• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS METODE TARGĪB DAN TARHĪB DALAM PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENINGKATKAN KETAATAN IBADAH SALAT : Studi Kasus Pada Siswa Kelas VII SMPN 2 Lelea Kabupaten Indramayu.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS METODE TARGĪB DAN TARHĪB DALAM PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENINGKATKAN KETAATAN IBADAH SALAT : Studi Kasus Pada Siswa Kelas VII SMPN 2 Lelea Kabupaten Indramayu."

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

Wawan Purwanto, 2015

EFEKTIVITAS METODE

TARGĪ

B

DAN

TARHĪ

B

DALAM PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENINGKATKAN

KETAATAN IBADAH SALAT

(Studi Kasus Pada Siswa Kelas VII SMPN 2 Lelea Kabupaten Indramayu)

TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan Agama Islam

oleh

WAWAN PURWANTO NIM 1303062

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

Wawan Purwanto, 2015

EFEKTIVITAS METODE TARGĪB DAN TARHĪB

DALAM PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENINGKATKAN KETAATAN IBADAH SALAT

(Studi Kasus Pada Siswa Kelas VII SMPN 2 Lelea Kab. Indramayu)

Oleh

WAWAN PURWANTO

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) Program Studi Pendidikan Agama Islam

© Wawan Purwanto 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Wawan Purwanto, 2015

(4)
(5)
(6)

Wawan Purwanto, 2015

EFEKTIVITAS METODE TARG B DAN TARH B DALAM PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENINGKATKAN

KETAATAN IBADAH SALAT SISWA

(Studi kasus pada siswa kelas VII SMPN 2 Lelea Kabupaten Indramayu)

(Wawan Purwanto, 1303062)

Abstrak

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masih banyaknya siswa yang memerlukan bimbingan dalam ketaatan ibadah salat. Fokus penelitian ini pada efektivitas metode targīb dan tarhīb yaitu ketaatan ibadah salat siswa di sekolah SMPN 2 Lelea Indramayu. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas metode targīb dan tarhīb, serta respon siswa dalam meningkatkan ketaatan ibadah salat. Metode Penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan desain nonequivalent control group design. Sampel penelitian terdiri dari 32 siswa kelas VII H sebagai kelas kontrol dan 34 siswa kelas VII A sebagai siswa kelas eksperimen. Instrumen yang digunakan berupa tes sebanyak 40 soal dan angket 40 soal. Dalam menganalisis datanya digunakan uji independent sampel t test

dengan menggunakan aplikasi SPSS 22. Dari hasil perhitungan, didapat hasil signifikansi adalah 0.001 atau P-Value lebih kecil dari 0,05, dan thitung (4.352 dan 4.299) > ttabel (2.00) maka H0 ditolak. Artinya bahwa rata-rata

post test siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari pada rata-rata siswa kelas kontrol. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa metode targīb dan tarhīb efektif dalam pembelajaran ini. Selain itu, hasil pengolahan data angket juga bisa ditarik kesimpulan bahwa respon siswa terhadap metode targīb dan tarhīb sangat baik dan dapat meningkatkan ketaatan ibadah salat siswa. Saran untuk pendidik agama Islam, metode targīb dan tarhīb dapat dijadikan sebagai metode untuk meningkatkan ketaatan ibadah salat siswa di sekolah.

(7)

Wawan Purwanto, 2015

The Effectiveness of Targ band Tarh b Methods as the Islamic Religion of Education Learning to Improve the Student's Adherence to a Salat Worship (The Case Study of The 7th Grade Students on Junior High School of 2 Lelea

Indramayu Regency)

(Wawan Purwanto, 1303062)

Abstract

The background of this research is there are still many students who need guidance in the adherence to a worship. The focus in this research is on the effectiveness of the targīb and tarhīb methods on the adherence to a worship of the students of Junior High School of 2 Lelea Indramayu. The general aim of this research was to determine the effectiveness of the targīb and tarhīb methods and the students' responses in improving the adherence to a worship of the students. The research method used in this research was the quasi-experimental design with the nonequivalent control group. The sample of the study consisted of 32 students of the VII H as the control class and 34 students of the VII A as the experimental class. The test instrument used in this research is in the form of item test consists of 40 questions and the questionnaire consists of 40 questions. In analyzing the data, the researcher used the independent sample t test analyzed by using SPSS 22. The results of the calculation show the significant result. The difference of the two average scores was 0.001 and it’s less than 0.05, and t test (4352 and 4299) > t table (2.00), H0 is rejected. It means that the average of the post test score from the experimental class students is higher than the average of the students in class control. Thus, it can be concluded that the tarhīb and targībmethod is effective in practice. Moreover, the result of the data processing from the questionnaires can also be concluded that the students' response to targīb and tarhīb methods is very well and it can increase the student's adherence to a worship Suggestions for Islamic religion educators is that the targīb and tarhīb methods can be used as the

method to improve the students' adherence to a worship of the students in the school.

(8)
(9)

Wawan Purwanto, 2015

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

PEDOMAN TRANSLITERASI ... ii

ABSTRAK ...iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR BAGAN ... xi

DAFTAR DIAGRAM ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah Penelitian ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat/ Signifikasi Penelitian ... 9

E. Struktur Organisasi Tesis ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Efektifitas ... 12

B. Konsep Metode Pembelajaran Targīb dan Tarhīb ... 13

C. Pembelajaran PAI... 33

D. Ibadah Salat ... 42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 51

(10)

Wawan Purwanto, 2015

C. Populasi dan Sampel ... 56

D. Instrument Penelitian ... 58

E. Prosedur Penelitian... 69

F. Analisis Data ... 72

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 75

1. Langkah-langkah yang Dilakukan dalam Kegiatan Pembelajaran ... 76

2. Hasil Belajar Siswa Sebelum menggunakan Metode Targīb dan Tarhīb ... 80

3. Hasil Belajar Siswa Tanpa Menggunakan Metode Targīb dan Tarhīb ... 82

4. Hasil Belajar Siswa Menggunakan Metode Targīb dan Tarhīb ... 83

5. Perbedaan Hasil belajar siswa antara pembelajaran yang menggunakan metode Targīb dan Tarhīb dengan tanpa menggunakan Metode Targīb dan Tarhīb ... 84

6. Analisis Hasil Penelitian ... 85

7. Analisis Skala Likert ... 88

B. Pembahasan ... 90

1. Langkah-langkah yang Dilakukan dalam Kegiatan Pembelajaran ... 90

2. Hasil Belajar Siswa Sebelum menggunakan Metode Targīb dan Tarhīb ... 91

3. Hasil Belajar Siswa Tanpa Menggunakan Metode Targīb dan Tarhīb ... 91

(11)

Wawan Purwanto, 2015

5. Perbedaan Hasil belajar siswa antara pembelajaran

yang menggunakan metode Targīb dan Tarhīb

dengan tanpa menggunakan Metode Targīb dan

Tarhīb ... 92

6. Analisis Hasil Penelitian ... 93

7. Analisis Skala Likert ... 93

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan dan Implikasi ... 95

B. Rekomendasi ... 96

DAFTAR PUSTAKA ... 97

(12)

Wawan Purwanto, 2015

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Islam sebagai ajaran yang datang dari Allah sesungguhnya merefleksikan

nilai-nilai pendidikan yang mampu membimbing dan mengarahkan manusia

sehingga menjadi manusia sempurna. Islam sebagai agama universal telah

memberikan pedoman hidup bagi manusia menuju kehidupan bahagia, yang

pencapaiannya bergantung pada pendidikan. Pendidikan merupakan kunci penting

untuk membuka jalan kehidupan manusia (Ismail, 2001, hal.56). Dengan

demikian, Islam sangat berhubungan erat dengan pendidikan. Hubungan antara

keduanya bersifat organis-fungsional; pendidikan berfungsi sebagai alat untuk

mencapai tujuan pendidikan Islam (Ali, 1999, hal.2). Islam menjadi kerangka

dasar pengembangan pendidikan Islam, serta memberikan landasan sistem nilai

untuk mengembangkan berbagai pemikiran tentang pendidikan Islam (Priatna &

Tedi, 2004, hal. 1).

