• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA DI KELAS X SMA NEGERI 3 MEDAN T.A 2013/2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA DI KELAS X SMA NEGERI 3 MEDAN T.A 2013/2014."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

THINK-PAIRS-SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN

AKTIVITAS BELAJAR SISWA DI KELAS X SMA

NEGERI 3 MEDAN T.A 2013/2014

Oleh :

Iwan Andi Jonri Sianturi 4101111024

Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkatNya yang memberikan kesehatan dan hikmat kepada penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang direncanakan.

Skripsi yang berjudul “penerapan model pembelajaran koperatif tipe think-pair-share (TPS) untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa di kelas X SMA Negeri 3 Medan T.A 2013/2014”, disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unimed.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si., selaku Rektor Universitas Negeri Medan, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Bapak Drs. Syafari, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si., selaku Ketua Program Studi pendidikan Matematika, Bapak Drs. H.Banjarnahor, M.Pd sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan dan saran-saran kepada penulis sejak awal penelitian sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Bapak Prof.Dr. Edi Syahputra, M.Pd, Bapak Muliawan Firdaus, S.Pd, M.Si, Bapak Drs. W.L. Sihombing, M.Pd, yang telah memberikan masukan dan saran-saran mulai dari rencana penelitian sampai dengan selesainya penyusunan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Ibu Dra. Nurliani Manurung, M.Pd sebagai Dosen Pembimbing Akademik dan kepada

seluruh Bapak/Ibu Dosen beserta Staf Pegawai Jurusan Matematika FMIPA UNIMED yang telah membantu penulis. Penghargaan Juga disampaikan kepada

(4)

Teristimewa juga saya sampaikan kepada teman dekat saya Ruth Gratia Ringo-Ringo yang selalu mendoakan, mendorong dan menyemangati saya sangat luar biasa dalam penyelesaian studi saya ini dan sanak keluarga yang selalu senantiasa berdoa dan memberikan dorongan semangat kepada penulis.. Tidak lupa juga penulis menyampaikan terimakasih kepada teman-teman seperjuangan yang selalu memberikan motivasi bagi penulis yaitu kelas Bilingual, Dik.A reguler, kelas

Dik.B regular, Dik.C reguler dan kelas Ekstensi stambuk 2010 yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, khususnya sahabatku Holmes, Manto, Justin, Mayrio, Lilis, Loranty, Mevi, Helviana, Lydia, Mutia, Dian dan teman-teman seperjuangan lainnya yang tidak bisa saya tuliskan satu persatu yang selalu membangkitkan semangat bagi penulis.

Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya isi skripsi ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan.

Medan, Juli 2014 Penulis,

(5)

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN

AKTIVITAS BELAJAR SISWA DI KELAS X SMA NEGERI 3 MEDAN T.A 2013/2014

Iwan Andi Jonri Sianturi (NIM. 4101111024)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa dan penguasaan materi siswa dengan pembelajaran kooperatif tipe think-pairs-share (TPS) di kelas X SMA Negeri 3 Medan. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Objek penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share (TPS) pada materi statistika tahun ajaran 2013/2014. Subjek penelitian adalah siswa kelas X MIA-7 yang berjumlah 31orang siswa.

Sebelum tindakan dilakukan terlebih dahulu dilakukan observasi dan wawancara kepada guru kelas untuk mengetahui aktivitas belajar siswa. Pada observasi awal peneliti mengobservasi aktivitas belajar matematika siswa dalam kategori memperhatikan penjelasan guru, mengemukakan pendapat, mengajukan pertanyaan, partisipasi dakam diskusi, kemampuan memberikan tanggapan dan mencatat. Hasil analisis data observasi aktivitas belajar matematika siswa adalah 22,58% yang aktif dan 77,42% kurang aktif dengan kategori tersebut dalam proses belajar mengajar.

