• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA PADA RUANG PUBLIK SEKOLAH DASAR DI KOTA AMBON. Nita Handayani Hasan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA PADA RUANG PUBLIK SEKOLAH DASAR DI KOTA AMBON. Nita Handayani Hasan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

169

Nita Handayani Hasan

Kantor Bahasa Provinsi Maluku

Kompleks Perkantotan LPMP Maluku, Jalan Tihu, Rumah Tiga, Ambon, Indonesia Pos-el: bontanita00kantorbahasapromal@gmail.com

Abstrak

Penggunaan tulisan-tulisan berbahasa Indonesia yang sesuai kaidah di lingkungan sekolah merupakan cara ampuh untuk membiasakan siswa berbahasa Indonesia dengan benar. Untuk itu, penelitian ini hendak mengkaji bagaimana situasi kebahasaan yang terdapat di ruang publik lembaga pendidikan dasar di Kota Ambon, dan bagaimana penggunaan kaidah kebahasaan (ejaan, pilihan kata, dan struktur kalimat) pada ruang publik lembaga pendidikan dasar di Kota Ambon. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Data yang akan dianalisis bersumber dari tulisan pada foto-foto di lingkungan sekolah dasar di Kota Ambon. Langkah analisis yaitu, mengambil gambar di sekolah-sekolah dasar di Kota Ambon; menggolongkan foto-foto pada kelompok ruang kelas, ruang guru, dan lingkungan sekolah; dan menganalisis tulisan pada foto-foto berdasarkan kaidah kebahasaan (ejaan, pilihan kata, dan struktur kalimat). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertama, sekolah dasar negeri di Kota Ambon sudah memprioritaskan penggunaan bahasa Indonesia di ruang publik, kedua terdapat kesalahan penggunaan kaidah kebahasaan pada ruang publik sekolah dasar yang meliputi kesalahan penggunaan tanda baca, kesalahan pemilihan kata, dan kesalahan mencampuradukkan struktur kalimat bahasa Indonesia dengan bahasa asing.

Kata-kata kunci: kaidah kebahasaan, penggunaan bahasa, bahasa di ruang public

The Use of Indonesia Language on Elementary School Public Area in Ambon City

Abstract

Indonesian language grammar which applied in poster on school enviorenment has strength to improve students language ability. Therefore, this study aims to find out language situation and the application of language grammar (spelling, choice of words, and sentence structure) in Ambon City primary school public area. It is a qualitative description research. Data source becomes from words on photographs which taking in elementary school environment. The analysis steps are the researcher took the picture in elementary schools; classified the picture in three groups (classrooms, teacher rooms, and school environment); and analyze the words in the pictures based on Indonesian language grammar (spelling, word choice, and sentence structure). The conclusion of this research are public elementary school in Ambon still using Indonesian language in their public space; and there are so many mistakes in application of Indonesian language grammar. The mistakes which the research founds were disobedient in using punctuation mark, chose the wrong word, and mixing Indonesian with foreign language sentence structure.

Keywords: Indonesian language grammar, elementary school, Ambon City

(2)

170 PENDAHULUAN

Sekolah dasar merupakan jenjang pendidikan yang harus dilewati setiap siswa untuk dapat melangkah ke jenjang pendidikan berikutnya. Mata pelajaran yang diajarkan para guru pada jenjang pendidikan dasar biasanya akan terus- menerus diingat oleh para muridnya. Oleh karena itu, lingkungan belajar yang kondusif dan menyenangkan harus diciptakan oleh pihak sekolah demi terciptanya memori yang indah bagi setiap siswa.

Salah satu bentuk penciptaan lingkungan belajar yang kondusif yaitu dibuatnya tulisan-tulisan yang menarik pada lingkungan sekolah. Tulisan-tulisan yang menarik tersebut biasanya berisi imbauan dan pesan-pesan kebaikan yang harus diikuti siswa. Pesan-pesan yang tertulis pada papan-papan imbauan akan terus-menerus dibaca oleh para siswa, sehingga pesan yang disampaiakan dapat terus diingat oleh para siswa.

Sayangnya saat ini penggunaan bahasa asing pada papan-papan imbauan di sekolah dasar semakin merajalela.

Penggunaan istilah-istilah asing di sekolah dapat memengaruhi pola pikir siswa. Siswa akan cenderung memilih menggunakan istilah asing akibat adanya pembiasaan yang dilakukan oleh pihak sekolah. Pihak sekolah semestinya lebih mengutamakan penggunaan bahasa Indonesia pada ruang- ruang publiknya agar siswa merasa bangga menggunakan bahasa Indonesia dibandingkan bahasa asing.

Kecenderungan penggunaan bahasa asing pada ruang-ruang publik di sekolah- sekolah dasar di Kota Ambon juga marak terjadi. Banyak tulisan berbahasa asing terpampang pada papan pengumuan, papan petunjuk dan sudut-sudut baca. Para siswa seakan-akan disuguhi dan dipaksa memahami arti dari tulisan-tulisan tersebut.

Selain penggunaan bahasa asing, masih banyak tulisan yang menggunakan bahasa Indonesia tidak taat asas.

Penggunaan bahasa Indonesia yang baik

dan benar belum benar-benar diaplikasikan oleh pihak sekolah. Padahal, pembiasaan penggunaan kaidah yang benar pada papan-papan imbauan dapat memudahkan siswa mempelajari, dan mengaplikasikan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari- hari.