Nilai-nilai Islam, baik yang bersifat Ilāhiyah maupun yang

bersifat insāniyah, ditransformasikan dan diinternalisasikan terhadap manusia lain

melalui arah, proses, dan sistem pendidikan yang Islami pula. Pendidikan Islam

merupakan suatu aktivitas untuk mengembangkan seluruh aspek kepribadian

manusia yang berlangsung sepanjang hayat (long life of education). Islam

memandang bahwa pendidikan merupakan kemutlakan dan kebutuhan manusia

dalam hidup dan kehidupannya. Dalam hal ini Rupper C. Lodge dalam bukunya ”Phylosophi of Education” mengatakan, “Education is life, life is education

(Zuhairini, 1991, hal. 10). Dengan demikian , pendidikan menurut Islam tidak lain

adalah kehidupan itu sendiri, dan merupakan kebutuhan mutlak untuk dapat

melaksanakan ajaran Islam.

Pendidikan adalah salah satu bentuk interaksi manusia, sekaligus tindakan

sosial yang dimungkinkan berlaku melalui suatu jaringan hubungan-hubungan

(13)

melalui peranan-peranan individu di dalamnya yang diterapkan melalui proses

pembelajaran (Langgulung, 2003, hal. 16).

Proses pembelajaran atau pendidikan memungkinkan seseorang menjadi

lebih manusiawi (being humanize) sehingga disebut dewasa dan mandiri. Itulah

visi atau tujuan dari proses pembelajaran (Harefa, 2000, hal. 37). Guru sebagai

pendidik dan peserta didik sebagai subyek didik. Keduanya adalah manusia yang

sejajar dengan peranan yang berbeda. Pandangan guru tentang manusia termasuk

dirinya sendiri sangat mempengaruhi sikap dari perilakunya dalam mengelola

tugas-tugas kependidikan sehari-hari (Gulo, 2011, hal. 18).

Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalamannya dalam interaksi dengan lingkungannya, yang idealnya harus

menyentuh tiga aspek pembelajaran, meliputi aspek kognitif, afektif dan

psikomotorik (Slameto, 2003, hal. 2). Untuk mewujudkan hal tersebut dibutuhkan

metode belajar mengajar yang efektif dan terarah karena berhasil tidaknya

pencapaian tujuan pendidikan tergantung pada bagaimana proses belajar mengajar

yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik. Dalam hal ini diperlukan peran

aktif guru (tenaga didik) untuk mempengaruhi karakteristik kognitif, afektif

maupun psikomotorik siswa, dengan memberi dorongan moral, membimbing dan

memberi fasilitas belajar terbaik melalui metode pembelajaran.

Oleh karena itu, pendidikan Islam dalam pelaksanaannya sangat

membutuhkan metode yang tepat untuk menghantarkan kegiatan pendidikannya

ke arah tujuan pendidikan Islam yang diharapkan yaitu terbentuknya pribadi yang

beriman yang selalu siap sedia untuk mengabdikan diri kepada Allah SWT.

Bagaimanapun baik dan sempurnanya suatu kurikulum pendidikan Islam, ia tidak

akan berarti apa-apa manakala tidak memiliki metode yang tepat dalam

mentransformasikannya kepada peserta didik. Ketidaktepatan dalam penerapan

metode secara praktis akan menghambat proses belajar mengajar yang akan

berakibat membuang waktu dan tenaga secara percuma. Metode termasuk

persoalan yang esensial, karena tujuan pendidikan Islam itu akan tercapai secara

tepat guna manakala jalan yang ditempuh menuju cita-cita tersebut benar-benar

(14)

akan menjadikan keburukan materi tersebut. Kebaikan materi harus ditopang oleh

kebaikan metode juga.

Guru sebagai komponen penting dari tenaga kependidikan, memiliki tugas

untuk melaksanakan proses pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran,

selain metode yang tepat guru juga diharapkan paham tentang pengertian strategi

pembelajaran. Kata strategi berarti cara dan seni menggunakan sumber daya untuk

mencapai tujuan tertentu. Dalam pembelajaran digunakan strategi pembelajaran

dengan penggunaaan berbagai sumber daya (guru dan media) untuk mencapai

tujuan pembelajaran. Sebagai suatu cara, strategi pembelajaran dikembangkan

dengan kaidah-kaidah tertentu sehingga membentuk suatu bidang pengetahuan

tersendiri. Sedangkan sebagai suatu seni, strategi pembelajaran kadang-kadang

secara implisit dimiliki oleh seseorang tanpa pernah belajar secara formal tentang

ilmu strategi pembelajaran (Wena, 2011, hal. 2).

Penggunaan metode dalam pendidikan Islam pada prinsipnya merupakan

pelaksanaan sikap hati-hati dalam pekerjaan mendidik dan mengajar. Hal ini

mengingat bahwa sasaran pendidikan Islam itu adalah manusia yang telah

memiliki kemampuan dasar untuk dikembangkan. Sikap kurang hati-hati akan

dapat berakibat fatal sehingga mungkin saja kemampuan dasar yang telah dimiliki

peserta didik itu tidak akan berkembang secara wajar, atau pada tingkat yang

paling fatal dapat menyalahi hukum-hukum dan arah perkembangannya.

Untuk menciptakan relevansi terhadap pembelajaran dilakukan dengan

menggunakan strategi atau metode pembelajaran yang sesuai dengan profil/

karakteristik siswa dan karakteristik isi pembelajaran. Sebagai guru harus

memahami profil siswa, seperti tingkat perkembangan siswa, gaya kognitifnya,

kebiasaan belajarnya, dan sebagainya. Karena strategi atau metode yang sesuai

tersebut, siswa akan merasa senang dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

Selain itu juga guru harus memahami karakteristik isi pembelajaran agar peserta

didik lebih cepat memahami isi pembelajaran yang disampaikan (Wena, 2011,

hal. 41).

Menurut fakta di lapangan, dalam penyelenggaraan pendidikan ditemukan

beberapa masalah yang sangat kompleks. Jalan pemecahannya tidak hanya cukup

(15)

pembelajaran atau kegiatan belajar di kelas. Terkadang, saat pembelajaran

dijumpai gejala yang tidak seimbang, di mana seorang guru sekedar

menyampaikan bahan materi pembelajaran saja, tanpa dilandasi kesadaran ingin

memahamkan kepada anak didik. Sehingga anak didik kurang respek dan tidak

merespon dengan baik. Keadaan seperti itu harus segera diubah dengan

pembelajaran yang mampu memberikan motivasi terhadap anak didik, sehingga

metode pembelajaran yang konvensional dan hanya dikuasai guru tidak terjadi

lagi. Mestinya dalam era informasi ini guru bukanlah satu-satunya sumber belajar

(Syatra, 2013, hal. 82).

Cara mengubahnya adalah dengan mengubah paradigma mengajar menjadi

membelajarkan anak didik, pengajaran menjadi pembelajaran, dan membuat anak

didik belajar dengan guru sebagai fasilitator. Belajar tidak hanya dengan

menonton, mendengar, melihat, menyalin, menghafal dan mengerjakan tugas.

Akan tetapi belajar dengan cara mengembangkan potensi diri melalui penalaran,

mencoba, eksplorasi, generalisasi, inquiry, komunikasi, kolaborasi, dan

pemecahan masalah. Guru adalah sosok panutan dan teladan dalam ilmu dan

pribadi bagi anak didik di kelasnya. Guru adalah arsitek pelaksanaan kegiatan di

kelas dengan rancangan pembelajaran yang terprogram dan tersusun secara rinci

dan sistematik, yang dilengkapi dengan skenario pembelajaran. Dengan demikian,

guru adalah sutradara setiap aktivitas anak didik dan anak didik sebagai

pemainnya (Syatra, 2013, hal. 111).

Allah Ta’ālā menjelaskan dalam banyak ayat-Nya mengenai metode

pembelajaran, di antaranya yang tertuang dalam al-Qur’an Surat Al-Naḥl (16) ayat

125:















































(16)

Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS. Al-Naḥl [16]: 125).*

* Seluruh ayat al-Qur’an dan terjemahannya dalam tesis ini dikutip dari al-Qur’an in Word yang disesuaikan dengan al-Qur’an terjemahannya yang diterbitkan oleh PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri Solo. Selanjutnya kutipan ditulis dengan ringkasan seperti Q.S. Al-Naḥl [16]: 125 berarti Qur’an Surat Al-Naḥl nomor surat 16 ayat 125 dan seterusnya.

Ayat di atas menegaskan kepada para pendidik dalam memberikan

pengajaran sebuah ilmu kepada peserta didik hendaknya memperhatikan situasi

lingkungan dan kondisi peserta didik, serta memperhatikan metode yang tepat

agar tujuan dari pembelajaran itu bisa diterima dengan tepat. Yaitu dengan jalan

yang bijak dan pengajaran yang baik serta jika dibutuhkan untuk mendebat, maka

debatlah dengan baik yaitu dengan ilmu dan dasar yang kuat.

