• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDATAAN DAN ANALISIS HARGA KONSUMEN KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2019

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENDATAAN DAN ANALISIS HARGA KONSUMEN KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2019"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PENDATAAN DAN ANALISIS HARGA KONSUMEN KABUPATEN

CIAMIS TAHUN 2019

(3)

Pendataan dan Analisis Harga Konsumen Kabupaten Ciamis Tahun 2019 ii

KATA SAMBUTAN

KEPALA DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN CIAMIS

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Segala puji ke hadirat Allah SWT atas kemampuan dan kemudahan yang diberikan sehingga penyusunan publikasi “Pendataan dan Analisis Harga Konsumen Kabupaten Ciamis Tahun 2019” dapat diterbitkan. Publikasi ini diterbitkan oleh Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Ciamis dengan kerjasama pembinaan statistik dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Ciamis.

Kabupaten Ciamis telah menetapkan Visi Pembangunan Daerah Kabupaten Ciamis Tahun 2019-2024 dengan Visi “Mantapnya Kemandirian Ekonomi, Sejahtera untuk Semua”. Visi tersebut bermakna bahwa 5 tahun ke depan perekonomian Kabupaten Ciamis dalam kondisi mantap, artinya kokoh dan kuat dalam menghadapi fluktuasi situasi perekonomian Nasional yang berdampak terhadap perekonomian daerah.

Pada setiap proses perencanaan pembangunan dan perumusan kebijakan dibutuhkan data yang aktual, akurat dan berkesinambungan. Harapannya publikasi Pendataan dan Analisis Harga Konsumen Kabupaten Ciamis Tahun 2019 ini bisa menjadi salah satu sumber data untuk kajian dan perencanaan dimaksud. Publikasi tersebut memberi gambaran tingkat perkembangan harga-harga di masyarakat/konsumen dalam bentuk angka inflasi/deflasi baik inflasi bulanan, inflasi tahun kalender maupun inflasi tahunan.

Semoga buku publikasi ini dapat bermanfaat untuk seluruh steakholder yang membutuhkan dan semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan Rahmat serta Hidayah-Nya pada kita semua.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Ciamis, Desember 2019

KEPALA DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN CIAMIS

Drs. H. DICKY ERWIN JULIADY, M.Si Nip. 196007081986031012

(4)

KATA PENGANTAR

Atas dukungan semua pihak dan kemudahan dari Allah SWT, alhamdulillah publikasi “Pendataan dan Analisis Harga Konsumen Kabupaten Ciamis Tahun 2019” dapat diterbitkan. Publikasi ini diterbitkan oleh Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Ciamis.

Publikasi memberikan gambaran tentang perkembangan harga-harga di tingkat konsumen di Kabupaten Ciamis selama rentang waktu Tahun 2019. Output hasil kegiatan berupa angka indeks harga konsumen (IHK) untuk menghitung angka inflasi/deflasi baik bulanan, tahun kalender maupun tahunan. Indikator ini dapat dijadikan landasan dalam evaluasi program pembangunan terutama dalam monitoring gejolak harga sepanjang tahun yang akan berdampak terhadap tekanan daya beli masyarakat. Juga dapat dijadikan dasar dalam mengambil langkah untuk mengamankan ketersediaan bahan pangan pokok masyarakat terutama menjelang hari raya dan libur panjang.

Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan publikasi Pendataan dan Analisis Harga Konsumen Kabupaten Ciamis Tahun 2019 kami haturkan terima kasih. Semoga bermanfaat bagi keperluan perencanaan dan pembuatan kebijakan serta evaluasi pembangunan di Kabupaten Ciamis.

Ciamis, Desember 2019

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN CIAMIS Kepala,

Nevi Hendri, S.Si,MM.

NIP. 197211301992031001

(5)

Pendataan dan Analisis Harga Konsumen Kabupaten Ciamis Tahun 2019 iv

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Sambutan ii

Kata Pengantar iii

Daftar Isi iv

Daftar Gambar vi

Daftar Tabel Vii

Daftar Lampiran viii

BAB I. PENDAHULUAN 2

1.1. Latar Belakang 2

1.2. Tujuan 5

1.3. Manfaat Penghitungan Indeks Harga Konsumen (IHK) 5

1.4. Cakupan Indeks Harga Konsumen 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 11

2.1. Landasar Teori 11

2.1.1. Teori Pembentukan Inflasi 11

2.1.2. Inflasi Permintaan (demand-pull inflation) 12 2.1.3. Inflasi Penawaran (cost-push inflation) 12

2.1.4. Ekspektasi Inflasi 13

2.2. Studi Literatur 13

2.3. Indikator Inflasi 15

2.4. Disagregasi Inflasi 20

2.5. Determinan Inflasi 20

BAB III. METODOLOGI 23

3.1. Pengumpulan Data Harga Konsumen 23

3.2. Rancangan Sampling 23

3.2.1. Pemilihan Kecamatan Sampling 23

3.2.2. Pemilihan Pasar 24

3.2.3. Pemilihan Responden 25

3.2.4. Pemilihan Jenis Barang (Komoditi) dan pengelompokan 26 Paket Komoditas

3.2.5. Pemilihan Kualitas/Merk setiap Jenis Barang/Jasa 28

3.3. Metode Pengolahan 29

3.3.1. Penyusunan Paket Komoditas dan Diagram Timbang IHK 29 3.3.2. Pengumpulan Data Harga Tahun Dasar 30

3.3.3. Penghitungan IHK Tahun Dasar 31

(6)

3.3.4. Penghitungan IHK Periode Berjalan 32

BAB IV. KONSEP DAN DEFINISI 35

BAB V. TINJAUAN INFLASI

5. TINJAUAN INFLASI TAHUN 2019 KABUPATEN CIAMIS 40 40 5.1. Indeks Harga Konsumen (IHK) dan Perkembangan Inflasi 41 Triwulan I 2019

5.2. Indeks Harga Konsumen (IHK) dan Perkembangan Inflasi

Triwulan II 2019 49

5.3. Indeks Harga Konsumen (IHK) dan Perkembangan Inflasi

Triwulan III 2019 57

5.4. Indeks Harga Konsumen (IHK) dan Perkembangan Inflasi

Triwulan IV 2019 65

BAB VI. PENUTUP 75

6.1. Kesimpulan 75

6.2. Saran dan Rekomendasi 76

Daftar Pustaka 79

(7)

Pendataan dan Analisis Harga Konsumen Kabupaten Ciamis Tahun 2019 vi

DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar 5.1.1 Perkembangan Inflasi Triwulan I 2019 Kab. Ciamis dan Beberapa

Kota

43

Gambar 5.1.2. Perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) Ciamis Triwulan I 2019 dan beberapa kota

44

Gambar 5.1.3. Andil Inflasi/Deflasi Barang dan Jasa Januari 2019 (persen) 46 Gambar 5.1.4. Andil Inflasi/Deflasi Barang dan Jasa Pebruari 2019 (persen) 47 Gambar 5.1.5. Andil Inflasi/Deflasi Barang dan Jasa Maret 2019 (persen) 48 Gambar 5.2.1 Perkembangan Inflasi Triwulan II 2019 Kab. Ciamis dan

Beberapa Kota

51

Gambar 5.2.2. Perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) Ciamis Triwulan II 2019 dan beberapa kota

52

Gambar 5.2.3. Andil Inflasi/Deflasi Barang dan Jasa April 2019 (persen) 54 Gambar 5.2.4. Andil Inflasi/Deflasi Barang dan Jasa Mei 2019 (persen) 55 Gambar 5.2.5. Andil Inflasi/Deflasi Barang dan Jasa Juni 2019 (persen) 56 Gambar 5.3.1 Perkembangan Inflasi Triwulan III 2019 Kab. Ciamis dan

Beberapa Kota

59

Gambar 5.3.2. Perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) Ciamis Triwulan III 2019 dan beberapa kota

60

Gambar 5.3.3. Andil Inflasi/Deflasi Barang dan Jasa Juli 2019 (persen) 62 Gambar 5.3.4. Andil Inflasi/Deflasi Barang dan Jasa Agustus 2019 (persen) 63 Gambar 5.3.5. Andil Inflasi/Deflasi Barang dan Jasa September 2019 (persen) 64 Gambar 5.4.1 Perkembangan Inflasi Triwulan IV 2019 Kab. Ciamis dan

Beberapa Kota

67

Gambar 5.4.2. Perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) Ciamis Triwulan IV 2019 dan beberapa kota

68

Gambar 5.4.3. Andil Inflasi/Deflasi Barang dan Jasa Oktober 2019 (persen) 70 Gambar 5.4.4. Andil Inflasi/Deflasi Barang dan Jasa November 2019 (persen) 71 Gambar 5.4.5. Andil Inflasi/Deflasi Barang dan Jasa Desember 2019 (persen) 72

(8)

DAFTAR TABEL

Hal Tabel 5.1.1. Perbandingan IHK Kota Tasikmalaya dan Kabupaten Ciamis

Triwulan I (Bln. Januari-Maret) Tahun 2019.