Aktivitas belajar siswa pada siklus I, pada pertemuan 1 diperoleh persentase aktivitas belajar siswa secara keseluruhan sebesar 54,20% dan pada pertemuan ke-2 diperoleh persentase aktivitas belajar siswa secara keseluruhan sebesar 59,81%. Pada siklus II, pertemuan ke-3 diperoleh persentase aktivitas belajar siswa secara keseluruhan sebesar 65,19% dan pertemuan ke-4 diperoleh persentase aktivitas belajar siswa secara keseluruhan sebesar 68,41%. Kriteria peningkatan aktivitas belajar matematika siswa dalam penelitian ini yaitu persentase tingkat aktivitas belajar siswa yang aktif  60% dari banyak siswa dipenuhi saat pertemuan ke-3 dan ke-4 (siklus II).

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar viii

Daftar Tabel ix

Daftar Lampiran x

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah 1

1.2Identifikasi Masalah 9

1.3Batasan Masalah 9

1.4Rumusan Masalah 9

1.5Tujuan Penelitian 10

1.6Manfaat Penelitian 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis

2.1.1.Pembelajaran matematika 12

2.1.2.Aktivitas belajar siswa dan nilai aktivitas belajar siswa 13

2.1.3.Model pembelajaran kooperatif

2.1.3.1. Pengertian model pembelajaran kooperatif 22

2.1.3.2. Unsur-unsur dan tujuan pembelajaran kooperatif 23 2.1.3.3. Sintaks pembelajaran kooperatif 24 2.1.3.4. Pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share 25 2.1.3.5. Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran

(7)

ii

2.1.4.Materi ajar statistika 31

2.2. Kerangka konseptual 40

2.3. Hipotesis penelitian 42

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan waktu penelitian 43

3.2. Subjek dan objek penelitian 43

3.3. Jenis penelitian 43

3.4. Prosedur penelitian 43

3.5. Alat pengumpul data 48

3.6. Analisis data 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Hasil observasi awal 56

4.1.2. Siklus I 57

4.1.3. Siklus II 61

4.2. Pembahasan hasil penelitian

4.2.1. Analisis deskriptif hasil aktivitas belajar siswa 65 4.2.2. Analisis deskriptif hasil penguasaan materi siswa 67 4.2.3. Analisis statistik hasil aktivitas belajar siswa 68 4.2.4. Analisis statistik hasil penguasaan materi siswa 72

4.2.5. Temuan Penelitian 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 76

5.2. Saran 77

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Kisi-kisi aktivitas belajar siswa 20

Tabel 2.2 Langkah-langkah pembelajaran kooperatif 25 Tabel 2.3 Data jumlah produksi UKM di Yogyakarta 31

Tabel 2.4 Tabel frekuensi (Turus) 35

Tabel 2.5 Tabel frekuensi dengan titik tengah kelas 36

Tabel 2.6 Tabel perhitungan mean 37

Tabel 2.7 Tabel perhitungan mean 38

Tabel 2.8 Tabel perhitungan modus 39

Tabel 3.1 Tingkat penguasaan siswa 51

Tabel 4.1 Persentase aktivitas belajar awal Siswa 56 Tabel 4.2 Persentase aktivitas belajar siswa siklus I 59 Tabel 4.3 Persentase aktivitas belajar siswa siklus II 64 Tabel 4.4 Persentase jumlah siswa yang memenuhi tingkat penguasaan 67

(9)

i

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Penyajian data dalam diagram garis 32 Gambar 2.2 Penyajian data dalam diagram garis 32 Gambar 3.1 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas 47 Gambar 4.1 Diagram peningkatan jumlah siswa yang aktif 66

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : RPP I (Siklus I) 80

Lampiran 2 : RPP II (Siklus I) 85

Lampiran 3 : RPP III (Siklus II) 90

Lampiran 4 : RPP IV (Siklus II) 95

Lampiran 5 : Lembar aktifitas siswa I 100

Lampiran 6 : Alternatif penyelesaian LAS I 104

Lampiran 7 : Lembar aktifitas siswa II 107

Lampiran 8 : Alternatif penyelesaian LAS II 112

Lampiran 9 : Lembar aktifitas siswa III 116

Lampiran 10 : Alternatif lembar aktifitas siswa III 119

Lampiran 11 : Lembar aktifitas siswa IV 122

Lampiran 12 : Alternatif lembar aktifitas siswa IV 125

Lampiran 13 : Tes penguasaan materi I 127

Lampiran 14 : Pensekoran tes penguasaan materi I 128

Lampiran 15 : Tes penguasaan materi II 130

Lampiran 16 : Pensekoran tes penguasaan materi II 131

Lampiran 17 : Lembar validator soal 133

(11)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Mutu pendidikan merupakan permasalahan yang masih menjadi bahan kajian dan perhatian sampai sekarang ini. Hal ini terbukti dari banyaknya