Untuk itu sangat dibutuhkan pengetahuan yang utuh mengenai jati diri

manusia dalam rangka membawa dan mengarahkannya untuk memahami realitas

diri, Tuhan dan alam semesta, sehingga ia dapat menemukan esensi dirinya dalam

lingkaran realitas itu (Nizar, 2002, hal. 67).

Salah satu alat pendidikan agama Islam yakni metode pendidikan agama

Islam. Dengan menggunakan metode yang tepat maka ajaran-ajaran agama dapat

diserap oleh anak didik dengan sebaik-baiknya. Metode yang tepat akan

menentukan efektifitas dan efisiensi pembelajaran. Sebagai pendidik agama Islam

maka kita perlu mengetahui metode-metode dalam pendidikan agama Islam.

Al-Qur’an sendiri banyak menawarkan berbagai metode dalam pendidikan

agama Islam. Salah satu metodenya adalah metode targīb dan tarhīb yang akan

diteliti pada tesis ini. Dengan melihat sejauh mana metode ini bisa efektif dalam

pembelajaran pendidikan agama Islam.

Sebenarnya semua metode yang dijelaskan dalam al-Qur’an adalah baik

dan relefan, asalkan kita sebagai pendidik bisa memilih metode yang tepat

disesuaikan dengan melihat materi yang akan diajarkan serta dengan melihat

situasi dan kondisi dari peserta didik, baik pribadinya maupun lingkungannya.

(17)

pendidikan. Sedangkan untuk menuju tujuan pendidikan yang diharapkan, di

mana menempati tujuan tertinggi dalam pendidikan Islam yaitu: menjadikan

manusia yang paling bertaqwa semata-mata untuk beribadah kepada-Nya

(Achmadi, 1992, hal. 63).

Sementara dari kenyataan yang ada, banyak siswa atau peserta didik yang

sering meninggalkan salat lima waktu baik salat żuhūr yang diwajibkan di sekolah

maupun salat yang lainnya di rumah. Tidak sedikit siswa laki-laki yang membolos

sekolah sebelum jam pelajaran selesai. Mereka lebih senang berlarian di sawah,

loncat pagar sekolah, berlarian di jalan raya, bahkan ngumpet di gudang dan WC

hanya karena enggan dan tidak mau mengerjakan salat żuhūr di sekolah. Selain itu

juga banyak siswa perempuan yang sebenarnya suci tidak sedang halangan,

karena tidak membawa mukena mereka mengaku sedang halangan atau belum

suci. Mereka enggan mengerjakan salat żuhūr, salat ḍuḥā dan membaca

Al-Qur’an di pagi harinya. Semua itu mereka lakukan seperti tanpa beban dan dosa.

Hal ini dibuktikan dari absensi kehadiran salatżuhūr siswa kelas 7 di bulan April

2015.

Tabel 1.1

Prosentase kehadiran salat żuhūr siswa kelas 7 SMPN 2 Lelea

Kelas PUTRA PUTRI

7A 91 % 98 %

7B 88 % 97 %

7C 89 % 95 %

7D 86 % 95 %

7E 89 % 97 %

7F 82 % 98 %

7G 85 % 95 %

7H 87 % 97 %

Sumber : Absensi salat żuhūr siswa SMP Negeri 2 Lelea Indramayu

Kejadian semacam itu juga terjadi pada ibadah-ibadah lainnya. bahkan

ketika di bulan suci Ramadan, tak sedikit siswa yang berbuka puasa tanpa alasan syar’ī yang dibenarkan. Hanya dengan alasan lelah dan cape kemudian mereka tidak berpuasa. Padahal seusia siswa SMP sudah masuk dalam taklīf (balīg) di

mana semua kewajiban beribadah sudah mulai diperhitungkan dengan benar. Hal

itu terjadi karena kurangnya kesadaran mereka dalam beragama dan tidak adanya

tanggung jawab orang tua dalam mendidik anaknya untuk beribadah kepada Allah

(18)

Berdasarkan hasil observasi di lapangan, ternyata siswa yang banyak

meninggalkan salat lima waktu, salat ḍuḥā, puasa di bulan Ramadan dan

ibadah-ibadah yang lainnya itu adalah siswa-siswi yang berasal dari keluarga yang

kurang memperhatikan keberadaan anaknya. Terlebih lagi masalah urusan agama

anaknya. Hal itu banyak terjadi karena orang tua mereka cerai, sementara anaknya

tinggal dengan neneknya. Mereka kurang kasih sayang dan perhatian dari orang

tuanya. Ada juga dikarenakan orang tua mereka yang sibuk dengan bisnisnya atau

pekerjaannya, sehingga mereka terabaikan dan mencari perhatian di luar orang

tuanya. Mereka jauh dari pengawasan orang tua, sementara itu orang tua

terkadang menyerahkan segalanya kepada pihak sekolah, tanpa diimbangi dengan

pengawasan dari orang tua mereka.

Dalam hal ini, guru memiliki peran yang sangat penting sebagai pengganti

orang tua di sekolah untuk mengarahkan dan membimbing siswa-siswinya agar

taat beribadah kepada Allah baik di sekolah maupun di rumah dengan

menerapkan metode pengajaran yang lebih baik. Oleh karena itu, seorang guru

dalam menjalankan perannya sebagai pendidik harus memiliki kompetensi.

Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang

harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan

tugas keprofesionalan. Sehingga pada saat menjalankan tugasnya guru diharapkan

memiliki kompetensi yang sesuai dengan bidangnya, yaitu kompetensi pedagogik,

kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang

diperoleh melalui pendidikan profesi.

Di sekolah, kami para pendidik sering menjumpai masalah

pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan siswa. Sementara itu guru harus menangani

masalah-masalah ini dengan bijaksana. Kami pernah mendengar keluhan beberapa guru

bahwa siswanya tidak juga berhenti menyontek dan berkelahi, padahal sering

diberi hukuman. Selain itu juga dijumpai kenakalan lain seperti tawuran,

keterlibatan dengan narkoba maupun aktivitas seksual dini. Hal-hal tersebut

umumnya menjadikan siswa sebagai obyek dari tindakan afirmatif atau tindakan

tegas dari sekolah melalui guru.

Kenyataan yang dihadapi oleh para pendidik sekarang terasa

(19)

mereka tidak mengerti, apalagi diperlakukan dengan cara kasar, kadang-kadang

berakibat fatal. Keserbasalahan pendidik inilah yang sering menimbulkan

kesalahan-kesalahan dalam mendidik, lebih-lebih sikap kasar (menghukum) yang

terkadang menimbulkan terjadinya kesalahan menghukum dan dapat berakibat

negatif, baik bagi peserta didik maupun bagi pendidik sendiri, seperti adanya

unsur balas dendam, merendahkan citra, wibawa dan martabat pendidik sendiri.

Ketidakberhasilan tertanamnya nilai-nilai rohaniah terhadap peserta didik

dewasa ini, menurut Qomari Anwar sangat terkait dengan dua faktor penting, di

samping tentu saja banyak faktor-faktor lain. Kedua faktor tersebut adalah

mentalitas pendidik dan metode pendidikan. Terkait dengan hal terakhir yang

disebutkan, menurut Al-Naḥlawī dalam Al-Qur’an dan Al-Sunnah sebenarnya

terdapat berbagai metode pendidikan yang bisa menyentuh perasaan dan

membangkitkan semangat keagamaan. Satu di antara metode-metode tersebut

adalah metodetargīb dantarhīb (Anwar, 2003, hlm. 42).

Metode pembelajaran targīb dan tarhīb (pemberian motivasi pahala dan

ancaman hukuman Ilāhiyah dan alamiah) akan lebih efektif dalam menanamkan

karakter taat dalam beribadah. Targīb adalah janji Allah yang disertai dengan

bujukan agar membuat pelakunya termotivasi untuk melakukannya. Bujukan yang

dimaksud adalah bagaimana kesenangan dunia dan akhirat diperoleh akibat

melakukan suatu perintah Allah atau menjauhi larangan-Nya. Sedangkan tarhīb

adalah ancaman dengan siksaan yang membuat pelakunya jera dan meninggalkan

kesalahan dan dosa serta tidak mengulanginya lagi. Ancaman yang dimaksud

adalah kerugian dunia dan akhirat akibat melakukan suatu larangan Allah atau

mengabaikan kewajiban-Nya.