41

Tabel 5.1.2. Inflasi Tahun Kalender (Mtd) dan Inflasi Tahunan (YoY)

Kabupaten Ciamis Triwulan I (Bln. Januari-Maret) Tahun 2019 42 Tabel 5.1.3. Laju Inflasi Kabupaten Ciamis Triwulan I Tahun 2019 Menurut

Kelompok Pengeluaran (IHK 2012=100) 45

Tabel 5.2.1. Perbandingan IHK Kota Tasikmalaya dan Kabupaten Ciamis

Triwulan II (Bln. April-Juni) Tahun 2019. 49 Tabel 5.2.2. Inflasi Tahun Kalender (Mtd) dan Inflasi Tahunan (YoY)

Kabupaten Ciamis Triwulan II (Bln. April-Juni) Tahun 2019 50 Tabel 5.2.3. Laju Inflasi Kabupaten Ciamis Triwulan II Tahun 2019 Menurut

Kelompok Pengeluaran (IHK 2012=100)

53

Tabel 5.3.1. Perbandingan IHK Kota Tasikmalaya dan Kabupaten Ciamis

Triwulan III (Bln. Juli-September) Tahun 2019. 57 Tabel 5.3.2. Inflasi Tahun Kalender (Mtd) dan Inflasi Tahunan (YoY)

Kabupaten Ciamis Triwulan III (Juli-September) Tahun 2019 58 Tabel 5.3.3. Laju Inflasi Kabupaten Ciamis Triwulan III Tahun 2019 Menurut

Kelompok Pengeluaran (IHK 2012=100)

61

Tabel 5.4.1. Perbandingan IHK Kota Tasikmalaya dan Kabupaten Ciamis

Triwulan IV (Bln. Oktober-Desember) Tahun 2019. 65 Tabel 5.4.2. Inflasi Tahun Kalender (Mtd) dan Inflasi Tahunan (YoY)

Kabupaten Ciamis Triwulan IV (Oktober-Desember) Tahun 2019 66

Tabel 5.4.3. Laju Inflasi Kabupaten Ciamis Triwulan IV Tahun 2019 Menurut

Kelompok Pengeluaran (IHK 2012=100) 69

(9)

Pendataan dan Analisis Harga Konsumen Kabupaten Ciamis Tahun 2019 viii

DAFTAR LAMPIRAN

Hal Tabel 1.1. Indeks Harga Konsumen Bulanan (2007=100) Kabupaten Ciamis

Tahun 2019 81

Tabel 1.2. Sumbangan/Andil Kelompok Pengeluaran Terhadap Inflasi

Kabupaten Ciamis Tahun 2019 86

Tabel 1.3. Laju Inflasi Bulanan Kabupaten Ciamis Tahun 2019 90 Tabel 1.4. Laju Inflasi Tahun Kalender Kabupaten Ciamis Tahun 2019 94 Tabel 1.5. Laju Inflasi Year on Year Kabupaten Ciamis Tahun 2019 97

(10)
(11)

Pendataan dan Analisis Harga Konsumen Kabupaten Ciamis Tahun 2019 2

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ginanjar Kartasasmita (1994) memberikan pengertian yang lebih sederhana dari pembangunan, yaitu sebagai “suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana”. Artinya pembangunan merupakan serangkaian usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, pemerataan pendapatan dan kesempatan kerja bagi semua lapisan masyarakat agar kondisinya lebih baik dari waktu ke waktu.

Merujuk konsepsi di atas, berdasarkan hasil kajian serta analisis mendalam terhadap kondisi objektif dan potensi yang dimiliki dengan mempertimbangkan kesinambungan pembangunan sesuai dengan tahapan pembangunan jangka panjang daerah, maka visi Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Ciamis Tahun 2019-2024 adalah sebagai berikut:

“Mantapnya Kemandirian Ekonomi, Sejahtera untuk Semua”

Makna penyataan visi tersebut yaitu bahwa 5 tahun ke depan perekonomian Kabupaten Ciamis dalam kondisi mantap, artinya kokoh dan kuat dalam menghadapi fluktuasi situasi perekonomian Nasional yang berdampak terhadap perekonomian daerah. Dilakukan dengan mengenjot produk unggulan Ciamis. Kegiatan ekonomi masyarakat diupayakan dapat memenuhi kebutuhan sendiri, juga dapat memenuhi kebutuhan Regional dan Nasional bahkan Internasional.

(12)

Misi pembangunan Kabupaten Ciamis, yakni meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia, meningkatkan ketersediaan infrastruktur yang mendukung pengembangan wilayah, mengembangkan perekonomian yang berbasis ekonomi kerakyatan, potensi unggulan lokal dan pemberdayaan masyarakat, meningkatkan kualitas dan daya dukung lingkungan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan, meningkatkan tata kelola pemerintahan yang efektif dan efisien, dan juga memperkuat otonomi desa dalam rangka mewujudkan kemandirian masyarakat desa. Visi Kabupaten Ciamis Tahun 2019-2024 telah disinergikan dengan Visi RPJPD Kabupaten Ciamis Tahun 2005–

2025, yaitu Dengan Iman dan Taqwa, Ciamis menjadi Kabupaten yang Maju, Mandiri dan Sejahtera.

Sementara prioritas pembangunan 5 tahun ke depan, dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Meningkatkan daya saing sumber daya manusia.

2. Terwujudnya infrastruktur daerah yang mendukung perkembangan wilayah.

3. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi inklusif dan berdaya saing.

4. Terpelihara kelestarian dan fungsi lingkungan hidup dan Sumber Daya Alam sebagai penyangga kehidupan.

5. Terwujudnya peningkatkan kualitas pelayanan publik.

6. Mewujudkan desa yang maju, mandiri dan sejahtera.

Hal yang sangat diharapkan masyarakat dalam mewujudkan perekonomian masyarakat yang tangguh adalah terwujudnya stabilitas harga-harga dan terkendalinya inflasi. Inflasi merupakan salah satu

(13)

Pendataan dan Analisis Harga Konsumen Kabupaten Ciamis Tahun 2019 4

indikator penting yang dapat memberikan informasi tentang dinamika perkembangan harga barang dan jasa karena terjadi perubahan pola konsumsi masyarakat.

Perubahan pola konsumsi masyarakat, antara lain disebabkan oleh beberapa faktor seperti, perubahan tingkat pendapatan masyarakat, perubahan tingkat penawaran dan permintaan barang/jasa, perubahan kualitas dan kuantitas barang/jasa, serta perubahan sikap dan perilaku konsumsi masyarakat.

Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan salah satu indikator ekonomi yang dapat memberikan informasi mengenai perkembangan harga barang/jasa yang dibayar oleh konsumen. Penghitungan IHK ditujukan untuk mengetahui perubahan harga dari sekelompok tetap (basket komoditi) barang/jasa yang pada umumnya dikonsumsi masyarakat. Perubahan IHK dari waktu ke waktu menggambarkan tingkat kenaikan (inflasi) atau tingkat penurunan (deflasi) dari barang/jasa kebutuhan rumahtangga sehari-hari. Kenaikan atau penurunan barang/jasa mempunyai kaitan yang erat sekali dengan kemampuan daya beli dari uang yang dimiliki masyarakat, terutama mereka yang berpenghasilan tetap. Tingkat perubahan IHK (inflasi/deflasi) yang terjadi, dengan sendirinya mencerminkan daya beli dari uang yang dipakai masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari- harinya. Semakin tinggi inflasi maka semakin rendah nilai uang dan semakin rendah daya belinya.

Secara umum, angka inflasi/deflasi ini mampu menggambarkan kecenderungan umum tentang perkembangan harga dan secara tidak langsung perubahan pola konsumsi penduduk. Di tingkat makro data ini

(14)

bisa dijadikan dasar dalam pengendalian pasokan komoditas tertentu agar tingkat inflasi terkendali. Pada tingkat mikro seperti rumah tangga/masyarakat dapat memanfaatkan angka inflasi untuk dasar penyesuaian pengeluaran kebutuhan sehari-hari dengan pendapatan mereka yang relatif tetap. Pada tingkat korporasi angka inflasi dapat dipakai untuk perencanaan pembelanjaan dan kontrak bisnis. Dalam lingkup yang lebih luas angka inflasi menggambarkan kondisi/stabilitas moneter dan perekonomian masyarakat.

1.2. Tujuan

Tujuan dari Kegiatan Penyusunan buku Pendataan dan Analisis Harga-harga Kabupaten Ciamis Tahun 2019 adalah memperoleh gambaran rinci bagaimana perkembangan harga-harga di tingkat konsumen di Kabupaten Ciamis selama rentang waktu sepanjang Tahun 2019. Harapannya indikator ini dapat dijadikan dasar dalam kegiatan evaluasi dan perencanaan pembangunan khususnya dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang mampu meningkatkan pendapatan masyarakat dan diimbangi tingkat perkembangan harga- harga yang terjangkau dengan inflasi/deflasi yang terkendali.

1.3. Manfaat Penghitungan Indeks Harga Konsumen (IHK) Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan salah satu indikator ekonomi penting yang dapat memberikan informasi mengenai perkembangan harga barang/jasa yang dibayar oleh konsumen.

