• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTEGRASI PELAYANAN PEMBELAJARAN INKLUSI DI SD NEGERI SUMBERREJO KECAMATAN NGOMBOL KABUPATEN PURWOREJO Integrasi Pelayanan Pembelajaran Inklusi di SD Negeri Sumberrejo Kecamatan Ngombol Kabupaten Purworejo.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "INTEGRASI PELAYANAN PEMBELAJARAN INKLUSI DI SD NEGERI SUMBERREJO KECAMATAN NGOMBOL KABUPATEN PURWOREJO Integrasi Pelayanan Pembelajaran Inklusi di SD Negeri Sumberrejo Kecamatan Ngombol Kabupaten Purworejo."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Kepada

Program Studi Magister Manjemen Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Oleh:

TRI SUMARNI Q 100.100.210

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)

INTEGRASI PELAYANAN PEMBELAJARAN INKLUSI DI SD NEGERI

SUMBERREJO KECAMATAN NGOMBOL KABUPATEN PURWOREJO

TELAH DISETUJUI OLEH

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Eko Supriyanto, S.H,M.Hum Dr. Sabar Narimo, M.M,M.Pd

PROGRAM PASCA SARJANA

(3)

INTEGRASI PELAYANAN PEMBELAJARAN INKLUSI DI SD NEGERI

SUMBERREJO KECAMATAN NGOMBOL KABUPATEN PURWOREJO

Oleh:

1

Tri Sumarni, 2Eko Supriyanto, 3Sabar Narimo

1 learning planing Elementary School State Sumberrejo, Ngombol District, Purworejo, (2) integration of Inclusion learning implementation in Elementary School State Sumberrejo, Ngombol District, Purworejo, (3) evalution of Inclusion learning in Elementary School State Sumberrejo, Ngombol District, Purworejo. This is a qualitative. Techniques of data analysis in this research used analyzes model that is the data collection, data reduction, data presentation, and conclusion. The validity of the data in this research includes credibility (internal validity), transferability (external validity), dependability (reliability), and conformability (objectivity).

The results of this research are (1) a conceptual model of inclusion learning in Elementary School State Sumberrejo, Ngombol District, Purworejo is intended to help the ABK (Children with Special Needs) in the scope of the Ngombol District. (2) integration of inclusion learning plan in Elementary School State Sumberrejo, Ngombol District, Purworejo includes services provided to children who many moves (hyperactivity), quiet child but rather outlines his heart with a picture, a child who likes to annoy other children, children who slow learning in this case is a child who does not speak fluently. (3) Integration of Inclusion learning implementation in Elementary School State Sumberrejo, Ngombol District, Purworejo is the subject matter is same with other students but it just adapted to the ability of the children with special needs. (4) Barriers encountered in the inclusive learning in Elementary School State Sumberrejo, Ngombol District, Purworejo include there is no special assistant teacher for children with special needs, the fund that owned still not sufficient, facilities and infrastructure is still incomplete.

Keywords:, Integration, Planning, implementation, Evalution, Inclusion

PENDAHULUAN

Memasuki awal tahun 2000 dunia pendidikan Indonesia telah memasuki perubahan paradigma, yang menandai bahwa layanan pendidikan

(4)

bagi anak berkebutuhan khusus bergeser dari sistem layanan ekslusif menuju layanan yang bersifat inklusif. Melalui Pendidikan Inklusif ini diharapkan sekolah-sekolah biasa dapat melayani semua anak, terutama mereka yang memiliki

kebutuhan pendidikan khusus. Perintisan sekolah untuk inklusi agar

pengembangan sekolah biasa yang melayani penuntasan Wajib Belajar bagi Anak

Berkebutuhan Khusus sesuai dengan SK Mendiknas Nomor Nomor 070/U/2009.

Sebagai bagian dari masyarakat ilmiah, maka pendidik Indonesia juga sudah

seyoganya mulai memasyarakatkan konsep ini dengan tidak lupa menggunakan

pemikiran-pemikiran kritis dan kesadaran tinggi bahwa tidak ada proses

sosialisasi dan implementasi apapun termasuk pendidikan, yang diharapkan

terjadi dengan mudah dan dalam tempo yang singkat.

Perubahan ini membawa konsekuensi yang sangat luas, dikarenakan

sistem layanan pendidikan inklusif mempersyaratkan agar semua anak yang

memiliki kebutuhan khusus dapat dilayani pendidikannya di sekolah reguler

terdekat. Jika kita tengok lebih jauh banyak perasalahan dari kurang optimalnya

pengembangan kemampuan bagi anak berkebutuhan khusus. Apabila anak

berkebutuhan khusus (ABK) hanya dilayani pada sekolah luar biasa (SLB),

tentulah menjadikan kenyataan yang miris. Seperti kita ketahui sebelumya,

jumlah sekolah SLB di daerah lebih sedikit dengan jarak yang jauh pula. Lokasi

SLB pada umumnya berada di Ibukota kabupaten atau kotamadya, padahal

anak-anak berkebutuhan khusus tersebut tersebar tidak hanya di Ibukota Kabupaten

atau kotamadya, namun juga di pelosok kecamatan atau desa. Akibatnya,

sebagian anak berkebutuhan khusus tidak bersekolah karena lokasi SLB yang ada

jauh dari tempat tinggalnya, sehingga tak ayal membutuhkan biaya yang lebih,

apalagi bagi anak berkebutuhan khusus dengan ekonomi keluarga yang minim.

