• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN GI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SEKOLAH DASAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN GI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SEKOLAH DASAR."

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Eksperimen Kuasi di Kelas V SD Islam Ibnu Sina Kabupaten Bandung)

TESIS

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar magister pendidikan

Program Studi Pendidikan Dasar

Oleh

Fadhilaturrahmi 1200976

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

LEMBAR HAK CIPTA

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS

ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN GROUP INVESTIGATION

(GI) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SEKOLAH DASAR

Oleh Fadhilaturrahmi

S.Pd UNP Padang, 2011

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Dasar

Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

© Fadhilaturrahmi 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)

Fadhilaturrahmi, 2014

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan GI terhadap Peningkatan kemampuan Koneksi dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah D asar

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN GI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN

KOMUNIKASI

MATEMATIK SISWA SEKOLAH DASAR Fadhilaturrahmi

1200976 ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pembelajaran kooperatif tipe STAD dan GI terhadap peningkatan kemampuan koneksi dan komunikasi matematik siswa sekolah dasar. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen, dengan desain yang digunakan adalah “pretest-posttest two treatman design”. Populasi sekaligus sebagai sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V Sekolah dasar di sekolah dasar Ibnu Sina kabupaten Bandung. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah tes koneksi dan komunikasi matematik bentuk uraian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran matematika baik pembelajaran kooperatif tipe STAD maupun tipe GI sama-sama memiliki pengaruh dalam peningkatan kemampuan koneksi dan komunikasi matematik siswa sekolah dasar. Jika ditinjau berdasarkan kategori kemampuan siswa, kemampuan koneksi kelompok tinggi dengan pembelajaran GI sama baiknya dengan kemampuan koneksi kelompok tinggi pada pembelajaran STAD. Kemampuan koneksi kelompok sedang dengan pembelajaran GI lebih baik daripada kemampuan koneksi kelompok sedang pada pembelajaran STAD.Begitu juga pada kemampuan koneksi kelompok rendah dengan pembelajaran GI sama baiknya dengan kemampuan koneksi kelompok rendah pada pembelajaran STAD. Selanjutnya untuk kemampuan komunikasi matematik, kemampuan komunikasi matematik siswa kelompok tinggi dengan pembelajaran GI sama baiknya dengan kemampuan komunikasi matematik siswa pada pembelajaran STAD. Kemampuan komunikasi kelompok sedang dengan pembelajaran GI lebih baik daripada dengan kemampuan komunikasi kelompok sedang pada pembelajaran STAD.Begitupun, kemampuan komunikasi matematis siswa kelompok rendah dengan pembelajaran GI sama baiknya dengan kemampuan komunikasi kelompok rendah pada pembelajaran STAD. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka pembelajaran matematika dengan pembelajaran kooperatif baik tipe STAD maupun tipe GI dapat dijadikan sebagai salah satu pembelajaran yang dapat diterapkan dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa khususnya kemampuan koneksi dan komunikasi matematik siswa sekolah dasar.

(5)

The influence of cooperative learning type STAD and GI regarding to the improvement of mathematics competency in connection and

communication for elementary school students Fadhilaturrahmi

1200976 ABSTRACT

This research was based on the student’s competencies of connection and communication which are not yet significantly developed. The research was aimed to observe the influence of cooperative learning type STAD and GI regarding the improvement of elementary school students’ competencies about connection and communication in mathematics. The research used quasi experiment method designed by using pretest-posttest two treatman design. The result of this research demonstrated that both cooperative learning type STAD and GI equally had effect to improve elementary scholl student’s competencies of connection and communication in mathematics. In observing the student’s based on their competencies, the connection ability of high group students by using learning process GI was found good as same as connection ability using learning STAD. In other hand, the connection ability of middle group using learning GI was found better than the ability of learning STAD. But, the mathematics connection ability of low group using learning type GI was found good as same as using learning type STAD. Furthermore, in the case of mathematics communication competency, the high group students learning process GI was found good as same as using learning type STAD. But, the communication ability of midle group in learning process type GI was found better than using type of learning STAD. Likewise, the communication ability of low group in learning type GI was found good as same as using learning type STAD.

(6)

Fadhilaturrahmi, 2014

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan GI terhadap Peningkatan kemampuan Koneksi dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah D asar

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR BAGAN ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Struktur Organisasi Tesis ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Koneksi Matematika ... 11

B. Kemampuan Komunikasi Matematika... 16

C. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar... 20

D. Model Pembelajaran Koperatif ... 21

1. Pembelajaran Koperatif Tipe GI ... 25

2. Pembelajaran Koperatif Tipe STAD ... 28

E. Penelitian Relevan... 31

(7)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi Dan Subjek Penelitian ... 34

B. Metode dan Desain Penelitian ... 35

C. Defenisi Operasional ... 36

D. Variabel Penelitian ... 37

E. Instrumen Penelitian... 38

F. Prosedur Penelitian... 48

G. Teknik Pengumpulan Data ... 51

H. Teknik Analisis Data ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 54

B. Pembahasan ... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 107

B. Saran ... 1108

DAFTAR PUSTAKA ... 110

(8)

Fadhilaturrahmi, 2014

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan GI terhadap Peningkatan kemampuan Koneksi dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah D asar

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pedoman Pemberian Skor Perkembangan Anggota

Kelompok STAD... 31

Tebel 2.2 Tingkat Penghargaan Kelompok STAD ... 31

Tabel 3.1 Kategori KAM... 39

Tabel 3.2 Kategori Pengelompokkan Kelas GI ... 40

Tabel 3.3 Kategori Pengelompokkan Kelas STAD... 40

Tabel 3.4 Jumlah Siswa Masing- masing Kategori KAM... 40

Tabel 3.5 Pedoman Penskoran Kemampuan Koneksi Matematis... 41

Tabel 3.6 Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematis ... 42

Tabel 3.7 Kriteria validitas Butir Soal... 44

Tabel 3.8 Interpretasi Hasil Perhitungan Validitas Butir Soal ... 44

Tabel 3.9 Kriteria Realibilitas Tes ... 45

Tabel 3.10 Kategori Daya Beda Soal ... 46

Tabel 3.11 Interpretasi Hasil Perhitungan Daya Beda Butir Soal ... 47

Tabel 3.12 Kategori Tingkat Kesukaran Soal ... 48

Tabel 3.13 Interpretasi Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Soal ... 48

Tabel 3.14 Kriteria N-gain ... 52

Tabel 4.1 Deskripsi Hasil Tes KAM Siswa ... 55

Tabel 4.2 Uji Normalitas N-Gain Kemampuan Koneksi Matematis Siswa ... 57

Tabel 4.3 Uji Perbedaan N-Gain Kemampuan Koneksi Matematis . 58 Tabel 4.4 Uji Normalitas N-Gain kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 60

Tabel 4.5 Uji Homogenitas N-gain Kemampuan Komunikasi ... 61

(9)

Tabel 4.7 Uji Perbedaan Kemampuan Koneksi Matematis pada KAM Tinggi ... 63 Tabel 4.8 Uji Normalitas kemampuan Koneksi Matematis pada

KAM Rendah ... 64 Tabel 4.9 Uji Perbedaan Kemampuan Koneksi Matematis pada

KAM Rendah ... 65 Tabel 4.10 Uji Perbedaan kemampuan Komunikasi Matematis pada

KAM Tinggi ... 66 Tabel 4.11 Uji Normalitas kemampuan Komunikasi Matematis pada

KAM Rendah ... 67 Tabel 4.12 Uji Perbedaan Kemampuan Komunikasi Matematis pada

KAM Rendah ... 67 Tabel 4.13 Skor Perkembangan dan Penghargaan Kelompok STAD.. 75 Tabel 4.14 Perbandingan Peningkatan Kemampuan pada S TAD... 75 Tabel 4.15 Perbandingan Peningkatan Kemampuan pada GI ... 80 Tabel 4.16 Perbandingan Peningkatan Kemampuan berdasarkan