Papan-papan imbauan merupakan cara yang paling efektif dalam pembelajaran bahasa, khusunya bahasa Indonesia. Siswa biasanya akan meniru penggunaan bahasa Indonesia yang tertera pada papan-papan imbauan. Oleh karena itu, sudah seharusnya pihak sekolah memerhatikan penggunaan bahasa pada papan-papan imbauan.

Kesalahan penggunaan bahasa Indonesia di ruang publik saat ini bisa jadi merupakan akibat ketidakpahaman guru sekolah dasar dalam mengajarkan bahasa Indonesia. Para guru semestinya memahami penggunaan ejaan dan kalimat bahasa Indonesia dengan baik agar dapat mengajarkannya kepada para muridnya dengan cara yang menyenangkan.

Kesalahan pilihan kata dan ejaan mungkin dianggap suatu hal yang sepele, padahal ketaatan pada rambu-rambu kebahasaan merupakan salah satu bentuk pemartabatan bahasa negara.

Penelitian terdahulu yang membahas penggunaan bahasa Indonesia pada ruang publik yaitu penelitian penataan lanskap bahasa pada kawasan pendidikan di Kota Malang (Prasetya, 2018). Penelitian tersebut membahas penggunaan bahasa pada kawasan pendidikan di Kota Malang. Hasil yang ditemukan yaitu terdapat tanda komersil dan nonkomersil, serta penggunaan bahasa Indonesia, Inggris, daerah, dan kombinasi pada kawasan pendidikan di Kota Malang.

Penelitian yang berhubungan dengan penerapan kaidah kebahasaan yaitu penelitian pemakaian bahasa Indonesia dalam ruang publik di Kota Surakarta (Dasuki, 2015). Penelitian tersebut melihat fenomena penerapan kaidah struktur frasa dalam penulisan nama-nama tempat usaha di Kota Surakarta. Hasil yang diperoleh

(3)

171 yaitu penamaan tempat usaha di Kota Surakarta tidak taat asas. Banyak penamaan tempat usaha yang menggunakan pola M-D, padahal semestinya menggunakan pola D-M.

Penelitian terdahulu lainnya yaitu penelitian yang membahas penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam pendidikan dan pengajaran (Rahayu, 2015). Penelitian tersebut membahas pentingnya pengajaran bahasa Indonesia bagi generasi muda di tengah arus globalisasi. Penggunaan bahasa gaul dan alay oleh generasi muda dapat memengaruhi pola berbahasa mereka.

Selain bahasa gaul dan alay, munculnya kosakata baru yang tidak terkontrol dapat memengaruhi kenormalan bahasa. Oleh karena itu, pengajaran bahasa yang baik dan benra harus diterapkan di setiap sekolah dan universitas.

Selain penelitian-penelitian tersebut, terdapat penelitian yang spesifik membahas kesalahan penulisan kata, kesalahan ejaan, dan kesalahan berbahasa pada ruang publik di Kota Semarang.

Penelitian tersebut bertujuan untuk meneliti, mengidentifikasi, dan mengetahui penggunaan bahasa Indonesia di ruang publik Kota Semarang. Hasil yang diperoleh yaitu terdapat kesalahan penulisan kata, ejaan, dan penggunaan bahasa pada ruang publik di Kota Semarang (Murniah, 2018).

Berdasarkan hasil studi pustaka tersebut, penulis berkesimpulan bahwa para peneliti lainnya belum menyentuh ranah penggunaan bahasa Indonesia pada ruang publik sekolah-sekolah dasar.

Padahal sekolah dasar merupakan tempat yang paling strategis dalam pengajaran bahasa Indonesia yang baik dan benar. Jika sejak dini para siswa telah dibiasakan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan banar, maka diharapkan kebiasaan tersebut akan terus digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan ini yaitu bagaimana situasi kebahasaan yang terdapat di ruang publik

lembaga pendidikan dasar di Kota Ambon, dan bagaimana penggunaan kaidah kebahasaan pada ruang publik lembaga pendidikan dasar di Kota Ambon.

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui penggunaan bahasa Indonesia di ruang publik sekolah dasar di Kota Ambon, dan mengetahui penerapan kaidah pada ruang-ruang publik di sekolah- sekolah dasar di Kota Ambon.

TEORI

Ruang publik merupakan wilayah yang yang dapat diakses oleh siapa saja.

Tulisan-tulisan yang ada di ruang-ruang publik biasanya akan sering dibaca oleh siapa pun, sehingga tulisan-tulisan tersebut sering dijadikan contoh bagi pengguna bahasa di tempat lainnya. Oleh karenanya, pemilihan kata dan bahasa yang tepat pada tulisan-tulisan di ruang publik harus dilakukan dengan cermat.

Lingkungan sekolah merupakan wilayah yang dapat diakses oleh siapa saja, terkhusus siswa dan guru. Di lingkungan sekolah, para siswa dan guru saling berinteraksi. Oleh karena itu, lingkungan sekolah dapat dikategorikan sebagai ruang publik. Ruang publik merupakan ruang bersama yang dipakai bersama-sama, sehingga diperlukan tata tertib dan pengendalian sosial terhadap kebebasan gerak agar tercipta suatu ketertiban (Car, 1981). Ketertiban sosial pada lingkungan sekolah dapat terlihat pada penggunaan bahasa Indonesia yang sesuai kaidah kebahasaan.