Dari latar belakang penelitian inilah tesis ini dibuat, karena akan meneliti

bagaimana efektifitas metode targīb dan tarhīb dalam pembelajaran PAI di

sekolah yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas ibadah salat peserta didik ke

arah yang lebih baik. Oleh karena itu penelitian ini diberi judul “Efektivitas

Metode Targīb dan Tarhīb dalam Pembelajaran PAI untuk Meningkatkan

Ketaatan Ibadah Salat (Studi Kasus Pada Siswa Kelas VII SMPN 2 Lelea

(20)

B. Rumusan Masalah Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada pengukuran efektivitas penggunaan metode targīb dan tarhīb dalam pembelajaran PAI di sekolah, sehingga siswa-siswi kelas VII SMP Negeri 2 Lelea selain menguasai konsep tentang ibadah salat, mereka

juga dapat memotivasi diri dan istiqamah untuk meningkatkan ketaatan mereka

dalam ibadah salat.

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas dapat dirumuskan

permasalahan pokok sebagai berikut: “Seberapa besar tingkat efektivitas metode

targīb dan tarhīb dalam pembelajaran PAI sehingga siswa-siswi kelas VII SMP

Negeri 2 Lelea menjadi lebih taat dalam beribadah salat?”.

Dari masalah pokok tersebut dapat dijabarkan menjadi beberapa

pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi awal ketaatan ibadah salat siswa kelas VII SMP Negeri 2

Lelea dalam pembelajaran PAI?

2. Bagaimana gambaran metode targīb dan tarhīb, langkah-langkahnya, serta

dampak intruksional dan dampak penyerta dalam pembelajaran PAI di SMP

Negeri 2 Lelea?

3. Seberapa besar tingkat efektivitas metode targīb dan tarhīb dalam

meningkatkan ketaatan ibadah salat siswa kelas VII SMP Negeri 2 Lelea?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan

pokok penelitian ini adalah memperoleh gambaran tentang efektivitas penerapan

metode targīb dan tarhīb dalam pembelajaran PAI sehingga siswa-siswi SMP

Negeri 2 Lelea khususnya siswa kelas VII menjadi lebih taat dan istiqamah dalam

menunaikan ibadah salatnya, baik salat wajib maupun salat sunah.

Sedangkan secara khusus tujuan yang ingin diperoleh dari penelitian ini

adalah:

1. Untuk mengetahui kondisi awal ketaatan ibadah salat siswa kelas VII SMP

(21)

2. Untuk mengetahui gambaran metode targīb dan tarhīb, langkah-langkahnya,

serta dampak intruksional dan dampak penyerta dalam pembelajaran PAI

untuk meningkatkan ketaatan ibadah salat siswa di SMP Negeri 2 Lelea.

3. Untuk mengetahui efektivitas metode targīb dan tarhīb dalam meningkatkan

ketaatan ibadah salat siswa kelas VII di SMP Negeri 2 Lelea.

D. Manfaat/ Signifikansi Penelitian

1. Manfaat Teoretis

a. Memperkaya teori-teori pendidikan, khususnya memperkaya model-model

mengajar qurānī dengan tersusunnya desain model pembelajaran targīb dan

tarhīb untuk meningkatkan ketaatan beribadah salat siswa.

b. Dapat memberikan sumbangan inovasi terhadap lembaga pendidikan yang

ingin mengembangkan kualitas sekolah maupun lembaga pendidikan lainnya

melalui penerapan metode targīb dan tarhībkepada peserta didiknya.

2. Manfaat Praktis

a. Bidang Pendidikan

Memberikan gambaran kepada berbagai sekolah dan lembaga pendidikan

lainnya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang menjadikan

perubahan yang signifikan bagi peserta didik ke arah yang lebih baik.

b. Prodi Pendidikan Agama Islam

Memberikan informasi yang lengkap tentang gambaran kompetensi guru

agama Islam di berbagai lembaga pendidikan agama sebagai acuan untuk mempersiapkan “calon pendidik” yang berkualitas dan memiliki kompetensi mengajar dalam melaksanakan tujuan pendidikan.

E. Struktur Organisasi Tesis

Penulisan tesis ini dikemas menjadi lima bab, yang secara sistematis dapat

dijabarkan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan. Yang memuat tentang latar belakang munculnya

permasalahan, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat/ sigifikansi

(22)

Bab II Kajian Pustaka/ Landasan Teoritis. Berbicara tentang konsep

metode pembelajaran targīb dan tarhīb, pembelajaran PAI dan ibadah salat.

Bab III Metode Penelitian. Berisi tentang desain penelitian, partisipan,

populasi dan sampel, instrumen penelitian, prosedur penelitian, dan analisis data.

Bab IV Temuan dan Pembahasan. Merupakan deskripsi hasil penelitian yang memuat efektivitas metode pembelajaran targīb tarhīb dan metode konvensional dalam meningkatkan ketaatan ibadah salat siswa serta pembahasan

dari hasil penelitian tersebut.

Bab V Simpulan, Implikasi dan Rekomendasi. Menyajikan penafsiran dan

pemaknaan terhadap hasil analisis temuan penelitian serta simpulan dan saran.

(23)

Wawan Purwanto, 2015

EFEKTIVITAS METODE TARGĪB DAN TARHĪBDALAM PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENINGKATKAN KETAATAN IBADAH SALAT

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

“Metode penelitian diartikan sebagai suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan,

suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk

memahami, memecahkan, dan mengantisipasi suatu masalah” (Sugiyono, 2012,

hal. 6).

Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dikemukakan pada bab

terdahulu, yaitu untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana efektifitas

metode pembelajaran targīb dan tarhīb jika dibandingkan dengan metode

pembelajaran konvensional dalam pembelajaran PAI untuk meningkatkan

ketaatan ibadah salat siswa, maka metode penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen semu dengan pendekatan

kuantitatif dengan dua perlakuan yang berbeda. Kelas eksperimen diberikan

metode pembelajaran targīb dan tarhīb. Sedangkan kelas kontrol atau

pembanding diberikan metode pembelajaran konvensional dengan ceramah dan

tanya jawab. Selain itu juga menggunakan metode deskriptif untuk mengetahui

bagaimana aktivitas siswa setelah mendapatkan pembelajaran dengan metode targīb dan tarhīb dengan metode konvensional, serta tanggapan dari siswa. Penelitian kuantitaif bertujuan untuk menjelaskan fenomena sosial yang

difokuskan pada ada tidaknya hubungan antar variabel yang diteliti.

Penelitian eksperimen adalah metode yang paling banyak dipilih dan

dipandang produktif dalam penelitian. Bila dilakukan dengan sebaik-baiknya,

penelitian ini akan menghasilkan bukti yang paling benar berkaitan dengan

hubungan sebab akibat. Hasil penelitian eksperimental memungkinkan prediksi,

tetapi tidak sama dengan karakteristik penelitian korelasional (Emzir, 2010, hal.

(24)

Wawan Purwanto, 2015

EFEKTIVITAS METODE TARGĪB DAN TARHĪBDALAM PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENINGKATKAN KETAATAN IBADAH SALAT

Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk

mengetahui ada tidaknya akibat dari sesuatu yang dikenakan pada subjek selidik.

Dengan kata lain penelitian eksperimen mencoba meneliti ada tidaknya hubungan

sebab akibat. Dengan cara membandingkan satu atau lebih kelompok eksperimen

yang diberi perlakuan dengan satu atau lebih kelompok pembanding yang tidak

menerima perlakuan (Arikunto, 2010, hal. 207).

Metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian

yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain

dalam kondisi yang terkendalikan. Metode eksperimen sebagai bagian dari

metode kuantitatif mempunyai ciri khas tersendiri, terutama dengan adanya

kelompok kontrolnya. Dalam penelitian-penelitian sosial khususnya pendidikan,

desain eksperimen yang digunakan untuk penelitian akan sulit mendapatkan hasil

yang akurat, karena banyak variabel luar yang berpengaruh dan sulit

mengkontrolnya (Sugiono, 2011, hal. 107).

Secara singkat, di dalam penelitian eksperimen peneliti mengupayakan

untuk mengontrol varians yaitu: 1) Memaksimalkan varians yang berhubungan

dengan hipotesis penelitian; 2) Meminimalkan varians ekstra atau varians variabel

yang tidak diharapkan dan tidak menjadi titik perhatian dalam kegiatan

eksperimen; 3) Meminimalisir kesalahan-kesalahan dalam memilih subjek, dalam

melakukan eksperimen dan dalam pengukuran hasil (Arikunto, 2010, hal.208).