penelitian yang dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran. Salah satu indikator yang paling menonjol dalam kajian mutu pendidikan adalah prestasi belajar. Maraknya pengkajian prestasi belajar dikarenakan masih seringnya ditemukan di setiap jenjang pendidikan terdapat beberapa orang siswa yang menunjukkan prestasi belajar yang rendah. Salah satu penyebab rendahnya prestasi belajar siswa adalah terletak pada proses pembelajaran yang masih sering ditemui adanya dominasi guru yang mengakibatkan siswa cenderung lebih bersifat pasif. Di samping itu proses pembelajaran yang ditemui pada umumnya masih secara konvensional dengan hanya mendengar ceramah dari guru, sehingga sebagian siswa menjadi cepat bosan dan malas mengikuti materi pelajaran. Akibatnya penguasaan mereka terhadap materi yang diberikan tidak tuntas.

Pendidikan merupakan aktivitas untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan akan merubah cara berfikir menjadi lebih aktif dan lebih praktis karena pendidikan akan mengubah orang yang tidak tahu menjadi tahu dan yang sudah tahu menjadi paham. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peran penting dalam dunia pendidikan, hal ini dapat dilihat dari waktu jam pelajaran sekolah yang lebih banyak dibandingkan pelajaran lain.

Menurut Aminudin (dalam Mufidah, dkk., 2013: 118) “matematika adalah bukan hanya diperlukan menghitung yang pasif, akan tetapi merupakan bahasa

(12)

selama pembelajaran mencerminkan adanya motivasi ataupun keinginan siswa untuk belajar.”

Untuk dapat memahami suatu konsep atau teori dalam matematika bukanlah suatu pekerjaan mudah. Sehingga untuk mempelajari matematika dengan baik diperlukan aktivitas belajar yang baik. Oleh karena itu, setiap kegiatan belajar yang sedang berlangsung hendaknya melibatkan seluruh siswa, sehingga siswa tersebut dapat berpartisipasi aktif dalam materi yang sedang dibicarakan. Sardiman (2001: 93) menyatakan bahwa ”pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas. Itulah mengapa aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar”. Jadi aktivitas belajar mencakup segala sesuatu atau kegiatan untuk melakukan proses pembelajaran. Siswa akan menguasai materi dengan baik apabila dalam pembelajaran siswa berpartisipasi secara aktif. Pentingnya aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran matematika didasarkan pada sifat mata pelajaran itu sendiri, karena pada dasarnya mata pelajaran tersebut bersifat abstrak sehingga diperlukan

suatu cara untuk mengatasi agar mata pelajaran tersebut mendapat respon yang tinggi dari siswa. Oleh karena itu, diperlukan aktivitas siswa untuk dapat memahami dan menguasai materi yang diberikan.

Slavin (dalam Sardianty, 2010: 3) teori pembelajaran kognitif memandang bahwa “learning is much more than memory. For student to really understand and be able to apply knowledge, they must to solve problem, to discover things for

(13)

3

Dalam belajar, aktivitas sangat diperlukan sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang penting dalam interaksi belajar mengajar. Dalam pembelajaran, yang lebih banyak melakukan aktivitas di dalam pembentukan diri adalah anak itu sendiri, sedang pendidik memberikan bimbingan dan merencanakan segala kegiatan yang diperbuat oleh anak didik.

