Wawan Purwanto, 2015
EFEKTIVITAS METODE
TARGĪ
B
DAN
TARHĪ
B
DALAM PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENINGKATKAN
KETAATAN IBADAH SALAT
(Studi Kasus Pada Siswa Kelas VII SMPN 2 Lelea Kabupaten Indramayu)
TESIS
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan Agama Islam
oleh
WAWAN PURWANTO NIM 1303062
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
Wawan Purwanto, 2015
EFEKTIVITAS METODE TARGĪB DAN TARHĪB
DALAM PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENINGKATKAN KETAATAN IBADAH SALAT
(Studi Kasus Pada Siswa Kelas VII SMPN 2 Lelea Kab. Indramayu)
Oleh
WAWAN PURWANTO
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) Program Studi Pendidikan Agama Islam
© Wawan Purwanto 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Wawan Purwanto, 2015
Wawan Purwanto, 2015
EFEKTIVITAS METODE TARG B DAN TARH B DALAM PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENINGKATKAN
KETAATAN IBADAH SALAT SISWA
(Studi kasus pada siswa kelas VII SMPN 2 Lelea Kabupaten Indramayu)
(Wawan Purwanto, 1303062)
Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masih banyaknya siswa yang memerlukan bimbingan dalam ketaatan ibadah salat. Fokus penelitian ini pada efektivitas metode targīb dan tarhīb yaitu ketaatan ibadah salat siswa di sekolah SMPN 2 Lelea Indramayu. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas metode targīb dan tarhīb, serta respon siswa dalam meningkatkan ketaatan ibadah salat. Metode Penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan desain nonequivalent control group design. Sampel penelitian terdiri dari 32 siswa kelas VII H sebagai kelas kontrol dan 34 siswa kelas VII A sebagai siswa kelas eksperimen. Instrumen yang digunakan berupa tes sebanyak 40 soal dan angket 40 soal. Dalam menganalisis datanya digunakan uji independent sampel t test
dengan menggunakan aplikasi SPSS 22. Dari hasil perhitungan, didapat hasil signifikansi adalah 0.001 atau P-Value lebih kecil dari 0,05, dan thitung (4.352 dan 4.299) > ttabel (2.00) maka H0 ditolak. Artinya bahwa rata-rata
post test siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari pada rata-rata siswa kelas kontrol. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa metode targīb dan tarhīb efektif dalam pembelajaran ini. Selain itu, hasil pengolahan data angket juga bisa ditarik kesimpulan bahwa respon siswa terhadap metode targīb dan tarhīb sangat baik dan dapat meningkatkan ketaatan ibadah salat siswa. Saran untuk pendidik agama Islam, metode targīb dan tarhīb dapat dijadikan sebagai metode untuk meningkatkan ketaatan ibadah salat siswa di sekolah.
Wawan Purwanto, 2015
The Effectiveness of Targ band Tarh b Methods as the Islamic Religion of Education Learning to Improve the Student's Adherence to a Salat Worship (The Case Study of The 7th Grade Students on Junior High School of 2 Lelea
Indramayu Regency)
(Wawan Purwanto, 1303062)
Abstract
The background of this research is there are still many students who need guidance in the adherence to a worship. The focus in this research is on the effectiveness of the targīb and tarhīb methods on the adherence to a worship of the students of Junior High School of 2 Lelea Indramayu. The general aim of this research was to determine the effectiveness of the targīb and tarhīb methods and the students' responses in improving the adherence to a worship of the students. The research method used in this research was the quasi-experimental design with the nonequivalent control group. The sample of the study consisted of 32 students of the VII H as the control class and 34 students of the VII A as the experimental class. The test instrument used in this research is in the form of item test consists of 40 questions and the questionnaire consists of 40 questions. In analyzing the data, the researcher used the independent sample t test analyzed by using SPSS 22. The results of the calculation show the significant result. The difference of the two average scores was 0.001 and it’s less than 0.05, and t test (4352 and 4299) > t table (2.00), H0 is rejected. It means that the average of the post test score from the experimental class students is higher than the average of the students in class control. Thus, it can be concluded that the tarhīb and targībmethod is effective in practice. Moreover, the result of the data processing from the questionnaires can also be concluded that the students' response to targīb and tarhīb methods is very well and it can increase the student's adherence to a worship Suggestions for Islamic religion educators is that the targīb and tarhīb methods can be used as the
method to improve the students' adherence to a worship of the students in the school.
Wawan Purwanto, 2015
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
PEDOMAN TRANSLITERASI ... ii
ABSTRAK ...iii
ABSTRACT ... iv
KATA PENGANTAR ... v
UCAPAN TERIMA KASIH ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR BAGAN ... xi
DAFTAR DIAGRAM ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Rumusan Masalah Penelitian ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Manfaat/ Signifikasi Penelitian ... 9
E. Struktur Organisasi Tesis ... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Efektifitas ... 12
B. Konsep Metode Pembelajaran Targīb dan Tarhīb ... 13
C. Pembelajaran PAI... 33
D. Ibadah Salat ... 42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 51
Wawan Purwanto, 2015
C. Populasi dan Sampel ... 56
D. Instrument Penelitian ... 58
E. Prosedur Penelitian... 69
F. Analisis Data ... 72
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 75
1. Langkah-langkah yang Dilakukan dalam Kegiatan Pembelajaran ... 76
2. Hasil Belajar Siswa Sebelum menggunakan Metode Targīb dan Tarhīb ... 80
3. Hasil Belajar Siswa Tanpa Menggunakan Metode Targīb dan Tarhīb ... 82
4. Hasil Belajar Siswa Menggunakan Metode Targīb dan Tarhīb ... 83
5. Perbedaan Hasil belajar siswa antara pembelajaran yang menggunakan metode Targīb dan Tarhīb dengan tanpa menggunakan Metode Targīb dan Tarhīb ... 84
6. Analisis Hasil Penelitian ... 85
7. Analisis Skala Likert ... 88
B. Pembahasan ... 90
1. Langkah-langkah yang Dilakukan dalam Kegiatan Pembelajaran ... 90
2. Hasil Belajar Siswa Sebelum menggunakan Metode Targīb dan Tarhīb ... 91
3. Hasil Belajar Siswa Tanpa Menggunakan Metode Targīb dan Tarhīb ... 91
Wawan Purwanto, 2015
5. Perbedaan Hasil belajar siswa antara pembelajaran
yang menggunakan metode Targīb dan Tarhīb
dengan tanpa menggunakan Metode Targīb dan
Tarhīb ... 92
6. Analisis Hasil Penelitian ... 93
7. Analisis Skala Likert ... 93
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan dan Implikasi ... 95
B. Rekomendasi ... 96
DAFTAR PUSTAKA ... 97
Wawan Purwanto, 2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Islam sebagai ajaran yang datang dari Allah sesungguhnya merefleksikan
nilai-nilai pendidikan yang mampu membimbing dan mengarahkan manusia
sehingga menjadi manusia sempurna. Islam sebagai agama universal telah
memberikan pedoman hidup bagi manusia menuju kehidupan bahagia, yang
pencapaiannya bergantung pada pendidikan. Pendidikan merupakan kunci penting
untuk membuka jalan kehidupan manusia (Ismail, 2001, hal.56). Dengan
demikian, Islam sangat berhubungan erat dengan pendidikan. Hubungan antara
keduanya bersifat organis-fungsional; pendidikan berfungsi sebagai alat untuk
mencapai tujuan pendidikan Islam (Ali, 1999, hal.2). Islam menjadi kerangka
dasar pengembangan pendidikan Islam, serta memberikan landasan sistem nilai
untuk mengembangkan berbagai pemikiran tentang pendidikan Islam (Priatna &
Tedi, 2004, hal. 1).