Untuk menghindari kesalahan-kesalahan tersebut maka seyogyanya: 1)

Peneliti mengambil subjek penelitian secara random (dengan cara acak atau

undian); 2) Peneliti mengelompokkan subjek ke dalam kelompok pertama dan

kedua secara random; 3) Peneliti menentukan mana kelompok eksperimen dan

mana kelompok pembanding juga secara random (Arikunto, 2010, hal. 208-209).

Penelitian eksperimen memiliki tiga ciri utama, yaitu:

Pertama, sebagai pengendali. Karena tanpa pengendalian, pengaruh

(25)

Wawan Purwanto, 2015

EFEKTIVITAS METODE TARGĪB DAN TARHĪBDALAM PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENINGKATKAN KETAATAN IBADAH SALAT

pengendalian dalam penelitian eksperimen adalah untuk mengatur situasi

sehingga pengaruh variabel eksperimen dapat diselidiki (Furchan, 1982, hal.324).

Eksperimen dalam bidang pendidikan berbeda dengan eksperimen dalam

bidang sains. Hal itu dikarenakan penelitian dalam bidang pendidikan

berhubungan dengan manusia yang secara alamiah berbeda satu sama lainnya.

Sedangkan perbedaan yang ada pada diri manusia sulit dikontrol secara penuh.

Ada lima prosedur yang bisa dilakukan untuk mengendalikan

perbedaan-perbedaan yang relevan dan sudah ada sebelumnya di antara subjek-subjek yang

digunakan dalam eksperimen. Kelima prosedur tersebut adalah: 1) Penempatan

secara acak; 2) Pemadanan teracak; 3) Pemilihan yang homogen; 4) Analisa

kovariansi; dan 5) Penggunaan subjek sebagai pengendali mereka sendiri

(Furchan, 1982, hal. 326).

Kedua, manipulasi. Manipulasi langsung peneliti terhadap sekurangnya

satu variabel bebas merupakan salah satu karakteristik yang membedakan semua

penelitian eksperimental dari metode penelitian lain. Secara sederhana manipulasi

dimaksudkan bahwa peneliti memutuskan apa bentuk atau nilai-nilai variabel

bebas yang akan diambil dan kelompok mana yang akan mendapatkannya (Emzir,

2010, hal. 65).

Manipulasi suatu variabel menunjuk pada tindakan yang sengaja dilakukan

oleh peneliti. Dalam penelitian pendidikan, pemanipulasian variabel mempunyai

bentuk khas, di mana peneliti memberikan seperangkat kondisi yang

bermacam-macam dan yang telah ditentukan sebelumnya kepada subjek. Seperangkat kondisi

yang berbagai macam itu disebut variabel bebas (Furchan, 1982, hal. 336).

Ketiga, pengamatan. Pengamatan perlu dilakukan untuk mengetahui

apakah ada pengaruh manipulasi variabel bebas terhadap variabel terikat dalam

suatu penelitian eksperimental. Dalam pengamatan ini, peneliti melakukan

pengukuran dengan menggunakan instrumen (Emzir, 2010, hal. 68).

Inti dalam penelitian eksperimen terletak pada sejauh mana pengaruh

(26)

Wawan Purwanto, 2015

EFEKTIVITAS METODE TARGĪB DAN TARHĪBDALAM PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENINGKATKAN KETAATAN IBADAH SALAT

dilakukan terhadap ciri-ciri tingkah laku subjek yang diteliti. Pengamatan yang

sedapat mungkin bersifat kuantitas itulah yang merupakan variabel terikatnya

(Furchan, 1982, hal. 336).

Selain ketiga ciri di atas, suatu eksperimen biasanya melibatkan dua

kelompok, satu kelompok eksperimen dan yang satunya kelompok kontrol.

Kelompok eksperimen menerima suatu yang baru, sementara kelompok kontrol

menerima perlakuan yang biasa. Kelompok kontrol diperlukan dengan tujuan

sebagai pembanding untuk melihat apakah perlakuan baru lebih efektif dari pada

perlakuan yang biasa (Emzir, 2010, hal. 70).

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

pendekatan metode kuantitatif. Di mana metode kuantitatif disebut juga sebagai

metode positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Sugiono

mengemukakan:

“Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu” (Sugiyono, 2012, hal. 14).

Sementara untuk desain penelitian yang digunakan ialah Nonequivalent

Control Group Design. Yang dimaksud Nonequivalent Control Group Design

menurut Sugiyono (2012, hal. 79) “Desain ini hampir sama dengan

pretest-posttest control group design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen

maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random”.

Setelah kedua kelompok dipilih, kemudian diberi pretes untuk mengetahui

keadaan awal. Adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol. Hasil pretes yang baik bila nilai kedua kelompok tersebut tidak berbeda

secara signifikan (Sugiono, 2011, hal. 113).

Di dalam desain ini, sebelum dimulai perlakuan kepada kedua kelompok,

terlebih dahulu diberikan tes awal atau pretes untuk mengukur kondisi awal,

selanjutnya pada kelompok eksperimen diberi perlakuan dan pada kelompok

(27)

Wawan Purwanto, 2015

EFEKTIVITAS METODE TARGĪB DAN TARHĪBDALAM PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENINGKATKAN KETAATAN IBADAH SALAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lagi sebagai post tes untuk mengetahui tingkat efektifitas dari perlakuan pada

kelompok eksperimen tersebut (Arikunto, 2010, hal. 210).

Desain Nonequivalent Control Group Design dapat digambarkan sebagai

berikut :

Pola :

Eksperim O1 x O2

Kontrol O3 - O4

Tabel 3.1 Desain Penelitian Nonequivalent Control Group Design

Sumber : (Sugiyono, 2012, hal. 79)

Keterangan :

X adalah treatment.

O adalah instrumen tes

Secara menyeluruh alur penelitiannya adalah sebagai berikut:

Kelompok Kontrol

(Pembelajaran konvensional)

Pengembangan Instrumen

Uji coba Instrumen

Kelompok Eksperimen

(Pembelajaran Targīb dan

Tarhīb) Tes Awal

Identifikasi masalah

& studi literatur

Pembuatan Perangkat Pembelajaran

Pelaksanaan Pembelajaran

(28)

Wawan Purwanto, 2015

EFEKTIVITAS METODE TARGĪB DAN TARHĪBDALAM PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENINGKATKAN KETAATAN IBADAH SALAT

Bagan 3.1

Alur penelitian

B. Partisipan

Dalam penelitian ini melibatkan seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 2

Lelea Kabupaten Indramayu semester 2 tahun pelajaran 2014/ 2015 yang

berjumlah 269 siswa, tersebar dalam delapan kelas. SMP Negeri 2 Lelea yang

terletak jauh dari pusat kota, di mana siswa-siswinya berasal dari latar belakang

yang berbeda, tingkat kesadaran pendidikan keluarga yang rendah yang dilihat

dari keterlibatan orang tua dalam pendidikan anaknya yang cenderung

menyerahkan segalanya kepada sekolah. Ditambah lagi dengan kesibukan orang

tua di sawah dan ladang mereka sebagai petani, menjadikan anak-anaknya lepas

kontrol dari segala tanggung jawab mereka sebagai pelajar. Seusia mereka lebih

banyak mengisi ruang-ruang warnet, nongkrong di pinggir jalan untuk sekedar

mencari hiburan selepas sekolah dari pada mengisi waktu mereka dengan ibadah

(29)

Wawan Purwanto, 2015

EFEKTIVITAS METODE TARGĪB DAN TARHĪBDALAM PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENINGKATKAN KETAATAN IBADAH SALAT

peneliti untuk diadakannya penelitian. Metode apakah yang tepat untuk

menjadikan perubahan pada mereka sehingga menjadi insan yang bertaqwa

kepada Allah Sang Pencipta.

C. Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel dari dua kelas, yaitu kelas

VII A dan kelas VII H. Kelas VII A menjadi kelompok eksperimen sedangkan

kelas VII H menjadi kelompok kontrol. Kelas kontrol tidak diberikan metode targīb dan tarhīb. Sedangkan kelas ekperimen diberikan metode targīb dan tarhīb.