Tak heran pula bila banyak anak berkebutuhan khusus tidak mengenyam

pendidikan. Fenomena ini jauh dari realitas kota, meskipun banyak kita temui

sekolah luar biasa, tetapi masih ada juga orangtua yang tidak mau

(5)

sendiri yang tentulah juga akan merasakannya. Bukanlah hal yang mustahil

apabila anak berebutuhan khusus mempunyai intelektual yang normal atau

bahkan di atas rata-rata tetapi di sekolahkan di SLB, tentu saja akan kurang

optimal. Hal ini bukan bermaksud untuk mendiskritkan sekolah luar biasa, tetapi

lebih menonjolkan bahwa sekarang bukan jamannya lagi untuk

mendeskriminasikan. Untuk itulah perlu dilakukan terobosan dengan

memberikan kesempatan dan peluang kepada anak berkebutuhan khusus

memperoleh pendidikan di sekolah biasa (SD, SMP, SMA dan SMK) terdekat yang

disebut dengan istilah “Pendidikan Inklusif”.

Data yang terhimpun dari Dit.PK-LK Dikdas sampai tahun 2011 ini ada

sebanyak 356.192 anak berkebutuhan khusus (ABK). Namun baru terlayani

85.645 ABK yang memperoleh layanan pendidikan pada Sekolah Luar Biasa (SLB),

Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), dan Sekolah Terpadu maupun sekolah

penyelenggara pendidikan inklusif. Artinya sebanyak 249.339 ABK (70%) usia

5-18 tahun yang belum sekolah. Data sementara dari Dit.PPK-LK Dikdas tahun

2010/2011 lebih dari 1.654 sekolah penyelenggara pendidikan inklusif (SD-SMP)

yang melayani 18.176 ABK dengan disabilitas. Sementara jumlah Sekolah Luar

Biasa (SLB) baik negeri dan swasta sebanyak 1.785 sekolah. Sejak delapan tahun

terakhir pendidikan inklusif telah menjadi solusi alternatif mewujudkan

pendidikan untuk semua.

Ini adalah persoalan pendidikan bagi siswa yang tidak memiliki

hambatan dan atau kelainan, namun dapat memahami dan menerima teman

sebaya yang menyandang hambatan di kelas mereka. Membantu sekolah

memadang dirinya sendiri sebagai komunitas yang inklusif yang harus

menemukan cara-cara pemahaman dan pelayanan lebih baik bagi semua

anggotanya. Ini adalah suatu persoalan pendidikan juga secara terintegrasi atau

penyatuan dan menerima semua anak-anak serta jenis-jenis layanan terbaik bagi

(6)

Dengan dilaksanakannya program pendidikan inklusi, maka diharapkan

anak berkebutuhan khusus tumbuh secara optimal sesuai dengan kemampuan

mereka tanpa mendeskriminasikannya. Langkah awal yang dilakukan di SD

Negeri Sumberojo Kecamatan Ngombol Kabupaten Purworejo merupakan upaya

menjembatani kebutuhan khusus agar bersekolah bersama di kelas reguler.

Memasuki tahun ke tiga program rintisan pengembangan program pendidikan

inklusi, SD Negeri Sumberojo Kecamatan Ngombol Kabupaten Purworejo telah

menerima siswa berkebutuhan khusus agar memperoleh pengalaman belajar

dan bersama-sama berbagi dalam kelas inklusi.

“Pendidikan inklusi adalah pendidikan yang mengikutsertakan

anak-anak berkebutuhan khusus untuk belajar bersama-sama dengan anak-anak-anak-anak yang

sebayanya di sekolah regular normal dan pada akhirnya mereka menjadi bagian

dari masyarakat tersebut, sehingga tercipta suasana belajar yang kondusif”

(Moelyono: 2008: 3). Sedangkan pendidikan inklusi menurutt kemendiknas no 70

tahun 2009 adalah pendidikan inklusif adalah system penyelenggaraan

pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang

memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa

untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan

pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.