Pengajaran matematika menuntut siswa menunjukkan sikap yang aktif, kreatif, inovatif dan bertanggung jawab. Tetapi kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa tujuan pembelajaran matematika belum tercapai sebagaimana yang diharapkan. Seringkali guru menemukan siswa tidak berani mengemukakan pendapat maupun bertanya. Dalam kerja kelompok banyak dari anggota kelompok yang hanya mencantumkan nama saja tanpa ikut berpartisipasi dalam kelompok. Tanggung jawab siswa rendah baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap kelompok. Begitu juga halnya dengan aktivitas siswa tersebut,

hal tersebut mengindikasikan bahwa aktivitas belajar siswa rendah. Sebagai motivator guru harus mampu membangkitkan motivasi siswa agar aktivitas siswa dalam proses pembelajaran berhasil dengan baik. Sebab, hakikat mengajar bukanlah melakukan sesuatu bagi siswa tetapi lebih berupa menggerakkan siswa melakukan hal-hal yang dimaksudkan menjadi tujuan pendidikan. Dalam standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah telah disebutkan bahwa mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama yang dapat meningkatkan aktivitas siswa.

(14)

menyampaikan materi pembelajaran, kurangnya rasa ingin tahu terhadap materi yang dipelajari sehingga kemampuan bertanya mereka rendah, tugas-tugas atau pekerjaan rumah yang tidak dikerjakan, rendahnya perhatian siswa terhadap pelajaran matematika dan hanya sebagian kecil siswa yang mampu menyelesaikan soal matematika. Siswa kurang diberikan kesempatan melakukan aktivitas belajar atau dengan kata lain peran guru dalam pembelajaran terlihat lebih dominan. Hal ini mengindikasikan bahwa proses pembelajaran dalam kajian aktivitas belajar yang dilakukan belum optimal.

Aktivitas belajar dalam pelajaran matematika yang rendah dapat dilihat dari hasil observasi yang dilakukan peneliti di SMA Negeri 3 Medan pada 12 Februari 2014 kepada 31 orang siswa, diperoleh data persentasi rata-rata aktivitas siswa sebesar 35,3 %, yang memenuhi kategori aktif dan sangat aktif hanya 22,58 % (7 orang) dari keseluruhan siswa dan aktivitas siswa yang termasuk kategori cukup aktif dan kurang aktif yaitu sebesar 77,41 % atau 24 siswa. Dengan kata lain, kelas tersebut memiliki rata-rata persentasi aktivitas siswa (PAS) < 60%.

Sedangkan (Haryani, 2012: 4) mengemukakan bahwa aktivitas belajar siswa dalam proses belajar mengajar sekurang-kurangnya 60% berperan aktif dalam pembelajaran. Dengan aktivitas kelas yang rendah seperti itu maka pembelajaran akan membosankan dan tidak bermakna bagi siswa. Sehingga yang menjadi persoalan adalah bagaimana cara meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 3 Medan dalam proses pembelajaran matematika.

(15)

5

Berbagai faktor kemungkinan penyebab tersebut, Sukiman(guru Matematika SMA Negeri 3 Medan) mengatakan :

yang menyebabkan aktivitas siswa rendah di kelas X lebih condong pada faktor kesulitan adaptasi dan kerjasama di antara siswa, dan diduga kuat sebagai faktor utama penyebab rendahnya aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas X SMA Negeri 3 Medan pada mata pelajaran Matematika, karena bagi siswa kelas X suasana sekolah di lingkungan SMA adalah suasana baru, yang jelas berbeda dalam segala sesuatunya dengan suasana dan lingkungan sekolah mereka sebelumnya baik itu menyangkut tempat, teman sekolah, mata pelajaran, guru, dan lain sebagainya, yang kesemuanya masih memerlukan waktu bagi mereka untuk beradaptasi dengan baik. Kesulitan siswa dalam beradaptasi, terutama dengan materi pelajaran di SMA dan dengan teman-teman sekelas, sangat mungkin menjadi penyebab utama rendahnya aktivitas mereka dalam pembelajaran dan juga rendahnya prestasi belajar yang mereka capai. Sebagai pengalaman kita sebagai guru untuk tahun lalu, aktivitas siswa yang sangat kurang baik pada semester genap itu adalah pada materi statistika karena untuk mengajarkan statistika itu biasanya guru dominan melakukan pembelajaran berupa ceramah sehingga siswa kurang aktif dan kreatif, hal lain adalah mungkin pada penggunaan model pembelajaran dan perbedaan materi matematika yang diajarkan.