Nilai-nilai Islam, baik yang bersifat Ilāhiyah maupun yang
bersifat insāniyah, ditransformasikan dan diinternalisasikan terhadap manusia lain
melalui arah, proses, dan sistem pendidikan yang Islami pula. Pendidikan Islam
merupakan suatu aktivitas untuk mengembangkan seluruh aspek kepribadian
manusia yang berlangsung sepanjang hayat (long life of education). Islam
memandang bahwa pendidikan merupakan kemutlakan dan kebutuhan manusia
dalam hidup dan kehidupannya. Dalam hal ini Rupper C. Lodge dalam bukunya ”Phylosophi of Education” mengatakan, “Education is life, life is education”
(Zuhairini, 1991, hal. 10). Dengan demikian , pendidikan menurut Islam tidak lain
adalah kehidupan itu sendiri, dan merupakan kebutuhan mutlak untuk dapat
melaksanakan ajaran Islam.
Pendidikan adalah salah satu bentuk interaksi manusia, sekaligus tindakan
sosial yang dimungkinkan berlaku melalui suatu jaringan hubungan-hubungan
melalui peranan-peranan individu di dalamnya yang diterapkan melalui proses
pembelajaran (Langgulung, 2003, hal. 16).
Proses pembelajaran atau pendidikan memungkinkan seseorang menjadi
lebih manusiawi (being humanize) sehingga disebut dewasa dan mandiri. Itulah
visi atau tujuan dari proses pembelajaran (Harefa, 2000, hal. 37). Guru sebagai
pendidik dan peserta didik sebagai subyek didik. Keduanya adalah manusia yang
sejajar dengan peranan yang berbeda. Pandangan guru tentang manusia termasuk
dirinya sendiri sangat mempengaruhi sikap dari perilakunya dalam mengelola
tugas-tugas kependidikan sehari-hari (Gulo, 2011, hal. 18).
Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya dalam interaksi dengan lingkungannya, yang idealnya harus
menyentuh tiga aspek pembelajaran, meliputi aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik (Slameto, 2003, hal. 2). Untuk mewujudkan hal tersebut dibutuhkan
metode belajar mengajar yang efektif dan terarah karena berhasil tidaknya
pencapaian tujuan pendidikan tergantung pada bagaimana proses belajar mengajar
yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik. Dalam hal ini diperlukan peran
aktif guru (tenaga didik) untuk mempengaruhi karakteristik kognitif, afektif
maupun psikomotorik siswa, dengan memberi dorongan moral, membimbing dan
memberi fasilitas belajar terbaik melalui metode pembelajaran.
Oleh karena itu, pendidikan Islam dalam pelaksanaannya sangat
membutuhkan metode yang tepat untuk menghantarkan kegiatan pendidikannya
ke arah tujuan pendidikan Islam yang diharapkan yaitu terbentuknya pribadi yang
beriman yang selalu siap sedia untuk mengabdikan diri kepada Allah SWT.
Bagaimanapun baik dan sempurnanya suatu kurikulum pendidikan Islam, ia tidak
akan berarti apa-apa manakala tidak memiliki metode yang tepat dalam
mentransformasikannya kepada peserta didik. Ketidaktepatan dalam penerapan
metode secara praktis akan menghambat proses belajar mengajar yang akan
berakibat membuang waktu dan tenaga secara percuma. Metode termasuk
persoalan yang esensial, karena tujuan pendidikan Islam itu akan tercapai secara
tepat guna manakala jalan yang ditempuh menuju cita-cita tersebut benar-benar
akan menjadikan keburukan materi tersebut. Kebaikan materi harus ditopang oleh
kebaikan metode juga.
Guru sebagai komponen penting dari tenaga kependidikan, memiliki tugas
untuk melaksanakan proses pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran,
selain metode yang tepat guru juga diharapkan paham tentang pengertian strategi
pembelajaran. Kata strategi berarti cara dan seni menggunakan sumber daya untuk
mencapai tujuan tertentu. Dalam pembelajaran digunakan strategi pembelajaran
dengan penggunaaan berbagai sumber daya (guru dan media) untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Sebagai suatu cara, strategi pembelajaran dikembangkan
dengan kaidah-kaidah tertentu sehingga membentuk suatu bidang pengetahuan
tersendiri. Sedangkan sebagai suatu seni, strategi pembelajaran kadang-kadang
secara implisit dimiliki oleh seseorang tanpa pernah belajar secara formal tentang
ilmu strategi pembelajaran (Wena, 2011, hal. 2).
Penggunaan metode dalam pendidikan Islam pada prinsipnya merupakan
pelaksanaan sikap hati-hati dalam pekerjaan mendidik dan mengajar. Hal ini
mengingat bahwa sasaran pendidikan Islam itu adalah manusia yang telah
memiliki kemampuan dasar untuk dikembangkan. Sikap kurang hati-hati akan
dapat berakibat fatal sehingga mungkin saja kemampuan dasar yang telah dimiliki
peserta didik itu tidak akan berkembang secara wajar, atau pada tingkat yang
paling fatal dapat menyalahi hukum-hukum dan arah perkembangannya.
Untuk menciptakan relevansi terhadap pembelajaran dilakukan dengan
menggunakan strategi atau metode pembelajaran yang sesuai dengan profil/
karakteristik siswa dan karakteristik isi pembelajaran. Sebagai guru harus
memahami profil siswa, seperti tingkat perkembangan siswa, gaya kognitifnya,
kebiasaan belajarnya, dan sebagainya. Karena strategi atau metode yang sesuai
tersebut, siswa akan merasa senang dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Selain itu juga guru harus memahami karakteristik isi pembelajaran agar peserta
didik lebih cepat memahami isi pembelajaran yang disampaikan (Wena, 2011,
hal. 41).
Menurut fakta di lapangan, dalam penyelenggaraan pendidikan ditemukan
beberapa masalah yang sangat kompleks. Jalan pemecahannya tidak hanya cukup
pembelajaran atau kegiatan belajar di kelas. Terkadang, saat pembelajaran
dijumpai gejala yang tidak seimbang, di mana seorang guru sekedar
menyampaikan bahan materi pembelajaran saja, tanpa dilandasi kesadaran ingin
memahamkan kepada anak didik. Sehingga anak didik kurang respek dan tidak
merespon dengan baik. Keadaan seperti itu harus segera diubah dengan
pembelajaran yang mampu memberikan motivasi terhadap anak didik, sehingga
metode pembelajaran yang konvensional dan hanya dikuasai guru tidak terjadi
lagi. Mestinya dalam era informasi ini guru bukanlah satu-satunya sumber belajar
(Syatra, 2013, hal. 82).
Cara mengubahnya adalah dengan mengubah paradigma mengajar menjadi
membelajarkan anak didik, pengajaran menjadi pembelajaran, dan membuat anak
didik belajar dengan guru sebagai fasilitator. Belajar tidak hanya dengan
menonton, mendengar, melihat, menyalin, menghafal dan mengerjakan tugas.
Akan tetapi belajar dengan cara mengembangkan potensi diri melalui penalaran,
mencoba, eksplorasi, generalisasi, inquiry, komunikasi, kolaborasi, dan
pemecahan masalah. Guru adalah sosok panutan dan teladan dalam ilmu dan
pribadi bagi anak didik di kelasnya. Guru adalah arsitek pelaksanaan kegiatan di
kelas dengan rancangan pembelajaran yang terprogram dan tersusun secara rinci
dan sistematik, yang dilengkapi dengan skenario pembelajaran. Dengan demikian,
guru adalah sutradara setiap aktivitas anak didik dan anak didik sebagai
pemainnya (Syatra, 2013, hal. 111).
Allah Ta’ālā menjelaskan dalam banyak ayat-Nya mengenai metode
pembelajaran, di antaranya yang tertuang dalam al-Qur’an Surat Al-Naḥl (16) ayat
125:
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS. Al-Naḥl [16]: 125).*
* Seluruh ayat al-Qur’an dan terjemahannya dalam tesis ini dikutip dari al-Qur’an in Word yang disesuaikan dengan al-Qur’an terjemahannya yang diterbitkan oleh PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri Solo. Selanjutnya kutipan ditulis dengan ringkasan seperti Q.S. Al-Naḥl [16]: 125 berarti Qur’an Surat Al-Naḥl nomor surat 16 ayat 125 dan seterusnya.