Penghitungan IHK ditujukan untuk mengetahui perubahan harga dari sekelompok tetap (basket komoditi) barang/jasa yang pada umumnya

(15)

Pendataan dan Analisis Harga Konsumen Kabupaten Ciamis Tahun 2019 6

dikonsumsi masyarakat. Perubahan IHK dari waktu ke waktu menggambarkan tingkat kenaikan (inflasi) atau tingkat penurunan (deflasi) dari barang/jasa kebutuhan rumahtangga sehari-hari. Kenaikan atau penurunan barang/jasa mempunyai kaitan yang erat sekali dengan kemampuan daya beli dari uang yang dimiliki masyarakat, terutama mereka yang berpenghasilan tetap. Tingkat perubahan IHK (inflasi/deflasi) yang terjadi, dengan sendirinya mencerminkan daya beli dari uang yang dipakai masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari- harinya. Semakin tinggi inflasi maka semakin rendah nilai uang dan semakin rendah daya belinya. Tingkat inflasi yang berfluktuasi tinggi menggambarkan besarnya ketidakpastian nilai uang, tingkat produksi, distribusi dan arah perkembangan ekonomi sehingga dapat menimbulkan ekspektasi keliru dan manipulasi yang dapat membahayakan perekonomian secara keseluruhan. Sebaliknya inflasi yang rendah juga tidak menguntungkan perekonomian karena menggambarkan rendahnya daya beli dan permintaan masyarakat akan barang dan jasa yang pada gilirannya dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi.

Adapun data IHK dapat dimanfaatkan untuk : 1. Indeksasi upah/gaji.

2. Indikator moneter/perkembangan nilai uang.

3. Asumsi APBN.

4. Salah satu indikator bagi pemerintah untuk melihat pertumbuhan ekonomi.

5. Indeksasi nilai tambah bisnis, dan lain-lain.

(16)

Angka inflasi merupakan angka gabungan (agregat) dari perubahan harga sekelompok barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat dan dianggap mewakili seluruh barang dan jasa yang dijual pasar. Harga barang dan jasa itu sendiri sebagian besar ditentukan oleh mekanisme pasar yaitu interaksi antara penawaran dan permintaan (demand and suply), sebagian lagi ditentukan dengan kebijakan pemerintah seperti harga BBM, Tarif Dasar Listrik (TDL), tarif angkutan, harga dan lain-lain. Oleh karena itu untuk mengetahui sumber pemicu inflasi, maka perlu diketahui hal-hal sebagai berikut :

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran barang dan jasa seperti tingkat produksi, distribusi dan stock. Produksi yang berlebihan dan distribusi barang yang lancar seperti terjadi pada musim panen raya akan menyebabkan kelebihan penawaran barang di pasar (excess supply) dan harga/inflasi akan turun, demikian juga sebaliknya.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan barang dan jasa yang berkaitan dengan daya beli masyarakat adalah perilaku, selera dan jumlah konsumsi. Perilaku permintaan konsumen akan barang dan jasa juga dipengaruhi oleh faktor musim, hari raya/lebaran dan tahun ajaran baru.

3. Kebijakan fiskal pemerintah, kebijakan moneter dan kondisi perekonomian secara keseluruhan yang langsung maupun tidak langsung dapat berpengaruh terhadap harga barang dan jasa.

Mengingat begitu luasnya faktor-faktor sumber pemicu inflasi, baik yang bersifat internal yaitu kondisi pasar itu sendiri, maupun

(17)

Pendataan dan Analisis Harga Konsumen Kabupaten Ciamis Tahun 2019 8

eksternal yaitu kebijakan pemerintah dan kondisi perekonomian makro yang saling terkait, maka sulit diidentifikasi besarnya faktor tunggal penyebab inflasi. Dengan demikian akan sulit juga memprediksi secara pasti besarnya tingkat inflasi yang mungkin terjadi pada waktu yang akan datang.

1.4. Cakupan Indeks Harga Konsumen

Salah satu bahan dasar penghitungan IHK adalah Survei Biaya Hidup (SBH). SBH pertama kali dilakukan pada tahun 1977/1978 dan terakhir dilaksanakan tahun 2018. SBH 2018 bertujuan untuk menghasilkan paket komoditas dan diagram timbang terbaru dalam penghitungan IHK. Pelaksanaan SBH 2018 menggunakan sampel rumah tangga yang independen setiap triwulan selama tahun 2018. SBH 2018 dilaksanakan di 90 kota, yang terdiri dari 34 ibukota provinsi dan 56 kabupaten/kota.

Paket komoditas yang diperoleh antara 284 – 441 jenis barang/jasa dengan tahun dasar perhitungan IHK 2012 = 100, serta IHK disajikan dalam 7 kelompok dan 35 sub kelompok pengeluaran.

Dari 33 sampel kabupaten/kota, 7 kota diantaranya tersebar di Provinsi Jawa Barat yaitu Kota Bogor, Kota Sukabumi, Kota Bandung, Kota Cirebon, Kota Bekasi, Kota Tasikmalaya dan Kota Depok. Sedangkan kabupaten/kota di luar sampel Survei Biaya Hidup dapat menggunakan paket komoditas hasil SBH kota sampel dengan pendekatan kesamaan karakteristik kabupaten/kota SBH (sister city).

(18)

Setelah melalui tahapan analisis karakteristik yang menggunakan pola pengeluaran Susenas 2012 sebagai acuan analisis, diperoleh kesamaan karakteristik konsumsi masyarakat Kabupaten Ciamis dengan Kota Tasikmalaya, sehingga penghitungan IHK Kabupaten Ciamis menggunakan pola pendekatan (rujukan) Nilai Konsumsi Kota Tasikmalaya. Survei Biaya Hidup (SBH) Tahun 2018 nantinya akan dijadikan tahun dasar baru dalam penghitungan IHK menggantikan tahun dasar 2012.

(19)
(20)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk meningkat secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan) kepada barang lainnya. Inflasi dapat dianggap sebagai fenomena moneter karena terjadinya penurunan nilai unit penghitungan moneter terhadap suatu komoditas. Menurut para ekonom modern, inflasi berupa kenaikan secara menyeluruh jumlah uang yang harus dibayarkan (nilai unit penghitungan moneter) terhadap barang/komoditas dan jasa. Kebalikan dari inflasi disebut deflasi.

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Teori Pembentukan Inflasi

Mengacu pada teori ekonomi Neo-Keynesian dalam Gordon (1997) pendekatan determinan inflasi Indonesia dapat dijelaskan melalui inflasi permintaan, inflasi penawaran, dan ekspektasi inflasi.

Pendekatan model pembentukan inflasi ini dikenal juga dengan istilah Expectation-Augmented Phillips Curve. Inflasi permintaan direfleksikan sebagai pergerakan sepanjang kurva Phillips sedangkan inflasi penawaran dan ekspektasi inflasi direfleksikan sebagai pergeseran kurva Phillips sehingga mengubah trade-off antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi atau tingkat pengangguran

(21)

Pendataan dan Analisis Harga Konsumen Kabupaten Ciamis Tahun 2019 12

2.1.2. Inflasi Permintaan (demand-pull inflation)

Jenis inflasi ini biasa dikenal sebagai Phillips Curve Inflation, yaitu merupakan inflasi yang dipicu oleh interaksi permintaan dan penawaran domestik jangka panjang. Dalam hal ini kebijakan moneter merupakan salah satu determinan penting pada jenis inflasi ini melalui pengaruhnya terhadap konsumsi, produksi dan investasi. Faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi adalah perubahan gradual atau kejutan kebijakan fiskal, permintaan luar negeri, perubahan perilaku konsumen dan produsen serta tingkat dan pertumbuhan efisiensi dan produktivitas perekonomian.

2.1.3. Inflasi Penawaran (cost-push inflation)

Cost-push inflation atau juga bisa disebut supply-shock inflation merupakan inflasi penawaran yang disebabkan oleh kenaikan pada biaya produksi atau biaya pengadaan barang dan jasa. Inflasi penawaran ini mencakup supply shocks inflation yang memicu kenaikan harga penawaran barang. Faktor shocks yang memicu inflasi ini adalah kenaikan harga komoditas internasional termasuk harga minyak mentah dunia, kenaikan harga komoditas yang harganya dikontrol pemerintah, kenaikan atau penurunan harga bahan makanan akibat gangguan produksi yang disebabkan oleh gangguan iklim, perubahan harga barang impor akibat dari terjadinya perubahan nilai tukar, dan kenaikan inflasi luar negeri.

(22)

2.1.4. Ekspektasi Inflasi

Faktor ekspektasi inflasi dipengaruhi oleh perilaku masyarakat yang dapat bersikap adaptif atau forward looking. Ekspektasi inflasi merupakan determinan inflasi yang berperan penting secara subyektif dalam pembentukan harga dan upah. Jika pelaku ekonomi menilai bahwa berdasarkan pengalaman inflasi masa lalu inflasi akan tetap terjadi atau bertahan, maka pelaku ekonomi tersebut akan menaikkan harga, meskipun prospek ekonomi tidak menunjukkan sinyal akan terjadi tekanan permintaan. Secara umum dapat dikatakan bahwa espektasi inflasi pada dasarnya dibentuk oleh pandangan subyektif dari pelaku ekonomi mengenai apa yang akan terjadi ke depan. Perilaku pembentukan ekspektasi inflasi ini disebut ekspektasi inflasi adaptif, yang terbentuk dari peristiwa-peristiwa ekonomi di masa lalu yang mengakibatkan inflasi menjadi persisten.