Tujuannya dari pengelompokkan ini ialah untuk mengukur sejauh mana

tingkat keefektifan metode targīb dan tarhīb yang diterapkan pada kelas

eksperimen berpengaruh besar pada ketaatan ibadah salat siswa tersebut, nantinya

dibandingkan kepada kelas kontrol yang tidak diberikan metode tersebut.

Untuk mengetahui efektifitas metode targīb dan tarhīb dalam

meningkatkan ketaatan ibadah salat siswa, dihitung hasil yang diperoleh dari

pretest dan posttes dari kelas ekperimen dan kelas kontrol, kemudian diolah

dan dianalisi dengan uji statistik untuk mengetahui peningkatan skor pada

masing-masing kelas yang telah diberikan pretest dan posttest.

“Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”(Arikunto, 2010, hal. 173).

Populasi yang digunakan dalam penilitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP

Negeri 2 Lelea Kabupaten Indramayu yang berjumlah 269 siswa.

Tabel 3.2 Populasi Siswa kelas VII SMP Negeri 2 Lelea Indramayu

NO. KELAS JUMLAH

1. VII A 34

2. VII B 34

3. VII C 34

4. VII D 34

(30)

Wawan Purwanto, 2015

EFEKTIVITAS METODE TARGĪB DAN TARHĪBDALAM PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENINGKATKAN KETAATAN IBADAH SALAT

6. VII F 34

7. VII G 34

8. VII H 32

JUMLAH 269

Sumber : data siswa SMPN 2 Lelea Indramayu

Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai karakteristik yang

sama dengan populasi tersebut. Sampel dapat juga merupakan populasi itu sendiri.

Menurut Sugiyono (2012, hal. 118) “sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Suharsimi Arikunto (2010,

hal. 174) menjelaskan dengan singkat bahwa “sampel adalah sebagian atau

wakil populasi yang diteliti”.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa sampel

adalah bagian populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang

diteliti. Untuk menentukan jumlah sampel pada penelitian ini, harus berdasarkan

pertimbangan masalah, tujuan, hipotesis, metode dan instrumen penelitian selain

masalah waktu, tenaga dan dana. Dari pertimbangan tersebut maka pengambilan

sampel pada penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel bertujuan

(purposive sampling). “Sampling purporsive adalah teknik penentuan sampel

dengan pertimbangan tertentu” (Sugiyono, 2012, hal. 183). Penarikan sampel

sampling purporsive dengan mempertimbangkan jenis penelitian yang digunakan

dimana dalam penelitian ini membutuhkan kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Penentuan kelas yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini dilihat

berdasarkan tingkat kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing kelas sampel.

Adapun yang dijadikan bahan pertimbangan dalam pemilihan kelas sampel

penelitian ini adalah nilai rata-rata kelas yang ada pada tiap kelas populasi.

Berikut adalah perolehan nilai rata-rata siswa pada mata pelajaran Pendidikan

[image:30.595.210.473.85.177.2]

Agama Islam pada semester pertama.

Tabel 3.3 Nilai rata-rata pelajaran Pendidikan Agama Islam semester 1

(31)

Wawan Purwanto, 2015

EFEKTIVITAS METODE TARGĪB DAN TARHĪBDALAM PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENINGKATKAN KETAATAN IBADAH SALAT

1. VII A 84,09

2. VII B 83,36

3. VII C 83,00

4. VII D 80,41

5. VII E 81,74

6. VII F 82,00

7. VII G 81,92

8. VII H 83,77

Sumber : daftar nilai SMPN 2 Lelea Indramayu

Berdasarkan data di atas, maka sampel dalam penelitian ini diambil 2

kelas yaitu kelas kontrol (pembelajaran menggunakan metode konvensional) dan

kelas eksperimen (pembelajaran dengan menggunakan metode targīb dan tarhīb)

[image:31.595.186.443.84.256.2]

yaitu kelas VII A dan kelas VII H SMP Negeri 2 Lelea Kabupaten Indramayu.

Tabel 3.4 Anggota sampel penelitian siswa kelas VII A dan kelas VII H SMP

Negeri 2 Lelea Indramayu 2014-2015

Kelas Jenis Kelamin Jumlah Siswa

Laki – Laki Perempuan

Kelompok Eksperimen VII A 16 Orang 16 Orang 32 Orang

Kelompok Kontrol VII H 15 Orang 15 Orang 30 Orang

Jumlah 31 Orang 31 Orang 62 Orang

Sumber : data siswa SMPN 2 Lelea Indramayu

D. Instrumen Penelitian

Sugiyono (2012, hal. 308) menjelaskan bahwa “teknik pengumpulan data

merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama

penelitian adalah mendapatkan data”. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan

data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data

(32)

Wawan Purwanto, 2015

EFEKTIVITAS METODE TARGĪB DAN TARHĪBDALAM PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENINGKATKAN KETAATAN IBADAH SALAT

Data merupakan suatu bahan yang sangat diperlukan untuk

diteliti/dianalisis, maka dari itu diperlukan suatu teknik pengumpulan data

yang sesuai dengan tujuan penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah tes. Tes bertujuan untuk mendapatkan data dari hasil

pretest dan posttest pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam bab 9 tentang

Salat Jumat dan bab 10 tentang salat Jama’ dan salat Qaṣar.

Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pengumpulan data pada

penelitiaan ini adalah sebagai berikut :

1. Tahap persiapan

a. Menganalisis topik materi

b. Menyusun rancangan pelaksanaan pembelajaran.

c. Mempersiapkan instrumen penelitian soal tes.

d. Revisi instrument.

e. Membuat soal-soal tes.

f. Konsultasi soal penelitian dengan ahlinya (dalam hal ini adalah dosen

Metodologi Penelitian).

2. Tahap Pelaksanaan

a. Pemberian pretes untuk mengetahui penguasaan konsep sebelum

mengikuti pembelajaran.

b. Implementasi metode pembelajaran targīb dan tarhīb pada kelas

eksperimen sedangkan metode pembelajaran konvensional pada kelas

kontrol.

c. Pemberian postes untuk melihat peningkatan penguasaan konsep siswa

setelah mengikuti pembelajaran.

3. Tahap akhir

a. Mengumpulkan data yang diperoleh.

(33)

Wawan Purwanto, 2015

EFEKTIVITAS METODE TARGĪB DAN TARHĪBDALAM PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENINGKATKAN KETAATAN IBADAH SALAT

c. Menganalisis dan membahas hasil temuan penelitian.

d. Menarik kesimpulan.

Adapun untuk instrumen penelitian, Arikunto (2010, hal. 203)

mengemukakan bahwa instrumen penelitian merupakan alat atau fasilitas yang

digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih

mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis,

sehingga lebih mudah diolah.

Instrumen penelitian yang digunakan sebagai alat pengumpul data dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tes kognitif

“Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan

atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok” (Sugiyono, 2012, hal.

193). Tes digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami materi

atau bahan ajar yang telah disampaikan atau belum. Tes ini dibagi menjadi

kedalam dua bagian yaitu:

a. Pre-test

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, penelitian

menggunakan teknik pre-test atau tes awal untuk mengetahui seberapa besar

kemampuan setiap siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam bab 9

tentang Salat Jumat dan bab 10 tentang Salat Jama’ dan Salat Qaṣar.

b. Pos-test

Post-test atau tes akhir digunakan untuk mengetahui perbedaan

kemampuan siswa masing-masing pada mata pelajaran tersebut setelah

mendapatkan perlakuan menggunakam metode pembelajaran targīb dan tarhīb

dan kemampuan siswa yang mendapat perlakuan dengan menggunakan metode

konvensional.

Langkah-langkah dalam membuat instrumen penelitian ini adalah sebagai

(34)

Wawan Purwanto, 2015

EFEKTIVITAS METODE TARGĪB DAN TARHĪBDALAM PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENINGKATKAN KETAATAN IBADAH SALAT

1. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran.

2. Membuat kisi-kisi sebagaimana acuan dalam pembuatan soal dan mencegah

terjadinya bias instrumen penelitian.

3. Menyusun soal-soal berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat.

4. Tahap pembuatan kunci jawaban dari penilaian butir soal. Setiap soal sudah

dibuat, diberi kunci jawaban berupa penyelesaian soal dan penskoran pada

setiap soal.

