• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN MODEL SISTEM INTEGRASI SAPI-SAWIT (Kasus : PTPN III, PTPN IV, Kelompok Ternak Tani Tangguh yang Bekerjama dengan PT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KAJIAN MODEL SISTEM INTEGRASI SAPI-SAWIT (Kasus : PTPN III, PTPN IV, Kelompok Ternak Tani Tangguh yang Bekerjama dengan PT."

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN MODEL SISTEM INTEGRASI SAPI-SAWIT

(Kasus : PTPN III, PTPN IV, Kelompok Ternak Tani Tangguh yang Bekerjama dengan PT.Tolan Tiga)

Rini Theresia Siregar *), Rahmanta Ginting **), Diana Chalil **)

*) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

**) Staff Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui model integrasi sapi- sawit yang telah berlangsung, mengetahui manfaat sosial dan finansial dari model pengembangan integrasi sapi-sawit yang telah berlangsung, mengetahui model integrasi sapi-sawit yang paling sesuai untuk dikembangkan Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskripsi dan analisis pendapatan. Untuk menyesuaikan harga jual sapi pada model unit usaha yang telah berhenti beroperasi sejak 2013 dengan model CSR digunakan rumus present value (PV).Responden untuk pelaku yang telah melakukan integrasi sapi-sawi yaitu PTPN III dan PTPN IV dan untuk pelaku yang sedang melakukan integrasi sapi- sawi sawit yatitu Kelompok Ternak Tani Tangguh yang terdiri dari 14 anggota diambil secara sengsja (purposivie.)Hasil penelitian menunujukkan pelaksanaan integrasi sapi-sawit model Unit Usaha yang digunakan PTPN III dan PTPN IV mengalami kegagalan dalam pelaksanaannya dan model CSR yang digunakan kelompok Ternak Tani Tangguh lebih sesuai untuk dikembangkan.

Kata Kunci: Model, Integrasi Sapi-Sawit, Manfaat Finansial dan Sosial.

ABSTRACT

This research aimed to analyze the palm oil and beef cattle integration models currently is being conducted, to comprehend the social and financial benefits from each model, and to analyze the best integration model to develop. The analysis method used in this research are descriptive analysis and income analysis. The present value formula (PV) is proceeded to adjust the selling price of cattle to unit model which its operation has been closed since 2013 with the CSR model. Respondents for the subject are the person who still doing the palm oil dan beef cattle integration are the breeders called Tani Tangguh consisting of

14 members who is affiliated with PT.Tolan Tiga. The results showed that the integration of cattle-palm oil with Unit model used by PTPN III and PTPN IV is failed and the CSR model conducted by the Tani Tangguh breeders was more suitable to develop.

Keywords: Model, Palm Oil and Beef Cattle Integration, financial and social benefits

(2)

Latar Belakang

PENDAHULUAN

Sektor perkebunan memberikan pengaruh yang cukup besar dalam perekonomian Sumatera Utara . Hal ini dapat dilihat dari luas lahan dan produksi sebagai berikut Tabel 1.1 Luas Areal dan Produksi Kelapa Sawit di Sumatera

Provinsi 2014 2015 2016

Luas (Ha) Produksi

(Ton) Luas (Ha) Produksi

(Ton) Luas (Ha) Produksi (Ton) Aceh 420.173 945.617 444.466 1.030.877 462.010 1.146.793 Sumatera 1.396.273 4.870.202 1.443.882 5.099.246 1.466.420 5.314.644 Utara

Sumatera barat 376.474 924.813 397.595 1.002.920 413.453 1.086.811 Riau 2.290.736 6.993.241 2.381.895 7.333.610 2.462.095 7.717.612

Kep.Riau 19.001 45.002 20.194 49.085 20.759 53.514

Jambi 692.967 1.773.735 736.514 1.947.048 757.214 2.089.879 Sumatera 923.002 2.791.816 1.002.196 3.034.697 1.064.373 3.308.879 Selatan

Kep.Bangka 206.207 516.597 216.480 558.880 222.226 606.832 Belitung

Bengkulu 293.800 798.818 301.088 831.236 308.669 914.103 Lampung 184.914 455.904 194.750 478.247 202.774 504.099

Sumber : Badan Pusat Statistik,2016

Disamping itu, Sumatera Utara juga merupakan produsen ternak besar yang penting dengan pertumbuhan yang signifikan dan mencapai produksi tertinggi di tahun 2016

Tabel 1.2 Populasi ternak besar menurut provinsi Sumatera Utara

Provinsi 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Aceh 669996 722501 462840 505171 404221 511362 580287 600756 Suma

tera Utara

Suma 394063 412670 541698 609951 523277 646749 662234 683332 tera Barat 492272 513255 327013 359233 326674 390493 397548 404271 Riau 172394 170105 159855 189060 175431 217652 229634 238819 Jambi 164256 177710 119888 139534 118985 136638 145760 149127

(3)

Suma

tera Selatan 342412 347873 246295 260124 215953 245175 261852 270660 Bengkulu 97528 103262 98948 105550 106015 109174 115739 122544 Lam pung 463032 496066 742776 778050 573483 587827 653537 660745

Bangka 9624 9852 7733 8405 8201 10136 10577 11134

belitung

Kep. Riau 8323 8693 17338 17251 17471 18033 17967 18130

Sumber : Badan Pusat Statistik,2016

Menurut Umar (2009) Sistem integrasi pertanian terpadu ini sebenarnya memanfaatkan produk sampingan sawit yang tidak dimanfaatkan lagi misalnya pelepah kelapa sawit yang setelah di tunas hanya akan dibuang. Selain itu produk sampingan dari ternak sapi itu sendiri dapat digunakan untuk pupuk yang akan menunjang pertanian sawit itu sendiri sehingga antara kedua komponen tersebut membentuk suatu sistem yang saling berkaitan dan terintegrasi bermanfaat satu sama lain

Setiap pelaku integrasi mempunyai model pelaksanaan integrasi sapi-sawit yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan yang diperlukan dalam pengembangan sistem integrasi di lapangan. Masing-masing model memiliki karakteristik tersendiri tergantung pada jaringan/networking yang dimiliki antara kelompok peternak dengan perusahaan/pabrik sawit. Ada perusahaan yang memanfaatkan sendiri limbah sawit sebagai pakan untuk peternakan sapi yang dikelolanya. Ada juga perusahaan yang bekerjasama dengan kelompok peternak dan koperasi dalam menangani manajemen pemanfaatan limbah sawit sebagai pakan ternak. Intinya, model-model tersebut menekankan pada penerapan konsep zero waste dari pemanfaatan limbah pengolahan kelapa sawit dan limbah peternakan sapi.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan,maka adapun masalah penelitian yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Berdasarkan uraian yang telah disampaikan di latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti adalah

