.
't-=-)l.I
rssN
411-7258Vol.
XIII
No.
I
Tahun 2013Etnografi
JURNAL PENELITIAN BUDAYA ETNIK
Etnografi memuat ringkasan hasil pcnclitian budaya para pcncliti khususnya
di
lingkunganFakultas Sastra dan Seni Rupa
-
Universitas Sebelas Maret. Terbit pertama kati tahun 2000.Frekuensi terbit Jurnal
ini
setahun dua kali, yakni bulan Maret dan September. Redaksi mengundang para pakar di bidang budaya untuk menuangkan hasil-hasil penelitiannya dalam rangka mewujudkan kiprah media ini.SUSLINANREDAKSI
Penyunting Ahli
Ketua Dewan Editor
Anggota
Pelaksana
Dr. Warto, M.Hum.
Insiwi Febriary S., S.S., M.A.
Karunia Purna K. S.S,
M.Hum.
:Drs. Y. Suwanto, M.Hum. Desy Nurcahyanti S.Sn, M.Hum. Drs. lmam Sutardjo, M.Hum.
Sujadi Rahmad Hidayat, S.Sn., M.Sn.
Nur Siti Purwani Dra. Kusumandari
Dra. Mustikawati Endah Setyandari Suhami S.E.
Jalaludin
Alamat Redaksi:
Fakultas Sastra dan Seni Rupa - Universitas Sebelas Maret
Jl. Ir. Sutami 36A Kentingan - Surakarta - 57126
Telp/Fax: (0271) 6345211646994 Psw. 331
Diterbitkan :
Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Etno
graft
ruRNAL PENELITIAN BUDAYA ETNIK
DAFTAR
ISI
PERSONAL BRANDING MELALUI MEDIA TELEVISI
(Studi Kasus Empat Tokoh Ilmuwan Intelektual sebagai Narasumber di Meho TV)
Julie Trisnadew ani
PEMETAAN DAN PERLINDLINGAN HKI DI BIDANG DISAIN BATIK TRADISI TIRTOMOYO SEBAGAI LANGIC{H CULTURAL HERITAGE DALAN{
PENGEMBANGAN BERBASIS LOCAL GENIUS DI ERA INDUSTRI
KREATIF
255Sttrwono
MODEL PENGEMBANGAN DOLAN.{N ANAK SEBAGAI MEDIA
PELESTAzu,{N NILAI BUDAYA J.{\\A DI KOTA SURAKART.A
Yusana Sasanri Dadtun, dkk.
DRAJ'\4A INDONESIA DALAX4 KUASA KOLONIAL BELANDA ER-A 19OO.AN:
I(AJIAN TERHADAP DRA,MAI'ARYAF, \\,IGGERS DAN H. KRAFFT
Albertus Prusojo
Dwi Susanto
MAKNA"
GOLEKNGELMU" SEBAGAI JATI DIRI MANUSIADALAM BUDAYAJAWASuryo f,614'sn,
RUI4AH TRADISIONAL JAWA DI KAUN{AN SURAKARTA DALA\4
PERUBAHAN KEBUDAYAAN
Djoko Pttnuv,un
27i
278
281
ISSN
41r-7258
Vol.
XIII
No. I
Tahun 2013246
296
MAKNA
"GOLEK
NGELMU'
SEBAGAI JATI
DIRI
MANUSIA
DALAM
BUDAYA
JAWA
Suryo Ediyonol
Abstract
Human identity is the great value that the ideais of human life Java. This study aims to
discover the meaning of "puppet ngelmu" is done by "Meguru" and how "nglakoni" according
Javanese culture. Through historical method factual approach, namely
the
description,analysis, interpretation and synthesis. As a result "puppet ngelrnu" should the behavior, such
as: determination, steadfast, obedlent, brave, Taberi, painstaking, tliti, tanggen, tanggon and takonan. Way "Meguru" with attitude: Nastiti, nastapa, kulina, diwasa, santosa, engetan, santika and |ana. Way "nglakoni" with attitude: harep, tetep, mantep, Gemi, grammar, painstaking, titi,
and mindful.
Keywords: ldentity, golek ngelmu, meguru, and nqlakoni
A,
PENDAHULUANDinamika kehidupan sosial-budaya
masyarakat
Jawa, selalu
diwarnai kehidupan
budaya
lstana,
budayaPesantren,
dan
budaya
PerguruanPencak
Silat.
Ketiga sumber
budayatersebut
tidak
lagi
menjadi
pusatreferensi bagi perkembangan peradaban
masyarakat
Jawa.