N-Gain ... 81 Tabel 4.17 Rerata N-Gain Kemampuan Koneksi Matematis... 88 Tabel 4.18 Rerata N-Gain Kemampuan Koneksi berdasarkan KAM .. 89 Tabel 4.19 Level N-Gain Kemampuan Koneksi ... 90 Tabel 4.20 Rerata N-Gain Kemampuan Komuniksi ... 97 Tabel 4.21 Rerata N-Gain Kemampuan Komunikasi Berdasarkan

(10)

Fadhilaturrahmi, 2014

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan GI terhadap Peningkatan kemampuan Koneksi dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah D asar

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Penyajian Klasikal Oleh Guru (STAD) ... 70

Gambar 4.2 Pembentukan Kelompok (STAD) ... 71

Gambar 4.3 Pemberian Tugas (STAD) ... 72

Gambar 4.4 Diskusi Kelompok (STAD) ... 73

Gambar 4.5 Pemberian Kuis (STAD) ... 74

Gambar 4.6 Siswa mengidentifikasi Topik (GI) ... 77

Gambar 4.7 Merencanakan Tugas Belajar (GI) ... 78

Gambar 4.8 Melaksanakan penyelidikan (GI) ... 79

Gambar 4.9 Menyiapkan Laporan (GI) ... 79

Gambar 4.10 Menyajikan Laporan Akhir... 80

Gambar 4.11 Hasil Jawaban Koneksi Salah Satu Siswa ... 91

Gambar 4.12 Hasil Pretes Salah Satu Siswa Kelas STAD... 104

Gambar 4.13 Hasil Postes Salah Satu Kelas STAD ... 104

Gambar 4.14 Hasil Pretes Salah Satu Siswa Kelas GI... 105

(11)

DAFTAR BAGAN

(12)

Fadhilaturrahmi, 2014

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan GI terhadap Peningkatan kemampuan Koneksi dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah D asar

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A PERANGKAT PEMBELAJARAN

A. Perangkat Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 121

B. Perangkat Pembelajaran Kooperatif Tipe GI ... 165

LAMPIRAN B INSTRUMEN PENELITIAN A. Road Map Penelitian ... 205

B. Jadwal Penelitian ... 206

C. Kisi-Kisi Soal Kemampuan Awal Matematis (KAM) Siswa ... 208

D. Kisi-Kisi Soal Pretes dan Postes Kemampuan Koneksi dan Komunikasi Matematik Siswa ... 220

E. Soal Pretes dan Postes Kemampuan Koneksi dan Komunikasi Matematik Siswa ... 225

LAMPIRAN C ANALISIS HASIL UJI COBA INSTRUMEN A. Validitas Tes... 228

B. Realinilitas Tes ... 229

C. Daya Pembeda Butir Soal ... 229

D. Indeks Kesukaran Butir Soal ... 229

LAMPIRAN D DATA PENELITIAN A. Data KAM Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 230

B. Data KAM Pembelajaran Kooperatif Tipe GI ... 231

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Sebagaimana yang disebutkan dalam The Ontario Curriculum (Tn.2005:4) bahwa “The study of mathematics equips students with knowledge, skills, and habits of mind that are essential for

successful and rewarding participation in such a society”. Belajar matematika melengkapi siswa dengan pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan berpikir yang merupakan hal penting untuk sukses dan bermanfaat dalam berpatisipasi dalam masyarakat. NCTM (Yuniawatika, 2011:4) juga menyatakan bahwa kebutuhan terhadap penguasaan bidang matematika dipengaruhi beberapa pandangan, yaitu (1)mathematics for life (matematika untuk kehidupan), (2) mathematics as a part of cultural heritage (matematika sebagai warisan budaya), (3) mathematics for the workplace (matematika untuk dunia kerja), dan (4) mathematics for the scientific and technical (matematika untuk masyarakat ilmiah dan teknologi).

Dari pernyataan di atas dapat diambil maknanya bahwa pelajaran matematika merupakan salah satu pelajaran yang sangat penting dan mendasar untuk diaplikasikan dalam seluruh bidang kehidupan. Semakin meningkatnya kebutuhan terhadap matematika dalam kehidupan manusia secara luas, maka hendaknya pembelajaran di sekolah berupaya untuk mempersiapkan siswa yang memiliki kemampuan matematik untuk menopang kehidupan mereka.

(14)

2

Fadhilaturrahmi, 2014

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan GI terhadap Peningkatan kemampuan Koneksi dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah D asar

menjadi ciri baru pembelajaran matematika di sekolah mulai dari jenjang sekolah dasar sampai perguruan tinggi.

Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa matematika merupakan pembelajaran yang sangat penting dan aplikatif. Untuk itu, perlu rasanya mengupayakan pembelajaran matematika yang baik guna mengembangkan kemampuan matematis yang akan dituntut pada siswa setelah belajar matematika sehingga kemampuannya bisa maksimal digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

The National Council of Teachers of Mathematics (Yuniawatika,

2011:6) menetapkan bahwa terdapat 5 kemampuan yang perlu dimiliki siswa melalui pembelajaran matematika yang tercakup dalam standar proses yaitu (1) pemecahan masalah (problem solving), (2) penalaran dan pembuktian (reasoning and proof), (3) komunikasi (communication), (4) koneksi (connection) dan (5) representasi (representation).

Dari lima kemampuan di atas, pengembangan kemampuan koneksi dan komunikasi menjadi salah satu fokus perhatian dalam penelitian ini. Kemampuan koneksi dan komunikasi matematis diperlukan sejak dini melalui pembelajaran di kelas agar siswa bisa memecahkan masalah dan mengaplikasikan konsep matematika sebagai bekal hidup siswa masa sekarang dan masa yang akan datang.

Di dalam KTSP (2006) tujuan dari pembelajaran matematika hendaknya siswa memiliki kemampuan sebagai berikut :

(15)

minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Dari tujuan di atas terutama pada poin 1 dan 4, dapat dilihat bahwa kurikulum KTSP yang masih dipakai saat ini menyatakan bahwa kemampuan koneksi dan komunikasi termasuk kemampuan yang sangat diharapkan ada pada siswa setelah pembelajaran matematika. NCTM (2000 : 64) menyatakan “when student can connect mathematical ideas, their understanding is deeper and more lasting”. Apabila para siswa dapat menghubungkan gagasan-gagasan matematis, maka pemahaman mereka akan lebih mendalam dan lebih bertahan lama. Pemahaman siswa akan lebih mendalam jika siswa dapat mengaitkan antar konsep yang telah diketahui siswa dengan konsep baru yang akan dipelajari oleh siswa. Seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar didasari kepada apa yang telah diketahui orang tersebut. Bruner (Ruseffendi, 2006) juga mengungkapkan bahwa agar siswa lebih berhasil dalam belajar matematika, siswa harus lebih banyak diberi kesempatan untuk melihat kaitan-kaitan, baik kaitan antara dalil dan dalil, topik dan topik maupun antara cabang matematika.

(16)

4

Fadhilaturrahmi, 2014

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan GI terhadap Peningkatan kemampuan Koneksi dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah D asar

siswa maka semakin mudah siswa memahami konsep matematika dan mengasah aspek berfikir tingkat tinggi lainnya.