1. Bagaimana model sistem integrasi sapi-sawit yang telah berlangsung?

2. Bagaimana manfaat finansial dan sosial dari model pengembangan integrasi sapi sawit yang telah berlamgsung?

3. Bagaimana model sistem integrasi sapi-sawit yang paling sesuai untuk dikembangkan

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui model sistem integrasi sapi-sawit yag sedang berlangsung

2. Untuk mengetahui manfaat finansial dan sosial dari model pengembangan integrasi sapi sawit yang telah berlamgsung

3. Untuk mengetahui model sistem integrasi sapi-sawit yang paling sesuai dikembangkan

(4)

Sawit

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Hasnudi (2005), tanaman kelapa sawit dapat menghasilkan limbah berupa daun pelepah kelapa sawit yang didapat waktu panen TBS sedangkan industri kelapa sawit menghasilkan 3 jenis limbah utama yang dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak yaitu serat buah sawit, lumpur minyak sawit dan bungkil inti sawit. Menurut Umar (2009) perkebunan kelapa sawit dapat menjadi pemasok pakan ternak melalui penyediaan hijauan pakan ternak berupa gulma dan rumput yang ditanam diantara tegakan kelapa sawit, penyediaan pakan melalui pemanfaatan limbah tanaman kelapa sawit, dan limbah hasil pengolahan kelapa sawit

Sapi

Ternak sapi dapat memberikan keuntungan pada kebun kelapa sawit melalui hasil sampingnya yaitu kotoran sapi yang dapat dimanfaatkan sebagai biogas yang dapat digunakan untuk memasak dan untuk penerangan. Keberadaan ternak juga telah dimanfaatkan sebagai penghasil kotoran dan urin untuk pembuatan kompos maupun sumber energi. Pemberian kompos untuk tanaman sawit memberikan dampak positif yakni mampu mengurangi penggunaan pupuk kimia.(Triesnamurti,dkk,2013) Tanaman kelapa sawit membutuhkan unsur hara yang banyak untuk pertumbuhan dan perkembangannya sehingga mampu berproduksi optimal. Kebutuhan akan unsur hara dicukupi melalui pemberian pupuk. Pupuk yang diberikan untuk tanaman sawit oleh petani umumnya terbatas pada pupuk kimia saja, padahal pemberian pupuk kimia saja tanpa pemberian bahan organik dalam jangka panjang berpotensi merusak sifat fisik, kimia bahkan biologis tanah yang tentunya akan berpengaruh terhadap kelangsungan produksi tanaman sawit itu sendiri

Di samping keuntungan, ada kerugian dari sistem integrasi yang harus mendapat perhatian,. Penggembalaan kambing di kebun karet, misalnya, menyebabkan batang karet banyak yang rusak karena ditanduk, selain merusak atau menumpahkan mangkok lateks. Selain itu, peternak harus memiliki modal yang besar untuk membeli ternak. Kendala sosial juga menjadi faktor pembatas tidak optimalnya pengembangan sistem integrasi tanaman dan ternak. Pemanfaatan jerami fermentasi sebagai pakan sapi, misalnya, belum diadopsi secara optimal. Penanaman leguminosa pakan sebagai tanaman pagar juga tidak berkembang meskipun pada lokasi yang sesuai. Dua contoh ini hanya untuk menunjukkan adanya sesuatu yang dinilai peternak masih merugikan, atau setidaknya “belum” menguntungkan sehingga peternak memilih untuk tidakmenerapkannya.(balai penelitian ternak,2013)

Integrasi Sapi-Sawit

Dalam PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105/Permentan/PD.300/8/2014 pada pasal 1 yang dimaksud dengan Integrasi Usaha Perkebunan Kelapa Sawit dengan Usaha Budi Daya Sapi Potong yang selanjutnya disebut Integrasi Usaha Sapi-sawit adalah penyatuan usaha perkebunan dengan usaha budi daya sapi potong pada lahan perkebunan kelapa

(5)

sawit. Integrasi usaha sapi-sawit dapat dilakukan oleh pekebun dan perusahaan perkebunan.Integrasi sapi-sawit dilakukan untuk dapat memanfaatkan produk samping usaha perkebunan kelapa sawit, dan kotoran sapi sebagai pupuk, bio urine, dan biogas serta manfaat lainnya. Produk samping perkebunan kelapa sawit sebagaimana dimaksud antara lain bungkil inti sawit dan lumpur sawit yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pakan dalam negeri.

Usaha pengembangan integrasi sapi-sawit potong memiliki tujuan ganda yaitu menyediakan ternak sapi siap potong melalui unit usaha penggemukan (fattening) dan ternak sapi bibit sebar melalui unit usaha pembibitan (breeding) serta beberapa tujuan lain, yaitu a) memanfaatkan limbah perkebunan kelapa sawit terutama pelepah sawit. sebagai sumber pakan ternak sapi potong, b) menyediakan pupuk organik padat berupa limbah usaha ternak sapi potong guna memenuhi kebutuhan pupuk tanaman kelapa sawit, c) menyediakan kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar lokasi pengembangan usaha integrasi sapi-sawit, dan d) membantu pemerintah daerah setempat dalam penyediaan daging ternak sapi potong. (Novra,2012)

Ada berbagai pola untuk melakukan integrasi sapi sawit yaitu:

1. Pemeliharaan sistem intensif, dilakukan dengan cara mengandangkan sapi secara terus menerus. Semua kebutuhan sapi seperti pakan, air, perkawinan, penanganan penyakit dan kebersihan dilaksanakan oleh peternak. (matondang dan talib,2015)

2. Pemeliharaan sapi dengan sistem ekstensif, dimana sapi dibiarkan secara bebas mencari rumput di kebun sawit. Sistem ini mungkin kurang disukai karena dapat mengganggu sistem perakaran tanaman utama, yang pada akhirnya dapat mengganggu tingkat produktivitas perkebunan sawit.