Hal itu
terjadikarena
ke
tiganyatelah
digantikan olehsistem
pendidikan
negara
yang
lebihberwatak rasional sbbagai konsekuensi
dari
rnodernitas
yang
ingin
dicapailewat
pembangunan.
Perkembanganselanjutnya,
sistem
nilai
modern
yangberwatak rasional ini tidak selalu berjalan
tunggal, mulus tanpa persoalan. Muncul
pertanyaan
bagaimana konseplati
dirimanusia
Jawa
dalam
"golek
ngelmu".Penelitian
mengenai
pembentukanjati
diri
manusia,dalam
"golek ngelmu"dalam
budayaJawa
menarik dilakukanpada era modernisasi saat ini. Penelitian
ini
diharapkan dapat memberi manfaatbagi
peningkatan kesadaran
dirimanusia
dalam
pembangunan dewasaini.
Pembangunanbangsa
dan
negarapenting
untuk
berorientasi
kepada manusia karena pada dasarnya awal danakhir
dari
pembangunanadalah
untukkepentingan
manusia.
Dalam
budayaJawa, banyak nrlai-nilai luhur yang dapat digunakan sebagai sarana pembangunan
manusia,
terutama dalam bidang
fisik.intelek, moral, dan mentai spiritual yang seimbang.
Usaha-usaha penggalian kekayaan
yang
berbasis
pada
nilai-nilai
budayalokal, seperti budaya Jawa, diharapkan
dapat
menjadi landasan pembangunanmanusia
lndonesia
modern.
Denganmeningkatnya
jati
diri
manusia,hal
itudapat dimanfaatkan bagi keseimbangan
perkembangan
ilmu
pengetahuan danieknologi dengan nilai-nilai luhur budaya
bangsa,
demi
keselahteraan
umatmanusia
Magnis-Suseno (1988:5), yangdimaksud
orang Jawa
sesungguhnyaadalah
suatu
konstruksi
teoretis,
dantidak menunjuk kepada kelompok orang
tertentu. Seperti halnya kebatinan Jawa
ialah
kebatinan
yang
dipikirkan
dandipraktekkan
oleh
orang
Jawa.
Dalamkompleksitas kebudayaan.
manusia1
Staf pengajar jurusanETI'OGR4FI
/
L?tl.YIII
\o
Sastra Arab FSSR UNS. Email: ediyonosu ryo@ya hoo. co. id.
memperoleh
sifat
kemanusiaannya dansekaligus
memunculkan permasalahantentang kesubjek-d iri-an manusia. Pada
akhirnya manusia merasa bahwa
subjek-diri-annya bukanlah
aku yang
alamiah,melainkan
aku
dalam budaya
(Heraty,1984:203). Candra
jiwa
atau
bangunkepribadian seseorang
merupakanresultante
akhir dari
unsur-unsurkepribadiannya. Candra
jiwa
yang idealialah
yang
selaras, serasi,
seimbang, yaitu yang tidak berat sebelah. Jadi, agarkondisi ideal
yang
mencerminkan suatu harmonisasi dapatterwujud serta terhindardari
kemerosotan
moral,
selain
perlumengenali
diri
juga
perlu
pengendaliandiri. Jati
diri
manusia secara
filosofisselalu mengalami dinamika yang semula internal subjektif lalu ke eksternal objektif,
yang dalam
bahasa
Jawa
diwujudkandengan ungkapan berb udi-bawa-leks an a
yang berarti aktifnya konsepsi perkataan
dan
perbuatan
secara
berkesesuaian (Supadjar,'1993:84).Hakikat manusia adalah rasa. Rasa
terbagi menjadi rasa badan, rasa hidup,
rasa
keakuan,
dan rasa
abadi.
Rasabadan adalah rasa-rasa yang berada di
dalam
manusia, misalnya
sakit.
lapar,haus,
sejuk, dan
panas. Rasa
hidupadalah
kemauan
dasar
tentang
hidup yang bercirikan keinginan melangsungkankehidupan.
Rasa
keakuan adalah rasayang
mempunyai kecenderungan demikepentingan pribadi. Rasa abadi adalah
tingkatan
yang
mencapai
kebenaran universal, yang mau menerima kenyataanbahwa
hidup kini,
di
sini, dan
begini.Rasa
merupakan perwujudandari
jiwa(Suryomentaram,l9BT:5).
Kebebasanmanusia
dalam ajaran
mistik
dimulaidari
upaya mawasdln
untuk mengenaldan
menguasai nafsu-nafsunya. Upayatersebut untuk mengambil
jarak
dengannafsu
amarah,
lauwamah,dan
sufiyattuntuk
dapat
menguasai
diri
dengancara
penyucian
hati.