Kaidah kebahasaan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu berupa penggunaan ejaan, penerapan pilihan kata, dan struktur kalimat bahasa Indonesia.

Secara umum ejaan mengatur penggunaan kaidah kebahasaan yang harus ditaati. Ejaan yang berlaku saat ini yaitu Ejaan Bahasa Indonesia (EBI). EBI mengatur pemakaian huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca (Panitia Pengembang Pedoman Bahasa Indonesia, 2016) . Pada bagian pemakaian huruf

(4)

172 diatur penggunaan huruf kapital, huruf miring, dan dan huruf tebal.

Tata aturan penggunaan huruf kapital yaitu huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat; huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang termasuk julukan; huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata nama agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan; huruf kapital digunakan pada huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti nama orang, termasuk gelar akademik yang mengikuti nama orang;

huruf kapital dipakai pada huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, profesi, serta nama jabatan dan kepangkatan yan dipakai sebagai sapaan;

huruf kapital digunakan pada huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa; huruf kapital digunakan pada huruf pertama unsur nama peristiwa sejarah;

huruf kapital dipakai pada huruf pertama nama geografi; huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur bentuk ulang sempurna) dalam nama negara, lembaga, badan, organisasi, atau dokumen, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk; huruf kapital dipakai pada huruf pertama nama judul buku, karangan, artikel, dan makalah serta nama majalah dan surat kabar, kecuali pada kata hubung;

dan huruf kapital digunakan pada huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, atau sapaan.

Aturan penggunaan huruf miring, yaitu huruf miring digunakan pada judul buku, nama majalah, atau surat kabar yang dikutip dalam tulisan dan dicantumkan dalam daftar pustaka; huruf miring digunakan untuk menegaskan sebuah huruf, kata, bagian kata, atau kelompok kata dalam kalimat; huruf miring digunakan ketika menulis kata atau ungkapan dalam bahasa daerah atau asing.

Penegasan pada huruf atau kata dalam kalimat, biasanya menggunakan huruf tebal. Penegasan pada bagian-bagian

karangan, seperti judul buku, bab, atau subbab juga menggunakan huruf tebal.

Selain pemakaian huruf, bagian kedua yang diatur dalam EBI yaitu penulisan kata. Penulisan kata yang diatur yaitu penulisan kata berimbuhan, gabungan kata, kata depan, partikel, singkatan dan akronim, angka dan bilangan, dan kata ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan -nya.

Pada pemakaian kata berimbuhan terdapat aturan penulisan bentuk terikat yang ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Bentuk-bentuk terikat seperti infrastruktur, mancanegara, paripurna, pascasarjana, prasejarah, pramusaji, purnawirawan, dan tunakarya harus ditulis serangkai dengan kata-kata yang mengikutinya. Selain bentuk-bentuk tersebut, terdapat bentuk maha yang pengaturannya sedikit unik. Bentuk maha dapat ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya jika bentuk maha diikuti dengan kata esa (Tuhan Yang Maha Pengasih), dan kata dasar yang mengacu pada nama atau sifat Tuhan ditulis dengan huruf awal kapital (Tuhan Yang Maha Pengampun). Bentuk maha ditulis serangkai dengan kata dasar yang mengacu pada nama atau sifat Tuhan (Tuhan Yang Mahakuasa).

Penulisan gabungan kata juga memiliki tata aturan. Aturan-aturan dalam gabungan kata yaitu bentuk gabungan kata yang awalnya telah terpisah, tetap ditulis terpisah walaupun mendapat awalan atau akhiran (bertepuk tangan, sebar luaskan);

gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran ditulis serangkai (dilipatgandakan, menggarisbawahi); terdapat bentuk paduan kata yang sudah padu/ditulis serangkai (kacamata, dukacita, peribahasa, saputangan, segitiga, sukacita).

Kesalahan penulisan kata juga sering terjadi pada penulisan kata depan. Kata depan (di, ke, dan dari) ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Cara mengecek kata di termasuk kata depan atau imbuhan yaitu dengan menggantikan penggunaan kata di dengan kata ke, dan dari pada kata yang mengikutinya. Jika kata di dapat

(5)

173 digantikan dengan kata ke, dan dari, maka kata di merupakan bentuk kata depan sehingga penulisan kata di dipisah dari kata yang mengikutinya (bukan imbuhan).

Partikel yang biasa digunakan yaitu - lah, -kah,-tah, pun dan per. Partikel -lah, - kah,-tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya (bacalah, Apakah. Partikel pun biasanya ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya (satu kali pun, apa pun), namun jika partikel pun merupakan unsur kata penghubung, maka partikel pun ditulis serangkai (meskipun, bagaimanapun).

Partikel per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau ‘mulai’ ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya (satu per satu, kenaikan gari per 1 Januari).

Penulisan singkatan dan akronim juga diatur dalam EBI. Berikut ini adalah contoh penulisan singkatan dan akronimm menurut EBI, M. Hum. (magister humaniora); S.E. (sarjana ekonomi); NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia); PT (perseroan terbatas); NIP (nomor induk pegawai); hlm. (halaman); dst. (dan seterusnya); a.n. (atas nama); s.d. (sampai dengan); Rp (rupiah); LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia); Bulog (Badan Urusan Logistik); Iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi).