Faktor umum penyebab rendahnya aktivitas siswa terhadap pelajaran matematika adalah (1) Guru sebagai subjek aktif sedangkan murid sebagai objek pasif yang hanya mendengar materi yang disampaikan guru. (2) Guru memilih dan memaksakan pilihannya sedangkan murid menuruti, akibatnya murid tidak bisa berpikir kreatif karena murid tidak diberi kesempatan untuk memilih apa yang harus dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. (3) Guru menilai siswa dari hasil akhir, sistem penilaian di sekolah cenderung hanya menilai hasil

akhir pekerjaan siswa dan bukan menilai proses pekerjaan siswa. Akibatnya siswa yang sudah berusaha keras pun jika hasilnya salah, maka akan memperoleh nilai yang jelek.

(16)

strategi mengajar yang tidak sesuai atau kurang tepat sehingga siswa tidak dapat dengan mudah memahami dan menguasai materi. Gultom, dkk (2009: 148) mengatakan bahwa :

dua strategi yang dapat membangkitkan kompetensi perluasan dan penyempurnaan pengetahuan adalah : (1) strategi bertanya , (2) strategi mengarahkan aktivitas. Strategi mengarahkan aktivitas dapat didesain oleh guru dalam bentuk panduan belajar yang memiliki langkah-langkah heuristik praktis dan mudah dikerjakan. Misalnya, menggunakan teks dan LKS.

Metode pembelajaran pada hakikatnya merupakan sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran serta dapat mengembangkan dan meningkatkan aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa. Namun pada kenyataannya aktivitas belajar siswa masih rendah dalam pelajaran matematika hal ini dikarenakan siswa tidak berperan aktif selama proses pembelajaran matematika karena ada beberapa guru menjadikan siswa sebagai objek yang menerima pelajaran matematika, bukanlah sebagai subjek yang aktif selama proses pembelajaran berlangsung.

Agar pemahaman konsep matematika berkembang maka siswa perlu dilibatkan secara aktif dalam proses belajar matematika. Keberhasilan siswa

dalam belajar tergantung pada cara penyajian materi pembelajaran termasuk media pembelajaran dan metode mengajar yang digunakan oleh guru pada proses belajar mengajar. Banyak macam model dan media pembelajaran yang dapat digunakan dalam menyajikan suatu materi pelajaran. Salah satu diantaranya adalah model Think-Pairs Share (TPS).

(17)

7

saling membantu sehingga guru tidak lagi menjadi subjek yang aktif melainkan murid yang menjadi subjek aktif. Model tersebut melatih siswa karena siswa dituntut untuk terbiasa berpikir dan memberikan argumen mengenai pembelajaran, yang mana setiap siswa akan mendapat giliran tertentu dari setiap aktivitas belajar yang ada, sehingga aktivitas belajar dalam pembelajaran think-pair-share berbeda dengan model lain.

Strategi think-pair-share berkembang dari penelitian belajar kooperatif yang pertama kali dikembangankan oleh Frank Lyman dan kolagennya di Universitas Maryland pada tahun 1985. Think-pair-share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Model tersebut memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain (diskusi). Metode diskusi dapat melatih siswa bagaimana mengutarakan pendapat dan siswa juga belajar menghargai dan menanggapi pendapat orang lain. Keunggulan lain dari pembelajaran ini adalah optimalisasi partisipasi siswa. Dengan metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju dan

membagikan hasilnya untuk seluruh kelas, tapi pembelajaran ini memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain.

Pada penerapan pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share, setelah materi diajarkan maka siswa dikelompokkan dan dibagi lembar aktivitas siswa (LAS). Selama menggunakan LAS diterapkan pembelajaran kooperatif think-pair-share untuk menekankan aktivitas siswa, dimana siswa bekerja bersama dalam kelompok dan bertanggung jawab atas kesuksesan kelompoknya. Pembelajaran ini memanfaatkan bantuan siswa lain, untuk meningkatkan pemahaman dan penguasaan materi pelajaran.