Ayat di atas menegaskan kepada para pendidik dalam memberikan
pengajaran sebuah ilmu kepada peserta didik hendaknya memperhatikan situasi
lingkungan dan kondisi peserta didik, serta memperhatikan metode yang tepat
agar tujuan dari pembelajaran itu bisa diterima dengan tepat. Yaitu dengan jalan
yang bijak dan pengajaran yang baik serta jika dibutuhkan untuk mendebat, maka
debatlah dengan baik yaitu dengan ilmu dan dasar yang kuat.
Untuk itu sangat dibutuhkan pengetahuan yang utuh mengenai jati diri
manusia dalam rangka membawa dan mengarahkannya untuk memahami realitas
diri, Tuhan dan alam semesta, sehingga ia dapat menemukan esensi dirinya dalam
lingkaran realitas itu (Nizar, 2002, hal. 67).
Salah satu alat pendidikan agama Islam yakni metode pendidikan agama
Islam. Dengan menggunakan metode yang tepat maka ajaran-ajaran agama dapat
diserap oleh anak didik dengan sebaik-baiknya. Metode yang tepat akan
menentukan efektifitas dan efisiensi pembelajaran. Sebagai pendidik agama Islam
maka kita perlu mengetahui metode-metode dalam pendidikan agama Islam.
Al-Qur’an sendiri banyak menawarkan berbagai metode dalam pendidikan
agama Islam. Salah satu metodenya adalah metode targīb dan tarhīb yang akan
diteliti pada tesis ini. Dengan melihat sejauh mana metode ini bisa efektif dalam
pembelajaran pendidikan agama Islam.
Sebenarnya semua metode yang dijelaskan dalam al-Qur’an adalah baik
dan relefan, asalkan kita sebagai pendidik bisa memilih metode yang tepat
disesuaikan dengan melihat materi yang akan diajarkan serta dengan melihat
situasi dan kondisi dari peserta didik, baik pribadinya maupun lingkungannya.
pendidikan. Sedangkan untuk menuju tujuan pendidikan yang diharapkan, di
mana menempati tujuan tertinggi dalam pendidikan Islam yaitu: menjadikan
manusia yang paling bertaqwa semata-mata untuk beribadah kepada-Nya
(Achmadi, 1992, hal. 63).
Sementara dari kenyataan yang ada, banyak siswa atau peserta didik yang
sering meninggalkan salat lima waktu baik salat żuhūr yang diwajibkan di sekolah
maupun salat yang lainnya di rumah. Tidak sedikit siswa laki-laki yang membolos
sekolah sebelum jam pelajaran selesai. Mereka lebih senang berlarian di sawah,
loncat pagar sekolah, berlarian di jalan raya, bahkan ngumpet di gudang dan WC
hanya karena enggan dan tidak mau mengerjakan salat żuhūr di sekolah. Selain itu
juga banyak siswa perempuan yang sebenarnya suci tidak sedang halangan,
karena tidak membawa mukena mereka mengaku sedang halangan atau belum
suci. Mereka enggan mengerjakan salat żuhūr, salat ḍuḥā dan membaca
Al-Qur’an di pagi harinya. Semua itu mereka lakukan seperti tanpa beban dan dosa.
Hal ini dibuktikan dari absensi kehadiran salatżuhūr siswa kelas 7 di bulan April
2015.
Tabel 1.1
Prosentase kehadiran salat żuhūr siswa kelas 7 SMPN 2 Lelea
Kelas PUTRA PUTRI
7A 91 % 98 %
7B 88 % 97 %
7C 89 % 95 %
7D 86 % 95 %
7E 89 % 97 %
7F 82 % 98 %
7G 85 % 95 %
7H 87 % 97 %
Sumber : Absensi salat żuhūr siswa SMP Negeri 2 Lelea Indramayu
Kejadian semacam itu juga terjadi pada ibadah-ibadah lainnya. bahkan
ketika di bulan suci Ramadan, tak sedikit siswa yang berbuka puasa tanpa alasan syar’ī yang dibenarkan. Hanya dengan alasan lelah dan cape kemudian mereka tidak berpuasa. Padahal seusia siswa SMP sudah masuk dalam taklīf (balīg) di
mana semua kewajiban beribadah sudah mulai diperhitungkan dengan benar. Hal
itu terjadi karena kurangnya kesadaran mereka dalam beragama dan tidak adanya
tanggung jawab orang tua dalam mendidik anaknya untuk beribadah kepada Allah
Berdasarkan hasil observasi di lapangan, ternyata siswa yang banyak
meninggalkan salat lima waktu, salat ḍuḥā, puasa di bulan Ramadan dan
ibadah-ibadah yang lainnya itu adalah siswa-siswi yang berasal dari keluarga yang
kurang memperhatikan keberadaan anaknya. Terlebih lagi masalah urusan agama
anaknya. Hal itu banyak terjadi karena orang tua mereka cerai, sementara anaknya
tinggal dengan neneknya. Mereka kurang kasih sayang dan perhatian dari orang
tuanya. Ada juga dikarenakan orang tua mereka yang sibuk dengan bisnisnya atau
pekerjaannya, sehingga mereka terabaikan dan mencari perhatian di luar orang
tuanya. Mereka jauh dari pengawasan orang tua, sementara itu orang tua
terkadang menyerahkan segalanya kepada pihak sekolah, tanpa diimbangi dengan
pengawasan dari orang tua mereka.
Dalam hal ini, guru memiliki peran yang sangat penting sebagai pengganti
orang tua di sekolah untuk mengarahkan dan membimbing siswa-siswinya agar
taat beribadah kepada Allah baik di sekolah maupun di rumah dengan
menerapkan metode pengajaran yang lebih baik. Oleh karena itu, seorang guru
dalam menjalankan perannya sebagai pendidik harus memiliki kompetensi.
Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang
harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan
tugas keprofesionalan. Sehingga pada saat menjalankan tugasnya guru diharapkan
memiliki kompetensi yang sesuai dengan bidangnya, yaitu kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang
diperoleh melalui pendidikan profesi.
Di sekolah, kami para pendidik sering menjumpai masalah
pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan siswa. Sementara itu guru harus menangani
masalah-masalah ini dengan bijaksana. Kami pernah mendengar keluhan beberapa guru
bahwa siswanya tidak juga berhenti menyontek dan berkelahi, padahal sering
diberi hukuman. Selain itu juga dijumpai kenakalan lain seperti tawuran,
keterlibatan dengan narkoba maupun aktivitas seksual dini. Hal-hal tersebut
umumnya menjadikan siswa sebagai obyek dari tindakan afirmatif atau tindakan
tegas dari sekolah melalui guru.
Kenyataan yang dihadapi oleh para pendidik sekarang terasa
mereka tidak mengerti, apalagi diperlakukan dengan cara kasar, kadang-kadang
berakibat fatal. Keserbasalahan pendidik inilah yang sering menimbulkan
kesalahan-kesalahan dalam mendidik, lebih-lebih sikap kasar (menghukum) yang
terkadang menimbulkan terjadinya kesalahan menghukum dan dapat berakibat
negatif, baik bagi peserta didik maupun bagi pendidik sendiri, seperti adanya
unsur balas dendam, merendahkan citra, wibawa dan martabat pendidik sendiri.
Ketidakberhasilan tertanamnya nilai-nilai rohaniah terhadap peserta didik
dewasa ini, menurut Qomari Anwar sangat terkait dengan dua faktor penting, di
samping tentu saja banyak faktor-faktor lain. Kedua faktor tersebut adalah
mentalitas pendidik dan metode pendidikan. Terkait dengan hal terakhir yang
disebutkan, menurut Al-Naḥlawī dalam Al-Qur’an dan Al-Sunnah sebenarnya
terdapat berbagai metode pendidikan yang bisa menyentuh perasaan dan
membangkitkan semangat keagamaan. Satu di antara metode-metode tersebut
adalah metodetargīb dantarhīb (Anwar, 2003, hlm. 42).