Sering kali dijumpai penggunaan kalimat yang tidak efektif pada tulisan- tulisan di ruang publik. Ketidakefektifan tersebut disebabkan minimnya pengetahuan penyusun tulisan-tulisan di ruang publik terhadap kriteria pilihan kata dalam bahasa Indonesia. Terdapat empat kriteria pemilihan kata yang harus dipahami oleh penyusun tulisan-tulisan di ruang publik, yaitu ketepatan, kecermatan, dan keserasian.

Ketepatan dalam pemilihan kata merupakan unsur utama dalam mengutarakan ide/gagasan. Sebuah ide/gagasan dapat diartikan lain oleh pembaca jika kata-kata yang dipilih tidak sesuai dengan konteks maupun nilai rasa yang ingin ditonjolkan. Agar mampu memperoleh kata-kata yang tapat, maka pengguna kata harus memahami

pemakaian kata-kata yang bermakna denotasi dan konotasi; sinonim;

eufemisme; generik dan spesifik; serta konkret dan abstrak (Mustakim, 2016, p.

50).

Kriteria kedua dalam menentukan pilihan kata yang baik yaitu kecermatan.

Pengguna bahasa harus mampu memilih kata dengan cermat agar tidak muncul kemubaziran. Contoh kalimat mubazir yang sering ditemukan pada ruang publik yaitu ucapan Dirgahayu HUT Republik Indonesia ke-74. Pada contoh tersebut terdapat kata dirgahayu dan HUT yang sama-sama ucapan selamat ulang tahun.

Agar kalimat tersebut tidak mubazir, maka penulis dapat memilih salah satu dari kedua kata tersebut. Penyebab munculnya kemubaziran dalam kalimat yaitu terdapat kata yang bermakna jamak, mempunyai kemiripan makna, dan bermakna ‘saling’

secara ganda; serta terdapat kata yang tidak sesuai konteks.

Kriteria terakhir dalam pemilihan kata yaitu keserasian. Keserasian merupakan kemampuan memilih kata berdasarkan konteks pemakaian. Agar mampu memperoleh kata-kata yang sesuai dengan konteks pemakaian, penulis harus mampu mengolaborasi faktor kebahasaan dan nonkebahasaan dalam kalimat.

Faktor kebahasaan yang dimaksud yaitu pemanfaatan kata sesuai konteks kalimat; pemanfaatan bentuk gramatikal;

pemanfaatan idiom; pemanfaatan ungkapan idiomatis; pemanfaatan majas;

dan pemanfaatan kata yang lazim. Faktor nonbahasa yaitu situasi; lawan bicara;

sarana lisan atau tulisan; kelayakan penggunaan kata dalam suatu daerah; dan penggunaan kata sesuai zaman.

Terkadang keberadaan kalimat sering dianggap sama dengan klausa. Padahal bentuk klausa berbeda dengan kalimat.

Klausa merupakan satuan grmatikal yang berpontesi menjadi kalimat. Sedangkan kalimat merupakan bentuk gramatikal yang mampu mengungkapkan pikiran yang utuh atau mampu mengungkapkan informasi secara utuh (Sasangka, 2018, p. 151).

(6)

174 Contoh klausa yaitu Zain suka menghafal Al-Quran; sehingga dia menjadi hafiz Quran. Kedua klausa tersebut belum termasuk kalimat, karena masing-masing klausa belum mengungkapkan satu informasi yang utuh. Kedua klausa tersebut menjadi kalimat terlihat pada contoh berikut ini, Zain suka menghafal Al-Quran sehingga dia menjadi hafiz Quran.

Struktur dasar kalimat bahasa Indonesia yaitu terdiri atas subjek dan predikat, namun struktur tersebut dapat mengalami perluasan. Struktur kalimat bahasa Indonesia dapat berbentuk subjek-predikat (S-P); subjek-predikat-objek (S-P-O);

subjek-predikat-pelengkap (S-P-Pel);

subjek-predikat-objek-pelengkap (S-P-O- Pel); subjek-predikat-objek-keterangan (S- P-O-K); dan subjek-predikat-keterangan (S-P-K).

Hubungan satu kalimat dan kalimat lainnya dalam satu paragraf sangat erat.

Sebuah paragraf menjadi padu jika kalimat yang mendahului memengaruhi kalimat yang mengikutinya (Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2017, p. 407).

Oleh karena itu, informasi yang disampaikan dalam sebuah kalimat harus tuntas agar kalimat lain yang mengikutinya dapat menyambung informasi yang terdapat pada kalimat sebelumnya.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang memanfaatkan metode deskriptif dalam menganalisis permasalahan yang ada. Metode deskriptif merupakan metode yang menganalisis kata-kata (Mahsun, 2017). Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kata, frasa, atau kalimat yang terdapat pada ruang-ruang publik sekolah dasar (SD) di Kota Ambon. Sekolah yang dijadikan tempat pengambilan data yaitu sepuluh sekolah di Kota Ambon. Setiap sekolah mewakili kecamatan di Kota Ambon.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara dokumentasi. Data-data yang diperoleh kemudian dianalisis berdasarkan kaidah

kebahasaan (ejaan, pilihan kata, dan struktur kalimat bahasa Indonesia).