Selain kemampuan koneksi matematis, kemampuan komunikasi juga merupakan salah satu komponen penting dan fundamental untuk dikembangkan pada siswa. Dengan kemampuan komunikasi matematis siswa dapat mengorganisassi dan mengkonsolidasi berpikir matematisnya baik secara lisan maupun tulisan matematika. Cai (Rahmawati, 2013 :232)

mengemukakan bahwa “communication is considered as the means by which

teachers and students can share the processes of learning, understanding, and

doing mathematics”. Komunikasi dianggap sebagai alat yang bisa membantu guru dan siswa bisa berbagi proses-proses pembelajaran, pemahaman dan pengerjakan matematika.

Proses komunikasi dapat membantu siswa membangun pemahamannya terhadap ide matematika dan membuatnya mudah dipahami. Ketika siswa diminta untuk berpikir tentang matematika dan mengomunikasikannya kepada orang lain secara lisan maupun tertulis secara tidak langsung mereka dituntut untuk membuat ide-ide matematika itu lebih terstruktur dan meyakinkan, sehingga ide-ide itu menjadi lebih mudah dipahami oleh diri mereka sendiri. Dengan demikian, proses komunikasi akan bermanfaat

(17)

Hasil observasi di lapangan terkait kemampuan koneksi dan komunikasi ini sebenarnya sudah ada pada siswa, namun belum berkembang dengan baik. Hal ini terlihat saat siswa belum bisa membuat koneksi antara satu konsep matematika yang ia pelajari hari itu dengan konsep matematika yang telah ia pelajari sebelumnya termasuk membuat koneksi dengan kehidupan sehari-hari/dunia nyata. Dalam hal komunikasi yang dilihat secara tulisan, tampak bahwa dari hasil pengerjaan siswa pada soal-soal yang diberikan guru, yang membutuhkan penjelasan tampak siswa belum maksimal mengungkapkan ekspresi atau gagasan matematisnya secara baik.

Berdasarkan pada penjabaran di atas, tentang pentingnya mengembangkan kemampuan koneksi dan komunikasi matematik dan melihat pada kesenjangan di lapangan, maka jika kemampuan ini tidak dikembangkan dengan baik, maka tujuan pembelajaran matematika secara tidak langsung juga tidak akan tercapai. Hal ini, akan membawa dampak negatif terhadap pengaplikasian kemampuan matematika tersebut menjadi terhambat pada siswa ketika menyelesaikan permasalahan-permasalahan matematika yang menggunakan kemampuan tersebut dalam pemecahannya.

(18)

6

Fadhilaturrahmi, 2014

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan GI terhadap Peningkatan kemampuan Koneksi dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah D asar

Berdasarkan hal di atas, terkait dengan kemampuan koneksi dan komunikasi matematik siswa, peneliti ingin memperoleh gambaran tentang pengaruh pembelajaran kooperatif tipe STAD dan GI terhadap peningkatan kemampuan koneksi dan komunikasi matematik siswa.

Pembelajaran kooperatif tipe GI adalah rencana pengorganisasian ruang kelas dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil dengan menggunakan investigasi kooperatif, diskusi kelompok, serta perencanaan dan proyek kooperatif. Dalam metode ini, siswa dibentuk ke dalam beberapa kelompok yang beranggotakan dua hingga enam orang. Setelah memilih subtopik dari unit pelajaran yang sedang dipelajari seluruh kelas, kelompok itu melakukan penyelidikan yang perlu untuk menyiapkan laporan kelompok. Masing-masing kelompok kemudian melakukan pemaparan atau menyiapkan presentasi untuk menyampaikan temuan-temuannya kepada seluruh siswa. Selanjutnya Slavin (Samosir, 1995:114) menjelaskan bahwa langkah-langkah pembelajaran kooperatif GI adalah sebagai berikut : (1) mengidentifikasi topik dan pengorganisasian siswa dalam kelompok-kelompok, (2) merencanakan tugas belajar, (3) melaksanakan penelitian, (4) menyiapkan sebuah laporan akhir, (5) menyajikan laporan akhir dan (6) evaluasi.

(19)

Berdasarkan latarbelakang di atas , peneliti mempunyai ketertarikan untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dan Group

Investigation (GI) terhadap Peningkatan Kemampuan Koneksi dan

Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Dasar”.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian di atas, dapat diidentifikasi permasalahan dalam penelitian ini, yakni terkait dengan kemampuan koneksi dan komunikasi matematik yang belum berkembang dengan baik dalam pembelajaran matematika dan penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan GI yang diduga dapat menjawab permalahan tentang kemampuan tersebut.

Dari identifikasi permasalahan tersebut, dapat dirumuskan beberapa permasalahan dalam penelitian ini, yaitu: terkait dengan pengaruh pembelajaran kooperatif tipe STAD dan GI terhadap peningkatan kemampuan koneksi dan komunikasi matematik siswa sekolah dasar, kemudian manakah yang lebih baik peningkatan kemampuan koneksi dan komunikasi matematik antara siswa yang belajar dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan siswa yang belajar dengan pembelajaran kooperatif tipe GI jika dilihat dari level kemampuan siswa.

Untuk mempermudah pemecahan masalah di atas, disusun rumusan masalah dalam bentuk jabaran pertanyaan penelitian. Adapun masalah utama yang akan dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana Pengaruh pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan GI terhadap Peningkatan Kemampuan Koneksi dan Komunikasi Matematik pada Siswa Kelas V SD Islam Ibnu Sina Kabupaten Bandung?”

(20)

8

Fadhilaturrahmi, 2014

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan GI terhadap Peningkatan kemampuan Koneksi dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah D asar

1. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan koneksi matematik antara siswa yang belajar dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan siswa yang belajar dengan pembelajaran kooperatif tipe GI?

2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematik antara siswa yang belajar dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan siswa yang belajar dengan pembelajaran kooperatif tipe GI? 3. Apakah kemampuan koneksi matematik siswa kelompok tinggi pada pembelajaran kooperatif tipe GI lebih baik daripada kemampuan koneksi matematik siswa kelompok tinggi yang belajar dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD?

4. Apakah kemampuan koneksi matematik siswa kelompok sedang pada pembelajaran kooperatif tipe GI lebih baik daripada kemampuan koneksi matematik siswa kelompok sedang yang belajar dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD?

5. Apakah kemampuan koneksi matematik siswa kelompok rendah pada pembelajaran kooperatif tipe GI lebih baik daripada kemampuan koneksi matematik siswa kelompok rendah yang belajar dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD?

6. Apakah kemampuan komunikasi matematik siswa kelompok tinggi pada pembelajaran kooperatif tipe GI lebih baik daripada kemampuan komunikasi matematik siswa kelompok tinggi yang belajar dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD?

7. Apakah kemampuan komunikasi matematik siswa kelompok sedang pada pembelajaran kooperatif tipe GI lebih baik daripada kemampuan komunikasi matematik siswa kelompok sedang yang belajar dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD?

(21)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang:

1. Perbedaan peningkatan kemampuan koneksi matematik antara siswa yang belajar dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan siswa yang belajar dengan pembelajaran kooperatif tipe GI.

2. Perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematik antara siswa yang belajar dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan siswa yang belajar dengan pembelajaran kooperatif tipe GI.

3. Kemampuan koneksi yang lebih baik antara siswa kelompok tinggi pada pembelajaran kooperatif tipe GI dengan siswa kelompok tinggi pada pembelajaran kooperatif tipe STAD.

4. Kemampuan koneksi yang lebih baik antara siswa kelompok sedang pada pembelajaran kooperatif tipe GI dengan siswa kelompok sedang pada pembelajaran kooperatif tipe STAD.

5. Kemampuan koneksi yang lebih baik antara siswa kelompok rendah pada pembelajaran kooperatif tipe GI dengan siswa kelompok rendah pada pembelajaran kooperatif tipe STAD.

6. Kemampuan komunikasi yang lebih baik antara siswa kelompok tinggi pada pembelajaran kooperatif tipe GI dengan siswa kelompok tinggi pada pembelajaran kooperatif tipe STAD.