Pandanganhidup
merupakansuatu
abstraksi daripengalaman
hidup;
pandangan
ini dibentuk oleh suatu cara berpikir dan caramerasakan tentang nilar-nilai, organisasi
sosial,
kelakuan,
peristiwa-peristiwa,dan
segi-segi
lain dari
pengalaman.Pandangan
hidup adalah
sebuah pengaturan mental dari pengalaman yangpada gilirannya mengembangkan suatu sikap tBrhadap hidup.
Pandangan
hidup
orang
Jawa terbentuk dari alam pikir Jawa tradisional,kepercayaan Hindu, dan ajaran tasawuf lslam. Pandangan hidup tersebut banyak
tertuang
dalam
karya-karya
pujanggayang
berbentukprosa
dan
puisi
Jawa(Herusatoto, 2001
.67).
Manusia
utama ialah manusia yang pandai bergaul, tidakpernah
merugikan
dan
menyusahkansesama. Manusia
Jawa
berusahamawas
diri
untuk
mendapat jawabanatas
persoalanyang
dihadapinya, yaituapakah suatu perbuatan yang dilakukan
secara moral dapat
dibenarkan
dand iperta ngg u ngjawabka
n
(Hardjowirogo,1 995:1
B).
Pemahamanjatidiri
manusiayang
diperoleh melalui
cara
"golek ngelmu" dengan "meguru" dan "nglakoni"dapat
dipakai sebagai
titik tolak
bagipengembangan sumber daya manusia di lndonesia, yang menekankan azas takwa, terampil, dan berbudi pekerti luhur.
B.
METODE PENELITIANMateri
penelitianini
adalah golekn g e I m u, dengan cara m e g u r u dan n g I a ko n
i
bagijatidiri manusia Jawa sebagai objek
material
dan
budayaJawa
sebagaiobjek formal, khususnya mengenaijati diri
manusia
Jawa.
Penelitianini
dilakukandengan
survai
yaitu
penelitian
yangmengambil
sampeldari
suatu populasidengan unit analisisnya individu.
Jati
dirimanusia
Jawa
meliputi
latar
belakangkepercayaan. kedudukan manusia, dan
F:I'NOCRAF/
i
Litl. XIII : No. Ii
2013i 216-308hakikat o/ah drn manusia Jawa. Setelah
data-data terkumpul, lalu diadakan analisa.
Analisis penelitian
ini
menggunakanmetode
pendekatan
Historis
faktual. Bakker(1994)
menjelaskan perangkatunsur-unsur
metodis
melalui
tahapan sebagai berikut.1.
Deskripsi dilakukan
dengandiuraikannya
objek
material
yangdikaji
yaitu
"golek ngelmu"
danjatidiri manusia Jawa,
agar
diperolehgambaran
yang
jelas
sebagaimanaadanya,
yaitu
dengancara
mencari data yang dinilai akurat berhubungan denganjati
diri manusia Jawa dalam"meg uru" dan "nglakoni".
2.
Analisis
merupakan
upaya
secarakritis
yang
membahas dan menelitiistilah-istilah,
pengertian-pengertianyang
terdapatdalam
budaya Jawa,khususnya konsep golek ngelmu agar
mendapat gambaran yang
jelas
dan lengkap.Interpretasi
secara
hermeneutik,metode
ini
digunakan dalam rangkamenyelami data yang tersedia serta
mengungkapkan makna
dan
nuansa yang terkandung didalamnya. Melaluiinterpretasi dihprapkan
diperolehgambaran
secara
tepat,
lengkap,dan
mendalam
mengenaijati
dirimanusia Jawa dalam golek ngelmu,
meguru,
dan
nglakoni
di
budayaJawa.
Bahan-bahan
yang
sudahd iintrepretas
ikan
dengan
metodehermeneutik kemudian direfleksikan
dalam
kerangka
pemikiran masasekarang.
Sintesis,
yaitu
menyimpulkanpend apat-pe nd a p
at
dan
pandangan-pandangan
yang
berbeda
untukmenemukan
suatu
kesatuanpendapat
yang
lebih
utuh
dan lengkap,
sehingga
memperolehhasil
penelitian dengan pemahamanyang
menyeluruh mengenai maknaETNOGR{FI
i
Lbl.XIII/
No.L
2al3 / 216-308golek ngelmu, dengan
can
megurudan nglakoni bagi peningkatan jatidiri manusia dalam budaya Jawa.