3. Pemeliharaan sapi secara semi intensif , sistem pemeliharaan ini dilakukan dengan pada siang hari ternak digembalakan di kebun sawit dan pada malam hari di kandangkan. (Yamin,2010)

Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Argo,dkk (2017) mengenai

“Optimalisasi Strategi Integrasi Kelapa Sawit - Sapi Pada Badan Usaha Milik Negara (Bumn) Perkebunan Di Indonesia (Studi Kasus Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, Sumatera Utara) ” diperoleh hasil identifikasi lingkungan internal yang menjadi kekuatan dari PTPN III adalah ketersediaan limbah biomassa kelapa sawit yang besar, ketersediaan modal usaha yang cukup, luas lahan kelapa sawit. Sedangkan kelemahannya kemampuan SDM untuk mengelola secara teknis yang kurang, besarnya biaya investasi, dan ADG (Average Daily Gain) yang kurang optimal

Untuk hasil analisis lingkungan eksternal yang menjadi peluang bagi PTPN III dalah harga daging dipasaran dalam negeri yang potensial, limbah ternak sapi yang digunakan sebagai energi alternatif,ketersediaan pasokan daging yang terbatas,permintaan daging yang terus mengalami peningkatan. Ancaman yang dihadapi adalah harga daging sapi impor yang lebih murah,resiko kematian ternak sapi akibat penyakit

(6)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian (2014) mengenai SISKA, Model Pengembangan Agribisnis Sapi di Bengkulu, Salah satu pola integrasi sapi-sawit yang menggunakan model CSR yang dianggap berhasil adalah Sistem Integrasi Sapi Kelapa Sawit di PT.

Agricinal Prop. Bengkulu.

Penerapan pola integrasi tersebut pada awalnya ditujukan untuk mengatasi kesulitan pemanen dalam mengangkut TBS karena topografi wilayah yang berbukit / bergelombang sehingga menyulitkan pemanen untuk mengngkut Tandan Buah Segar (TBS) dari tempat pemanenan ke TPH (tempat penampungan sementara).

Dengan diterapkannya pola integrasi sapi-sawit, kegiatan pengangkutan hasil panen dilakukan dengan memanfaatkan tenaga sapi baik dengan gerobak ataupun diangkut di punggung sapi. Dengan pemanfaatan tenaga sapi ini, kegiatan pengangkutan menjadi lebih efisien sehingga areal kerja pemanen bisa bertambah dari sebelumnya 10 ha menjadi 15 ha

Menurut penelitian Budiarsana , Eko Handiwirawan dan Kusuma Diwyanto dalam Model Pengembangan Sistem Integrasi Tanaman-Sapi Berbasis Inovasi oleh Tiesnamurti (2013) mengenai Pemberdayaan Peternak Melalui Kerjasama Usaha Penggemukan Sapi Bali Berbasis Sumberdaya Lokal Di Kupang NTT yang juga menggunakan model CSR untuk pelaksanaan nya.PUSKUD NTT melakukan kerjasama penggemukan sapi dengan peternak sebagai plasma sejak tahun 2002 dan berjalan dengan baik dan berkembang sangat dinamis, melalui kelembagaan dan penerapan aturan yang konsisten.

Landasan Teori Teori Integrasi

Sistem pertanian terintegrasi (Simantri) adalah upaya mengintegrasikan kegiatan sektor pertanian dengan sektor pendukungnya sesuai potensi masing-masing wilayah dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal yang ada.

Kegiatan integrasi yang dilaksanakan juga berorientasi pada usaha pertanian tanpa limbah. Kegiatan utama adalah mengintegrasikan usaha budidaya tanaman dan ternak, dimana limbah tanaman diolah untuk pakan ternak dan cadangan pakan pada musim kemarau dan limbah ternak diolah menjadi biogas, biourine, pupuk organik (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Bali, 2010)

Sistem Pertanian Terintegrasi sendiri merupakan suatu pola yang mengintegrasikan beberapa unit usaha dibidang pertanian yang dikelola secara terpadu, berorientasi ekologis sehingga diperoleh peningkatan nilai ekonomi, tingkat efisiensi dan produktifitas yang tinggi. Melalui pertanian terpadu, akan dapat dihasilkan produk-produk pertanian, perkebunan dan peternakan melalui sinergitas antar unit dengan mengedepankan kelestarian lingkungan yang selanjutnya akan menghasilkan peningkatan secara ekonomis karena penambahan nilai daya dan guna melalui efisiensi dan efektifitas tinggi serta nilai produktifitas usaha yang baik(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali, 2011).

Model integrasi tanaman ternak yang dikembangkan di lokasi beberapa daerah dan negara berorientasi pada konsep sistem produksi tanpa limbah (zero waste production system), yaitu seluruh limbah dari ternak dan tanaman didaur ulang

(7)

dan dimanfaatkan kembali ke dalam siklus produksi. Komponen usahatani dalam model ini meliputi usaha ternak sapi potong, tanaman pangan (padi atau jagung), hortikultura (sayuran), perkebunan (tebu), dan perikanan (lele, gurami, nila).

Limbah ternak (kotoran sapi) diproses menjadi kompos dan pupuk organik granuler serta biogas; limbah pertanian (jerami padi, batang dan daun jagung, pucuk tebu, jerami kedelai dan kacang tanah) diproses menjadi pakan (Direktorat Jenderal Peternakan, 2010).

Teori Kemitraan

Kemitraan menurut Undang-Undang Nomor 9 tahun 1995 pada bab I dikatakan sebagai kerjasama usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan, ini merupakan suatu landasan pengembangan usaha. Kerjasama ini tidaklah terwujud dengan sendirinya saja, akan tetapi harus dibangun dengan sadar dan terencana, baik ditingkat nasional, maupun ditingkat lokal yang lebih rendah Menurut Mulyono (1996) Kemitraan pada dasarnya menggabungkan aktivitas beberapa badan usaha bisnis, oleh karena itu sangat dibutuhkan suatu organisasi yang memadai. Dengan pendekatan konsep sistem, diketahui bahwa organisasi pada dasarnya terdiri dari sejumlah unit atau sub unit yang saling berinteraksi dan interdepedensi. Performansi dan satu unit dapat menyebabkan kerugian pada unit- unit lainnya. Misalnya peningkatan penjualan tanpa diimbangi kapasitas produksi yang lebih memadai, justru akan memperburuk efisiensi.