Bahasa di ruang publik yang dianalisis yaitu bahasa yang digunakan pada tulisan-tulisan yang ada di ruang kelas, ruang guru, dan lingkungan sekolah.

Tulisan-tulisan tersebut dapat berbentuk rambu umum, penunjuk jalan, fasilitas umum, dan alat informasi lainnya.

Langkah analisis yaitu, pada awalnya peneliti mengambil gambar di sekolah-sekolah dasar di Kota Ambon, kemudian gambar-gambar tersebut digolongkan pada kelompok ruang kelas, ruang guru, dan lingkungan sekolah. Foto- foto yang berada pada kelompok- kelompok tersebut kemudian dianalisis berdasarkan ejaan, pilihan kata dan struktur kalimat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kata/kalimat yang digunakan dalam tulisan di ruang publik sekolah dasar harus mampu dipahami oleh para siswa.

Pihak sekolah hendaknya memilih kata- kata yang mudah dipahami dan digunakan.

Selain itu, penerapan kaidah yang tepat harus diperhatikan. Siswa SD memiliki kecenderungan untuk mereduplikasi tulisan-tulisan yang telah dilihat ke dalam kebiasaan menulisnya sehingga kecermatan mimilih kata dan penerapan kaidah harus benar-benar diterapkan. Jika siswa telah disuguhi penggunaan kata dan kaidah yang tepat, maka kesalahan berbahasa di kemudian hari dapat diminimalisir.

Berikut ini akan dibahas hasil pemantauan penggunaan bahasa di ruang publik sekolah. Berdasarkan hasil pemantauan yang dilakukan, peneliti akan menggolongkan tulisan-tulisan yang ada di SD pada bagian papan nama sekolah, ruang kelas, ruang guru, dan lingkungan sekolah. Penulis akan mengambil beberapa contoh papan nama pada empat kelompok tersebut, kemudian dibahas berdasarkan ejaan, pilihan kata, dan struktur kalimat.

(7)

175 Tulisan pada papan nama sekolah

Contoh penggunaan bahasa pada papan nama sekolah dapat dilihat pada gambar 1 berikut ini. Gambar tersebut memuat dua foto papan nama SD di Kota Ambon. Foto di sebelah kiri diambil di sekolah SD Kristen Belso 1, sedangkan gambar di sebelah kanan diambil di SD Negeri 1 Passo.

Kesalahan berbahasa yang terdapat pada gambar 1 di atas yaitu terlihat pada penulisan nomor telepon. Penulisan angka kode wilayah pada nomor telepon seharusnya tidak menggunakan tanda kurung. PUEBI mengatur tanda kurung hanya dipakai untuk mengapit tambahan keterangan; mengapit keterangan yang bukan bagian utama kalimat; mengapit huruf atau kata yang keberadaannya dimunculkan atau dihilangkan; dan mengapit angka atau huruf yang berfungsi sebagai pemerinci. Kesalahan penulisan tanda kurung pada kode wilayah nomor telepon sering ditemukan pada papan- papan nama sekolah.

Selain kesalahan penulisan tanda kurung, terdapat juga kesalahan penulisan frasa terdiri dari. Kesalahan penulisan terdiri dari merupakan kesalahan pemilihan kata. Penulisan yang benar adalah terdiri atas. Kesalahan lainnya yaitu penulisan kata jalan. Kata jalan sebaiknya tidak disingkan, sehingga penulisannya menjadi JALAN.

Contoh penulisan papan nama sekolah yang salah juga terlihat pada gambar 2 di atas. Tulisan tersebut berada

di pintu masuk sekolah SD Lentera. Setiap orang yang masuk ke sekolah akan membaca tulisan tersebut. Penggunaan istilah asing welcome, dan penulisan moto sekolah knowledge, faith, dan character pada papan tersebut merupakan cara yang salah. Semestinya pihak sekolah lebih memiliki kata-kata dalam bahasa Indonesia dibandingkan kata-kata dalam bahasa asing.

Tulisan pada ruang kelas

Kesalahan penggunaan bahasa juga penulis kelompokkan pada tulisan di ruang kelas. Ruang kelas merupakan ruang utama bagi murid. Tulisan-tulisan yang dipajang di ruang kelas akan dibaca berulang-ulang oleh murid, sehingga penggunaan kata yang salah dapat memengaruhi cara berbahasa murid. Ruang kelas juga kerap dijadikan tempat untuk memajang hasil kreasi para siswa. Namun terkadang hasil kreasi yang dibuat siswa memiliki kesalahan penggunaan bahasa. Oleh karena itu, peran guru dalam mengecek penggunaan bahasa dalam tulisan-tulisan yang dibuat siswa dalam hasil kerasinya sangat dibutuhkan. Contoh penggunaan bahasa di ruang kelas dapat dilihat pada beberapa gambar berikut ini.

Gambar 3 di atas memuat contoh- contoh penggunaan bahasa di ruang kelas yang berbahasa asing. Kedua contoh gambar tersebut sama-sama menggunakan bahasa asing dan menggunakan desain yang cukup menarik. Sayangnya kedua tulisan tersebut menggunakan kata-kata dapam bahasa Inggris. Jika tujuan dibuatnya tulisan-tulisan tersebut untuk mengajarkan bahasa Inggris kepada siswa, maka hal tersebut merupakan hal yang baik. Namun, penggunaan bahasa asing pada ruang kelas, hendaknya disertai dengan maknanya dalam bahasa Indonesia.

