• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK PENAMBAHAN FUNGSI KOMERSIAL PADA KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG TERHADAP LINGKUNGAN SEKITARNYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DAMPAK PENAMBAHAN FUNGSI KOMERSIAL PADA KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG TERHADAP LINGKUNGAN SEKITARNYA."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 5

ANALISA DAN IDENTIFIKASI DAMPAK PENAMBAHAN FUNGSI

KOMERSIAL PADA KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG

5.1 Analisa dan Identifikasi Dampak Fungsi Komersial terhadap

Lingkungan Kambang Iwak Palembang

Keberadaan Kawasan Kambang Iwak di Palembang pada area yang sangat strategis memberikan kemudahan akses dari berbagai bagian daerah kota Palembang, selain itu lingkungan sekitar yang sangat menunjang, juga menambah nilai kawasan ini.

a. Skala Pelayanan

Kambang Iwak merupakan Ruang Terbuka Hijau dengan skala pelayanan tingkat kotamaya. Kambang Iwak sendiri telah menjadi salah satu tempat rekreasi yang diminati oleh wisatawan lokal maupun non lokal.

(2)

b. Lingkungan sekitar

Kawasan Kambang Iwak terletak di daerah yang sangat strategis dan potensial, hal ini dapat dilihat pada lingkungan disekitarnya, yaitu :

Batas wilayah

Utara : Permukiman penduduk dan rumah Dinas Walikota Palembang

Timur : Jln. Dr. Sutomo, Kantor Dinas Perpajakan Sumatera Selatan

Selatan : Jln Tasik, Hotel dan Gedung Serbaguna Swarna Dwipa Barat : Permukiman Penduduk, Gereja Siloam

Gambar 5.2. Analisa kesinambungan terhadap lingkungan sekitar kawasan Kambang Iwak Palembang

Sumber : www. Google earth.com

Kesinambungan dengan lingkungan sekitar dapat terlihat dari berbagai kemudahan sudut pandang terhadap lingkungan sekitar, serta sebaliknya juga memberi kemudahan pandangan bagi lingkungan sekitarnya. Selain itu juga, penduduk di sekitar dapat mengakses dengan leluasa kawasan Kambang Iwak ini.

Rumah Dinas Walikota Palembang

Gereja Siloam

Kantor Dinas Pajak

(3)

Analisa dan identifikasi kualitas dan dampak fungsi komersial pada Kambang Iwak berdasarkanThe Social Life of Small Urban Spaces, William H. Whyte

1. The Life of Plazas

Kawasan Kambang Iwak Palembang sebagai suatu ruang terbuka dapat dikategorikan sebagai salah satu plaza kota. Kualitas ruang terbuka dapat dilihat dari aktivitas yang berlangsung di dalamnya. A good new space builds a new constituency. It stimulates people into new habits and

provides new paths to and from work, new places to pause. Ruang terbuka yang baik merupakan ruang yang penuh dengan aktfitas sosial serta menstimulasi kreatifitas pengunjungnya.

Sebelum adanya penambahan fungsi komersial ke dalam kawasan Kambang Iwak Palembang, aktifitas di dalam kawasan ini sangat sedikit. Waktu puncak kegiatan berlangsung adalah pada saat pagi akhir pekan, dengan dominasi kegiatan olahraga oleh pengunjung remaja dan orang dewasa.

Adanya penambahan fungsi komersial pada kawasan, menambah serta meberi banyak variasi kegiatan. Perbandingan kegiatan pada kawasan Kambang Iwak sebelum dan sesudah penambahan fungsi komersial dapat dilihat pada tabel berikut:

Kegiatan sebelum adanya fungsi komersial

N

o Pelaku Aktifitas

Tem pat

Weekday Waktu Weekend Waktu

Khus

anak tidak ada - Jalan santai Pagi Ada

bermain Pagi TA

bersantai Pagi TA

berjemur Pagi TA

2 Remaja Parkir

inside

ntial Parkir Pagi TA

Balap Mobil/ Motor

inside

(4)

Berkumpul

inside

ntial Olahraga Pagi Ada

Sarapan Pagi TA

3 Dewasa tidak ada - Parkir Pagi TA

bersantai Pagi TA

Olahraga Pagi Ada

Sarapan Pagi TA

Bermain dengan

anak Pagi TA

4 Pedagang PKL tidak ada - Melayani Pembeli Pagi TA

5

Pengec

er tidak ada

-Menjajakan

jualanan Pagi TA

Melayani Pembeli Pagi TA

6

sampah dari Pagi TA

kawasan kawasan

Tabel 5.1. Tabel Kegiatan pada kawasan Kambang Iwak pra penambahan fungsi komersial Sumber : Observasi dan Wawancara