Untuk membangun sebuah kemitraan, harus didasarkan pada hal-hal berikut:

1. Kesamaan perhatian (common interest) atau kepentingan, 2.

2. mempercayai dan saling menghormati 3. Tujuan yang jelas dan terukur

4. Kesediaan untuk berkorban baik, waktu, tenaga, maupun sumber daya yang lain. ‘

Adapun prinsip-prinsip kemitraan adalah 1. Persamaan atau equality

2. Keterbukaan atau transparancy

3. Saling menguntungkan atau mutual benefit

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Lokasi Penelitian

Metode penentuan objek penelitian ditentukan secara purposive (sengaja) yaitu PTPN III dan IV (2012-2013) dan Kelompok Ternak Tani Tangguh yang bekerjasama dengan Perusahan PT.Tolan Tiga

Metode Penentuan Sampel

Penentuan sampel dilakukan secara purposif atau secara sengaja. dengan pertimbangan bahwa perusahaan yang telah melaksanakan sistem integrasi sawit- sapi yaitu PTPN III,IV (2012-2013) dan Kelompok Ternak Tani Tangguh yang bekerjasama dengan PT.Tolan Tiga untuk melaksanakan Sistem Integrasi Sapi- sawit

Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah

(8)

Pd = TR – TC Dimana :

Pd = Pendapatan (Rp) TR = Total penerimaan (Rp) TC = Total biaya (Rp)

Untuk menyesuaikan harga jual sapi pada model unit usaha yang telah berhenti beroperasi sejak 2013 dengan model CSR digunakan rumus Future Value (FV)

FV = PV (1+i)n Dimana :

PV = Nilai sekarang (Rp)

FV = Nilai pada masa yang akan datang (Rp) i = tingkat suku bunga

n = jangka waktu

HASIL DAN PEMBAHASAN

CSR (Corporate Social Responsibility)

Bentuk pengabdian perusahaan perkebunan kelapa sawit terhadap masyarakat sekitar kebun yaitu melalui program CSR. CSR merupakan suatu program perkebunan kelapa sawit yang berupa bentuk kerjasama atau bantuan kepada masyarakat dan peternak di sekitar perkebunan kelapa sawit.PT.Tolan Tiga adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit yang menjalankan program CSR ini melalui pola kemitraan.

PT.Tolan Tiga melakukan kerja sama Integrasi sapi sawit dengan kelompok Ternak Tani Tangguh.Kelompok Tani Tangguh memelihara sapi dari hasil rumput/hijauan dan limbah CPO yang diambil dari kebun kelapa sawit dan Kelapa sawit dapat meningkatkan produksinya dengan pupuk organik yang diperoleh dari pengolahan pupuk organik Kelompok Ternak Tani Tangguh hal ini sesuai dengan pengertian kemitraan menurut Undang-Undang Nomor 9 tahun 1995 pada bab I dikatakan sebagai kerjasama usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan, ini merupakan suatu landasan pengembangan usaha

Kelompok Ternak Tani Tangguh dibentuk pada hari jumat tanggal 24 Juni 2012 sebagai wadah pembinaan untuk peningkatan kesejahteraan kelompok peternak di desa Meranti,kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan Batu.Kelompok Ternak.

Kelompok Ternak Tani Tangguh bergerak dibidang penggemukan, pengembangbiakan, pembuatan dan penjualan kompos dan pakan ternak serta penjualan ternak.

Kebun kelapa sawit memiliki 2(dua) komoditi,yaitu rumput dan limbah CPO, yang dapat membantu memenuhi kebutuhan utama dalam ternak sapi yaitu pakan.

PT.Tolan Tiga melakukan kerjasama dengan kelompok ternak Tani Tangguh untuk mengambil pakan rumput dan limbah CPO diperkebunan sejak tahun 2012..

Sapi diberi makan 1/10 dari berat badan sapi dan diberi makan 5 kali sehari.ADG (Average Daily Gain) dapat mencapai 0.7 kg/ekor/hari.

(9)

10 ekor sapi ditangani 1 Tenaga kerja. Total TK di kandang komunal yang digunakan 10 orang pekerja.Jumlah Sapi di kelompok ternak tani tangguh ada 180 ekor. Pola usaha yang dilaksanakan adalah pola penggemukan dan penjualan bibit sapi

Tabel.5.1 Kepemilikan Sapi Kelompok Ternak Tani Tangguh

Nama Pemilik Jumlah Sapi Tempat pemeliharaan

Sumali 6 Kandang Pribadi

Sunardi 6 Kandang Pribadi

Sutejo 12 Kandang Pribadi

Suharto 70 Kandang Komunal

Samsul 10 Kandang Komunal

Junaidi 6 Kandang Pribadi

Markun 6 Kandang Pribadi

Jono 7 Kandang Pribadi

Sukiran 5 Kandang Pribadi

Sukiman 5 Kandang Pribadi

Kusnan 7 Kandang Pribadi

Supriat 20 Kandang Komunal

Dedi 10 Kandang Pribadi

Wardi 10 Kandang Pribadi

Total 180

Kotoran sapi dikumpulkan dan diolah oleh kelompok ternak tani tangguh menjadi kompos yang dapat membantu meningkatkan produksi kelapa sawit PT.Tolan Tiga. Berat badan sapi dapat ditambah dengan lebih cepat,karena sapi tidak keluar dari kandang dan hanya diberi pakan.Sapi juga dapat dijual dengan lebih cepat, pembeli biasanya langsung datang ke tempat pemeliharaan sapi untuk langsug memilih sapi yang akan dibeli.

Kerja sama atau kemitraan antara kelompok tani tangguh dan PT.Tolan Tiga tidak memiliki MoU (Memorandum of Understanding) secara tertulis karena perusahaan mengkhawatirkan terjadinya penyelewengan surat perjanjian.Walaupun tidak memiliki MoU secara tertulis, kedua pihak sudah memiliki kepercayaan dan komitmen dalam pengambilan pakan yang bertanggung jawab.

Unit Usaha

Integrasi sapi sawit di PTPN III dan IV dilakukan berdasarkan Surat Menteri BUMN No : S-40/MBU/2015, tanggal 09 Mei 2012, Hal : Penugasan Pelaksanaan Program Integrasi Sapi Sawit. Program Integrasi sapi sawit PTPN III dan IV berhenti beroperasi di tahun 2013 karena tidak menguntungkan.

