PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU WEBBED UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
SISWA KELAS 3
( Penelitian Tindakan Kelas di kelas 3 SD Negeri Babakan Ciparay 9 Kecamatan Babakan Ciparay Kota Bandung Tahun Pelajaran 2013-2014 )
Diajukan untuk Memenuhi sebagian dari Syarat Menempuh Gelar Sarjana PendidikanProgram Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
oleh Nur Adiah 0908722
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PEDAGOGIK
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU WEBBED UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS 3
( Penelitian Tindakan Kelas di kelas 3 SD Negeri Babakan Ciparay 9 Kecamatan Babakan Ciparay Kota Bandung Tahun Pelajaran 2013-2014 )
oleh Nur Adiah
0908722
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pendidikan
© Nur Adiah 2014
Universitas Pendidikan Indonesia Januari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
ABSTRAK
Nur Adiah. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Terpadu Webbed untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas 3 Pada Mata Pelajaran IPA, IPS dan Bahasa Indonesia dengan tema Lingkungan Sekitar.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan siswa dalam memahami pembelajaran dan menarik kesimpulan inti dari keterkaitan berbagai mata pelajaran yang diproseskan, berdasarkan fakta metode yang digunakan dalam pembelajaran di Sekolah Dasar ini tampak masih monoton yaitu ceramah dan tanya jawab serta tidak melibatkan siswa secara langsung untuk menghubungkan pengetahuan yang dipelajarinya dengan kehidupan nyata, berdampakpada kurang meningkatnya kemampuan siswa dalam menganalisis soal-soal yang diberikan sehingga prestasi belajar siswa berkurang. Tujuan penelitian ini yaitu untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas III yang dapat dilihat dari tes kemampuan belajar sesuai dengan pencapaian Kompetensi Dasar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas menggunakan model pembelajaran terpadu webbed dengan Subjek penelitian adalah siswa kelas III sebanyak 36 orang siswa yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 10 orang siswa perempuan. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian dilakukan dalam dua siklus. Siklus pertama dan kedua terdiri dari perencanaan, pelaksanaan dan observasi, refleksi dan tindak lanjut. Data penelitian diperoleh melalui observasi, tes, dan dokumentasi kegiatan pembelajaran. Data hasil penelitian dianalisis, diolah, dideskripsikan, didiskusikan dan dikaji ulang bersama-sama guru mitra, kemudian direfleksi sebagai bahan pertimbangan pada tindakan selanjutnya. Dari hasil penelitian
diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran terpadu webbed ini pada pembelajaran IPA, IPS dan bahasa indonesia dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa yang dapat dilihat dari peningkatan ketercapaian indikator berpikir kritis yang diaplikasikan dalam tes kemampuan belajar, pada siklus 1 65% sedangkan untuk siklus 2 mencapai 90,27%.
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan i
Pernyataan ii
Abstak iii
Kata Pengantar iv
Ucapan Terima Kasih v
Daftar Isi vii
Daftar Tabel ix
Daftar Lampiran x
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C.Tujuan Penelitian
D.Manfaat dan Hasil Penelitian
E. Hipotesis Tindakan
F. Penjelasan Istilah
BAB II KAJIAN TEORI
A.Pembelajaran di Sekolah Dasar
B. Pembelajaran Terpadu
C.Pembelajaran Terpadu Webbed ( jaring
laba-laba)
1. Prinsip dasar Pembelajaran
2. Terpadu Webbed
3. Karakteristik Pembelajaran Terpadu
Webbed
4. Langkah-langkah Pembelajran
Terpadu Webbed
D.Keterampilan Berpikir Kritis
1. Pengertian Berpikir Kritis
2. Karakteristik Berpikir Kritis
3. Langkah Pembelajaran Berpikir
Kritis
4. Evaluasi
BAB III METODE PENELITIAN
A.Metode dan Model Penelitian
B.Lokasi dan Waktu Penelitian
C.Subjek Penelitian
D.Prosedur Penelitian
E. Instrumen Penelitian
F. Pengolahan Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
B. Hasil Penelitian
1. Siklus ke-1
2. Siklus ke-2
C. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Perencanaan Pembelajaran
2. Pelaksanaan Pembelajaran
3. Hasil Belajar Siswa
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. SIMPULAN
B. REKOMENDASI
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran merupakan inti dan muara segenap proses pengelolaan pendidikan yang melibatkan pendidik dan anak didik. Pendidikan pada hakekatnya
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan setiap manusia karena dengan pendidikan manusia dapat berdaya guna dan mandiri. Selain itu pendidikan juga sangat penting dalam pembangunan suatu bangsa. Utami (Dewi, 2010: 1) mengemukakan bahwa Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan individu, terutama bagi perkembangan bangsa dan negara. Oleh karena itu tidak salah jika pemerintah senantiasa mengusahakan untuk meningkatkan mutu pendidikan baik dari tingkat yang paling rendah sampai ke tingkat perguruan tinggi.
Selama ini yang dialami di masyarakat pada umumnya sebelum anak memasuki bangku sekolah terbiasa memandang dan mempelajari segala sesuatunya menjadi kesatuan yang utuh (Resmini, 1996: 2).