2.2. Studi Literatur

Dengan mempelajari pengalaman 14 negara berkembang selama periode 1980-an dan 1990-an, Mohanty and Klau (2001) menemukan bahwa shock penawaran eksogen, khususnya harga makanan, merupakan penentu penting variabilitas inflasi. Harga makanan biasanya merupakan bagian yang besar dalam pembentukan Indeks Harga Konsumen (IHK) di negara berkembang. Selain itu harga makanan sangat volatile karena dipengaruhi cuaca dan restriksi perdagangan. Faktor permintaan yang didekati dengan menggunakan

(23)

Pendataan dan Analisis Harga Konsumen Kabupaten Ciamis Tahun 2019 14

memainkan peran yang besar. Namun demikian, pertumbuhan upah dan perubahan nilai tukar memiliki pengaruh terhadap volatilitas inflasi di banyak negara. Penelitian ini juga menemukan bahwa persistensi inflasi memainkan peran penting dalam menjelaskan tingkat dan variasi inflasi.

Marhastari dan Miranti (2008) dalam penelitiannya mengemukaan bahwa ekspektasi inflasi, output gap, nilai tukar Rp/USD, dan dummy Idul Fitri berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat inflasi inti pada periode 2004-2007. Sedangkan untuk menganalisis inflasi volatile food digunakan variabel ekspektasi volatile food, produksi padi Kabupaten Ciamis sebagai salah satu pemasok kebutuhan beras di Priangan Timur. Variabel ekspektasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat inflasi volatile food, sedangkan variabel produksi padi yang merupakan proxy dari komoditas beras sebagai komoditas penyumbang terbesar kelompok bahan makanan berpengaruh negatif. Hal ini berarti bahwa penurunan produksi padi akan meningkatkan inflasi volatile food.

Sementara itu Wimanda (2006) dalam studinya mengenai inflasi regional di Indonesia juga menemukan bahwa setelah krisis ekonomi tingkat volatilitas inflasi di daerah menjadi lebih tinggi. Selain itu, antara inflasi-inflasi daerah dengan inflasi nasional tidak menunjukkan adanya konvergensi sehingga pola pergerakannya seringkali berbeda dari pergerakan inflasi nasional. Hal inilah yang dapat mengakibatkan kebijakan moneter tidak secara penuh efektif dalam menekan laju inflasi di daerah.

(24)

2.3. Indikator Inflasi

Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan indikator yang umum digunakan untuk menggambarkan pergerakan harga. Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Sedangkan Indeks Harga Perdagangan Besar merupakan indikator yang menggambarkan pergerakan harga dari komoditi-komoditi yang diperdagangkan di suatu daerah.

Inflasi diukur dengan tingkat inflasi (rate of inflation) yaitu tingkat perubahan dari tingkat harga secara umum. Notasinya sebagai berikut:

Pada umumnya, pihak yang bertanggung jawab dalam pencatatan statistik perekonomian suatu negara menggunakan Consumer Price Index (CPI) dan Producer Price Index (PPI) sebagai pengukur tingkat inflasi. Namun, dalam perkembangannya metode ini memiliki sejumlah kelemahan, diantaranya adalah karena metode ini menggunakan kumpulan yang mewakili sebuah subset keseluruhan barang dan jasa yang dihasilkan oleh perekonomian, maka indeks harga tersebut tidak secara akurat merefleksikan seluruh perubahan harga yang terjadi. Selain itu, CPI dan PPI juga kurang dapat mengakomodasi jenis barang dan jasa yang baru diciptakan meskipun kelompok subset

(25)

Pendataan dan Analisis Harga Konsumen Kabupaten Ciamis Tahun 2019 16

barang dan jasa yang digunakan sebagai pengukur CPI dan PPI selalu direvisi dari waktu ke waktu.

Para ekonom cenderung menggunakan Gross Domestic Product Deflator (GDP Deflator) untuk mengukur tingkat inflasi. GDP Deflator adalah rata-rata harga seluruh barang tertimbang dengan kuantitas barang yang dibeli. Penghitungan GDP Deflator dinotasikan sebagai berikut:

Masyarakat yang menggunakan sistem barter dalam pertukaran barang dan jasa tidak akan mengalami inflasi. Gejala yang mungkin terjadi adalah perubahan relatif harga suatu barang (misalnya x) terhadap barang yang lain (misalnya y) atau Px/Py, atau menurut istilah ekonomi, terjadi perubahan term of trade (TOT) suatu kelompok barang terhadap kelompok barang yang lain. Namun, cara itu tidak efisien karena dalam barter harus ada double coincident of needs agar pertukaran barang dapat terjadi. Tanpa keberadaan uang, dibutuhkan banyak sumber daya waktu dan usaha untuk melakukan pertukaran yang saling menguntungkan. Selain itu, banyak modal yang tertanam dalam bentuk persediaan (inventory). Untuk menghindari kesulitan dan ketidakefisienan tersebut, masyarakat setuju menggunakan suatu komoditas umum sebagai media perantara pertukaran yaitu uang.

Bagi masyarakat, uang adalah alat pertukaran yang lazim.

Dengan uang, orang dapat memperdagangkan barang dan jasa, dan

(26)

tidak langsung mempertukarkannya dengan barang dan jasa yang lain.

Uang memiliki berbagai macam bentuk dan terbuat dari berbagai bahan, baik dari logam mulia maupun dari bahan yang kurang berharga seperti kertas atau logam biasa. Pada masa kini, nilai intrinsik uang biasanya jauh lebih kecil daripada nilai nominalnya, dan inilah salah satu faktor penyebab inflasi.

Pengendalian inflasi penting dilakukan karena inflasi yang tinggi dan tidak stabil memberikan dampak negatif kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat. Pertama, inflasi yang tinggi akan menyebabkan pendapatan riil masyarakat akan terus turun sehingga standar hidup dari masyarakat turun dan akhirnya menjadikan semua orang, terutama orang miskin, bertambah miskin. Kedua, inflasi yang tidak stabil akan menciptakan ketidakpastian (uncertainty) bagi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan. Pengalaman empiris menunjukkan bahwa inflasi yang tidak stabil akan menyulitkan keputusan masyarakat dalam melakukan konsumsi, investasi dan produksi, yang pada akhirnya akan menurunkan pertumbuhan ekonomi. Ketiga, tingkat inflasi domestik yang lebih tinggi dibanding dengan tingkat inflasi di negara tetangga menjadikan tingkat bunga domestik riil menjadi tidak kompetitif sehingga dapat memberikan tekanan pada nilai rupiah.

Menurut Paul A. Samuelson, berdasarkan tingkat keparahannya, inflasi dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu:

1. Moderate inflation, disebut juga “inflasi satu digit”, adalah inflasi dengan karakteristik terjadinya kenaikan harga secara lambat.

Pada umumnya, pada tingkat inflasi ini, orang masih mau

(27)

Pendataan dan Analisis Harga Konsumen Kabupaten Ciamis Tahun 2019 18

memegang uang tunai dan menyimpan kekayaannya dalam bentuk uang daripada dalam bentuk aset riil.

2. Galloping inflation, yaitu inflasi yang terjadi pada tingkatan 20%

sampai 200% per tahun. Pada tingkatan inflasi ini, orang hanya mau memegang uang seperlunya, dan cenderung menyimpan kekayaan dalam bentuk aset-aset riil. Pasar uang akan mengalami penyusutan dan dana dialokasikan melalui cara-cara selain yang berorientasi pada tingkat bunga. Orang hanya bersedia memberikan pinjaman dengan tingkat bunga yang sangat tinggi. Inflasi jenis ini mengakibatkan terjadinya gangguan serius pada perekonomian karena masyarakat cenderung menyalurkan dananya untuk berinvestasi di luar negeri daripada di dalam negeri (capital outflow).

3. Hyper inflation, yaitu inflasi dengan tingkat sangat tinggi, berkisar antara jutaan persen per tahun. Jika banyak pemerintahan masih sanggup bertahan menghadapi galloping inflation, maka tidak ada yang dapat bertahan menghadapi inflasi jenis ini. Contohnya adalah Weimar Republic di Jerman pada tahun 1920-an.

Dari segi penyebabnya, inflasi dapat digolongkan menjadi:

1. Natural inflation dan Human Error inflation. Natural inflation adalah inflasi yang terjadi karena sebab alamiah yang tidak dapat dicegah oleh manusia, sedangkan human error inflation adalah inflasi yang terjadi karena kesalahan manusia.

(28)

2. Actual/anticipated/expected inflation dan unaticipated/unex- pected inflation. Pada expected inflation, tingkat suku bunga pinjaman riil sama dengan tingkat suku bunga pinjaman nominal dikurangi inflasi. Hal ini dinotasikan:

e t t e

t

R

r   

Sedangkan pada unexpected inflation, tingkat suku bunga pinjaman nominal belum atau tidak merefleksikan kompensasi terhadap efek inflasi.