N

o Pelaku Aktifitas

Tem pat

Weekday Waktu Weekend Waktu

Khu

(5)
(6)

Membersihkan

Tabel 5.2. Tabel Kegiatan pada kawasan Kambang Iwak setelah penambahan fungsi komersial (Sumber : Observasi dan wawancara)

Dari tabel di atas, diketahui bahwa jam operasional kawasan Kambang Iwak Besak menjadi lebih panjang setelah adanya penambahan fungsi komersial. Hal ini menjadikan kawasan Kambang Iwak memiliki peranan Ruang Terbuka Hijau yang nyata dan mampu menampung aspirasi kegiatan masyarakat di sekitarnya. Kegiatan tersebut mencapai waktu puncak pada saat malam hari, terutama pada akhir pekan.

1

2 3

Memberi makan ikan dari

(7)

Gambar 5.3. Aktifitas pada kawasan kambang Iwak besak, Setelah penambahan fungsi komersial

Kambang Iwak menstimulasi para pengunjungnya untuk datang serta berkreatifitas. Hal ini dapat dilihat dari adanya perubahan aktifitas oleh remaja di sekitar kawasan. Pada saat kawasan belum memiliki variasi kegiatan dan pengunjung, para remaja sering mengadakan balap motor dan mobil yang mengganggu pengguna jalan lain pada jalan Tasik, namun adanya fungsi komersil membawa aktifitas yang lebih baik seperti latihan skate board, jogging dan berjalan santai.

M. Ridwan Kamil, salah seorang praktisi Urban Design dan Tenaga pengajar Program Studi Arsitektur Institut Teknologi Bandung, menyatakan, kualitas suatu disain ruang perkotaan yang baik adalah ruang perkotaan yang memiliki jam operasi yang panjang. Kambang Iwak Besak sebagai salah satu ruang perkotaan, setelah mengalami penambahan fungsi komersial, telah memenuhi salah satu syarat ini. Hal ini dapat dilihat pada perbandingan tabel kegiatan 1 dan 2, dimana pada saat belum adanya fungsi komersial, jam operasi Kambang Iwak Besak sebagian besar hanya pada saat pagi hari, sedangkan pada siang hari dan malam hari tidak memiliki aktifitas yang khusus, sehingga digunakan untuk aktifitas yang tidak layak oleh anak-anak muda untuk berkumpul

2. Kios Makanan 1. KIF Park

(8)

maupun berpacaran. Pada saat fungsi komersial disuntikan, kawasan ini memiliki berbagai aktifitas yang berlangsung pada pagi, siang, sore, terutama pada malam hari, dimana kios-kios yang menjual makanan, souvenir dan pakaian menjadi sasaran utama. Adanya fungsi komersial pada kawasan Kambang Iwak Besak meningkatkan kualitas ruang terbuka hijau dengan menambah kehidupan dan variasi aktifitas dalam kawasan tersebut.

2. Sitting Space

Pada suatu ruang publik, tempat duduk yang terencana dengan baik akan mengundang pengunjung ke kawasan tersebut secara tidak langsung. Sehingga terkait dengan kualitas ruang publik yang semakin banyak pengguna, akan semakin baik, tempat duduk dapat meningkatkan kualitas ruang publik. People tend to sit most where there are places to sit. Biasanya tempat duduk dikaitkan juga dengan jalur pedestrian, dimana orang lebih banyak mengakses kawasan, dengan cara berjalan, bersepeda, berlari santai, atau cara langsung lainnya untuk menikmati ruang terbuka.

Kualitas tempat duduk dapat dinilai dari bentuk, jumlah, penempatan serta kenyamanan. Bentuk yang baik adalah yang menarik dan sesuai fungsi. Sedangkan penempatan yang tepat adalah pada titik dimana tempat duduk tersebut dapat mengoptimalkan pemanfaatan fungsi kawasan, misalnya optimal terhadap pemandangan yang menarik yang dapat diperoleh dari kawasan tersebut, atau penempatan yang strategis dalam kawasan sehingga diminati pengunjung, dan lain sebagainya. Kenyamanan tempat duduk juga terkait dengan bentuk, tinggi tempat duduk, lebar, kapasitas maksimum serta keteduhan.

(9)

Adanya fungsi komersial, membantu menghilangkan kesan nilai tersebut. Tempat duduk yang disediakan oleh taman dimanfaatkan oleh keluarga untuk menikmati keindahan kawasan ataupun digunakan oleh orang-orang yang berolahraga untuk beristirahat sejenak.