7. Kemampuan komunikasi yang lebih baik antara siswa kelompok sedang pada pembelajaran kooperatif tipe GI dengan siswa kelompok sedang pada pembelajaran kooperatif tipe STAD.

(22)

10

Fadhilaturrahmi, 2014

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan GI terhadap Peningkatan kemampuan Koneksi dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah D asar

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara keilmuan (teoritik) maupun secara praktik. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara Teoritik

Secara teoritik penelitian ini diharapkan dapat memberikan kajian teoritis tentang penerapan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dan Group Investigation (GI) serta

pengaruhnya terhadap kemampuan koneksi dan komunikasi matematika siswa. Dalam artian melalui penelitian ini diharapkan dapat memperoleh gambaran tentang pembelajaran matematika sebagaimana mestinya yakni mampu mengembangkan kemampuan koneksi dan komunikasi matematik siswa khususnya di sekolah dasar.

2. Secara Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi akademisi dalam bidang matematika sebagai bahan kontribusi dalam mengembangkan pembelajaran dengan menggunakan berbagai pendekatan yang relevan. Bagi institusi dan instansi terkait, dapat menjadi bahan masukan dalam menerapkan pembelajaran matematika yang dapat mengembangkan kemampuan matematis siswa.

E. Struktur Organisasi Tesis

Penulisan tesis ini terdiri dari lima bab, yaitu; bab I pendahuluan, bab II kajian pustaka, bab III metode penelitian, bab IV hasil penelitian dan pembahasan, dan bab V kesimpulan dan saran.

(23)

kooperatif tipe GI. Bab III berisi penjabaran mengenai metode penelitian, termasuk beberapa komponen seperti: lokasi dan populasi/subjek penelitian, desain dan metode penelitian, defenisi operasional, instrument penelitian, proses pengembangan intrumen, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data

(24)

35

Fadhilaturrahmi, 2014

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan GI terhadap Peningkatan kemampuan Koneksi dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah D asar

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini yaitu dilaksanakan di Sekolah Dasar Islam Ibnu Sina yang terletak di jalan Lembah Asri No. 2 Kabupaten Bandung. Alasan pemilihan SD ini karena di SD Islam Ibnu Sina belum pernah dilakukan penelitian seperti penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini. Selain itu, di sekolah tersebut terdiri dari dua kelas V yang tidak memiliki kualifikasi kelas unggul atau kelas biasa.

2. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas V SD Islam Ibnu Sina yang terdiri dari dua kelas yaitu kelas VA (Kelas Ahmad Dahlan) dan kelas VB (Kelas Buya Hamka). Menurut Suharsimi Arikunto (2002:108), yang dimaksud dengan populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada di wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi.

(25)

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk mencari jawaban atau menggambarkan permasalahan yang dibahas. Metode penelitian juga dapat dikatakan sebagai cara yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode eksperimen kuasi. Menurut Sudjana (2004:19), metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai suatu metode yang mengungkap hubungan antara dua variabel atau lebih atau mencari pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya. Eksperimen itu sendiri direncanakan dan dilaksanakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data, dan untuk menguji hipotesis.

Pada penelitian ini subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi keadaan subjek diterima sebagaimana adanya. Pemilihan studi ini didasarkan atas pertimbangan bahwa kelas yang ada telah terbentuk sebelumnya dan tidak mungkin dilakukan pengelompokkan siswa secara acak. Pada penelitian ini ada dua kelompok subjek penelitian yaitu kelompok pertama mendapat perlakuan pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif tipe GI dan kelompok kedua mendapat perlakuan pembelajaran dengan pembelajaran koperatif tipe STAD. Kedua kelompok diberikan pretes dan postes dengan menggunakan instrumen tes yang sama.

Desain eksprimen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah design dari Cohen (2008:278) yaitu the pretest-postest two treatman design. Pola rancangan digambarkan sebagai berikut:

Kelas Eksperimen 1: O1 X1 O2

(26)

37

Fadhilaturrahmi, 2014

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan GI terhadap Peningkatan kemampuan Koneksi dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah D asar

Keterangan :

O1 : Nilai pretes

O2 : Nilai post-tes

X1 : Pembelajaran dengan STAD

X2 : Pembelajaran dengan GI

C. Defenisi Operasional

1. Kemampuan koneksi matematika adalah kemampuan siswa dalam memperlihatkan hubungan internal dan eksternal matematika yang meliputi koneksi antartopik matematika, koneksi dengan disiplin ilmu lain dan koneksi dalam kehidupan sehari-hari. Pada penelitian ini difokuskan pada koneksi antartopik matematika dan koneksi dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mengukur kemampuan koneksi matematik, dapat dilihat dari cara siswa mengaplikasikan keterkaitan matematik dalam proses penyelesaian masalah yang berbentuk soal uraian.

2. Kemampuan komunikasi matematika adalah kemampuan siswa dalam hal menjelaskan suatu algoritma dan cara yang unik untuk pemecahan masalah, kemampuan siswa mengkontruksi dan menjelaskan sajian fenomena dunia nyata seperti grafik, kata-kata/ kalimat, persamaan, tabel dan sajian secara fisik. Untuk mengukur kemampuan komunikasi matematik dalam proses penyelesaian masalah yang berbentuk soal uraian

(27)

ujian-ujian kecil sendiri-sendiri tentang bahan tersebut dan pada saat itu mereka tidak boleh membantu satu sama lain.

4. Pembelajaran koperatif tipe Group Investigation (GI) adalah rencana pengorganisasian ruang kelas dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil dengan menggunakan investigasi kooperatif, diskusi kelompok, serta perencanaan dan proyek kooperatif. Dalam metode ini, siswa dibentuk ke dalam beberapa kelompok yang beranggotakan dua hingga enam orang. Setelah memilih subtopik dari unit pelajaran yang sedang dipelajari seluruh kelas, kelompok itu melakukan penyelidikan yang perlu untuk menyiapkan laporan kelompok. Masing-masing kelompok kemudian melakukan pemaparan atau menyiapkan presentasi untuk menyampaikan temuan-temuannya kepada seluruh siswa.

D. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Variabel bebas merupakan faktor stimulus yaitu faktor yang dipilih oleh peneliti untuk melihat pengaruh terhadap gejala yang diamati. Variabel terikat yaitu faktor yang diamati dan diukur untuk mengetahui efek dari variabel bebas.

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, maka dirumuskan variabel-variabel penelitian sebagai berikut :

a. Variabel bebas (X)

Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu pembelajaran kooperatif tipe STAD dan pembelajaran kooperatif tipe GI.

b. Variabel terikat (Y)

(28)

39

Fadhilaturrahmi, 2014

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan GI terhadap Peningkatan kemampuan Koneksi dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah D asar

E. Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (2007:101), instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti di dalam menggunakan metode pengumpulan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat, lebih lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.

Dalam penelitian ini digunakan instrumen penelitian berupa tes kemampuan koneksi dan komunikasi matematis siswa. Langkah pengujian perlu ditempuh mengingat instrumen yang digunakan belum merupakan alat ukur yang baku. Instrumen dikembangkan dalam beberapa tahap yakni, pembuatan intrumen, tahap ujicoba instrumen, kemudian hasilnya dianalisis. Sebelum pelaksanaan penelitian intrumen tersebut harus diketahui dahulu kelayakannya yaitu dengan melihat validitas kriterium butir soal, realibilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran butir soal.

1. Tes Kemampuan Awal Matematis (KAM)

Kemampuan awal matematis (KAM) siswa adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa sebelum proses pembelajaran itu berlangsung. Tujuan dari KAM ini adalah untuk penempatan siswa berdasarkan kemampuan awal matematisnya. Adapun tes yang peneliti berikan mencakup materi yang sudah dipelajari sebagai materi prasyarat sebelum proses pembelajaran berlangsung.