Unit usaha merupakan model integrasi Sapi Sawit yang di lakukan oleh PTPN III dan PTPN IV. Unit Usaha sistem integrasi sapi-sawit memiliki struktur manajemen tersendiri. Pola usaha yang dilaksanakan adalah pola penggemukan sapi, dimana sapi digemukkan selama periode tertentu kemudian dijual

Tenaga Kerja Unit Usaha Sistem Integrasi Sapi Sawit PTPN III - Manager : 1 orang - Asisten Kepala : 1 orang - Asisten afdeling : 8 orang

(10)

- Mandor kandang ` : 8 orang - Krani kandang : 8 orang - Anak Kandang (tenaga kerja PKWT)

Tenaga Kerja Unit Usaha Sistem Integrasi Sapi Sawit PTPN IV - Manajer Khusus (PTPN IV) : 1 Orang - Mandor/ Krani Admi (PTPN IV) : 2 Orang - Kepala Kandang / Pengawas (PT Berdikari) : 2 Orang - Dokter Hewan (PT Berdikari) : 1 Orang - Anak Kandang (Tenaga Kerja PKWT) : +/- 30 Orang

Seluruh biaya tenaga kerja di tanggung oleh Perusahaan.Jumlah awal seluruh sapi yang diusahakan di PTPN III ini sebanyak 934 ekor, dan PTPN IV sebanyak 486 ekor.Kandang sapi untuk integrasi sapi-sawit PTPN III berlokasi di Kebun Tanah Raja (KTARA), kebun Aek Nabara Utara (KANAU), Kebun Bangun(KBANG), Kebun Silau Dunia (KSDUN), Kebun Gunung Para (KGPAR), Kebun Rambutan (KRBTN), Kebun Sarang Ginting (KSGGI), dan Kebun Sungai Putih(KSPTH) Kandang sapi untuk integrasi sapi-sawit PTPN IV berlokasi di Kebun Adolina, Perbaungan, Serdang Berdagai

Penyebab kegagalan program integrasi sapi sawit dengan model unit usaha di PTPN III dan IV karena Pembelian sapi bakalan tidak terseleksi dengan baik pada saat pembeliaan (tidak didampingi oleh tenaga ahli) dan handling di pengangkutan tidak normal, sehingga bobot sapi bakalan susut dominan >10%

Tenaga kerja (anak kandang) merupakan warga local bukan peternka yang minim pengalaman dalam penanganan recovery sapi yang baru tiba dikandang dan proses pemeliharaan/penggemukan

Ternak sapi yang dipelihara merusak/memakan tanaman sawit yang masih muda, ternak sapi dapat memadatkan media tanah sehingga mengganggu kesuburan sawit, ternak sapi dapat membawa parasit yang merugikan tanaman sawit karena pada awalnya dibiarkan untuk mencari makan sendiri di lingkungan perkebunan Setelah akhirnya sapi tidak biarkan berkeliaran lagi, pengadaan pakan kepada sapi tidak lancar disebabkan dropping ke gudang pakan oleh pihak PT Berdikari (Persero) dan pemasok lainnya tidak tepat waktu

Pengawasan kecukupan pemberian pakan (baik dari sisi kuantitas maupun kualitas) tidak terlaksana dengan baik karena pengawasan di lapangan hanya dilakukakn oleh seorang kepala kandang (tenaga perbantuan dari PT Berdikasi (Persero).

Kesulitan dalam memasarkan pemasaran daging, sebab wilayah Medan dan sekitarnya tidak pernah kekurangan pasokan daging.sehingga sapi bakalan dikandang tidak terjual tepat waktu.

ADG (Average Daily Gain) sapi hanya 0,1kg/sapi tidak mencapai target yang ditentukan yaitu 1kg/ekor/hari.

Menimbang usaha penggemukan sapi bukan core business PTPN III dan IV, menjalankan program ini memiliki resiko kegagalan yang cukup tinggi. Dan dalam pelaksanaan program ini PTPN III dan IV belum menggandeng mitra kerjasama/konslutan yang tepat dalam pengelolaannya.Sebagai mitra, PT Berdikari (Persero) menyerahkan pelaksanaan kerjasama ini sepenuhnya kepada dua (2) orang perwakilannya di kantor Medan. Kompetensi mereka tidak sesuai di bidang peternakan dan mereka harus berbagi tugas lain yang tidak ada kaitannya dengan peternakan, seperti perdagangan beras, distribusi pupuk,dll.

(11)

Manfaat Finansial dan Sosial Model Integrasi Sapi-sawit yang telah berlangsung

Manfaat Finansial CSR .

Tabel 5.2 menunjukkan biaya yang dikeluarkan masing-masing peternak selama memelihara sapi

Tabel 5.2 Biaya peternak selama memelihara sapi

Tenaga Kerja

N Jum TKDK TKLK Pemeli Obat- Pengang Total

o lah Jlh Jam Jlh Jam total gaji haraan obatan kutan (Rp) Sapi TK Kerja TK Kerja TK

(Rp) Kan

dang (Rp) Pakan

(rumput 2.200.000/ (Rp/bu dan solid)

TK lan) (Rp/bulan)

1 6 1 7 - - - 100.000 18.000 36.000 154.000

2 6 1 7 - - - 100.000 16.000 36.000 152.000

3 12 1 7 - - - 200.000 34.000 36.000 270.000

4 70 3 9 4 9 8.800.000 200.000 187.000 36.000 9.223.000

5 10 - - 1 9 2.200.000 200.000 26.000 36.000 2.462.000

6 6 1 7 - - - 100.000 18.000 36.000 154.000

7 6 1 7 - - - 100.000 16.000 36.000 152.000

8 7 1 7 - - - 100.000 21.000 36.000 157.000

9 5 1 7 - - - 100.000 13.000 36.000 149.000

10 5 1 7 - - - 100.000 10.000 36.000 146.000

11 7 1 7 - - - 100.000 19.000 36.000 155.000

12 20 - - 2 9 4.400.000 200.000 55.000 36.000 4.691.000

13 10 1 7 - - - 200.000 26.000 36.000 262.000

14 10 1 7 - - - 200.000 31.000 36.000 267.000

Tabel 5.3 menunjukkan Total pendapatan masing-masing petani Tabel 5.3 Penerimaan,Biaya dan Pendapatan model CSR