Metode pembelajaran targīb dan tarhīb (pemberian motivasi pahala dan
ancaman hukuman Ilāhiyah dan alamiah) akan lebih efektif dalam menanamkan
karakter taat dalam beribadah. Targīb adalah janji Allah yang disertai dengan
bujukan agar membuat pelakunya termotivasi untuk melakukannya. Bujukan yang
dimaksud adalah bagaimana kesenangan dunia dan akhirat diperoleh akibat
melakukan suatu perintah Allah atau menjauhi larangan-Nya. Sedangkan tarhīb
adalah ancaman dengan siksaan yang membuat pelakunya jera dan meninggalkan
kesalahan dan dosa serta tidak mengulanginya lagi. Ancaman yang dimaksud
adalah kerugian dunia dan akhirat akibat melakukan suatu larangan Allah atau
mengabaikan kewajiban-Nya.
Dari latar belakang penelitian inilah tesis ini dibuat, karena akan meneliti
bagaimana efektifitas metode targīb dan tarhīb dalam pembelajaran PAI di
sekolah yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas ibadah salat peserta didik ke
arah yang lebih baik. Oleh karena itu penelitian ini diberi judul “Efektivitas
Metode Targīb dan Tarhīb dalam Pembelajaran PAI untuk Meningkatkan
Ketaatan Ibadah Salat (Studi Kasus Pada Siswa Kelas VII SMPN 2 Lelea
B. Rumusan Masalah Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada pengukuran efektivitas penggunaan metode targīb dan tarhīb dalam pembelajaran PAI di sekolah, sehingga siswa-siswi kelas VII SMP Negeri 2 Lelea selain menguasai konsep tentang ibadah salat, mereka
juga dapat memotivasi diri dan istiqamah untuk meningkatkan ketaatan mereka
dalam ibadah salat.
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas dapat dirumuskan
permasalahan pokok sebagai berikut: “Seberapa besar tingkat efektivitas metode
targīb dan tarhīb dalam pembelajaran PAI sehingga siswa-siswi kelas VII SMP
Negeri 2 Lelea menjadi lebih taat dalam beribadah salat?”.
Dari masalah pokok tersebut dapat dijabarkan menjadi beberapa
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi awal ketaatan ibadah salat siswa kelas VII SMP Negeri 2
Lelea dalam pembelajaran PAI?
2. Bagaimana gambaran metode targīb dan tarhīb, langkah-langkahnya, serta
dampak intruksional dan dampak penyerta dalam pembelajaran PAI di SMP
Negeri 2 Lelea?
3. Seberapa besar tingkat efektivitas metode targīb dan tarhīb dalam
meningkatkan ketaatan ibadah salat siswa kelas VII SMP Negeri 2 Lelea?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan
pokok penelitian ini adalah memperoleh gambaran tentang efektivitas penerapan
metode targīb dan tarhīb dalam pembelajaran PAI sehingga siswa-siswi SMP
Negeri 2 Lelea khususnya siswa kelas VII menjadi lebih taat dan istiqamah dalam
menunaikan ibadah salatnya, baik salat wajib maupun salat sunah.
Sedangkan secara khusus tujuan yang ingin diperoleh dari penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui kondisi awal ketaatan ibadah salat siswa kelas VII SMP
2. Untuk mengetahui gambaran metode targīb dan tarhīb, langkah-langkahnya,
serta dampak intruksional dan dampak penyerta dalam pembelajaran PAI
untuk meningkatkan ketaatan ibadah salat siswa di SMP Negeri 2 Lelea.
3. Untuk mengetahui efektivitas metode targīb dan tarhīb dalam meningkatkan
ketaatan ibadah salat siswa kelas VII di SMP Negeri 2 Lelea.
D. Manfaat/ Signifikansi Penelitian
1. Manfaat Teoretis
a. Memperkaya teori-teori pendidikan, khususnya memperkaya model-model
mengajar qurānī dengan tersusunnya desain model pembelajaran targīb dan
tarhīb untuk meningkatkan ketaatan beribadah salat siswa.
b. Dapat memberikan sumbangan inovasi terhadap lembaga pendidikan yang
ingin mengembangkan kualitas sekolah maupun lembaga pendidikan lainnya
melalui penerapan metode targīb dan tarhībkepada peserta didiknya.
2. Manfaat Praktis
a. Bidang Pendidikan
Memberikan gambaran kepada berbagai sekolah dan lembaga pendidikan
lainnya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang menjadikan
perubahan yang signifikan bagi peserta didik ke arah yang lebih baik.
b. Prodi Pendidikan Agama Islam
Memberikan informasi yang lengkap tentang gambaran kompetensi guru
agama Islam di berbagai lembaga pendidikan agama sebagai acuan untuk mempersiapkan “calon pendidik” yang berkualitas dan memiliki kompetensi mengajar dalam melaksanakan tujuan pendidikan.
E. Struktur Organisasi Tesis
Penulisan tesis ini dikemas menjadi lima bab, yang secara sistematis dapat
dijabarkan sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan. Yang memuat tentang latar belakang munculnya
permasalahan, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat/ sigifikansi
Bab II Kajian Pustaka/ Landasan Teoritis. Berbicara tentang konsep
metode pembelajaran targīb dan tarhīb, pembelajaran PAI dan ibadah salat.
Bab III Metode Penelitian. Berisi tentang desain penelitian, partisipan,
populasi dan sampel, instrumen penelitian, prosedur penelitian, dan analisis data.
Bab IV Temuan dan Pembahasan. Merupakan deskripsi hasil penelitian yang memuat efektivitas metode pembelajaran targīb tarhīb dan metode konvensional dalam meningkatkan ketaatan ibadah salat siswa serta pembahasan
dari hasil penelitian tersebut.
Bab V Simpulan, Implikasi dan Rekomendasi. Menyajikan penafsiran dan
pemaknaan terhadap hasil analisis temuan penelitian serta simpulan dan saran.
Wawan Purwanto, 2015
EFEKTIVITAS METODE TARGĪB DAN TARHĪBDALAM PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENINGKATKAN KETAATAN IBADAH SALAT
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
“Metode penelitian diartikan sebagai suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan,
suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk
memahami, memecahkan, dan mengantisipasi suatu masalah” (Sugiyono, 2012,
hal. 6).
Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dikemukakan pada bab
terdahulu, yaitu untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana efektifitas
metode pembelajaran targīb dan tarhīb jika dibandingkan dengan metode
pembelajaran konvensional dalam pembelajaran PAI untuk meningkatkan
ketaatan ibadah salat siswa, maka metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen semu dengan pendekatan
kuantitatif dengan dua perlakuan yang berbeda. Kelas eksperimen diberikan
metode pembelajaran targīb dan tarhīb. Sedangkan kelas kontrol atau
pembanding diberikan metode pembelajaran konvensional dengan ceramah dan
tanya jawab. Selain itu juga menggunakan metode deskriptif untuk mengetahui
bagaimana aktivitas siswa setelah mendapatkan pembelajaran dengan metode targīb dan tarhīb dengan metode konvensional, serta tanggapan dari siswa. Penelitian kuantitaif bertujuan untuk menjelaskan fenomena sosial yang
difokuskan pada ada tidaknya hubungan antar variabel yang diteliti.
Penelitian eksperimen adalah metode yang paling banyak dipilih dan
dipandang produktif dalam penelitian. Bila dilakukan dengan sebaik-baiknya,
penelitian ini akan menghasilkan bukti yang paling benar berkaitan dengan
hubungan sebab akibat. Hasil penelitian eksperimental memungkinkan prediksi,
tetapi tidak sama dengan karakteristik penelitian korelasional (Emzir, 2010, hal.
Wawan Purwanto, 2015
EFEKTIVITAS METODE TARGĪB DAN TARHĪBDALAM PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENINGKATKAN KETAATAN IBADAH SALAT
Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk
mengetahui ada tidaknya akibat dari sesuatu yang dikenakan pada subjek selidik.
Dengan kata lain penelitian eksperimen mencoba meneliti ada tidaknya hubungan
sebab akibat. Dengan cara membandingkan satu atau lebih kelompok eksperimen
yang diberi perlakuan dengan satu atau lebih kelompok pembanding yang tidak
menerima perlakuan (Arikunto, 2010, hal. 207).
Metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian
yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain
dalam kondisi yang terkendalikan. Metode eksperimen sebagai bagian dari
metode kuantitatif mempunyai ciri khas tersendiri, terutama dengan adanya
kelompok kontrolnya. Dalam penelitian-penelitian sosial khususnya pendidikan,
desain eksperimen yang digunakan untuk penelitian akan sulit mendapatkan hasil
yang akurat, karena banyak variabel luar yang berpengaruh dan sulit
mengkontrolnya (Sugiono, 2011, hal. 107).