Dengan
langkah-langkah metodetersebut
diharapkan
dapat
diperolehsuatu
pemahaman
yang
sisiematis,integral,
dan komprehensif.C. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Makna Golek Ngelmu bagi Manusia Jawa
Golek ngelmu
bukanlahmencari
ilmu
pengetahuandalam
artiilmiah,
melainkanbelajar
mendapatkan kawruh(kepandaian)
yangIebih
bersifat
batiniah.
Disadarisepenuhnya
bahwa
memahamibatiniah keberadaan
J-semesta, termasuk
dirinya
sendiri,merupakan
hal
yang
amat
suljt.Melalui
laku,
kekuatan
alam
dapatdihimpun
dalam diri
manusia.Keyakinan
inilah
yang
mendasaripemahaman
mengenai
ngelmudalam
kehidupan masyarakat
Jawa.Di
samping
kekuatan
yang
bersifatfisik,
ngelmu
juga
mencakup
hal-hal yang
bersifat
batin
sepertiketajaman
panggraita
(intuisi,kemampuan
melihat peristiwa
yangakan terjadi, atau hal-hal yang
terjadi
dibalik
kenyataan indrawi)dan
berbagaimacam
kawruh. Terkait dengan ngelmu,Suryomentaram menjelaskan kekhasan
filsafai hiciup orang Jawa.
Ng6lmu iku, kdlakon6 kanthi Iaku, l6kase klawan
khas,
tOgdse
khas nyantosani,
s)tya budya pang6k6se dur angkara. (Tembang Pucung)
Terjemahan:
Kebijaksanaan hidup itu, terlaksana di dalam perbuatan (pengalaman),
disertai kehendak yang teguh,
yang memperteguh,
usaha yang terus-menerus mengikis
nafsu angkara (egoisme).
Belajar kawruh
Jawa
harusmenempuh
strategi
sepuluh
T,
yaitutekad
(nial),
feguh(gigih),
faaf (disiplin),tabah
(berani
dan sabar),tabei
(ralin),tlaten
(tekun),
f/rfi
(telili),
tanggen(tahan, tidak
goyah),
tanggon
(percayadiri),
dan
takonan (berani
bertanya,baik
secara
lisan
maupun
denganbanyak
membaca
karya orang
lain).Namun
dengan
10 T
pun
belumdianggap
cukup karena untuk
dapatmencapai
tataran
(jenjang)
untukmenguasai
ngelmu
Jawa,
harusditambah
dengan
satu
T
lagi,
yaitutirakat
atau laku
prihatin.
Untukmencapai
tataran
menguasai
ilmuspiritual
strategi
Jawa harus
ditempuhbelajar sebelas
T.Melaksanakan
tirakat
dengan mesubudidan
mesuraga
dengan
caramengurangi
makan,
minum,
tidur,mengendalikan
segala nafsu
lahirataupun
batin,
dan
meningkatkaniman
dan
takwa
kepada
Allah.Semua
itu
harus
ditempuh
untukhamemasah hamemasuh tajeming kolbu
(mengasah,
mensucikan
ketajamankalbunya)
agat dapat
mencapaikawaskithaning cipta dan menangkap ntr
(bersit cahaya) batin. Belajar menguasai
kawruh
Jawa
bisa
ditempuh
melaluipendidikan formal. Namun untuk belajar
ngelmu hanya
bisa
ditempuh
denganbelajar
kepada seorang
ahli (wtnasts)290
dengan cara
privat
(secara pribadi) ataunyantrik
(bergurusecara
perorangan)(Herusatoto, 2004:9).
Ngelmu
dan laku
berartiperaturan
tingkah
laku yang
baikdan mulia yang harus menjadi pedoman
hidup
manusia. Hariwijaya
(2004'.204) menjelaskan tuj uan ngelm udan lakuadalahmembina
hubungan
yang
selarasdan
harmonis
aniara
seseorangdengan makhluk hidup
disekitarnya.
Juga
hubungan
keluargadengan
masyarakat,
hubunganbangsa dengan bangsa
lainnya,hubungan manusia
dengan
alamsekitarnya.
Ngelmu
dan
lakumembina
watak
manusia
untukmenjadi anggota keluarga,
anggotamasyarakat
yang baik;
menjadimanusia berpribadi
mulia;
danmembimbing
manusia
menujukebahagiaan.
Selain itu,
jugamenuntun seseorang
untukmempersatukan dirinya dengan makhluk
sesamanya
dan
akhirnya
menuntunmereka mencapai
kesatuanrohnya
dengan
Allah.