Dalam Toolkit LIRP atau Lingkungan Inklusi Ramah Pembelajaran,

UNESCO (2007:2-2), memberikan batasan yang lebih luas, inklusi berarti

megikutsertakan anak berkelainan seperti anak yang memiliki kesulitan melihat,

mendengar, tidak dapat berjalan, lamban dalam belajar, seperti: Anak yang

menggunakan bahasa ibu, dan bahasa minoritas yang berbeda dengan bahasa

pengantar yang digunakan di dalam kelas, Anak yang beresiko putus sekolah

karena korban bencana, konflik, bermasalah dalam sosial ekonomi, daerah

terpencil, atau tidak berprestasi dengan baik, Anak yang berasal dari golongan

agama atau kasta yang berbeda, Anak yang beresiko putus sekolah karena

(7)

jantung bawaan, alergi, bahkan yang terinveksi virus HIV dan AIDS, dan Anak

yang berusia sekolah tetapi tidak bersekolah

“Pendidikan inklusi adalah pendidikan yang menyertakan setiap anggota

masyarakat, termasuk mereka yang berkebutuhan khusus adalah mereka yang

mempunyai kebutuhan permanent dan atau sementara untuk memperoleh

layanan pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan khususnya. Kebutuhan

ini dapat muncul karena kelainan bawaan atau diperoleh setelah lahir, kondisi

sosial, ekonomi dan atau politik” (Hidayat, 2003:3).

Apabila berdasarkan pengertian paedagogis, pendidikan inklusi

mengaitkan pada sistem persekolahan, dimana bentuk-bentuk pengajarannya

mengandung aspek-aspek bekerja berpasangan, berkelompok, dan mandiri pada

mereka yang berkebutuhan khusus dan yang tidak berkebutuhan khusus. Di

dalam inklusi ini anak bekerja sesuai kebutuhan masing-masing, sehingga secara

faktual tidak ada kegagalan, bahkan berbagai kekhususan (kelainan) hampir tak

nampak kalau bukan karena mereka cacat fisik atau menaiki kursi roda, maka kita

sulit menentukan siapa yang berkebutuhan khusus.

Layanan pada hakikatnya merupakan bentuk jasa yang diberikan oleh

seseorang, institusi atau perusahaan kepada orang lain untuk memenuhi

kebutuhan yang diperlukan (Suparno dan Purwanto, 2007: 5). Dalam konteks

anak berkebutuhan khusus, layanan diberikan kepada anak-anak yang

mengalami kelainan, baik dari segi fisik, mental-intelektual, dan sosial-emosional

sesuai dengan kebutuhan pendidikan yang diberikan. Selama ini pemerintah

maupun swasta telah banyak memberiakan layanan pendidikan bagi anak

berkebutuhan khusus dalam berbagai bentuk dan jenisnya. Selain itu dukungan

fasilitas dan ketenagaan (SDM) yang tidak sedikit dalam upaya pembinaan dan

pelayanan pendidikan anak-anak berkebutuhan khusus selama ini.

Ada beberapa jenis layanan yang bisa diberikan kepada anak-anak

berkebutuhan khusus, sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Namun

(8)

sosial-psikologis, dan (3) layanan pedagogis/pendidikan. Beberapa jenis layanan

tersebut diberikan oleh para ahli yang kompeten pada bidangnya masing-masing,

dan dilakukan berdasarkan kebutuhan anak. Model pendidikan anak

berkebutuhan khusus meliputi segregasi, integrasi, dan inklusi.

Bentuk layanan pendidikan terpadu/integrasi adalah sistem pendidikan

yang memberikan kesempatan kepada anak berkebutuhan khusus untuk belajar

bersama-sama dengan anak biasa (normal) di sekolah umum. Dengan demikian,

melalui sistem integrasi anak berkebutuhan khusus bersama-sama dengan anak

normal belajar dalam satu atap (Suparno dan Purwanto, 2007: 12). Sistem

pendidikan integrasi disebut juga sistem pendidikan terpadu, yaitu sistem

pendidikan yang membawa anak berkebutuhan khusus kepada suasana

keterpaduan dengan anak normal. Keterpaduan tersebut dapat bersifat

menyeluruh, sebagaian, atau keterpaduan dalam rangka sosialisasi. Ada tiga

bentuk keterpaduan dalam layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus

menurut Depdiknas (1986). Ketiga bentuk tersebut adalah: Bentuk Kelas Biasa,

Kelas Biasa dengan Ruang Bimbingan Khusus, dan Bentuk Kelas Khusus

Penelitian yang dilakukan oleh Julie Hodgesa dan Tian P.S. Oeia (2007)

yang berjudul “Would Confucius benefit from psychotherapy? The compatibility

of cognitive behaviour therapy and Chinese values”, masalah dalam penelitian ini

adalah kompatibilitas konseptual antara terapi perilaku kognitif (CBT) dan

nilai-nilai umum di Tiongkok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan terapi

perilaku kognitif mampu menanamkan nilai-nilai budaya China. Rekomendasi

yang diberikan dalam penelitian ini adalah untuk kedepannya dapat

meningkatkan kompatibilitas CBT terhadap budaya Tionghoa. Penelitian yang

dilakukan oleh Gilles dan Carrington (2004) dengan judul penelitian Inclusion:

Culture, Policy and Practice: A Queensland Perspective, penelitian ini membahas

mengenai pembelajaran inklusi. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

persiapan kurikulum yang berisi berbagai dokumen adminitrasi disiapkan secara

(9)

Penelitian yang dilakukan oleh Susie Miles and Nidhi Singal (2010) yang

berjudul “The Education for All and inclusive education debate: conflict,

contradiction or opportunity?” hasil dari penelitian tersebut adalah bahwa

Makalah ini dimulai dengan eksplorasi sejarah dari Pendidikan internasional

Program untuk Semua (PUS) dan kecenderungan untuk mengabaikan beberapa

kelompok yang terpinggirkan anak-anak, khususnya mereka terlihat seperti

memiliki 'kebutuhan pendidikan khusus' atau gangguan dan cacat. Pengecualian

dari pendidikan 'arus utama' program-program, meskipun diperkirakan tidak

dapat diandalkan, angka 90 atau 98% anak di negara-negara Selatan telah,

sampai relatif baru-baru ini, sebagian besar tidak tertandingi.

Penelitian yang dilakukan oleh Reicher, Hannelore (2010) yang berjudul

Building Inclusive Education on Social and Emotional Learning: Challenges and

Perspectives A Review” hasil dari penelitian ini adalah bahwa Artikel ini berfokus

pada isu-isu konseptual dan empiris yang berkaitan dengan hubungan antara

pembelajaran sosial dan emosional (SEL) dan pendidikan inklusif. SEL dapat

didefinisikan sebagai proses sosialisasi dan pendidikan yang berkaitan dengan

keterampilan pribadi, interpersonal dan pemecahan masalah dan kompetensi.

Penelitian yang dilakukan oleh Baker, Edward T. And Others (1995) yang

berjudul “The Effects of Inclusion on Learning”, hasil dari penelitian tersebut

adalah bahwa tentang (umumnya positif) inklusi yang efek pada siswa belajar

dan hubungan sosial dengan teman sekelas. Tiga meta-analisis mengatasi isu

yang paling efektif-setting dengan menghasilkan ukuran umum, ukuran efek. Ini

efek ukuran menunjukkan pengaruh yang kecil sampai sedang menguntungkan

dari pendidikan inklusif pada hasil-kebutuhan khusus anak-anak akademik dan

sosial.

Penelitian yang dilakukan oleh Lupart (2005) dengan judul penelitian

Whole School Evaluation And Inclusion: How Elementary School Participants

Perceive Their Learning Community, penelitian ini membahas mengenai program

(10)

saru program yang dilakukan adalah melakukan kegiatan evaluasi. Evaluasi

dilakukan dengan memberikan kuesioner terhadap komponen sekolah

administrator, guru, orang tua, asisten pendidikan, dan siswa. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa persepsi warga masyarakat mendukung lancarnya kegiatan

pembelajaran inklusi.

Dari latar belakang di atas, penulis merasan tertarik dan perlu untuk

mengadakan penelitian dalam rangka penyusunan tesis yang berjudul: “Integrasi

Pelayanan Pembelajaran Inklusi di SD Negeri. Tujuan yang akan dicapai dalma

penelitian ini meliputi a) Untuk mendeskripsikan integrasi perencanaan

pembelajaran inklusi di SD Negeri Sumberrejo Kecamatan Ngombol Kabupaten

Purworejo. b) Untuk mendeskripsikan integrasi pelaksanaan pembelajaran inklusi

di SD Negeri Sumberrejo Kecamatan Ngombol Kabupaten Purworejo. c) Untuk

mendeskripsikan integrasi evaluasi pembelajaran inklusi di SD Negeri Sumberrejo

Kecamatan Ngombol Kabupaten Purworejo.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, penelitian kualitatif

menghasilkan deskripsi analitik tentang fenomena-fenomena secara murni

bersifat informatif dan berguna bagi masyarakat peneliti, pembaca dan juga

partisipan (Sukmadinata, 2007: 107). Desain penelitian ini adalah etnografi, yang

merupakan proses penjelasan menyeluruh tentang kompleksitas kehidupan

kelompok (Sumkadinata, 2007: 107).

Agar didapatkan data yang valid dan reliabel, peneliti terjun langsung ke

lokasi penelitian. Kehadiran peneliti dalam melakukan penelitian ini dilakukan

dalam jangka waktu tiga bulan yang dikhususkan untuk mencari data mengenai

pelayanan pembelajaran Inklusi di SD Negeri Sumberrejo Kecamatan Ngombol

Kabupaten Purworejo. Oleh karena itu, kedudukan peneliti adalah sebagai

instrumen penelitian dan juga sebagai siswa (Spradley, 2007: 39).