Secara singkat, di dalam penelitian eksperimen peneliti mengupayakan
untuk mengontrol varians yaitu: 1) Memaksimalkan varians yang berhubungan
dengan hipotesis penelitian; 2) Meminimalkan varians ekstra atau varians variabel
yang tidak diharapkan dan tidak menjadi titik perhatian dalam kegiatan
eksperimen; 3) Meminimalisir kesalahan-kesalahan dalam memilih subjek, dalam
melakukan eksperimen dan dalam pengukuran hasil (Arikunto, 2010, hal.208).
Untuk menghindari kesalahan-kesalahan tersebut maka seyogyanya: 1)
Peneliti mengambil subjek penelitian secara random (dengan cara acak atau
undian); 2) Peneliti mengelompokkan subjek ke dalam kelompok pertama dan
kedua secara random; 3) Peneliti menentukan mana kelompok eksperimen dan
mana kelompok pembanding juga secara random (Arikunto, 2010, hal. 208-209).
Penelitian eksperimen memiliki tiga ciri utama, yaitu:
Pertama, sebagai pengendali. Karena tanpa pengendalian, pengaruh
Wawan Purwanto, 2015
EFEKTIVITAS METODE TARGĪB DAN TARHĪBDALAM PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENINGKATKAN KETAATAN IBADAH SALAT
pengendalian dalam penelitian eksperimen adalah untuk mengatur situasi
sehingga pengaruh variabel eksperimen dapat diselidiki (Furchan, 1982, hal.324).
Eksperimen dalam bidang pendidikan berbeda dengan eksperimen dalam
bidang sains. Hal itu dikarenakan penelitian dalam bidang pendidikan
berhubungan dengan manusia yang secara alamiah berbeda satu sama lainnya.
Sedangkan perbedaan yang ada pada diri manusia sulit dikontrol secara penuh.
Ada lima prosedur yang bisa dilakukan untuk mengendalikan
perbedaan-perbedaan yang relevan dan sudah ada sebelumnya di antara subjek-subjek yang
digunakan dalam eksperimen. Kelima prosedur tersebut adalah: 1) Penempatan
secara acak; 2) Pemadanan teracak; 3) Pemilihan yang homogen; 4) Analisa
kovariansi; dan 5) Penggunaan subjek sebagai pengendali mereka sendiri
(Furchan, 1982, hal. 326).
Kedua, manipulasi. Manipulasi langsung peneliti terhadap sekurangnya
satu variabel bebas merupakan salah satu karakteristik yang membedakan semua
penelitian eksperimental dari metode penelitian lain. Secara sederhana manipulasi
dimaksudkan bahwa peneliti memutuskan apa bentuk atau nilai-nilai variabel
bebas yang akan diambil dan kelompok mana yang akan mendapatkannya (Emzir,
2010, hal. 65).
Manipulasi suatu variabel menunjuk pada tindakan yang sengaja dilakukan
oleh peneliti. Dalam penelitian pendidikan, pemanipulasian variabel mempunyai
bentuk khas, di mana peneliti memberikan seperangkat kondisi yang
bermacam-macam dan yang telah ditentukan sebelumnya kepada subjek. Seperangkat kondisi
yang berbagai macam itu disebut variabel bebas (Furchan, 1982, hal. 336).
Ketiga, pengamatan. Pengamatan perlu dilakukan untuk mengetahui
apakah ada pengaruh manipulasi variabel bebas terhadap variabel terikat dalam
suatu penelitian eksperimental. Dalam pengamatan ini, peneliti melakukan
pengukuran dengan menggunakan instrumen (Emzir, 2010, hal. 68).
Inti dalam penelitian eksperimen terletak pada sejauh mana pengaruh
Wawan Purwanto, 2015
EFEKTIVITAS METODE TARGĪB DAN TARHĪBDALAM PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENINGKATKAN KETAATAN IBADAH SALAT
dilakukan terhadap ciri-ciri tingkah laku subjek yang diteliti. Pengamatan yang
sedapat mungkin bersifat kuantitas itulah yang merupakan variabel terikatnya
(Furchan, 1982, hal. 336).
Selain ketiga ciri di atas, suatu eksperimen biasanya melibatkan dua
kelompok, satu kelompok eksperimen dan yang satunya kelompok kontrol.
Kelompok eksperimen menerima suatu yang baru, sementara kelompok kontrol
menerima perlakuan yang biasa. Kelompok kontrol diperlukan dengan tujuan
sebagai pembanding untuk melihat apakah perlakuan baru lebih efektif dari pada
perlakuan yang biasa (Emzir, 2010, hal. 70).
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
pendekatan metode kuantitatif. Di mana metode kuantitatif disebut juga sebagai
metode positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Sugiono
mengemukakan:
“Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu” (Sugiyono, 2012, hal. 14).
Sementara untuk desain penelitian yang digunakan ialah Nonequivalent
Control Group Design. Yang dimaksud Nonequivalent Control Group Design
menurut Sugiyono (2012, hal. 79) “Desain ini hampir sama dengan
pretest-posttest control group design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen
maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random”.
Setelah kedua kelompok dipilih, kemudian diberi pretes untuk mengetahui
keadaan awal. Adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Hasil pretes yang baik bila nilai kedua kelompok tersebut tidak berbeda
secara signifikan (Sugiono, 2011, hal. 113).
Di dalam desain ini, sebelum dimulai perlakuan kepada kedua kelompok,
terlebih dahulu diberikan tes awal atau pretes untuk mengukur kondisi awal,
selanjutnya pada kelompok eksperimen diberi perlakuan dan pada kelompok
Wawan Purwanto, 2015
EFEKTIVITAS METODE TARGĪB DAN TARHĪBDALAM PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENINGKATKAN KETAATAN IBADAH SALAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
lagi sebagai post tes untuk mengetahui tingkat efektifitas dari perlakuan pada
kelompok eksperimen tersebut (Arikunto, 2010, hal. 210).
Desain Nonequivalent Control Group Design dapat digambarkan sebagai
berikut :
Pola :
Eksperim O1 x O2
Kontrol O3 - O4
Tabel 3.1 Desain Penelitian Nonequivalent Control Group Design
Sumber : (Sugiyono, 2012, hal. 79)
Keterangan :
X adalah treatment.
O adalah instrumen tes
Secara menyeluruh alur penelitiannya adalah sebagai berikut:
Kelompok Kontrol
(Pembelajaran konvensional)
Pengembangan Instrumen
Uji coba Instrumen
Kelompok Eksperimen
(Pembelajaran Targīb dan
Tarhīb) Tes Awal
Identifikasi masalah
& studi literatur
Pembuatan Perangkat Pembelajaran
Pelaksanaan Pembelajaran
Wawan Purwanto, 2015
EFEKTIVITAS METODE TARGĪB DAN TARHĪBDALAM PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENINGKATKAN KETAATAN IBADAH SALAT
Bagan 3.1
Alur penelitian
B. Partisipan
Dalam penelitian ini melibatkan seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 2
Lelea Kabupaten Indramayu semester 2 tahun pelajaran 2014/ 2015 yang
berjumlah 269 siswa, tersebar dalam delapan kelas. SMP Negeri 2 Lelea yang
terletak jauh dari pusat kota, di mana siswa-siswinya berasal dari latar belakang
yang berbeda, tingkat kesadaran pendidikan keluarga yang rendah yang dilihat
dari keterlibatan orang tua dalam pendidikan anaknya yang cenderung
menyerahkan segalanya kepada sekolah. Ditambah lagi dengan kesibukan orang
tua di sawah dan ladang mereka sebagai petani, menjadikan anak-anaknya lepas
kontrol dari segala tanggung jawab mereka sebagai pelajar. Seusia mereka lebih
banyak mengisi ruang-ruang warnet, nongkrong di pinggir jalan untuk sekedar
mencari hiburan selepas sekolah dari pada mengisi waktu mereka dengan ibadah
Wawan Purwanto, 2015
EFEKTIVITAS METODE TARGĪB DAN TARHĪBDALAM PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENINGKATKAN KETAATAN IBADAH SALAT
peneliti untuk diadakannya penelitian. Metode apakah yang tepat untuk
menjadikan perubahan pada mereka sehingga menjadi insan yang bertaqwa
kepada Allah Sang Pencipta.
C. Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel dari dua kelas, yaitu kelas
VII A dan kelas VII H. Kelas VII A menjadi kelompok eksperimen sedangkan
kelas VII H menjadi kelompok kontrol. Kelas kontrol tidak diberikan metode targīb dan tarhīb. Sedangkan kelas ekperimen diberikan metode targīb dan tarhīb.
Tujuannya dari pengelompokkan ini ialah untuk mengukur sejauh mana
tingkat keefektifan metode targīb dan tarhīb yang diterapkan pada kelas
eksperimen berpengaruh besar pada ketaatan ibadah salat siswa tersebut, nantinya
dibandingkan kepada kelas kontrol yang tidak diberikan metode tersebut.
Untuk mengetahui efektifitas metode targīb dan tarhīb dalam
meningkatkan ketaatan ibadah salat siswa, dihitung hasil yang diperoleh dari
pretest dan posttes dari kelas ekperimen dan kelas kontrol, kemudian diolah
dan dianalisi dengan uji statistik untuk mengetahui peningkatan skor pada
masing-masing kelas yang telah diberikan pretest dan posttest.
“Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”(Arikunto, 2010, hal. 173).
Populasi yang digunakan dalam penilitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP
Negeri 2 Lelea Kabupaten Indramayu yang berjumlah 269 siswa.
Tabel 3.2 Populasi Siswa kelas VII SMP Negeri 2 Lelea Indramayu
NO. KELAS JUMLAH
1. VII A 34
2. VII B 34
3. VII C 34
4. VII D 34
Wawan Purwanto, 2015
EFEKTIVITAS METODE TARGĪB DAN TARHĪBDALAM PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENINGKATKAN KETAATAN IBADAH SALAT
6. VII F 34
7. VII G 34
8. VII H 32
JUMLAH 269
Sumber : data siswa SMPN 2 Lelea Indramayu
Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai karakteristik yang
sama dengan populasi tersebut. Sampel dapat juga merupakan populasi itu sendiri.
Menurut Sugiyono (2012, hal. 118) “sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Suharsimi Arikunto (2010,
hal. 174) menjelaskan dengan singkat bahwa “sampel adalah sebagian atau
wakil populasi yang diteliti”.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa sampel
adalah bagian populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang
diteliti. Untuk menentukan jumlah sampel pada penelitian ini, harus berdasarkan
pertimbangan masalah, tujuan, hipotesis, metode dan instrumen penelitian selain
masalah waktu, tenaga dan dana. Dari pertimbangan tersebut maka pengambilan
sampel pada penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel bertujuan
(purposive sampling). “Sampling purporsive adalah teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu” (Sugiyono, 2012, hal. 183). Penarikan sampel
sampling purporsive dengan mempertimbangkan jenis penelitian yang digunakan
dimana dalam penelitian ini membutuhkan kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Penentuan kelas yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini dilihat
berdasarkan tingkat kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing kelas sampel.
Adapun yang dijadikan bahan pertimbangan dalam pemilihan kelas sampel
penelitian ini adalah nilai rata-rata kelas yang ada pada tiap kelas populasi.
Berikut adalah perolehan nilai rata-rata siswa pada mata pelajaran Pendidikan
[image:30.595.210.473.85.177.2]Agama Islam pada semester pertama.
Tabel 3.3 Nilai rata-rata pelajaran Pendidikan Agama Islam semester 1
Wawan Purwanto, 2015
EFEKTIVITAS METODE TARGĪB DAN TARHĪBDALAM PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENINGKATKAN KETAATAN IBADAH SALAT
1. VII A 84,09
2. VII B 83,36
3. VII C 83,00
4. VII D 80,41
5. VII E 81,74
6. VII F 82,00
7. VII G 81,92
8. VII H 83,77
Sumber : daftar nilai SMPN 2 Lelea Indramayu
Berdasarkan data di atas, maka sampel dalam penelitian ini diambil 2
kelas yaitu kelas kontrol (pembelajaran menggunakan metode konvensional) dan
kelas eksperimen (pembelajaran dengan menggunakan metode targīb dan tarhīb)
[image:31.595.186.443.84.256.2]yaitu kelas VII A dan kelas VII H SMP Negeri 2 Lelea Kabupaten Indramayu.
Tabel 3.4 Anggota sampel penelitian siswa kelas VII A dan kelas VII H SMP
Negeri 2 Lelea Indramayu 2014-2015
Kelas Jenis Kelamin Jumlah Siswa
Laki – Laki Perempuan
Kelompok Eksperimen VII A 16 Orang 16 Orang 32 Orang
Kelompok Kontrol VII H 15 Orang 15 Orang 30 Orang
Jumlah 31 Orang 31 Orang 62 Orang
Sumber : data siswa SMPN 2 Lelea Indramayu
D. Instrumen Penelitian
Sugiyono (2012, hal. 308) menjelaskan bahwa “teknik pengumpulan data
merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama
penelitian adalah mendapatkan data”. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan
data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data
Wawan Purwanto, 2015
EFEKTIVITAS METODE TARGĪB DAN TARHĪBDALAM PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENINGKATKAN KETAATAN IBADAH SALAT
Data merupakan suatu bahan yang sangat diperlukan untuk
diteliti/dianalisis, maka dari itu diperlukan suatu teknik pengumpulan data
yang sesuai dengan tujuan penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah tes. Tes bertujuan untuk mendapatkan data dari hasil
pretest dan posttest pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam bab 9 tentang
Salat Jumat dan bab 10 tentang salat Jama’ dan salat Qaṣar.
Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pengumpulan data pada
penelitiaan ini adalah sebagai berikut :
1. Tahap persiapan
a. Menganalisis topik materi
b. Menyusun rancangan pelaksanaan pembelajaran.
c. Mempersiapkan instrumen penelitian soal tes.
d. Revisi instrument.
e. Membuat soal-soal tes.
f. Konsultasi soal penelitian dengan ahlinya (dalam hal ini adalah dosen
Metodologi Penelitian).
2. Tahap Pelaksanaan
a. Pemberian pretes untuk mengetahui penguasaan konsep sebelum
mengikuti pembelajaran.
b. Implementasi metode pembelajaran targīb dan tarhīb pada kelas
eksperimen sedangkan metode pembelajaran konvensional pada kelas
kontrol.
c. Pemberian postes untuk melihat peningkatan penguasaan konsep siswa
setelah mengikuti pembelajaran.
3. Tahap akhir
a. Mengumpulkan data yang diperoleh.
Wawan Purwanto, 2015
EFEKTIVITAS METODE TARGĪB DAN TARHĪBDALAM PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENINGKATKAN KETAATAN IBADAH SALAT
c. Menganalisis dan membahas hasil temuan penelitian.
d. Menarik kesimpulan.
Adapun untuk instrumen penelitian, Arikunto (2010, hal. 203)
mengemukakan bahwa instrumen penelitian merupakan alat atau fasilitas yang
digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih
mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis,
sehingga lebih mudah diolah.
Instrumen penelitian yang digunakan sebagai alat pengumpul data dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tes kognitif
“Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan
atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok” (Sugiyono, 2012, hal.
193). Tes digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami materi
atau bahan ajar yang telah disampaikan atau belum. Tes ini dibagi menjadi
kedalam dua bagian yaitu:
a. Pre-test
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, penelitian
menggunakan teknik pre-test atau tes awal untuk mengetahui seberapa besar
kemampuan setiap siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam bab 9
tentang Salat Jumat dan bab 10 tentang Salat Jama’ dan Salat Qaṣar.
b. Pos-test
Post-test atau tes akhir digunakan untuk mengetahui perbedaan
kemampuan siswa masing-masing pada mata pelajaran tersebut setelah
mendapatkan perlakuan menggunakam metode pembelajaran targīb dan tarhīb
dan kemampuan siswa yang mendapat perlakuan dengan menggunakan metode
konvensional.