Kebahagiaanyang
mutlak
dan
abadi
hanyadapat
dinikmati
bilamana
rohseseorang
dapat
mencapai
kesatuan dengan Allah.Ngelmu
kasunyatan
adalahpengetahuan
mengenai
segalakenyataan,
baik yang
bersifatkebendaan
maupun
peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam semesta. Subandrijo(2000.112)
menjelaskan,
ngelmuini dapat
diandalkan
karenakebenarannya
tidak
berubah.Pengetahuan
mengenai
kasunyatanyang
dapat
berubah
disebut ngelmu keyakinan.Bekal
ngelmu
kasunyatan
adalahketabahan
dan
kesucian
batin.Tidak
mustahil
seseorang
dapatmemiliki
berbagai
macam
ngelmutersebut
sekaligus.
Orang
yangdemikian
disebut
mumpuni,
artinyaserba bisa, serba
mempunyai.Orang
yang
mumpuni sering
dicandradengan
peribahasa
punjul
ingapapak, mrojol
ing
akarep
(lebihdaripada rata-rata,
lolos
dari
jaringyang
rapat).
Artinya, orang
tersebuttidak dapat dijajaki
ketinggianngelmunya,
bahkan mampu
lolosdari
jaring
yang
rapat
sekalipun.Dengan ngelmu
itu,
orang
menjadilebih
dibanding manusia
biasa.Maksud
utama
seseorang
mencariilmu adalah untuk
melindungidirinya sendiri
dari
segala
kekuatanla in yang mem bahayaka n.
Memiliki
kawicaksanan (kebijaksanaan)dan kawaskithan (ketajaman
batin),
mengetahui
hal-hal
yangbelum
terjadi, dapat
membaca
gerakalam,
semua
ini
juga
merupakanbuah
ngelmu
yang
diperolehnya.Karena
kelebihan-
ini,
orang
yangmemiliki
banyak ngelmu
akandihormati
oleh
orang
lain,
dianggapsebagai orang sakti.
Orangseperti
ini
sering disebut wong
tuwa,tempat
mempertanyakan
segalasesuatu.
Jadi,
di
samping
untukdirinya sendiri, ngelmu
juga
berguna bagi lingkungan dan orang lain.2. Makna Meguru bagi Kehidupan Manusia Jawa
Salah
satu
usaha
golek
ngelmuadalah
dengan berguru
kepadaorang sakti yang
dapat
dikatakansungguh-sungguh
sudah
menyatudengan alamnya. Meguru
merupakanusaha
untuk ikut
menyerap daya alamiETNOGRAFI
/
LbL XIIL/ No. I / 2t)13/
2J6-3011yang disebut dengan necep ngelmuning
guru
(menyerap
ilmu
guru).
Dalammeguru
ada
aturan-aturanyang
harusditaati,
syarat-syarat,
serta
upacara-upacara tertentu
yang
harus
dipenuhisesuai dengan tuntunan masing-masing
perguruannya.
Meguru biasanya murid menerima
wejangan secara
sadar
dari
guru.
lntiwejangan
tersebut
dinamakan
banyubening, artiriya
air
jernih,
sebagaikiasan ngelmu
sepuh,
yaitu
ngelmukesempurnaan
hidup
suci.
Hidup
yangtanpa
dilandasi
ngelmu sepuh
alaungelmu
batin
akan
mudah
bertindaktersesat. Hidup menjadi tak terarah dan
kurang terkendali
sehingga guncanganhidup
sulit
terelakkan. Praklik meguru ini ternyata masih berlangsung di tengahmasyarakat
luas,
bahkan
tidak
sajadilakukan
oleh
rakyat
kecil,
melainkanpara pimpinan atau pejabat pun banyak
melakukannya.
Praktik
berguru sampai dewasa ini masih dapat ditemukan antaralain daiam aliran-aliran kebatinan,
aliran-aliran tenaga dalam,
dan
berbagai ilmu klenik yang lain (Subandrijo, 2000:115).Pada
saat
ingin
memilih
gurudiharapkan
jangan
sampaiuntuk memiliki
mistik
jatuh
tebu, jelek. murid
pada
pepatahartinya
keliru
memilih
yangAtas dasar iiu,
seorangdapat
memilih seorang
guruyang teguh
berpegang
pada
saptaguna karya.