3. Demand pull dan cost pust inflation. Demand pull inflation diakibatkan oleh perubahan yang terjadi pada sisi permintaan aggregat/ Agregate Demand (AD) barang dan jasa pada suatu perekonomian, sedangkan cost push inflation terjadi karena adanya perubahan-perubahan pada sisi penawaran agregatif/

Agregate Supply (AS) barang dan jasa pada suatu perekonomian.

4. Spiralling inflation, yaitu inflasi yang diakibatkan oleh inflasi yang terjadi sebelumnya, sementara inflasi yang sebelumnya itu terjadi sebagai akibat inflasi terdahulu, demikian seterusnya.

5. Imported inflation dan domestic inflation. Imported inflation adalah inflasi yang dialami oleh suatu negara karena posisinya sebagai price taker dalam pasar perdagangan internasional.

Sedangkan domestic inflation hanya terjadi di suatu negara tanpa mempengaruhi negara-negara lain.

(29)

Pendataan dan Analisis Harga Konsumen Kabupaten Ciamis Tahun 2019 20

2.4. Disagregasi inflasi

Inflasi Inti, yaitu inflasi yang dipengaruhi oleh faktor fundamental, meliputi:

- Interaksi permintaan-penawaran

- Lingkungan eksternal: nilai tukar, harga komoditi internasional, inflasi mitra dagang

- Ekspektasi inflasi dari pedagang dan konsumen

Inflasi non Inti, yaitu inflasi yang dipengaruhi oleh selain faktor fundamental. Dalam hal ini terdiri dari :

Inflasi Volatile Food

Inflasi yang dipengaruhi shocks dalam kelompok bahan makanan seperti panen, gangguan alam, gangguan penyakit.

Inflasi Administered Prices

Inflasi yang dipengaruhi shocks berupa kebijakan harga Pemerintah, seperti harga BBM, tarif listrik, tarif angkutan, dll.

2.5. Determinan Inflasi

Inflasi timbul karena adanya tekanan dari sisi supply (cost push inflation), dari sisi permintaan (demand pull inflation), dan dari ekspektasi inflasi. Faktor-faktor terjadinya cost push inflation dapat disebabkan oleh depresiasi nilai tukar, dampak inflasi luar negeri terutama negara-negara partner dagang, peningkatan harga-harga komoditi yang diatur pemerintah (administered price), dan terjadi negative supply shocks akibat bencana alam dan terganggunya distribusi.

(30)

Faktor penyebab terjadi demand pull inflation adalah tingginya permintaan barang dan jasa relatif terhadap ketersediaannya. Dalam konteks makroekonomi, kondisi ini digambarkan oleh output riil yang melebihi output potensialnya atau permintaan total (agregate demand) lebih besar dari pada kapasitas perekonomian.

Sementara itu, faktor ekspektasi inflasi dipengaruhi oleh perilaku masyarakat dan pelaku ekonomi apakah lebih cenderung bersifat adaptif atau forward looking. Hal ini tercermin dari perilaku pembentukan harga di tingkat produsen dan pedagang terutama pada saat menjelang hari-hari besar keagamaan (lebaran, natal, dan tahun baru) dan penentuan upah minimum kabupaten/kota (UMK).

(31)
(32)

BAB 3. METODOLOGI

3.1. Pengumpulan Data Harga Konsumen

Pengumpulan data Harga Konsumen (HK) dilaksanakan di Kecamatan Ciamis dan Kecamatan Sindangkasih Kabupaten Ciamis.

Pencacahan dilaksanakan di lokasi pasar tradisional, Pasar modern, swalayan, toko, outlet dan pedagang terpilih sesuai basket komoditi yang sudah ditentukan. Pemilihan pasar di atas dianggap mewakili pasar-pasar di wilayah perkotaan. Sasaran pencacahan data harga adalah responden atau pedagang eceran terpilih. Cakupan materi pencacahan meliputi jenis barang/jasa dengan kualitas yang umumnya banyak dikonsumsi masyarakat di kecamatan bersangkutan.

3.2. Rancangan Sampling

Rancangan sampling yang digunakan dalam perhitungan IHK dimulai dari pemilihan kecamatan, pasar, responden, komoditi dan kualitas, umumnya dilakukan secara purposive, namun hasil dari penggunaan metode tersebut dapat dipertanggungjawabkan.

3.2.1. Pemilihan Kecamatan Sampel

Pada dasarnya perhitungan IHK lebih berfokus pada perkembangan/perubahan harga di wilayah perkotaan seiring dengan gejolak perekonomiannya yang cenderung lebih berkembang dari wilayah pedesaan. Transaksi suplay dan demand barang dan jasa lebih terkendali di wilayah perkotaan. Selain itu juga data pembanding pada survey harga konsumen lainnya dengan penambahan pasar kecamatan di luar Kecamatan Ciamis sebagai wilayah pantauan hanyalah sebagai

(33)

Pendataan dan Analisis Harga Konsumen Kabupaten Ciamis Tahun 2019 24

pembanding terutama untuk komoditas beras dimana nilai penimbang beras untuk penghitungan IHK 2019 diambil dari hasil survey beras di 4 pasar kecamatan sampel, meliputi: Kecamatan Banjarsari, Kecamatan Ciamis, Kecamatan Kawali dan Kecamatan Sindangkasih sebagai tempat transaksi barang/jasa terutama untuk komoditas beras. Selain itu pemilihan kecamatan-kecamatan tersebut didasarkan atas keterwakilan wilayah pengembangan Kabupaten Ciamis. Sementara itu fokus pasar pantauan yang lebih intensif yaitu Pasar Manis Kecamatan Ciamis dan Pasar Sindangkasih.

3.2.2. Pemilihan Pasar

Tempat pemantauan data harga konsumen adalah pasar tradisional, pasar swalayan dan outlet. Hal ini disebabkan karena hasil SBH2012 menyatakan bahwa sebagian masyarakat perkotaan berbelanja kebutuhan sehari-harinya di pasar tradisional, pasar swalayan dan outlet.

Beberapa kriteria pasar sebagai tempat pemantauan data IHK : a. Relatif besar dan oleh masyarakat setempat dipakai sebagai

patokan atau pembanding baik harga, komoditi dan kualitas/ merk dari pasar lainnya di kota bersangkutan.

b. Terletak di daerah kota.

c. Berbagai komoditi dapat ditemui.

d. Banyak masyarakat yang berbelanja.

e. Waktu keramaian berbelanja cukup panjang.

Pada pelaksanaan pencacahan IHK 2019 kriteria di atas digunakan sebagai pemilihan pasar tempat pemantauan data IHK.

(34)

3.2.3. Pemilihan Responden

Responden data Harga Konsumen adalah pedagang yang menjual barang/jasa kebutuhan rumah tangga secara eceran. Dalam pemantauan data harga dari jenis barang/jasa dalam paket komoditas IHK dimana sebagian besar dijumpai di pasar tradisional, responden adalah pedagang eceran yang berlokasi di pasar tradisional. Adapun komoditas barang/jasa lain yang tidak dijumpai di pasar tradisional seperti bahan bangunan, emas, alat-alat elektronik, alat-alat rumah tangga, suku cadang kendaraan, penjual kendaraan bermotor, bahan pelumas, rumah makan/warung/restoran dan lain-lain, responden yang digunakan adalah pedagang eceran di toko wilayah sekitar pasar atau di luar pasar. Selain pedagang eceran sebagian responden data Harga Konsumen, juga tempat-tempat yang memberikan pelayanan jasa seperti tempat praktek dokter, tempat pangkas rambut, salon kecantikan, rumah sakit, jasa pengiriman barang, penyedia jasa, pengelola parkir, bengkel kendaraan, penyewa/pengontrak rumah, pembantu rumah tangga, sekolah/perguruan tinggi, tempat kursus dan sebagainya.

Beberapa kriteria pemilihan pedagang sebagai responden data Harga Konsumen :

a. Berdagang pada tempat yang tetap/permanen/tidak berpindah- pindah.

b. Bermacam-macam komoditi yang diperdagangkan.

c. Diperkirakan kontinuitas pencacahan HK terjamin.

d. Mudah diwawancarai, jujur dan bersahabat.

(35)

Pendataan dan Analisis Harga Konsumen Kabupaten Ciamis Tahun 2019 26

Dalam pencatatan data Harga Konsumen, responden dipilih sebanyak 3 – 4 responden untuk setiap jenis barang/jasa.

3.2.4. Pemilihan Jenis Barang (Komoditi) dan Pengelompokan Paket Komoditas

Pemilihan jenis barang/jasa (komoditas) untuk setiap kecamatan dilakukan berdasarkan hasil SBH2012. Dalam pengolahan IHK digunakan 7 (tujuh) paket komoditas yang tetap, artinya setiap komoditas dalam paket komoditas tersebut dapat dijaga kesinambungannya baik dari segi ketersedian maupun harganya.

Jumlah seluruh komoditi yang dilakukan pemantauannya berkisar antara 284 sampai dengan 441 komoditas.