Dalam penelitian kualitatif, informan tidak disebut sebagai subjek

(11)

sama antara yang diteliti dan peneliti. Dalam penelitian ini melibatkan orang

yang berperan sebagai orang kunci (key person). Dalam hal ini adalah kepala

sekolah, guru dan siswa yang andil dalam integrasi pelayanan pembelajaran

Inklusi di SD Negeri Sumberrejo Kecamatan Ngombol Kabupaten Purworejo

tersebut.

Berdasarkan sumbernya menggunakan data primer yang diperoleh

melalui pengamatan langsung di lapangan, dan data sekunder yang diperoleh

melalui dokumen perencanaan pembelajaran, dan berdasarkan teknik

pengumpulan data menggunakan triangulasi yang merupakan gabungan dari

wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi.

Data yang sudah terkumpul dalam penelitian ini kemudian dianalisis

berdasarkan model analisis interaktif yang dikembangkan oleh Miles &

Huberman dalam Sugiyono (2006 : 234) ada empat komponen analisis yang

dilakukan dengan model ini, yaitu pengumpulan data, reduksi data, display data,

dan penarikan kesimpulan/verifikasi.

Moleong (2007: 330) mengatakan bahwa keabsahan data dalam

penelitian ini dilakukan dengan triangulasi. Triangulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain.

Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi dengan

sumber, yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu

informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian

kualitatif.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Integrasi Perencanaan Pembelajaran Inklusi di SD Negeri Sumberrejo Kecamatan Ngombol Kabupaten Purworejo

Pendidikan integrasi merupakan model lain bagi ABK, dimana

pendidikan penyandang cacat diintegrasikan bersama anak normal disekolah

(12)

ialah (a) model kelas regular dan (b) model kelas khusus. Namun pendidikan

inklusif tidak mengharuskan semua anak berkelainan berada di kelas reguler

setiap saat dengan semua mata pelajarannya (inklusi penuh). Hal ini

dikarenakan sebagian anak berkelainan dapat berada di kelas khusus atau

ruang terapi dengan gradasi kelainannya yang cukup berat. Bahkan bagi anak

berkelainan yang gradasi kelainannya berat, mungkin akan lebih banyak

waktunya berada di kelas khusus pada sekolah reguler (inklusi lokasi). Di SD

Negeri Sumberrejo Kecamatan Ngombol Kabupaten Purworejo pembelajaran

inklusif yang dilaksanakan ini diperuntukkan untuk anak berkebutuhan khusus

yang memiliki tingkat ringan, sedang, dan berat secara penuh di kelas reguler.

Hal ini menunjukkan bahwa kelas regular merupakan tempat belajar yang

relevan bagi anak berkelainan, apapun jenis kelainannya dan bagaimanapun

gradasinya.

Sama halnya dengan system penerimaan siswa baru, SDN Sumberrejo

mengadakan persiapan anak berkebutuhan khusus. Penerimaan ABK

merupakan tahap perencanaan dalam pembelajaran inklusi yang sudah

diagendakan oleh pihak sekolah. Dengan melakukan penerimaan siswa baru

dengan system yang dibuat, pihak sekolaha akan mengetahui karakteristik

ABK. Guru akan memberikan layanan yang disesuaikan dengan karakteristik

dan kemampuan yang dimiliki masing-masing ABK.

Persiapan layanan yang diebrikan untuk anak yang hiperaktif yang

dilakukan oleh SDN Sumberrejo misalnya saja akan memberikan terapi diluar

jam pelajaran seperti terapi kognitif. Layanan terapi tersebut juga akan

diberikan kepada anak yang cenderung pendiam. Layanan untuk anak yang

nakal atau suka mengganggu teman lainnya adalah layanan bimbingan khusus.

Diharapkan dengan pemberian bimbingan khusus akan merubah sikap siswa

menjadi lebih baik. Layanan anak yang kurang lancar dalam berbicara maka

layanan yang diberikan adalah layanan terapi berbicara sehingga siswa akan

(13)

Penggunaan terapi kognitif yang diberikan oleh guru SDN Sumberrejo

juga dilakukan oleh sekolah di China. Penelitian mengenai terapi kognitif

dilakukan oleh Julie Hodgesa dan Tian P.S. Oeia (2007) yang berjudul “Would

Confucius benefit from psychotherapy? The compatibility of cognitive

behaviour therapy and Chinese values”, Hasil penelitian menunjukkan bahwa

dengan terapi perilaku kognitif mampu menanamkan nilai-nilai budaya China.

Rekomendasi yang diberikan dalam penelitian ini adalah untuk kedepannya

dapat meningkatkan kompatibilitas CBT terhadap budaya Tionghoa.