(10)

Gambar 5.5. Bentuk kursi taman di kawasan Kambang Iwak Besak Palembang

Adanya fungsi komersial menyebabkan pengunjung memanfaatkan ruang-ruang duduk, baik yang tersedia maupun yang tidak disengaja terbentuk, pada kawasan secara efektif. Tidak hanya berupa kursi-kursi taman yang sengaja didisain, namun juga memanfaatkan tempat-tempat lain, seperti garis batas taman dan pedestrian, batas taman yang rindang, dan lain sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa pengunjung sangat menikmati suasana di kawasan ini, sehingga ingin memanfaatkan tiap ruang atau kesempatan ruang yang ada sebagai tempat duduk.

3. Sun, Wind, Trees, Water

... in late morning, the plaza was in shadow. Then shortly before noon, a

narrow wedge of sunlight began moving across the plaza and, as it did,

so did the sitter. Where there was a sun, they sat; where there was none,

they didn’t. Konsep ini digunakan pada negara-negara Eropa yang memiliki empat iklim, dan sangat mengoptimalkan sinar matahari dalam aktifitasnya. Namun hal ini dapat diadaptasi dengan kondisi iklim tropis di Indonesia, dimana sinar matahari, angin, pepohonan serta air dapat menjadi pertimbangan dalam membentuk ruang yang nyaman bagi pengguna ruang publik, khususnya ruang terbuka hijau

(11)

disukai pada siang hari1. Sedangkan angin di kawasan ini masih tergolong nyaman, dikarenakan adanya ruang terbuka yang luas sehingga memungkinkan pergerakan angin yang bebas ke segala arah. Ditinjau dari penghijauannya, kawasan Kambang Iwak Besak merupakan area yang rimbun dengan pepohonan dan taman. Beberapa titik area memiliki pepohonan yang tinggi dan rindang, sehingga membantu menghalau sinar matahari pada saat siang hari. Sedangkan air merupakan hal yang mendominasi di kawasan ini, lebih dari 75% luas keseluruhan merupakan kolam retensi kawasan disekitarnya, yang berfungsi juga sebagai peresapan untuk menghindari terjadinya banjir di daerah tersebut. Dikarenakan efeknya yang menenangkan, kolam ini menjadi primadona dalam kawasan Kambang Iwak Palembang.

Pada saat belum adanya fungsi komersial, keempat elemen belum dimanfaatkan secara optimal. Misalnya panas matahari siang yang dibiarkan apa adanya, menyebabkan kurangnya keinginan pengunjung bersantai di kawasan pada saat siang hari. Hal lain adalah pepohonan dan taman yang tidak terawat dengan baik, serta air kolam yang dibiarkan ditumbuhi bunga teratai yang tidak rapi dan tertata, memberikan kesan tidak bersahabat pada kawasan terhadap masyarakat disekitarnya, apalagi untuk menjadi suatu ruang publik yang berkualitas baik.

Dengan adanya fungsi komersial di kawasan ini, meskipun belum terlalu baik, namun meningkatkan kualitas pemanfaatan sinar matahari, angin, pepohonan serta air. Intensitas sinar matahari pagi yang menyehatkan, telah dimanfaatkan untuk kegiatan olahraga dengan pembuatan jogging track, peneduh terhadap sinar matahari siang berupa tenda-tenda, sedangkan taman dan pepohonan juga didisain agar pengunjung dapat berinteraksi langsung dengan penghijauan yang meneduhkan. Perbaikan juga dilakukan pada kolam retensi dengan menambah air mancur serta pencahayaan yang sangat menarik pada saat malam hari.

1

(12)

Meskipun demikian, peningkatan kualitas keempat elemen alam tersebut untuk menunjang fungsi komersial, harus dapat mempertimbangkan dampak selanjutnya. Misalnya saja kolam retensi, yang merupakan kolam peresapan untuk mencegah banjir, dikhawatirkan kios-kios tersebut akan membuang limbah rumah tangganya ke dalam kolam retensi, akibatnya kolam menjadi kotor dan mengeluarkan bau tidak

sedap. Pembuatan batasan-batasan taman yang diharapkan

mempercantik kawasan, sebaliknya menyebabkan kawasan memberikan kesan tidak terawat, hal ini dikarenakan sebagian batasan telah rusak, yang diakibatkan kurangnya kesadaran pengunjung untuk memelihara fasilitas yang ada.