Kisi-kisi dan soal dibuat kemudian dikonsultasikan dengan dosen

pembimbing dan para ahli. Instrumen yang digunakan harus memenuhi

beberapa persyaratan, hal ini bertujuan agar memperoleh data yang dapat

dipercaya dan dipertanggungjawabkan. Pengujian instrumen pada penelitian ini

menggunakan pendapat ahli (judgment experts). Dalam hal ini oleh dosen ahli

dibidang Metodologi Penelitian, “aspek-aspek yang akan diukur dengan

berlandaskan teori selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli” (Sugiyono, 2012,

hal. 177). Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun,

sebelum dilakukan pretest soal terlebih dahulu dikonsultasikan dengan ahli. Selain

menggunakan pendapat ahli (judgment experts), analisis instrumen juga di uji

secara statistik. Pengujian instrumen dalam penelitian ini menggunakan program

anates V4 dan SPSS 22. Dalam penelitian ini harus menggunakan beberapa

pengujian, diantaranya adalah:

a. Uji Validitas

Validitas instrumen penelitian adalah ketepatan dari suatu instrumen

penelitian atau alat pengukur terhadap konsep yang akan diukur, sehingga

instrumen ini akan mempunyai kevalidan dengan taraf yang baik. Untuk

mengetahui validitas suatu instrumen penelitian dilakukan pengujian. Sugiyono

(2012, hal. 121) menyatakan bahwa:

(35)

Wawan Purwanto, 2015

EFEKTIVITAS METODE TARGĪB DAN TARHĪBDALAM PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENINGKATKAN KETAATAN IBADAH SALAT

Validitas berkaitan dengan sejauhmana tes telah mengukur apa yang

seharusnya diukur. Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Dalam bahasa Indonesia “valid” disebut dengan istilah “sahih”. Validitas butir soal digunakan untuk mengetahui dukungan suatu butir soal terhadap skor total. Untuk menguji validitas setiap butir soal, skor-skor yang

ada pada butir soal yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Sebuah soal

akan memiliki validitas yang tinggi jika skor soal tersebut memiliki dukungan

yang besar terhadap skor total. Dukungan setiap butir soal dinyatakan dalam

bentuk korelasi, sehingga untuk mendapatkan validitas suatu butir soal digunakan

rumus korelasi.

Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product

moment Pearson.

2 2



2 2

) ( ) ( ) )( ( Y Y N X X N Y X XY N rxy          

 (Furqon, 2009, hal. 103)

Keterangan:

rxy: koefesien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel

yang dikorelasikan.

X : Skor item

Y : Skor total

N : jumlah siswa

[image:35.595.137.475.597.677.2]

Interpretasi besarnya koefesien korelasi adalah sebagai berikut:

Tabel 3.5 Kategori Validitas Butir Soal

Batasan Kategori

(36)

Wawan Purwanto, 2015

EFEKTIVITAS METODE TARGĪB DAN TARHĪBDALAM PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENINGKATKAN KETAATAN IBADAH SALAT

0,60< rxy≤ 0,80 tinggi (baik)

0,40< rxy≤ 0,60 cukup(sedang)

0,20< rxy≤ 0,40 rendah (kurang)

0,00< rxy≤ 0,20 sangat rendah (sangat kurang)

Sumber : (Arifin, 2009, hal 257)

Kemudian untuk mengetahui signifikansi korelasi dilakukan uji-t dengan

rumus berikut: 2 1 2 xy xy r N r t  

 (Furqon, 2009, hal. 223)

Keterangan:

t : Daya pembeda dari uji t

N: Jumlah subjek

rxy: Koefesien korelasi

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh ketika diuji ulang

dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau dari satu pengukuran ke

pengukuran lainnya. Suatu tes dapat dikatakan memiliki taraf reliabilitas yang

tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap yang dihitung dengan

koefesien reliabilitas. Menghitung reliabilitas soal pilihan ganda dengan rumus:

(Arikunto, 2010, hal. 288).

        2 1 2 1 2 1 2 1 11 1 2 r r r

(37)

Wawan Purwanto, 2015

EFEKTIVITAS METODE TARGĪB DAN TARHĪBDALAM PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENINGKATKAN KETAATAN IBADAH SALAT

2 1 2 1

r : Koefesien antara skor-skor setiap belahan tes

Harga dari 2 1 2 1

r dapat ditentukan dengan menggunakan rumus korelasi

product moment Pearson.

Perhitungan reliabilitas tes bentuk uraian menggunakan rumus sebagai

berikut: (Arikunto, 2010, hal. 288)

                2 2 11 1 1 i i n n r   Keterangan :

r11 : reliabilitas yang dicari

i2 : jumlah varians skor tiap butir soal

i2 : varians total

n : jumlah butir soal uraian

Varians skor tiap butir soal dihitung dengan rumus (Arikunto, 2010, hal.

288): N N X X i 2 2 2 ) (    

Sedangkan varians total dihitung dengan rumus (Arikunto, 2010, hal. 288):

 

N N Y Y i 2 2 2     

Interpretasi derajat reliabilitas suatu tes adalah sebagai berikut:

(38)

Wawan Purwanto, 2015

EFEKTIVITAS METODE TARGĪB DAN TARHĪBDALAM PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENINGKATKAN KETAATAN IBADAH SALAT

Batasan Kategori

0,80< r11≤ 1,00 sangat tinggi (sangat baik)

0,60<r11 ≤ 0,80 tinggi (baik)

0,40< r11≤ 0,60 cukup(sedang)

0,20< r11≤ 0,40 rendah (kurang)

11

r ≤ 0,20 sangat rendah (sangat kurang)

Sumber : (Depdiknas, 2008, hal. 14)

c. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau

mudahnya suatu soal. Besarnya indeks kesukaran berkisar antara 0,00 sampai 1,0.

Soal dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar,

sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa soal tersebut terlalu mudah. Indeks

kesukaran diberi simbol P (proporsi), untuk soal pilihan ganda dihitung dengan

rumus:

JS B

P (Arikunto, 2008, hal. 208)

Keterangan:

P : Indeks kesukaran

B : Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul

JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes

(39)

Wawan Purwanto, 2015

EFEKTIVITAS METODE TARGĪB DAN TARHĪBDALAM PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENINGKATKAN KETAATAN IBADAH SALAT

ditetapkan yang

maksimum Skor

Mean

P (Depdiknas, 2008, hal. 9)

Keterangan: P = Indeks kesukaran

tes mengikuti yang didik peserta Jumlah soal suatu pada tes peserta siswa skor Jumah

Mean .

[image:39.595.168.464.284.416.2]

Klasifikasi untuk indeks kesukaran adalah sebagai berikut:

Tabel 3.7 Kategori tingkat Kesukaran Butir Soal

Batasan Kategori

0,00 ≤ P < 0,30 soal sukar

0,30 ≤ P < 0,70 soal sedang

0,70 ≤ P < 1,00 soal mudah

Sumber: (Arifin,2009, hal. 272)

d. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan

antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan

rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut Indeks

diskriminasi (D). Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi soal pilihan

ganda adalah: A B B B A A

P

P

J

B

J

B

D

(Arikunto, 2008, hal. 213)

Keterangan:

(40)

Wawan Purwanto, 2015

EFEKTIVITAS METODE TARGĪB DAN TARHĪBDALAM PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENINGKATKAN KETAATAN IBADAH SALAT

JB : Banyaknya peserta kelompok bawah

BA: Banyaknya kelompok atas yang menjawab benar

BB: Banyaknya kelompok bawah yang menjawab benar

PA: proporsi kelompok atas yang menjawab benar

PB : proporsi kelompok bawah yang menjawab benar

Untuk mengetahui daya pembeda soal bentuk uraian dengan menggunakan

rumus berikut ini.

soal

maksimum

Skor

bawah

kelompok

Mean

atas

kelompok

Mean

D

(Depdiknas, 2008, hal. 12)

Butir soal tes yang tidak atau kurang valid direvisi dan selanjutnya diuji

validitasnya melalui data skor tes awal dan skor tes akhir.

[image:40.595.146.469.529.693.2]

Kategori daya pembeda adalah sebagai berikut:

Tabel 3.8 Kategori Daya Pembeda

Batasan Kategori

0,00 ≤ D ≤ 0,20 Jelek

0,20 < D ≤ 0,40 Cukup

0,40 < D ≤ 0,70 Baik

(41)

Wawan Purwanto, 2015

EFEKTIVITAS METODE TARGĪB DAN TARHĪBDALAM PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENINGKATKAN KETAATAN IBADAH SALAT

Sumber : (Arikunto, 2008, hal. 218)

2. Angket

Sugiyono berpendapat (2012, hal. 102) “Instrumen penelitian adalah suatu

alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.

Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian”. Senada dengan

pendapat Sugiyono, Suharsimi mengungkapkan (Langgulung, 2003, hal. 76) „Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan mudah dan hasilnya lebih baik,

dalam arti lebih cepat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah‟.

Instrumen dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk angket, lebih

spesifikasinya angket yang dibuat berupa angket tertutup yang memiliki sifat

langsung dan angket tersebut terdiri dari 40 item pernyataan. Angket yang

menjadi instrumen penelitian tersebut dilampirkan.

Setelah membahas instrumen penelitian selanjutnya peneliti akan

menjelaskan mengenai skala pengukuran yang digunakan dalam instrumen

penelitian ini.

Skala pengukuran menurut Sugiyono (2012, hal. 92) : Skala pengukuran

merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan

panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut

bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif.

Penelitian ini menggunakan skala likert, yang dimaksud skala likert

menurut Sugiyono (2012, hal. 93) “Skala likert digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena

sosial”. Menurut Langgulung (2003, hal. 72) “Skala likert merupakan jenis skala

yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian (fenomena sosial spesifik),

seperti sikap, pendapat, dan persepsi sosial seseorang atau sekelompok orang”.

Menurut Riduwan (2012, hal. 12) “Skala likert digunakan untuk mengukur sikap,

(42)

Wawan Purwanto, 2015

EFEKTIVITAS METODE TARGĪB DAN TARHĪBDALAM PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENINGKATKAN KETAATAN IBADAH SALAT

sosial”.

Dari pendapat para ahli yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa

skala likert biasa digunakan untuk mengukur sikap. Dikarenakan sesuai dengan

tujuan penelitian yaitu untuk mengukur sikap ketaatan ibadah salat siswa, maka

peneliti menggunakan skala likert dalam intrumen penelitian ini.

3. Tujuan Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini memiliki tiga tujuan, adapun tujuan dari

instrumen ini adalah:

a. Mengetahui ketaatan „ibadah salat siswa sebelum dilaksanakan metode targīb

dan tarhīb.

b. Mengetahui ketaatan ibadah salat siswa setelah dilaksanakan metode targīb

dan tarhīb.

c. Mengetahui efektivitas metode targīb dan tarhīb dalam meningkatkan

ketaatan ibadah salat siswa.

4. Cara Menggunakan Instrumen Penelitian

Cara menggunakan instrumen penelitian ini sederhana, yaitu dengan

meminta responden memberi tanda checklist (√) pada kolom instrumen yang

tersedia dan pemilihan disesuaikan dengan kenyataan yang terjadi pada

responden. Setiap item mempunyai tiga pilihan jawaban, yaitu, Sering,

Kadang-Kadang dan Tidak Pernah.

5. Pemberian Skor pada Instrumen Penelitian

Pemberian skor pada instrumen ini terdapat dua bagian sesuai dengan

[image:42.595.141.469.652.698.2]

bentuk item apakah positif atau negatif.

Tabel 3.9 Pemberian Skor Pada Instrumen

Bentuk Item

Pemberian Skor

Sering Kadang-kadang

(43)

Wawan Purwanto, 2015

EFEKTIVITAS METODE TARGĪB DAN TARHĪBDALAM PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENINGKATKAN KETAATAN IBADAH SALAT

(Positif) +

3 2 1

(Negatif) -

1 2 3

[image:43.595.144.471.91.320.2]

Sumber : (Riduwan, 2012, hal. 13)

Tabel 3.10 Kriteria angket

Batasan Kategori

Scala likert ≥ 66,7 Kuat

≥ 33,3 dan < 66,6 Cukup

Scala likert < 33,3 Rendah

Sumber : (Riduwan, 2012, hal. 13)

E. Prosedur Penelitian

Data hasil penelitian berupa data mentah yang belum banyak memberikan

arti dalam menjawab pertanyaan penelitian. Data tersebut perlu diolah agar dapat

dianalisis dan menggambarkan hasil penelitian. Langkah-langkah yang dilakukan

dalam pengolahan data meliputi :

1. Melakukan penskoran tes awal, tes akhir dan gain ternormalisasi data

penguasaan konsep.

2. Peningkatan penguasaan konsep siswa sebagai hasil implementasi metode

pembelajaran dihitung dari skor tes awal dan tes akhir yang dinormalisasi oleh

selisih antara skor maksimal dengan skor tes awal. Hal ini dimaksudkan untuk

menghindari kesalahan dalam menginterpretasikan perolehan gain

masing-masing siswa. Untuk menghitung gain ternormalisasi tes penguasaan konsep

dengan rumus g factor (gain score normalized)

pre maks

pre post

S S

S S g

 

(44)

Wawan Purwanto, 2015

EFEKTIVITAS METODE TARGĪB DAN TARHĪBDALAM PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENINGKATKAN KETAATAN IBADAH SALAT

Keterangan: Spost : Skor tes akhir

Spre : Skor tes awal

[image:44.595.148.470.224.354.2]

Smaks : Skor maks ideal

Tabel 3.11 Kategori Perolehan Skor N-Gain

Batasan Kategori

N-gain > 0,7 Tinggi

0,3 ≤ N-gain ≤ 0,7 Sedang

N-gain < 0,3 Rendah

3. Menguji normalitas data skor tes awal, tes akhir dan N-gain kedua kelompok

kelas

4. Menguji homogenitas varians data tes awal, tes akhir dan N-gain.

Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik uji stastistik yang sesuai

dengan distribusi data yang diperoleh. Jika data terdistribusi normal dan

varians data homogen, maka uji hipotesis dengan menggunakan uji-t dua

pihak (2-tailed). Tujuan dari uji hipotesis yaitu untuk mencari signifikansi

perbedaan N-gain kedua kelompok kelas. Rumus yang digunakan adalah

Susetyo (2010, hal. 276):

         2 1 2 1 1 1 n n S x x t

S2 =

(45)

Wawan Purwanto, 2015

EFEKTIVITAS METODE TARGĪB DAN TARHĪBDALAM PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENINGKATKAN KETAATAN IBADAH SALAT

keterangan:

1

x : nilai rata-rata hasil kelas eksperimen

2

x : nilai rata-rata hasil kelas kontrol.

n1 : banyaknya subyek kelompok eksperimen

n2 : banyaknya subyek kelompok kontrol

1

S : standar deviasi kelompok eksperimen

2

S : standar deviasi kelompok kontrol

Ketentuan uji-t dua pihak (2-tailed) yaitu, jika thitung > ttabel berarti hipotesis

yang diajukan diterima sedangkan jika thitung < ttabel berarti hipotesis yang

diajukan ditolak.

5. Untuk menganalisa aktivitas, tanggapan siswa terhadap metode pembelajaran Targīb dan Tarhīb, dengan analisis secara kualitatif melalui observasi, angket dan wawancara.

F. Analisis Data

Sugiyono (2012, hal. 147) mengemukakan bahwa, Analisi

Gambar

Tabel 1.1 żuhū
Tabel 3.1 Desain Penelitian Nonequivalent Control Group Design
Tabel 3.2 Populasi Siswa kelas VII SMP Negeri 2 Lelea Indramayu
Tabel 3.3 Nilai rata-rata pelajaran Pendidikan Agama Islam semester 1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Yahudi dari al-Aws, orang-orang merdeka (di kalangan) mereka dan mereka sendiri, mempunyai kedudukan yang sama dengan orang- orang yang terikat dengan piagam ini dalam loyalitas

Rata-rata lama penyembuhan putting susu lecet pada ibu post partum yang diberi peppermint adalah 6,0 hari, dengan SD 0,9.Rata-rata lama penyembuhan putting susu

Ketentuan lebih lanjut mengenai Pemenuhan hak Penyandang Disabilitas di bidang pendidikan sebagaimana diatur dalam Pasal 14 diatur dengan Peraturan Daerah

Begitu juga dalam adat dan tata cara perkawinan etnis Angkola di Luat. Halongonan, dimana masyarakat mengalami perubahan dimana dapat kita

Terdapat beberapa upacara adat lain yang ada di Luat Halongonan, yaitu :.

[r]

Mengetahui gen yang terlibat dalam biosintesis senyawa bioaktif akan memungkinkan ekspresi mereka dalam organisme pembawa yang sesuai dan produksi

3. Kewjiban lain yang akan jatuh tempo di periode berjalan, misalnya: promes yang akan segera jatuh tempo. Lebih jauh lagi, laibilitas lainnya yang masuk klasifikasi jangka