Gambar 1 Papan Nama sekolah

Gambar 2 Papan Nama sekolah Berbahasa Asing

Gambar 3 Tulisan Pada Ruang Kelas Berbahasa Asing

(8)

176 Foto gambar 3 di sebelah kiri dan kanan merupakan contoh penggunaan bahasa asing yang salah. Bahasa asing yang ditulis sebaiknya dibuat lebih kecil dibandingkan bahasa Indonesianya.

Penggunaan kata dalam bahasa asing pada gambar di sebelah kanan merupakan bentuk yang salah. Kata fores yang digunakan merupakan bentuk yang salah.

Jika dilihat dari gambar yang ditampilkan, maksud dari tulisan tersebut ialah forest.

Jika tidak segera diperbaiki, maka murid akan menganggap tulisan tersebut adalah bentuk yang benar.

Contoh lain penggunaan bahasa di ruang kelas dapat dilihat pada gambar 4.

Pada gambar 4 di bagian kiri terdapat foto contoh kutipan ayat alkitab. Kalimat tersebut yaitu Takut Akan Tuhan Adalah Permulaan Pengetahuan Tetapi Orang Bodoh Menghina Hikmah dan Didikan.

Pengutipan kata alkitab sebagai moto dalam menyemangati siswa merupakan hal yang baik. Namun terkadang, kalimat dalam ayat alkitab biasanya berbentuk khusus. Struktur kalimat pada kitab suci berbeda dengan struktur kalimat bahasa Indonesia, sehingga jika para murid menduplikasi kalimat yang ada, maka akan menghasilkan kalimat yang salah.

Kesalahan penggunaan kata juga ditemukan pada contoh gambar 4 sebelah kiri. Berdasarkan hasil pemantauan yang dilakukan, contoh gambar sebelah kiri di gambar 4 ditemukan di seluruh sekolah dasar di Kota Ambon. Kata-kata pada gambar 4 yaitu keimanan, kemanan, kebersihan, keindahan, ketertiban, dan kekeluargaan. Kata-kata tersebut terdiri atas kombinasi kata dasar dan konfiks. Jika dibaca sepitas, pembaca tidak akan menemukan kesalahan pada kata-kata tersebut. Padahal terdapat satu kata yang penggunaan katanya kurang tepat. Kata

tersebut ialah kerindangan. Kata kerindangan memiliki kata dasar rindang.

Kata rindang tidak dapat disatukan dengan konfiks ke-an. Konfiks ke-an memiliki fungsi untuk menyatakan makna keadaan menjadi. Jika yang dimaksudkan ingin menggunakan makna menjadi rindang, maka kata yang tepat yaitu merindang.

Gambar 5 merupakan contoh penggunaan bahasa Indonesia yang digabung dengan penggunaan bahasa asing. Kata-kata pada tulisan tersebut ialah

“KEGIATAN STUDY VISIT TO AMERICAN CORNER DI UNPATTI POKA AMBON “OUT OF CLASS

ACTIVITIES” GRADE FOUR”.

Penggabungan kata bahasa asing dan bahasa Indonesia semestinya tidak dilakukan oleh pihak sekolah. Para siswa akan beranggapan penggabungan kata Indonesia dan kata Inggris merupakan hal yang lumrah. Padahal bahasa Indonesia dan bahasa asing memiliki struktur kalimat yang berbeda. Kalimat yang ditulis pada gambar 5 di atas menunjukkan adanya penggunaan kata yang tidak cermat. Pihak sekolah semestinya tetap mengutamakan penggunaan bahasa Indonesia dibandingkan bahasa asing. Jika pihak sekolah ingin menggunakan bahasa asing dalam tulisan tersebut, maka kalimat bahasa asing dapat berada di bawah kalimat bahasa Indonesia dan dalam ukuran tulisan yang lebih kecil, serta tidak mencolok. Hasil perbaikan kata tersebut ialah “KUNJUNGAN KELAS EMPAT KE AMERICAN CORNER UNPATTI, POKA, AMBON DALAM RANGKA AKTIVITAS DI LUAR KELAS”

(GRADE FOUR STUDY VISIT TO AMERICAN CORNER IN UNPATTI POKA AMBON “OUT OF CLASS ACTIVITIES”).

Gambar 4 Tulisan Pada Ruang Kelas Berbahasa Indonesia

Gambar 5 Tulisan Pada Ruang Kelas Berbahasa Indonesia dan asing

(9)

177 Tulisan pada ruang guru

Gambar 6 menunjukkan contoh penggunaan bahasa Indonesia di ruang guru. Papan-papan tersebut berisi jadwal guru (kiri) jaga dan struktur organisasi sekolah (kanan). Papan-papan serupa sering peneliti temui di sekolah-sekolah lainnya. Kesalahan penggunaan bahasa yang terlihat pada kedua papan tersebut yaitu ketidaktaatan penulisan singkatan.