Jika dibandingkan antara penelitian yang dilakukan oleh Julie Hodgesa

dan Tian P.S. Oeia (2007) dengan penelitian yang dilakukan di SDN Sumberrejo

memiliki persamaan dan perbedaan. Keduanya sama-sama membahas

mengenai layanan terapi kognitif. Hanya saja penelitian yang dilakukan oleh

Julie Hodgesa dan Tian P.S. Oeia (2007) fokus pada pemberian layanan

tersebut. Sedangkan penelitian yang dilakukan di SDN Sumberrejo membhas

mengenai integrasi pembelajaran inklusi dimana layanan yang disiapkan

adalah terapi kognitif tidak emmbahas secara detail mengenai layanan

tersebut.

Perencanaan pembelajaran Inklusi di SD Negeri Sumberrejo Kecamatan

Ngombol Kabupaten Purworejo meliputi (1) layanan diberikan pada anak yang

banyak bergerak (hiperaktif), (2) layanan diberikan pada anak yang pendiam

tapi suka menguraikan isi hatinya dengan gambar, (3)layanan diberikan pada

anak yang suka mengganggu anak lain, (4)pelayanan anak yang lamban belajar

termasuk dalam hal ini adalah anak yang tidak lancar berbicara, (5) Kemudian

layanan akademik disesuaikan dengan anak yang tidak berkebutuhan khusus,

tetapi tetap disesuaikan dengan kemampuan siswa berkebutuhan khusus

tersebut, (6) Kemudian dalam proses penerimaan peserta didik baru pada

pelayanan inklusi ini seperti halnya dengan penerimaan peserta didik biasa,

hanya ditanya tentang kebiasaan anak saja, (7) syarat yang diberikan pada

(14)

sudah mencapai enam tahun dan juga anak tersebut paling tidak sudah dapat

atau mau untuk diajak berkomunikasi.

2. Integrasi Pelaksanaan Pembelajaran Inklusi di SD Negeri Sumberrejo Kecamatan Ngombol Kabupaten Purworejo

Kegiatan pembelajaran inklusi di SD Negeri Sumberrejo Kecamatan

Ngombol Kabupaten Purworejo meliputi materi pelajaran yang sama dengan

siswa lain hanya saja disesuaikan dengan kemampuan pada anak

berkebutuhan khusus. Sedangkan untuk aktivitas anak berkebutuhan khusus

sendiri adalah menulis, menggambar, menghitung serta melihat

macam-macam gambar seperti pembelajaran yang dilakukan oleh anak yang tidak

berkebutuhan khusus. Hal tersebut tentunya disesuaikan dengan kemampuan

dari anak berkebutuhan khusus.

Pendidik mengikuti kemauan anak dengan semboyan tut wuri

handayani. Sedangkan untuk aktivitas anak berkebutuhan khusus sendiri

adalah menulis, menggambar, menghitung serta melihat macam-macam

gambar seperti pembelajaran yang dilakukan oleh anak yang tidak

berkebutuhan khusus. Hal tersebut tentunya disesuaikan dengan kemampuan

dari anak berkebutuhan khusus juga dan ternyata anak sangat aktif dalam

mengikutinya. Sedangkan materi yang diberikan disesuaikan dengan tingkat

kemampuan anak.

Penelitian yang dilakukan oleh Reicher, Hannelore (2010) yang

berjudul “Building Inclusive Education on Social and Emotional Learning:

Challenges and Perspectives A Review” hasil dari penelitian ini adalah bahwa

Artikel ini berfokus pada isu-isu konseptual dan empiris yang berkaitan

dengan hubungan antara pembelajaran sosial dan emosional (SEL) dan

pendidikan inklusif.

Jika dibandingkan antara penelitian yang dilakukan antara Reicher,

Hannelore (2010) dengan penelitian yang dilakukan di SDN Sumberrejo

(15)

permasalahan materi dalam pembelajaran inklusi. Hanya saja penelitian yang

dilakukan oleh Reicher, Hannelore (2010) materi diberikan sesuai konteksnya

sehingga mudah dimengerti siswa. Sedangkan penelitian yang dilakukan di

SDN Sumberrejo materi diberikan sesuai kemampuan ABK dan daya tangkap

ABK.

Dalam melakukan aktivitasnya dalam melakukan kegiatan

pembelajaran inklusi, guru SDN Sumberrejo menyiapkan dokumen yang

dibtuhkan seperti RPP, buku penunjang dan buku lainnya. Persiapan tersebut

sangat mendukung kelancaran pelaksanaan pembelajaran inklusi. Hal ini

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Gilles dan Carrington (2004)

dengan judul penelitian Inclusion: Culture, Policy and Practice: A Queensland

Perspective, penelitian ini membahas mengenai pembelajaran inklusi.

Penelitian ini membahas mengenai kemampuan pedagogik guru dalam

melakukan kegiatan pembelajaran. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

persiapan kurikulum yang berisi berbagai dokumen adminitrasi disiapkan

secara spesifik memperlancar pelaksanaan pembelajaran inklusi.