Tes KAM ini berupa soal pilihan ganda terdiri dari 20 butir soal dengan empat alternatif jawaban dibuat berdasarkan analisis kompetensi yang sudah dipelajari dikelas sebelumnya. Penskoran terhadap jawaban siswa yaitu dengan aturan setiap jawaban yang benar diberi skor 1 , sedangkan untuk setiap jawaban yang salah atau tidak menjawab diberi skor 0.

(29)

simpangan baku yaitu berdasarkan Somakin (Pamungkas, 2013:47) sebagai berikut :

Tabel 3.1

Kategori Kemampuan Awal Matematis Siswa KAM ≥̅ + SB Siswa Kelompok Tinggi

̅ - SB ≤ KAM < ̅ + SB Siswa Kelompok Sedang KAM ≤̅– SB Siswa Kelompok Rendah

Hasil perhitungan terhadap data kemampuan awal matematis siswa di kelas GI, diperoleh ̅ = 74,722 dan SB = 14,6 sehingga kriteria pengelompokkan adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2

Kategori Pengelompokkan Kelas GI

KAM ≥ 90 Siswa Kelompok Tinggi

61 ≤ KAM <90 Siswa Kelompok Sedang

KAM ≤ 60 Siswa Kelompok Rendah

Sedangkan hasil perhitungan terhadap data kemampuan awal matematis siswa kelas STAD, diperoleh ̅ = 74,45 dan SB = 15,51 sehingga kriteria pengelompokkan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3

Kategori Pengelompokkan Kelas STAD

KAM ≥ 90 Siswa Kelompok Tinggi

61≤ KAM <90 Siswa Kelompok Sedang

KAM ≤60 Siswa Kelompok Rendah

Hasil Pengelompokkan siswa, baik dikelas STAD maupun di kelas GI, dapat dilihat pada tabel 3.4 berikut :

Tabel 3.4

Jumlah Siswa Masing-masing Kategori KAM

Kelompok Pembelajaran Total

GI STAD

Tinggi 3 2 5

Sedang 11 12 23

Rendah 4 4 8

(30)

41

Fadhilaturrahmi, 2014

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan GI terhadap Peningkatan kemampuan Koneksi dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah D asar

2. Tes Kemampuan Koneksi Matematis

Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan koneksi matematis. Tes berbentuk uraian dimana diawali dengan pembuatan kisi-kisi tes, dan butir soal, dilanjutkan dengan penyusunan kunci jawaban dan kriteria penilaian. Adapun pedoman pemberian skor yang digunakan adalah holistic scoring rubrics sebagai berikut :

Tabel 3.5

Pedoman Penskoran Kemampuan Koneksi Matematis

Respon siswa terhadap soal Skor

Menunjukkan kemampuan koneksi

a. Penggunaan konsep dan keterkaitan antarkonsep matematika secara lengkap

b. Melakukan algoritma secara lengkap dan benar, dan melakukan perhitungan dengan benar.

4

Menunjukkan kemampuan koneksi

a. Menunjukkan konsep dan keterkaitan antarkonsep matematika hampir lengkap

b. Melakukan algoritma secara lengkap dan benar namun mengandung sedikit kesalahan dalam perhitungan

3

Menunjukkan kemampuan koneksi

a. Menunjukkan konsep dan keterkaitan antarkonsep matematika kurang lengkap

b. Menunjukkan algoritme secara lengkap dan benar dan mengandung perhitungan yang salah.

2

Menunjukkan kemampuan koneksi

a. Menujukkan konsep dan keterkaitan antarkonsep matematika sangat terbatas.

b. Jawaban sebagian besar mengandung perhitungan yang salah.

1

Tidak ada jawaban 0

Diadaptasi dari Lestari (2009:46)

[image:30.596.161.504.309.645.2]
(31)

3. Tes Kemampuan Komunikasi Matematis

Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis siswa yang berbentuk uraian. Penyusunan diawali dengan pembuatan kisi-kisi tes dan butir soal dilanjutkan dengan penyusunan kunci jawaban dan kriteria penilaian. Adapun pedoman penskoran yang digunakan adalah sebagai berikut yang diadopsi dari holistic scoring rubrics (Cai,Lane dan Jakabcsin, 1996) :

Tabel 3.6

Pedoman Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematis

Skor Kriteria

0 Tidak ada jawaban/ salah menginterpretasikan

1 Hanya sedikit dari penjelasan konsep, ide atau persoalan dari suatu gambar yang diberikandengan kata-kata sendiri dalam bentuk penulisan kalimat secara matematik dan gambar yang dilukis, yang benar.

2 Penjelasan konsep, ide atau persoalan dari suatu gambar yang diberikan dengan kata-kata sendiri dalam bentuk penulisan kalimat secara matematik masuk akal, melukiskan gambar namun hanya sebagian yang benar. 3 Semua penjelasan dengan menggunakan gambar, fakta,

dan hubungan dalam menyelesaikan soal, dijawab dengan lengkap dan benar namun mengandung sedikit kesalahan.

4 Semua penjelasan dengan menggunakan gambar, fakta, dan hubungan dalam menyelesaikan soal, dijawab dengan lengkap, jelas dan soal.

4. Proses Pengembangan Instrumen Kemampuan Koneksi dan Komunikasi Matematis.

[image:31.596.165.511.296.538.2]
(32)

43

Fadhilaturrahmi, 2014

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan GI terhadap Peningkatan kemampuan Koneksi dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah D asar

validitas, realibilitas, daya beda dan tingkat kesukaran tes tersebut dengan menggunakan bantuan Microsoft Excel 2007. Rekapitulasi hasil pengembangan intrumen bisa dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 3.7

Rekapitulasi Pengembangan Intrumen No

Soal

Validitas Realibilitas Daya Beda Tingkat kesukaran

soal

Keterangan

1 Valid (Tinggi) tinggi Sangat baik Sedang Dipakai 2 Valid (Sedang) Sangat baik Sukar Dipakai 3 Valid (Tinggi) Sangat baik Sukar Dipakai 4 Valid (Tinggi) Sangat baik Mudah Dipakai 5 Valid (rendah) Sangat jelek Sedang Tidak dipakai 6 Valid (sedang) Sangat baik Sukar Dipakai 7 Valid (sedang) Sangat baik Sukar Tidak dipakai 8 Valid(sangat rendah) Sangat jelek Sedang Tidak dipakai

9 Valid (sedang) Baik Sukar Dipakai

10 Valid (tinggi) Baik Sukar Dipakai

11 Valid (sedang) Sangat baik Sedang Dipakai 12 Valid (sedang) Sangat baik Sukar Dipakai

13 Valid (rendah) Jelek Sukar Tidak dipakai

14 Valid (tinggi) Sangat baik Sedang Dipakai

Proses penganalisisan data hasil uji coba meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Analisis Validitas Tes

[image:32.596.111.541.216.463.2]
(33)

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan:

= koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y. = jumlah peserta tes (subjek).

= skor item tes. = skor total.