Beberapa kriteria pemilihan jenis barang/jasa dalam paket komoditas adalah :

a. Jenis barang/jasa tersebut mempunyai persentase nilai konsumen terhadap total konsumsi rumah tangga sebesar 0,02 persen.

b. Barang/jasa tersebut dikonsumsi secara luas oleh masyarakat kecamatan bersangkutan, dan

c. Harganya dapat dipantau secara terus menerus dalam jangka waktu yang relatif lama.

Adapun 7 paket komoditas tersebut meliputi : 1. Bahan Makanan

(a) Padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya (b) Daging dan hasil-hasilnya

(c) Ikan segar (d) Ikan diawetkan

(36)

(e) Telur, susu, dan hasil-hasilnya (f) Sayur-sayuran

(g) Kacang-kacangan (h) Buah-buahan (i) Bumbu-bumbuan (j) Lemak dan Minyak (k) Bahan makanan lainnya

2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau (a) Makanan Jadi

(b) Minuman yang tidak beralkohol (c) Tembakau dan minuman beralkohol 3. Perumahan

(a) Biaya tempat tinggal

(b) Bahan bakar, penerangan dan air (c) Perlengkapan Rumahtangga (d) Penyelenggaraan Rumahtangga 4. Sandang

(a) Sandang Laki-laki (b) Sandang Wanita (c) Sandang Anak-anak

(d) Barang pribadi dan sandang lain 5. Kesehatan

(a) Jasa kesehatan (b) Obat-obatan (c) Perawatan jasmani

(d) Perawatan jasmani dan kosmetik

(37)

Pendataan dan Analisis Harga Konsumen Kabupaten Ciamis Tahun 2019 28

6. Pendidikan, rekreasi dan olah raga (a) Pendidikan

(b) Kursus-kursus/pelatihan

(c) Perlengkapan/peralatan pendidikan (d) Rekreasi

(e) Olah raga

7. Transport dan Komunikasi (a) Transport

(b) Komunikasi dan pengiriman (c) Sarana dan Penunjang transport (d) Jasa Keuangan

3.2.5. Pemilihan Kualitas/Merk Setiap Jenis Barang/Jasa

Kualitas/merk dari suatu barang/jasa yang akan diamati harganya setiap saat, sebaiknya kualitas/merk yang banyak digemari oleh masyarakat setempat atau banyak dikonsumsi oleh masyarakat kecamatan bersangkutan, sehingga kualitas/merk komoditi tersebut menjadi pilihan. Selain itu juga ketersediaan dari kualitas dan merek tersebut dapat terjaga kesinambungannya.

Dalam penghitungan IHK ada beberapa jenis barang/jasa yang kualitas/merk-nya ditentukan atau dipilih berdasarkan hasil survey.

Jenis barang dimaksud adalah beras, kualitas/merk ditentukan dengan survey volume penjualan eceran beras, sewa/kontrak rumah dengan survey sewa dan kontrak rumah, upah pembantu rumah tangga dengan survei pembantu rumah tangga serta uang sekolah dengan survei uang sekolah.

(38)

3.3. Metode Pengolahan

Penghitungan Indeks Harga Konsumen (IHK) menggunakan metode sebagai berikut:

3.3.1. Penyusunan Paket Komoditas dan Diagram Timbang IHK 1. Dari hasil Survei Biaya Hidup (SBH) terakhir Tahun 2012 Kota

Tasikmalaya telah disusun diagram timbang, paket komoditas dan rata-rata harga per jenis barang/jasa periode Januari-Desember 2012.

2. Seluruh jenis barang/jasa yang termasuk dalam paket komoditas hasil SBH 2012 Kota Tasikmalaya diteliti kembali untuk melihat apakah barang/jasa tersebut juga dikonsumsi oleh masyarakat Kabupaten Ciamis pada Januari – Desember 2012.

3. Apabila terdapat jenis barang/jasa yang masuk dalam paket komoditas IHK Kota Tasikmalaya namun tidak dikonsumsi oleh masyarakat Kabupaten Ciamis maka dilakukan penyesuaian atau modifikasi dengan cara :

a) Diganti langsung dengan barang subtitusinya.

b) Apabila subtitusinya juga tidak ada karena barang tersebut tidak dikonsumsi di Kabupaten Ciamis, maka jenis barang tersebut tidak perlu dimasukan dalam paket komoditas.

4. Selanjutnya Akan diperoleh paket komoditas IHK sekitar 299-395 jenis barang/jasa untuk Kabupaten Ciamis. Tahap berikutnya adalah melakukan penelitian lapangan untuk memperoleh kualitas barang/jasa yang diwakili oleh sebanyak 1-3 kualitas untuk setiap jenis barang/jasa.

5. Menghitung rata-rata harga per jenis barang/jasa untuk tahun dasar

(39)

Pendataan dan Analisis Harga Konsumen Kabupaten Ciamis Tahun 2019 30

6. Menghitung Diagram Timbang pada Tahun Dasar 2012.

Poi Qoi = Nilai konsumsi barang/jasa ke-i di Kab. Ciamis periode Jan-Des 2012

Poi = Harga rata-rata barang/jasa ke-i di Kab. Ciamis pada periode Jan-Des 2012

Poi = Harga rata-rata barang/jasa ke-i periode Jan-Des 2012 Kota Tasikmalaya

Poi Qoi = Nilai Konsumsi barang/jasa ke-i Kota Tasikmalaya periode Jan-Des 2012

Perbandingan antara Poi dan Poi biasa disebut dengan faktor koreksi harga (FKH).

3.3.2. Pengumpulan Data Harga Tahun Dasar

Untuk menyusun diagram timbang dan paket komoditas IHK, diperlukan data harga/tarif sekitar 448 komoditas jenis barang/jasa yang tercakup dalam paket komoditas IHK. Data harga tersebut diperoleh dengan cara :

1. Mengumpulkan data harga pencacahan dengan daftar isian Harga Konsumen yang sesuai.

2. Untuk komoditas yang belum termasuk daftar isian, tetapi terpilih dalam paket komoditas IHK, maka harga komoditas tersebut di observasi di lokasi pasar terpilih dengan menggunakan daftar isian Harga Konsumen Tambahan.

(40)

3.3.3. Penghitungan IHK Tahun Dasar

Penghitungan Paket komoditas dan penimbang SBH2012 sekaligus dijadikan bahan rujukan tahun dasar dimana rujukan tahun dasar sebelumnya menggunakan hasil SBH2002. Selanjutnya dilakukan penghitungan Indeks Harga Konsumen (IHK) Tahun 2019 mulai Januari sampai dengan Desember 2019 menggunakan Tahun Dasar 2012=100.

Faktor-faktor yang dijadikan pertimbangan Tahun 2012 (2012=100) sebagai Tahun dasar adalah :

1. Perubahan pola konsumsi masyarakat yang dicerminkan oleh perubahan diagram timbang/bobot barang dan jasa

2. Penambahan cakupan kota yang merupakan sentra-sentra ekonomi baru akibat pemekaran wilayah dan otonomi daerah.

3. Semakin banyaknya jenis dan ragam barang/produksi baru masuk ke pasar, terutama barang tahan lama (durable goods), jasa telekomunikasi dan jasa keuangan yang dikonsumsi masyarakat.

4. Kecenderungan masyarakat urban untuk berbelanja di pasar modern seperti hypermarket, supermarket dan mini market/outlet yang tersebar di kota-kota besar.

5. Mengurangi Indeks bias dengan cara memperbaiki penghitungan indeks pada tingkat rata-rata harga terutama pada komoditas- komoditas yang harganya cepat berubah.

Setelah paket komoditas dan diagram timbang IHK dengan tahun dasar Januari-Desember 2012 tersusun, maka dapat dilakukan penghitungan IHK Tahun Dasar, dengan menggunakan rumus

(41)

Pendataan dan Analisis Harga Konsumen Kabupaten Ciamis Tahun 2019 32

IHK pada bulan ke-m (m : bulan Januari 2012, Februari 2012,… Des 2012)

Harga Komoditas i pada bulan ke-m

= Harga rata-rata komoditas i pada periode tahun dasar (Januari-Desember 2012)

Nilai konsumsi komoditas i pada tahun dasar, atau NK’oi Banyaknya komoditas yang termasuk dalam sub

kelompok/kelompok/total.

3.3.4. Penghitungan IHK Periode Berjalan

Setelah dilakukan penghitungan IHK tahun dasar, maka dapat dihitung IHK pada tahun berjalan dengan rumus berikut :

100

1 1

) 1 ( ) 1

(

 

k

i

oi oi k

i

oi i n i n

ni

n

Q P

Q P P

P

I

(42)

IHK pada bulan ke-n (n : bulan Januari 2019, Februari 2019, …, …, …)

Harga Komoditas I pada bulan ke-n

( ) = Harga komoditas I pada bulan ke (n-1)

( ) Nilai konsumsi I pada bulan ke (n-1), atau biasa disebut NK (n-1)

= Nilai konsumsi komoditas I pada tahun dasar, atau biasa disebut NK’oi

Banyaknya komoditas yang termasuk dalam sub kelompok/kelompok/total.