Jika dibandingkan antara penelitian yang dilakukan oleh Gilles dan

Carrington (2004) dengan penelitian yang dilakukan di SDN Sumberrejo memiliki

persamaan dan perbedaan. Keduanya sama-sama membahas mengenai

aktivitas guru dalam pembelajaran inklusi. Hanya saja penelitian yang

dilakukan oleh Gilles dan Carrington (2004) lebih difokuskan pada kemampuan

pedagogik guru khusunya dalam menyiapkan dokumen pembelajaran inklusi.

Sedangkan penelitian yang dilakukan di SDN Sumberrejo tidak hanya sekedar

membahas aktivitas guru dalam menyiapkan dokumen, namun juga

membahas sikap yang ditunjukkan guru dalam melakukan kegiatan

pembelajaran inklusi.

Karakteristik tenaga pendidik dalam pembelajaran inklusi di SD Negeri

(16)

teliti, dan bisa memahami kemampuan siswa. Sedangkan untuk kompetensi

yang harus dimiliki oleh guru dalam pembelajaran inklusi di SD Negeri

Sumberrejo Kecamatan Ngombol Kabupaten Purworejo ini dalam hal

akademik guru harus dapat mengetahui kemampuan siswa. aktivitas anak

berkebutuhan khusus sendiri adalah menulis, menggambar, menghitung serta

melihat macam-macam gambar seperti pembelajaran yang dilakukan oleh

anak yang tidak berkebutuhan khusus

Metode pembelajarn yang digunakan pada pembelajaran inklusi di SD

Negeri Sumberrejo Kecamatan Ngombol Kabupaten Purworejo ini tentunya

kami terapkan banyak metode yang mampu menunjang dan membantu

kegiatan belajar untuk anak kebutuhan khusus. Sedangkan untuk media

pembelajarnnya yang digunakan dalam pembelajaran inklusi ini sekolah atau

guru menggunakan berbagai macam gambar dan peraga lain yang tentunya

mampu mendukung pembelajaran inklusi di SD Negeri Sumberrejo Kecamatan

Ngombol Kabupaten Purworejo.

Media pembelajarannya yang digunakan dalam pembelajaran inklusi

ini sekolah atau guru menggunakan berbagai macam gambar dan peraga lain

yang tentunya mampu mendukung pembelajaran inklusi di SD Negeri

Sumberrejo Kecamatan Ngombol Kabupaten Purworejo.

3. Integrasi Evaluasi Pembelajaran Inklusi di SD Negeri Sumberrejo Kecamatan Ngombol Kabupaten Purworejo

Tahap pengakhiran merupakan tahap terakhir dari kegiatan bimbingan

kelompok. Pada tahap ini terdapat dua kegiatan, yaitu penilaian (evaluasi) dan

tindak lanjut (follow-up). Evalausi yang dilakukan dalam bentuk observasi,

wawancara dan juga tertulis. Pihak yang melakukan evaluasi yang hanya guru

kelas saja, sebab guru pembimbing belum dimiliki oleh SDN Sumberrejo.

Dalam melakukan evaluasi dilihat dari masalah yang dihadapi oleh

siswa. Misalnya saja dengan Andrian di dampingi dan dipantau kesehariannya

(17)

peserta didik yang belum memperoleh manfaat dari pelaksanaan layanan

maka akan diberikan layanan lanjutan/ konseling individu.

Program penilaian dalam pembelajaran inklusi sangat penting untuk

mengetahui keberhasilan pembelajaran yang sduah dilakukan seperti yang

dilakukan di SDN Sumberrejo. Penilitian serupa juga dilakukan oleh Lupart

(2005) dengan judul penelitian Whole School Evaluation And Inclusion: How

Elementary School Participants Perceive Their Learning Community, penelitian

ini membahas mengenai program yang mendukung penyelenggaraan

pembelajaran inklusi di sekolah dasar. Salah saru program yang dilakukan

adalah melakukan kegiatan evaluasi. Evaluasi dilakukan dengan memberikan

kuesioner terhadap komponen sekolah administrator, guru, orang tua, asisten

pendidikan, dan siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi warga

masyarakat mendukung lancarnya kegiatan pembelajaran inklusi.

Jika dibandingkan antara penelitian yang dilakukan oleh Lupart (2005)

dengan penelitian yang dilakukan di SDN Sumberrejo memiliki persamaan dan

perbedaan. Keduanya sama-sama membahas mengenai penilaian dalam

pembelajaran inklusi. Hanya saja penilaian yang dilakukan oleh Lupart (2005)

adalah evaluasi mengenai lancar tidak kegiatan pembelajaran inklusi yang

dilakukan dengan membagi kuesioner kepada warga sekolah. Sedangkan

penelitian yang dilakukan di SDN Sumberrejo evaluasi untuk mengetahui

kemampuan ABK dengan melakukan wawancara, obsrevasi, dan tes tertulis.