Langkah-langkah dalam membuat instrumen penelitian ini adalah sebagai
Wawan Purwanto, 2015
EFEKTIVITAS METODE TARGĪB DAN TARHĪBDALAM PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENINGKATKAN KETAATAN IBADAH SALAT
1. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran.
2. Membuat kisi-kisi sebagaimana acuan dalam pembuatan soal dan mencegah
terjadinya bias instrumen penelitian.
3. Menyusun soal-soal berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat.
4. Tahap pembuatan kunci jawaban dari penilaian butir soal. Setiap soal sudah
dibuat, diberi kunci jawaban berupa penyelesaian soal dan penskoran pada
setiap soal.
Kisi-kisi dan soal dibuat kemudian dikonsultasikan dengan dosen
pembimbing dan para ahli. Instrumen yang digunakan harus memenuhi
beberapa persyaratan, hal ini bertujuan agar memperoleh data yang dapat
dipercaya dan dipertanggungjawabkan. Pengujian instrumen pada penelitian ini
menggunakan pendapat ahli (judgment experts). Dalam hal ini oleh dosen ahli
dibidang Metodologi Penelitian, “aspek-aspek yang akan diukur dengan
berlandaskan teori selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli” (Sugiyono, 2012,
hal. 177). Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun,
sebelum dilakukan pretest soal terlebih dahulu dikonsultasikan dengan ahli. Selain
menggunakan pendapat ahli (judgment experts), analisis instrumen juga di uji
secara statistik. Pengujian instrumen dalam penelitian ini menggunakan program
anates V4 dan SPSS 22. Dalam penelitian ini harus menggunakan beberapa
pengujian, diantaranya adalah:
a. Uji Validitas
Validitas instrumen penelitian adalah ketepatan dari suatu instrumen
penelitian atau alat pengukur terhadap konsep yang akan diukur, sehingga
instrumen ini akan mempunyai kevalidan dengan taraf yang baik. Untuk
mengetahui validitas suatu instrumen penelitian dilakukan pengujian. Sugiyono
(2012, hal. 121) menyatakan bahwa:
Wawan Purwanto, 2015
EFEKTIVITAS METODE TARGĪB DAN TARHĪBDALAM PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENINGKATKAN KETAATAN IBADAH SALAT
Validitas berkaitan dengan sejauhmana tes telah mengukur apa yang
seharusnya diukur. Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Dalam bahasa Indonesia “valid” disebut dengan istilah “sahih”. Validitas butir soal digunakan untuk mengetahui dukungan suatu butir soal terhadap skor total. Untuk menguji validitas setiap butir soal, skor-skor yang
ada pada butir soal yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Sebuah soal
akan memiliki validitas yang tinggi jika skor soal tersebut memiliki dukungan
yang besar terhadap skor total. Dukungan setiap butir soal dinyatakan dalam
bentuk korelasi, sehingga untuk mendapatkan validitas suatu butir soal digunakan
rumus korelasi.
Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product
moment Pearson.
2 2
2 2
) ( ) ( ) )( ( Y Y N X X N Y X XY N rxy
(Furqon, 2009, hal. 103)
Keterangan:
rxy: koefesien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel
yang dikorelasikan.
X : Skor item
Y : Skor total
N : jumlah siswa
[image:35.595.137.475.597.677.2]Interpretasi besarnya koefesien korelasi adalah sebagai berikut:
Tabel 3.5 Kategori Validitas Butir Soal
Batasan Kategori
Wawan Purwanto, 2015
EFEKTIVITAS METODE TARGĪB DAN TARHĪBDALAM PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENINGKATKAN KETAATAN IBADAH SALAT
0,60< rxy≤ 0,80 tinggi (baik)
0,40< rxy≤ 0,60 cukup(sedang)
0,20< rxy≤ 0,40 rendah (kurang)
0,00< rxy≤ 0,20 sangat rendah (sangat kurang)
Sumber : (Arifin, 2009, hal 257)
Kemudian untuk mengetahui signifikansi korelasi dilakukan uji-t dengan
rumus berikut: 2 1 2 xy xy r N r t
(Furqon, 2009, hal. 223)
Keterangan:
t : Daya pembeda dari uji t
N: Jumlah subjek
rxy: Koefesien korelasi
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh ketika diuji ulang
dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau dari satu pengukuran ke
pengukuran lainnya. Suatu tes dapat dikatakan memiliki taraf reliabilitas yang
tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap yang dihitung dengan
koefesien reliabilitas. Menghitung reliabilitas soal pilihan ganda dengan rumus:
(Arikunto, 2010, hal. 288).
2 1 2 1 2 1 2 1 11 1 2 r r r
Wawan Purwanto, 2015
EFEKTIVITAS METODE TARGĪB DAN TARHĪBDALAM PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENINGKATKAN KETAATAN IBADAH SALAT
2 1 2 1
r : Koefesien antara skor-skor setiap belahan tes
Harga dari 2 1 2 1
r dapat ditentukan dengan menggunakan rumus korelasi
product moment Pearson.
Perhitungan reliabilitas tes bentuk uraian menggunakan rumus sebagai
berikut: (Arikunto, 2010, hal. 288)
2 2 11 1 1 i i n n r Keterangan :
r11 : reliabilitas yang dicari
i2 : jumlah varians skor tiap butir soal
i2 : varians total
n : jumlah butir soal uraian
Varians skor tiap butir soal dihitung dengan rumus (Arikunto, 2010, hal.
288): N N X X i 2 2 2 ) (
Sedangkan varians total dihitung dengan rumus (Arikunto, 2010, hal. 288):
N N Y Y i 2 2 2 Interpretasi derajat reliabilitas suatu tes adalah sebagai berikut:
Wawan Purwanto, 2015
EFEKTIVITAS METODE TARGĪB DAN TARHĪBDALAM PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENINGKATKAN KETAATAN IBADAH SALAT
Batasan Kategori
0,80< r11≤ 1,00 sangat tinggi (sangat baik)
0,60<r11 ≤ 0,80 tinggi (baik)
0,40< r11≤ 0,60 cukup(sedang)
0,20< r11≤ 0,40 rendah (kurang)
11
r ≤ 0,20 sangat rendah (sangat kurang)
Sumber : (Depdiknas, 2008, hal. 14)
c. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau
mudahnya suatu soal. Besarnya indeks kesukaran berkisar antara 0,00 sampai 1,0.
Soal dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar,
sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa soal tersebut terlalu mudah. Indeks
kesukaran diberi simbol P (proporsi), untuk soal pilihan ganda dihitung dengan
rumus:
JS B
P (Arikunto, 2008, hal. 208)
Keterangan:
P : Indeks kesukaran
B : Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul
JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes
Wawan Purwanto, 2015
EFEKTIVITAS METODE TARGĪB DAN TARHĪBDALAM PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENINGKATKAN KETAATAN IBADAH SALAT
ditetapkan yang
maksimum Skor
Mean
P (Depdiknas, 2008, hal. 9)
Keterangan: P = Indeks kesukaran
tes mengikuti yang didik peserta Jumlah soal suatu pada tes peserta siswa skor Jumah
Mean .
[image:39.595.168.464.284.416.2]Klasifikasi untuk indeks kesukaran adalah sebagai berikut:
Tabel 3.7 Kategori tingkat Kesukaran Butir Soal
Batasan Kategori
0,00 ≤ P < 0,30 soal sukar
0,30 ≤ P < 0,70 soal sedang
0,70 ≤ P < 1,00 soal mudah
Sumber: (Arifin,2009, hal. 272)
d. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan
rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut Indeks
diskriminasi (D). Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi soal pilihan
ganda adalah: A B B B A A
P
P
J
B
J
B
D
(Arikunto, 2008, hal. 213)Keterangan:
Wawan Purwanto, 2015
EFEKTIVITAS METODE TARGĪB DAN TARHĪBDALAM PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENINGKATKAN KETAATAN IBADAH SALAT
JB : Banyaknya peserta kelompok bawah
BA: Banyaknya kelompok atas yang menjawab benar
BB: Banyaknya kelompok bawah yang menjawab benar
PA: proporsi kelompok atas yang menjawab benar
PB : proporsi kelompok bawah yang menjawab benar
Untuk mengetahui daya pembeda soal bentuk uraian dengan menggunakan
rumus berikut ini.
soal
maksimum
Skor
bawah
kelompok
Mean
atas
kelompok
Mean
D
(Depdiknas, 2008, hal. 12)
Butir soal tes yang tidak atau kurang valid direvisi dan selanjutnya diuji
validitasnya melalui data skor tes awal dan skor tes akhir.