Sayangnya pembiasaan cara berpikir yang tidak terkotak-kotak tersebut dibuyarkan dengan adanya bidang studi di awal anak masuk sekolah dasar, ketika mereka mamasuki situasi belajar secara formal dibangku sekolah, mereka disuguhi oleh berbagai ilmu yang dikemas dalam penyekatan mata pelajaran sehingga anak kesulitan untuk memahami fenomena yang terjadi dilingkungan sekitarnya.
Proses pendidikan yang dialami oleh anak menunjukkan seolah-olah konsep antar pelajaran tidak saling berkaitan, penyelenggaraan pendidikan sekarang ini yang menekankan pada pembelajaran yang memisahkan penyajian antar satu mata
Begitu pula dengan pendidikan sekarang ini sering menampilkan suatu proses pembelajaran yang masih menggunakan metoda ceramah dari guru kepada siswanya di mana guru mendominasi kelas sepenuhnya, materi yang diberikan kepada siswa sudah dalam bentuk final dan muri hanya menerima tanpa banyak mengetahui tentang bagaimana, mengapa dan untuk apa materi-materi yang dipelajarinya itu.
Akibatnya siswa hanya belajar secara menghapal saja tanpa memahami makna
dari materi yang dipelajarinya, sehingga siswa tidak kritis menanggapi perubahan yang dekat dengan dirinya, indikasi ini juga tampak dari banyaknya murid saat menghadapi soal-soal yang belum diberikan contohnya, mereka tidak dapat menyelesaikan meskipun dia dapat menyelesaikan nya dengan benar.
Proses pembelajaran selain diharapkan akan melahirkan perubahan kognitif, afektif dan psikomotor pada diri peserta didik, juga dapat merupakan proses pembelajaran dengan penyelesaian permasalahan. Dengan proses ini siswa mengalami pembelajaran sendiri sehingga terjadi proses pembentukan berpikir kritis sesuai dengan kurikulum 2006 yang sering dikenal dengan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Peningkatan berpikir kritis ini dapat berlangsung dalam pendidikan formal dan nonformal, secara formal seperti di sekolah dasar, madrasah ibtidaiyah, dan institusi-institusi lainnya. Pendidikan formal dapat berlangsung juga dengan cara mengajar diri sendiri (self-instruction).
Proses pendidikan melalui pembelajaran terpadu ini akan meningkatkan cara berpikir kritis siswa, sehingga proses yang diciptakan dalam satu atau lebih pernyataan dan membuat keputusan yang objektif berdasarkan pada pertimbangan dan fakta yang mendukung. Pembelajaran ini dapat diartikan pembelajaran yang dapat memahamkan materi pembelajaran melalui pengalaman langsung dan nyata,
Pembelajaran yang memisahkan secara tegas penyajian mata pelajaran tersebut hanya akan membuahkan kesulitan bagi setiap anak karena hanya akan memberikan pengalaman belajar yang bersifat artificial atau pengalaman belajar yang dibuat-buat. Oleh karena itu, pembelajaran di sekolah dasar harus memperhatikan karakteristik anak yang akan menghayati pengalaman belajar tersebut sebagai satu kesatuan yang utuh. Pengemasan pembelajaran harus dirancang secara tepat karena
akan berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman belajar anak. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual baik di dalam maupun antar mata pelajaran, akan memberikan peluang bagi anak untuk menjadikan pembelajaran yang efektif dan bermakna (meaningful learning).
Proses untuk membuat suatu pendekatan pembelajaran yang bermakna tidaklah mudah. Materi ajar yang diberikan sekarang ini banyak yang memuat indikator yang sama dengan materi ajar yang lain (materi ajar yang tumpang tindih). Hasil dari proses pembelajaran yang diberikan membuat siswa menjadi bosan dan tidak bermakna, bahkan kurang terfokus pada kebutuhan siswa dalam memahami konsep yang dipelajarinya. Apabila konsep awal kurang terpahami secara jelas maka pengembangan dari satu konsep tersebut akan tidak jelas, sehingga anak merasa bingung untuk memahami beberapa tujuan pembelajaran selanjutnya, dan hal ini dibuktikan dengan kurangnya respon anak terhadap permasalahan sosial yang tampak dihadapannya. Apalagi dengan arahan kurikulum KTSP ini yang mempunyai acuan kepada Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual agama,
Oleh karenanya, untuk menghasilkan sumber daya manusia yang sesuai dengan tujuan pendidikan yang mengacu pada UUD No. 20 Tahun 2003 dan kurikulum 2006, terutama dalam mengembangkan kemampuan menganalisis fakta, mencetuskan dan menata gagasan, mempertahankan pendapat, membuat perbandingan, menarik kesimpulan, mengevaluasi argumen, dan memecahkan
masalah (Chance, 1986: 12), diperlukan suatu model pembelajaran terpadu. Pembelajaran terpadu ini merupakan suatu konsep pendekatan yang menyatukan beberapa materi pembelajaran dalam satu tema pembelajaran yang disampaikan kepada siswa sehingga akan menghasilkan siswa yang mempunyai kompetensi sesuai dengan arahan kurikulum di atas.