SIMPULAN

Simpulan dari penelitian ini adalah (a) Intergrasi perencanaan

pembelajaran inklusi di SDN Sumberrejo dilakukan dengan persiapan kelas.

Untuk memberikan layanan yang intensif pihak sekolah menyediakan kelas

regular dan juga kelas khusus. System rekruitmen dilakukan dengan

memperhatikan aspek umur dan kemampuan berkomunikasi. Guru menyiapkan

(18)

yang hiperaktif. (b) Integrasi pelaksanaan pembelajaran Inklusi di SD Negeri

Sumberrejo Kecamatan Ngombol Kabupaten Purworejo dilaksanakan dengan

prinsip Tut Wuri Handayani. Materi pembelajaran diberikan layaknya materi

untuk anak normal hanya saja disesuaikan dengan kemampuan pada anak

berkebutuhan khusus. Guru menggunakan metode dan media seperti

penggunaan alat peraga agar materi mudah diterima ABK. (c) Evaluasi

pembelajaran inklusi di SDN Sumberrejo dilakukan dengan melakukan kegiatan

observasi, wawancara, dan tertulis. Aspek yang diamati meliputi sikap ABK dan

juga kemampuan ABK. Kegiatan evaluasi hanya dilakukan oleh guru kelas saja,

belum dibantu oleh guru pembimbing. Hasil evaluasi akan ditindaklanjuti dengan

melakukan bimbingan konseling.

Saran dari penelitian ini adalah (a) Bagi Kepala Sekolah, menyediakan

sarana dan prasarana penyelenggaraan pendidikan anak berkebutuhan khusus

baik dari jumlah dan kualitasnya. Kepala sekolah mengupayakan peningkatan

kompetensi pedagogic dan professional guru dan staf dalam menanganai anak

berkebutuhan khusus di sekolah luar biasa. Kepala sekolah melakukan

rekruitmen untuk guru pembimbing yang memiliki latar belakang sesuai untuk

menangani anak berkebtuuhan khusus. (b) Bagi Guru, menyusun rancangan

program pembelajaran ABK perlu didesain berdasarkan kebutuhan belajar siswa

(Learning Needs) peserta didik. Guru menyusun rencana program konseling

kelompok yang disesuaikan dengan karaktersitik kelas. Guru melakukan kegiatan

evaluasi secara rutin dan terjadwal sehingga dapat membantu dalam memantau

perkembangan ABK. (c) Bagi Penulis dapat menambah wawasan dan

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Mantja. W, 2008. Ednografi Desain Penelitian Kualitatif Pendidikan dan Managemen Pendidikan. Malang: Elang Mas.

Miles, Mattew B dan Amichael Huberman. 2007. Analisis Data Kualitatif Buku Sumber tentang Metode-Metode Baru. Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohisi. Jakarta: Universitas Indonesia.

Moleong, L.J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rasda Karya.

Mulyono. 2008. Manajemen Administrasi. Ar-Ruzz Media : Yogyakarta.

Suparno dan Purwanto. 2007. Hakikat Layanan Bagi Anak Berkebutuhan Khusus. http://repository.upi.edu/operator/upload/d_bind_1010272_chapter1.p df. Diakses pada tanggal 4 November 2012.

Sukmadinata. 2007. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya

Spradley, James, P. 2007. Metode Etnografi. Jogjakarta: Tiara Wacana.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya pertumbuhan kredit macet yang memiliki persentase lebih tinggi dibandingkan dengan kredit kurang lancar dan kredit diragukan, maka dapat disimpulkakan

Data yang dikumpulkan merupakan data durasi Time Schedule pengerjaan beberapa proyek dari PT Binamarga Dinas Kimpraswil Yogyakarta dengan pekerjaan yang sejenis, yaitu

Penelitian tentang Informasi Laba dan Dividen Kas yang Dibawa Oleh Pengumuman Pemecahan Saham. Jurnal Bisnis

Surat kuasa (asli) untuk mengikuti klarifikasi dan negosiasi bagi kuasa direktur yang nama penerima kuasanya tercantum dalam akte pendirian atau perubahannya (dibuktikan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa aplikasi yang dikembangkan, yakni CM Analyzer, layak digunakan untuk membantu guru dalam menilai peta konsep

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keanekaragaman Makrofauna Tanah Pada Berbagai Tipe Tegakan Di Areal Hutan Tanaman RPH Pandantoyo KPH Kediri

Kelompok ayam yang diberi jamu bagas waras dosis 0.1 dan 1 mL/L memiliki persentase lemak abdomen yang lebih tinggi dari kelompok dosis 0 mL/L (kontrol) dengan volume

Tujuan dari penulisan hukum ini adalah unutk mengetahui bagaimana pelaksanaan pemeriksaan tempat kejadian perkara dalam proses pengungkapan tindak pidana, langkah