Tabel 3.8

Kriteria Validitas Butir Soal Koefisien validitas (rxy) Interpretasi

0,80 < rxy≤ 1,00 validitas sangat baik (sangat tinggi)

0,60 < rxy≤ 0,80 validitas baik (tinggi)

0,40 < rxy≤ 0,60 validitas cukup (sedang)

0,20 < rxy≤ 0,40 validits rendah (jelek)

0,00 < rxy≤ 0,20 validitas sangat rendah

rxy ≤ 0,00 tidak valid

Hasil uji perhitungan untuk validitas butir soal ditunjukkan pada tabel 3.8 dibawah ini :

Tabel 3.9

Interpretasi Hasil Perhitungan Validitas Butir Soal

No rxy Kriteria Keterangan

[image:33.596.189.505.513.734.2]
(34)

45

Fadhilaturrahmi, 2014

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan GI terhadap Peningkatan kemampuan Koneksi dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah D asar

b. Analisis Realibilitas Tes

Uji realibilitas bertujuan untuk menguji bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dapat dipercaya. Realibilitas suatu tes akan dikatakan reliabel jika hasil evaluasi memberikan hasil yang tetap sama untuk subjek yang sama, jika mengalami perubahan, maka perubahan itu tidak signifikan. Untuk menginterpretasikan koefsien realibilitas alat evaluasi dapat digunakan kriteria yang dibuat oleh J.P. Guilford (Ruseffendi, 2005:160)

Tabel 3.10 Kriteria Reabilitas Tes Koefisien reliabilitas ( r11) Interpretasi

r11 ≤ 0,20 Derajat realibilitas sangat rendah

0,20 < r11 ≤ 0,40 Derajat realibilitas rendah

0,40 < r11 ≤ 0,70 Derajat realibilitas sedang

0,70 < r11 ≤ 0,90 Derajat realibilitas tinggi

0,90 < r11 ≤ 1,00 Derajat realibilitas sangat tinggi

Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes bentuk uraian, maka rumus yang digunakan untuk menghitung derajat realibilitas tes menggunakan alpha cronbach (Arikunto, 2001:109).

Keterangan:

koefisien reliabilitas tes

∑ = jumlah varians skor tiap butir soal = varians skor total

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai r11 = 0,78. Dengan

(35)

relatif sama jika diteskan kembali kepada subjek yang sama pada waktu yang berbeda.

c. Analisis daya Beda

Daya pembeda dianalisis untuk mengetahui sebuah soal baik atau tidak, dan untuk mengetahui sejauh mana alat tes dapat membedakan antara siswa yang mengetahui jawabannya dengan benar dengan siswa yang tidak dapat menjawab soal tersebut dengan benar ( Suherman, 2003). Untuk menghitung daya pembeda, digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

DP = daya pembeda.

= jumlah siswa kelompok atas yang menjawab benar. = jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab benar. = jumlah siswa kelompok atas.

Adapun kategori daya pembeda suatu soal, menurut Suherman (2003: 161) diinterpretasikan sebagai berikut.

Tabel 3.11

Kategori Daya Beda Soal

Daya Pembeda (DP) Interpretasi 0,70 < DP ≤ 1,00 sangat baik 0,40 < DP ≤ 0,70 Baik 0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup 0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek

DP ≤ 0,00 sangat jelek

[image:35.596.186.517.555.643.2]
(36)

47

Fadhilaturrahmi, 2014

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan GI terhadap Peningkatan kemampuan Koneksi dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah D asar

Tabel 3.12

Interpretasi Hasil Perhitungan Daya Pembeda Butir Soal No Daya Pembeda Kriteria Keterangan

1 0,75 Sangat baik Dipakai

2 0,87 Sangat baik Dipakai

3 0,75 Sangat baik Dipakai

4 0,87 Sangat baik Dipakai

5 -0,5 Sangat jelek Tidak dipakai

6 0,85 Sangat baik Dipakai

7 0,82 Sangat baik Tidak dipakai 8 -0,37 Sangat jelek Tidak dipakai

9 0,62 Baik Dipakai

10 0,62 Baik Dipakai

11 0,75 Sangat baik Dipakai

12 0,87 Sangat baik Dipakai

13 0,12 Jelek Tidak dipakai

14 1 Sangat baik Dipakai

d. Analisis Tingkat Kesukaran Soal

Analisis ini digunakan untuk menentukan apakah butir soal itu termasuk kedalam kelompok butir soal mudah, sedang atau sukar. Untuk menghitungnya digunakan nilai rata-rata setiap butir dibagi nilai maksimum. Suherman (2003: 170) tingkat kesukaran tes dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

TK = tingkat kesukaran.

= jumlah siswa kelompok atas yang menjawab benar. = jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab benar. = jumlah siswa kelompok atas.

[image:36.596.184.499.153.372.2]
(37)

kesukaran butir soal yang dikemukakan Arikunto (2013: 225), yaitu:

Tabel 3.13

Kategori Tingkat Kesukaran Soal

Indeks kesukaran Interpretasi

IK = 1,00 soal terlalu mudah 0,70 < IK < 1,00 soal mudah

0,30 < IK ≤ 0,70 soal sedang 0,00 < IK ≤ 0,30 soal sukar

IK = 0,00 soal terlalu sukar

Berdasarkan hasil perhitungan, indeks kesukaran soal disajikan dalam tabel 3.13 di bawah ini :

Tabel 3.14

Interpretasi Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Soal

No Indeks Kesukaran Kriteria Keterangan

1 0,37 Sedang Dipakai

2 0,06 Sukar Dipakai

3 0,06 Sukar Dipakai

4 0,81 Mudah Dipakai

5 0,62 Sedang Tidak Dipakai

6 0,25 Sukar Dipakai

7 0,18 Sukar Tidak Dipakai

8 0,5 Sedang Tidak dipakai

9 0,25 Sukar Dipakai

10 0,25 Sukar Dipakai

11 0,31 Sedang Dipakai

12 0,18 Sukar Dipakai

13 0,06 Sukar Tidak dipakai

14 0,68 Sedang Dipakai

F. Prosedur Penelitian

[image:37.596.209.515.197.284.2] [image:37.596.188.505.393.614.2]
(38)

49

Fadhilaturrahmi, 2014

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan GI terhadap Peningkatan kemampuan Koneksi dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah D asar

1. Tahap persiapan

Tahap persiapan dimulai dengan penyusunan proposal dan seminar proposal. Selanjutnya dilakukan observasi ke sekolah yang dijadikan tempat penelitian. Pada tahap ini juga dilakukan penyusunan instrumen penelitian, pengujian instrumen, dan perbaikan instrumen, sehingga pada tahap ini diperoleh instrumen penelitian yang siap dan layak pakai.

2. Tahap pelaksanaan penelitian

Pada tahap ini dilakukan pelaksanaan penelitian. Kegiatan diawali dengan memberikan pretes pada kedua kelompok eksperimen untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam koneksi dan komunikasi matematik. Setelah pretes dilakukan, dilanjutkan dengan melaksanakan pembelajaran dengan GI dan STAD dikelompok eksperimen yang berbeda. Setelah seluruh kegiatan pembelajaran selesai dilakukan post-test pada kedua kelompok tersebut. Post-test memberikan gambaran pengaruh kedua pembejaran tersebut terhadap kemampuan koneksi dan komunikasi matematik siswa.

3. Tahap analisis data

(39)

Adapun kerangka penelitian dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Studi kepustakaan dan

observasi ke lapangan

Penyusunan RPP

pembelajaran STAD

Penyusunan RPP

pembelajaran GI

Penyusunan, Ujicoba, revisi dan pengesahan instrumen

Pretes

Pembelajaran dengan STAD Pembelajaran dengan GI

Postes

Pengumpulan Data

Analisis data

(40)

51

Fadhilaturrahmi, 2014

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan GI terhadap Peningkatan kemampuan Koneksi dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah D asar

G. Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpulkan melalui tes kemampuan koneksi matematis dan tes kemampuan komunikasi matematis. Data yang berkaitan dengan kemampuan koneksi dan kemampuan komunikasi siswa tersebut dikumpulkan dengan tes dalam bentuk uraian (pretes dan postes).