(13)

4. Food

If you want to seed a place with activity, put out food. Kenyamanan bagi pengguna ruang publik yang lainnya adalah waktu makan yang ‘tepat‘. Dengan kata lain, adanya kemudahan untuk mengakses makanan di ruang publik memberikan nilai tambah bagi pengunjung. Hal ini akan mengundang makin banyaknya pengunjung ruang publik dan menstimulasi pengunjung-pengunjung lainnya untuk turut berpartisipasi.

Sebelum adanya penambahan fungsi komersial, kawasan ini kurang menarik perhatian pengunjung. Namun setelah dibangun kios-kios tempat makanan, banyak terdapat pengunjung yang betah untuk berlama-lama di kawasan ini, mulai dari sekedar mencari angin, menikmati keindahan kolam dan air mancur dan suasana ruang publik yang bersahabat, ataupun berolahraga yang kesemuanya diselingi dengan acara makan di kios-kios tersebut.

Namun selain meningkatkan pengunjung ke area Kambang Iwak Besak, banyaknya kios-kios yang beroperasi juga berdampak terhadap meningkatnya kebutuhan akan lahan parkir. Selain parkir pengunjung, para pengelola kios-kios memerlukan lahan parkir tersendiri di kawasan tersebut. Tidak adanya lahan parkir yang memadai sedari awal, membuat jalan didepan kawasan menjadi rawan kemacetan, dikarenakan para pengunjung sebagian besar menggunakan kendaraan pribadi untuk menuju kawasan ini2. Dengan waktu yang digunakan beraktfitas di kawasan sangt bervariasi untuk tiap-tiap pengunjung, maka kapasitas parkir sangat perlu diperhitungkan. Dampak lainnya terhadap lingkungan adalah kebersihan lingkungan sekitar, serta mekanisme pembuangan limbah kios- kios tersebut.

2

(14)

Tabel 5.7. Keadaaan penambahan kios dan tempat makan di kawasan Kambang Iwak

Gambar 5.8 Pembuangan limbah rumah tangga dan sampah makanan yang mencermari kawasan Kambang Iwak Besak

(15)

Keterangan : Toko dan Kios Hotel dan Gedung Swarna Dwipa Gambar 5.11. Penempatan kios di kawasan Kambang Iwak dan

kesinambungannya dengan Hotel Swarna Dwipa

5. The Street

The area where the street and plaza or open space meet is a key to

success or failure. Ideally, the transition should be such that its hard to

tell where one ends and the other begins. Jalan dan ruang terbuka publik memiliki hubungan yang terintegrasi, dimana satu sama lain saling melengkapi. Pembahasan mengenai jalan juga meliputi sirkulasi pedestrian, kendaraan, pemisahan diantara keduanya, serta kantung-kantung parkir untuk mendukung aktifitas.

Jalan Tasik adalah jalan satu arah dengan lebar 10 m, jalan ini membatasi kawasan Kambang Iwak Besak dengan lingkungan disekitarnya. Sebelum kawasan Kambang Iwak menjadi kawasan yang komersil, jalan ini sudah sering digunakan sebagai tempat parkir oleh Gedung Sebaguna Swarnadwipa yang terletak berseberangan dengan Kambang Iwak Besak. Akibatnya jalan menjadi macet dan ditutup sementara waktu. Hal ini biasanya terjadi pada akhir pekan dimana orang sering mengadakan pesta atau suatu acara di gedung tersebut.

(16)

Setelah adanya fungsi komersial di dalam kawasan Kambang Iwak Besak, jalan ini menjadi sangat rawan kemacetan tidak hanya pada akhir pekan, namun juga di hari-hari biasa (weekday) yang puncaknya adalah pada waktu malam hari. Hal ini tentu saja selain mengganggu masyarkat umum pengguna jalan, juga mengganggu pengguna baik gedung serbaguna dan kawasan Kambang Iwak Besak. Jika hal ini dibiarkan tanpa penyelesaian, kedua fungsi ini akan dapat saling menurunkan jumlah pengunjung yang datang ke daerah mereka masing-masing, dan berakibat menurunnya kualitas ruang terbuka perkotaan tersebut.

Hal yang sangat penting adalah kurangnya lahan parkir. Para pengelola kios memerlukan lahan parkir tersendiri, dan juga para pengunjung. Jika pada saat yang bersamaan ternyata berlangsung acara di gedung serbaguna Swarna Dwipa, maka keadaaan jalan Tasik akan sangat padat.