Penelitian ini diharapkan akan memperbaiki cara berpikir siswa yang selama ini hanya menunggu hasil dari pemberian materi oleh pendidik saja. Sekarang siswa belajar akan lebih kreatif dan inovatif tanpa di drill oleh para guru yang mengajar di sekolahnya, bahkan siswa akan merasa dengan sendirinya belajar adalah suatu kebutuhan. Kegiatan guru dan siswa dalam penelitian ini antara lain (Fogarty, 1991: 63):
1. Pendekatan pembelajaran yang melibatkan guru dan siswa untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi anak.
2. Pendekatan yang berorientasi praktek pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak.
3. Pembelajaran yang secara efektif akan membantu menciptakan kesempatan yang luas bagi siswa untuk melihat dan membangun konsep-konsep dasar yang kokoh.
4. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami masalah yang kompleks yang ada di lingkungan sekitarnya dengan pandangan yang utuh.
Oleh sebab itu pembelajaran terpadu ini sebagai suatu konsep pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran yang memberikan pengalaman belajar bermakna, akan menjadi pilihan untuk termilikinya kemampuan berpikir kritis siswa, yang akan merespon segala permasalahan yang muncul dan dapat menempatkan prilakunya dengan tepat dalam kehidupan, pembelajaran terpadu diyakini sebagai pendekatan yang berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan anak.
Pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik (Joni, 1996: 3).
Pembelajaran terpadu secara efektif akan membantu menciptakan kesempatan yang luas bagi siswa untuk melihat dan membangun konsep-konsep yang saling berkaitan. Dengan demikian, siswa diberikan kesempatan untuk memahami masalah yang kompleks yang ada di lingkungan sekitarnya dengan pandangan yang utuh tidak terpisah-pisah dan diharapkan siswa akan memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi, mengumpulkan, menilai dan menggunakan konsep yang telah dimilikinya. Semua informasi yang ada disekitar anak secara responsif juga bermakna akan termiliki oleh siswa, kebermaknaan tersebut dapat memberikan arti bahwa pada pembelajaran terpadu siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan antara konsep semua materi pembelajaran yang terkait. Hal ini dapat diperoleh tidak saja melalui pemberian pengetahuan baru kepada siswa melainkan juga melalui kesempatan memantapkan dan menerapkannya dalam berbagai situasi baru yang semakin
beragam, dalam kehidupan sehari-hari anak. Pendekatan metode pembelajaran webbed ini sangatlah tepat karena akan mengembangkan keterampilan anak secara
Proses pembelajaran yang serentak ini akan menghasilkan intelektual yang dimiliki oleh siswa secara utuh dan siswa akan lebih aktif dan terampil mengkonseptualisasi, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi informasi yang dikumpulkan atau dihasilkan dari pengamatan, pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi, untuk memandu keyakinan dan tindakan (Scriven & Paul, 1992). Hal ini adalah suatu proses yang diharapkan sebenarnya oleh dunia
pendidikan, yaitu anak tidak hanya manggut-manggut saja dalam menerima suatu proses pembelajaran, tapi anak harus mengerti dan memahaminya, sehingga siswa akan terbiasa mengolah daya fikir kritisnya, di sini anak mampu menyimpulkan dari apa yang diketahuinya, dan mengetahui cara memanfaatkan informasi untuk memecahkan masalah kesehariannya, dan mencari sumber-sumber informasi yang relevan untuk dirinya inilah pengalaman belajar. Terjadinya proses pembelajaran yang mengolah daya berpikir kritis siswa ini akan berhasil apabila ada tindakan dari pendidik yang memahami betul kebutuhan siswa. Seperti yang dikemukakan Jean Piaget (Heruman, 2012 : 1), bahwa “anak usia 7 sampai 12 tahun berada pada tahap
operasional kongkrit”.
Dengan menerapkan pendekatan model pembelajaran webbed. Sukmara dalam wulianti (2005: 12) mengemukakan bahwa:
“ Belajar adalah suatu proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang atau sekelompok orang sebagai pengembangan fungsi-fungsi potensial kodrati yang
dimilikinya secara utuh dan terpadu”.
Pendekatan pembelajaran terpadu ini diterapkan dalam proses pembelajaran membuat siswa tidak menerima secara langsung konsep yang diberikan oleh guru melalui penjelasan, akan tetapi siswa membangun sendiri pemahaman konsep yang
diterimanya melalui hal-hal yang sudah diketahui. Hal ini mengantarkan siswa untuk melakukan kegiatan diskusi, kolaborasi, interpretasi, dan berargumentasi dengan
diserapnya sebagai bahan untuk mengembangkan pengetahuannya, dalam mengembangkan kemampuan siswa untuk menganalisis fakta, mencetuskan dan menata gagasan, mempertahankan pendapat, membuat perbandingan, menarik kesimpulan, mengevaluasi argumen dan memecahkan masalah oleh siswa itu sendiri.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan dan data keberhasilan dari beberapa penelitian di atas, maka peneliti memfokuskan kajian pada penerapan model
pembelajaran terpadu webbed untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa kelas 3 di SDN Babakan Ciparay 9 Kecamatan Babakan Ciparay Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014.