No Jumlah Sapi Total Penerimaan Total Biaya Total Pendapatan (TR) (Rp/ekor) (TC) (Rp/ekor) (Pd) (Rp/ekor)

1 6 16.520.000 25.666 16.494.334

2 6 16.520.000 25.333 16.494.667

3 12 16.520.000 22.500 16.497.000

4 70 16.520.000 225.528 16.294.472

5 10 16.520.000 264.200 16.255.000

6 6 16.520.000 25.666 16.494.334

7 6 16.520.000 25.333 16.494.667

8 7 16.520.000 22.428 16.497.572

9 5 16.520.000 29.800 16.490.200

10 5 16.520.000 29.200 16.374.000

11 7 16.520.000 22.142 16.365.000

12 20 16.520.000 234.550 11.829.000

13 10 16.520.000 26.200 16.285.450

14 10 16.520.000 26.700 16.493.300 Unit Usaha

Untuk menyesuaikan harga jual sapi pada model unit usaha dengan model CSR digunakan rumus Future Value (FV)

(12)

Dimana :

PV = Nilai sekarang (Rp)

FV = PV ( 1+i)n

FV = Nilai pada masa yang akan datang (Rp) i = tingkat suku bunga

n = jangka waktu

Tabel 5.5 Penerimaan,Biaya dan Pendapatan model Unit Usaha No Nama Skala Usaha Total Total Biaya Total

Penerimaan (TC) Pendapatan

(TR) (Rp/Ekor) (Rp/Ekor) (Pd) (Rp/Ekor) 1 PTPN III 934 20.338.786 27.082.242 -6.743.456 2 PTPN IV 486 18.195.556 27.082.242 -8.886.686 Manfaat Sosial

Sesuai dengan tujuan Integrasi sapi sawit yaitu a) memanfaatkan limbah perkebunan kelapa sawit terutama pelepah sawit. sebagai sumber pakan ternak sapi potong, b) menyediakan pupuk organik padat berupa limbah usaha ternak sapi potong guna memenuhi kebutuhan pupuk tanaman kelapa sawit, c) menyediakan kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar lokasi pengembangan usaha integrasi sapi-sawit.

CSR Kelompok Ternak Tani Tangguh dan PT.Tolan Tiga mampu memanfaatkan limbah perkebunan sawit dengan maksimal untuk menjadi sumber pakan ternak sapi, Kelompok Ternak Tani Tangguh mengolah limbah ternak menjadi pupuk organik untuk memenuhi kebutuhan kelapa sawit yang berada di daerha perkebunan PT. Tolan Tiga.

CSR PT.Tolan Tiga dan Kelompok Ternak Tani Tangguh juga menyerap tenaga kerja dari masyarakat, 7 tenaga kerja dari masyarakat sekitar dilatih oleh pemilik sapi untuk merawat 100 ekor sapi Kelompok Tani Ternak Tangguh yang berada di kandang komunal.

Unit Usaha

Unit Usaha tidak menyerap tenaga kerja dari luar. Model unit usaha memiliki struktur manajemen yang dikelola oleh PTPN III dan IV.Tenaga kerja untuk unit usaha integrasi sapi sawit di peroleh dari karyawan PTPN III dan IV dari berbagai departemen dan dianggap mampu untuk melaksanakan program integrasi sapi sawit. Model unit usaha tidak memanfaatkan limbah perkebunan kelapa sawit sebagai sumber pakan ternak sapi potong secara maksimal, Pengadaan pakan tidak lancar disebabkan dropping ke gudang pakan tidak tepat waktu dan Pengawasan kecukupan pemberian pakan (baik dari sisi kuantitas maupun kualitas) tidak terlaksana dengan baik karena pengawasan di lapangan hanya dilakukan oleh seorang kepala kandang ,pengolahan pupuk organik dari limbah usaha ternak sapi juga tidak terlaksana dengan baik karena minimnya pengalaman dan pengetahuan pekerja dalam mengelola ternak.

Model Integrasi Sapi-Sawit yang paling sesuai untuk di kembangkan

Terdapat dua cara pendekatan dalam pengembangan model integrasi sawit-sapi agar dapat berjalan dengan baik. Pertama, sinergisme kedua usaha tersebut dalam

(13)

meningkatkan efisiensi melalui pemanfaatan produk samping Kelapa Sawit bagi usaha sapi. Sebaliknya, kotoran sapi melalui proses pengolahan lebih lanjut dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik yang dapat meningkatkan produksi TBS. Kedua, pembentukan pola kemitraan yang saling menguntungkan dengan tingkat yang sejajar sebagai mitra usaha yang saling membutuhkan.(Hakim,2015) Tren perkembangan tentang konsep dan implementasi CSR sampai saat ini semakin meningkat, baik dari segi kuantitas maupun kualitas.Tekanan LSM, lembaga konsumen, dan lembaga pencinta lingkungan internasional yang gencar menyuarakan pembangunan perkebunan kelapa sawit lestari memengaruhi perbankan dan lembaga keuangan multilateral .Lembaga-lembaga itu membatasi atau menghentikan sama sekali investasi dan pembiayaan di sektor sawit Indonesia karena argumen lingkungan dan sosial. Oleh karena itu kewajiban perusahaan kelapa sawit untuk melaksanakan corporate social responsibility (CSR) semakin penting bagi keberlanjutan bisnis. Pelaksanaannya pun semakin beraneka ragam mulai dari bentuk program yang dilaksanakan maupun dari sisi dana yang digulirkan untuk program tersebut.Model pelaksanaan CSR oleh perusahaan perkebunan juga bemacam-macam. Salah satu model pelaksanaan CSR oleh perusahaan perkebunan adalah, bermitra dengan pihak lain.Dalam menjalankan CSR perusahaan menjalin kerja sama dengan pihak lain seperti lembaga sosial nonpemerintah, lembaga pemerintah, media massa dan organisasi lainnya.(Drajat,2011).