Kata S.Pd. merupakan singkatan gelar akademik, sehingga harus diakhiri dengan tanda titik. Penulisan S.Pd pada gambar di atas harus diubah menjadi S.Pd. Singkatan NIP merupakan singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata, bukan nama diri, ditulis tanpa tanda titik. Sehingga penulisan NIP yang benar yaitu tanpa tanda titik.

Kesalahan lainnya yang terlihat dari gambar 6 yaitu penulisan tanda baca.

Pada gambar sebelah kiri teradapat penulisan tahun 2015 - 2016. Jika pihak sekolah menginginkan makna ‘sampai dengan’ pada tulisan tersebut, maka tanda baca yang harus digunakan yaitu tanda pisah (—) bukan tanda hubung (-).

Penulisan yang benar yaitu 2015—2016.

Tulisan pada lingkungan sekolah

Gambar 7 merupakan contoh gambar tulisan pada ruang kantor dan kelas. Tulisan-tulisan tersebut memuat informasi nama ruangan. Tulisan di sebelah kiri memuat informasi nama ruangan dalam bahasa Indonesia dan asing.

Sayangnya, penulisan kata terjemahan bahasa asing pada kata kantor kurang tepat. Kata officce yang digunakan harus diganti menjadi office. Penulisan nama kelas pada gambar sebelah kanan merupakan bentuk yang salah. Tanda titik tidak digunakan untuk memisahkan kata kelas dan angka 5. Penulisan yang benar yaitu kelas 5.

Tulisan pada gambar 8 merupakan tulisan yang berada di lapangan salah satu SD di Kota Ambon. Tulisan yang tertera pada gambar tersebut ialah Tarus Benahi Ambon TABEA Tarus Belajar Anak SAHABAT BELAJAR GURUKU, BUKU, TEMAN MASA DEPAN. Tulisan tersebut merupakan iklan pilkada di Kota Ambon.

Tulisan tersebut memiliki desain yang menarik, namun teradapat kalimat yang tidak memiliki struktur kalimat yang baik.

Kalimat Tarus Belajar Anak memiliki struktur kalimat (P-S). Munculnya kata anak (S) di belakang predikat menjadikan pada kalimat tersebut tidak padu. Kalimat tersebut dapat diganti dengan menghilangkan subjek menjadi Tarus Belajar, atau memindahkan subjek ke depan sehingga kalimat tersebut menjadi Anak Tarus Belajar.

Selain kalimat tersebut, terdapat kalimat sahabat belajar guruku, buku, teman masa depan. kata guruku pada kalimat tersebut sebaiknya diganti dengan guru, agar setara dengan kata-kata perinci lainnya.

Berdasarkan pembahasan- pembahasan di atas, peneliti akan merekap hasil analisis kesalahan berbahasa di ruang publik pada tabel 1 berikut ini.

Gambar 6 Tulisan Pada Ruang Guru

Gambar 7 Tulisan Pada Lingkungan Sekolah

Gambar 8 Tulisan Pada Lingkungan Sekolah 2

(10)

178 Tabel 1 Rekap Kesalahan Berbahasa

PENUTUP

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, penulis berkesimpulan bahwa mayoritas sekolah dasar negeri di Kota Ambon masih memprioritaskan penggunaan bahasa Indonesia dibandingkan bahasa asing pada ruang publiknya. Pihak sekolah sadar bahwa penggunaan bahasa Indonesia pada ruang publik harus diproritaskan. Selain itu, hal tersebut akan mempermudah siswa dalam memahami penggunaan bahasa Indonesia.

Hal tersebut berbanding terbalik dengan sekolah swasta di Kota Ambon. Sekolah swasta lebih memprioritaskan penggunaan bahasa asing dibandingkan bahasa Indonesia pada ruang-ruang publiknya.

Sekolah-sekolah dasar yang mengutamakan penggunaan bahasa

Indonesia di ruang publiknya secara tidak langsung mengajarkan rasa cinta tanah air kepada para muridnya. Para murid sejak dini harus dibiasakan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Pengguaan kaidah kebahasaan pada ruang-ruang publik di sekolah-sekolah dasar juga ditemukan. Kesalahan kaidah kebahasaan yang ditemukan yaitu kesalahan penggunaan tanda baca, kesalahan pemilihan kata yang tepat, dan mencampur kalimat bahasa asing dengan kalimat bahasa Indonesia.

Kesalahan penggunaan tanda baca terkadang dianggap sepele, padahal hal tersebut akan merupakan cerminan tingkat kepedulian guru dan murid pada keberadaan kaidah bahasa Indonesia.

Kesalahan tanda baca yang sering muncul yaitu penulisan tanda titik dan tanda hubung.

Kesalahan pemilihan kata pada tulisan-tulisan pada ruang publik di sekolah dasar akan berdampak bagi cara berbahasa siswa. Para siswa akan menganggap penggunaan kata yang sering dibaca (karena terletak di ruang kelas/lingkungan sekolah) merupakan bentuk yang benar. Oleh karena itu, pihak sekolah harus mengecek penggunaan kata dengan baik sebelum tulisan-tulisan tersebut dipajang. Kesalahan pemilihan kata serisng terjadi akibat kebiasaan salin- tempel sumber tulisan yang berasal dari internet.