H. Teknik Analisis Data

Pada bagian ini dijelaskan tentang teknik analisis data yang dilakukan. Data-data yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisis dengan bantuan program sofeware SPSS dan Microsof Excell 2007. Data hasil tes kemampuan koneksi dan komunikasi matematis siswa di analisis berdasarkan pengolahan data kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui besarnya peningkatan kemampuan koneksi dan komunikasi matematis siswa. Data pembelajaran koperatif Tipe GI dan STAD terhadap peningkatan kemampuaan koneksi dan komunikasi matematika siswa dianaliasis dengan tahapan sebagai berikut:

1. Menghitung statistik deskriptif skor skor pretes, postes dan gain yang meliputi skor minimum, skor maksimum, rata-rata dan simpangan baku.

2. Menghitung besarnya peningkatan kemampuan koneksi dan komunikasi matematis siswa yang diperoleh dari skor pretes dan postes.Untuk mengetahui besarnya peningkatan kemampuan koneksi dan komunikasi matematik, peneliti menganalisis data hasil tes dengan normalisasi gain yang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut ( Herlan, 2006:60) :

(41)

Kriteria normalisasi gain menurut Hake adalah sebagai berikut :

Tabel 3.15 Kriteria N-Gain

Normalisasi gains Kriteria

g > 0,70 Tinggi

0,30 < g ≤ 0,70 Sedang

g ≤ 0,30 Rendah

3. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan pada skor pretes, postes, dan normalisasi gain pada kelas STAD dan kelas GI. Dalam uji normalitas ini digunakan uji Kolmogorov_Smirnov dengan taraf signifikansi 5%. Kriteria

pengujian adalah tolak H0 apabila Sig.(p-value) taraf signifikansi

( ), untuk kondisi lainnya H0 diterima.

4. Uji Homogenitas Varians

Pengujian varians antara kelompok penelitian dilakukan untuk mengetahui apakah varian kedua kelompok sama atau berbeda. Selain itu, pengujian ini dilakukan untuk pengolahan data selanjutnya apakah menggunakan uji t atau uji t'. Uji statistik dalam melakukan uji homogenitas menggunakan uji Levene dengan kriteria pengujian adalah tolak H0 apabila Sig.(P-Value) > taraf

signifikansi ( ), untuk kondisi lainnya H0 diterima.

5. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata

(42)

53

Fadhilaturrahmi, 2014

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan GI terhadap Peningkatan kemampuan Koneksi dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah D asar

(43)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan koneksi antara siswa yang belajar dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan siswa yang belajar dengan pembelajaran kooperatif tipe GI. Artinya, ada perbedaan pengaruh yang diberikan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan tipe GI pada kemampuan koneksi siswa, lebih jauh lagi tercermin dari perbedaan masing-masing langkah pembelajaran yang mempengaruhi peningkatan kemampuan koneksi tersebut.

2. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi antara siswa yang belajar dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan siswa yang belajar dengan pembelajaran kooperatif tipe GI. Artinya, ada perbedaan pengaruh yang diberikan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan tipe GI pada kemampuan komunikasi siswa, lebih jauh lagi tercermin dari perbedaan masing-masing langkah pembelajaran yang mempengaruhi peningkatan kemampuan komunikasi tersebut.

3. Kemampuan koneksi matematis kelompok tinggi dengan pembelajaran kooperatif tipe GI tidak lebih baik dari kemampuan koneksi matematis kelompok tinggi dengan pembelajaran kooperatif Tipe STAD. Artinya pembelajaran kooperatif tipe STAD dan GI memiliki pengaruh pada kemampuan koneksi matematis siswa kelompok tinggi, namun jika dibandingkan pengaruh yang diberikan oleh pembelajaran kooperatif tipe STAD dan tipe GI sama baiknya pada siswa kelompok tinggi.

(44)

114

Fadhilaturrahmi, 2014

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan GI terhadap Peningkatan kemampuan Koneksi dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah D asar

STAD. Artinya pembelajaran kooperatif tipe GI memberikan pengaruh yang lebih besar pada siswa kelompok sedang dibandingkan pengaruh yang diberikan oleh pembelajaran kooperatif tipe STAD.

5. Kemampuan koneksi matematis kelompok rendah dengan pembelajaran kooperatif tipe GI tidak lebih baik dari kemampuan koneksi matematis kelompok rendah dengan pembelajaran kooperatif Tipe STAD. Artinya pembelajaran kooperatif tipe STAD dan GI memiliki pengaruh pada kemampuan koneksi matematis siswa kelompok rendah, namun jika dibandingkan pengaruh yang diberikan oleh pembelajaran kooperatif tipe STAD dan tipe GI sama baiknya pada siswa kelompok rendah.

6. Kemampuan komunikasi matematis kelompok tinggi dengan pembelajaran kooperatif tipe GI tidak lebih baik dari kemampuan komunikasi matematis kelompok tinggi dengan pembelajaran kooperatif Tipe STAD. Artinya pembelajaran kooperatif tipe STAD dan GI memiliki pengaruh pada kemampuan komunikasi matematis siswa kelompok tinggi, namun jika dibandingkan pengaruh yang diberikan oleh pembelajaran kooperatif tipe STAD dan tipe GI sama baiknya pada siswa kelompok tinggi.

7. Kemampuan komunikasi matematis kelompok sedang dengan pembelajaran kooperatif tipe GI lebih baik dari kemampuan koneksi matematis kelompok sedang dengan pembelajaran kooperatif Tipe STAD. Artinya pembelajaran kooperatif tipe GI memberikan pengaruh yang lebih besar pada siswa kelompok sedang dibandingkan pengaruh yang diberikan oleh pembelajaran kooperatif tipe STAD.

(45)

dan GI memiliki pengaruh pada kemampuan komunikasi matematis siswa kelompok rendah, namun jika dibandingkan pengaruh yang diberikan oleh pembelajaran kooperatif tipe STAD dan tipe GI sama baiknya pada siswa kelompok rendah.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti dapat memberikan saran-saran sebagai berikut :

1. Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan kooperatif tipe STAD dan Tipe GI dapat meningkatkan kemampuan koneksi dan kemampuan komunikasi. Oleh karena itu, disarankan pembelajaran dengan kooperatif baik tipe STAD maupun tipe GI dapat menjadi salah satu alternatif yang bisa digunakan guru matematika dalam menyajikan materi matematika.

2. Pembelajaran kooperatif tipe GI lebih baik digunakan pada siswa yang rata-rata kemampuannya berada pada tingkat sedang, karena itu dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan GI pada siswa yang di dalam kelas terdiri dari kemampuan beragam, hendaknya guru menambahkan strategi lainnya agar semua siswa dengan berbagai tingkat kemampuan bisa difasilitasi belajarnya, contoh pembelajaran individual.

(46)

116

Fadhilaturrahmi, 2014

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan GI terhadap Peningkatan kemampuan Koneksi dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah D asar

menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti dari setiap tingkatan kemampuan matematika siswa baik kemampuan tinggi, sedang dan rendah (b) intervensi guru dalam pembelajaran harus tepat dan sesuai dengan kebutuhan siswa , (c) Disarankan pembelajaran dengan kooperatif baik STAD maupun GI diterapkan pada topik-topik yang esensial yang dapat menunjang kegiatan eksplorasi dan penyelidikan sehingga konsep lebih mudah dipahami siswa.

4. Adanya perbedaan pengaruh yang diberikan oleh kedua pembelajaran pada siswa berkemampuan sedang mungkin saja dipengaruhi oleh jumlah siswa

5. yang cukup besar, sedangkan pada siswa berkemampuan tinggi dan rendah jumlah siswa sangat sedikit, sehingga untuk peneliti lebih lanjut agar mengetahui dahulu kehomogenitasan siswa masing-masing kelompok.