Dahar (1989: 119) mengatakan bahwa belajar akan mempunyai kebermaknaan yang tinggi dengan menjelaskan hubungan antara konsep-konsep. Selanjutnya terdapat tiga kebaikan belajar bermakna (Ausubel dalam Dahar, 1989: 115), yaitu:
1. Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama dapat diingat.
2. Informasi baru yang telah dikaitkan dengan konsep-konsep yang relevan sebelumnya dapat meningkatkan konsep yang telah dikuasai sebelumnya, sehingga memudahkan proses pembelajaran materi berikutnya yang serupa. 3. Informasi yang dilupakan setelah pernah dikuasai sebelumnya masih
meninggalkan bekas, sehingga memudahkan untuk mempelajari hal-hal serupa.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Permasalahan yang penulis hadirkan berdasarkan kepada latar belakang yang telah diungkapkan di atas, dirinci lebih lanjut ke dalam rumusan pertanyaan penelitian sebagai berikut :
Dalam hal ini saya merangkum permasalahan siswa dengan 3 point yaitu :
2. Bagaimana pelaksanaan model terpadu webbed dalam meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa ?
3. Bagaimana peningkatan kemampuan berfikir kritis siswa setelah mendapatkan pembelajaran dengan model terpadu webbed ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah :
1. Mengetahui perencanaan pembelajaran model terpadu webbed yang akan meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
2. Menelaah pelaksanaan pembelajaran terpadu webbed di lapangan untuk dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
3. Mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa melalui penerapan model pembelajaran terpadu webbed.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pembelajaran di SDN Babakan Ciparay 9 kelas 3 sebagai berikut:
1. Untuk siswa:
2. Untuk guru:
a. Memberikan pengalaman yang sangat berarti dalam membuat suatu perencanaan yang akan mengolah kemampuan menganalisis fakta, mencetuskan dan menata gagasan, mempertahankan pendapat, membuat perbandingan, menarik kesimpulan, mengevaluasi argumen dan memecahkan masalah , semua itu dikemas dalam satu pendekatan model
pembelajaran terpadu webbed. Pendekatan ini menjadi sebuah pembelajaran yang mudah dan menyenangkan sehingga dapat membentuk cara berfikir kritis yang lebih meningkat kapada siswa.
b. Sebagai masukan pemilihan model pembelajaran sehingga dapat disesuaikan dengan tingkat usia serta bakat dan minat siswa.
3. Untuk sekolah:
Penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi sekolah SDN Babakan Ciparay 9 khususnya kelas 3 dalam melaksanakan pembinaan bagi para pengelola pendidikan dalam mengarahkan suatu proses pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa.
E. Struktur Organisasi
Pada penelitian ini terdiri dari 5 bab:
Bab II : Kajian pustaka tentang kerangka pemikiran berisikan pembelajaran di sekolah dasar, karekteristik pembelajaran terpadu, kelebihan dan kekurangan pembelajaran terpadu webbed, peran guru dan siswa dalam pendekatan terpadu webbed, pengertian berpikir kritis, meningkatkan berpikir kritis siswa kelas , hipotesis penelitian berisikan tentang
kesimpulan sementara mengenai pentingya penggunaan pembelajaran dengan menggunakan metoda terpadu webbed khususnya di kelas 3.
Bab III : Metoda penelitian berisikan tentang karakteristik PTK, prinsip dasar PTK, tujuan PTK, manfaat PTK, perencanaan PTK, pelaksanaan PTK, observasi, refleksi, lokasi dan subjek penelitian, prosedur penelitian, instrumen penelitian, pengolahan data penelitian.
Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan berisikan tentang uraian hasil dari penelitian yang dilakukan berikut pembahasan yang telah dilakukan selama penelitian.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Kasihani (Sukayati, 2008:7)
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan PTK adalah penelitian praktis, bertujuan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran di kelas dengan cara melakukan tindakan-tindakan. Upaya tindakan untuk perbaikan dimaksudkan sebagai pencarian jawab atas permasalahan yang dialami guru dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari.
Menurut Arikunto, (2002: 2-3) menjelaskan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) melalui paparan difinisi dari konsep penelitian, yaitu sebagai berikut: 1. Penelitian menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek
menggunakan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu dari suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
2. Tindakan menunjukkan suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan.
3. Kelas dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa dalam waktu yang sama menerima pelajaran yamg sama dari guru yang sama pula.
Dari paparan definisi yang disebutkan di atas maka dapat disimpulkan
Guru dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat melihat sendiri praktek pembelajaran atau bersama observer melakukan penelitian terhadap siswa dilihat dari segi aspek interaksinya dalam suatu proses belajar mengajar yang berlangsung di kelas. Setelah mengadakan PTK guru dapat memperbaiki pembelajaran sehingga lebih efektif lagi.