(43)
(44)

BAB 4. KONSEP DAN DEFINISI

Berdasarkan Laju inflasi yang dihitung dengan menggunakan indeks harga konsumen, inflasi dapat digolongkan sebagai berikut :

1. Inflasi Ringan (di bawah 10 persen per tahun)

Inflasi ringan atau inflasi merayap (creeping inflation) adalah inflasi kurang dari 10 persen per tahun. Pada masa ini inflasi masih wajar dan belum mengganggu perekonomian secara menyeluruh, bahkan inflasi tahap ini diyakini mendorong peningkatan pendapatan nasional.

2. Inflasi Sedang (antara 10 persen-30 persen per tahun )

Inflasi pada tingkat ini sudah mengganggu perekonomian masyarakat sebab dengan inflasi yang sebesar itu dapat menurunkan daya beli masyarakat, dan akhirnya akan mengganggu proses investasi dan produksi.

3. Inflasi Berat (antara 30 persen-100 persen per tahun)

Inflasi berat akan mengakibatkan kenaikan harga yang tidak terkendali sehingga kepercayaan masyarakat terhadap uang akan melemah dan masyarakat lebih senang memiliki barang daripada uang.

4. Inflasi Sangat Berat/hyperinflasi (di atas 100 persen per tahun) Inflasi berat atau hiperinflasi merupakan inflasi yang sulit dikendalikan oleh kebijakan pemerintah, baik kebijakan moneter maupun kebijakan fiskal. Dalam kondisi yang seperti ini perekonomian dapat dikategorikan kacau, sebab tabungan masyarakat menipis, masyarakat lebih memilih barang daripada

(45)

Pendataan dan Analisis Harga Konsumen Kabupaten Ciamis Tahun 2019 36

5. Inflasi IHK atau inflasi umum (headline inflation) adalah inflasi seluruh barang/jasa yang dimonitor harganya secara periodik.

Inflasi umum merupakan komposit dari inflasi inti, inflasi administered prices, dan inflasi volatile goods.

Contoh : IHK Umum bulan Juni 2019 sebesar 136,93 sedangkan IHK Umum bulan Mei 2019 sebesar 136,07, maka besarnya angka inflasi IHK Umum bulan Juni 2019 adalah [(136,93-136,07)/136,07] x 100 persen = 0,63 persen

6. Inflasi inti (core inflation) adalah inflasi barang/jasa yang perkembangan harganya dipengaruhi oleh perkembang-an ekonomi secara umum, seperti ekspektasi inflasi, nilai tukar, dan keseimbangan permintaan dan penawaran, yang sifatnya cenderung permanen, persisten dan bersifat umum. Contoh komoditasnya antara lain kontrak rumah, upah buruh, mie, susu, mobil, sepeda motor, dsb, dengan bobot sebesar 58,78 persen Contoh : IHK Komponen inti (core) bulan Mei 2019 sebesar

150,59 sedangkan IHK Komponen inti (core) bulan April 2019 sebesar 149,46 maka besarnya angka inflasi IHK Komponen inti (core) bulan Mei 2019 adalah [(150,59-149,46)/149,46] x 100 = 0,76 persen.

7. Inflasi administered prices adalah inflasi barang/jasa yang perkembangan harganya secara umum dapat diatur pemerintah.

Jumlah komoditasnya sebanyak 19 (2,55 persen ) antara lain bensin, tarif listrik, rokok dsb, dengan bobot 23,39 persen.

(46)

Contoh : IHK Komponen administered prices bulan Mei 2019 sebesar 197,09 sedangkan IHK Komponen administered prices bulan April 2019 sebesar 191,64, maka besarnya angka inflasi IHK Komponen administered prices Mei 2019 adalah [(197,09- 191,64)/191,64] x 100 persen = 2,84 persen

8. Inflasi Volatile goods adalah inflasi barang/jasa yang perkembangan harganya sangat bergejolak. Berdasarkan tahun dasar 2012, inflasi volatile goods masih didominasi bahan makanan, sehingga sering disebut juga sebagai inflasi volatile goods. Jumlah komoditasnya sebanyak 55 (7,39 persen) antara lain beras, minyak goreng, cabe, daging ayam ras, dan sebagainya, dengan bobot sebesar 17,83 persen.

Contoh : IHK Komponen Volatile goods bulan Mei 2019 sebesar 176,38 sedangkan IHK Komponen volatile goods bulan April 2019 sebesar 173,38, maka besarnya angka inflasi IHK Komponen volatile goods bulan Mei 2019 adalah [(176,38-173,38)/173,38] x 100 persen

= 1,73 persen

9. Paket komoditas adalah sekeranjang/sejumlah barang dan jasa yang secara umum dominan dikonsumsi oleh masyarakat di suatu kota.

10. Diagram timbang adalah diagram yang menunjukkan distribusi persentase nilai konsumsi tiap jenis barang/jasa terhadap total rata-rata pengeluaran rumah tangga di suatu kota.

(47)

Pendataan dan Analisis Harga Konsumen Kabupaten Ciamis Tahun 2019 38

11. Elementary agregat adalah suatu kelompok barang/jasa yang relatif homogen. Dapat mencakup suatu Negara atau wilayah.

(48)
(49)

Pendataan dan Analisis Harga Konsumen Kabupaten Ciamis Tahun 2019 40

BAB 5. TINJAUAN INFLASI TAHUN 2019 KABUPATEN CIAMIS

Inflasi merupakan suatu periode pada masa tertentu, dimana terjadi penurunan kekuatan dalam membeli terhadap kesatuan moneter.

Inflasi bisa timbul jika nilai uang yang didepositokan beredar lebih banyak dibandingkan atas jumlah barang atau pun jasa yang ditawarkan.

(Winardi). Inflasi yang ringan atau moderat akan membuat perekonomian menjadi bergairah karena dapat mendorong laju investasi yang kemudian membuka lapangan pekerjaan sehingga dapat mengurangi pengangguran dan pada akhirnya mendorong pertumbuhan ekonomi.

Sebaliknya, inflasi yang tidak stabil akan menciptakan ketidakpastian bagi para pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan untuk melakukan konsumsi, investasi, dan produksi yang pada akhirnya akan menghambat pertumbuhan ekonomi. Oleh sebab itu, pengendalian inflasi untuk mencapai kestabilan harga barang dan jasa merupakan prasyarat penting dalam menciptakan kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk meningkat secara umum dan terus menerus. Arah kebalikannya adalah harga yang cenderung turun disebut deflasi. Inflasi yang menggambarkan kenaikan harga-harga secara umum (headline inflation) dihitung dengan menggunakan Indeks Harga Konsumen (IHK).

(50)

Tasik Ciamis Tasik Ciamis Tasik Ciamis

Umum

132.77 143.15 132.63 142.82 132.67 142.97

1

Bahan makanan

148.81 158.04 147.42 154.90 147.54 155.71 2

Makanan jadi, minuman, rokok & tembakau

128.55 139.61 128.56 140.96 128.70 140.96 3

Perumahan,air,listrik,gas & bahan bakar

128.36 152.30 128.74 152.23 128.79 152.22

4

Sandang

128.95 139.78 129.00 139.82 129.17 139.98

5

Kesehatan

136.98 145.84 136.98 145.89 136.85 145.89

6

Pendidikan, rekreasi dan olah raga

131.40 125.30 131.99 125.30 131.93 125.30 7

Transpor,komunikasi dan jasa keuangan

131.83 126.28 131.41 125.65 131.15 125.65

No Kelompok Pengeluaran Januari Februari Maret

5.1. Indeks Harga Konsumen [IHK] dan Perkembangan Inflasi Triwulan I 2019

Pada awal tahun 2019, Indeks Harga Konsumen [IHK] Ciamis bulan januari sebesar 143,15 sedangkan bulan Desember 2018 sebesar 142,64 atau mengalami inflasi sebesar 0,36 persen. IHK Ini lebih besar dibandingkan dengan IHK Kota terdekat (sister city) Tasikmalaya yang mencapai 132,77.

Tabel 5.1.1 Perbandingan IHK Kota Tasikmalaya dan Kab. Ciamis Triwulan I (Bln. Januari–Maret) Tahun 2019

Sumber : Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat, Survei Harga Konsumen 2019 Kabupaten Ciamis.

Maknanya, secara umum harga-harga komoditas di Kabupaten Ciamis pada bulan Januari relatif lebih mahal dibandingkan dengan Kota Tasikmalaya, IHK tertinggi dialami oleh kelompok bahan makanan dengan IHK 158,04, urutan kedua terjadi pada kelompok perumahan, air, listrik,

(51)

Pendataan dan Analisis Harga Konsumen Kabupaten Ciamis Tahun 2019 42

MTD YOY MTD YOY MTD YOY

Umum

0.36 2.64 0.13 1.89 0.23 1.88

1

Bahan makanan

0.96 3.55 -1.05 0.24 -0.53 0.89

2

Makanan jadi, minuman, rokok & tembakau

0.10 3.00 1.07 3.48 1.07 3.21 3

Perumahan,air,listrik,gas & bahan bakar

0.00 1.71 0.00 1.39 0.00 1.37

4

Sandang

0.70 -0.31 0.73 -1.04 0.84 -1.62

5

Kesehatan

1.42 1.68 1.45 1.89 1.45 1.85

6

Pendidikan, rekreasi dan olah raga

1.54 2.22 1.54 2.21 1.54 2.21 7

Transpor,komunikasi dan jasa keuangan

-0.21 4.24 -0.71 3.48 -0.71 3.32

No Kelompok Pengeluaran Januari Februari Maret

gas dan bahan bakar dengan IHK 152,30 dan urutan ketiga ditempati oleh kelompok kesehatan dengan IHK 145,84.