(18)

salah satu model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa dalam berdiskusi dan berbagi hasil dengan teman kelompok dan hasil diskusi akan dipresentasikan. Aktivitas belajar dengan diskusi yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, kritis, dan persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Ciri utama pada model pembelajaran kooperatif tipe think pair share adalah tiga langkah utamanya yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran, yaitu langkah think (berpikir secara individual), pairs (berpasangan dengan teman sebangku), dan share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas).

Pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share memiliki keunggulan : (1) dapat meningkatkan daya nalar siswa, daya kritis siswa, daya imajinasi siswa dan daya anlisis terhadap suatu permasalahan, (2) meningkatkan kerjasama antara siswa karena mereka dibentuk dalam kelompok. (3) meningkatkan kemampuan

siswa dalam memahami dan menghargai pendapat orang lain, (4) meningkatkan kemampuan siswa dalam menyampaikan pendapat sebagai implementasi ilmu pengetahuannya, (5) guru lebih memungkinkan untuk menambahkan pengetahuan anak ketika selesai diskusi (Istarani (2012: 68)).

(19)

9

Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share cukup efektif untuk meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa. Sehubungan dengan itu, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “penerapan model pembelajaran koperatif tipe think -pair-share (TPS) untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa di kelas X SMA Negeri 3 Medan T.A 2013/2014.”

1.2. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang sudah diuraikan, dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut :

1. Pembelajaran matematika yang cenderung sulit dan membosankan. 2. Kurangnya aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika.

3. Kurangnya respon dan disiplin siswa dalam pelajaran matematika. 4. Tingkat penguasaan materi yang diperoleh siswa rendah.

5. Pemilihan model pembelajaran yang kurang sesuai.

1.3. Batasan Masalah

Sesuai dengan latar belakang dan identifikasi masalah maka yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya aktivitas belajar dan tingkat penguasaan materi matematika dan pemilihan metode yang kurang sesuai. Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan di kelas X SMA Negeri 3 Medan tahun ajaran 2013/2014.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dikemukakan diatas maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

(20)

2. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share (TPS) dapat meningkatkan penguasaan materi statistika siswa kelas X SMA Negeri 3 Medan tahun ajaran 2013/2014?

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa di kelas X SMA Negeri 3 Medan T.A 2013/2014 dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share (TPS) dalam pembelajaran.

2. Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share (TPS) dalam pembelajaran dapat meningkatkan penguasaan materi matematika (statistika) di kelas X SMA Negeri 3 Medan T.A 2013/2014.

1.6. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Secara umum hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada pembelajaran matematika, terutama pada peningkatan aktivitas belajar matematika siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe think-pairs-share (TPS).

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru matematika, hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk menggunakan metode yang inovatif dalam mengajar matematika.

(21)

11

c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini akan memberikan kontribusi positif pada sekolah dalam rangka perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran.

(22)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dari bab IV dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe think-pairs-share pada materi statistika di kelas X SMA Negeri 3 Medan T.A 2013/2014, terjadi peningkatan aktivitas belajar matematika siswa dilihat dari peningkatan aktivitas belajar siswa pada setiap siklus pertemuan pembelajaran yang dilakukan. Pada siklus I, pertemuan 1 diperoleh persentase aktivitas belajar siswa secara keseluruhan sebesar 54,20% (38,71% (12 orang) termasuk dalam kategori aktif dan 61,29% (19 orang) dalam kategori kurang aktif), pada pertemuan ke-2 diperoleh persentase aktivitas belajar siswa secara keseluruhan sebesar 59,81% (51,61% (16 orang) termasuk dalam kategori aktif dan 48,39% (15 orang) termasuk dalam kategori kurang aktif), pada siklus II, pertemuan ke-3 diperoleh persentase aktivitas belajar siswa secara keseluruhan sebesar 65,19% (64,52% (20 orang) termasuk dalam kategori aktif dan 35,48% (11 orang) termasuk dalam kategori kurang aktif dan pertemuan ke-4 diperoleh persentase aktivitas belajar siswa secara keseluruhan sebesar 68,41% (77,42% (24 orang) termasuk dalam kategori aktif dan 22,58% (7 orang) termasuk dalam kategori kurang aktif. Kriteria peningkatan aktivitas belajar matematika siswa dalam penelitian ini yaitu persentase tingkat aktivitas belajar siswa yang aktif  60% dari banyak siswa dipenuhi saat pertemuan 3 dan ke-4 (siklus II).