Endraswara (2003:205)menjelaskan
tentang
delapan
tindakanpenting dalam memilih guru yaitu:
1)
nastiti, artinya
tak
simpang
siurdaiam
memberikanwejangan,nastapa, berani
dalammenjalankan
laku
prihatin,
tidak hanya menyuruh murid saja;ku I in
a,
arlinya membiasakan berbuatbaik;
diwasa, artinya
harus
benar-benar
matang
dan
dewasa2)
3)
dalam ilmu;
5)
sanfosa, artinya lurus tabiatnya;6)
engetan, artinya
selalu ingat
dantak
ragu-ragu dalam ajaran;7)
santika, artinya dalam menempatkandiri benar-benar cakap dan tegas;
B)
lana,
artinya
tak
berganti-gantiucapan.
Seorang murid
penghayatkejawen
semestinya
tak
gegabah(grusa-grusu)
dalam
mendalamingelmu. Hubungan murid-gu ru
biasanya
tunduk patuh.
Muridjarang berani
membantah
faran
guru. Tradisi semacam
inidikembangkan
sampai
mencapaikematangan
ngelmu.
Tentu
sajabudaya
saling
asah
asih asuh
telapdibangun
dalam
menyampaikanajaran mistik.
Guru
mistik
dianggapterhormat
karena beliau
lebihmenguasai
ngelmusejati. Dalam
halsemedi,
guru
mistik
juga
dianggaplebih sakti. ltulah
sebabnyacontoh-contoh
tindakan
mistikakan ditiru
oleh
muridnya.
Terlebihlagi
pemanfaatan
mantra-mantramistik
akan
selalu diikuti
murid.Dalam
penyampaian
alaran
mistik,biasanya
guru mistik
memilihhari
tertentu,
yaitu
setiap
JemuwahKliwon
dan
Se/asa Kliwon.
Duahari
ini
dianggap bertuah
dan
lebihsakral
untuk
menyampaikan ajaranmistik(Endraswara,
2003:206).
Gurusejaii
sering
disebut guru spiritual yangmenunjukkan
adanya
wasilah
ataupertolongan Tuhan. Guru sejati memrliki 4
tanda, yaitu:
1)
mencegah
hawa
nafsu,
mencegahpekerjaan
mubah,
mencegahyang
haram,
melaksanakan yangfardlu dan sunah;
2)
hidup untuk kepentingan akhirat, tak gila pujian;3)
tak
mementingkan
kepentinganduniawi;
4)
beramal
baik,
perbuatan
sesuaidengan
kata
hati,
sabar,
dan rendah hati.Jika
orang Jawa
mampu bergurupada guru sejati,
besar kemungkinanakan mencapai ma'rifat yang luhur.
3. Makna
Nglakoni
bagi Kehidupan Manusia JawaGolek
ngelmu
tidak
cukupdengan
mendapatkan
wejangandari
guru saja,
tetapi
juga
denganlaku-laku
tertentu
yang
harusdilaksanakan.
Tanpa
laku,
ilmuitu
tidak Menjalankanakan
didapatkan.laku
haruslahmerupakan kebiasaan
yang
teratur,bukan
sekadar
jika
ingat
saja,yaitu
dijalankan
dengan
penuhkesadaran
dan
ketetapan
hati.Laku-laku
itu
biasanya
berupatindakan
berpantangyang
bermacam-macam
.lenisnya.
Makin
beratpantangan
yang
dilakukan,
makintinggi
ilmu
yang akan
diperoleh.Tujuan
yang akan
dicapai
denganberbagai
Iaku
tersebut
terutamaadalah ngelmu. Namun
disamping
itu, juga
olah batin
untukkeluhuran
budi.
hidup
sewajarnyadengan
sikap
narima,
pemaaf,
danmenjauhi segala perbuatan jahat. Seiring
dengan
laku,
perlu
pula
dilakukanpanembah
(penyembahan).
DalamSerat
Wedhatama (Bratawrlay a,1997 .41)dijelaskan:
292 ETNOGRAFI
/
Samdngko ingsun tutur
s4mbah
catur
supaya
lumuntur,dhihin raga cipta
jiwa
rasa kaki, ing kono lamun ketdmu, tandha nugrahing Manon.(Pupuh Gambuh)
Artinya:
Sekarang
aku
tunjukkan,
empatsembah
agar
terbiasa
dilaksanakan,yaitu: raga, cipta, jiwa,
dan
sembahrasa, seandainya di situ dapat ditemukan,
itu
merupakan
tanda dari yang
Maha Melihat.Sembah
raga adalahmemelihara kebersihan
jasmanidengan
mencuci
tubuh
denganmandi secara teratur.
Maknanya,dalam
tubuh yang
bersih
dan
sehatakan
terdapat
pikiran
yang
jernihdan
sehat pula.