Keterangan : Area Parkir Sirkulasi kendaraan Batasan Temporer

Gambar 5.12. Pola sirkulasi kendaraan dan kantung parkir di kawasan Kambang Iwak Besak Palembang

Adanya fungsi komersial di kawasan Kambang Iwak Palembang juga mengakibatkan perubahan jalur lalu lintas di bundaran jembatan ampera, seluruh kendaraan pribadi dan bus kota jurusan Bukit Besar tidak dapat melintas secara langsung menuju Jl Merdeka. Kepala Dinas

(17)

Perhubungan (Kadishub) Kota Palembang, Drs H Syaidina Ali MSi membeberkan dua alternatif pengaturan arus lalin di seputaran Kambang Iwak sebagai dampak dibangunnya Kambang Iwak Family (KIF) Park. Jika dulunya, Dishub memberikan alternatif penutupan Jl Tasik depan Hotel Swarna Dwipa menuju Jl Indra, mulai pukul 17.00 WIB hingga pagi hari sehingga dapat digunakan sebagai lahan parkir.

Alternatif kedua adalah Jl Tasik depan Swarna Dwipa ditutup total 1x24 jam. Kendaraan yang akan melintas di jalan tersebut, harus memutar dari Jl Supeno, masuk ke Jl Kartini tembus ke simpang lima yang menghubungkan ke Jl Gajah Mada, Jl Hangtuah, Jl Tasik, dan Jl Indra. "Saat tembus di simpang lima itu, kendaraan boleh masuk ke Jl Tasik depan Swarna Dwipa jika memang akan memarkirkan kendaraan di kawasan KIF Park atau Hotel Swarna Dwipa. Keluarnya, dari Jl dr Sutomo jelasnya. Penggunaan alternatif pertama ataupun kedua, tetap saja harus membuat Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang membongkar taman simpang lima dekat Kambang Iwak. Dari analisa tersebut, penggunaan jalan Tasik sebagai kantung parkir sangat tidak sesuai, karena dapat mempengaruhi pola jalan lalu lintas hingga ke area kawasan lain.

6. The ‘Undesirable‘

Undesirable are the most harmless of the city’s marginal people, but a symbol, perhaps of one might become but for the grace of events. The best way to handle undesirable is to make a place attractive to everyone else. Dikarenakan sifatnya yang terbuka untuk publik, maka ruang publik tidak dapat membatasi diri terhadap orang-orang yang datang ke dalam lingkungannya. Salah satunya adalah undesirable, yaitu orang dapat mengurangi kualitas kenyamanan ruang publik dikarenakan keberadaannya, contohnya orang yang tidak memiliki tempat tinggal, anak jalanan serta pendatang liar yang menjadikan ruang publik sebagai tempat tinggal permanen.

(18)

dikarenakan makin banyaknya pengunjung, serta makin panjangnya waktu operasi kawasan, mempersempit ruang gerak orang-orang yang dapat mengganggu kenyamanan penggunaaan ruang publik.

Gambar 5.13. Faktor-faktor undesirable di kawasan Kambang Iwak Palembang

7. Effective Capacity

Effective capacity : the places that carry the most people are the most

efficient in the use of space as well as the most pleasant.

Kapasitas yang efektif adalah jumlah orang yang dengan bebas akan duduk di tempatnya selama waktu puncak normal. Dalam satu tempat atau ruang publik biasanya terdapat spot-spot tersendiri yang memiliki pola. Hal ini tergantung pada keadaaan cuaca, kenyamanan, serta kegiatan yang menarik dalam kawasan tersebut.

Sebelum adanya fungsi komersial di kawasan Kambang Iwak Besak, dengan luasan + 5000 m2, kapasitas ruang menjadi tidak efektif, hal ini dikarenakan kurangnya aktifitas di kawasan ini. Pada waktu puncak normal, hanya tempat-tempat duduk yang telah disediakan dengan sengaja yang tampak digunakan, sedangkan titik-titik lainnya yang dapat dipergunakan secara kreatif tidak tampak dimanfaatkan.

(19)

Gambar 5.14. Foto pemanfaatan ruang secara kreatif oleh pengunjung

8. Triangulation

Triangulation is process by which one external stimulus provides a

linkage between people and prompts strangers to talk to each other as

thought they were not. Stimulus ini dapat berupa objek fisik maupun pandangan. Sesuatu yang dapat menstimulasi komunikasi antar orang per orang dalam suatu komunitas, dapat berupa komentar atau pendapat terhadap hal ketiga. Hal ini disebut sebagai triangulation.

Kawasan Kambang Iwak Besak memiliki aspek triangulation yang sangat bervariasi. View menuju site dan view dari site sangat berpotensi untuk menarik suatu sosialisasi ke dalam kawasan. Misalnya view dari luar kawasan Kambang Iwak seperti Rumah Dinas Walikota Palembang yang khas dengan arsitektur kolonialnya, yang dapat menjadi objek pembahasan yang menarik, terutama dengan adanya menara pengawas yang berhadapan langsung dengan banguan tersebut.