(23)

77

siklus I diperoleh persentase siswa yang menguasai materi sebesar 64,52% dan pada siklus II diperoleh persentase siswa yang menguasai materi sebesar 77,42%.

3. Terjadi peningkatan aktivitas belajar dan penguasaan materi matematika siswa melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe think pair share

(TPS) pada materi statistika di kelas X MIA-7 SMA Negeri 3 Medan T.A 2013/1014 dan dapat menjadi acuan dalam penerepan pembelajaran kooperatif tipe think-pairs-share (TPS) pada materi, subjek, maupun waktu yang berbeda dengan media dan alat yang bisa dimodifikasi sesuai kondisi pemebelajaran.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memberikan beberapa saran untuk meningkatkan aktivitas dan memperbaiki tingkat penguasaan materi matematika siswa, antara lain :

1. Kepada guru, khususnya guru matematika, disarankan untuk memperhatikan aktivitas belajar matematika siswa dan melibatkan peran akitf siswa dalam proses belajar mengajar. Untuk itu, hendaknya guru matematika dapat menerapkan pembelajaran dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe think-pairs-share (TPS). Karena Strategi pembelajaran ini dapat menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa.

2. Kepada siswa SMA Negeri 3 Medan disarankan lebih berani dalam menyampaikan pendapat atau ide-ide dan mempergunakan seluruh perangkat pembelajaran sebagai acuan yang dapat membuat siswa menjadi lebih aktif sehingga guru dapat melibatkan siswa dalam pembelajaran.

3. Kepada penelitian lanjutan agar hasil dan perangkat penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan untuk menerapkan metode pembelajaran kooperatif

(24)

RIWAYAT HIDUP

Iwan Andi Jonri Sianturi dilahirkan di Kec. Paranginan Kab. Humbang Hasundutan pada tanggal 05 Januari 1993. Ayah bernama Sudirman Sianturi dan Ibu bernama Rosma Siburian. Merupakan anak kelima dari enam bersaudara. Pada tahun 1998, penulis masuk SD Negeri 173337 Kec. Paranginan, dan lulus pada tahun 2004 . Pada tahun 2004, penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Paranginan, dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2007, penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Paranginan dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun 2010, penulis diterima di Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan dan lulus pada tanggal 16 Juli 2014.

Gambar

Gambar 2.1  Penyajian data dalam diagram garis

Referensi

Dokumen terkait

Soal

Kegiatan Rintisan Rumah Pintar dilakukan dalam bentuk penataan kelembagaan, peningkatan sarana dan prasarana, pembelajaran dan/atau pelatihan, serta pendampingan. Kegiatan yang

Nabati, Bahan Bakar Alternatif dari Tumbuhan Sebagai Pengganti Minyak. Bumi

Hasil uji hipotesis menggunakan uji t dua sampel independen dengan SPSS 16 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan keterampilan proses sains

Jika Dua Unsur Dapat Membentuk Lebih Dari Dua Jenis Senyawa, Dan Jika Massa Salah Satu Unsur Dalam Senyawa –Senyawa Itu Sama.. Pernyataan Diatas Merupakan Definisi Dari

[r]

Sehubungan dengan dilaksanakannya evaluasi penawaran dan kualifikasi pada peserta lelang sesuai dengan yang termuat dalam Berita Acara Pembukaan Penawaran Nomor

Islam sebagai agama yang hadir ditengah-tengah kondisi sosial ma- syarakat arab yang memandang remeh perempuan, Islam tidak melaku- kan perubuhan secara menyeluruh terhadap tradisi