[image:40.595.146.469.529.693.2]Kategori daya pembeda adalah sebagai berikut:
Tabel 3.8 Kategori Daya Pembeda
Batasan Kategori
0,00 ≤ D ≤ 0,20 Jelek
0,20 < D ≤ 0,40 Cukup
0,40 < D ≤ 0,70 Baik
Wawan Purwanto, 2015
EFEKTIVITAS METODE TARGĪB DAN TARHĪBDALAM PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENINGKATKAN KETAATAN IBADAH SALAT
Sumber : (Arikunto, 2008, hal. 218)
2. Angket
Sugiyono berpendapat (2012, hal. 102) “Instrumen penelitian adalah suatu
alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.
Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian”. Senada dengan
pendapat Sugiyono, Suharsimi mengungkapkan (Langgulung, 2003, hal. 76) „Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan mudah dan hasilnya lebih baik,
dalam arti lebih cepat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah‟.
Instrumen dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk angket, lebih
spesifikasinya angket yang dibuat berupa angket tertutup yang memiliki sifat
langsung dan angket tersebut terdiri dari 40 item pernyataan. Angket yang
menjadi instrumen penelitian tersebut dilampirkan.
Setelah membahas instrumen penelitian selanjutnya peneliti akan
menjelaskan mengenai skala pengukuran yang digunakan dalam instrumen
penelitian ini.
Skala pengukuran menurut Sugiyono (2012, hal. 92) : Skala pengukuran
merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan
panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut
bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif.
Penelitian ini menggunakan skala likert, yang dimaksud skala likert
menurut Sugiyono (2012, hal. 93) “Skala likert digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena
sosial”. Menurut Langgulung (2003, hal. 72) “Skala likert merupakan jenis skala
yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian (fenomena sosial spesifik),
seperti sikap, pendapat, dan persepsi sosial seseorang atau sekelompok orang”.
Menurut Riduwan (2012, hal. 12) “Skala likert digunakan untuk mengukur sikap,
Wawan Purwanto, 2015
EFEKTIVITAS METODE TARGĪB DAN TARHĪBDALAM PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENINGKATKAN KETAATAN IBADAH SALAT
sosial”.
Dari pendapat para ahli yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa
skala likert biasa digunakan untuk mengukur sikap. Dikarenakan sesuai dengan
tujuan penelitian yaitu untuk mengukur sikap ketaatan ibadah salat siswa, maka
peneliti menggunakan skala likert dalam intrumen penelitian ini.
3. Tujuan Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini memiliki tiga tujuan, adapun tujuan dari
instrumen ini adalah:
a. Mengetahui ketaatan „ibadah salat siswa sebelum dilaksanakan metode targīb
dan tarhīb.
b. Mengetahui ketaatan ibadah salat siswa setelah dilaksanakan metode targīb
dan tarhīb.
c. Mengetahui efektivitas metode targīb dan tarhīb dalam meningkatkan
ketaatan ibadah salat siswa.
4. Cara Menggunakan Instrumen Penelitian
Cara menggunakan instrumen penelitian ini sederhana, yaitu dengan
meminta responden memberi tanda checklist (√) pada kolom instrumen yang
tersedia dan pemilihan disesuaikan dengan kenyataan yang terjadi pada
responden. Setiap item mempunyai tiga pilihan jawaban, yaitu, Sering,
Kadang-Kadang dan Tidak Pernah.
5. Pemberian Skor pada Instrumen Penelitian
Pemberian skor pada instrumen ini terdapat dua bagian sesuai dengan
[image:42.595.141.469.652.698.2]bentuk item apakah positif atau negatif.
Tabel 3.9 Pemberian Skor Pada Instrumen
Bentuk Item
Pemberian Skor
Sering Kadang-kadang
Wawan Purwanto, 2015
EFEKTIVITAS METODE TARGĪB DAN TARHĪBDALAM PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENINGKATKAN KETAATAN IBADAH SALAT
(Positif) +
3 2 1
(Negatif) -
1 2 3
[image:43.595.144.471.91.320.2]Sumber : (Riduwan, 2012, hal. 13)
Tabel 3.10 Kriteria angket
Batasan Kategori
Scala likert ≥ 66,7 Kuat
≥ 33,3 dan < 66,6 Cukup
Scala likert < 33,3 Rendah
Sumber : (Riduwan, 2012, hal. 13)
E. Prosedur Penelitian
Data hasil penelitian berupa data mentah yang belum banyak memberikan
arti dalam menjawab pertanyaan penelitian. Data tersebut perlu diolah agar dapat
dianalisis dan menggambarkan hasil penelitian. Langkah-langkah yang dilakukan
dalam pengolahan data meliputi :
1. Melakukan penskoran tes awal, tes akhir dan gain ternormalisasi data
penguasaan konsep.
2. Peningkatan penguasaan konsep siswa sebagai hasil implementasi metode
pembelajaran dihitung dari skor tes awal dan tes akhir yang dinormalisasi oleh
selisih antara skor maksimal dengan skor tes awal. Hal ini dimaksudkan untuk
menghindari kesalahan dalam menginterpretasikan perolehan gain
masing-masing siswa. Untuk menghitung gain ternormalisasi tes penguasaan konsep
dengan rumus g factor (gain score normalized)
pre maks
pre post
S S
S S g
Wawan Purwanto, 2015
EFEKTIVITAS METODE TARGĪB DAN TARHĪBDALAM PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENINGKATKAN KETAATAN IBADAH SALAT
Keterangan: Spost : Skor tes akhir
Spre : Skor tes awal
[image:44.595.148.470.224.354.2]Smaks : Skor maks ideal
Tabel 3.11 Kategori Perolehan Skor N-Gain
Batasan Kategori
N-gain > 0,7 Tinggi
0,3 ≤ N-gain ≤ 0,7 Sedang
N-gain < 0,3 Rendah
3. Menguji normalitas data skor tes awal, tes akhir dan N-gain kedua kelompok
kelas
4. Menguji homogenitas varians data tes awal, tes akhir dan N-gain.
Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik uji stastistik yang sesuai
dengan distribusi data yang diperoleh. Jika data terdistribusi normal dan
varians data homogen, maka uji hipotesis dengan menggunakan uji-t dua
pihak (2-tailed). Tujuan dari uji hipotesis yaitu untuk mencari signifikansi
perbedaan N-gain kedua kelompok kelas. Rumus yang digunakan adalah
Susetyo (2010, hal. 276):
2 1 2 1 1 1 n n S x x t
S2 =
Wawan Purwanto, 2015
EFEKTIVITAS METODE TARGĪB DAN TARHĪBDALAM PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENINGKATKAN KETAATAN IBADAH SALAT
keterangan:
1
x : nilai rata-rata hasil kelas eksperimen
2
x : nilai rata-rata hasil kelas kontrol.
n1 : banyaknya subyek kelompok eksperimen
n2 : banyaknya subyek kelompok kontrol
1
S : standar deviasi kelompok eksperimen
2
S : standar deviasi kelompok kontrol
Ketentuan uji-t dua pihak (2-tailed) yaitu, jika thitung > ttabel berarti hipotesis
yang diajukan diterima sedangkan jika thitung < ttabel berarti hipotesis yang
diajukan ditolak.
5. Untuk menganalisa aktivitas, tanggapan siswa terhadap metode pembelajaran Targīb dan Tarhīb, dengan analisis secara kualitatif melalui observasi, angket dan wawancara.
F. Analisis Data
Sugiyono (2012, hal. 147) mengemukakan bahwa, Analisi