(20)

1

2

3

4

5

6

1 2

(21)

Keterangan:

Hotel Swarna Dwipa 3. Gereja Siloam 5. Menara Pengawas KIF Park dan Plaza 4. Kolam Retensi 6. Rumah Dinas Walikota

Palembang

Gambar 5.15. Pola triangulation di kawasan Kambang Iwak Besak a. Sebelum penambahan fungsi komersial, b. Setelah penambahan fungsi komersial

Sumber : google earth dan koleksi pribadi

Delapan elemen diatas dapat menjadi variabel penilai terhadap kualitas suatu ruang publik khususnya ruang terbuka hijau. Penilaian terhadap ruang terbuka serta dampaknya terhadap lingkungan sekitar dapat ditarik kesimpulan pada tabel berikut ini

No Kategori Penilaian Keterangan Baik Cukup Kurang Baik

1 The Life of Plazas

Kegiatan meningkat dan jam operasi kawasan menjadi dan penempatan belum baik

3 Sun, Wind, Trees, Water

Elemen alam mulai

Tidak adanya parkir khusus dan mengakibatkan kemacetan

6 The Undesirable

Terdapat beberapa faktor yang tidak diinginkan, seperti gelandangan, dan tuna wisma.

7 Effective Capacity

Pengunjung mulai

memanfaatkan ruang-ruang positif secara efektif dan

4

5 6

(22)

optimal

8 Triangulation

Banyak terdapat potensi alam maupun kegiatan yang dapat menjadi faktor penarik ke dalam kawasan.

Tabel 5.3 Kesimpulan penilaian kualitas ruang publik berdasarkanThe Social Life of Small Urban Spaces, William H. Whyte

Dari pembacaan tabel diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa elemen kehidupan sosial dari sebuah kawasan Kambang Iwak setelah penambahan fungsi komersial menjadi semakin berkualitas, meningkatkan efektifitas fungsinya sebagai suatu ruang publik serta memberikan dampak yang baik pada lingkungan sekitarnya. Namun selain itu juga terdapat beberapa persoalan yang timbul akibat penambahan komersil yang perlu distrukturkan untuk mengetahui persoalan pokok di kawasan tersebut.

5.2 Identifikasi Persoalan di kawasan Kambang Iwak Besak Palembang

Untuk mengidentifikasi persoalan di kawasan Kambang Iwak Palembang digunakan metode pengamatan visual (visual observation) dan wawancara. Pengamatan dilakukan pada beberapa waktu, yaitu pada hari minggu dan sabtu pukul 07.00 – 10.00 dan hari kerja biasa pada pukul 10.00 – 11.30. Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan persoalan yang ada pada kawasan Kambang Iwak Besak adalah:

1. Tidak adanya tempat parkir khusus bagi pengunjung menimbulkan kemacetan pada jalan Tasik sebagai akses menuju Kambang Iwak 2. Pemanfaatan Jalan Tasik oleh Gedung Serbaguna Swarnadwipa

sebagai tempat parkir mengakibatkan kemacetan 3. Beberapa PKL yang tidak tertib berjualan di tepi jalan 4. Pengunjung yang menyeberang jalan sembarangan

5. Pemanfaatan beberapa titik tempat duduk dan taman oleh gelandangan yang mengganggu kenyamanan

6. Bentuk dan penempatan tempat duduk yang kurang efektif dan menarik

7. Limbah rumah tangga yang mencemarkan kolam retensi

(23)

5.2.1 Klasifikasi Persoalan

1. Design problem dan Non design problem

Lang membagi persoalan menjadi 2 kategori yaitu persoalan perancangan (design problem dan persoalan bukan perancangan (non design problem). Berdasarkan kategori ini persoalan dalam kawasan Kambang Iwak Besak dapat dikelompokan menjadi:

1 2 3

4

6

5

8 7

(24)

No. Persoalan Design

1 Tidak adanya tempat parkir khusus bagi hotel yang menutup jalan untuk digunakan sebagai sarana parkirnya

3 Beberapa PKL yang tidak tertib berjualan di tepi jalan

√ NDP: Keinginan penjual dan PKL untuk menjual produknya pada tempat

zebra cross atau sarana penyeberangan di sekitar kawasan

NDP : perilaku masyarakat yang ingin mencapai tujuan dengan cepat tanpa memperhatikan

keselamatan. 5 Pemanfaatan

beberapa titik tempat duduk dan taman oleh

√ NDP : perilaku

(25)

gelandangan yang NDP : perilaku pengguna yang tidak ikut merasa memiliki fasilitas umum sehingga memperlakukan dengan sesukannya 7 Limbah rumah tangga

yang mencemarkan kolam retensi

√ √ DP : penataan sanitasi

kawasan yang kurang

√ NDP : perilaku pengguna yang tidak turut

Tabel 5.4. Persoalan Perancangan dan Persoalan Bukan Perancangan

2. Metode End-Means

(26)

No.