Menggunakan bahasa asing pada ruang publik sekolah merupakan hal yang wajar, jika tulisan-tulisan dalam bahasa asing juga diikuti dengan terjemahan bahasa asing. Hal tersebut dapat diartikan sebagai salah satu upaya sekolah untuk memperkenalkan penggunaan bahasa asing kepada para siswa. Namun sayangnya masih banyak sekolah yang tidak mengecek penulisan kata-kata bahasa asing di dalam kamus. Sehingga banyak ditemukan kesalahan penulisan kata bahasa asing. Mencampurkan kata-kata bahasa Indonesia dana sing dalam satu kalimat juga merupakan hal yang tidak boleh

(11)

179 dilakukan. Hal tersebut dikarenakan pola kalimat bahasa Indonesia dan bahasan asing berbeda. mencampuradukkan kata- kata bahasa Indonesia dan bahasa asing dapat dilakukan jika berada di ranah nonformal. Sekolah sebagai ranah formal harus mengutamakan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Sekolah dasar merupakan tempat utama pembentuk karakter dan landasan pendidikan anak. di sekolah dasar, anak- anak diajarkan landasan kebangsaan dan kepemimpinan sebagai bekal kehidupan di masa mendatang. Para siswa di sekolah dasar akan sangat mengingat hal-hal yang telah diajarkan oleh para guru. Sehingga para guru SD harus menyiapkan diri agar memberikan cara terbaik dalam mengajar.

Penerapan kaidah kebahasaan pada tulisan-tulisan di ruang publik merupakan salah satu cara yang dapat dimanfaatkan oleh para guru dalam mempraktikkan pengajaran bahasa Indonesia. Para murid akan menganggap penggunaan bahasa di ruang kelas, ruang guru, dan lingkungan sekolah merupakan contoh yang tepat.

Oleh karena itu, pihak sekolah harus lebih memperhatikan penerapan kaidah kebahasaan pada tulisan-tulisan di ruang kelas, ruang guru, dan lingkungan sekolah dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. (2017). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (4th ed.). Jakarta:

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

Car, S. dkk. (1981). Public Space.

Cambridge: Cambridge University Press.

Dasuki, S. (2015). Pemakaian Bahasa Indonesia dalam Ruang Publik di Kota Surakarta. In Seminar Nasional

Pendidikan Bahasa Indonesia (pp.

255–266). Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Retrieved from http://hdl.handle.net/11617/6369 Mahsun. (2017). Metode Penelitian

Bahasa. Depok: Rajawali Pers.

Murniah, D. (2018). Ruang Publik Sarana Belajar Bahasa Indonesia. In Kongres Bahasa Indonesia XI 2018. Jakarta:

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Retrieved from

http://118.98.228.113/kbi_back/file/do kumen_makalah/dokumen_makalah_1 540351921.pdf

Mustakim. (2016). Bentuk dan pilihan Kata. Jakarta: Pusat Pembinaan Badan Pengembangan dan Pembinaan

Bahasa.

Panitia Pengembang Pedoman Bahasa Indonesia. (2016). Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesi.

Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Retrieved from http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/la manbahasa/sites/default/files/PUEBI.p df#page=8&zoom=auto,-195,422 Prasetya, Y. (2018). Penataan Lanskap

Bahasa di Kawasan Pendidikan Kota Malang. In D. Maryanto (Ed.), Prosiding Seminar dan Lokakarya Pengutamaan Bahasa Negara Lanskap Bahasa Ruang Publik:

Dimensi Bahasa, Sejarah, dan Hukum (pp. 320--331). Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

Rahayu, A. P. (2015). Menumbukan Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar dalam Pendidikan dan Pengajaran. Jurnal Paradigma, 2(November), 1–15. Retrieved from https://www.google.com/search?safe=

strict&client=firefox-b-

d&ei=UejKXf_FItziz7sPitiBuA8&q=j urnal+MENUMBUHKAN+BAHASA +INDONESIA+YANG+BAIK+DAN +BENAR+DALAM+PENDIDIKAN+

DAN+PENGAJARAN&oq=jurnal+M ENUMBUHKAN+BAHASA+INDO NESIA+YANG+BAIK+DAN+BENA R+DALAM+PENDIDIKAN+D Sasangka, S. S. T. W. (2018). Gapura

Bahasa Indonesia. Yogyakarta:

Elmatera.

(12)

180 .

Referensi

Dokumen terkait

Dalam menganalisa kinerja ruas jalan Trans Sulawesi dengan menggunakan MKJI (1997), ditinjau dari kapasitas dan derajat kejenuhan untuk kondisi hambatan samping

LAMPIRAN A: TAMPILAN HALAMAN WEBSITE.. A.1

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat serta Hidayah kepada kita semua, sehingga berkat Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan

Hak dan Kewajiban orang tua terhadap anak dalam tafsir al-Jami’ li Ahkam al- Qur’an karya al-Qurtubiy terdapat pada tiga surat, di antaranya pada surat Luqman ayat 14,

Makalah ini merupakan review literature dan penerapan good corporate governance yang diatur melalui Hospital Bylaws/Statuta rumah sakit di lingkungan amal usaha

Berdasarkan gambar 1 terlihat bahwa PDB perkapita Indonesia selama periode penelitian mulai tahun 1993 sampai tahun 2014 mengalami fluktuasi atau naik turun

Again, RPPP did not hold (i.e., the actual rate today, 0.7224, is not equal to the RPPP rate that should exist today given the inflation rates). However, for the EUR case, the

[r]