Pelaksanaan PTK yang dilakukan guru tidak akan mengganggu dalam
pencapaian target kurikulum, karena dalam penelitian tidak mempengaruhi materi pembelajaran tetapi untuk memperbaiki proses pembelajaran demi tujuan yang telah ditagetkan. Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas melibatkan siswa melalui tindakan yang telah direncanakan oleh peneliti.
B. Lokasi dan waktu Penelitian a. Lokasi Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Babakan Ciparay 9 Kelurahan Babakan Ciparay, Kecamatan Babakan Ciparay Kotamadya Bandung. Kelas III pada mata pelajaran IPA, IPS dan bahasa indonesia Semester I tahun Pelajaran 2013/2014.
Pemilihan sekolah tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa sekolah adalah tempat peneliti bertugas sehingga pelaksanaan penelitian akan lebih mudah dilakukan. Pertimbangan pelaksaan penelitian di kelas III adalah bahwa peserta didik kelas III diasumsikan telah memiliki keterampilan membaca dan menulis yang lebih baik dari pada kelas II dan kelas I, sehingga dari kemampuan keterampilan membaca dan menulis yang lebih baik itulah peserta didik akan mengikuti kegiatan pembelajaran khususnya dalam pembelajaran terpadu webbed ini akan lebih baik.
b. Waktu Penelitian
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah kelas III ( tiga ) dengan jumlah siswa 36 orang yang terdiri dari 20 orang laki-laki dan 16 orang perempuan, dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) materi
Lingkungan Sekitar terdapat dalam pokok pembelajaran IPA, IPS dan Bahasa Indonesia di Kelas III SD semester 1 tahun Pelajaran 2013/2014.
2. Prosedur Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti akan menggunakan model Kemmis dan Mc. Taggart.
Tindakan SIKLUS I
Refleksi
Observasi
Perencanaan
Tindakan SIKLUS II
Refleksi
Observasi
Perencanaan
Tindakan ? SIKLUS ?
[image:20.595.116.513.190.657.2]Dalam perencanaan Kemmis ini menggunakan spiral refleksi diri yang dimulai dengan rencana, tindakan, pengamatan, refleksi. Perencanaan kembali merupakan suatu ancang-ancang pemecahan permasalahan (Kasbolah, 1998 : 113). Empat kegiatan tersebut pelaksanaannya dilakukan secara berulang-ulang (siklus). Alur
[image:21.595.113.527.243.722.2]penelitian tindakan kelas yang dikembangkan dapat dilihat pada bagan berikut :
Gambar. 3.2. Desain Penelitian Tindakan Kelas S I K L U S I Pra Tindakan
Mengungkap kemampuan awal siswa Sebelum pembelajaran melalui pendekatan terpadu webbed
Menetapkan tema pembelajaran
Menyusun RPP Tindakan I
Menyusun LKS dan Alat evaluasi
Pembagian Kelompok
Pengkajian
Teori-teori pembelajaran IPA, IPS dan Bahasa Indonesia.
Penelitian Tindakan Kelas
Hasil Penelitian & Observasi Lapangan
Identifikasi masalah
Proses pembelajaran IPA, IPS dan Bahasa Indonesia di SD kelas 3
Upaya peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa melalui penerapan pendekatan terpadu
Pelaksanaan Tindakan I Pembelajaran IPA, IPS dan bahasa Indonesia melalui Pendekatan Terpadu Webbed
Observasi pelaksanaan tindakan I
Pelaksanaan Tindakan II
Pembelajaran IPA, IPS dan bahasa Indonesia melalui Pendekatan Terpadu Webbed
Analisis dan refleksi tindakan II
S I K L U S II Penyusunan Rencana Tindakan II
Analisis dan refleksi tindakan I
Observasi
Pelaksanaan Tindakan II
1. Tahap Pelaksanaan dan Pengamatan Siklus I
Siklus pertama dalam PTK ini terdiri dari perencanaan, pelaksanaan,
tindakan, pengamatan(observasi) dan refleksi sebagai berikut : 1. Tahap perencanaan (Planning)
a. Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan pada siswa dalam upaya meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa melalui pendekatan terpadu webbed dalam pembelajaran IPA, IPS, Bahasa Indonesia.
b. Membuat rencana pembelajaran (RPP) c. Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) d. Menyusun alat evaluasi pembelajaran
e. Membuat instrumen penilaian yang digunakan dalam PTK 2. Pelaksanaan tindakan (Acting)
Tahap pertama dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan. Pada tahap ini, rancangan, strategi perencanaan penerapan pembelajaran akan digunakan. Perencanaan dari tindakan dilaksanakan dengan baik, perencanaan atau rancangan tindakan yang dilakukan akan menjelaskan dengan rinci tentang :
a. Langkah demi langkah kegiatan yang akan dilakukan. b. Kegiatan yang seharusnya dilakukan oleh guru. c. Kegiatan yang diharapkan dilakukan oleh siswa.
d. Rincian tentang jenis media pembelajaran yang akan digunakan dalam
pengumpulan data.
e. Jenis instrumen yang akan digunakan. 3. Pengamatan (Observing)
dengan menggunakan metoda terpadu model webbed, pelaksanaan observer terhadap pelaksanaan tindakan menggunakan lembar observasi yang telah disusun.