Persoalan Klasifikasi Saran Solusi

WELL ILL WICKED 1 Tidak adanya tempat

parkir khusus bagi pengunjung kawasan Kambang Iwak

menimbulkan kemacetan pada jalan Tasik sebagai akses menuju kambang Iwak

Pembuatan tempat parkir bersama pada daerah di luar kawasan Kambang Iwak, namun tetap masih dapat dijangkau dengan berjalan kaki oleh pengunjung.

2 Pemanfaatan Jalan Tasik oleh Gedung Serbaguna seperti zebra cross bagi pedestrian di sekitar Kambang Iwak Besak 5 Bentuk dan penempatan

tempat duduk yang kurang efektif dan menarik

Redisain bentuk tempat duduk dan tata letaknya

6 Limbah rumah tangga yang mencemarkan

(27)

3. Analisa struktur persoalan berdasarkan Interaksi Matriks,

Interaksi Net dan Metode Classificational Analysis

Untuk menstrukturkan persoalan di kawasan Kambang Iwak ini, digunakan metode Interaksi Matriks dan Interaksi Net untuk mengetahui hubungan di antara persoalan, sedangkan Classificational Analysis bertujuan untuk menjelaskan konsep persoalan yang ada dalam kawasan Kambang Iwak Besak. Dengan mengetahui konsep persoalan, akan lebih mudah menstrukturkan persoalan sehingga diketahui persoalan utama dalam kawasan ini.

Persoalan A B C D E F G H

Tidak adanya tempat parkir khusus bagi pengunjung menimbulkan kemacetan pada jalan Tasik sebagai akses menuju

kambang Iwak

A 2 1 1 0 0 0 0

Pemanfaatan Jalan Tasik oleh Gedung Serbaguna Swarnadwipa sebagai tempat

parkir mengakibatkan kemacetan B 2 1 1 0 0 0 0

Beberapa PKL yang tidak tertib berjualan

di tepi jalan C 1 1 1 0 1 0 0

Pengunjung yang menyeberang jalan

sembarangan D 1 1 1 0 0 0 0

Pemanfaatan beberapa titik tempat duduk dan taman oleh gelandangan yang

mengganggu kenyamanan E 0 0 0 0 1 1 1

Bentuk dan penempatan tempat duduk

yang kurang efektif dan menarik F 0 0 1 0 1 0 0

Limbah rumah tangga yang mencemarkan

kolam retensi G 0 0 0 0 1 0 0

Pemeliharaan sarana toilet umum yang

(28)

Keterangan :

0 = Tidak ada hubungan 1 = Hubungan tidak Langsung 2 = Hubungan Langsung Tabel 5.6 Struktur persoalan berdasarkan Interkasi Matriks

Dari tabel di atas dapat diketahui beberapa persoalan yang saling berhubungan secara langsung dan tak langsung ataupun yang tidak berhubungan sama sekali. Dapat dilihat PKL memiliki keterkaitan secara tidak langsung dengan empat persoalan lainnya, sedangkan pemanfaatan jalan Tasik oleh gedung serbaguna Swarnadwipa memiliki keterkaitan langsung dengan tidak adanya lahan parkir di Kawasan Kambang Iwak, karena jalan Tasik juga merupakan jalan yang dimanfaatkan juga oleh pengunjung Kambang Iwak. Sebagai tempat parkir. Persoalan-persoalan ini dapat dikelompokkan menggunakan metode interaksi net sebagai berikut :

(29)

Gambar 5.17. Diagram Interaction Net untuk menggambarkan pengelompokan persoalan

Kemudian persoalan-persoalan ini diklasifikasikan berdasarkan metode classificational analysis, dimana metode ini mengklasifikasikan konsep persoalan menjadi dua buah berdasarkan lingkup pengaruhnya yaitu, skala kota dan skala kawasan. Lingkup pengaruh skala kota artinya persoalan yang ada menimbulkan dampak yang luas hingga skala perkotaan, sedangkan pada skala kawasan artinya persoalan berdampak di skala yang lebih kecil, yaitu pada kawasan yang menjadi objek. Sehingga didapat klasifikasi persoalan pada diagram venn dibawah ini.