Tabel 5.1.2. Inflasi Tahun Kalender (Mtd) dan Inflasi Tahunan (YoY) Kab. Ciamis Triwulan I (Bln. Januari–Maret) Tahun 2019

Sumber : Survei Harga Konsumen 2019 Kabupaten Ciamis

Memasuki bulan Februari Tahun 2019, IHK Ciamis sebesar 142,82 atau mengalami deflasi sebesar 0,23 persen. Bulan Maret IHK sebesar 142,97 atau mengalami inflasi sebesar 0,11 persen, sehingga inflasi Triwulan I Tahun 2019 (Januari sd Maret) mencapai 0,23 persen.

Sedangkan sepanjang dua belas bulan terakhir (Maret 2018 terhadap Maret 2019) Ciamis mengalami inflasi year on year sebesar 1,88 persen.

Gambar 5.1.1. menunjukkan bahwa perkembangan inflasi/deflasi Kabupaten Ciamis, Kota Tasikmalaya dan Kota Cirebon. Jika dilihat dari perkembangannnya inflasi di triwulan pertama maka inflasi/deflasi Kabupaten Ciamis memiliki kemiripan dengan pola inflasi/deflasi Kota Tasikmalaya dan juga kabupaten/kota terdekat lainnya yaitu terjadi inflasi

(52)

di awal dan akhir triwulan I. Sedangkan di bulan februari terjadi deflasi dengan skala berbeda. Pola ini juga terlihat sama dengan Kota IHK lainnya yaitu Kota Cirebon.

Keberagaman barang, banyaknya alternatif pilihan bagi konsumen meningkatkan daya saing usaha. Naiknya IHK di beberapa kelompok pengeluaran menaikan harga-harga barang sehingga berakibat terjadinya inflasi.

Gambar 5.1.1. Perkembangan Inflasi Triwulan I 2019 Kabupaten Ciamis dan Beberapa Kota

Sumber : Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat, Survei Harga Konsumen 2019 Kabupaten Ciamis

Gambar 5.1.2. Menunjukkan bahwa pergerakan IHK Ciamis cenderung terus lebih besar dibandingkan dengan kota-kota sekitarnya.

Sepanjang Triwulan I (Januari – Maret) tahun 2019 misalnya, hingga bulan

(53)

Pendataan dan Analisis Harga Konsumen Kabupaten Ciamis Tahun 2019 44 Maret IHK Ciamis terlihat masih lebih besar dibandingkan Kota Cirebon dan Kota Tasikmalaya.

Gambar 5.1.2. Perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) Kabupaten Ciamis Triwulan I 2019 dan Beberapa Kota

Sumber : Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat, Survei Harga Konsumen 2019 Kabupaten Ciamis

Secara rinci, inflasi/deflasi perkelompok pengeluaran selama triwulan 1 (Januari-Maret 2019) tersaji dalam tabel 5.1.3. Pada bulan Januari seluruh kelompok pengeluaran mengalami inflasi kecuali kelompok Transportasi, Komunikasi Dan Jasa Keuangan. Pada bulan Februari ada tiga kelompok pengeluaran mengalami deflasi, yaitu Bahan Makanan; Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Transpor; dan Komunikasi dan Jasa Keuangan. Sedangkan kelompok pengeluaran lainnya mengalami inflasi.

(54)

Pada bulan maret hanya kelompok pengeluaran Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar yang mengalami deflasi. Sedangkan kelompok pengeluaran lainnya mengalami inflasi. Secara umum, Triwulan I (Januari–Maret) 2019, dari enam kelompok pengeluaran, kelompok pengeluaran Bahan Makanan dan Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan mengalami deflasi. Kelompok pengeluaran Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar tidak mengalami perubahan harga dan kelompok pengeluaran sisanya mengalami inflasi. Besaran inflasi/deflasi seperti tersaji dalam tabel 5.1.3.

Tabel 5.1.3. Laju Inflasi Ciamis Triwulan I Tahun 2019 Menurut Kelompok Pengeluaran (IHK 2012 = 100)

KELOMPOK PENGELUARAN INFLASI BULANAN

Jan-18 Feb-18 Mar-18 Triw I

[1] [2] [3] [4] [5]

00000 U M U M / T O T A L 0.36 -0.23 0.11 0.23

10000 BAHAN MAKANAN 0.96 -1.99 0.52 -0.53

20000 MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK &

TEMBAKAU 0.10 0.97 0.00 1.07

30000 PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BAHAN

BAKAR 0.01 -0.05 -0.01 0.00

40000 SANDANG 0.70 0.03 0.11 0.84

50000 KESEHATAN 1.42 0.03 0.00 1.45

60000 PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 1.54 0.00 0.00 1.54

70000 TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA

KEUANGAN -0.21 -0.50 0.00 -0.71

Sumber : Survei Harga Konsumen 2019 Kabupaten Ciamis

Berdasarkan hasil pemantauan harga barang dan jasa di Kabupaten Ciamis selama bulan Januari 2019 beberapa komoditas

(55)

Pendataan dan Analisis Harga Konsumen Kabupaten Ciamis Tahun 2019 46 mengalami kenaikan harga. Beberapa komoditas barang dan jasa yang mengalami kenaikan harga dan memberikan andil inflasi secara signifikan antara lain: ketimun, tomat sayur, dokter umum, akademi/perguruan tinggi, tomat buah, es, cabe merah, wortel dan kelapa.

Selain itu adapula barang dan jasa yang mengalami penurunan harga. Barang dan jasa yang mengalami penurunan harga dan memberikan andil deflasi antara lain: bawang merah, daging ayam ras, beras, telur ayam ras, bensin dan jeruk.

Gambar 5.1.3. Andil Inflasi/Deflasi Barang & Jasa Januari 2019 (persen)

Sumber : Survei Harga Konsumen 2019 Kabupaten Ciamis

Berdasarkan hasil pemantauan harga barang dan jasa di Kabupaten Ciamis selama bulan Februari Tahun 2019 beberapa komoditas mengalami

(56)

kenaikan harga. Beberapa komoditas barang dan jasa yang mengalami kenaikan harga dan memberikan andil inflasi secara signifikan antara lain:

rokok kretek, rokok kretek filter, daging sapi, rokok putih dan minuman kesegaran.

Selain itu adapula barang dan jasa yang mengalami penurunan harga. Barang dan jasa yang mengalami penurunan harga dan memberikan andil deflasi antara lain: minyak goreng, apel, ketimun, telur ayam ras, jeruk, tomat sayur, bensin, daging ayam ras dan beras.

Gambar 5.1.4. Andil Inflasi/Deflasi Barang & Jasa Februari 2019 (persen)

Sumber : Survei Harga Konsumen 2019 Kabupaten Ciamis

Berdasarkan hasil pemantauan harga barang dan jasa di Kabupaten Ciamis selama bulan Maret Tahun 2019 beberapa komoditas mengalami

(57)

Pendataan dan Analisis Harga Konsumen Kabupaten Ciamis Tahun 2019 48 kenaikan harga dan memberikan andil inflasi secara signifikan antara lain:

jeruk, tomat sayur, bawang merah, cabe merah, apel, daun bawang, cabe rawit, tomat buah dan bawang putih.

Selain itu ada pula barang dan jasa yang mengalami penurunan harga. Barang dan jasa yang mengalami penurunan harga dan memberikan andil deflasi antara lain: kentang, pepaya, ketimun, beras dan telur ayam ras.

Gambar 5.1.5. Andil Inflasi/Deflasi Barang & Jasa Maret 2019 (persen)

Sumber : Survei Harga Konsumen 2019 Kabupaten Ciamis

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu upaya memperoleh hasil terjemahan yang baik adalah dengan menerapkan analisis kontrastif yaitu pembandingan sistem kebahasaan dua bahasa atau lebih untuk memahami

Tujuan penelitian tersebut diantaranya (1) mengetahui seberapa besar tingkat pengelolaan jalan berdasarkan parameter penggunaan lahan, kemiringan lereng, drainase tanah,

Rencana Strategis Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Ciamis Tahun 2019 – 2024 berfungsi sebagai pedoman, penentu arah, sasaran dan tujuan bagi aparat

Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan yang membetulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan dalam penerapan ketentuan tertentu

Kabupaten Kota di Jawa Barat Tahun 2019- 2020 Bogor Sukabumi Cianjur Bandung Garut Tasikmalaya Ciamis Kuningan Cirebon Majalengka Sumedang Indramayu Subang Purwakarta Karawang

Setiap pengembangan kawasan akan menimbulkan dampak bagi lingkungan dan sekitarnya, termasuk terhadap Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Namun pengembangan kawasan yang

Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan yang membetulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan dalam penerapan ketentuan tertentu

Tesis utamanya adalah analisa tindakan (operari) manusia yang konkret yang menyatakan sifatnya secara penuh sebagai subjektivitas pribadi yang unik dan tidak dapat