4. Refleksi ( Reflecting )
Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang
telah dilakukan berdasarkan data yang terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi untuk menyempurnakan tindakan berikutnya. Menurut Hofkins dalam Suhardjono (2002 : 80) refleksi dalam penelitian ini mencakup analisis, sintesis dan penelitian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Jika terdapat masalah dari hasil refleksi, maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan perencanaan ulang, tindakan ulang dan pengamatan ulang sehingga permasalahan dapat diatasi.
Siklus II
Siklus kedua dalam PTK ini terdiri dari perencanaan tindakan II dari analisis dan refleksi tindakan I, penyusunan tindakan II , pelaksanaan tindakan II.
1. Tahap perencanaan (Planning)
a. Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan pada siswa dalam upaya meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa melalui pendekatan terpadu webbed dalam pembelajaran IPA, IPS, Bahasa Indonesia.
b. Membuat rencana pembelajaran (RPP) c. Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) d. Menyusun alat evaluasi pembelajaran
e. Membuat instrumen penilaian yang digunakan dalam PTK
2. Pelaksanaan tindakan (Acting)
Perencanaan atau rancangan tindakan dalam siklus 2 ini dijelaskan dengan rinci yaitu:
a. Langkah demi langkah kegiatan yang akan dilakukan.
b. Kegiatan ini sisiwa dibagi dalam 6 kelompok masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang.
c. Kegiatan selanjutnya siswa membaca wacana yang diberikan oleh guru
perkelompok.
d. Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.
e. Siswa perkelompok melakukan kegiatan pengamatan tentang lingkungan sekitar sekolah.
f. Siswa dimotivasi untuk melakukan kegiatan diskusi di depan teman-teman sekelasnya.
3. Pengamatan (Observing)
Dalam tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap tingkah laku dan sikap siswa ketika mengikuti pembelajaran yang sedang diproseskan dengan menggunakan metoda webbed ini. Pelaksanaan observasi ini terhadap pelaksanaan tindakan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan.
4. Refleksi ( Reflecting )
Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan berdasarkan data yang terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi untuk menyempurnakan tindakan berikutnya. Hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan, jika terdapat masalah dari hasil siklus 2 , maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan perencanaan ulang, tindakan ulang dan pengamatan ulang sehingga permasalahan dapat diatasi.
5. Instrumen Penelitian
Instrumen tes dalam penelitian ini menggunakan teknik tes tertulis. Tes tulis Diberikan pada awal penelitian (pra siklus 1) dan pada tindakan terakhir sebagai data penunjang adanya peningkatan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPA, IPS dan Bahasa Indonesia dengan pendekatan terpadu webbed yang diikuti dengan pemahaman tentang hubungan antara pembelajaran dengan peningkatan berpikir kritis siswa kelas 3.
2. Instrumen Non tes
Instrumen non tes terdiri dari: a. Lembar Observasi
Observasi merupakan teknik paling mendasar dalam teknik penilaian non tes. Observasi adalah kemampuan dalam menentukan faktor-faktor awal mula perilaku dan kemampuan untuk melukiskan secara akurat reaksi individu yang diamati dalam kondisi tertentu. Dalam hal ini yang diamati adalah peserta didik.
b. Pedoman Wawancara
Wawancara dilakukan antara guru (peneliti) dengan beberapa siswa serta antara guru (peneliti) dengan observer, melalui pedoman wawancara yang dirancang khusus untuk kepentingan penelitian ini. c. Tes keterampilan berpikir kritis lewat pembelajaran terpadu webbed.
Tes keterampilan ini dilakukan untuk mengukur meningkatnya kemampuan berpikir dan mengukur kemampuan peserta didik dalam mengaplikasikan keterampilan berpikir kritisnya dalam menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan pembelajaran IPA,IPS dan Bahasa Indonesia lewat pembelajaran terpadu webbed. Tes ini dilakukan dua kali yaitu pada saat sebelum (pretest) dan sesudah pembelajaran (posttest). Tes ini disusun dalam bentuk pilihan ganda dengan tiga pilihan.
6. Pengelolaan Data
yang dikemukakan (Arikunto, 2006: 239) bahwa data yang sudah terkumpul dikelompokkan menjadi data berbentuk angka-angka dan data kualitatif dalam bentuk kata-kata atau symbol.
1. Analisis data terhadap hasil pembelajaran siswa
Data yang dianalisis adalah data dari observasi selama kegiatan pembelajaran. Data observasi diperoleh dari lembar observasi aktifitas
guru dan siswa serta lembar observasi keterampilan berpikir siswa dalam pembelajaran siswa. Untuk memperoleh data tersebut peneliti melakukan diskusi dengan observer dalam mengecek data penelitian.