Model pengembangan sistem integrasi sapi sawit lainnya adalah model unit usaha. Pada model ini perusahaan memiliki peternakan sapi yang dikelolanya sendiri,Model ini memiliki manajemen tersendiri yang terdiri dari karyawan perusahaan yang dianggap mampu untuk melaksanakan program integrasi Sapi- sawit. PTPN III dan IV melaksanakan program integrasi sapi sawit dengan model unit usaha.Kedua perusahaan mengalami kegagalan dan tidak lagi melanjutkan program integrasi sapi-sawit. Kegagalan program integrasi sapi-sawit model unit usaha yang dilaksanakan oleh PTPN III dan PTPN IV karena kompetensi tenaga kerja tidak sesuai di bidang peternakan, pemeliharaan sapi lebih rumit dibanding dengan pemeliharaan kelapa sawit karena pemeliharaan sapi menyangkut nyawa sapi itu sendiri sehingga membutuhkan pemeliharaan yang intensif, jadi dibutuhkan tenaga kerja yang benar-benar memahami bagaimana cara memelihara sapi yang baik dan benar, PTPN menggunakan tenaga kerja yang tidak paham betul cara menangani sapi baik pemberian pakan secara kuantitas dan kualitas, proses pemeliharaan/penggemukan semua di lakukan oleh pekerja yang minim pengalaman dan pengetahuan mengenai penanganan sapi, ditambah core business PTPN III dan PTPN IV bukan peternakan jadi menjalankan program integrasi sapi-sawit dengan model unit usaha ini memiliki resiko kegagalan yang cukup tinggi dan dalam pelaksanaan program ini PTPN III dan IV belum menggandeng Mitra kerjasama konsultan yang tepat dalam pengelolaannya.

Tabel.5.6 Manfaat Finansial dan Sosial Pelaku Sistem Integrasi Sapi-sawit Kelompok Ternak Tani Tangguh PTPN III dan PTPN IV

Manfaat Finansial

menguntungkan secara finansial. tidak menguntungkan secara finansial.

(14)

Manfaat Sosial

limbah perkebunan sawit diolah maksimal untuk menjadi sumber pakan ternak sapi,

Limbah ternak diolah menjadi pupuk organik untuk memenuhi kebutuhan kelapa sawit yang berada di daerah perkebunan Menyerap tenaga kerja dari masyarakat dan dilatih oleh pemilik ternak untuk merawat sapi

Pengawasan kecukupan pemberian pakan (baik dari sisi kuantitas maupun kualitas) tidak terlaksana dengan baik

Pengolahan limbah ternak tidak terlaksana dengan baik

Kompetensi tenaga kerja tidak sesuai di bidang peternakan, yang tidak paham betul cara menangani sapi baik

Model yang paling sesuai untuk dikembangkan adalah model CSR. Berdasarkan hasil pengolahan data Survei Perusahaan Perkebunan Triwulanan komoditas kelapa sawit tahun 2016 (SKB16-Kelapa Sawit) yang diintegrasikan dengan Survei Perusahaan Perkebunan Tahunan 2016 Provinsi Sumatera Utara merupakan provinsi dengan jumlah perusahaan perkebunan kelapa sawit terbanyak di Indonesia yaitu sebanyak 351 perusahaan.

melihat banyaknya perusahaan perkebunan di indonesia terutama sumatera utara yang mampu membantu kelompok-kelompok peternak yang kesulitan mencari pakan berkualitas, sistem CSR sangat layak untuk dikembangkan. Dengan sistem integrasi model CSR, ternak yang dipelihara langsung oleh peternak akan terawat dengan baik dan kegiatan peternakan tidak akan mengganggu kegiatan perkebunan.Apabila sebagian besar perusahaan perkebunan kelapa sawit melaksanakan integrasi sapi-sawit dengan model CSR ini tidak hanya akan menguntungkan bagi industri perkebunan sawit dan peternak, tapi juga dapat mewujudkan swasembada daging sapi.

Model unit usaha juga layak untuk di kembangkan, karena beberapa perusahan yang menggunakan model unit usaha seperti PT.Sulung Ranch di kalimantan berhasil melaksanakannya, namun untuk melaksanakan sistem integrasi sapi-sawit dengan model unit usaha perusahaan harus memiliki tenaga kerja yang berkompensi dibidang peternakan karena pemeliharaan sapi lebih rumit dibanding dengan pemeliharaan kelapa sawit, pemeliharaan sapi menyangkut nyawa sapi itu sendiri sehingga membutuhkan pemeliharaan yang intensif oleh tangan profesional sehingga ternak dapat ditangani dengan tepat.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Model pengembangan sistem integrasi sapi sawit yang tengah berlangsung yaitu model unit usaha yang digunakan oleh PTPN III,IV dan model CSR yang digunakan oleh Kelompok Tani Ternak Tangguh yang bekerjasama dengan PT .Tolan Tiga, dan model pengembangan yang berhasil dilaksanakan adalah model CSR.

2. Model Unit Usaha dengan skala usaha PTPN III mengalami kerugian sebesar sebesar Rp-6.743.456 dan PTPN IV sebesar Rp. -8.886.686.Hal ini

(15)

menunjukkan bahwa program integrasi sapi-sawit model unit usaha di PTPN III dan IV tersebut tidak menguntungkan secara finansial, Model unit usaha tidak memberikan manfaat sosial sesuai dengan tujuan pelaksanaan integrasi sapi sawit. Sedangkan Model CSR ekor memberikan keuntungan secara finansial bagi Kelompok Ternak Tani Tangguh. Model CSR memberikan manfaat sosial sesuai dengan Sesuai dengan tujuan Integrasi sapi sawit yaitu a) memanfaatkan limbah perkebunan kelapa sawit terutama pelepah sawit. sebagai sumber pakan ternak sapi potong, b) menyediakan pupuk organik padat berupa limbah usaha ternak sapi potong guna memenuhi kebutuhan pupuk tanaman kelapa sawit, c) menyediakan kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar lokasi pengembangan usaha integrasi sapi-sawit.

3. Program Integrasi Sapi Sawit dengan model CSR lebih sesuai untuk

dikembangkan karena model CSR berhasil dilaksanakan,sedangkan model unit usaha mengalami kegagalan dalam pelaksaannya.

Saran

1. Kepada Pelaku Integrasi Sapi Sawit

Dalam mengambil keputusan menggunakan model untuk pelaksanaan integrasi sapi-sawit,perlu adanya pengetahuan mengenai model pelaksanaan integrasi sapi-sawit yang baik didukung dengan melakukan pelatihan dan

pengembangan yang diberikan oleh penyuluh atau pihak yang berkompeten untuk membantu petani dalam pelaksanaan SISKA

2. Kepada Pemerintah

Memberikan bantuan sosialisasi mengenai pelaksanaan,pelatihan atau kursus mengenai teknologi praktis beternak sapi bagi petugas maupun pemanen terutama di lokasi kebun inti juga diperlukan.

