desa Hansisi dan di lakukan uji lanjutan di Laboratorium Peternakan

Rencana Aksi Daerah Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal Provinsi yang selanjutnya disebut RAD-PPDT Provinsi, adalah dokumen perencanaan pembangunan

Tentunya, Anda masih ingat definisi lingkaran yang telah dipelajari di SMP. Agar Anda ingat kembali, berikut ini disajikan definisi lingkaran.

Sementara itu menurut Read dan Rama (2003) audit internal akan mempunyai peran penting dalam meminimalkan financial fraud dengan menggunakan sarana whistle blowing. BPKP

pencapaian tujuan organisasi dengan biaya yang efektif. Di sisi lain berdasarkan hasil wawancara di ITD maka diperoleh informasi belum ada penunjukan secara tertulis

Keempat formula ini menunjukan dengan basis yang sama, perbedaan jumlah senyawa peningkat penetrasi berpengaruh pada besarnya fluks penetrasi sediaan gel

Pembinaan narapidana adalah suatu sistem dimana didalam hal tersebut mempunyai yang saling bekerja saling berkaitan untuk mencapai suatu tujuan. Jika dilihat dari tujuan

Setelah melewati proses di Pengadilan, akhirnya Majelis Hakim memutuskan gugatan penggugat error in persona karena tergugat dari pihak koperasi berkedudukan sebagai karyawan