Diagram 5.7. Diagram venn persoalan berdasarkan classificational Analysis.

Persoalan Tidak adanya tempat parkir khusus

bagi pengunjung menimbulkan kemacetan pada jalan Tasik sebagai akses menuju kambang Iwak

(30)

Pemanfaatan Jalan Tasik oleh Beberapa PKL yang tidak tertib

berjualan di tepi jalan

C √ Pemanfaatan beberapa titik tempat

duduk dan taman oleh gelandangan yang mengganggu kenyamanan Bentuk dan penempatan tempat

duduk yang kurang efektif dan menarik

F √

Pengaruh terhadap fisik kawasan Limbah rumah tangga yang

mencemarkan kolam retensi Pemeliharaan sarana toilet umum

yang kurang baik H √

(31)

merupakan pendukung kegiatan dalam kawasan Tabel 5.8 Tabel klasifikasi persoalan berdasarkan metode classificational Analysis

Dari klasifikasi lingkup pengaruh persoalannya, persoalan yang memiliki dampak yang paling luas adalah persoalan penggunaan jalan Tasik sebagai tempat parkir untuk acara yang diselenggarakan oleh gedung serbaguna Swarnadwipa menyebabkan tidak adanya tempat parkir bagi pengunjung kawasan Kambang Iwak, karena Kawasan Kambang Iwak juga memanfaatkan jalan Tasik sebagai area parkir. Selain itu fungsi jalan Tasik sebagai jalan Arteri Sekunder kota, akan mempengaruhi pola sirkulasi dalam skala kota Palembang.

Tidak adanya lahan parkir kawasan Kambang Iwak merupakan persoalan kedua yang dapat mempengaruhi keberadaan persoalan-persoalan lain. Misalnya dengan penempatan parkir yang tertata, akan diketahui titik atau area yang paling sering digunakan untuk menyeberang, sehingga dapat dibuat suatu sarana penyeberangan yang efisien. Kemudian PKL dapat menempatkan dirinya pada lahan parkir (pada area yang telah disediakan), sehingga tidak mengganggu tepi jalan kawasan.

(32)

Gambar 5.18. Diagram Interaction Net setelah penyelesaian persoalan skala perkotaan

Sehingga persoalan dalam kawasan Kambang Iwak dapat distrukturkan menjadi: tempat duduk dan taman oleh gelandangan yang

Tidak adanya tempat parkir khusus bagi pengunjung menimbulkan kemacetan pada jalan Tasik

Gambar

Gambar 5.1. Skala pelayanan Kawasan Kambang Iwak Palembang
Gambar 5.2. Analisa kesinambungan terhadap lingkungan sekitar kawasan KambangIwak PalembangSumber : www
Tabel 5.1. Tabel Kegiatan pada kawasan Kambang Iwak pra penambahan fungsi komersialSumber : Observasi dan Wawancara
Tabel 5.2. Tabel Kegiatan pada kawasan Kambang Iwak setelah penambahan fungsi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pembangunan kawasan industri merupakan usaha mengembangkan industri yang berwawasan lingkungan, memberikan kemudahan dan daya tarik bagi investasi dengan konsep

Berdasarkan pembahasan di atas dapat diketahui bahwa perubahan fungsi lingkungan binaan di koridor jalan Cigondewah menurut responden pada penelitian ini menilai bahwa citra

Jumlah pengunjung yang dmaksud adalah pengunjung maksimum pada waktu terientu yang datang pada kawasan wisata tersebui. Peningkatan jumlah pengunjung ini dsebabkan deh adanya daya

Dari hasil pembahasan diatas mengenai peranan dan efektivitas fungsi sumber daya manusia pada kantor Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kota Makassar, maka dapat

 Membuat paket wisata sejarah di kawasan dengan daya tarik berupa wisata budaya Dengan adanya paket wisata tersebut secara langsung mengenalkan tradisi di kawasan

Interpretasi dari tabel 1 yaitu pengaruh perubahan fungsi ruang terbuka publik pada taman Parang Kusumo Semarang terhadap kondisi fisik kawasan permukiman di

Pendugaan adanya alih fungsi lahan dituangkan Balai Besar Sumber Daya Lahan Pertanian dalam Peta Observasi Indikasi Alih Fungsi Lahan Sawah Tahun 2012-2014, Peta ini

itu, daya tarik wisata yang lebih kuat dengan adanya penataan ruang kawasan, telah berhasil menarik wisata- wan lokal dan luar kota serta internasional untuk datang ke Kawasan