(47)
(48)

117

Fadhilaturrahmi, 2014

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan GI terhadap Peningkatan kemampuan Koneksi dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah D asar

DAFTAR PUSTAKA

Ageng, AS. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Connecting-Organizing-Reflecting-Extending (CORE) untuk meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Koneksi Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas. (Penelitian kuasi eksperimen terhadap siswa SMA di Duri). Tesis tidak diterbitkan.

Arends, RI. (1997). Classroom Instruction and Management. Mc Graw-Hill, New York USA.

Arikunto, S. (2007). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Bistari.BsY. (2010). Pengembangan Kemamdirian belajar berbasis nilai untuk meningkatkan komunikasi matematika. Jurnal Pendidikan Matematika dan IPA Vol.1. No.1 Januari 2010:11-23.

Brener, M.E. (1998). Development of Mathematical Communication in Problem Solving Groups by Language Minirity Students. Bilingual Research Journal,22;2,3 & 4 Spring, Summer,& Fall 1998.

Cai, J.L. & Jakabscki, M.S. (1996). The Role of Open-Ended Task and Holistic

Scoring Rubrics : Assesing Student”s Mathematical Reasoning and

Communication in Mathematics. Dalam P.C Elliot dan M.J Kenney (Eds). Yearbook Communication in Mathematics K-12 and Beyond. Reston, VA. The National Council of Teachers of Mathematics.

Herlan, A. (2006). Mengembangkan Pembelajaran Berbasis Komputer Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematika Siswa SMA. Tesis SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Hudojo, H. (1988). Belajar Matematika. Jakarta: LPTK.

Ibrahim, M. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Jarmita, N. (2009). Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dalam Meningkatkan Pemahaman dan Komunikasi Matematis Siswa (studi eksperimen pada siswa kelas VMINdi Kota Banda Aceh). tidak diterbitkan.

Johnson, EB. (2010). Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikan dan Bermakna. Bandung: Kaifa

(49)

Lappan. (2002). Communication and Reasoning. Critical Dimensions of sense making in mathematic. In. P.R Trafton & A.P Shulte (eds). New Direction for Elementary School Mathematics : 1989 yearbook (pp.14-30.Reston,VA : NCTM.

Lestari, P. (2009). Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Koneksi Matematis Siswa SMK Melalui Pendekatan Pembelajaran Kontekstual. Tesis SPS UPI Bandung : Tidak diterbitkan.

Musriandi, R. (2013). Model Pembelajaran Matematika Tipe Group Investigation untuk meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Self-Concept siswa MTs. Tesis tidak diterbitkan.

National Council of Teachers of Mathematics. (1989). Curriculum and Evaluation Standar for School Mathematics. Reston VA : The National Council of Teachers of Matematics Inc.

National Council of Teachers of Mathematics. (2000). Principles and Standars for School Mathematics. Reston VA : The National Council of Teachers of Matematics Inc.

Ontario Ministry Education. (2005). Capacity Building Series, Coommunication in the mathematics Classroom Special Edition #13. Ontario : Reach Every Student.

Qahar, Abd. (2011). Pengembangan Instrumen Komunikasi Matematis Untuk Siswa SMP. LSM IX Lomba dan Seminar Matematika. Hima Matematika.

Rahmawati, F. (2013). Pengaruh Pendekatan Pendidikan Realistik Matematika dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. Makalah pada Seminar Semirata 2013 Fakultas MIPA Universitas Lampung.

Ruseffendi, E.T. (2006). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya Dalam Pengajaran Matematika untuk meningkatkan CBSA. Bandung : Tarsito.

Ruspiani. (2000). Kemampuan Siswa dalam Melakukan Koneksi Matematika. Tesis PPS UPI Bandung : Tidak diterbitkan.

(50)

119

Fadhilaturrahmi, 2014

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan GI terhadap Peningkatan kemampuan Koneksi dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah D asar

Santrock, JW. (2010). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group

Saragih. S .(2000). Pembelajaran Koperatif Tipe STAD dengan menggunakan Laboratorium mini untuk meningkatkan kemampuan keruangan. Tesis. Pps. Unesa Surabaya.

Setiawan, B. (2011). Meningkatkan kemampuan koneksi dn pemecahan masalah matematika siswa melalui pembelajaran kooperatif model Cooperative Integrated reading and Composition (CIRC). Tesis tidak dipublikasikan.

Slavin, R E. (1995). Cooperative Learning, Allyn and Bacon :USA.

_________(2011). Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Jakarta : Indeks

Soedjadi, R. (2000). Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Soetjipto, PH. (2009). Educational Psychology :Active Learning Edition. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suciyati, NS. (2013). Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematis Siswa MTs Melalui Model Pembelajaran Kolaboratif Tipe Group Investigation

Suherman, E. Dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung : UPI

_________. (2007). Model-model Pembelajaran Matematika. Bandung : LPMP : Jawa Barat

Sumarno, U. (1994) Suatu Alternatif Pengajaran untuk Mwningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah pada Guru dan Siswa SMP. Laporan Penelitian IKIP Bandung: Tidak dipublikasikan.

Sumarmo, U. (2003). Daya dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa dan Bagaimana Dikembangkan pada Siswa Sekolah Dasar dan Menengah. Makalah disajikan pada Seminar Sehari di Jurusan Matematika ITB,

Oktober 2003.

(http://educare.e-fkipunla.net/index.php?option=com_content&task=view&id=62 Jurnal pendidikan dan budaya). diakses tanggal 14 Januari 2011.

(51)

__________.(2013). Teori Belajar Matematika. Erlangga : Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI Press.

Tim JICA. (2010). Teori, Paradigma, Prinsip, dan Pendekatan Pembelajaran MIPA dalam konteks Indonesia. Bandung : JICA FPMIPA UPI.

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta : Kencana

Uyanto, S.S. (2006). Pedoman Analisis Data dengan SPS. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Walle, JAV. (2002). Pengembangan Pengajaran matematika Sekolah Dasar dan Menegah. Jakarta : Erlangga.

Winarno. (2004). Pembelajaran Matematika Kooperatif. Yogyakarta : PPPG : Matematika

Gambar

Tabel 3.4 Jumlah Siswa Masing-masing Kategori KAM
Tabel 3.5 Pedoman Penskoran Kemampuan Koneksi Matematis
Tabel 3.6 Pedoman Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematis
Tabel 3.7 Rekapitulasi Pengembangan Intrumen
+5

Referensi

Dokumen terkait

Pada hari Kamis tanggal Dua Puluh Tujuh Bulan Agustus Tahun Dua Ribu Lima Belas telah dilakukan pemeriksaan terhadap Mobil Monitoring Frekuensi Tahun 2012 dengan hasil sebagai

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa penerapan kultur Sunda berpengaruh terhadap pembentukan karakter siswa program keahlian teknik

Tahap kedua, menentukan pengukuran yang tepat bagi faktor-faktor penentu keputusan konsumen dalam memilih bank dan lembaga keuangan Islam dan pada tahap ketiga, melakukan pengujian

Pengaruh Penerapan Kultur Sunda Di Smk Negeri 6 Bandung Terhadap Pembentukan Karakter Siswa Bidang Keahlian Teknik Bangunan. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Dalam ilustrasi tadi dapat berarti bahwa jika tingkat kedatangan rata – rata untuk periode jam adalah, misalkan 72 kedatangan setiap jam, maka tingkat ini melambangkan interval

1. Potensi Sumber Daya Alam. Kelengkapan data-data potensi sumber daya alam yang tertuang dalam profil Desa Getassrabi mayoritas sudah terisi cukup baik, tetapi belum

Penggunaan bambu sebagai bahan bangunan dikarenakan bambu menpunyai kelebihan yaitu masa konstruksi sangat singkat, biaya konstruksi murah dan tidak memerlukan