Sembahcipta
adalahpenguasaan
cipta
dengan
jalanbahagia
agar
dapat
mengurangiangkara
murka
dan
keinginan.
Halini
perlu
dilakukan
dengan
tekundan
waspada supaya
hati
terbebasdari
kemauan
dan
keinginanserta
digantikan
oleh
kekosongandengan pikiran
yang jernih.
Sembahjiwa
ditujukan
kepada
kuasatransenden yang
.adikodrati,
disertai kesucian,ketenangan,
kehati-hatian,
dan
kewaspadaan
terhadapkecenderungan
batin yang
buruk.Sembah
jiwa
mengarah
padapenguasaan lagad gedhe dan jagad cilik,
yang akhirnya sampai
pulakepada
pemahaman
mengenaikasunyatan.
terbebas
dari
penguasaankeinginan
dan
nafsu.
Sembah
rasa.
adalah
kemampuan
menampungseluruh
kehidupan
di
alam
semestadalam
perasaan.
Sembah
rasamerupakan
tingkat
kehidupan
yangtidak memerlukan ajaran atau tuntunan,
tetapi tergantung
pada
kekuatan tekad.Pada puncak sembah rasa, orang akan
diliputi
penyerahan
diri
secara
bulatkepada ketentuan jalan hidupnya. Dalam
ETNOGR4I-I
/
VolXIII/
ir'o Ii
2013i
216-308tataran inilah ngelmu sejati dapal dicapai.
Refleksi
dalam
kehidupan
sehari-hari tampak dalam budi luhur. Ngelmu, laku,dan budi
luhur
merupakan
kesatuanyang
tak
akan terpisahkan. Ngelmulak
mungkin tanpa laku dan laku tak mungkin
tanpa budi luhur (Subandrijo, 2000:119).
Agar
manusia mampu menjalankan hal-hal yang baik sehingga hatinya bersih darikotoran
hidup.
Endraswara (2003:207)menjelaskan.
hendaknya
melakukan delapan hal.1)
Harep, artinya
keinginan
yangmenjadi
sumber
kemajuan
dalamhal apa saja;
2)
Tetep. artinya
selalu
menerimahidup
sebagai
tugas
ataukewajiban
luhur,
karena
pikirandan
perasaan
ora
minger
keblate(kehilangan
arah)
dan
megostapake,
yaitu sikap
tidak
berubah-ubah sedikitpun;
Mantep,
artinya
bersrkap
mantapdalam
menjalankan
hidup,tanpa ragu-ragu;
Gemi. artinya
tidak
menerimadan
memelihara
petunjuk
hidup sebaik-baiknya;Tata, adinya
tak
merasa
tahudalam
ngelmu,
melainkan
harustahu
empanpapan
dalam berbicai-a ngelmu kepada orang lain;Telaten,
artinya
rajin dan
terampilserta tidak mudah
kendursemangat;
Ttti,
artinya
memiliki
motivasiuntuk
mengembangkan
dalammenerima petunjuk atau wejangan:
Eling.
ar1.inyaingat
kepada
Tuhanagar mendapat kejernihan hati.
Untuk dapat
memperolehcahaya
hidup
dari laku
tersebutsetiap
manusia
harus
berserahdiri
dengan
menggunakan
matabatinnya send
jri.
Herusaloto (2004.127), 3)4)
5)
6)
7)
8)
menjelaskan
persyaratanyang
wajib dilakukan sebelumnya meliputi:1)
Mensucikan badan,
dan
kemudianmengenakan
pakaian
yangbersih,
dan
setelah
itu
berniatdengan
memanjatkan
doamemohon rakhmat dan ridla-Nya.
2)
Mengatur napas selembut mungkin,sampai
tidak
merasa
sedangbernapas.
3)
Duduk
serileks
dan
senikmatmungkin
agar
tidak ada otot
yangtegang
atau
terganggu
alirandarahnya sehingga
batin
dapat berkonsentrasi.4)
Tutup kedua
lubangtelinga
dengan menggunakan jari telunjuk.5)
Konsentrasikan
pikiran
dan
batinpada satu
titik,
terus
rasakan
dannikmati
apa
yang terlihatoleh
mata batinDengan melihat cahaya
kehidupan
akan
mendewasakan jiwa, menenteramkan hati dalam menghadapi segala rintangan dan cobaan hidup. Padaawal
melaksanakan
latihan
tersebut,dimulai dengan mawas diriterlebih dahulu.