3. Kepada Peneliti

Melakukan penelitian lebih lanjut mengenai model yang dapat digunakan untuk mengembangkan integrasi sapi-sawit

DAFTAR PUSTAKA

Argo,Kusdi,Karuniawan.2017.Optimalisasi Strategi Integrasi Kelapa Sawit - Sapi Pada Badan Usaha Milik Negara (Bumn) Perkebunan Di Indonesia diunduh dari http://ejournalfia.ub.ac.id/index.php/profit/article/ viewFile/

466/885

Arikunto,S.2010.Prosedur penlitian.Penerbit Rineka Cipta.Jakarta.

Balai Penelitian Ternak.2013. Potensi Pengembangan Bioindustri dalam Sistem Integrasi Sapi Sawit Diunduh dari peternakan.litbang.pertanian.go.id Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali.2011.Sistem Pertanian Terpadu.

Diunduh dari bali.litbang.pertanian.go.id

Daru,dkk.2010.Potensi Hijauam di Perkebunan Kelapa Sawit Sebagai Pakan Sapu Potong di kabupaten Kutai Negara.Samarinda. Diunduh dari https://ojs.unud.ac.id/index.php/pastura/article/view/11181/7966

Dinas Pertanian tanaman pangan bali.2010.Panduan Simantri.Diunduh dari.

http://103.43.45.136/siki/assets/dokumen/Panduan_Simantri_99_V1_5a83 d3ba794d5.pdf

(16)

Direktorat Jenderal Peternakan. 2010. Pedoman Teknis Pengembangan Usaha Integrasi Ternak Sapi dan Tanaman. Direktorat Jenderal Peternakan Kementerian Pertanian. Jakarta. diunduh dari http://sistemintegrasipaditernaksapipotong.blogspot.com/.

Hasnudi.2005.Peranan Limbah Kelapa Sawit Dan Hasil Samping Industri KelapaSawit

Terhadap Pengembangan Ternak. Diunduhdari

http://www.repository.usu.ac.id.

Lismawati.2016.Arahan Pengembangan Integrasi Sawit-Sapi Dalam Peningkatan Ekonomi Wilayah Di Kabupaten Langkat.diunduh dari repository.ipb.ac.id Ismail.2015. Implementasi Program Corporate Social Responsibility Terhadap

Warga dan Lingkungan di Kelurahan Guntung (Studi Kasus Pada Departemen Humas PT Pupuk Kaltim) diunduh dari https://jurnal.ugm.ac.id/populasi/article/download/12072/8859

Matondang,R dan C Talib.2015. Model Pengembangan Sapi Balidalam Usaha Integrasi di Perkebunan Kelapa Sawit. Diunduh dari http://dx.doi.org/10.14334/wartazoa.v25i3.1159

Mildaerizanti.2014. Integrasi Sawit Sapi dan Potensinya dalam Mendukung Pertanian Berkelanjutan di Muaro Jambi. diunduh dari peternakan.litbang.pertanian.go.id

Mulyono, M., 1996. Penerapan Produktivitas, Dalam Organisasi, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.

Novra, 2012. Studi Kelayakan Integrasi Sapi-Sawit PTPN IV.Diunduhdarihttps://www.academia.edu/4122123/Ardi_Novra_PTPN_V I_Integrasi_SawitSapi_Membantu_Pemda_dalam_Swasembada_dan_Stabi lisasi_Harga_Daging_Sapi

Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian 2014.Sistem

Integrasi Sapi-sawit. diunduh dari

http://pustaka.litbang.pertanian.go.id/publikasi/wr266048.pdf

Umar,S. 2009. Potensi Perkebunan Kelapa Sawit Sebagai Pusat Pengembangan Sapi potong dalam Merevitalisasi dan mengakselerasi Pembangunan Pertanian Berkelanjutan.Sumatera Utara. Diunduh dari repository.usu.ac.id

Rusnan.2015.Analisis Potensi dan Strategi Pengembangan Sapi Potong dengan Pola Integrasi Kelapa Sawit Sapi di kabupaten Halmahera.

Diunduhdarihttps://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/zootek/article/view/743 Triesnamurti,dkk. 2013. Model Pengembangan Sistem Integrasi Tsanaman Sapi

Berbasis Inovasi. Jakarta:IAARD PRESS

Yamin,M.2010. Kelayakan sistem integrasi sapi dengan perkebunan kelapa sawit di propinsi sumatera selatan. diunduh dari http://eprints.unsri.ac.id/6685/1/KELAYAKAN_SISTEM_INTEGRASI_S API_DENGAN_PERKEBUNAN_KELAPA_SAWIT_DI_PROVINSI_SU MATERA_SELATAN.pdf

Referensi

Dokumen terkait

Thomas Young mendapatkan dua gelombang cahaya yang koheren dengan menjatuhkan cahaya dari sumber cahaya pada dua buah celah sempit yang saling berdekatan, sehingga

Therefore this utterance can be said as the code mixing because of the existing of English phrase print out into Bahasa Indonesia. The code mixing of this utterance

Penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Tingkat kefavoritan sekolah tidak berpengaruh signifikan terhadap kemampuan TPACK (2) Lama mengajar guru tersarang pada

Tema masalah yang dipilih dalam studi ini adalah mengenai harga lahan dalam suatu koridor jalan terkait intensitas pemanfaatan ruang. Berdasarkan penjelasan yang

Jika dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dari sentra batik Jetis, sebagai sebuah sentra, kinerja anggota sentra sepatu wedoro masih kurang optimal dan

Hal ini membuktikan bahwa PGV- 0 memiliki kemampuan lebih baik dibanding kurkumin pada penghambatan daur sel untuk memasuki fase sintesis, atau PGV-0 mampu menghambat

Hasil lainnya yang diperoleh dari simulasi ini adalah kenaikan nilai temperatur udara primer sebesar 463°K dengan kondisi flowrate udara dan batubara pada nilai yang

amplikon fragmen DNA genom EBV dengan teknik PCR konvensional adalah konsentrasi DNA virus yang rendah pada sampel penelitian yang digunakan, karena konsentrasi