2. Pengolahan Data Hasil Observasi Aktifitas Guru dan Siswa
Pengolahan data hasil observasi aktifitas guru dan siswa di hitung dengan menjumlahkan jawaban “ya” atau “tidak” yang telah diisi oleh observer pada lembar observasi aktifitas guru dan siswa.
a. Pensekoran
Untuk melihat persentase keterlaksanaan pembelajaran di hitung dengan menggunakan rumus:
= x 100 %
[image:26.595.118.512.167.753.2]
Keterlaksanaan pembelajaran dapat dilihat berdasarkan tabel di bawah ini:
Tabel 3.1
Kriteria Keterlaksanaan Pembelajaran
Kategori Interpretasi 80% - 100% Sangat baik
60 % - 79 % Baik
40 % - 59 % Cukup
(Ridwan, 2005 dalam Sariwulan, 2010: 49)
3. Pengolahan Data Hasil Observasi peningkatan berpikir kritis siswa
Format penilaian pencapaian peningkatan berpikir kritis siswa meliputi beberapa aspek yang diamati antara lain memberikan penjelasan sederhana, membangun keterampilan dasar, menyimpulkan, membuat penjelas lebih
lanjut, bagaimana siswa membuat strategi dan teknik saat menuntaskan pembelajaran yang sedang berlangsung.
[image:27.595.116.514.258.759.2]Data dalam penelitian ini memberikan gambaran mengenai peningkatan keterampilan berpikir kritis sisiwa kelas 3 setelah mengikuti pembelajaran IPA, IPS dan Bahasa Indonesia dengan pembelajaran terpadu webbed. Adapun kemampuan siswa tersebut dapat dilihat dari hasil observasi yang dikaitkan dengan kriteria/kisi-kisi kemampuan berpikir kritis menurut Ennis di bawah ini.
Tabel. 3.1
Kisi-kisi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Variabel Subvariabel Indikator Sub Indikator Instrumen
Kemampuan Berpikir Kritis 1.Memberi kan penjelasan sederhana Meru mus kan masalah - Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan - Mengidentifikasi atau merumuskan kriteria untuk mempertimbang kan
kemungkinanja waban
kalimat-kalimat bukan
pertanyaaan - Mengidentifikasi
dan menangani suatu ketidaktepatan - Melihat strukturdari suatu argumen - Membuat ringkasan 3.Menyimpulkan Malaku
kan Induksi
- Mengemukakan hal yang umum - Mengemukakan
kesimpulan dan hipotesis
- Merancang eksperimen - Membuat dan
menentukan nilai pertimbangan (menarik kesimpulan sesuai fakta) Tes 4.Memberi penjelasan lanjut Melaku kan evaluasi
- Membuat dan menentukan hasil
pertimbangan berdasarkan latar belakang fakta-fakta - Membuat dan
menentukan hasil
petimbangan berdasarkan akibat
- Membuat dan meneentukan hasil
pertimbangan berdasarkan
hasil
pertimbangan, keseimbangan dan masalah. 5.Mengatur
strategi dan taktik
Memutus kan dan melaksa nakan
- Menentukan tindakan
- Interaksi dengan orang lain
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian tindakan kelas ini adalah
sebagai berikut.
1. Perencanaan Pembelajaran menggunakan penerapan pembelajaran terpadu model webbed ini dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas 3 dapat dilihat dalam proses belajar, yaitu respon siswa pada saat KBM berlangsung terlihat aktif bertanya, dapat mengeluarkan pendapatnya dengan bantuan fakta yang siswa lihat juga dalam mengambil kesimpulan sesuai dengan tema yang di bahas. Begitu pula dalam penyelesaian tugas mandiri dapat selesai dengan tepat dan sesuai kriteria kemampuan berpikir siswa kelas 3 yang telah dijabarkan.
2. Pelaksanaan pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas 3 ini dengan tema “Lingkungan Sekitar” melalui pembelajaran terpadu webbed dalam pelajaran IPA, IPS dan bahasa indonesia dengan pola sebagai berikut:
a) Guru dapat dengan tepat menggabungkan beberapa indikator dari ke tiga bidang studi yang kemudian dibuat tema pembelajaran sehingga teraplikasikan dalam sebuah rencana pembelajaran yang didalamnya termuat kegiatan awal, inti dan akhir.
b) Guru mampu mengikuti prosedur yang telah direncanakan, Guru dan
siswa telah berhasil merencanakan dan melaksanakan persiapan pembelajaran dengan bersama-sama membuat tema sehingga
mempersiapkan dan melakukan proses pelaksanaan pembelajaran secara sistematis serta dapat memberi semangat kepada siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran sehingga siswa dapat mengeluarkan pertanyaan, pendapatnya dengan terbuka sesuai dengan fakta yang dimiliki siswa pada saat proses berlangsung.
c) Guru mampu membuat perencanaan yang dapat mengembangkan
kemampuan berpikir kritis siswa kelas 3 dengan adanya kriteria yang terinci.
d) Faktor utama penghambat pelaksanaan pembelajaran yaitu terbatasnya guru untuk meramu indikator dari pencapaian kurikulum KTSP dan terbatasnya sumber yang ada di lingkungan sekolah sehingga pembahasan kurang mendalam.