Digdoatmadja
(2004.176),
menjelaskan cara mawas diri:1) Menyadari
segala
kesalahan,kekurangan dan kekhilafan yang ada
dalam diri kita sendiri;
Permohonan
yang
diucapkan
ciptabatin pada
saat
tahan
napasadalah berupa ikrar
batindengan maksud
dan tujuan
yangdiinginkan dimohonkan penyelesaian kepada-Nya;
Permohonan
untukselalu
ciijauhkandari segala
bencana
sertamohon dikaruniai keselamatan dunia
dan akhirat.
Jika
latihan tersebut
dapatdilakukan
dengan sepenuh
hati,manusia
akan
mengetahui
adanyapenambahan
kemampuan
padadaya cipta, rasa, dan karsa. Lebih lanjut
Digdoatmadja
(2004:177) menjelaskan(1)
Kemampuandaya cipta
adalahkemampuan
baiin
dalam
membantumemberi masukan pada
saat
dilakukanpemusatan
pikiran untuk
memperolehpetunjuk
Allah
yang
muncul
dalambisikan
hati;
(2)
Kemampuan
dayarasa
adalah
kemampuan
batinuntuk
.
dapat
merasakan
sesuatupada saat ada
masukan
daripancaindra
dan
kemudian
memberitanggapan
untuk
memutuskanreaksi balik
apa
yang perlu
dilakukan.Proses kontak antara
pikirandan rasa hati terjadi
dengan
sangatcepat,
yang
oleh
orang
umumdikatakan memiliki
indra
keenam:(3)
Kemampuan
daya
karsa
adalahkemampuan
untuk
mendorongkehendak, kemauan, keinginan
untukbertindak
sesuatu dengan
tepatsebagai
hasil reaksi balik
dari
hasildaya cipta dan daya rasa.
D. PENUTUP
Hasil
dari
golek
ngelmu,dapatdilakukan
dengan
cara
meguru
dannglakoni
merupakanwatak
budi luhuryang berusaha diamalkan oleh manusia
Jawa. Orang Jawa harus mesu budi, mati raga, nutupi babahan hawa sanga, dan meng u rang itidu r. Beberapacara memupuk
jatidiri dengan cara: (1) anteng jatmika ing
budi, tenang dalam pikiran dan laku, (2)
luruh sastra, sopan
dan
hati-hati dalambicara;
(3)
wasis samubarang tanduk,mampu menyelesaikan tugas kewajiban;
(4)
prawira
ing
batin,
btjaksana dalammenilai. Dengan
laku-lakutersebut manusiaJawa akan bersikap
berbudiluhur. Manusia mempunyai
jatidiri
adalah seseorang yang telah berhasil menyatukanpamoring kawula
gusti,
yaitu
sebagaipejuang pembangunan masyarakai yang
ETq-OGRAFI : titl. XIII
/
No. I / 20I 3/ 216-308 2)memayu
hayuning bawana.
Kebenaranitu
hanyalah berada
pada
manusiayang
arif
bijaksana dengan
berpikiransehat.
DAFTAR PUSTAKA
Bakker
A,
dan
Zubair,A.
Ch.,
1994. Metodologipenelitian
Fitsafat. yogyakarta:Kanisius.
Bambang Subandrijo.
2000.
Keselamatan bagi OrangJ)wa.
JakarTa:BpK
Gunung MuliaDamardjati Supadjar. 2001. Mawas Diri.Yogyakafta: philosophy press.
Franz Mag nis-suseno. '1 988. Efik a Jawa: sebuah Analisis Fatsafitentang Kebijaksanaan
Hidup
Jaw.
Jakarta : Gramedia.Hariwijaya. 2004. lslam Kejawen. Yogyakarta : Gelombang pasang.
Herusatoto. 2001. Simbolisme dalam Budaya Jawa. yogyakarta : Hanindita
Ki Ageng Suryomentaram
1981
Filsafat Rasa Hidup. Jakarta : yayasan ldayu. Marbangun Hardjowrrogo. 1995. Manusia Jawa. Jakarla: Gunung Agung.Suwardi Endraswara. 2003. Falsafah Hidup Jawa. Tangerang : Cakrawala.
.
2003.
Mistik Kejawen Sinkretisme, Simbolisme dalam SufismeBudaya Spiritual Jawa. Yogyakarta : Narasi.
Thomas Wiyasa Bratawijaya. 1997. Mengungkapkan dan Mengenal Budaya Jawa.
Jakarta: Pradnya Paramita.
ET'NOGRAFI
/
Vol. XIII/ \'o. I I 2013 / 216-308