2. Peningkatan pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas 3 ini dengan tema “Lingkungan Sekitar” melalui pembelajaran terpadu webbed dalam pelajaran IPA, IPS dan bahasa indonesia dengan pola sebagai berikut:
a) Kemampuan berpikir kritis siswa dapat meningkat dengan baik dengan melihat respon cara siswa dalam mengikuti proses pembelajaran tersebut semangat mengungkapkan dapat dilihat dari hasil tes evaluasi yang menunjukan hasil rata-rata kelas 74% pada siklus pertama, menjadi 88% pada siklus kedua. Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa ini dapat dilihat dari hasil belajar dan pencapaian indikator kemampuan berpikir kritis yang telah dipaparkan dalam bab 2 meningkat sebesar 25%.
b) Kinerja guru dalam menyusun RPP menggunakan pembelajaran terpadu webbed ini meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa
atau 90 % pada siklus kedua. Peningkatan dari siklus pertama ke siklus kedua sebesar 0,29 atau 6,96 % dari hasil observasi.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas dikemukakan tersebut dapat diajukan saran– saran sebagai berikut:
Pertama, siswa disarankan untuk lebih aktif lagi dalam mengungkapkan
pendapatnya sesuai dengan fakta-fakta yang dimiliki siswa pada saat itu.
Kedua, bagi pengajar harus peduli terhadap setiap proses pembelajaran
sehingga dapat mengidentifikasi setiap kelemahan dan kelebihan dari penyelenggaraan pembelajaran yang di laksanakan. Apabila terdapat kekurangan sebaiknya segera melakukan perbaikan melalui penelitian tindakan kelas. Kerjasama antar guru harus terus ditumbuh kembangkan dalam mengembangkan dan memperbaiki kualitas proses pembelajaran. Dengan tumbuhnya kerjasama yang baik antara guru diharapkan akan terjadi peningkatan profesionalisme guru yang juga akan berdampak pada peningkatan keberhasilan hasil belajar siswa.
Ketiga, bagi kepala sekolah mengupayakan agar diberi keterampilan yang
terkoodinir untuk meningkatkan wawasan dan strategi pembelajaran untuk meningkatkan keberhasilan sekolah.
Keempat, bagi peneliti lebih lanjut kegiatan pembelajaran menggunakan
strategi pembelajaran terpadu webbed ini dapat dijadikan alternatif metodologis dalam pembelajaran IPA dan bahasa indonesia juga IPS karena strategi pembelajaran terpadu webbed mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis yang sangat diharapkan dalam merealisasikan semua indikator yang terdapat dalam kurikulum KTSP yang dijadikan sebagai panduan pembelajaran,
kemampuan berpikir kritis ini lebih jelasnya akan terlihat dari prestasi belajar siswa pada pembelajaran IPA, IPS dan bahasa indonesia di Kelas III SD Negeri
DAFTAR PUSTAKA
Ausebel, DP (1968), Educational Phychology, A Cognitive View, Holt, Rinerhert and Winston Inc., New York.
Chance, Paul, Richard, Scriven ( 1993). Critical Thinking : How to Prepare Student For a Rapidly Changing World. Foundation For Critical Thinking
Dahar, Ratna Wilis, (1989), Teori-teori Belajar, Erlangga, Jakarta.
Glaser, Wilcox, Sandra K, (1941), Another Perspective on Concept Maps Empowering Students, Mathematics Teaching in The Middle School, Vol. 3, No. 7, Pp 464- 469
Hamalik, Hernawan Asep H (1994) Metoda Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: UPI
Heruman. (2012). Model Pembelajaran Matematika di SD. Bandung: Rosdakarya.
Isjoni, (2007). Integrate learning; Pendekatan Pembelajaran IPS di Pendidikan Dasar. Bandung: Falah Prodaction
Joni, T.R (1996) Tim Pengembang PGSD. 1997. Pembelajaran Terpadu D-II dan S-II Pendidikan Dasar.Jakarta: Dirjen Dikti, Bagian Proyek Pengembangan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Morris Barry, Asep Heri Hernawan, Surya Mohammad. (2007). Metoda Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: UPI
Mustaji, Soejadi, R, (1994), Memantapkan Matematika Sekolah sebagai Wahana Pendidikan dan Pembudayaan Penalaran, FPMIPA Surabaya: IKIP
Prabowo, Hadisubroto, T, Barto, (1996), Peranan Peta Konsep dalam Pembelajaran Manggunakan Pendekatan Keterampilan Proses, (Studi Eksperimental Pembelajaran IPA di SMP), Laporan Penelitian tidak dipublikasikan, IKIP Surabaya.
Resmini, Novi, dkk. (1996). Penentuan Unit Tema dalam Pembelajaran Terpadu Malang:IKIP Malang
Robin, Fogarty, Sa’ud Syaefudin, (2006), The Mindful School: How to Integrated the Curricula. Palatine, IL: Skylight Publishing.
Suparno, Paul. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, Kanisisus.
Trianto, S.pd,M.pd. (2007). Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori Dan Praktek. Jakarta: prestasi pustaka publisher